• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemanfaatan Citra Landsat Tm 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan Sibolangit, Pancur Batu Dan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN CITRA LANDSAT TM 5 DALAM

IDENTIFIKASI HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN

SIBOLANGIT, PANCUR BATU DAN NAMO RAMBE

KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Oleh:

NAJMI KHAIRIAH RAMBE 051201001 / MANAJEMEN HUTAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pemanfaatan Citra Landsat TM 5 Dalam Identifikasi Hutan

Rakyat di Kecamatan Sibolangit, Namo Rambe dan Pancur

Batu Kabupaten Deli Serdang

Nama : Najmi Khairiah Rambe

NIM : 051201001

Departemen : Kehutanan

Program Studi : Manajemen Hutan

Disetujui Oleh

Komisi Dosen Pembimbing

Ketua Anggota

Bejo Slamet, S. Hut, M.Si Oding Affandi , S. Hut, M.P

NIP. 19750709 200003 1 002 NIP. 19730603 200003 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Kehutanan

Dr.Ir. Edy Batara Mulya Siregar,MS

(3)

ABSTRAK

NAJMI KHAIRIAH RAMBE. Pemanfaatan Citra Landsat TM 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat Di Kecamatan Sibolangit, Namo Rambe dan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Dibimbing oleh Bejo Slamet, S. Hut, M.Si dan Oding Affandi, S.Hut, M.P.

Permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia dari tahun ke tahun adalah kerusakan hutan yang semakin meningkat jumlahnya. Dalam mengantisipasi semakin luasnya kerusakan hutan tersebut, perlu ditempuh langkah yang tepat yang melibatkan berbagai pihak termasuk diantaranya masyarakat seperti pengelolaan hutan berbasis kerakyatan seperti yang terdapat di Kabupaten Deli Serdang. Namun seperti yang kita ketahui bahwa data potensi dan penyebaran hutan rakyat belum mendukung.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pola spasial dan potensi hutan rakyat di Kec. Sibolangit, Pancur Batu, dan Namorambe Kabupaten Deli Serdang. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 9 kelas penutupan lahan yaitu lahan terbuka, badan air, semak, sawah, pemukiman, hutan rakyat campuran, hutan rakyat monokultur, hutan rakyat agroforestri dan hutan alam. Luas total penelitian dari 3 kecamatan adalah 38.225,07 Ha yang terdiri dari Kecamatan Sibolangit 17.781,62 Ha, Kecamatan Pancur Batu 12.225,34 Ha dan Kecamatan Namo Rambe 8.218,10 Ha.

Dari hasil penelitian ini di dapat 3 bentuk hutan rakyat yang terdiri dari hutan rakyat campuran, hutan rakyat agroforestry dan hutan rakyat monokultur. Potensi hutan rakyat campuran lebih banyak terdapat di Kecamatan Sibolangit sebesar 1.193, 29 Ha dengan volume pohon 128.021, 66 m3, hutan rakyat agroforestri lebih banyak terdapat di Kecamatan Pancur Batu sebesar 437,45 Ha dengan volume pohon 44.411, 99 m3 dan hutan rakyat monokultur lebih banyak terdapat di Kecamatan Sibolangit sebesar 84, 93 Ha dengan volume pohon 20.891, 07 m3 sekitar 49,28 %. Pola spasial yang terdapat di hutan rakyat Kecamatan Sibolangit, Pancur batu dan Namo Rambe adalah pola menyebar dan mengelompok.

Kata Kunci : Hutan Rakyat, Potensi, Pola Spasial

(4)

ABSTRACT

Indonesia had been faced the broken forest which happen year by years and the value getting higher during the times. In anticipate the problem of broken forest become not widely, needing perfect step which in fault many elements including the society itself, like the useful farm forestry like viewed in Deli Serdang territory. However like we know the data that getting doesn’t potential in supporting that action. The animed of this research is to adentify spatial type and the potential of farm forestry at Sibolangit, Pancur Batu and Namo Rambe in Deli Serdang territory. The result of this research indicate there are 9 land use surface they are the opening land, the body water, busk, field, residence, polyculture, the monoculture forest, the agroforestry and the nature forest. Total wide of the research from 3 regions is 38.225,07 hectare, they are Sibolangit region 17.781,62 Ha, they are Pancur Batu 12.225,34 Ha and the Namo Rambe 8.218,10 Ha. Based this research can be formed three type of public forest that contenting the polyculture forest, the agroforestry and the monoculture forest. Potencies farm forestry much getting on Sibolangit region as much as 1.193, 29 Ha with tree volume 128.021, 66 m3, the agroforestry much in Pancur Batu region 437,45 Ha with tree volume 44.411, 99 m3 and the monoculture forest much can seen in Sibolangit at 84, 93 Ha with tree volume 20.891, 07 m3. the spatial type that can seen in Sibolangit, Pancur Batu and Namo Rambe is the spreading type and grouping.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Balige Tanggal 12 Januari 1987, dari ayah Drs. Amir

Hamzah Rambe, SH dan ibu Hj. Ris Inani Lubis, SAg. Penulis merupakan putri

ke-tiga dari empat bersaudara

Tahun 1999 penulis lulus dari SD Negeri Teratai Medan, pada tahun 2003

lulus dari Sekolah Menengah Pertama (MTs) Negeri 1 Medan.

Tahun 2005 penulis lulus dari Sekolah Menengah Umum (MAN) Negeri 3

Medan dan pada tahun 2005 lulus seleksi masuk USU melalui jalur Pemanduan

Minat san Prestasi (PMP). Penulis memilih Program Studi Manajemen Hutan,

Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah mengikuti kegiatan

organisasi Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS)–USU sebagai anggota dan

menjadi anggota Badan Kenaziran Mushalla (BKM) Baitul Asjjar Departemen

Kehutanan USU di bidang dakwah.

Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di KPH Bandung

Utara Unit III Jawa Barat dan Banten, Propinsi Jawa Barat selama 2 (dua) bulan

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini

dapat selesai sebagai mana mestinya. Skripsi ini berjudul “ Pemanfaatan Citra

Landsat TM 5 Dalam Identifikasi Hutan Rakyat di Kecamatan Sibolangit, Namo

Rambe dan pancur Batu Kabupaten Deli Serdang “. Skripsi ini merupakan syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Departemen Kehutanan, Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Selama melaksanakan penelitian hingga penyusunan skripsi ini selesai,

banyak bantuan yang telah diberikan oleh berbagai pihak kepada penulis. Oleh

karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak tersebut

terutama kepada :

1. Bapak Bejo Slamet, S.Hut, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing

(Dosen Pembimbing I).

2. Bapak Oding Affandi S.Hut, M.P selaku Anggota Komisi Pembimbing

(Dosen Pembimbing II).

3. Bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS selaku Ketua Departemen

Kehutanan Universitas Sumatera Utara.

4. Staf pengajar dan para pegawai di Departemen Kehutanan USU.

5. Kedua orangtuaku tercinta Ayahanda Drs. Amir Hamzah Rambe, SH dan

Ibunda Hj. Ris Inani Lubis SAg sebagai sumber kekuatan dan pemberi

(7)

6. Saudara-Saudariku tercinta yakni Kakak Zulfa Rahmi, Abang M.Husnul

Hafiz SP dan Adikku M.Miftahul Ihsan yang selalu memberikan dukungan

dan semangat selama ini.

7. Para sahabatku yaitu Jihan, Ranmi, Pepi, dan seluruh anak-anak

Manajemen Hutan Stambuk 2005 dan Kakanda Diah.

8. Teristimewa buat Abang Ahmad Zailani Lubis S.Hut atas bantuannya dan

dukungannya selama ini.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya atas jasa-jasa yang telah diberikan

kepada penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan di bidang Kehutanan.

Medan, Agustus 2009

(8)

DAFTAR ISI

Hutan Kemasyarakatan ... 10

Sistem Informasi Geografis ... 11

Penginderaan Jarak Jauh ... 12

Karakteristik Citra Landsat TM ... 14

Tutupan Lahan ... 15

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ... 17

METODE PENELITIAN ... 21

Pengolahan Data Lapangan ... 34

Analisis Spasial ... 35

HASIL DAN PEMBAHASAN... 41

Tipe Tutupan Lahan ... 41

Analisis Visual ... 42

Klasifikasi Terbimbing ... 44

Penutupan Lahan ... 47

(9)

KESIMPULAN DAN SARAN... 56

Kesimpulan ... 56

Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA... 58

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

1.

Karakteristik Citra TM ... 15

2.

Data Tutupan Lahan Kabupaten Deli Serdang ... 18

3.

Klasifikasi NDVI ... 28

4.

Hasil Separabilitas Pengklasifikasian Tutupan Lahan ... 45

5.

Nilai Akuarasi Pengklasifikasian Tutupan lahan ... 46

6.

Persentase Tutupan Lahan ... 49

7.

Nilai NDVI Berdasarkan Klasifikasi Tutupan Lahan di Lapangan ... 52

8.

