• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Konsumsi Ransum

Konsumsi ransum merupakan kegiatan masuknya sejumlah unsur nutrisi yang ada dalam ransum tersebut yang telah tersusun dari berbagai bahan ransum untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Rataan konsumsi ransum burung puyuh yang diperoleh selama penelitian tertera pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan konsumsi ransum burung puyuh selama penelitian (g/ekor/minggu)

Perlakuan Ulangan Total Rataan ± sd

1 2 3 4 T0 64,13 65,61 65,10 64,15 258,99 64,74±0,73 T1 66,96 64,08 62,97 63,63 257,64 64,41±1,76 T2 62,59 67,23 63,29 63,57 256,68 64,17±2,08 T3 63,91 63,48 62,07 62,80 252,26 63,06±0,80 T4 63,57 62,11 60,76 60,54 246,98 61,74±1,40 Total 1272,55 Rataan 63,624

Dari data konsumsi ransum pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa rataan konsumsi ransum burung puyuh yang tertinggi adalah 64,74 g/ekor/minggu untuk perlakuan T0 yaitu dengan menggunakan ransum kontrol (tanpa menggunakan tepung kulit buah terong belanda fermentasi) dan konsumsi terendah sebesar 61,74 g/ekor/minggu pada perlakuan T4 yaitu dengan menggunakan tepung kulit buah terong belanda fermentasi sebesar 12%. Rataan konsumsi ransum seluruhnya yaitu sebesar 63,624g/ekor/minggu.

Pertambahan Bobot Badan

Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran yang meliputi perubahan berat hidup dan komposisi tubuh. Pertumbuhan juga dipengaruhi oleh factor genetika dan lingkungan atau keturunan. Dari hasil penelitian diperoleh rataan pertambahan bobot badan burung puyuh seperti tertera pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan pertambahan bobot badan burung puyuh selama penelitian (g/ekor/minggu)

Perlakuan Ulangan Total Rataan ± sd

1 2 3 4 T0 15,69 18,26 16,64 17,47 68,06 17,01 ± 1,10 T1 15,57 18,90 17,11 15,57 67,15 16,78 ± 1,58 T2 16,35 18,14 15,33 16,28 66,10 16,52 ± 1,17 T3 16,40 15,42 16,83 16,16 64,81 16,20 ± 0,59 T4 16,21 15,83 15,88 15,33 63,25 15,81 ± 0,36 Total 329,37 Rataan 16,464

Dari data pertambahan bobot badan pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa rataan pertambahan bobot badan tertinggi yaitu sebesar 17,01 g/ekor/minggu pada perlakuan T0 yaitu dengan menggunakan ransum kontrol (tanpa menggunakan tepung kulit buah terong Belanda fermentasi) dan pertambahan bobot badan yang terendah adalah sebesar 15,81 g/ekor/minggu pada perlakuan T4 yaitu ransum yang menggunakan tepung kulit buah terong belanda fermentasi sebesar 12%. Rataan pertambahan bobot badan seluruhnya yaitu sebesar 16,464 g/ekor/minggu.

Konversi Ransum

Konversi ransum merupakan suatu perbandingan jumlah konsumsi ransum pada satu minggu dengan pertambahan bobot badan yang dicapai pada minggu itu, bila rasio kecil berarti pertambahan bobot badan memuaskan atau ternak memakan dengan efisien. Dari penelitian yang dilakukan dengan penggunaan

tepung kulit buah terong Belanda fermentasi dalam ransum burung puyuh diperoleh hasil rataan konversi ransum seperti tertera pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan konversi ransum burung puyuh selama penelitian.

