• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Tepung Kulit Buah Terong Belanda (Cyphomandra Betacea) Fermentasi (Aspergillus Niger) Terhadap Pertumbuhan Burung Puyuh (Coturnix-Coturnix Japonica)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemanfaatan Tepung Kulit Buah Terong Belanda (Cyphomandra Betacea) Fermentasi (Aspergillus Niger) Terhadap Pertumbuhan Burung Puyuh (Coturnix-Coturnix Japonica)"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN TEPUNG KULIT BUAH TERONG BELANDA (Cyphomandra betacea) FERMENTASI (Aspergillus Niger)TERHADAP

PERTUMBUHAN BURUNG PUYUH (Coturnix-coturnix japonica)

SKRIPSI

O L E H

FRANS H NAINGGOLAN 030306034

IPT

DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PEMANFAATAN TEPUNG KULIT BUAH TERONG BELANDA (Cyphomandra betacea) FERMENTASI (Aspergillus Niger)TERHADAP

PERTUMBUHAN BURUNG PUYUH (Coturnix-coturnix japonica)

SKRIPSI

O L E H

FRANS H NAINGGOLAN 030306034

IPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan.

DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Skripsi : Pemanfaatan Tepung Kulit Buah Terong Belanda (Cyphomandra betacea) Fermentasi (Aspergillus Niger)

Terhadap Pertumbuhan Burung Puyuh (Coturnix-coturnix japonica)

Nama : Frans H Nainggolan

Nim : 030306034

Departemen : Peternakan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

(Dr. Ir Ristika Handarini, MP) (Ir. Eniza Saleh, MS)

Ketua Anggota

Diketahui Oleh :

( Dr. Ir. Zulfikar Siregar MP ) Ketua Departemen

(4)

ABSTRACT

Frans H Nainggolan, 2008. Utilization of fermented tree tomato (Cyphomandra betacea) skin fruit flour to to performance of Quail ( Coturnix-coturnix japonica). Under suvervision of Dr. Ir. Ristika Handarini, MP and Ir. Eniza Saleh, MS. The research caried out in Biological Labolatory, Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture, North Sumatera University, started from 5 July 2007 until 16 August 2007.

The purpose of this experiment was to observe the respon of utilization of fermented tree tomato (Cyphomandra betacea) skin fruit flour in feed on performance of Quail on 0-6 weeks.. The research conducted by Completely Randomited Design (CRD) which was consist of 5 treatments. Each treatment was repeated 4 times which used 4 repeatition, each repeatition consist of 15 quails. The treatment were : T0=without fermented tree tomato skin fruit flour, T1= feed with 3% fermented tree tomato skin fruit flour, T2= feed with 6% fermented tree tomato skin fruit flour, T3= feed with 9% fermented tree tomato skin fruit flour and T4= feed with 12% fermented tree tomato skin fruit flour. The three parameter of the experiment were : feed consumption (g), Avarage weight gain (g) and feed convertion.

(5)

ABSTRAK

Frans H Nainggolan, 2008. Pemanfaatan Tepung Kulit Buah Terong Belanda (Cyphomandra betacea) Fermentasi Aspergillus niger Terhadap Pertumbuhan Burung Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) . Dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Ristika Handarini, MP sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu Ir. Eniza Saleh, MS sebagai anggota komisi pembimbing. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen Peternakan Universitas Sumatera Utara, Jln. Prof. A. Sofyan no. 3 Medan, yang dimulai dari bulan Juli sampai Agustus 2007.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pemanfaatan tepung kulit buah terong Belanda (Cyphomandra betacea) fermentasi dalam ransum terhadap pertumbuhan burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica). Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 15 ekor burung puyuh. Adapun perlakuan tersebut adalah T0=ransum tanpa pemberian tepung kulit buah terong Belanda (Cyphomandra betacea) fermentasi Aspergillus, T1= ransum dengan pemberian 3% tepung kulit buah terong Belanda (Cyphomandra betacea) fermentasi Aspergillus niger, T2= ransum dengan pemberian 6% tepung kulit buah terong Belanda (Cyphomandra betacea) fermentasi Aspergillus niger, T3= ransum dengan pemberian 9% tepung kulit buah terong Belanda (Cyphomandra

betacea) fermentasi Aspergillus niger dan T4= ransum dengan pemberian 12% tepung kulit buah terong Belanda (Cyphomandra betacea) fermentasiAspergillus niger. Parameter penelitian meliputi konsumsi ransum (g), pertambahan bobot badan (g) dan konversi ransum.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Frans H Nainggolan, dilahirkan di Pematang Siantar pada tanggal 7 Maret 1986 dari Bapak Oloan Nainggolan dan Ibu Adelina Gultom.

Pendidikan formal yang telah dilalui :

1. Tahun 1991 masuk SD Negeri 1222380 Pematang Siantar, lulus pada tahun 1997

2. Tahun 1997 masuk SLTP Negeri 7 Pematang Siantar, lulus pada tahun 2000

3. Tahun 2000 masuk SMU Negeri 4 Pematang Siantar, lulus pada tahun 2003

4. Tahun 2003 terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pendidikan non formal :

1. Tahun 2006 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di desa Siaro Kecamatan Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli Utara

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul Pemanfaatan Tepung Kulit Buah Terong Belanda (Cyphomandra betacea) Fermentasi (Aspergillus niger) terhadap Pertumbuhan Burung Puyuh (Coturnix-coturnix japonica), yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Ristika Handarini, MP selaku komisi pembimbing I dan Ibu Ir. Eniza Saleh, MS selaku komisi pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Akhirnya, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Nopember 2008

(8)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRACT ... i

ABSTRAK . ii RIWAYAT HIDUP iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang... 1

Tujuan Penelitian... 2

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA... 4

Terong Belanda... 4

Karekteristik Burung Puyuh ... 6

Kebutuhan Nutrisi Burung Puyuh ... 7

Performans Burung Puyuh... 9

Konsumsi Ransum ... 9

Pertambahan Bobot Badan... 10

Konversi Ransum... 10

ProsesAspergillus nigerDalam Meningkatkan Nilai Gizi Bahan Pakan 11

Aspergillus niger... 11

Proses Fermentasi dan Nilai Gizi Bahan Pakan ... 12

BAHAN DAN METODE PENELITIAN... 14

Tempat dan Waktu Penelitian... 14

Bahan dan Alat Penelitian ... 14

Bahan Penelitian... 14

Alat Penelitian... 14

Metode Penelitian ... 15

Rancangan Penelitian... 15

Parameter Penelitian... 16

Prosedur Penelitian... 17

Persiapan Kandang... 17

Penempatan Burung Puyuh... 17

Pemberian Pakan dan Air Minum... 18

Penyusunan Ransum ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN .. 19

Hasil... 19

Konsumsi Ransum ... 19

(9)