Volume Pohon Hutan Rakyat Berdasarkan NDVI ... 52

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Peta BatasAdministrasi Kabupaten Deli Serdang ... 20

2. Tahapan Analisis Citra ... 26

3. Menu untuk Penentuan Area of Intersest ... 29

4. Pembuatan Signature Editor ... 29

5. Penentuan Kolom yang Dipergunakan dalam Signature Editor ... 29

6. Pembuatan Training Area ... 31

7. Penyimpanan AOI Layers yang Telah Dibuat ... 31

8. Signature Name, Pewarnaan Objek dan Jumlah Piksel yang Digunakan 31 9. Evaluasi Separabilitas Antar Training Area ... 32

10. Hasil Evaluasi Separabilitas ... 32

11. Tampilan New Set ... 36

12. Tampilan Summarized ... 36

13. Tampilan Add Field ... 37

14. Tampilan Layout Peta ... 38

15. Tampilan Pengaktifan Graticules & Measured Grids ... 38

16. Tampilan Graticules & Measured Grids ... 39

17. Tampilan Pembuatan Peta ... 40

18. Tutupan Lahan Riil yang Dijadikan Training Area (A) Lahan Terbuka, (B) Badan Air, (C) Sawah, (D) Semak dan (E) Pemukiman ... 41

19. Tutupan Lahan Riil yang Dijadikan Training Area (F) Kelapa Sawit, (G) Hutan Alam, (H) Hutan Rakyat Agroforestry, (I) Hutan Rakyat Campuran ... 42

20. Analisis Visual Citra Landsat TM ... 44

21. Pola Tanam Hutan Rakyat Campuran antara Pohon Duku, Durian, Karet, Pinang dan Pisang di Deli Serdang ... 48

22. Pola Tanam Hutan Rakyat Monokultur Pohon Rambutan di Deli Serdang 49 23. Pola Tanam Hutan Rakyat Agroforestry antara Tanaman Kehutanan (Duku, Sengon, Jati) dan Tanaman Pertanian (Jagung, Ubi Kayu) serta antara Tanaman Perkebunan (Pinang, Pisang) di Deli Serdang ... 49

24. Peta Penutupan Lahan ... 50

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan merupakan komunitas yang akan tetap menjadi perhatian saat ini

maupun dimasa mendatang. Karena fungsinya sebagai paru-paru dunia, yang

mampu mengubah karbondioksida menjadi oksigen, serta mencegah terjadinya

bencana erosi dan banjir. Selain itu hutan juga mampu menghasilkan komoditi

yang cukup tinggi nilainya. Oleh karena itu, permasalahan yang kemudian

dihadapi oleh Indonesia adalah kerusakan hutan yang dari tahun ke tahun semakin

meningkat jumlahnya.

Laju kerusakan hutan perlu diantisipasi dengan langkah yang tepat yang

melibatkan berbagai pihak termasuk diantaranya masyarakat yang tinggal

disekitar hutan untuk berperan secara aktif dalam proses perencanaan,

pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi dari seluruh aktifitas kehutanan. Hal

tersebut penting, mengingat masyarakat asli (masyarakat adat) Indonesia telah

sejak lama menjadikan hutan sebagai tempat mereka untuk mengembangkan

kehidupan, menjalankan kegiatan religius serta bagian dari proses tatanan adat

istiadat. Disamping itu hutan juga berfungsi sebagai tempat untuk proses kegiatan

ekonomi masyarakat asli sesuai dengan batas yang telah mereka sepakati bersama

(Awang, dkk, 2002).

Berkurangnya potensi fungsi di hutan alam; pohon-pohon di luar kawasan

hutan dapat menjadi alternatif menggantikan fungsi hutan tersebut. Salah satu

alternatif yang dimaksud adalah hutan rakyat yang secara mandiri atau dibantu

(14)

arti penting dalam pengembangan pengelolaan hutan rakyat. Dengan mengetahui

potensi hutan rakyat maka akan dapat ditentukan beberapa tindakan yang terkait

dengan kelestarian hutan rakyat, bahkan hasil hutan kayu dan non kayu dari hutan

rakyat dapat ditingkatkan. Parameter yang dapat digunakan untuk menyatakan

potensi hutan rakyat adalah luas, volume kayu, dan jumlah pohon baik dari jenis

yang mendominasi maupun dari jenis yang lain. Namun demikian, sampai saat ini

data dan potensi hutan rakyat, khususnya di Kabupaten Deli Serdang, belum

banyak diketahui dan belum dianggap sebagai salah satu sumberdaya yang

mampu menggantikan fungsi hutan alam produksi. Oleh karena itu diperlukan

suatu kajian tentang potensi dan kondisi hutan rakyat, serta menyusun sistem

informasi tentang hutan rakyat, sehingga hutan rakyat dapat dikelola secara lestari

(Awang,dkk, 2001).

Penelitian mengenai hutan rakyat dan karakteristiknya penting untuk

dilakukan mengingat konstribusi dan peranan hutan rakyat yang cukup besar

dalam fungsi produksi material dan penghasilan jasa lingkungan. Berkaitan

dengan hal tersebut, diperlukan suatu sistem yang mampu dengan cepat dan

akurat dalam menghasilkan data mengenai potensi dan sebaran hutan rakyat di

berbagai wilayah. Selama ini data yang diperoleh mengenai hutan rakyat hanya

berdasarkan laporan-laporan konvensional saja. Oleh karena itu akan menjadi

tidak mudah bagi seorang pengambil keputusan terutama bagi pengambil

kebijakan dalam pengelolaan hutan. Untuk mengatasi masalah yang demikian

maka perlu adanya suatu penelitian yang memanfaatkan teknologi sistem

informasi geografis dan juga penginderaan jarak jauh yang dapat mengatasi

(15)

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pola spasial dan potensi

hutan rakyat di Kecamatan Sibolangit, Pancur Batu dan Namo Rambe Kabupaten

Deli Serdang.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyediakan informasi potensi

sumber daya hutan rakyat di Kabupaten Deli Serdang yang berguna dalam

mendukung kegiatan operasional, pengendalian manajerial, dan perencanaan

strategis pengelolaan hutan rakyat yang terintegrasi dan lestari.

Perumusan Masalah

Keberadaan hutan sangat mutlak bagi kehidupan masyarakat didalam

sekitar hutan. Kehidupan masyarakat tersebut bergantung dari keberadaan dan

hasil hutan yang mereka peroleh. Keberadaan hutan rakyat sudah menunjukkan

hasil-hasil yang positif, baik ditinjau dari sisi ekologinya (tata air,

keanekaragaman hayati, pelindung/konservasi tanah dan sebagainya) maupun

sebagai kontribusi pendapatan rumah tangga petani/masyarakat. Oleh karena itu,

hal ini harus mendapat perhatian yang besar dari berbagai pihak, khususnya

pemerintah.

Potensi kayu di hutan rakyat memiliki arti penting dalam pengembangan

pengelolaan hutan rakyat. Dengan mengetahui potensi hutan rakyat maka akan

dapat ditentukan beberapa tindakan yang terkait dengan kelestarian hutan rakyat,

(16)

Berbagai bentuk dan pola hutan rakyat secara spasial memiliki perbedaan

dan karakteristik yang unik. Informasi sangat penting sebagai bahan pertimbangan

dalam pengambilan keputusan perencanaan, pengelolaan, dan monitoring hutan

rakyat. Akan tetapi data dan informasi ini belum terkelola dengan baik, sehingga

proses perencanaan, pengelolaan dan monitoring hutan rakyat belum optimal.

Salah satu kendala dalam perencanaan dan monitoring pengelolaan hutan rakyat

adalah ketersediaan informasi penting tentang sumberdaya hutan rakyat, dimana

ketersedian informasi ini akan sangat menunjang dalam kegiatan operasional,

pengendalian manajerial, dan perencanaan strategis pengelolaan hutan rakyat.

Dengan menggunakan sistem informasi, pengelolaan hutan rakyat akan memiliki

keunggulan kompetitif untuk pencapaian tujuan pengelolaan yang optimal dan

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan

Menurut Undang-Undang Kehutanan No. 41/1999 menyebutkan bahwa

hutan adalah suatu ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam

hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan atau lingkungannya, yang

satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Menurut statusnya (sesuai

dengan Undang-Undang Kahutanan), hutan hanya dibagi kedalam 2 kelompok

besar yaitu : (1). Hutan Negara, hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani

hak atas tanah, dan (2). Hutan hak, hutan yang dibebani hak atas tanah yang

biasnya disebut sebagai hutan rakyat

Hutan secara singkat dan sederhana didefenisikan sebagai suatu ekosistem

yang didominasi oleh pohon. Dalam buku The Dictionary of Forestry yang diedit

oleh John A.Helms (1998 :70), forest (hutan) diberi pengertian sebagai berikut :

An ecosystem characterized by a more or less and extensive terr cover, often

consisting of stands varying in characteristics such as species composition,

structure, age class, and associated processes, and commonly incluiding

meadows, streams, fish, ang wildlife (suatu ekosistem yang dicirikan oleh

penutupan pohon yang kurang lebih padat dan tersebar, seringkali terdiri dari

tegakan-tegakan yang beragam cirri-cirinya seperti komposisi jenis, struktur, klas

umur, dan proses-proses yang terkait, dan umumnya mencakup padang rumput,

(18)

Hutan Bagian Sumber Daya Alam

Secara umum klasufikasi sumber daya alam (SDA) terbagi kedalam

bentuk yaitu : (1) lahan pertanian (2) hutan dengan aneka ragam hasilnya (3)

lahan alami untuk keindahan, rekreasi atau untuk penelitian ilmiah (4) perikanan

darat dan perikanan laut (5) sumber mineral bahan bakar dan non-bahan bakar (6)

sumber energi non-mineral misalnya panas bumi, tenaga surya, angin, sumber

tenaga air, gelombanng pasang dan sebagainya (Zain, 1997).

