• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Probiotik Starbio pada Ransum Burung Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) Terhadap Produksi Telur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pemberian Probiotik Starbio pada Ransum Burung Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) Terhadap Produksi Telur"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK STARBIO PADA

RANSUM BURUNG PUYUH (

Coturnix – coturnix japonica)

TERHADAP PRODUKSI TELUR BURUNG PUYUH

________

SKRIPSI

O

L

E

H

JERRY F. SIALLAGAN 050306026

DEPARTEMEN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK STARBIO PADA

RANSUM BURUNG PUYUH (

Coturnix – coturnix japonica)

TERHADAP PRODUKSI TELUR BURUNG PUYUH

O

L

E

H

JERRY F. SIALLAGAN 050306026

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mengikuti Ujian Akhir di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas SumateraUtara, Medan

DEPARTEMEN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

3

Judul Penelitian :iiPengaruh Pemberian Probiotik Starbio pada Ransum Burung Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) Terhadap Produksi Telur

Nama : Jerry F. Siallagan

NIM : 050306026

Departemen : Peternakan Program Studi : Produksi Ternak

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Dra. Irawati Bachari)

Ketua Anggota

(Dr. Ir. Phillipus Sembiring, MS)

Diketahui Oleh :

Ketua Departemen

(Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP)

(4)

RIWAYAT HIDUP

Jerry F Siallagan, lahir pada tanggal 10 Mei 1987 di Medan, Sumatera Utara. Anak ke 4 dari 4 bersaudara, putera dari Bapak K.Siallagan dan Ibu R.Tinndaon.

Pendidikan yang pernah di tempuh hingga saat ini yaitu,

- Tahun 1993 masuk SD Negeri 1 Ambarita, Samosir dan lulus tahun 1999.

- Tahun 1999 melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Simanindo, Samosir dan lulus tahun 2002,

- Tahun 2002 masuk SMA Negeri 1 Simanindo, Samosir dan lulus tahun 2005,

- Tahun 2005 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara , Fakultas Pertanian, Departemen Peternakan dengan Program Studi Ilmu Produksi Ternak melalui jalur SPMB.

Kegiatan yang pernah diikuti penulis selama aktif di perkuliahan yaitu, - Menjadi anggota Himpunan Masiswa departemen (HMD) pada tahun

2005- 2010.

- Menjadi Anggota Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI) pada tahun 2006-2008.

- Mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kelompok Bangun Tani, Kelurahan Perdamaian ,Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat, pada bulan Juli 2008 sampai dengan Agustus 2008,

(5)

5

ABSTRAK

Jerry F Siallagan, 2009. “Pengaruh Pemberian Probiotik Starbio pada Ransum Burung Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) Terhadap Produksi Telur Burung Puyuh” dibawah bimbingan Ibu Dra. Irawati Bachari, selaku pembimbing pertama dan Bapak Dr Ir. Phillipus Sembiring,MS selaku pembimbing kedua.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Jln. Prof. Dr. A. Sofyan No 3, Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, yang berlangsung pada bulan April sampai dengan Juni 2009.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik starbio dalam ransum burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica) terhadap produksi telur burung puyuh. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan 4 ulangan dimana setiap ulangan terdiri dari 20 ekor burung puyuh. Dengan perlakuan yaitu R0 (ransum tanpa pemberian probiotik starbio), R1 (ransum dengan pemberian 0,125% probiotik starbio), R2 (ransum dengan pemberian 0,250% probiotik starbio), R3 (ransum dengan 0,375% probiotik starbio).

Dari hasil penelitian menunjukkan, dimana rataan konsumsi (g/ekor/minggu) secara berturut-turut sebesar (133,39; 129,97; 134,58; 133,56; dan 133,71), rataan produksi telur(%) sebesar (51,69; 49,82; 54;32;49;89; dan 50,44), berat telur (g) sebesar (10,12; 10,09; 10,04; 10,66 dan 10,33), rataan konversi ransum sebesar (13,19; 12,88; 13,40; 12,57 dan 12,49).

Pemberian probiotik starbio dalam ransum burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica) tidak berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap konsumsi ransum, produksi telur, berat telur dan konversi ransum burung puyuh selama produksi telur.

(6)

ABSTRACT

Jerry F Siallagan, 2009. “The Application of Probiotic Starbio in Quail Feed (Coturnix-coturnix japonica) of egg quail’sproductivity” under supervision of Mrs. Dra. Irawati Bachari as first supervisor , and Dr Ir. Phillipus Sembiring, MS as second supervisor.

The research has been conducted in Biological Laboratory of Animal Science, on Jln. Prof. Dr. A. Sofyan No. 3, Department of Animal Science, the Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, Medan, beginning from April to June 2009.

The objectives of the research would be to know the effect of probiotic starbio application in quail (Coturnix-coturnix japonica) feed in growth period. This research used a completely randomized design (CRD) with five treatments, four replications, and each replications consisted of 20 quails. The treatments were: R0 (feed without probiotic starbio), R1 (feed with application of 0,125% probiotic starbio), R2 (feed with application of 0,250% probiotic starbio), R3 (feed with application of 0,375% probiotic starbio), R4 (feed with application of 0,5% probiotic starbio),

The result of research indicated that, the average consumption (g/q/wk) was (133,39; 129,97; 134,58; 133,56; and 133,71 respectively), the average egg quail’s productivity (%) was (51,69; 49,82; 54;32;49;89; and 50,44), respectively), the average of egg’s weight (g) was (10,12; 10,09; 10,04; 10,66 and 10,33 respectively), and the average fed conversion was (13,19; 12,88; 13,40; 12,57 and 12,49 respectively).

The application of probiotic starbio in quail’s (Coturnix-coturnix japonica) feed has not significantly different (P < 0,05) on feed consumption ratio, on egg quail’s productivity, on egg’s weight and on feed conversion

(7)

7

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Adapun judul Skripsi ini adalah “Pengaruh Pemberian Probiotik Starbio pada Ransum Burung Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) Terhadap Produksi Telur” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Terima kasih Penulis ucapkan kepada Ibu Dra. Irawati Bachari selaku ketua pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Philipus Sembiring, MS selaku anggota pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam pembuatan Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan dikemudian hari. Penulis berharap Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang memerlukan.

Medan, November 2009

(8)

DAFTAR ISI

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Burung Puyuh ... 5

Kebutuhan Nutrisi Burung Puyuh ... 8

Zat Pakan dan Pakan Burung Puyuh ... 10

Probiotik Starbio ... 15

Pemeliharaan Burung Puyuh ... 21

Konsumsi Ransum... 21

Produksi Telur Puyuh ... 22

Berat Telur ... 23

Konversi Ransum ... 24

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian ... 25

Bahan dan Alat Penelitian ... 25

Bahan ... 25

Alat ... 25

Metode Penelitian ... 26

Parameter Penelitian ... 27

Konsumsi Ransum ... 27

Sexing Burung Puyuh ... 28

Pemeliharaan ... 29

Pengambilan Data ... 29

(9)

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil ...30

Konsumsi Ransum ...31

Produksi Telur ...31

Berat Telur ...31

Konversi Ransum ...32

Pembahasan ...34

Konsumsi Ransum ...34

Produksi Telur ...35

Berat Telur ...37

Konversi Ransum ...38

Rekapitulasi Hasil Penelitian ...40

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan...41

Saran ...41 DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

1. Perbedaan Burung Puyuh Jantan dan Betina ... 6 2. Perbedaan Susunan Protein dan Lemak Telur Burung

Puyuh Dibandingkan Dengan Telur Ternak Unggas Lain ... 7 3. Kebutuhan Nutrisi Burung Puyuh ... 9 4. Jumlah Ransum Yang Diberikan per Hari Menurut Umur Burung

Puyuh ...10 5. ... Pe

ngaruh Tingkat Protein dan Energi Metabolis Terhadap

Bobot Badan dan Telur Burung Puyuh ...14 6. Rataan Konsumsi Ransum Burung Puyuh Selama 6

Minggu (g/ekor/minggu) ...30 7. Rataan Produksi Telur Burung Puyuh Selama Penelitian (%)

Dengan Pemberian Probiotik Starbio ...31 8. Rataan Berat Telur Burung Puyuh Selama Penelitian (g)

Dengan Pemberian Probiotik Starbio ...32 9. Rataan Konversi Ransum Burung Puyuh Selama Penelitian

Dengan Pemberian Probiotik Starbio ...32 10. Analisis Keragaman Konsumsi Ransum Burung Puyuh Selama

Penelitian ...34 11. Analisis Keragaman Produksi Telur Burung Puyuh Selama

Penelitian ...35 12. Analisis Keragaman Berat Telur Burung Puyuh Selama

Penelitian ...37

13. Analisis Keragaman Konversi Ransum Burung Puyuh Selama

Penelitian ...38 14. Rekapitulasi Konsumsi Ransum, Produksi Telur, Berat Telur dan

(11)

5

ABSTRAK

Jerry F Siallagan, 2009. “Pengaruh Pemberian Probiotik Starbio pada Ransum Burung Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) Terhadap Produksi Telur Burung Puyuh” dibawah bimbingan Ibu Dra. Irawati Bachari, selaku pembimbing pertama dan Bapak Dr Ir. Phillipus Sembiring,MS selaku pembimbing kedua.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Jln. Prof. Dr. A. Sofyan No 3, Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, yang berlangsung pada bulan April sampai dengan Juni 2009.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik starbio dalam ransum burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica) terhadap produksi telur burung puyuh. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan 4 ulangan dimana setiap ulangan terdiri dari 20 ekor burung puyuh. Dengan perlakuan yaitu R0 (ransum tanpa pemberian probiotik starbio), R1 (ransum dengan pemberian 0,125% probiotik starbio), R2 (ransum dengan pemberian 0,250% probiotik starbio), R3 (ransum dengan 0,375% probiotik starbio).