Konversi Ransum... 20

Pembahasan ... 22

Konsumsi Ransum ... 22

Pertambahan Bobot Badan... 23

Konversi Ransum... 24

Rekapitulasi Hasil Penelitian... 26

KESIMPULAN DAN SARAN 27

Kesimpulan . 27 Saran ... 27

(10)

DAFTAR TABEL

Hal 1. Komposisi kimia terong Belanda per 100 gram Bahan ... 5 2. Komposisi kimia terong Belanda sebelum dan sesudah fermentasi

(Aspergillus niger) ... 5 3. Kebutuhan nutrisi burung puyuh... 9 4. Konsumsi ransum burung puyuh pada berbagai umur (minggu)... 9 5.Rataan konsumsi ransum burung puyuh yang diberi tepung kulit buah ... 19

terong Belanda fermentasi selama penelitian (g/ekor/minggu)

6. Rataan pertambahan bobot badan burung puyuh yang diberi tepung ... 20 kulit buah terong Belanda fermentasi selama penelitian (g/ekor/minggu)

7. Rataan konversi ransum burung puyuh yang diberi tepung .. 21 kulit buah terong Belanda fermentasi selama penelitian

8. Analisis keragaman konsumsi ransum burung puyuh .. 22 9. Analisis keragaman pertambahan bobot badan burung puyuh . 23 10. Analisis keragaman konversi ransum burung puyuh . 24

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal 1. Pengolahan tepung kulit buah terong Belanda

(Cyphomandra betacea) fermentasiAspergillus niger ... 30 2. Komposisi kimia terong belanda sebelum dan sesudah

fermentasi (Aspergillus niger) .. 30

3. Pengolahan tepung kulit buah terong Belanda

(Cyphomandra betacea) fermentasiAspergillus niger ... 31 4. Komposisi zat-zat makanan dalam

bahan pakan ... 31

5. Komposisi ransum burung puyuh umur 0-3 minggu .... 31 6. Komposisi ransum burung puyuh umur

3-6 minggu . 32

7. Data konsumsi ransum burung puyuh (g/ekor/minggu) .. . 33 8. Data pertambahan bobot badan burung

puyuh (g/ekor/minggu) 34

9. Data bobot awal puyuh .. .. 35

10. Suhu harian selama penelitian 36

11. Analisa IOFC .. 37

(12)

ABSTRACT

Frans H Nainggolan, 2008. Utilization of fermented tree tomato (Cyphomandra betacea) skin fruit flour to to performance of Quail ( Coturnix-coturnix japonica). Under suvervision of Dr. Ir. Ristika Handarini, MP and Ir. Eniza Saleh, MS. The research caried out in Biological Labolatory, Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture, North Sumatera University, started from 5 July 2007 until 16 August 2007.

The purpose of this experiment was to observe the respon of utilization of fermented tree tomato (Cyphomandra betacea) skin fruit flour in feed on performance of Quail on 0-6 weeks.. The research conducted by Completely Randomited Design (CRD) which was consist of 5 treatments. Each treatment was repeated 4 times which used 4 repeatition, each repeatition consist of 15 quails. The treatment were : T0=without fermented tree tomato skin fruit flour, T1= feed with 3% fermented tree tomato skin fruit flour, T2= feed with 6% fermented tree tomato skin fruit flour, T3= feed with 9% fermented tree tomato skin fruit flour and T4= feed with 12% fermented tree tomato skin fruit flour. The three parameter of the experiment were : feed consumption (g), Avarage weight gain (g) and feed convertion.

(13)

ABSTRAK

Frans H Nainggolan, 2008. Pemanfaatan Tepung Kulit Buah Terong Belanda (Cyphomandra betacea) Fermentasi Aspergillus niger Terhadap Pertumbuhan Burung Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) . Dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Ristika Handarini, MP sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu Ir. Eniza Saleh, MS sebagai anggota komisi pembimbing. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen Peternakan Universitas Sumatera Utara, Jln. Prof. A. Sofyan no. 3 Medan, yang dimulai dari bulan Juli sampai Agustus 2007.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pemanfaatan tepung kulit buah terong Belanda (Cyphomandra betacea) fermentasi dalam ransum terhadap pertumbuhan burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica). Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 15 ekor burung puyuh. Adapun perlakuan tersebut adalah T0=ransum tanpa pemberian tepung kulit buah terong Belanda (Cyphomandra betacea) fermentasi Aspergillus, T1= ransum dengan pemberian 3% tepung kulit buah terong Belanda (Cyphomandra betacea) fermentasi Aspergillus niger, T2= ransum dengan pemberian 6% tepung kulit buah terong Belanda (Cyphomandra betacea) fermentasi Aspergillus niger, T3= ransum dengan pemberian 9% tepung kulit buah terong Belanda (Cyphomandra

betacea) fermentasi Aspergillus niger dan T4= ransum dengan pemberian 12% tepung kulit buah terong Belanda (Cyphomandra betacea) fermentasiAspergillus niger. Parameter penelitian meliputi konsumsi ransum (g), pertambahan bobot badan (g) dan konversi ransum.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemerintah di sektor peternakan telah mengembangkan aneka ternak. Untuk menunjang sasaran pemerintah tersebut adalah mengembangkan aneka ternak puyuh, karena puyuh merupakan salah satu komoditi ternak penyumbang protein hewani dalam waktu relatif singkat dan mampu menghasilkan protein yang tinggi (Rasyaf, 1984).

Keberhasilan dalam menjalankan usaha peternakan, dipengaruhi oleh tifa faktor yaitu bibit, pakan dan pengelolaannya. Diantara ketiga faktor tersebut, faktor pakan adalah faktor yang sangat membutuhkan perhatian. Hal ini disebabkan karena biaya yang harus dikeluarkan untuk pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi (Murtidjo, 1990).

Tingginya biaya pakan ini dipengaruhi oleh tingginya harga bahan baku penyusun bahan pakan ternak. Hampir sebagian besar bahan baku penyusun pakan tersebut dari luar negeri dan akibatnya harga di pasaran menjadi lebih mahal. Salah satu cara pemecahan untuk menekan biaya pakan yang tinggi ini adalah dengan cara mencari pakan alternatif. Pakan alternatif ini biasanya dari limbah, baik itu limbah pertanian, perkebunan, limbah rumah tangga bahkan dari limbah peternakan itu sendiri.