Sumber daya hutan di Indonesia juga harus dapat berperan dalam

pengembangan sistem tata lingkungan dunia maupun kepentingan lain yang

menyangkut sumber daya hutan. Dunia internasional mengakui dan telah

membuktikan bahwa sumber daya hutan di Indonesia yang tergolong dalam

wilayah tropis adalah masih murni dan sangat potensional ditinjau dari berbagai

sudut. Oleh karena itu bentuk perubahan yang terjadi pada sumber daya alam

hutan di Indonesia akan sangat berpengaruh terhadap kondisi ekonomi

perdagangan, industri terutama keseimbangan lingkungan hidup. Dengan

demikian sangat beralasan apabila sumberdaya hutan di Indonesia dijaga

kelestariannya dari perusakan (Pamulardi, 1994).

Hutan sebagai bagian dari sumberdaya alam nasional memiliki arti dan

peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan

lingkungan hidup. Telah diterima sebagai kesepakatan internasional bahwa hutan

yang berfungsi penting bagi kehidupan dunia, harus dibina dan dilindungi dari

berbagai tindakan yang berakibat rusaknya ekosistem dunia (Zain, 1997).

Hutan memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan yaitu : berupa manfaat

(19)

tersebut diperoleh apabila hutan masih terjamin ekstensinya sehingga dapat

berfungsi secara optimal. Fungsi-fungsi ekologi ekonomi dan sosial dari hutan

akan memberikan peranan nyata apabila pengelolaan sumber daya alam berupa

hutan seiring dengan upaya pelesterian guna mewujudkan pembangunan nasional

berkelanjutan (Zain, 1997).

Hutan Rakyat

Hutan rakyat dalam pengertian menurut peraturan perundang-undangan

(UU No.41/1999) adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak

milik. Defenisi ini diberikan untuk membedakannya dari hutan negara, yaitu yang

tumbuh di atas tanah yang tidak dibebani hak milik atau tanah negara. Dalam

pengertian ini, tanah negara mencakup tanah-tanah yang dikuasai oleh masyarakat

berdasarkan ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan adat atau aturan-aturan

masyarakat lokal (biasa disebut masyarakat hukum adat) (Suhardjito, 2000).

Pengertian hutan rakyat harus diperluas dan diakui sebagai model

pengelolaan sumber daya hutan di Indonesia. Hutan rakyat adalah hutan rakyat

yang pengelolaannya dilaksanakan oleh organisasi masyarakat baik pada lahan

individu, bersama, lahan adat maupun lahan yang dikuasai oleh negara. Hutan

rakyat terdiri dari suatu ekosistem kehidupan mulai dari tanaman keras, non kayu,

satwa, buah-buahan, satuan usaha tani semusim, peternakan, barang dan jasa,

serta rekreasi alam. Bentuk dan pola hutan rakyat di Indonesia sebagai inisiatif

masyarakat adalah antara lain hutan rakyat sengon, hutan rakyat jati, hutan rakyat

campuran khepong adat, khepong campuran, hutan rakyat suren di Bukit Tinggi

(20)

Hutan rakyat merupakan hutan yang dimiliki oleh masyarakat yang

dinyatakan oleh kepemilikan lahan, karenanya juga hutan rakyat disebut hutan

milik. Hutan rakyat di Indonesia hanya merupakan bagian kecil dari total ini tetap

penting karena selain fungsinya untuk perlindungan tata air pada lahan-lahan

masyarakat, juga penting bagi pemiliknya sebagai sumber pendapatan rumah

tangga, disamping hasil-hasil lain seperti buah-buahan daun, kulit kayu, biji dan

sebagainya (Suhardjito, 2000).

Menurut jenis tanamannya, Lembaga Penelitian IPB (1983) membagi

hutan rakyat kedalam tiga bentuk, yaitu:

1. Hutan rakyat murni (monoculture), yaitu hutan rakyat yang hanya terdiri

dari satu jenis tanaman pokok berkayu yang ditanam secara homogen atau

monokultur.

2. Hutan rakyat campuran (polyculture), yaitu hutan rakyat yang terdiri dari

berbagai jenis pohon-pohonan yang ditanam secara campuran.

3. Hutan rakyat wana tani (agroforestry), yaitu yang mempunyai bentuk

usaha kombinasi antara kehutanan dengan cabang usaha tani lainnya

seperti tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan lain-lain

yang dikembangkan secara terpadu.

Pengelolaan Hutan Rakyat

Menurut Simon (1998), perkembangan teori pengelolaan hutan rakyat

dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu kategori kehutanan

konvensional dan kehutanan modern (kehutanan sosial). Teori pengelolaan hutan

(21)

timber extraction (TE) dan perkebunan kayu atau timber management (TM).

Sementara itu yang termasuk kedalam golongan kehutanan sosial adalah

pengelolaan hutan sebagai sumber daya atau forest resource management (FRM)

dan pengelolaan hutan sebagai ekosistem atau forest ecosystem management

(FEM). Keempat teori pengelolaan hutan tersebut, secara evolutif berkembang,

sejak dari mulai penerbangan kayu (TE) hingga sampai pada pengelolaan

ekosistem hutan (FEM) (Awang,dkk, 2001).

Hutan rakyat dikelola oleh masing-masing pemilik dengan basis sistem

hutan rakyat (SHR). Istilah ini memang belum banyak dikenal dalam literatur atau

berbagai macam penelitian oleh mahasiswa dan staf peneliti lainnya. Selama ini

hutan rakyat hanya dilihat sebagai kumpulan pohon-pohon yang tumbuh dan

berkembang di atas lahan milik rakyat. Sehingga banyak dijumpai dalam

kalkulasi-kalkulasi ekonomi hutan rakyat yang kurang muncul kepermukaan

adalah soal yang berkaitan dengan hasil kayu saja. Harus diakui pula bahwa

diantara pengertian hutan rakyat dan sistem hutan rakyat masih harus

diperdebatkan, tetapi harus disesuaikan dengan konteks sosial, ekonomi dan

budaya masyarakat setempat. Fakultas kehutanan tentang hutan rakyat, sering kali

menghitung kontribusi pendapatan hutan rakyat terhadap pendapatan keluarga

tani. Umumnya perhitungan pendapatan hutan rakyat tersebut hanya berasal dari

unsur kayunya saja. Hal ini terjadi karena komoditi yang dilihat dari hutan rakyat

(22)

Pekarangan

Pekarangan merupakan satu hamparan sistem penggunaan lahan yang

terletak di sekiitar tempat tinggal petani. Ragam komoditi dapat dijumpai di

pekarangan seperti tanaman kayu perkakas, tanaman kayu bakar, tanaman

buah-buahan, tanaman perkebunan, tanaman obat-obatan dan tanaman pangan. Dengan

demikian sistem pekarangan ini sungguh dapat dijadikan cadangan atau bank bagi

kepentingan keberlangsungan hidup keluarga petani. Dalam pekarangan petani ini

tanaman kayu-kayuan merupakan bagian penyusun sistem pekarangan tersebut.

Dari uraian ini menjadi semakin jelas bahwa batasan antara pekarangan dan hutan

rakyat sulit dibedakan secara tegas. Tetapi jika dalam hutan rakyat tersebut yang

dimaksudkan hanya komoditas kayu-kayuan saja, maka sudah dapat dipastikan

bahwa dalam konteks pekarangan, hutan rakyat kayu itu pasti merupakan bagian

dari sistem pekarangan tersebut. Pemahaman ini berimplikasi kepada bagaimana

pengelolaan hutan rakyat kayu yang berada dalam sistem pekarangan

(Awang, dkk, 2002).

Pekarangan adalah sebidang tanah darat yang terletak langsung disekitar

rumah, dengan batas-batas jelas, ditanami satu atau berbagai jenis tanaman keras,

semusim, dan masih mempunyai hubungan pemilikan dan atau fungsional dengan

rumah yang bersangkutan (Awang,dkk, 2001).

Hutan Kemasyarakatan

Hutan kemasyarakatan adalah terjemahan dari Community Forestry yang

diartikan sebagai salah satu bentuk perhutanan sosial yang dilaksanakan didalam

(23)

yang ditujukan untuk mendukung kehidupan dan kesejahteraan dengan tetap

memperhatikan kelestarian hutannya.

Istilah hutan masyarakat mulai diperbincangkan dalam seminar PERSAKI

pada tahun 1985 dan pola pengembangannya dijabarkan oleh Direktorat

Penghijauan dan Pengendalian Perladangan tahun 1986. Hutan kemasyarakatan

mulai dikembangkan pada Repelita Kelima (1989/1990 s/d 1993/1994). Dalam

dokumen Repelita Kelima disebutkan bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat perlu diusahakan agar kawasan hutan mampu memberikan manfaat

kepada masyarakat sekitarnya dalam jumlah yang lebih banyak dan mutu yang

lebih baik melalui hutan kemasyarakatan atau hutan sosial yang dikembangkan di

sekitar desa-desa dan dikelola oleh organisasi sosial masyarakat secara mandiri

(Awang dkk, 2001).