Dari hasil penelitian menunjukkan, dimana rataan konsumsi (g/ekor/minggu) secara berturut-turut sebesar (133,39; 129,97; 134,58; 133,56; dan 133,71), rataan produksi telur(%) sebesar (51,69; 49,82; 54;32;49;89; dan 50,44), berat telur (g) sebesar (10,12; 10,09; 10,04; 10,66 dan 10,33), rataan konversi ransum sebesar (13,19; 12,88; 13,40; 12,57 dan 12,49).

Pemberian probiotik starbio dalam ransum burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica) tidak berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap konsumsi ransum, produksi telur, berat telur dan konversi ransum burung puyuh selama produksi telur.

(12)

ABSTRACT

Jerry F Siallagan, 2009. “The Application of Probiotic Starbio in Quail Feed (Coturnix-coturnix japonica) of egg quail’sproductivity” under supervision of Mrs. Dra. Irawati Bachari as first supervisor , and Dr Ir. Phillipus Sembiring, MS as second supervisor.

The research has been conducted in Biological Laboratory of Animal Science, on Jln. Prof. Dr. A. Sofyan No. 3, Department of Animal Science, the Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, Medan, beginning from April to June 2009.

The objectives of the research would be to know the effect of probiotic starbio application in quail (Coturnix-coturnix japonica) feed in growth period. This research used a completely randomized design (CRD) with five treatments, four replications, and each replications consisted of 20 quails. The treatments were: R0 (feed without probiotic starbio), R1 (feed with application of 0,125% probiotic starbio), R2 (feed with application of 0,250% probiotic starbio), R3 (feed with application of 0,375% probiotic starbio), R4 (feed with application of 0,5% probiotic starbio),

The result of research indicated that, the average consumption (g/q/wk) was (133,39; 129,97; 134,58; 133,56; and 133,71 respectively), the average egg quail’s productivity (%) was (51,69; 49,82; 54;32;49;89; and 50,44), respectively), the average of egg’s weight (g) was (10,12; 10,09; 10,04; 10,66 and 10,33 respectively), and the average fed conversion was (13,19; 12,88; 13,40; 12,57 and 12,49 respectively).

The application of probiotic starbio in quail’s (Coturnix-coturnix japonica) feed has not significantly different (P < 0,05) on feed consumption ratio, on egg quail’s productivity, on egg’s weight and on feed conversion

(13)

11

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk yang menyebabkan tingginya angka pengangguran menjadikan puyuh sebagai salah satu alternatif usaha yang dinilai cukup menguntungkan karena dalam pemeliharaannya tidak dibutuhkan areal yang luas dan pengembalian modalnya relatif cepat dikarenakan puyuh dapat mencapai dewasa kelamin sekitar umur 42 hari dengan produksi telur antara 250-300 butir per tahun (Listiyowati dan Roospitasari, 2000).

Puyuh (Quail) pada mulanya memang kurang mendapat perhatian dari para peternak. Tubuh dan telurnya yang kecil dengan cara hidup yang liar dianggap tidak dapat diternakkan, dan kalaupun bisa dianggap merepotkan. Akibatnya banyak kalangan yang beranggapan bahwa peternak puyuh tidak akan pernah membawa keuntungan sama sekali. Tetapi setelah pemerintah mencanangkan puyuh sebagai salah satu ternak alternatif penunjang peningkatan penyediaan protein hewani untuk masyarakat, barulah puyuh terangkat namanya.

Beternak burung puyuh dapat menggunakan modal dan lahan yang relatif kecil dibanding unggas lainnya, dan tidak sulit untuk lahan. Ternak puyuh juga mempunyai kemampuan untuk menghasilkan daging dan telur yang relatif cepat, memiliki gizi yang tinggi, digemari serta dapat terjangkau oleh masyarkat ekonomi lemah.

(14)

menghasilkan 250 sampai 300 butir telur. Ukuran tubuhnya yang kecil itu sebenarnya malah menguntungkan karena dengan lahan yang tidak terlalu luas dapat dipelihara puyuh dalam jumlah besar. Keuntungan lainnya adalah kemampuan tumbuh dan berkembangbiaknya yang sangat cepat. Dalam waktu 41 hari, puyuh sudah mampu berproduksi dan dalam satu tahun dapat dihasilkan 3 - 4 keturunan. Hal ini jugalah yang menjadi sebab puyuh

dipilih sebagai hewan percobaan dalam percobaan-percobaan dilaboratorium (Listiyowati dan Roospitasari, 2000).

Nilai gizi telur dan daging puyuh juga tidak kalah dengan telur dan daging unggas lainnya, sehingga dengan ketersediaan telur dan daging puyuh di pasaran dapat menambah variasi dalam penyediaan sumber protein hewani dan konsumen lebih banyak pilihan.

Faktor yang terpenting dalam pemeliharaan burung puyuh adalah pakan, sebab 80% biaya yang dikeluarkan peternak digunakan untuk pembelian pakan. Zat-zat gizi yang dibutuhkan harus terdapat dalam pakan, kekurangan salah satu

zat gizi yang diperlukan akan memberikan dampak buruk (Listiyowati dan Kinanti, 2005).

Hal yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut adalah dengan memberikan makanan tambahan seperti probiotik starbio, yang dapat menurunkan tingkat konversi pakan sehingga biaya pakan menjadi lebih murah

(15)

13

Probiotik dapat berasal dari bakteri, yeast dan kapang. Probiotik yang umum serta aman digunakan diantaranya adalah : Aspergillus niger, Aspergillus orizae, Sacharomnyces cerviase, Lactobacillus. Aspergillus niger ini memiliki enzim urease yang dapat mengoksidasi, selanjutnya digunakan untuk pembentukan asam amino. Sintesa enzim Aspergillus niger memerlukan ketersediaan asam amino metionin, leusin dan alanin yang berfungsi sebagai perangsang pertumbuhan. Lactobacillus mempuyai kemampuan untuk merombak karbohidrat sederhana menjadi asam laktat, pH lingkungan menjadi rendah dan menyebabkan mikroba lain tidak tumbuh. Ketika terjadi kolonisasi di permukaan saluran saluran pencernaan, Lactobacillus mencegah tumbuhnya jamur dan menekan pertumbuhan dan bakteri phatogen gram negatif di dalam usus halus (Parker, 1979).

Probiotik starbio digunakan untuk menurunkan tingkat konversi pakan (FCR), sehingga biaya pakan menjadi lebih murah. Selain itu, penggunaan probiotik starbio juga dapat mengurangi bau pada kotoran ternak. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kecernaan dan penyerapan pakan yang dicampur

dengan starbio sehingga kotoran ternak lebih sedikit dan kering (Lembah Hijau, 2004).

(16)

Dengan adanya masalah diatas peneliti ingin mencoba probiotik starbio, ke dalam ransum burung puyuh dan melihat pengaruhnya terhadap konsumsi ransum, konversi pakan dan produksi telur burung puyuh.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik starbio dalam ransum burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica) terhadap konsumsi ransum, konversi ransum, berat telur, produksi telur puyuh.