(15)

Kulit buah terong belanda merupakan limbah hasil pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak burung puyuh. Faktor-faktor yang mendukung pemanfaatan kulit buah terong belanda ini antara lain: jumlahnya banyak, harga relatif murah dan kandungan gizinya cukup tepat untuk diberikan sebagai salah satu komponen bahan penyusun pakan untuk burung puyuh, kandungan zat anti nutrisinya sedikit dan pengolahannya sederhana. Namun pemberian tepung kulit buah terong belanda sangat terbatas jumlahnya, karena kandungan serat kasarnya yang tinggi (21,87%). Oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan untuk menurunkan kandungan serat kasarnya.

Salah satu cara untuk pengolahan bahan pakan yang dapat dilakukan untuk menurunkan kandungan serat kasar adalah fermentasi. Fermentasi merupakan suatu proses kimiawi pada substrat organik melalui aksi enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme (Fardiaz, 1987). Perubahan kimia oleh aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme tersebut meliputi perubahan-perubahan molekul kompleks seperti protein, lemak dan karbohidrat menjadi molekul sederhana dan mudah dicerna (AnahdanLindajati, 1987).

Berdasarkan uraian diatas penulis ingin meneliti pemanfaatan tepung kulit buah terong Belanda fermentasi yang diberikan dalam ransum dengan berbagai tingkat pemberian terhadap pertumbuhan puyuh umur 0-42 hari.

Tujuan Penelitian

(16)

Hipotesis Penelitian

Pemberian ransum yang mengandung tepung kulit buah terong belanda fermentasi dengan jamur Aspergillus nigerberpengaruh positif terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum pada burung puyuh.

Kegunaan Penelitian

1. Melengkapi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Pada Fakultas Pertanian, Departemen Peternakan, Universitas Sumatera Utara, Medan. 2. Upaya pemanfaatan limbah pertanian (pabrik sirup) untuk bahan pakan ternak 3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti dan peternak burung puyuh serta

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Terong Belanda

Penampang melintang buah terong belanda sangat mirip dengan belahan buah tomat, selain warnanya sama keduanya banyak mengandung air. Kegunaan buah terong belanda adalah mengobati penyakit tekanan darah rendah, menghilangkan gatal-gatal pada kulit serta untuk cuci perut. Bahkan bisa pula untuk bahan kosmetik alamiah seperti mengeringkan kulit muka yang berminyak dan mencegahnya timbulnya jerawat (Imanuddin, 1987).

(18)

dalam kebun-kebun atau untuk tumpang sari dengan tanaman jeruk. Di Indonesia belum banyak yang membudidayakannya. Buah matang bisa dijadikan sirup. Di Medan buah ini banyak dijual dan sangat digemari sebagai minuman yang disajikan setelah dibuat jus (SoetasaddanMuryanti, 1995).

Terong belanda mempunyai nutrisi yang cukup tinggi, selain bernutrisi tinggi, produksinya cukup tinggi. Dimana dari hasil terong belanda ini dihasilkan limbah yang dapat digunakan sebagai sumber pakan ternak (Tabel 1).

Tabel 1. Komposisi kimia terong belanda per 100 gram bahan

Komponen Kandungan bahan

Kalori (kal) 48,00

Protein (g) 1,50

Lemak (g) 0,30

Kalsium (mg) 11,30

Fosfat (mg) 24,00

Besi (mg) 0,80

Vit. A (SI) 0,00

Vit. B1 (mg) 0,04

Vit.C (mg) 17,00

Air (g) 85,90

B.D.D. (%) 73,00

Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan R.I., (1989).

Hasil analisa di Laboratorium Nutrisi Ternak di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara diperoleh kandungan gizi kulit buah terong belanda fermentasi (Aspergillus niger) sebagai berikut:

Tabel 2 Komposisi kimia terong belanda sebelum dan sesudah fermentasi (Aspergillus niger)

Komposisi Sebelum Fermentasi Sesudah Fermentasi

Bahan Kering (%)* 89,41 91,43

Kadar Air (%)* 10,58 81,56

Kadar Abu (%)* 8,80 9,92

Protein Kasar (%)* 4,34 13,92

Serat Kasar (%)* 21,87 10,42

Lemak (%)* 7,52 8,27

Energi Metabolisme (kkal)** 2710,08 2887,2

(19)

Karekteristik Burung Puyuh

Puyuh (Quail) masih cukup banyak mewarisi sifat-sifat burung liar (burung yang belum didomestikasi menjadi ternak). Sifat liar itu, sedikit banyaknya mempengaruhi cara pemeliharaan dan penampilan produksinya secara keseluruhan. Walaupun demikian produksi telurnya cukup banyak, bahkan dapat mengalahkan burung-burung sebangsanya (Rasyaf, 1984).

Burung puyuh yang ada di Indonesia adalah burung puyuh liar, biasa disebut gemek. Gemek belum mendapat perhatian untuk dijinakkan karena hidup dalam keadaan liar di sawah-sawah kering, ladang dan semak-semak (Anggorodi, 1995). Puyuh masuk ke Indonesia dan mulai di ternakkan pada tahun 1969 (Djamalin,1985 disitasi Mufliha, 2000). Anggorodi (1995) juga menambahkan burung puyuh jepang nama ilmiahnya coturnix-coturnix japonica

merupakan burung puyuh yang dipelihara sebagai usaha sambilan maupun sebagai usaha komersil.

Burung puyuh jenis Japanese Quail (Coturnix-coturnix japonica)

(20)

Ciri-ciri burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica) adalah bentuk badannya lebih besar dari jenis burung puyuh lainnya. Panjang badan 19 cm, badan bulat, ekor pendek dan kuat, jari kaki empat buah, warna bulu coklat, untuk betina agak putih sedangkan dada bergaris (NugrohodanMayun, 1986).

Kebutuhan Nutrisi Burung Puyuh

Tillman et al. (1983) menyatakan bahwa pertumbuhan, produksi, reproduksi dan hidup pokok, hewan memerlukan zat gizi. Unsur gizi tersebut adalah protein, energi, lemak, vitamin, mineral dan air. Kekurangan salah satu unsur gizi tersebut akan mengakibatkan gangguan kesehatan dan menurunkan produksi (Rasyaf, 1984).

Anggorodi (1979) menyatakan bahwa kebutuhan gizi pada ternak tergantung pada umur, jenis kelamin, kecepatan pertumbuhan, fase produksi serta keadaan kesehatan ternak. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum puyuh antara lain adalah besar, jenis puyuh, temperatur, lingkungan, tahap produksi, kadar protein dan energi ransum (Rahardjo, 1986).

Menurut Listiyowati dan Roospitasari (2000) anak puyuh yang baru berumur 0-3 minggu membutuhkan protein 25% dan energi metabolis 2900 kkal/kg. pada umur 3-5 minggu kadar protein ransum yang diberikan dikurangi menjadi 20% dan energi metabolisnya menjadi 2600kkal/kg. Puyuh dewasa berumur lebih dari 5 minggu, kebutuhan protein dan energinya sama dengan puyuh umur 3-5 minggu.