Sistem Informasi Geografis

Geographic Information System (GIS) atau sistem informasi geografis.

merupakan suatu alat yang dapat igunakan untuk mengelola (input, manajemen,

proses dan output) data spasial dan data yang bereferensi geografis. Setiap data

yang merujuk lokasi dipermukaan bumi dapat disebut sebagai data spasial

berefensi geografis. Misalnya, data kepadatan penduduk suatu daerah, data

jaringan jalan suatu kota, data distribusi lokasi pengambilan sampel dan

sebagainya (Nuarsa, 2004).

Pada suatu sistem SIG komprehensif, minimum terdapat dua sub sistem

yang berkaitan dengan basis data. Hal tersebut ialah subsistem penyimpanan data,

(24)

pemanggilan kembali serta subsistem analis. FAO (1986) memberikan petunjuk

pengolahan informasi untuk negara-negara sedang berkembang, yang melibatkan

contoh-ontoh penggunaan data pengideraan jarak jauh (misalnya di Brazil dan di

India) (Howard, 1996).

Manfaat utama penggunaan sistem informasi spasial dengan komputer

dibandingkan dengan metode pembuatan peta tradisional dan masukan data

manual atau informasi manual adalah memperkecil kesalahan manusia,

kemampuan memanggil kembali peta tumpangsusun dari simpanan data SIG

secara cepat, menggabungkan tumpangsusun tersebut, tetapi penggabungan batas

agak sulit, dan untuk memperbaharui dengan memperhatiakan perubahan

lingkungan data statistik dan batas-batas dan area yang nampak pada peta.Saat ini

penggunaan SIG yang paling umum adalah untuk pembuatan peta tematik kota

dan memberikan revisi peta-peta tersebut (Howard, 1996).

Penginderaan Jarak Jauh

Penginderaan jauh dapat diartikan sebagai suatu proses membaca. Dengan

menggunakan berbagai sensor kita mengumpulkan data dari jarak jauh yang dapat

dianalisis untuk mendapatkan informasi tentang obyek, daerah atau fenomena

yang diteliti. Pengumpulan data dari jarak jauh dapat dilakukan dalam berbagai

bentuk, termasuk variasi agihan daya, agihan gelombang bunyi atau agihan energi

elektromagnetik (Lillesand and Kiefer, 1990).

Penginderaan jauh adalah identifikasi dan pengkajian obyek-obyek pada

jarak jauh dengan menggunakan energielektromagnetik yang dipantulkan atau

(25)

yang berbeda termasuk kamera yang terkenal untuk mengenali dan mengukur

obyek-obyek, masing-masing menggunakan suatu bagian yang berbeda dari

spektrum elektromagnetik (Paine, 1992).

Dalam terapan penginderaan jauh, maka ahli kehutanan dan geologi telah

menggunakan secara operasional dalam pengumpulan data selama

bertahun-tahun. Kadang-kadang sistem penginderaan jauh dapat memberikan data spesifik

yang tidak dapat diperoleh dari sumber data lainnya; tetapi penginderaan jauh

dapat digunakan untuk mengumpulkan data tanpa banyak kerja lapangan dengan

hasil yang lebih cepat dan murah. Saat ini hampir tidak mungkin inventarisasi

hutan dilakukan dengan tanpa menggunakan data penginderaan jauh

(Howard, 1996).

Di dalam tiap pendekatan untuk penginderaan jauh, yang harus dipilih

bukan hanya paduan yang tepat antara pengumpulan data dan teknik interpretasi

data melainkan juga paduan yang tepat antara teknik penginderaan jauh dan

teknik ”konvensional” juga harus ditemukan. Para mahasiswa harus memahami

bahwa penginderaan jauh merupakan suatu alat yang paling baik bila dipadukan

dengan teknik lain bukan merupakan alat mandiri. Meskipun demikian

penginderaan jauh digunakan secara tepat, kita sering dapat memperoleh

gambaran lingkungan sekitar kita yang lebih baik dibandingkan dengan metode

pengamatan yang lain (Lillesand and Kiefer, 1990).

Secara umum penginderaan jauh saat ini diterima tidak hanya terbatas

sebagai alat pengumpul data mentah, tetapi pemprosesan data mentah secara

manual dan terotomasi, dan analisis citra serta penyajian hasil informasi yang

(26)

menggunakan spektrum elektromagnetik. Penginderaan jauh tersebut

menggunakan enenrgi yang berfungsi sama dengan sifat cahaya, dan tidak hanya

meliputi spektrum tampak, tetapi juga meliputi spektrum ultraviolet, inframerah

dekat, inframerah tengah, infra merah jauh dan gelombang radio (Howard, 1996).

Karakteristik Citra Landsat TM

Citra Landsat dirancang untuk meliputi daerah yang luas untuk pandangan

secara keseluruhan. Keberadaan atau arti ciri-ciri geologi yang besar tertentu

dapat nampak secara jelas pada citra landsat tetapi mudah diabaikan pada

fotogravi konvensional karena dibutuhkan jumlah foto udara yang banyak untuk

meliputi suatu kawasan yang sama (Paine, 1990).

Jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya, citra Landsat TM

mempunyai kelebihan lebih baik dari segi resolusi spasial maupun resolusi

spektral, resolusi spasial 30 x 30 meter dan resolusi spektral sebanyak 7 band.

Selain itu kepekaan radiometriknya dengan laju pengiriman data yang lebih cepat

dan fokus penginderaan informasi yang berkaitan dengan vegetasi

(Lo. C.P., 1996).

TM (Thematic mapper) adalah sebuah perangkat scanning mekanis yang

digunakan untuk MMS, tetapi dapat mengubah spektral, spatial dan karakteristik

radiometrik. Ada 7 gelombang yang digunakan, seperti yang tampak pada pada

(27)

Tabel 1. Karakteristik Citra TM

Instantaneous field of fiew (IFOV) merupakan fungsi dari ukuran detector,

tinggi sensor dan optik. Pada sensor digital seperti generasi Landsat dan SPOT,

sensor yang merekam kecerahan (brightness) semua obyek yang ada di dalam

IFOV. Dengan kata lain IFOV adalah suatu areal pada suatu permukaan bumi

dalam mana gabungan/campuran brightness suatu permukaan bumi (Jaya, 2009).

TM merupakan sistem yang sangat kompleks yang memerlukan toleransi

pembuatan yang amat kecil dan kontrol mekanis yang tepat pada cermin scanning.

Toleransinya adalah sedemikian kecilnya sehingga tidak mungkin lagi dibuat

penyempurnaan di masa mendatang untuk memperkecil resolusi sampai dibawah

30m. TM tidak merupakan hasil evolusi sistem-sistem Landsat yang sudah ada

(Paine, 1992).

Tutupan Lahan

Pengetahuan tentang penggunaan lahan dan penutupan lahan penting

untuk berbagai kegiatan perencanaan dan pengelolaan yang berhubungan dengan

permukaan bumi. Penggunaan foto udara pankromatik skala menengah untuk

(28)

ini, foto udara skala kecil dan citra satelit telah digunakan untuk penggunaan

lahan/penutupan lahan bagi wilayah yang luas.

Istilah penutupan lahan berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada

dipermukaan bumi. Contoh jenis penutup : bangunan kekotaan, danau, pohon dan

lain-lain. Sebidang lahan tersebut mempunyai penutup lahan yang terdiri dari

atap, permukaan yang diperkeras, rumpu, dan pepohonan

(29)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Kabupaten Deli Serdang secara geografis, terletak diantara 2°57’ - 3°16’

Lintang Utara dan antara 98°33’ - 99°27’ Bujur Timur merupakan bagian dari

wilayah pada posisi silang di kawasan Palung Pasifik Barat dengan luas wilayah

2.497,62 Km2 yang terdiri dari 22 kecamatan dan 403 desa/kelurahan, yang terhampar mencapai 3.34 persen dari luas Sumatera Utara. Dengan batas-batas

sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumatera.

- Sebelah Selatan berbatasan dergan Kabupaten Karo

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten

Langkat.

Kabupaten Deli Serdang dihuni penduduk yang terdiri dari berbagai suku

bangsa seperti Melayu, Karo, Simalungun, Jawa, Batak, Minang, Cina, Aceh dan

pemeluk berbagai agama seperti Islam, Kristen, Hindu dan Budha, dengan total

jumlah penduduk berjumlah 1.686.366 jiwa dengan Laju Pertumbuhan

Penduduknya (LPP) sebesar 2,74 persen dengan kepadatan rata-rata 616 jiwa

perkilometer persegi.