Hipotesis Penelitian

Penambahan probiotik starbio dalam ransum dapat memberi pengaruh positif terhadap konsumsi ransum, konversi ransum, berat telur burung puyuh, produksi telur burung puyuh.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi peneliti tentang penggunaan probiotik starbio dalam ransum burung puyuh.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Burung Puyuh

Burung puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang jauh, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek, dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga gemak (jawa) atau quail (asing), merupakan bangsa burung (liar) yang pertama kali diternakkan di Amerika Serikat tahun 1870 dan terus dikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia burung puyuh mulai dikenal dan diternakkan sejak akhir 1979. Kini mulai bermunculan di kandang-kandang ternak yang ada di Indonesia (Lampung Post, 2003).

Klasifikasi burung puyuh sebagai berikut: Class : Aves (Bangsa Burung)

Ordo : Galiformes Sub Ordo : Phasionaidae Family : Phasianidae Sub Family : Phasianidae Genus : Coturnix

Spesies : Coturnix-coturnix japonica (Redaksi Agromedia, 2002).

(18)

Ciri-ciri burung puyuh jantan dan betina berdasarkan tanda-tanda tubuh bagian luar dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan Burung Puyuh Jantan dan Betina.

Hal yang diamati Jantan Betina

Kepala/Muka

Bulu Dada

Dubur atau anus

Suara

Berwarna coklat gelap dan rahang bawah gelap

Kuning dan rahang bawah putih

Terdapat bercak hitam atau coklat

Tidak terdapat benjolan

Cekikik Sumber : Sugiharto (2005)

Jenis burung puyuh yang biasa diternakkan adalah berasal dari jenis Coturnix-coturnix japonica. Produksi telur burung puyuh ini mencapai 250 – 300 butir per tahun dengan berat rata-rata 10 gram per butir. Disamping produksi telurnya, burung puyuh juga dimanfaatkan daging dan kotorannya. Keunggulan lain dari burung puyuh adalah cara pemeliharaannya mudah, mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap penyakit dan dapat diternakkan bersama dengan hewan lain (Hartono, 2004).

(19)

17

Faktor yang terpenting dalam pemeliharaan burung puyuh adalah pakan, sebab 80% biaya yang dikeluarkan peternak digunakan untuk pembelian pakan. Zat-zat gizi yang dibutuhkan harus terdapat dalam pakan, kekurangan salah

satu zat gizi yang diperlukan akan memberikan dampak buruk (Listiyowati dan Kinanti, 2005).

Kandungan protein dan lemak telur burung puyuh lebih baik dibandingkan dengan telur unggas lainnya. Kandungan proteinnya tinggi, tetapi kadar lemaknya rendah. Selain itu rasanya juga lezat dan dapat disajikan dalam berbagai bentuk dan rasa. Bahkan telur dipercaya dapat memberikan kekuatan sehingga sering digunakan obat kuat dan campuran jamu dan anggur. Telur burung puyuh sangat baik untuk diet kolesterol karena dapat mengurangi terjadinya penimbunan lemak, terutama di jantung, sedangkan kebutuhan proteinnya tetap mencukupi (Murtidjo, 1996).

Tabel 2. Perbedaan susunan protein dan lemak telur burung puyuh dibandingkan dengan telur ternak unggas lain.

Jenis Unggas Protein Lemak Karbohidrat Abu

(20)

Kebutuhan Nutrisi Burung Puyuh

Puyuh membutuhkan beberapa unsur nutrisi untuk kebutuhan hidupnya. Unsur- unsur tersebut adalah protein, vitamin, mineral dan air. Kekurangan unsur- unsur tersebut dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dan menurunkan produktifitasnya (Rasyaf, 1994).

Burung puyuh mempunyai 2 fase pemeliharaan yaitu fase pertumbuhan dan fase produksi (bertelur). Fase pertumbuhan dibagi menjadi 2 fase yaitu starter (0-3 minggu), grower (3-5 minggu) dan fase produksi (umur diatas 5 minggu). Anak burung puyuh yang baru berumur 0-3 minggu membutuhkan protein 25% dan energi metabolisme 2900 kkal/kg. Pada umur 3-5 minggu kadar protein dikurangi menjadi 20% dan energi metabolisme 2600 kkal/kg. Burung puyuh lebih dari 5 minggu kebutuhan energi dan protein sama dengan kebutuhan energi pada protein umur 3-5 minggu (Listiyowati dan Roospitasari, 2000).

Anggorodi (1995) menyatakan bahwa ransum yang diberikan pada ternak harus disesuaikan dengan umur kebutuhan tenak. Hal ini bertujuan untuk mengefisiensikan penggunaan ransum. Dan dalam mengkonsumsi ransum, ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : umur, palatabilitas ransum, kesehatan ternak, jenis ternak, aktivitas ternak, energi ransum dan tingkat produksi.

(21)

19

rendahnya jumlah makanan yang dikonsumsi dalam tubuh unggas. Sebaliknya, bila kadar energi kurang maka unggas akan mengkonsumsi makanan untuk mendapatkan lebih banyak energi akibatnya kemungkinan akan mengkonsumsi protein yang berlebihan (Tillman, dkk., 1991).

Tabel 3. Kebutuhan nutrisi burung puyuh

Nutrisi Starter dan Grower Layer Bibit

Energi Metabolisme (kcal/kg) 2800 2600 2800

Protein (%) 27 20 24

(22)

Tabel 4. Jumlah ransum yang diberikan per hari menurut umur burung puyuh Umur Burung Puyuh Jumlah ransum yang diberikan per

ekor (gram) Sumber : Listiyowati dan Roospitasari (2005).

Air dianggap sebagai salah satu zat makanan yang sangat penting bagi ternak unggas. Air digolongkan sebagai unsur anorganik yang merupakan zat yang penting yang ada di dalam tubuh. Fungsi air sebagai bahan dasar dalam darah, sel dan cairan antar sel, sebagai alat untuk tansport zat-zat makanan, membantu kerja enzim dalam proses metabolisme, pengatur suhu tubuh, membantu keseimbangan dalam tubuh (Rizal, 2006).

Tambahan vitamin dan mineral sangat dibutuhkan oleh burung puyuh. Mineral makro terdiri atas Kalsium, Phospor, Natrium, Magnesium, Klorida, dan Sulfur. Mineral makro selalu diperlukan dalam jumlah besar oleh tubuh ternak. Gerakan-gerakan ion mineral makro melintas membran tidak pernah dipisahkan dari gerakan proton dan anion. Terdapat hubungan kompeks antara pH, tekanan listrik lintas membran dan perbedaan kadarnya (Widodo, 2002; Hartono, 2004).

Zat Pakan dan Pakan Burung Puyuh Protein

(23)

21

tulang. Selain itu, protein berfungsi untuk pertumbuhan jaringan baru, bahan pembuat telur, dan sperma. Bila kadar protein dalam pakan tidak cukup, pertumbuhan menjadi tidak normal. Bila keadaan tersebut dibiarkan berlarut-larut, puyuh dapat mengalami kematian.

Karbohidrat

Karbohidrat dibutuhkan oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan energinya. Energi digunakan untuk kebutuhan hidup pokok, gerak otot, sintesa jaringan-jaringan baru, aktivitas kerja, serta memelihara temperatur tubuh. Karbohidrat terdapat dalam bahan pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti jagung, dedak padi, minyak kelapa, minyak jagung dan minyak wijen. Diantara bahan pakan tersebut, jagung paling sering digunakan karena selain sebagai sumber karbohidrat, karoten yang terkandung di dalamnya berfungsi untuk memberi warna kuning pada telur dan bagian kuning lainnya pada organ tubuh burung puyuh.

Ransum berenergi tinggi, biasanya mengandung minyak ikan, lemak hewan, atau minyak nabati, dapat mengakibatkan naiknya angka kematian. Namun hal tersebut dapat dihindari dengan meningkatkan kadar kholin, vitamin B12 dan vitamin E.

Lemak

(24)

berpengaruh penting dalam penyerapan Ca (kalsium), serta menambah efisiensi penggunaan energi. Sumber lemak terdapat dalam bahan pakan seperti minyak kelapa, minyak kacang kedelai, minyak jagung, dan minyak biji kapas.

Vitamin

Vitamin merupakan senyawa organik yang harus selalu tersedia walaupun dalam jumlah yang sangat kecil, untuk metabolisme jaringan normal. Secara langsung maupun tidak langsung, defisiensi vitamin pada burung puyuh mengakibatkan kerugian seperti lebih mudah terserang penyakit sehingga menurunkan produktivitas, bahkan menimbulkan kematian. Sumber pakan yang mengandung vitamin bermacam-macam, diantaranya jagung kuning, daun-daunan, biji-bijian.