(21)

sedangkan kebutuhan unsur gizi tinggi. Karena itu unsur gizi yang ada dalam makanan yang dimakan harus tinggi, sehingga unsur gizi yang masuk dapat memenuhi kebutuhannya. Setelah dewasa, puyuh makan lebih banyak, sehingga makanan yang mengandung protein itu juga masuk lebih banyak. Untuk itu tingkat protein dikurangi karena protein hanya mengganti jaringan-jaringan yang telah rusak dan telur.

Menurut Murtidjo (1992) istilah energi yang umum digunakan dalam pakan ternak unggas adalah energi metabolisme. Tinggi rendahnya kadar energi metabolisme dalam ransum akan mempengaruhi banyak sedikitnya ternak unggas mengkonsumsi ransum. Ransum yang mengandung energi tinggi akan lebih sedikit dikonsumsi, namum ransum yang mengandung energi rendah akan lebih banyak dikonsumsi unggas.

Kandungan energi yang rendah dalam ransum mengakibatkan unggas akan meningkatkan konsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan energi setiap hari, dan sebaliknya pakan atau ransum yang mengandung energi tinggi akan lebih sedikit dikonsumsi oleh ternak (Tillmanet al., 1989).

(22)

Tabel 3. Kebutuhan Nutrisi burung puyuh

Zat Nutrisi Masa pertumbuhan Masa produksi

0-3 minggu 3-5 minggu dewasa

Energi Metabolisme (kkal/kg) 2900 2600 2600

Protein (%) 25 20 15

Kalsium (%) 1 1 1

Fspor (%) 0,8 0,8 0,8

Serat Kasar (%) 5 5 5

Lemak (%) 4,80 5,50 5,30

Sumber: NRC (1977).

Pertumbuhan Burung Puyuh Konsumsi Ransum

Konsumsi ransum ditentukan oleh kualitas dan kuantitas dari pakan yang diberikan serta penggolongannya. Ransum yang diberikan pada ternak harus disesuaikan dengan umur dan kebutuhan, hal ini bertujuan selain untuk mengefisienkan jumlah ransum pada ternak juga untuk mengetahui sejauh mana pertambahan berat badan yang dicapai (Anggorodi, 1995).

Hal ini didukung oleh pendapat Wahyu (1992) bahwa konsumsi ransum dipengaruhi oleh iklim, kesehatan, palatabilitas ransum, bentuk makanan, stress, besar badan dan produksi telur.

Konsumsi ransum puyuh pada minggu-minggu pertama sangat sedikit. Perincian konsumsi ransum puyuh pada berbagai umur tertera pada Tabel 4. Tabel 4. Konsumsi ramsum puyuh pada berbagai umur (minggu)

Umur (minggu) Konsumsi ransum (g/hr/ekor)

0-1 3

1-3 9

3-5 17

>5 20

(23)

Perbedaan konsumsi ransum dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bobot badan, umur dan kondisi tubuh yaitu normal atau sakit, stres yang diakibatkan oleh lingkungan dan tingkat kecernaan ransum (Parakkasi, 1983).

Pertambahan Bobot Badan

Pertumbuhan adalah pertambahan dalam bentuk dari bobot jaringan tubuh seperti urat daging, tulang, jantung, otak dan semua jaringan tubuh lainnya kecuali jaringan lemak. Pertumbuhan pada umumnya mempunyai pola yaitu terjadi secara perlahan-lahan, kemudian berlangsung lebih cepat, perlahan-lahan lagi dan akhirnya berhenti sama sekali (Anggorodi, 1979).

Menurut Wilkinson dan Tayler disitasi Prayitno (2002), pertumbuhan dapat diartikan sebagai pertambahan bobot badan persatuan waktu, dimana laju pertumbuhan ini akan meningkat sejak menetas hingga mencapai umur dewasa kelamin dan menurun.

Konversi Ransum

(24)

ransum dipengaruhi oleh mutu ransum, kesehatan ternak dan tata cara pemberian pakan . Konversi yang baik untuk puyuh adalah 2,3-2,8.

ProsesAspergillus nigerDalam Meningkatkan Nilai Gizi Bahan Pakan

Melalui proses fermentasi juga dapat terjadi pemecahan oleh enzim-enzim terhadap bahan-bahan yang tidak dapat dicerna oleh manusia misalnya: selulosa, hemiselulosa dan polimer-polimernya menjadi gula sederhana. Makanan-makanan yang mengalami fermentasi biasanya mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi dari bahan asalnya. Hal ini tidak hanya disebabkan mikroba yang bersifat katabolic ataumemecah komponen-komponen yang kompleks dan faktor-faktor pertumbuha badan, misalnya produksi beberapa vitamin seperti riboflavin, vitamin B12 dan provitamin A (Winarno, 1980).

Aspergillus niger

Aspergillus niger adalah kapang anggota genus: Aspergillus, famili: Eurotiaceae, ordo: Eurotiales, sub kelas: Plectomycetidae, kelas: Ascomycetes, sub divisi: Ascomycotina dan divisi: Aastigmycota (Hardjo et al., 1989).

(25)

disekeliling hifa dapat langsung diserap. Molekul lain yang kompleks seperti selulosa, pati dan protein yang harus dipisah terlebih dahulu sebelum diserap ke dalam sel. Untuk ituAspergillus nigermenghasilkan beberapa enzim ekstraseluler seperti amylase, amiloglukosidae, pektinase, selulase, katalase dan glukosidae. Menurut Lehninger (1991), kapang Aspergillus nigermenghasilkan enzim urease untuk memecah urea menjadi asam amino dan CO2 yang selanjutnya digunakan untuk pembentukan asam amino. Aspergillus niger mempunyai pertumbuhan yang paling tinggi dan kehilangan bahan kering yang dibandingkan dengan Aspergillus oryzaedanRhyzophus oryzae dan Yuniah (1996) melaporkan bahwaAspergillus niger mampu menurunkan kadar serat kasar.

Proses Fermentasi dan nilai Gizi Pakan

Fermentasi merupakan suatu proses perubahan kimiawi pada substrat organik melalui aksi enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme (Fardiaz, 1987). Perubahan kimia oleh aktivitas enzim yang dihasilkan mikroorganisme tersebut meliputi perubahan-perubahan molekul kompleks seperti protein, lemak dan karbohidrat menjadi molekul sederhana dan mudah dicerna (AnahdanLindajati, 1987).

Sungguh (1993) menambahkan bahwa fermentasi adalah proses penguraian organik kompleks terutama karbohidrat untuk menghasilkan enzim melalui reaksi enzim yang dihasilkan oleh mikroba, biasanya terjadi dalam keasaman anaerob dan diiringi dengan pembebasan gas.