Kabupaten Deli Serdang memilik sarana dan prasarana transportasi berupa

jalan darat dan kereta api. Disamping itu didukung oleh sarana dan prasarana

utama lainnya seperti listrik, telekomunikasi, air bersih dan Kawasan Industri

(30)

Pembangunan Bidang Pelayanan Kesehatan merupakan salah satu prioritas

pembangunan lainnya di Kabupaten Deli Serdang. Dari peningkatan derajad

kesehatan bagi masyarakat, akan memberi dampak kepada peningkatan usia

harapan hidup, penurunan angka kematian ibu hamil, dan angka kematian bayi.

Sektor Pertanian yang meliputi sub sektor pertanian tanaman pangan dan

holtikultura, perkebunan, peternakan dan kehewanan, perikanan dan kelautan

serta kehutanan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam perekonomian

daerah Kabupaten Deli Serdang.

Secara rinci, penggunaan lahan di Kabupaten Deli Serdang dapat

dibedakan sebagai berikut :

Tabel 2. Data Tutupan Lahan Kabupaten Deli Serdang

- Perkampungan / Pemukiman : 12.907 Ha ( 5,39 % )

Sumber : Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang

Sub Sektor Kehutanan selain dimanfaatkan untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi, juga telah diupayakan pelestariannya dengan mengajak

masyarakat berpartisipasi untuk melindungi dan melestarikan keberadaan hutan

(31)

Sedangkan di sub sektor pertanian tanaman pangan dan holtikultura,

daerah Kabupaten Deli Serdang hingga saat ini merupakan salah satu lumbung

beras dan memberikan kontribusi yang tidak sedikit bagi Propinsi Sumatera

Utara.

Dari 33 obyek wisata yang ada sebelum pemekaran wilayah, saat ini di

Kabupaten Deli Serdang masih tersisa sekitar 24 obyek wisata potensial untuk

dikembangkan menjadi Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang baru di Kabupaten

Deli Serdang.Dari 24 obyek wisata, 11 di antaranya telah dikelola sesuai dengan

Perda No. 23 Tahun 2003 tentang Retribusi Izin Usaha Rekreasi dan Hiburan

umum, dan 13 obyek wisata lainnya masih merupakan potensi yang belum

dikelola.

Obyek wisata yang ada, sebenarnya memiliki potensi cukup menjanjikan

untuk dikembangkan yang terdiri dari wisata alam, pemandian alam, panorama,

air panas, cagar alam, dan wisata pantai.Beberapa peluang investasi pada

pengembangan pariwisata di Kabupaten Deli Serdang antara lain adalah,

membangun fasilitas penginapan, restoran, kios souvenir, pemasaran

barang-barang souvenir, buah-buahan, perbaikan jalan menuju obyek wisata, fasilitas

(32)
(33)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2009 di

Kecamatan Namo Rambe, Pancur batu dan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

Sumatera Utara. Pengelolaan dan analisis data dilakukan di Laboratorium

Manajemen Hutan Terpadu Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Citra Landsat TM 5 Tahun 2006

Citra landsat TM hasil rekaman sensor Thematic Mapper, yang dipasang

pada Landsat 5. Sistem TM meliputi lebar sapuan (scanning) sebesar 185 km,

direkam dengan menggunakan tujuh saluran gelombang, yaitu tiga saluran

panjang gelombang tampak, tiga saluran panjang gelombang infra merah dekat

dan satu saluran gelombang inframerah termal.

TM merupakan sistem yang sangat kompleks yang memerlukan toleransi

(kelonggaran) pembuatan yang amat kecil dan kontrol mekanis yang tepat pada

cermin scanning. Toleransinya adalah sedemikian kecilnya sehingga tidak

mungkin lagi dibuat penyempurnaan dimasa mendatang untuk memperkecil

resolusi sampai dibawah 30 m. TM tidak merupakan suatu terobosan besar dalam

(34)

2. Data Spasial (data administrasi) Kabupaten Deli Serdang

a. Peta batas desa

b. Peta batas kecamatan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Perangkat keras (Hardware) yang digunakan beupa seperangkat personal

computer (PC) dan perangkat lunak (Software) ArcView 3.3 dan ERDAS 9.0.

2. GPS (Global Positioning System) untuk menentukan titik koordinat

dilapangan

3. Kamera Digital untuk mendokumentasikan tutupan lahan di lapangan

4. Meteran untuk mengukur diameter pohon

5. Clinometer untuk menentukan tinggi pohon

6. Alat tulis menulis untuk mencatat data dan informasi yang didapat

7. Tally sheet untuk mencatat data

Prosedur Penelitian

Pengumpulan data meliputi :

a. Citra landsat TM

Analisis citra

Citra Landsat dianalisis dengan tujuan untuk memperoleh peta

penggunaan lahan (Land Use) dari kawasan yang diteliti. Analisis citra

dapat dilakukan dalam enam tahap yang digambarkan dalam diagram

(35)

a. Koreksi Citra

Koreksi citra merupakan prosedur operasi agar diperoleh data yang

sesuai dengan aslinya. Sebab citra hasil rekaman sensor

penginderaan jauh mengalami berbagai distorsi yang disebabkan

oleh gerakan sensor, faktor media antara, dan faktor objeknya

sendiri, sehingga perlu dibetulkan atau dipulihkan kembali.

Koreksi citra terdiri dari :

 Koreksi Geometris

Koreksi geometrik atau rektifikasi merupakan suatu proses

transformasi data dari satu sistem grid menggunakan suatu

transformasi geometrik. Oleh karena posisi piksel pada citra

output tidak sama dengan posisi input (aslinya) maka

piksel-piksel yang digunakan mengisi citra yang baru harus

diresampling kembali. Resampling adalah suatu proses

melakukan ekstrapolasi nilai data untuk piksel-piksel pada

sistem grid yang baru dari nilai piksel citra aslinya.

 Koreksi Radiometrik

Koreksi radiometrik adalah teknik atau penajaman kontras

citra dengan memperbaiki nilai dari individu-individu piksel

pada citra.

b. Subset Image

Subset image adalah memotong (cropping) citra untuk menentukan

(36)

c. Perbaikan Citra (Image Enhancement)

Image Enhancement bertujuan untuk meningkatkan mutu citra,

baik untuk memperoleh keindahan gambar maupun untuk

kepentingan analisis citra. Secara umum teknik perbaikan citra

terdiri dari :

Perbaikan Spasial (Spatial enhancement)

Spatial Enhancement bertujuan memperbaiki citra

(memberikan efek kontras, penajaman tepi dan atau

penghalisan citra) menggunakan nilai-nilai pixel yang

bersangkutan dan yang ada disekitarnya.

Perbaikan Radiometrik (Radiometrik enhancement)

Radiometrik Enhancement adalah teknik memperbaiki citra

menggunakan nilai individu pixel yang bersangkutan saja.

Teknik manipulasi citra dilakukan dengan menggunakan

modifikasi histogram.

Perbaikan Spektral (Spectral enhancement)

Spectral Enhancement adalah teknik perbaikan citra

menggunakan masing-masing pixel sejumlah band (basis

multi-band), meliputi analisis komponen utama (principal

componen), komponen baku, komponen vegetasi,

transformasi warna berdasarkan kontras intensitas siturasi,

(37)

d. Klasifikasi Citra (Image classification)

Ada beberapa hal mendasar antara kelas informasi dan

kelas spektral. Kelas informasi didefinisikan oleh manusia

sedangkan kelas spektral menyatu dengan data penginderaan jauh

serta harus diidentifikasi dan diberi label oleh seorang analis.

Tujuan dari klasifikasi digital adalah untuk menterjemahkan kelas

spektral ke dalam kelas informasi Penyusunan peta vegetasi

menggunakan nilai NDVI dari citra satelit. Peta penggunaan lahan

juga dapat dibuat berdasarkan nilai indeks vegetasi (NDVI).

e. Uji Ketelitian

Uji ketelitian bertujuan untuk menguji kebenaran dari hasil

interpretasi yang diperoleh dengan cara pengecekan di lapangan

serta pengukuran beberapa titik (sampel area) yang dipilih dari

setiap bentuk penutup/penggunaan lahan yang homogen.

(38)

Citra Landsat

Geometris

Koreksi

Radiometrik

Image

Spasial Radiometrik Spektral

Citra

Klasifikasi Terbimbing

Uji K li i

Peta Land Use

Gambar 2. Tahapan Analisis Citra

Subset

Data Spasial

1. Menghitung Indeks Vegetasi (NDVI)

Perhitungan indeks vegetasi yang digunakan yaitu Normalized Difference

Vegetation Indeks (NDVI). Merupakan kombinasi antara teknik penisbahan

dengan pengurangan citra. NDVI adalah salah satu indikator untuk mengetahui

tingkat kekeringan lahan dan mengukur tingkat kehijauan atau kerapatan vegetasi

(39)

Data tutupan lahan diperoleh dengan menggunakan pendekatan indeks

vegetasi, dalam hal ini dipilih untuk menggunakan Normalized Difference

Vegetation Index (NDVI) yang dihitung dengan menggunakan persamaan:

NDVI = Band 4 – Band 3

Band 4 +Band 3

Keterangan :

Band 3 = Red

Band 4 = NIR

Dengan Band 4 merujuk pada band dengan kisaran panjang gelombang

infra merah dekat (Near Infra Red, NIR), Band 3 merujuk pada band dengan

kisaran panjang gelombang merah. Jika citra yang dihasilkan kurang bagus

tingkat kekontrasannya akibat cuaca maka klasifikasi citra yang digunakan adalah

dengan metode interpretrasi (Lillesand & Kiefer 1990).