Mineral

Semua jenis ternak, termasuk burung puyuh sangat memerlukan mineral dalam ransumnya, baik berupa mineral makro (Ca, P, Na, K dan Cl) atau mineral mikro (Fe, Cu, I, Co, Zn, Mn, Se, dan Mo). Bahan pakan yang mengandung mineral antara lain adalah probiotik, tepung tulang, kulit kerang, biji-bijian, dan garam dapur.

Bahan pakan yang umum diberikan pada ternak, yang disusun dalam ransum yaitu jagung, dedak halus, bungkil kedelai, tepung ikan, bungkil kelapa dan minyak nabati.

Tepung Jagung

(25)

23

tryptophan, tepung jagung digunakan sebagai sumber energi utama dan sumber xantophyl (Rasyaf, 1990).

Dedak Halus

Dedak adalah sisa penggilingan atau penumbukan padi. Bahan pakan ini sangat populer dan banyak sekali digunakan dalam ransum ternak, karena ketersediaannya yang banyak dan dapat menekan biaya pakan. Kandungan nutrisi dedak halus yaitu protein kasar sebesar 13,5%, lemak kasar 0,6%, serat kasar 13%, Ca 0,1%, P 1,7%, dan EM 1890 kkal/kg (Rasyaf, 1990).

Bungkil Kedelai

Bungkil kedelai merupakan sisa hasil dari pembuatan minyak kedelai. Bahan ini sangat baik untuk campuran pakan ternak karena nilai nutrisinya yang sangat baik. Kandungan nutrisinya yaitu protein kasar 48%, EM 2240 kkal/kg, lemak kasar 0,9%, serat kasar 6%, Ca 0,32%, dan P 0,29% (Wahyu, 1997).

Tepung Ikan

Tepung ikan adalah sumber protein yang sangat baik dalam ransum karena mengandung asam-asam amino esensial yang cukup tinggi bagi kebutuhan ternak. Tepung ikan tidak rusak dalam pengolahan. Mengandung energi metabolis yang tinggi dibanding dengan bahan-bahan makanan lainnya. Apabila tepung ikan digunakan, kandungan minyaknya 10%, maka jumlah yang dapat dicampur ke dalam ransum tidak boleh lebih besar dari 10% (Rasyaf,1990).

Bungkil Kelapa

(26)

memadai, yaitu protein kasar 20,9%, serat kasar 10,5%, lemak kasar 5-6%, EM 1258 kkal/kg, Ca 3,6%, dan P 0,55% (Rasyaf, 1990).

Minyak Nabati

Minyak nabati merupakan sumber energi, minyak dalam ransum selain membantu memenuhi kebutuhan energi, juga menambah selera makan ternak dan mengurangi sifat berdebu pada ransum. Umumnya diberikan 2-6% dalam ransum cukup untuk membantu peran jagung dan bungkil kelapa sebagai penyedia energi (Rasyaf, 1990).

Pengaruh Tingkat Protein Dan Energi Metabolis Terhadap Bobot Badan Dan Telur Burung Puyuh

Tingkat kandungan protein sangat mempengaruhi bobot badan burung puyuh. Kandungan protein dalam pakan burung puyuh petelur direkomendasikan 20%, sedangkan kandungan protein 25% akan membuat puyuh cepat mengalami dewasa kelamin.

Tabel 5. Pengaruh tingkat protein dan energi metabolis terhadap bobot badan dan telur burung puyuh

Persentase Protein

dalam Pakan (%) 20 25 30 35

Energi Metabolis

(Kkal/kg) 2990 2880 2770 2660

Umur (minggu) Bobot Badan (g)

(27)

25

Probiotik Starbio

Probiotik berasal dari bahasa Latin yang berarti "untuk kehidupan"; disebut juga "bakteri bersahabat", "bakteri menguntungkan" , "bakteri baik", atau "bakteri sehat". Apabila didefinisikan secara lengkap, probiotik adalah kultur tunggal atau campuran dari mikroorganisme hidup yang apabila diberikan ke manusia atau hewan akan berpengaruh baik, karena akan menekan pertumbuhan bakteri patogen/bakteri jahat yang ada di usus manusia/hewan

(Central Unggas, 2009).

Probiotik starbio adalah koloni bibit mikroba (berasal dari lambung sapi) yang dikemas dalam campuran tanah dan akar rumput serta daun-daun atau ranting-ranting yang dibusukkan. Menurut Suharto dan Winantuningsih (1993) dalam koloni tersebut terdapat mikroba khusus yang memiliki fungsi yang berbeda, misalnya Spirillum liporerum (pencerna lemak), Agaricus dan coprinus (pencerna lignin), serta Klebssiella dan Azozpirillum trasiliensis (pencerna protein). Probiotik starbio merupakan probiotik an-aerob penghasil enzim berfungsi untuk memecah karbohidrat (selulosa, hemiselulosa, lignin) dan protein serta lemak. Manfaat starbio dalam ransum ternak adalah meningkatkan daya cerna, penyerapan zat nutrisi dan efisiensi penggunaan ransum. Starbio juga dapat menghilangkan bau limbah dari Rumah Potong Hewan (RPH) maupun septic-tank, dengan cara menguraikan komponen zat-zat kimia C-H-O-N-S (Suharto et. al., 1993).

(28)

Starbio menurut Sulistyo (1996) adalah kadar air 9,71 %, protein kasar 10,42 %, lemak kasar 0,11 %, serat kasar 8,37 %, dan abu 51,54 %.

Berbeda dengan antibiotik, probiotik merupakan mikro-organisme yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan ternak tanpa mengakibatkan terjadinya proses penyerapan komponen probiotik dalam tubuh ternak, sehingga tidak terdapat residu dan tidak terjadinya mutasi pada ternak. Sementara antibiotik merupakan senyawa kimia murni yang mengalami proses penyerapan dalam saluran pencernaan (Samadi, 2002).

Starbio merupakan koloni bakteri alami yang terdiri atas bakteri lignolitik, selulolitik, proteolitik, dan bakteri nitrogen fiksasi non simbiotik (Anon, 1994). Lebih lanjut, dikatakan juga bahwa penggunaan starbio pada pakan mengakibatkan bakteri yang ada pada starbio akan membantu memecahkan struktur jaringan yang sulit terurai sehingga lebih banyak zat nutrisi yang dapat diserap dan ditransformasikan ke produk ternak. Selain itu, produktivitas ternak akan meningkat, bahkan lebih banyak zat nutrisi yang dapat diuraikan dan diserap. Sartika dkk. (l994) melaporkan bahwa hasil analisis proksimat probiotik starbio mengandung: 19,17% air, 10,42% protein, 0,ll% lemak kasar, 8,37% serat kasar, dan 51,54% abu. Pemberian strabio 2,5g/kg ransum pada ayam pedaging ternyata dapat meningkatkan efisiensi penggunaan ransum sebesar 11,52% jika dibandingkan dengan kontrol.

(29)

27

Fuller (1992) mendefinisikan probiotik sebagai suatu mikroba hidup yang dicampurkan sebagai suplemen dalam pakan yang menguntungkan induk semang dengan memperbaiki populasi mikroba dalam usus. Sedangkan prebiotik dapat diartikan sebagai bahan makanan yang tak dapat dicerna yang secara selektif merangsang pertumbuhan atau aktivitas bakteri yang bermanfaat pada bagian usus. Probiotik didefinisikan juga sebagai organisme yang memberikan kontribusi terhadap keseimbangan mikroba dalam usus (Crawford, 1979).

Probiotik starbio merupakan koloni bakteri alami yang terdiri dari : 1. Mikroba Proteolitik

6 x 109 satuan pembentuk koloni/gram bahan. Jenis yang biasa diformulasikan: Nitrosomonas / Nitrobacter / Nitrospira / Nitrosococcus / Nitrosolobus.

2. Mikroba Lignolitik

6 x 109 satuan pembentuk koloni/gram bahan. Jenis yang biasa diformulasikan: Clavaria dendroidea / Clitocybe alexandri / Hypoloma fasciculare.

3. Mikroba Nitrogen Fiksasi Non Simbiotik

4 x 109 satuan pembentuk koloni/gram bahan. Jenis yang biasa diformulasikan: Azotobacter Spp / Beyerinkya Spp / Clostridium pasteurianum / Nostoc Spp / Anabaena Spp / Tolypothrix Spp / Spirillum lipoferum.

4. Mikroba Selulolitik

(30)

5. Mikroba Lipolitik

5 x 109 satuan pembentuk koloni/gram bahan. Jenis yang biasa diformulasikan: Spirillum liporerum.

(Lembah Hijau Multifarm, 2009).