(26)
(27)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, Jln. Prof. Dr. A. Sofyan No. 3. Penelitian ini dilaksanakan dari mulai bulan Juli sampai Agustus 2007.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan antara lain :

a. DOQ (Day Old Quail) sebanyak 300 ekorunsexing

b. Ransum yang terdiri dari: Jagung halus, bungkil kedele, bungkil kelapa, dedak halus, tepung ikan, premix dan minyak

c. Air minum d. Vitamin

e. Obat-obatan dan desinfektan

f. Tepung kulit buah terong belanda fermentasi Alat yang digunakan antara lain :

a. Kandang sebanyak 20 buah dengan ukuran 30x30x25 cm dilengkapi tempat pakan dan minum

b. Lampu sebagai alat penerangan dan pemanas c. Alat pembersih kandang (ember, sapu)

(28)

f. Termometer (0C) sebagai pengukur suhu dalam kandang g. Timbangan Ohaus kapasitas 0,5 g

Metode Penelitian

Rancangan Penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan. Setiap unit terdiri dari 15 ekor burung puyuh.

Perlakuan yang di teliti adalah :

T0 = Ransum tanpa tepung kulit buah terong belanda fermentasi

T1 = Ransum yang mengandung 3% tepung kulit buah terong belanda fermentasi T2 = Ransum yang mengandung 6% tepung kulit buah terong belanda fermentasi T3 = Ransum yang mengandung 9% tepung kulit buah terong belanda fermentasi T4 = Ransum yang mengandung 12% tepung kulit buah terong belanda fermentasi

Denah penelitian yang akan dilaksanakan adalah :

T0U4 T3U4 T4U2 T2U1 T1U1

T1U2 T4U4 T0U3 T3U3 T2U2

T4U3 T2U4 T3U1 T1U3 T0U1

T3U2 T1U4 T0U2 T2U3 T4U1

Keterangan: T=Perlakuan (T0 .T3)

(29)

Menurut Hanafiah (2000) model matematik yang digunakan adalah:

Yij =+i +ij

Dimana:

Yij = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-I dan ulangan ke-j i = Perlakuan (i=0, ..3)

j = Ulangan (j=1, .5)

 = Nilai rata-rata

i = Pengaruh faktor perlakuan ke-i

ij = Pengaruh galat perlakuan ke-i ulangan ke-j

Ulangan yang didapat berasal dari rumus :

T (n-1)15

5 (n-1)15

5n 515

5n 20

n 4

Parameter Penelitian

Konsumsi Ransum (g)

(30)

Pertambahan Bobot Badan (g)

Data pertambahan bobot badan diperoleh dengan cara penimbangan setiap minggu yang merupakan selisih antara penimbangan bobot badan akhir dengan penimbangan bobot badan awal persatuan waktu (g/minggu).

Konversi Ransum

Konversi ransum dihitung dengan cara membandingkan antara konsumsi ransum yang diberikan dengan pertambahan bobot badan yang dihasilkan selama 1 minggu.

Prosedur Penelitian

Persiapan Kandang

Kandang yang digunakan dalam penelitian berukuran 30x30x25 cm sebanyak 20 buah. Tiap petak kandang dilengkapi dengan tempat pakan, tempat minum, lampu pijar yang berfungsi sebagai alat pemanas atau penerangan. Sebelum digunakan kandang terlebih dahulu difumigasi dengan menggunakan Formalin yang dicampur dengan air dengan perbandingan 1:10. Semua peralatan dicuci dan dibersihan dengan menggunakan deterjen.

Penempatan burung puyuh

(31)

Pemberian Pakan dan Air Minum

Pemberian ransum diberikan kepada puyuh sesuai dengan perlakuan. Ransum dan air minum diberikan secara ad-libitum. Pengisian pakan diakukan secara berhati-hati agar tidak ada pakan yang tumpah pada saat pengisian. Vitamin dan obat-obatan seperti vitachick diberikan sesuai dengan kebutuhan. Dimana pada minggu pertama sampai minggu ketiga vitachick diberikan setiap hari, memasuki minggu keempat vitachick diberikan sekali dalam seminggu. Pada malam hari penerangan dinyalakan untuk memudahkan puyuh makan dan minum di malam hari. Lampu yang digunakan adalah lampu pijar 40 watt.

Penyusunan Ransum

(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Konsumsi Ransum

Konsumsi ransum merupakan kegiatan masuknya sejumlah unsur nutrisi yang ada dalam ransum tersebut yang telah tersusun dari berbagai bahan ransum untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Rataan konsumsi ransum burung puyuh yang diperoleh selama penelitian tertera pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan konsumsi ransum burung puyuh selama penelitian (g/ekor/minggu)

Perlakuan Ulangan Total Rataan ± sd

1 2 3 4

T0 64,13 65,61 65,10 64,15 258,99 64,74±0,73 T1 66,96 64,08 62,97 63,63 257,64 64,41±1,76 T2 62,59 67,23 63,29 63,57 256,68 64,17±2,08 T3 63,91 63,48 62,07 62,80 252,26 63,06±0,80 T4 63,57 62,11 60,76 60,54 246,98 61,74±1,40

Total 1272,55

Rataan 63,624

(33)

Pertambahan Bobot Badan

Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran yang meliputi perubahan berat hidup dan komposisi tubuh. Pertumbuhan juga dipengaruhi oleh factor genetika dan lingkungan atau keturunan. Dari hasil penelitian diperoleh rataan pertambahan bobot badan burung puyuh seperti tertera pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan pertambahan bobot badan burung puyuh selama penelitian (g/ekor/minggu)

Perlakuan Ulangan Total Rataan ± sd

1 2 3 4

T0 15,69 18,26 16,64 17,47 68,06 17,01 ± 1,10 T1 15,57 18,90 17,11 15,57 67,15 16,78 ± 1,58 T2 16,35 18,14 15,33 16,28 66,10 16,52 ± 1,17 T3 16,40 15,42 16,83 16,16 64,81 16,20 ± 0,59 T4 16,21 15,83 15,88 15,33 63,25 15,81 ± 0,36

Total 329,37

Rataan 16,464

Dari data pertambahan bobot badan pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa rataan pertambahan bobot badan tertinggi yaitu sebesar 17,01 g/ekor/minggu pada perlakuan T0 yaitu dengan menggunakan ransum kontrol (tanpa menggunakan tepung kulit buah terong Belanda fermentasi) dan pertambahan bobot badan yang terendah adalah sebesar 15,81 g/ekor/minggu pada perlakuan T4 yaitu ransum yang menggunakan tepung kulit buah terong belanda fermentasi sebesar 12%. Rataan pertambahan bobot badan seluruhnya yaitu sebesar 16,464 g/ekor/minggu.