2. Klasifikasi NDVI

Nilai NDVI berkisar antara -1 sampai dengan +1 dimana nilai NDVI yang

rendah (negatif) mengidentifikasi wilayah berbatuan, pasir dan salju. Sedangkan

nilai NDVI yang tinggi (positif) mengidentifikasi wilayah vegetasi baik berupa

padang rumput, semak belukar maupun hutan. Untuk memudahkan

mengidentifikasi penutupan lahan pada citra maka dilakukan klasifikasi yang

(40)

Tabel 3. Klasifikasi NDVI

No Kelas NDVI Keterangan

1

Langkah-langkah dalam pengklasifikasian NDVI tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Klik icon Viewer pada menu Erdas Imagine 9.1

2. Klik menu area of interest (AOI) yang akan dijadikan sebagai Training

area dengan cara mengklik menu AOI Tool sehingga muncul seperti

pada Gambar 3.

3. Klik menu Classifier Signature Editor sehingga muncul seperti

Gambar 4.

4. Di Signature Editor, untuk menentukan kolom yang akan dipergunakan,

yaitu semua kolom kecuali Red, Green dan Blue. Caranya adalah dengan

(41)

Gambar 3. Menu penentuan Area of Interest (AOI)

Gambar 4. Pembuatan Signature Editor

(42)

5. Selanjutnya adalah menentukan Training area bagi suatu obyek tertentu,

misalnya untuk sawah caranya dengan mengklik icon pada kotak

dialog AOI

6. Memasukkan informasi yang ada di training area ke signature editor.

Caranya adalah dengan mengklik icon pada Signature editor,

sehingga muncul seperti pada Gambar 6. Pada Kolom Signature Name

kemudian diberi nama sesuai dengan obyek yang sedang dibuat training

areanya.

7. Kemudian simpan AOI layer tersebut dengan cara mengklik menu File

Save AOI layers as ..dan memberi nama sesuai dengan obyeknya

(Gambar 7).

8. Mengulangi tahapan no 7 sampai no 9 untuk setiap obyek yang akan

diklasifikasikan. Setelah semua obyek-obyek telah diklasifikasikan, maka

tahapan selanjutnya adalah menyimpan signature editor-nya. Dengan cara

mengklik menu File Save dan menentukan folder yang akan

dipergunakan untuk menyimpan hasil pembuatan Signature editor.

Setelah foldernya ditetapkan, selanjunya memberi nama Signature editor

kita agar mudah diperbaiki jika masih ada yang belum baik.

9. Jumlah training area, penamaan, dan pewarnaan untuk setiap obyek, serta

jumlah piksel yang dipergunakan untuk klasifikasi dapat dilihat seperti

(43)

Gambar 6. Pembuatan Training Area

Gambar 7. Penyimpanan AOI Layers yang telah dibuat

(44)

10. Tahapan selanjutnya adalah mengevaluasi separabilitas dari obyek-obyek

yang telah dibuat training areanya. Hal ini penting agar training area yang

dibuat benar-benar terpisah satu dengan yang lainnya. Caranya pada

Signature Editor dengan mengklik menu Evaluate Separability sehingga

diperoleh seperi Gambar 9.

Gambar 9. Evaluasi Separabilitas Training Area

11. Hasil dari Analisis Separabilitas akan muncul seperti pada Gambar 10.

Gambar 10. Hasil Evaluasi Separabilitas

12. Selanjutnya dilakukan analisis akurasi dengan melihat Matriks

(45)

Produsers Accuracy, Overall Accuracy dan Kappa Accuracy. Caranya

pada Signature Editor Mengklik Evaluate Contingency.

13. Setelah Akurasinya dianggap telah baik (lebih dari 95% untuk semua

akurasi tersebut pada tahapan 12), maka langkah selanjutnya membuat

peta hasil klasifikasi.

14. Pembuatan Peta Hasil Klasifikasi dilakukan dengan cara mengklik menu

Classify pada Signature Editor kemudian mengklik Supervised.

15. Tahapan selanjutnya adalah memberi nama citra output hasil klasifikasi.

3. Overlay spasial NDVI dan batas administrasi

Overlay spasial adalah kegiatan menggabungkan feature dari dua

layer/coverge ke dalam layer baru serta menggabungkan secara relational atribut

featurenya. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui pola sebaran hutan rakyat di

wilayah studi berdasarkan kelas NDVI yang telah ditentukan. Adapun operasi

yang digunakan adalah Intersect theme.

Pengecekan Lapangan

Kegiatan pemeriksan lapangan dilakukan untuk mendapatkan informasi

mengenai tipe penutupan lahan yang sebenarnya. Sebelum dilakukan pengecekan

lapangan terlebih dahulu dilakukan kegiatan penentuan titik koordinat geografis

bumi, penentuan titik koordinat dilapangan dilakukan dengan menggunakan

Global Positioning System(GPS). Pada saat ground chek akan dilakukan

pengukuran vegetasi meliputi tinggi, diameter dan jumlah individu pada tingkat

tiang dan pohon. Adapun bentuk petak contoh untuk pengukuran data vegetasi

(46)

Pengolahan data

Data yang diperoleh dilapangan dilakukan dengan menggunakan software

excel. Penentuan nilai potensi dilakukan dengan perhitungan berdasarkan

parameter tinggi dan diameter pohon yang diukur di lapangan.

Analisis yang dilakukan adalah :

1. LBDS ( Luas Bidang Dasar)

3. Analisis regresi

Analisis regresi digunakan untuk mengetahui hubungan antara nilai

NDVI dengan volume kayu. Analisis regresi dihitung dengan menggunakan dua

model persamaan, yaitu model persamaan regresi eksponensial dan linier yang

mengandung dua variabel (peubah), dimana nilai peubah terikatnya adalah NDVI

(47)

Persamaan regresi eksponensialnya yaitu :

Y = a e b x

Persamaan regresi linearnya yaitu :

Y = a + b x

Keterangan :

Y = nilai peubah untuk volume pohon (m3/Ha) a = elevasi regresi

e = 2.7183

b = koefisien regresi

x = nilai peubah untuk NDVI

Analisis Spasial

Analisis spasial adalah suatu proses untuk mendapatkan dan membentuk

informasi baru dari data atau feture geografis. Analisis spasial yang dilakukan

dalam penelitian ini meliputi :

1. Perhitungan luas hutan pada setiap kelas NDVI di masing-masing kecamatan.

Tahap-tahapnya adalah :

• Buka program ArcView

• Pilih ”create a new project with a new view”

• Klik ”Ok”

• Klik ”Yes”

Pada ”Add Theme” pilih nama file yang disimpan misal : kecamatan.shp

Klik ikon ”Open theme table”

(48)

Klik ”New Set”

Selanjutnya dilakukan dengan perhitungan luas hutan di setiap kelas

NDVI pada setiap kecamatan

• Aktifkan theme yang akan dipilih, misal : hutan

Klik ikon ”Open theme table”

Klik ikon ”Query builder” [ Ket ] = hutan

Klik ”New Set”

Tampilan dapat dilihat pada Gambar 11

Gambar 11. Tampilan New Set

• Aktifkan field ”kecamatan”

Klik ikon Summarized

Tampilan dapat dilihat pada Gambar 12

(49)

2. Membuat field potensi hutan rakyat pada tutupan lahan hutan

Tahap-tahapnya adalah sebagai berikut :

• Aktifkan theme yang akan dipilih, misal : hutan

Klik ikon ”Open theme table”

• Klik menu Table : Stard Editing

Klik menu Edit : Add Field

Tampilan dapat dilihat pada Gambar 13

Gambar 13. Tampilan Add Field

Klik menu Table : Stop editing & Save Edit

Klik ikon select none

3. Pembuatan layout peta

a. Penampilan Layout

(50)

Tampilan dapat dilihat pada Gambar 14

Gambar 14. Tampilan Layout peta

b. Pengaktifan Extensi ” Graticules & Measured Grids”

Mengklik menu File : Extensions, beri tanda checklist (√) Graticules &

Measured Grids dan klik OK. Tampilan dapat dilihat pada Gambar 15

Gambar 15. Tampilan pengaktifan Graticules & Measured Grids

Klik ikon Graticules & Measured Grids pilih View Theme, beri

(51)

Tampilan dapat dilihat pada Gambar 16

Gambar 16. Graticules & Measured Grids

c. Pengaturan tata letak nama, judul peta dan besarny huruf

Pada awalnya akan muncul judul ”View” ganti dengan judul peta

yang diinginkan

Klik double frame peta, akan muncul pallate editor

• Klik judul set ukuran front 12

d. Pengaturan tata letak arah mata angin (klik double gambar arah mata angin

e. Pengaturan penampilan skala (skala bar/grafis atau skala rasio)

f. Menambahkan keterangan lain seperti penyusunan peta , keterangan dan

lain-lain :

• Klik ikon Teks

• Klik lokasi teks

• Tulis teks pasa properties

(52)

Tampilan pembuatan peta dapat dilihat pada Gambar 17.