Penggunaan starbio pada pakan mengakibatkan bakteri yang ada pada starbio akan membantu memecahkan struktur jaringan yang sulit terurai sehingga lebih banyak zat nutrisi yang dapat diserap dan ditransformasikan ke produk ternak. Selain itu, produktivitas ternak akan meningkat, bahkan lebih banyak zat nutrisi yang dapat diuraikan dan diserap (Ritonga, 1992).

Fungsi dari probiotik starbio: 1. Menurunkan Biaya Pakan

Kumpulan mikroba yang terdapat dalam starbio akan membantu pencernaan pakan dalam tubuh ternak, membantu penyerapan pakan lebih banyak sehingga pertumbuhan ternak lebih cepat dan produksi dapat meningkat. Hasilnya, FCR (Feed Convertion Ratio) atau konversi pakan akan menurun sehingga biaya pakan akan menjadi lebih murah.

2. Mengurangi Bau Kotoran Ternak

(31)

29

Probiotik dapat mengandung satu atau sejumlah lebih strain mikroorganisme dalam bentuk powder, tablet, granula atau pasta dan dapat diberikan kepada ternak secara langsung melalui mulut atau dicampur dengan air maupun pakan (Fuller, 1992). Probiotik dapat dibuat dengan biaya relatif murah dan merupakan produk yang ramah lingkungan. Penggunaan probiotik dalam ransum burung puyuh dilaporkan tidak menimbulkan efek samping, namun penggunaan beberapa tipe probiotik akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap produktivitas burung puyuh.

Karakteristik probiotik yang efektif adalah dapat dikemas dalam bentuk hidup dalam skala industri, stabil dan hidup pada kurun waktu penyimpanan lama dan kondisi lapangan, bisa bertahan hidup di dalam usus dan menguntungkan bagi ternak. Menurut Furell (1995), probiotik diklasifikasikan dalam dua tipe yaitu kultur mikrobial hidup, sebagai contoh adalah probiotik starbio dan produk mikrobial fermentasi contohnya adalah kultur yeast (Saccharomyces cerevisiae), Aspergillus niger, Aspergillus oryzae, dan Lactobacillus acidophilus.

Pemberian probiotik starbio pada pakan ternak akan meningkatkan kecernaan ransum, kecernaan protein dan mineral fosfor (Piao et. al., 1999). Hal ini terjadi karena probiotik starbio merupakan kumpulan mikroorganisme (mikroba probiolitik, selulolitik, lignolitik, lipolitik, dan aminolitik serta nitrogen fiksasi non simbiosis) yang mampu menguraikan bahan organik kompleks pada

pakan menjadi bahan organik yang lebih sederhana (Lembah Hijau Indonesia, 1995).

(32)

bahwa pada setiap saat, ternak akan mempunyai keseimbangan mikrobial yang tepat. Bila mikroorganisme atau zat-zat yang memperbesar keseimbangan mikrobial tepat ditambahkan ke dalam ransum, maka hewan akan memperoleh dorongan untuk membuat populasi mikrobial yang tepat (Anggorodi, 1995).

Probiotik starbio juga merupakan penghasil probiotik anaerob enzim yang berfungsi untuk memecah karbohidrat (selulosa, hemiselulosa, lignin) dan protein serta lemak. Manfaat starbio dalam ransum ternak adalah meningkatkan daya cerna, penyerapan zat nutrisi dan efisiensi penggunaan ransum. Starbio juga dapat menghilangkan bau limbah dari rumah potong hewan (RPH) maupun septic-tank, dengan cara menguraikan komponen zat-zat kimia (Suharto et. al., 1993).

Penggunaan probiotik dalam ransum ternyata dapat meningkatkan daya cerna sehingga zat-zat pakan lebih banyak diserap oleh tubuh untuk pertumbuhan maupun produksi (Barrow, 1992). Penggunaan probiotik pada ternak unggas ternyata sangat menguntungkan karena dapat menghasilkan berbagai enzim yang dapat membantu pencernaan dan dapat menghasilkan zat antibakteri yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan (Ritongga, 1992).

Pemeliharaan Burung Puyuh

Pemeiharaan Anak Puyuh (Masa Starter)

(33)

31

sekitar 100 ekor anak puyuh berumur 1-10 hari. Namun, anak puyuh berumur diatas 10 hari kepadatannya dikurangi menjadi 60 ekor/m2.

Pemeliharaan Masa Grower

Ketika berumur 3-6 minggu, puyuh dianggap telah memasuki umur grower atau umur pertumbuhan. Saat inilah puyuh mulai betambah pesat menjadi dewasa. Pada fase ini dilakukan penggabungan puyuh jantan betina, tergantung pada tujuan pemeliharaannya.

Pemeliharaan Masa Layer

Puyuh yang dimaksud pada fase ini adalah puyuh yang sudah berumur 6 minggu keatas. Pada umur ini, puyuh sudah siap untuk menghasilkan telur. Puyuh pedaging sudah bisa dipotong untuk dijual dagingnya. Puyuh pada masa layer ini dipelihara dalam kandang petelur.

Konsumsi Ransum

Dalam mengkonsumsi ransum, burung puyuh dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: umur, palatabilitas ransum, kesehatan ternak, jenis ternak, aktivitas ternak, energi ransum dan tingkat produksi. Konsumsi ransum juga dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas ransum yang diberikan. Ransum yang diberikan pada ternak harus disesuaikan dengan umur dan kebutuhan ternak. Konsumsi ransum merupakan kegiatan masuknya sejumlah nutrisi yang ada di dalam ransum yang telah tersusun dari bahan pakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak tersebut (Anggorodi, 1995).

(34)

Suhu 16-24oC adalah suhu yang ideal bagi burung puyuh untuk berproduksi maksimal (Gellispie,1987).

Produksi Telur Puyuh

Secara garis besar produksi telur puyuh dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, genetik dan faktor luar seperti ransum, kandang, temperatur, lingkungan, penyakit dan stres (Yasin, 1988).

Puyuh mulai bertelur pada umur 42 hari dan akan berproduksi penuh pada umur 50 hari. Dengan perawatan yang baik puyuh betina akan bertelur 200 butir pada tahun pertama produksi dan periode bertelur selama 9-12 bulan dengan lama hidup 2-2,5 tahun (Anggorodi, 1995). Di samping itu, menurut Sugiharto (2005), puyuh yang telah mencapai berat badan 90-100 gram akan segera mulai bertelur pada umur 35-42 hari. Kemampuan berproduksi mulai awal produksi akan terus

mengalami kenaikan secara drastis hingga mencapai puncak produksi (top production 98,5) pada umur 4-5 bulan dan secara perlahan-lahan akan

(35)

33

Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran telur sebagai berikut : 1. Breeding

besar telur dipengaruhi oleh faktor keturunan dan pengaruh lingkungan. 2. Umur

Pada saat bertelur biasanya berat telur cukup rendah dan berat telur tersebut meningkat secara bertahap.

3. Jumlah Telur

Ada kecenderungan berat telur menurun dengan meningkatnya produksi tersebut.

(Kartasudjana dan Suprijatna, 2002)

Berat telur

Berat telur merupakan sifat kualitatif yang dapat diturunkan. Jenis pakan, jumlah pakan, lingkungan kandang serta besar tubuh induk sangat mempengaruhi berat telur yang dihasilkan. Kualitas ransum yang rendah juga menyebabkan kecilnya kuning telur yang terbentuk, sehingga menyebabkan kecilnya kuning telur yang dihasilkan. Hal lain yang mempengaruhi adalah masa bertelur, produksi pertama dari suatu siklus berbobot lebih rendah dibanding telur berikutnya pada siklus yang sama (Listiyowati dan Roospitasari, 2000).

Telur puyuh jepang berwarna cokelat lurik dan sering tertutup zat berwarna biru dan berisi kapur, beratnya 7-8 gram (7-8% dari berat badan induk) dengan masa mengeram 17-18 hari atau kisaran 16,5-20 hari (Anggorodi, 1995).

Berat telur puyuh Cortunix-cortunix japonica dengan warna burik, berat

(36)

Konversi Ransum

Konversi ransum adalah perbandingan jumlah ransum yang dikonsumsi pada satu minggu dengan produksi telur pada minggu itu (Rasyaf, 1994).

Dalam pengertian luas konversi adalah jumlah ransum yang dihabiskan untuk tiap satuan produksi (pertambahan bobot badan, telur dan produksi lainnya). Semakin banyak ransum yang dikonsumsi untuk menghasilkan satu satuan produksi maka makin buruklah pakan tersebut. Baik buruknya konversi ransum dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya mutu ransum, kesehatan ternak dan tata cara pemberian ransum (Tillman dkk., 1991).