Perlakuan Ulangan Total Rataan ± sd

1 2 3 4 T0 4,08 3,59 3,91 3,67 15,25 3,81 ± 0,22 T1 4,30 3,39 3,68 4,08 15,45 3,86 ± 0,48 T2 3,82 3,70 4,12 3,90 15,54 3,88 ± 0,17 T3 3,89 4,11 3,68 3,88 15,56 3,89 ± 0,17 T4 3,92 3,92 3,82 3,94 15,60 3,90 ± 0,05 Total 77,40 Rataan 3,868

Dari data konversi ransum pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa rataan konversi ransum yang tertinggi adalah pada perlakuan T4 sebesar 3,90 yaitu dengan menggunakan ransum tepung kulit buah terong belanda fermentasi sebesar 12% dan konversi ransum terendah adalah pada perlakuan T0 sebesar 3,81 yaitu dengan menggunakan ransum kontrol (tanpa menggunakan tepung kulit buah terong belanda fermentasi). Rataan konversi ransum seluruhnya yaitu sebesar 3,868.

Pembahasan

Konsumsi Ransum

Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung kulit buah terong Belanda fermentasi terhadap konsumsi ransum burung puyuh, maka dilakukan analisis keragaman yang dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8. Analisis keragaman konsumsi ransum burung puyuh

SK DB JK KT Fhit Ftabel 0,05 0,01 Perlakuan 4 24,085 6,021 2,84tn 3,06 4,89 Galat 15 31,731 2,115 Total 19 55,816 Keterangan :KK = 2,28% tn = tidak nyata

Dari hasil analisis keragaman pada Tabel 8 menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel pada taraf (P>0,05) yang berarti perlakuan T0, T1, T2, T3, dan T4 pada burung puyuh memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap konsumsi ransum burung puyuh, walaupun rataan konsumsi ransum burung puyuh yang diperoleh antar perlakuan sedikit berbeda yaitu pada T0 sebesar 64,74 g/ekor/minggu, T1 sebesar 64,41 g/ekor/minggu. T2 sebesar 64,17 g/ekor/minggu, T3 sebesar 63,06 g/ekor/minggu dan T4 sebesar 61,74 g/ekor/minggu.

Tidak adanya pengaruh yang nyata terhadap konsumsi ransum menunjukkan bahwa perlakuan dengan penggunaan tepung kulit buah terong belanda fermentasi sampai level 12% dalam ransum tidak memberikan perbedaan yang nyata pada burung puyuh dalam mengkonsumsi ransum. Hal ini dapat

disebabkan karena kandungan energi dalam ransum perlakuan hampir sama, begitu juga dengan kandungan protein pada tiap perlakuan hampir sama. Karena kandungan energi yang hampir sama pada tiap perlakuan menyebabkan jumlah ransum yang dikonsumsi burung puyuh hampir sama. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Tilman, et al (1989) bahwa kandungan energi yang rendah dalam ransum mengakibatkan unggas akan meningkatkan konsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan energi setiap hari dan sebaliknya pakan atau ransum yang mengandung energi tinggi akan sedikit dikonsumsi oleh ternak. Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi konsumsi ransum antara lain dipengaruhi oleh besar, jenis puyuh, temperatur, lingkungan, palatabilitas ransum, bentuk makanan, stres Wahyu (1992).

Pertambahan Bobot Badan

Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung kulit buah terong Belanda fermentasi terhadap pertambahan bobot badan burung puyuh, maka dilakukan analisis keragaman yang dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.

Tabel 9. Analisis keragaman pertambahan bobot badan burung puyuh

SK DB JK KT Fhit Ftabel 0,05 0,01 Perlakuan 4 3,619 0,904 0,81tn 3,06 4,89 Galat 15 16,754 1,116 Total 19 20,373 Keterangan :KK = 6,41% tn = tidak nyata

Dari hasil analisis keragaman pada Tabel 9 menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel pada taraf (P>0,05) yang berarti perlakuan T0, T1, T2, T3 dan T4 pada burung puyuh memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata

terhadap pertambahan bobot badan burung puyuh, walaupun rataan pertambahan bobot badan burung puyuh yang diperoleh antar perlakuan sedikit berbeda yaitu pada perlakuan To sebesar 17,01 g/ekor/minggu, T1 sebesar 16,78 g/ekor/minggu, T2 sebesar 16,52 g/ekor/minggu, T3 sebesar 16,20 g/ekor/minggu dan T4 sebesar 15,81 g/ekor/minggu.