(53)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tipe Tutupan Lahan

Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan tipe penutupan lahan di

Kecamatan Sibolangit, Namorambe dan Pancur Batu beragam. Tipe penutupan

lahan yang ditemukan kemudian diklasifikasikan menjadi 9 kelas tutupan lahan.

Tutupan lahannya yaitu lahan terbuka, badan air berupa kolam, semak, sawah,

pemukiman, hutan rakyat campuran, hutan rakyat monokultur, hutan rakyat

agroforestri dan hutan alam.

Kondisi sebagian tutupan lahan di lapangan pada saat pengecekan adalah

seperti Gambar 18 dan 19.

Gambar 18. Tutupan Lahan Riil yang Dijadikan Training Area (A) Lahan Terbuka, (B) Badan Air, (C) Sawah, (D) Semak dan (E) Pemukiman

A B

D E

(54)

Gambar 19. Tutupan Lahan Riil yang Dijadikan Training Area (F) Kelapa Sawit, (G) Hutan Alam, (H) Hutan Rakyat Agroforestri, (I) Hutan Rakyat Campuran

Analisis Visual

Analisis visual merupakan kegiatan mengamati citra secara visual dengan

tujuan untuk mengidentifikasi obyek. Pada pengelompokan obyek yang homogen

dalam suatu kelas penggunaan lahan dilakukan secara manual berdasarkan elemen

penafsiran dan titik koordinat yang diperoleh di lapangan. Elemen yang

diperhatikan adalah warna, ukuran, bentuk, pola, tekstur, bayangan, asosiasi, dan

lokasi di lapangan.

Analisis visual dilakukan dicitra landsat TM 5 dengan menggunakan

kombinasi band 543 dalam format Red, Green, Blue. Identifikasi tutupan hutan

rakyat dalam penelitian ini digunakan kombinasi 3 band Landsat TM yaitu

5-4-3. Kombinasi yang menunjukkan inframerah dekat sebagai hijau F

H

G

(55)

menunjukkan vegetasi dalam warna hijau, dan karenanya disebut pseudo-natural

colour composite.

Hasil dari identifikasi visual terhadap 9 kelas penutupan lahan yang

dijumpai di lapangan pada kombinasi band 5-4-3 Landsat TM 5 adalah :

(a). Hutan Alam, polanya dengan bentuk bergerombol dengan warna hijau tua

sampai gelap dengan tekstur relatif kasar.

(b). Pemukiman, dengan tekstur halus sampai kasar, warna ungu kemerahan dan

biasanya berada di jalur jalan.

(c). Semak, tekstur yang relatif halus dari pada hutan lebat, berwarna hijau agak

kecoklat-coklatan dibandingkan hutan lebat, terdapat diantara hutan rakyat.

(d). Badan air berwarna biru, untuk telaga dengan bentuk yang berkelompok

diantara hutan rakyat ataupun pemukiman.

(e). Lahan terbuka mempunyai bentuk dan pola yang menyebar di antara hutan,

pemukiman, perkebunan dan jalan, berwarna merah jambu dengan tekstur

halus.

(f). Hutan Rakyat Campuran, memiliki tekstur relatif kasar dengan warna hijau

muda agak gelap.

(g). Hutan Rakyat Agroforestri, memliki tekstur yang halus dengan warna orange

yaitu campuran warna antara hutan dengan tanaman pertanian yang terdapat

antara pemukiman dan sawah.

(h). Hutan Rakyat Monokultur, memliki tekstur yang sama seperti hutan rakyat

agroforestri yaitu relatif halus dengan warna hijau muda yang lembut.

(i). Sawah, tekstur yang relatif kasar dengan pola yang berkelompok-kelompok

(56)

Hasil analisis visual penutupan lahan pada kombinasi citra landsat TM 5

pada RGB 5-4-3 disajikan dalam Gambar 20.

Gambar 20. Analisis Visual Citra Landsat TM

Klasifikasi Terbimbing

Klasifikasi Citra Landsat dilakukan untuk mengelompokkan penutupan

lahan. Metode yang dipergunakan adalah klasifikasi terbimbing (Supervised

Classification). Sebelum melakukan proses klasifikasi terbimbing (Supervised

Classification), terlebih dahulu dibuat Training Area sebagai areal pewakil yang

mewakili untuk tiap kategori kelas yang akan diklasifikasi.

Pengukuran separabilitas dilakukan untuk memperoleh kualitas ketelitian

klasifikasi. Hasil analisis separabilitas menunjukkan kisaran dari baik sampai

sangat baik. Hasil analisis separabilitas pengklasifikasian tipe tutupan lahan

(57)

Tabel 4. Hasil Separabilitas Pengklasifikasian Tutupan Lahan

Tutupan Lahan Lahan terbuka

HR

Monokultur Sawah Semak

HR

Metode yang dipilih yaitu transformed Divergence (TD) karena baik

dalam mengevaluasi keterpisahan antar kelas, juga memberikan estimasi yang

terbaik untuk pemisahan kelas (Jaya, 1996). Nilai separabilitas terendah yang

diperoleh adalah 1922,22 antara semak dan hutan rakyat campuran. Menurut Jaya

(1996) kriteria yang digunakan dalam memisahkan individu-individu dalam

pasangan kelasnya adalah :

(1) tidak terpisah : ≤ 1600

(2) Jelek keterpisahannya : 1601 – 1699

(3) Sedang keterpisahannya : 1700 – 1899

(4) Baik keterpisahannya 1900 – 1999, dan

(5) Sangat baik keterpisahannya : 2000

Analisis akurasi dilakukan dengan menggunakan matrik kesalahan

(confusion matrix) yang disebut juga matrik contingency. Akurasi dihitung dengan

menggunakan rumus Kappa Accuracy. Kappa Accuracy dipergunakan karena

memperhitungkan semua elemen dalam matrik contingency. Akurasi Kappa juga

digunakan untuk menguji kesignifikanan antara dua matrik kesalahan dari metode

yang berbeda atau kombiansi band yang berbeda (jaya, 1996). Untuk akurasi

(58)

dari 85%. Semakin tinggi akurasinya, baik Overall Accuracy maupun Kappa

Accuracy maka pengklasifikasian yang dilakukan akan semakin baik.

Tabel 5. Nilai Akurasi Pengklasifikasian Tutupan Lahan

Data Lahan Terbuka

HR

Monokultur Sawah Semak

HR

Hasil perhitungan akurasi menunjukkan bahwa overall accuracy sebesar

92,45 % dan nilai kappa accuracy yang diperoleh sebesar 91,33 %. Jaya (1996)

mengemukakan bahwa nilai akurasi di atas 85% berarti hasil klasifikasi dapat

diterima dengan tingkat kesalahan kurang atau sama dengan 15% sehingga tidak

(59)

Penutupan Lahan

Luas total penelitian dari 3 kecamatan adalah 38.225,07 Ha yang terdiri

dari Kecamatan Sibolangit 17.781,62 Ha, Kecamatan Pancur Batu 12.225,34 Ha

dan Kecamatan Namo Rambe 8.218,10 Ha. Berdasarkan hasil klasifikasi citra

Landsat TM tahun 2006, semak merupakan jenis tutupan lahan dengan luas

terbesar yaitu 16.157,54 Ha atau 42,3 %, besarnya penggunaan lahan semak

tersebut diakibatkan karena wilayah Sibolangit, Namo Rambe dan Pancur Batu itu

masih kedalam wilayah pegunungan, sehingga belum banyak wilayah

pembangunan, sehingga wilayah tersebut masih lebih banyak terdapat hutan alan

dan hutan-hutan rakyat yang dikembangkan oleh masyarakat sekitar hutan untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan pemukiman memiliki penutupan

lahan dengan luas 12.183,15 Ha atau 31,9 %. Sawah memiliki penutupan lahan

dengan luas 1.562,71 Ha atau 4,0 %. Lahan Terbuka memiliki penutupan lahan

dengan luas 2.154,22 Ha atau 7,4 %. Badan air atau kolam memiliki penutupan

lahan dengan luas 427,11 Ha atau 1,12 %. Persentase dari penutupan lahan dapat

dilihat pada Tabel 6.

Hutan rakyat dikategorikan dalam tiga tipe yaitu hutan rakyat campuran,

hutan rakyat monokultur dan hutan rakyat agroforestri. Hutan rakyat campuran

adalah hutan rakyat yang ditumbuhi oleh pohon kayu dan pohon buah yang sama

memiliki nilai ekonomi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

setempat dengan luas 1.681,02 Ha atau 4,4%. Hutan monokultur adalah hutan

rakyat yang didominasi oleh satu jenis tanaman yang homogen dengan luas

282,40 Ha atau 0,7 %. Hutan rakyat agroforestri adalah hutan rakyat yang

(60)

pertanian dengan luas 930,39 Ha atau 2,4 %. Hal ini sesuai dengan literatur

Lembaga Penelitian IPB (1983), yang membagi hutan rakyat kedalam tiga bentuk,

yaitu:

(a) Hutan rakyat murni (monoculture), yaitu hutan rakyat yang hanya terdiri

dari satu jenis tanaman pokok berkayu yang ditanam secara homogen atau

monokultur. Pola hutan rakyat tipe monokultur yang dijumpai di lapangan

seperti disajikan dalam Gambar 21.