Angka konversi ransum menunjukkan tingkat penggunaan ransum dimana jika angka konversi semakin kecil maka penggunaan ransum semakin efisien dan sebaliknya jika angka konversi besar maka penggunaan ransum tidak efisien (Campbell, 1984).

(37)

35

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Jln. Prof. Dr. A. Sofyan No. 3 Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian berlangsung selama 6 minggu, dimulai dari bulan April 2009 sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat Penelitian Bahan

• Burung puyuh umur 6 minggu sebanyak 100 ekor betina yang telah diberi perlakuan dari DOQ

• Probiotik Starbio • Air

Vaksin New Castle Disease (NCD) • Vitamin seperti Puyuhvit dan Vitachick • Desinfektan seperti rodalon

• Kalium Permanganat dan Formalin sebagai bahan fumigasi

• Ransum burung puyuh disusun menurut perlakuan (Ransum Basal)

Alat

• Kandang sebanyak 20 plot dengan ukuran masing-masing plot panjang x lebar x tinggi = 60 cm x 40 cm x 20 cm / unit

(38)

• Timbangan salter kapasitas 5 kg dengan ketelitian 0,1 gram • Thermometer (°C)

• Kardus

• Alat-alat pembersih kandang • Hands spayer

• Genset, apabila mati lampu • Alat tulis dan kalkulator

Metode Penelitian

Adapun rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan, dimana setiap ulangan terdiri dari 5 ekor per plot, jumlah seluruhnya 100 ekor.

Banyaknya ulangan disesuaikan dengan rumus : t (n – 1 > 15

5 (n – 1) > 15 5n > 20 n > 4

Perlakuan yang akan diteliti sebagai berikut :

P0 : Ransum tanpa penggunaan Probiotik Starbio

P1 : Ransum dengan 0,125 % Probiotik Starbio

P2 : Ransum dengan 0,250 % Probiotik Starbio

P3 : Ransum dengan 0,375 % Probiotik Starbio

(39)

37

Model linier yang digunakan untuk Rancangan Acak Lengkap (RAL) adalah : Yij = µ + αi + ∑ij

Dimana : i = 1,2,3,…r (ulangan) j = 1,2,3,…t (perlakuan)

Yij = Hasil pengamatan pada ulangan ke- i dan perlakuan ke- j

µ = Nilai rerata (mean) harapan αi = Pengaruh faktor perlakuan

∑ij = Pengaruh galat (experimental error)

(Hanafiah, 2003).

Denah pemeliharaan yang akan dilaksanakan sebagai berikut : P23 P34 P14 P43 P02

P13 P01 P32 P22 P44

P11 P42 P21 P04 P24

P33 P12 P41 P03 P31

Parameter Penelitian

Konsumsi Ransum (g)

Data konsumsi ransum diperoleh dengan cara melakukan penimbangan ransum yang diberikan selama satu minggu, kemudian dikurangi dengan penimbangan sisa ransum selama satu minggu.

Produksi Telur (%)

(40)

Konversi Ransum (g)

Data konversi ransum dihitung setiap minggu dengan cara membandingkan jumlah ransum (gram) yang dikonsumsi berat telur (gram) setiap minggu.

Berat Telur (g)

Berat telur ditimbang setiap hari dari perbandingan jumlah seluruh berat telur dengan jumlah telur/plot untuk perhitungan data satu minggu.

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Kandang

Kandang terlebih dahulu didesinfektan dengan menggunakan rodalon dan dibiarkan selama 3 hari. Peralatan kandang dibersihkan dan didesinfektan sebelum digunakan.

Penyusunan Ransum

Ransum disusun sesuai dengan perlakuan yang akan diteliti. Penyusunan ransum dilakukan satu kali seminggu dengan tujuan untuk menjaga dari ketengikan ransum. Probiotik Starbio diberikan pada saat menyusun ransum. Ransum dan air minum diberikan secara ad libitum. Obat-obatan diberikan sesuai dengan kebutuhan.

Sexing burung puyuh

(41)

39

Pemeliharaan

Burung puyuh sebanyak 100 betina. Dipelihara dalam kandang sebanyak 20 plot. Tiap plot kandang diisi 5 ekor burung puyuh betina. Ransum yang diberikan secara ad-libitum, penerangan diatur sedemikian rupa sesuai dengan kondisi yang nyaman untuk puyuh.

Pengambilan Data

Pengambilan data untuk konsumsi ransum dilakukan setiap hari tetapi untuk perhitungan tiap minggu. Telur setiap hari dikumpulkan dan dihitung berdasarkan perlakuan. Pengambilan data produksi telur dilakukan setelah produksi mencapai 5% HD (Hen Day production).

Analisis Data

(42)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Konsumsi Ransum

Konsumsi ransum dapat dihitung dengan pengurangan jumlah ransum yang diberikan dengan sisa dan ransum yang terbuang. Rataan konsumsi ransum dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. iRataan konsumsi ransum burung puyuh selama 6 minggu (g/ekor/minggu)

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

1 2 3 4

P0 133.00 133.43 133.34 133.80 533.57 133.39 P1 133.51 133.69 133.34 119.34 519.89 129.97 P2 135.37 134.23 134.37 134.34 538.31 134.58 P3 133.29 133.37 133.86 133.74 534.26 133.56 P4 133.71 133.43 133.80 133.89 534.83 133.71 Total 668.89 668.14 668.71 655.11 2660.86 665.21 Rata-rata 133.78 133.63 133.74 131.02 532.17 133.04

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa rataan konsumsi ransum burung puyuh selama penelitian adalah 133.04 g/ekor/minggu. Konsumsi ransum terendah terdapat pada perlakuan P1 (ransum dengan 0,125% probiotik starbio) yaitu

sebesar 129.97 g/ekor/minggu, sedangkan konsumsi ransum tertinggi terdapat pada perlakuan P2 (ransum dengan 0,5% probiotik starbio) yaitu sebesar 134.58

(43)

41

Produksi Telur (%)

Produksi telur dihitung dari perbandingan jumlah telur yang dihasilkan dalam 1 minggu dengan jumlah puyuh betina yang ada dikalikan dengan 100%. Dari hasil penelitian diperoleh rataan produksi burung puyuh seperti tertera pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan produksi telur burung puyuh selama penelitian (%) dengan pemberian probiotik starbio

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

1 2 3 4

P0 52.34 54.49 49.53 50.42 206.78 51.69

P1 50.95 48.97 49.17 50.19 199.27 49.82

P2 53.06 53.67 57.53 53.05 217.30 54.32

P3 53.06 51.42 47.73 47.34 199.56 49.89

P4 47.90 48.16 58.35 47.34 201.75 50.44

Total 257.29 256.70 262.31 248.35 1024.66 256.16 Rata-rata 51.46 51.34 52.46 49.67 204.93 51.23

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa rataan produksi telur burung puyuh selama penelitian adalah 51.23%. Produksi telur terendah terdapat pada perlakuan P1 (ransum dengan 0,125% probiotik starbio) yaitu sebesar 49.82%, sedangkan

produksi telur tertinggi terdapat pada perlakuan P2 (ransum dengan 0,250%

probiotik starbio) yaitu sebesar 54.32%.

Berat Telur (g)

(44)

Tabel 8. Rataan berat telur burung puyuh selama penelitian (g) dengan pemberian probiotik starbio

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

1 2 3 4

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa rataan berat telur burung puyuh selama penelitian adalah 10.25 gram. Rataan berat telur terendah terdapat pada perlakuan P2 ransum dengan 0.250% probiotik starbio) yaitu sebesar 10.04 gram, sedangkan

rataan berat telur tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (ransum dengan 0.375%

probiotik starbio) yaitu sebesar 10.66 gram.

Konversi Ransum

Konversi ransum dihitung berdasarkan perbandingan konsumsi ransum dengan berat telur yang dihasilkan selama 1 minggu. Dari hasil penelitian diperoleh rataan konversi ransum puyuh seperti tertera pada Tabel 9.

Tabel 9. iRataan konversi ransum selama penelitian dengan pemberian probiotik starbio.

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

(45)

43

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa rataan konversi ransum burung puyuh selama penelitian adalah 13.04. Konversi ransum terendah terdapat pada perlakuan P3 (ransum dengan 0,375% probiotik starbio) yaitu sebesar 12.75,

sedangkan konversi ransum tertinggi terdapat pada perlakuan P2 (ransum dengan

(46)

Pembahasan

Konsumsi Ransum (gram/ekor/minggu)

Untuk mengetahui pengaruh probiotik starbio dalam ransum burung puyuh terhadap konsumsi ransum burung puyuh, maka dilakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada Tabel 10.