Konversi Ransum

[image:33.595.112.513.263.392.2]
(34)
[image:34.595.113.512.164.295.2]

tepung kulit buah terong Belanda fermentasi dalam ransum burung puyuh diperoleh hasil rataan konversi ransum seperti tertera pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan konversi ransum burung puyuh selama penelitian.

Perlakuan Ulangan Total Rataan ± sd

1 2 3 4

T0 4,08 3,59 3,91 3,67 15,25 3,81 ± 0,22 T1 4,30 3,39 3,68 4,08 15,45 3,86 ± 0,48 T2 3,82 3,70 4,12 3,90 15,54 3,88 ± 0,17 T3 3,89 4,11 3,68 3,88 15,56 3,89 ± 0,17 T4 3,92 3,92 3,82 3,94 15,60 3,90 ± 0,05

Total 77,40

Rataan 3,868

(35)

Pembahasan

Konsumsi Ransum

[image:35.595.107.512.276.350.2]

Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung kulit buah terong Belanda fermentasi terhadap konsumsi ransum burung puyuh, maka dilakukan analisis keragaman yang dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8. Analisis keragaman konsumsi ransum burung puyuh

SK DB JK KT Fhit Ftabel

0,05 0,01

Perlakuan 4 24,085 6,021 2,84tn 3,06 4,89

Galat 15 31,731 2,115

Total 19 55,816

Keterangan :KK = 2,28% tn = tidak nyata

Dari hasil analisis keragaman pada Tabel 8 menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel pada taraf (P>0,05) yang berarti perlakuan T0, T1, T2, T3, dan T4 pada burung puyuh memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap konsumsi ransum burung puyuh, walaupun rataan konsumsi ransum burung puyuh yang diperoleh antar perlakuan sedikit berbeda yaitu pada T0 sebesar 64,74 g/ekor/minggu, T1 sebesar 64,41 g/ekor/minggu. T2 sebesar 64,17 g/ekor/minggu, T3 sebesar 63,06 g/ekor/minggu dan T4 sebesar 61,74 g/ekor/minggu.

(36)

disebabkan karena kandungan energi dalam ransum perlakuan hampir sama, begitu juga dengan kandungan protein pada tiap perlakuan hampir sama. Karena kandungan energi yang hampir sama pada tiap perlakuan menyebabkan jumlah ransum yang dikonsumsi burung puyuh hampir sama. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Tilman, et al (1989) bahwa kandungan energi yang rendah dalam ransum mengakibatkan unggas akan meningkatkan konsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan energi setiap hari dan sebaliknya pakan atau ransum yang mengandung energi tinggi akan sedikit dikonsumsi oleh ternak. Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi konsumsi ransum antara lain dipengaruhi oleh besar, jenis puyuh, temperatur, lingkungan, palatabilitas ransum, bentuk makanan, stres Wahyu (1992).

Pertambahan Bobot Badan

[image:36.595.106.512.537.613.2]

Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung kulit buah terong Belanda fermentasi terhadap pertambahan bobot badan burung puyuh, maka dilakukan analisis keragaman yang dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.

Tabel 9. Analisis keragaman pertambahan bobot badan burung puyuh

SK DB JK KT Fhit Ftabel

0,05 0,01

Perlakuan 4 3,619 0,904 0,81tn 3,06 4,89

Galat 15 16,754 1,116

Total 19 20,373

Keterangan :KK = 6,41% tn = tidak nyata

(37)

terhadap pertambahan bobot badan burung puyuh, walaupun rataan pertambahan bobot badan burung puyuh yang diperoleh antar perlakuan sedikit berbeda yaitu pada perlakuan To sebesar 17,01 g/ekor/minggu, T1 sebesar 16,78 g/ekor/minggu, T2 sebesar 16,52 g/ekor/minggu, T3 sebesar 16,20 g/ekor/minggu dan T4 sebesar 15,81 g/ekor/minggu.

Tidak adanya pengaruh yang nyata terhadap pertambahan bobot badan burung puyuh menunjukkan bahwa perlakuan pemberian tepung kulit buah terong Belanda fermentasi dalam ransum burung puyuh tidak memberikan perbedaan dalam memperoleh pertambahan bobot badan. Hal ini dapat disebabkan karena dalam menyusun ransum untuk tiap perlakuan menggunakan energi dan protein yang hampir sama. Seperti dapat terlihat pada lampiran (hasil analisa ransum penelitian), dapat dilihat bahwa kandungan protein dan energi hampir sama atau tidak jauh berbeda. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anggorodi (1979), bahwa kecepatan tumbuh seekor ternak ditentukan oleh potensi genetik dan ransum.

Konversi Ransum

[image:37.595.112.516.620.698.2]

Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung kulit buah terong belanda fermentasi terhadap konversi ransum burung puyuh, maka dilakukan analisis keragaman yang dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.

Tabel 10. Analisis keragaman konversi ransum burung puyuh

SK DB JK KT Fhit Ftabel

0,05 0,01

Perlakuan 4 0,019 0,004 0,071tn 3,06 4,89

Galat 15 0,842 0,056

Total 19 0,861

(38)

Dari hasil analisi keragaman pada Tabel 10 menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel pada taraf (P>0,05) yang berarti perlakuan T0, T1, T2, T3 dan T4 pada burung puyuh memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap konversi ransum burung puyuh. Dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9 bahwa konsumsi dan pertambahan bobot badan burung puyuh menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata sehingga berpengaruh pula pada konversi ransumnya. Seperti yang diungkapkan oleh Sarwono (1993), konversi ransum merupakan suatu perbandingan jumlah konsumsi ransum pada satu minggu dengan pertambahan bobot badan yang dicapai pada minggu itu, bila rasio kecil berarti pertambahan bobot badan memuaskan atau ternak memakan dengan efisien. Tingkat konsumsi dan pertambahan bobot badan tiap perlakuan yang hampir sama ini disebabkan karena tiap perlakuan memiliki kandungan nutrisi yang sama.

(39)

dipengaruhi oleh strain dan faktor lingkungan yaitu seluruh pengaruh luar termasuk di dalamnya faktor makanan terutama nilai gizi yang rendah.