(b) Hutan rakyat campuran (polyculture), yaitu hutan rakyat yang terdiri dari

berbagai jenis pohon-pohonan yang ditanam secara campuran. Pola hutan

rakyat tipe monokultur yang dijumpai di lapangan seperti disajikan dalam

Gambar 22.

(c) Hutan rakyat wana tani (agroforestry), yaitu yang mempunyai bentuk

usaha kombinasi antara kehutanan dengan cabang usaha tani lainnya

seperti tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan lain-lain

yang dikembangkan secara terpadu. Pola hutan rakyat tipe monokultur

yang dijumpai di lapangan seperti disajikan dalam Gambar 23

(61)

Gambar 22. Pola Tanam Hutan Rakyat Monokultur Pohon Rambutan

Gambar 23. Pola Tanam Hutan Rakyat Agroforestri antara Tanaman Kehutanan (Duku, Sengon, Jati) dan Tanaman Pertanian (Jagung, Ubi Kayu) serta antara Tanaman Perkebunan (Pinang, Pisang)

Tabel 6. Persentase Penutupan Lahan

Klasifikasi Luas (Ha) Persentasse (%)

Badan Air 427,11 1,12

HR Agroforestry 930,39 2,43

HR Campuran 1681,02 4,40

HR Monokultur 282,40 0,74

Hutan Alam 2.846,53 7,40

Lahan Terbuka 2154,22 5,70

Pemukiman 12.183,15 31,90

Sawah 1562,71 4,00

Semak 16.157,54 42,30

Total 38.225,07 100

Pola spasial tanaman hutan rakyat yang ditemukan di lapangan

(62)

yaitu pola dimana hutan rakyat itu tidak hanya terdapat dalam satu desa melainkan

di beberapa desa lainnya. Sedangkan pola mengelompok adalah pola hutan rakyat

yang terdiri dari beberapa daerah yang luasannya cukup besar sehingga

membentuk suatu wilayah yang dilihat dari pola berkelompok.

Pola penyebaran atau pola pengelompokan hutan rakyat di wilayah ini

sangat besar. Hal ini disebabkan karena lokasi penelitian yang kondisi

topografinya lebih curam sehingga masyarakat disekitar lebih banyak menanam

jenis pohon-pohon sebagai perlindungan tanah sehingga dapat mengantisipasi dari

bencana alam. Selain itu dengan tetap menjaga keseimbangan lingkungan

tersebut, masyarakat di kecamatan tersebut juga dapat memanfaatkan hasilnya

(63)

Gambar 24. Peta Penutupan Lahan

Hubungan NDVI dengan Penutupan Lahan

Nilai NDVI dari klasifikasi citra penutupan lahan di lokasi penelitian

berkisar dari -0,444 sampai 0,654 yaitu antara badan air berupa kolam sampai

vegetasi jarang berupa hutan rakyat. Nilai NDVI berkisar antara -1 dan +1, nilai

ini berbeda pada setiap kondisi kandungan klorofil dan kandungan air yang

berbeda dan juga berbeda pada setiap fase pertumbuhan. Umumnya pola indeks

vegetasi meningkat sejak awal pertumbuhan (fase vegetatif) dan mencapai

puncaknya pada pertumbuhan vegetatif maksimum, kemudian menurun pada fase

pertumbuhan generatif hingga panen.

(a). NDVI akan bernilai positif (+) manakala permukaan vegetasi lebih banyak

memantulkan radiasi pada gelombang panjang infra merah dekat (Near infra

red) dibandingkan pada cahaya tampak.

(b). NDVI bernilai nol (0) bila pemantulan energi yang direkam oleh panjang

gelombang cahaya tampak sama dengan gelombang infra merah dekat. Hal

ini sering terjadi pada daerah pemukiman, tanah bera, daratan non vegetasi,

dan awan.

(c). NDVI akan bernilai negatif (-) bila permukaan awan, air dan salju lebih

banyak memantulkan energi apada gelombang cahaya tampak dibandingkan

(64)

Tabel 7. Nilai NDVI Berdasarkan Klasifikasi Tutupan Lahan di Lapangan

Kisaran Nilai NDVI Klasifikasi Tutupan Lahan

-0,857 – (-0,095) Badan Air

-0.089 – 0,006 Lahan Terbuka

0,012 – 0,264 Vegetasi Relatif Jarang

0,270 – 0,396 Vegetasi Sedang

0,402 – 0,654 Vegetasi Rapat

Hubungan Volume Pohon dengan NDVI

Hubungan antara NDVI dengan volume pohon hutan rakyat dapat

diketahui dengan menggunakan persamaan regresi linear dan eksponensial. Nilai

NDVI yang digunakan berkisar antara 0,0 – 0,645 dari 36. Hasil pengukuran

volume pohon di 36 plot terpilih disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Volume Pohon Hutan Rakyat Berdasarkan NDVI

(65)

22

Nilai yang diperoleh dari volume pohon merupakan hasil dari rata-rata

volume pohon per 3 plot yang diukur di lapangan. Plot yang digunakan adalah

pada tanaman hutann rakyat campuran dan agroforestry. Dimana pohon yang

digunakan merupakan pohon buah dan pohon kayu.

Bentuk persamaan volume pohon hutan rakyat dengan NDVI disajikan

(66)

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa NDVI memiliki hubungan

keterkaitan yang cukup baik dengan volume pohon hutan rakyat. Kondisi ini

ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (r) yang sebesar 0.94 dan koefisien

determinasi (R2) sebesar 0,89. Semakin tinggi NDVI maka volume pohon semakin tinggi. Hubungan antara volume pohon dan NDVI memiliki hubungan

yang signifikan dengan hasil persamaan diperoleh nilai 0,94 yang berarti 94 %

variasi di NDVI dapat diterangkan oleh volume pohon. Hal ini sesuai dengan

literatur Irianto (2008) yang mengatakan bahwa pada metode analisis regresi,

tingkat keeratan hubungan antar peubah dikatakan cukup baik apabila memiliki

nilai koefisien korelasi > 0,70.

Bentuk hutan rakyat campuran merupakan hutan rakyat yang banyak

terdapat dilapangan, hal ini dikarenakan tanaman hutan rakyat tersebut sudah ada

dari zaman dahulu keturunan pemilik lahan yang sampai sekarang masih di kelola

oleh penerus keturunannya. Sehingga dari ketiga bentuk hutan rakyat hanya hutan

rakyat campuran yang masih banyak di kelola oleh pemilik lahan, terutama di

daerah kecamatan sibolangit. Hasil potensi pohon dapat dilihat pada tabel 9. Jenis

tanaman hutan rakyat yang banyak dikembangkan oleh masyarakat seperti duku,

durian, mahoni, sengon, pete, sukun, dan saga.

Tabel 9. Potensi Volume Hutan Rakyat

No Kecamatan Bentuk Hutan Rakyat Luas (Ha) Potensi Pohon

(m3/Ha)

1 Sibolangit a. Hutan Rakyat Campuran 1.193, 29 128.021, 66

b. Hutan Rakyat Agroforestri 147, 49 16.428, 52

c. Hutan Rakyat Monokultur 84, 93 20.891, 07

2. Pancur Batu a. Hutan Rakyat Campuran 326,43 33.013, 49

b. Hutan Rakyat Agroforestri 437,45 44.411, 99

c. Hutan Rakyat Monokultur 63, 34 7.954,21

Gambar

Tabel 2. Data Tutupan Lahan Kabupaten Deli Serdang
Gambar 1. Peta Batas Administrasi
Gambar 2. Tahapan Analisis Citra
Tabel 3. Klasifikasi NDVI
+7

Referensi

Dokumen terkait

Potensi industri jasa konstruksi untuk dapat mendukung pembangunan PLTN di Indonesia harus ditingkatkan lebih baik dengan cara pengembangan sumber daya manusia, peningkatan

Karena tidak ada hak konstitusional yang dilanggar dan juga tidak bertentangan dengan UUD 1945 maka PNS harus mematuhi ketentuan dari pasal 119 dan 123 ayat (3) UU

Penelitian lainnya oleh Suhaili, Irawan, Fahrizal, & Herusutopo (2014) yang melakukan analisis perbandingan algortima pathfinding Greedy Best-First Search dengan A* dalam

Menyatakan bahwa “Skripsi” yang saya buat untuk memenuhi persyaratan kelulusan pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam negeri (UIN) Maulana

Item-item kajian dibina berdasarkan item yang telah diubahsuai daripada instrumen yang telah digunakan dalam kajian lepas oleh penyelidik lain seperti Siti Asiah (2002), bertajuk

Materi penelitian terdiri dari 180 ekor Kambing Saburai betina yang terdapat di Kecamatan Gisting dan Sumberejo yang merupakan wilayah sumber bibit kambing

Pada sampel ASI perah A dengan hasil kadar protein awal lebih rendah dibandingkan dengan setelah dilakukan penyimpanan pada freezer dan lemari pendingin dapat

Selama tahun 1834 tidak ada usaha yang sungguh-sungguh yang dilakukan oleh pasukan Belanda untuk menaklukkan Bonjol, markas besar pasukan Padri, kecuali pertempuran