Tabel 10. Analisis keragaman konsumsi ransum burung puyuh selama penelitian

SK DB JK KT F.hit F.tabel

5% 1%

Perlakuan 4 50.51 12.62 1.24tn 3.04 4.89

Galat 15 152.20 10.14

Total 19 202.72

Ket. : tn : Tidak Berbeda Nyata Ket. : KK : 2.40%

Dari hasil analisis keragaman pada Tabel 10 menunjukkan bahwa pemberian probiotik starbio dalam ransum tidak menghasilkan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi burung puyuh. Hal ini dapat disebabkan karena tingkat protein dan energi metabolisme hampir sama dalam setiap level perlakuan. Hal ini didukung oleh pernyataan Anggorodi (1995) menyatakan bahwa ransum yang diberikan pada ternak harus disesuaikan dengan umur kebutuhan tenak. Hal ini bertujuan untuk mengefisiensikan penggunaan ransum. Dan dalam mengkonsumsi ransum, ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : umur, palatabilitas ransum, kesehatan ternak, jenis ternak, aktivitas ternak, energi ransum dan tingkat produksi.

(47)

45

berkecenderungan berhubungan erat dengan kadar energinya. Bila persentase protein yang tetap terdapat dalam semua ransum, maka ransum yang mempunyai konsentrasi ME tinggi akan menyediakan protein yang kurang dalam tubuh unggas karena rendahnya jumlah makanan yang dikonsumsi dalam tubuh unggas. Sebaliknya, bila kadar energi kurang maka unggas akan mengkonsumsi makanan untuk mendapatkan lebih banyak energi akibatnya kemungkinan akan mengkonsumsi protein yang berlebihan.

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa konsumsi ransum burung puyuh dari semua perlakuan tidak berbeda nyata satu sama lain. Hal ini disebabkan karena ransum formulasi dari tiap perlakuan memiliki kandungan energi metabolis yang sama. Sehingga tingkat konsumsi ransum burung puyuh tidak berbeda nyata satu sama lain.

Produksi telur (%)

Untuk mengetahui manfaat pemberian probiotik starbio terhadap produksi telur burung puyuh,maka dilakukan nalisis keragaman seperi tertera pada Tabel 11.

Tabel 11. Analisis keragaman produksi telur burung puyuh. :

SK DB JK KT F.hit F.tabel

(48)

berbeda nyata pada tiap perlakuan. Pada umumnya konsumsi ransum mempengaruhi produksi telur yang dihasilkan. Semakin tinggi tingkat konsumsi ransum, semakin tinggi pula produksi telur burung puyuh. Hal ini berlaku untuk ransum yang memiliki tingkat energi dan protein yang sama seperti pada penelitian ini.

Dari hasil penelitian didapat rataan konsumsi ransum tertinggi pada perlakuan P2 yakni 134.58 g sebanding dengan rataan produksi telurnya yang juga

tertinggi yaitu sekitar 54.32%. Berbeda dengan perlakuan P1 yang konsumsi

ransumnya paling sedikit yakni 129.97 g dengan rataan produksi telur sekitar 49.82%.

Pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap produksi telur dari masing -masing perlakuan dapat juga disebabkan oleh faktor lingkungan seperti suhu, kelembapan dan sirlukasi udara. Perbedaan kondisi lingkungan yang berubah-ubah antara malam hari dan siang hari, dimana pada malam hari suhu udara yang terlalu rendah (udara dingin) disertai dengan angin kencang. Sementara siang hari berubah dengan suhu udara yang sangat panas. Hal ini berpengaruh pada tingkat stres burung puyuh yang disebabkan perubahan suhu yang terlalu ekstrim yang berdampak pada penurunan produksi telur burung puyuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yasin (1988) yang menyatakan bahwa secara garis besar produksi burung puyuh dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : genetik dan faktor luar seperti ransum, kandang, temperatur, lingkungan, penyakit dan stres.

Produksi telur yang semakin meningkat cenderung menurunkan besar

(49)

47

Kartasudjana dan Suprijatna (2002) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran telur sebagai berikut :

1. Breeding

Besar telur dipengaruhi oleh faktor keturunan dan pengaruh lingkungan. 2. Umur

Pada saat bertelur biasanya berat telur cukup rendah dan berat telur tersebut meningkat secara bertahap.

3. Jumlah Telur

Ada kecenderungan berat telur menurun dengan meningkatnya produksi tersebut.

Berat Telur (g)

Untuk mengetahui pengaruh probiotik starbio dalam ransum burung puyuh terhadap berat telur burung puyuh, maka dilakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada Tabel 12.

Tabel 12. Analisis keragaman berat telur burung puyuh. :

SK DB JK KT F.hit F.tabel

Pada tabel 12 diatas dapat dilihat bahwa Fhitung lebih kecil dari Ftabel

(Fhitung<Ftabel). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian probiotik starbio pada

(50)

Besar tubuh induk yang tidak berbeda nyata dari masing-masing perlakuan juga dapat memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata pula terhadap berat telur burung puyuh. Hal ini sesuai dengan literatur yang dinyatakan oleh Listiyowati dan Roospitasari (2000) yang menyatakan bahwa berat telur merupakan sifat kualitatif yang dapat diturunkan. Jenis pakan, jumlah pakan, lingkungan kandang serta besar tubuh induk sangat mempengaruhi berat telur yang dihasilkan.

Rataan berat telur yang diperoleh dari hasil penelitian berkisar 10 g dari semua perlakuan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rasyaf (1985); Listiyowati dan Roospitasari (2000) yang menyatakan berat telur puyuh Cortunix-cortunix japonica dengan warna burik, berat telurnya rata-rata 10 g atau sekitar 8% dari berat badannya (Rasyaf, 1985; Listiyowati dan Roospitasari, 2000).

Konversi Ransum

Untuk mengetahui pengaruh probiotik starbio dalam ransum burung puyuh terhadap konversi ransum burung puyuh, maka dilakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada Tabel 13.

Tabel 13. Analisis keragaman konversi ransum burung puyuh. :

SK DB JK KT F.hit F.tabel

5% 1%

Perlakuan 4 1.62 0.41 1.99tn 3.04 4.89

Galat 15 3.06 0.20

Total 19 4.08

Ket. : tn : Tidak Berbeda Nyata Ket. : KK : 3.44 %

Pada tabel 13 diatas dapat dilihat bahwa Fhitung lebih kecil dari Ftabel

(Fhitung<Ftabel). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian probiotik starbio pada

(51)

49

burung puyuh. Hal ini dapat disebabkan karena tingkat konsumsi ransum dan berat telur puyuh yang tidak berbeda nyata dari tiap perlakuan. Kualitas ransum yang sama memberikan pengaruh terhadap tingkat konsumsi ransum yang tidak berbeda nyata dari tiap perlakuan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tillman dkk. (1991) yang menyatakan bahwa semakin banyak ransum yang dikonsumsi untuk menghasilkan satu satuan produksi maka semakin buruklah pakan tersebut. Baik buruknya konversi ransum dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya mutu ransum, kesehatan ternak dan tata cara pemberian ransum.

(52)

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka didapat hasil rekapitulasi penelitian seperti tertera pada Tabel 14.

Tabel 14. iRekapitulasi konsumsi ransum, produksi telur, berat telur dan konversi ransum puyuh selama penelitian

(53)

51

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian probiotik starbio pada ransum burung puyuh tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi ransum, produksi telur, berat telur dan konversi ransum burung puyuh.

Saran

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, H.R., 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Anonymous. 1994. Bagaimana Cara Menghemat Biaya Pakan Ternak. CV. Lembah Hijau Multifarm Indonesia, Jakarta.

Barrow, P. A., 1992. Probiotics for Chickens. In : R. Fuller. 1st Ed. Probiotics The Scientific Basic. Chapman and Hall, London. Hal : 225 – 250.

Campbell, W., 1984. Principles of Fermentation Tegnology. Pergaman Press, New York.

Central Unggas., 2009. .

Crawford, J. S., 1979. Probiotics in Animal Nutrition. Arkansas Nutr. Conf.: 45−55.

Farell, D. J., 1995. Nutritional Requirement and Current Husbandry Systems in Asia. Poult and Avian Bol. Rev. 6 : 55 – 69.

Fuller, M. F., 1992. Probiotics, In Man and Animal. J. Appl. Bacterial 66 : 365 – 378.

Gellispie, J. R., 1987. Animal Nutrition and Feeding. Delmar Publisher Inc., Albany New York.

Hanafiah, K. A., 2003. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Hartono, T., 2004. Permasalahan Puyuh dan Solusinya. Penebar Swadaya, Jakarta.