Tidak adanya pengaruh yang nyata terhadap pertambahan bobot badan burung puyuh menunjukkan bahwa perlakuan pemberian tepung kulit buah terong Belanda fermentasi dalam ransum burung puyuh tidak memberikan perbedaan dalam memperoleh pertambahan bobot badan. Hal ini dapat disebabkan karena dalam menyusun ransum untuk tiap perlakuan menggunakan energi dan protein yang hampir sama. Seperti dapat terlihat pada lampiran (hasil analisa ransum penelitian), dapat dilihat bahwa kandungan protein dan energi hampir sama atau tidak jauh berbeda. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anggorodi (1979), bahwa kecepatan tumbuh seekor ternak ditentukan oleh potensi genetik dan ransum.

Konversi Ransum

Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung kulit buah terong belanda fermentasi terhadap konversi ransum burung puyuh, maka dilakukan analisis keragaman yang dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.

Tabel 10. Analisis keragaman konversi ransum burung puyuh

SK DB JK KT Fhit Ftabel 0,05 0,01 Perlakuan 4 0,019 0,004 0,071tn 3,06 4,89 Galat 15 0,842 0,056 Total 19 0,861 Keterangan : KK = 6,11% tn = tidak nyata

Dari hasil analisi keragaman pada Tabel 10 menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel pada taraf (P>0,05) yang berarti perlakuan T0, T1, T2, T3 dan T4 pada burung puyuh memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap konversi ransum burung puyuh. Dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9 bahwa konsumsi dan pertambahan bobot badan burung puyuh menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata sehingga berpengaruh pula pada konversi ransumnya. Seperti yang diungkapkan oleh Sarwono (1993), konversi ransum merupakan suatu perbandingan jumlah konsumsi ransum pada satu minggu dengan pertambahan bobot badan yang dicapai pada minggu itu, bila rasio kecil berarti pertambahan bobot badan memuaskan atau ternak memakan dengan efisien. Tingkat konsumsi dan pertambahan bobot badan tiap perlakuan yang hampir sama ini disebabkan karena tiap perlakuan memiliki kandungan nutrisi yang sama.

Tidak adanya pengaruh yang nyata terhadap konversi ransum menunjukkan bahwa pemanfaatan tepung kulit buah terong belanda fermentasi dalam ransum burung puyuh belum meningkatkan efisiensi ransum. Dimana diperoleh konversi ransum yang tinggi (3,81, 3,86, 3,88, 3,89, 3,90), jika dibandingkan dengan pernyataan Anggorodi (1995) yang menyatakan bahwa konversi ransum yang baik pada puyuh adalah 2,3-2,8. Hal ini disebabkan karena konsumsi ransum burung puyuh yang tinggi tetapi tidak diiringi dengan pertambahan bobot badan yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anggorodi (1985) bahwa konversi ransum dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti umur ternak, bangsa, kandungan gizi ransum, keadaan temperatur dan kesehatan unggas. Lestari (1992) juga menyatakan bahwa angka konversi ransum

dipengaruhi oleh strain dan faktor lingkungan yaitu seluruh pengaruh luar termasuk di dalamnya faktor makanan terutama nilai gizi yang rendah.

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Hasil penelitian secara kesuruhan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Rekapitulasi hasil penelitian burung puyuh yang diberi ransum tepung kulit buah terong belanda fermentasi

Perlakuan Konsumsi Ransum PBB Konversi Ransum

(g/ekor/minggu) (g/ekor/minggu) T0 64,74tn 17,01tn 3,81tn T1 64,41tn 16,78tn 3,86tn T2 64,41tn 16,52tn 3,88tn T3 64,41tn 16,20tn 3,89tn T4 61,74tn 15,81tn 3,90tn

Dari data hasil rekapitulasi penelitian pada Tabel 11 menunjukkan bahwa pemanfaatan tepung kulit buah terong belanda fermentasi dalam ransum tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan serta konversi ransum burung puyuh (Coturnix-coturrnix japonica),

Dokumen terkait