Rekapitulasi Hasil Penelitian

[image:39.595.112.512.249.349.2]

Hasil penelitian secara kesuruhan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Rekapitulasi hasil penelitian burung puyuh yang diberi ransum tepung kulit buah terong belanda fermentasi

Perlakuan Konsumsi Ransum PBB Konversi Ransum

(g/ekor/minggu) (g/ekor/minggu)

T0 64,74tn 17,01tn 3,81tn

T1 64,41tn 16,78tn 3,86tn

T2 64,41tn 16,52tn 3,88tn

T3 64,41tn 16,20tn 3,89tn

T4 61,74tn 15,81tn 3,90tn

(40)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemanfaatan tepung kulit buah terong belanda fermentasi dalam ransum burung puyuh sampai level 12% memberikan pengaruh positif dengan hasil yang tidak nyata terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum burung puyuh umur 0-6 minggu.

Saran

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Anah, LdanT. Lindajati, 1987. Peningkatan Kadar Protein Onggok Dengan Cara Fermentasi Media Padat. Proceeding Seminar Nasional Peternakan dan Veternier, Bogor.

Anggorodi, H.R., 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia, Jakarta. Anggorodi, H.R., 1985. Nutrisi Ternak Unggas. Gramedia Pustaka, Jakarta. Anggorodi, H.R., 1995. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia, Jakarta.

Departemen Kesehatan R.I., 1989. Daftar Komposisi Bahan Makanan Bhratara. Karya Aksara

Fardiaz, S., 1987. Fisiologi Fermentasi. Pusat Antar Universitas IPB, Bogor. Fardiaz, S., 1989. Mikrobiologi Pangan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Pusat Antar Universitas IPB, Bogor.

Hardjo, S, N.S. IndrastidanB. Tajuddin, 1989. Biokenveksi Pemanfaatan Limbah Industri Pertanian. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB, Bogor. Hardjosworo, P.S., 1992. Beternak Puyuh. Fakultas Peternakan IPB, Bogor. Imamuddin, H., 1987. Trubus No.210 Tahun XVIII, Buah Langka Terong

Belanda Buah Para Sinyo, Zaman Belanda, Puslitbang Biologi, LIPI. Lehninger, W. W., 1991. Dasar-Dasar Biokimia 1. Erlangga, Jakarta.

Lestari, 1992. Menentukan Bibit Broiler. Peternakan Indonesia.

Listiyowati, E dan K. Roospitasari, 2000. Puyuh Tata Laksana Budidaya Secara Komersial. Penebar Swadaya, Jakarta.

Mufliha, S. K., 2000. Analisa Ekonomi Pemberian Beberapa Tingkat Konsentrat Komersial Dalam Ransum Terhadap Produksi Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) Umur 6-12 Minggu. FP USU, Medan.

Murtidjo, B.A., 1992. Mengelola Ayam Buras. Kanisius, Yogyakarta.

Nugroho dan I. G. K.Mayun, 1986. Beternak Burung Puyuh. Eka Offset, Semarang.

(42)

Parakkasi, A., 1983. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia UI Press, Jakarta.

Prayitno, D., 2002. Pengaruh Pemberian Buah Tanjung( (Mimosop elengi L)

dalam Ransum Burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica) Skripsi Jurusan Peternakan FP USU, Medan.

Rahardjo, P.C., 1986. Beternak Puyuh. Penebar Swadaya, Jakarta. Rasyaf, M., 1984. Memelihara Burung Puyuh. Kanisius, Yogyakarta. Sarwono, B., 1993. Beternak Ayam Buras. Penebar Swadaya, Jakarta.

Soetasad A.AdanS. Muryanti, 1995. Budidaya Terung Lokal dan Terung Jepang, Penebar Swadaya, Jakarta.

Sungguh, A., 1993. Kamus Lengkap Biologi. Gaya Media Pratama, Jakarta. Suryadi, 2007. Pemanfaatan Umbut Sawit Fermentasi Terhadap Performans

Burung Puyuh. Departemen Peternakan, Universitas Sumatera Utara Tillman, A.D, H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S.

Lebdosoekojo, 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Tillman, A.D, H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo, 1983. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Wahyu, Y., 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

(43)

Kulit buah terong belanda Dipotong kecil

Dikeringkan dengan oven dengan suhu 600C selama 24 jam Digiling halus

Tepung kulit buah terong belanda Dicampur dengan air perbandingan 1:2 Direbus selama 30 menit dengan suhu 1000C Didinginkan,dicampur dengan urea sebanyak 2%

Dicampur dengan gula merah sebanyak 2%

Setelah merata dicampur denganAspergillus niger sebanyak 2%

Diperam selama 4 hari

Dioven selama 1 hari dengan suhu 600C Digiling

Tepung kulit buah terong belanda fermentasi

Pengolahan Tepung Kulit Buah Terong Belanda (Cyphomandra betacea) FermentasiAspergillus niger(Suryadi, 2007).

Komposisi kimia terong belanda sebelum dan sesudah fermentasi (Aspergillus niger)

Komposisi Sebelum Fermentasi Sesudah Fermentasi

Bahan Kering (%)* 89,41 91,43

Kadar Air (%)* 10,58 81,56

Kadar Abu (%)* 8,80 9,92

Protein Kasar (%)* 4,34 13,92

Serat Kasar (%)* 21,87 10,42

Lemak (%)* 7,52 8,27

Energi Metabolisme (kkal)** 2710,08 2887,2

(44)

Komposisi zat-zat makanan dalam bahan makanan

Nama bahan PK% EM(Kkal/Kg) Lemak(%) SK(%)

Jagung kuning 8,6 3370 3,9 2

Bungkil kelapa 21 1540 1,8 15

Dedak halus 12 1630 13 12

Tepung ikan 61 3080 9 1

Bungkil kacang kedelai 45 2240 0,9 6

TKBTBF 13,92 2887,2 8,27 10,42 Minyak Nabati 0 8600 100 0

Kapur 0 0 0 0

Top mix 0 0 0 0

Keterangan : * Tepung kulit buah terong belanda fermentasi. Komposisi ransum burung puyuh umur 0-3 minggu Nama bahan T0 T1 T2 T3 T4 Jagung kuning 51,2 49 47 45 43

Bungkil kelapa 4,8 4 4 3,7 4

Dedak halus 4 4 3,5 2,8 2,5 Tepung ikan 13 13 13 13 13

Bungkil kacang kedelai 25 25 24,5 24,5 23,5 TKBTBF* 0 3 6 9 12

Minyak nabati 1 1 1 1 1

Kapur 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 Top mix 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 Total 100 100 100 100 100 PK(%) 25,07 25,13 25,09 25,19 25,01 EM(Kkal/Kg) 2910,96 2911,12 2910,98 2914,17 2910,71 SK(%) 3,85 4,00 4,18 4,32 5,61 LK(%) 4,99 5,14 5,24 5,32 5,56 Keterangan :

(45)