Kartasudjana, R. dan Suprijatna, E., 2002. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Lampung Post., 2003. http://www.lampungpost.com/cetak/cetak.php?id= 2004060102574666. Lampung Post, Lampung.

Lembah Hijau., 2004. http://www.lembahhijau.com/product.htm. Lembah Hijau Multifarm.

(55)

53

Listiyowati, E. dan Kinanti, R., 2005. Puyuh : Tata Laksana Budi Daya Secara Komersial. Edisi Revisi Penebar Swadaya, Jakarta.

Listiyowati, E. dan Roospitasari, K., 2000. Puyuh : Tata Laksana Budi Daya Secara Komersial. Penebar Swadaya, Jakarta.

Lubis, D. A., 1992. Ilmu Makanan Ternak. PT. Gramedia, Jakarta.

Murtidjo, B. A., 1996. Pedoman Meramu pakan unggas. Kanisius, Yogyakarta National Research Council, 1997., Nutient requiment of poultry, National Academy of Sciences, Wasington, DC.

N.R.C (National Research Council)., 1977. Nutrient Requirement of Poultry. USA.

Nugroho dan Manyun, I. G. T., 1986. Beternak Burung Puyuh. Eka Offest; Semarang.

Parker, R. D., 1979. Probiotics, The Other Hall of the Antibiotica Story. Jurnal Animal Nutrition Health. 29 : 4 – 8. pemangsa. Majalah Tempo. 11 September. Jakarta.

Piao, X. S., I. K. Han, J. H. Kim, W. T. Cho, Y.H. Kim and C. Liang., 1999. Effects of Kemzyme, Phytase and Yeast.

Rasyaf, M., 1985. Memelihara Burung Puyuh. Kanisius, Yogyakarta.

Rasyaf, M., 1990. Bahan Makanan Unggas di Indonesia. Kanisius, Yogyakarta. Rasyaf, M., 1994. Makanan Ayam Broiler. Kanisius, Yogyakarta.

Redaksi Agromedia., 2002. Puyuh Si Mungil Penuh Potensi. AgroMedia Pustaka, Jakarta.

Ritonga, H., 1992. Beberapa Cara Menghilangkan Mikroorganisme Patogen. Majalah Ayam dan Telur No. 73 Maret 1992. Hal : 24-26.

Rizal, Y., 2006. Ilmu Nutrisi Unggas. Andalas University Press, Padang.

Samadi. 2002. Penggunaan Probiotik Sebagai Pengganti Antobiotika dalam Pakan Ternak. http://www.google.co.id .

Sartika, T., Y. C. Raharjo dan K. Dwiyanto., 1994. Penggunaan Probiotik Starbio dalam Ransum dengan Tingkat Protein yang Berbeda Terhadap Penampilan Kelinci Lepas Sapih. Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor. Siregar, Z., 2005. Komposisi Zat-Zat Nutrisi Dalam Pakan Unggas. USU Press,

(56)

Sugiharto, R.E., 2005. Meningkatkan Keuntungan Beternak Puyuh. Agromedia Pustaka, Jakarta

Suharto dan Winantuningsih., 1993. Bakteri-bakteri Pemangsa. Majalah Tempo. 11 September. Jakarta.

Sulistyo, E. B., 1996. Pengaruh Penggunaan Probiotik Starbio pada Konsentrat Ransum yang Diturunkan Kualitasnya Terhadap Produksi dan Kualitas Air Susu Sapi Perah di BPT-HPTT, Batu Raden. Skripsi Sarjana Fakultas Peternakan Universitas Jendral Sudirman, Purwokerto.

Tillman, A. D., Hari H., Soedomo R., Soeharto P., Prawirokusumo S., dan Lebdosoekojo., 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. UGM Press, Yogyakarta.

Tillman, A. D., Hartadi H., Reksohadiprojo S., dan Soekato L., 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. UGM Press, Yogyakarta.

Wahyu, J., 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. UGM Press, Yogyakarta.

Widodo, W., 2002, Nutrisi dan Pakan Unggas Konteksual, Fakultas Peternakan. Universitas muhammaddiyah, Malang.

Woodard, A. E., H. Ablanalp, W. O., Wilson and P. Vohra, 1973. Japanese Quail Husbandry in the Laboratory. Univ. of California, Davis.

(57)

55

LAMPIRAN

Lampiran 1. Komposisi Zat-Zat Nutrisi dalam Pakan

Sumber : (Siregar, 2005).

Bahan PK EM LK SK Ca P Metionin Lysin

Jagung 8.6 3370 3.9 2 0.02 0.3 0.18 0.2

Dedak Halus 13 1630 13 13 0.12 1.5 0.65 2.9

B.Kedelai 45 2290 0.9 4.32 0.32 0.67 0.29 0.64

B.Kelapa 18.56 1540 1.8 15 0.2 0.6 1.8 0.77

T.Ikan 49 2565 6.8 1 0.7 3.8 0.29 5.2

Minyak Kelapa - 8800 - - - -

TCP* - - - - 33 18 - -

Metionin 2 - - - -

Lysin 5 - - - -

(58)

Konsumsi Ransum (g/ekor/minggu)

(59)

57

Rataan konsumsi ransum burung puyuh selama (g/ekor/minggu)

Perlakuan

Ulangan

Total

Rata-rata

1 2 3 4

P0 133 133.43 133.34 133.8 533.57 133.39

(60)

Produksi Telur (%)

(61)

59

Rataan produksi telur burung puyuh selama penelitian

Perlakuan Ulangan Total

Rata-rata

1 2 3 4

P0 52.34 54.49 49.53 50.42 206.78 51.69

P1 50.95 48.97 49.17 50.19 199.27 49.82

P2 53.06 53.67 57.53 53.05 217.3 54.32

P3 53.06 51.42 47.73 47.34 199.56 49.89

P4 47.9 48.16 58.35 47.34 201.75 50.44

(62)

Berat Telur (g)

(63)

61

Rataan Berat telur burung puyuh selama (g)

Perlakuan Ulangan Total

Rata-rata

1 2 3 4

P0 10.23 10.13 10.12 9.98 40.47 10.12

P1 9.93 10.25 10.18 10 40.36 10.09

P2 10.02 10.03 10.01 10.1 40.17 10.04

P3 10.42 10.39 10.19 11.63 42.62 10.66

P4 10.45 10.29 10.17 10.42 41.33 10.33

(64)

Konversi Ransum

(65)

63

Rataan Konversi ransum burung puyuh selama 6 minggu

Perlakuan Ulangan Total

Rata-rata

1 2 3 4

P0 13.02 13.17 13.2 13.41 52.76 13.19

P1 13.46 13.05 13.1 11.92 51.52 12.88

P2 13.51 13.38 13.43 13.3 53.62 13.4

P3 12.8 12.85 13.14 11.5 50.26 12.57

P4 12.8 12.97 13.16 12.85 51.77 12.94

Gambar

Tabel 1. Perbedaan Burung Puyuh Jantan dan Betina.
Tabel 2. Perbedaan susunan protein dan lemak telur burung puyuh dibandingkan dengan telur ternak unggas lain
Tabel 3. Kebutuhan nutrisi burung puyuh
Tabel 4. Jumlah ransum yang diberikan per hari menurut umur burung puyuh
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penambahan probiotik Candida utilis dalam pakan sebanyak 0,1-0,4% tidak dapat meningkatkan penampilan produksi burung puyuh yang meliputi konsumsi pakan, Hen Day Production

Pemberian ransum yang mengandung kromium dengan taraf 1,5 ppm pada burung puyuh tidak mempengaruhi konsumsi ransum, produksi telur, bobot telur, dan ketebalan

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penggunaan tepung limbah penetasan telur puyuh dengan level pemberian yang berbeda terhadap konsumsi

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian tepung daun pepaya dalam ransum puyuh petelur pada taraf 4% dapat meningkatkan konsumsi ransum,

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian tepung daun pepaya dalam ransum puyuh petelur pada taraf 4% dapat meningkatkan konsumsi ransum,

Berdasarkan hasil analisis varians penambahan probiotik pada air minum ternak puyuh hingga dosis 1,5% memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi ransum dan produksi telur

Berdasarkan kualitas telur pertama burung puyuh pemberian tepung daun pepaya (Carica papaya) dalam ransum terhadap telur burung puyuh (Coturnix coturnix javonica) ,

Judul Penelitian : Pengaruh Pemberian Probiotik yang Diisolate Dari Dadih Kenagarian Air Dingin Kab Solok Terhadap Kadar Lemak dan Kolesterol Total Telur Burung Puyuh