Komposisi ransum burung puyuh umur 3-6 minggu

Nama bahan T0 T1 T2 T3 T4

Jagung kuning 44 42,4 40 38,5 36,4

Bungkil kelapa 10,4 11 11 12 13

Dedak halus 15,5 14,5 13,9 12,4 10,5 Tepung ikan 5,1 5,1 5,1 5,1 5,1 Bungkil kacang kedelai 21 20 20 19 19

TKBTBF 0 3 6 9 12

Minyak nabati 1 1 1 1 1

Kapur 1 1 1 1 1

Top mix 2 2 2 2 2

(46)

Data konsumsi ransum burung puyuh (g/ekor/minggu)

Minggu

Perlakuan 1 2 3 4 5 6

T0U1 120 220 405,5 658 713,5 576,5

T0U2 120 275 326 745 525 765

T0U3 115 235 349 653 653 729,5

T0U4 107 282 295 705,5 574 731

T1U1 125 228 376,5 677 612 794

T1U2 120 263 314,5 740 557,5 678,5

T1U3 135 275 302,5 687, 5 598 647

T1U4 150 273 260,5 693 604 692

T2U1 126 237 308 767 588 603

T2U2 180 274 351 578,5 656 784,5

T2U3 115 224 332 716,5 525 746

T2U4 135 242 326 665,5 630,5 671

T3U1 140 278 308 717,5 571,5 669,5

T3U2 126 216 386 722 608,5 608

T3U3 142 245 306 740 590 584

T3U4 158 203 343 744,5 567 622,5

T4U1 135 270 340 715 620 590

T4U2 150 285 310 660 589 615

T4U3 110 235 290 710 550 657

(47)

Data pertambahan bobot badan burung puyuh (g/ekor/minggu)

Minggu

Perlakuan 1 2 3 4 5 6

T0U1 115 200 255 455 635 715

T0U2 140 250 300 545 705 820

T0U3 150 260 300 520 650 755

T0U4 180 270 350 565 690 790

T1U1 125 225 285 480 610 710

T1U2 150 250 350 585 735 850

T1U3 120 240 290 490 650 775

T1U4 140 240 320 490 650 710

T2U1 145 250 335 545 650 740

T2U2 110 225 300 525 660 815

T2U3 125 240 320 535 610 700

T2U4 115 240 290 470 630 740

T3U1 110 225 305 500 590 745

T3U2 110 210 275 480 590 705

T3U3 125 240 350 520 680 760

T3U4 120 225 340 510 635 735

T4U1 120 220 280 450 580 730

T4U2 120 225 290 470 600 715

T4U3 110 200 275 455 575 720

(48)

Data bobot awal puyuh

Plot 1 8 Plot 7 8 Plot 13 8 Plot 19 8

8 8 8 8

8 8 8 8

8 8 8 8

8 8 8 8

8 8 8 8

8 8 8 8

Plot 2 7 Plot 8 8 Plot 14 8 Plot 20 7

7 8 8 8

7 8 8 7

8 8 8 7

8 8 8 8

8 8 8 8

8 8 8 8

Plot 3 8 Plot 9 8 Plot 15 7

8 8 7

8 8 7

8 8 8

8 7 8

8 7 8

8 7 8

Plot 4 8 Plot 10 7 Plot 16 7

8 7 7

8 7 7

8 8 7

8 8 7

8 8 7

8 8 7

Plot 5 8 Plot 11 8 Plot 17 7

8 8 7

8 8 7

8 8 7

8 8 8

8 8 7

8 8 7

Plot 6 7 Plot 12 8 Plot 18 8

7 8 8

7 8 7

8 8 7

8 8 7

8 8 8

(49)

Suhu harian selama penelitian

Hari

penelitian Pagi hari Siang hari Malam hari Rataan (X)

1 26 30 25 27

2 26 30 26 27.3

3 26 30 27 27,6

4 25 30 27 27,3

5 26 31 24 27

6 25 31 26 27,3

7 26 31 25 27,3

8 25 31 25 27

9 27 32 26 28,3

10 26 32 27 28,3

11 25 32 27 28

12 26 30 24 26,6

13 25 30 26 27

14 27 29 25 27

15 26 29 25 26,6

16 25 30 26 27

17 24 33 27 28

18 25 32 27 28

19 25 32 24 27

20 25 32 26 27,6

21 25 31 25 27

22 25 31 25 27

23 26 31 26 27,6

24 26 30 27 27,6

25 26 32 27 28,3

26 26 32 24 27,3

27 26 32 26 28

28 26 33 25 28

29 27 32 25 28

30 25 31 26 27,3

31 25 33 27 28,3

32 26 33 27 28,6

33 25 33 24 27,3

34 26 32 26 28

35 26 31 25 27,3

36 26 30 25 27

37 26 30 26 27,3

38 25 31 27 27,6

39 26 31 27 28

40 26 32 24 27,3

41 26 31 26 27,6

(50)

Nilaiincome over feed costselama 42hari penelitian (rp)

Perlakuan Nilai Produksi Nilai pakan (rp) Income Over Feed Cost (rp)

T0 168.000 30.812,6 137.187,4

T1 168.000 32.107,9 136.083,25

T2 168.000 32.294,31 135.705,69

T3 168.000 32.301,45 135.698,55

Gambar

Tabel 1. Komposisi kimia terong belanda per 100 gram bahan
Tabel 3. Kebutuhan Nutrisi burung puyuh
Tabel 6. Rataan pertambahan bobot badan burung puyuh selama penelitian(g/ekor/minggu)
Tabel 7. Rataan konversi ransum burung puyuh selama penelitian.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan pemanfaatan pemberian tepung cangkang telur ayam ras terhadap berat telur burung puyuh maka dilakukan Uji Jarak Duncan (UJD) yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penggunaan empulur sagu fermentasi sampai 20% dalam ransum burung puyuh tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi ransum, tetapi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang mutu hedonik daging burung puyuh dengan pemberian tepung limbah kulit kopi daram ransum bahwa dengan pemberian

FI : Masker peel-off ekstrak buah terong belanda konsentrasi 1% FII : Masker peel-off ekstrak buah terong belanda konsentrasi 3% FIII : Masker peel-off ekstrak buah

Tujuan : Memformulasikan ekstrak buah terong belanda dalam bentuk sediaan masker peel-off sebagai anti aging serta uji efektivitasnya terhadap kulit wajah sukarelawan.. Metode

Hipotesis penelitian ini adalah pemberian pakan berbahan ampas kelapa fermentasi dalam ransum hingga 9% dapat meningkatkan kualitas karkas burung puyuh (bobot badan

Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa penggunaan tepung limbah kulit kopi dalam ransum berpengaruh yaitu dapat meningkatkan pertambahan bobot badan burung puyuh, tetapi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penggunaan empulur sagu fermentasi sampai 20% dalam ransum burung puyuh tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi ransum, tetapi