Hasil
Hasil penelitian diperoleh dari parameter yang diamati yaitu konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum ayam broiler yang diperoleh selama delapan minggu dimulai dari minggu pertama sampai minggu kedelapan.
Konsumsi ransum
Konsumsi ransum adalah kemampuan untuk menghabiskan sejumlah ransum yang diberikan. Konsumsi ransum dapat dihitung dengan mengurangkan jumlah ransum yang diberikan dengan sisa ransum.Dimana ransum yang diberikan selama penelitian berlangsung adalah ransum dari hasil formulasi yang disesuaikan dengan perlakuan yang diberikan,dimana ransum dan air minum diberikan secara ad-libitum, Rataan konsumsi ransum ayam broiler yang diperoleh selama penelitian dapat dilihat pada Tabel. 4 berikut
Tabel 4.Rataan konsumsi ransum ayam broiler selama penelitian.(g/ekor/minggu)
Perlakuan ULANGAN Total Rataan
1 2 3 4 U0 914,85 832,91 849,06 880,41 3477,24 869,31 U1 769,74 729,96 728,28 726,51 2954,49 738,62 U2 719,38 747,29 740,88 705,73 2913,29 728,32 U3 728,77 698,49 718,08 740,53 2885,86 721,47 U4 711,31 710,83 736,96 698,13 2857,24 714,31 Total 3844,05 3719,48 3773,27 3751,31 15088,11 3772,03 Rataan 768,81 743,90 754,65 750,26 3017,62 754,41 Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa rataan konsumsi ransum ayam broiler selama penelitian adalah 754,41g/ekor/minggu, dengan kisaran 714,31 g/ekor/minggu sampai dengan 869,31g/ekor/minggu. Konsumsi tertinggi terdapat pada
Suriyadi : Pemanfaatan Tepung Umbut Kelapa Sawit Fermentasi (Aspergillus niger) Dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Broiler Umur 0-8 Minggu, 2007.
USU Repository © 2009
perlakuan tanpa menggunakan tepung umbut kelapa sawit fermentasi U0 sebesar 869,31g/ekor/minggu sedangkan konsumsi terendah terdapat pada perlakuaan U4 yaitu dengan menggunakan tepung umbut kelapa sawit fermentasi pada level 20% yaitus sebesar 714,31(g/ekor/minggu).
Pertambahan Bobot Badan
Pertambahan bobot badan (PBB) dapat diukur dengan berdasarkan bobot badan akhir dikurangi bobot badan awal persatuan waktu dalam satuan g/ekor/minggu. Penimbangan bobot badan dilakukan dalam waktu satu kali dalam seminggu. Rataan pertambahan bobot badan ayam broiler yang diperoleh selama penelitian didapat seperti terlihat pada Tabel 5 berikut :
Tabel 5. Rataan pertambahan bobot badan ayam broiler selama penelitian (g/ekor/minggu).
Perlakuan ULANGAN Total Rataan
1 2 3 4 U0 409,13 362,88 399,25 400,75 1572,00 393,00 U1 325 ,25 353,13 363,38 359,00 1400,75 350,19 U2 349,75 337,00 355,25 339,88 1381,88 345,47 U3 358,50 349,25 328,00 340,38 1376,13 344,03 U4 313,38 348,50 359,25 336,25 1357,38 339,34 Total 1756,00 1750,75 1805,13 1776,25 7088,13 1772,03 Rataan 351,20 350,15 361,03 355,25 1417,63 354,41
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa rataan pertambahan bobot badan ayam broiler selama penelitian adalah 354,41 g/ekor/minggu. Dengan kisaran 339,34 g/ekor/minggu sampai dengan 393,00 g/ekor/minggu. Pertambahan bobot badan tertinggi terdapat pada perlakuan U0 yaitu perlakuan yang tanpa menggunakan tepung umbut kelapa sawit fermentasi yaitu sebesar 393,00 g/ekor/minggu sedangkan konsumsi terendah terdapat pada perlakuan dengan penggunaan tepung
umbut kelapa sawit fermentasi pada penggunaan level 20% yaitu sebesar 339,34g/ekor/minggu.
Konversi Ransum (FCR)
Konversi ransum yang dimaksud pada ayam broiler adalah jumlah ransum yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1kg berat hidup. FCR dapat dicari dengan cara membagikan antara jumlah ransum yang habis dikonsumsi oleh ayam broiler dalam jangka waktu tertentu dengan bobot hidup pada waktu tersebut yang diukur setiap1 minggu. Rataan FCR ayam broiler yang diperoleh selama penelitian didapat seperti yang tercantum pada Tabel 6 berikut :
Tabel 6. Rataan Konversi(FCR) ayam broiler selama penelitian(g/ekor/minggu)
Perlakuan ULANGAN Total Rataan
1 2 3 4 U0 2,11 2,19 2,01 2,07 8,38 2,10 U1 2,24 1,98 1,90 1,91 8,03 2,01 U2 1,94 2,12 1,99 2,03 8,08 2,02 U3 1,93 1,91 2,06 2,07 7,97 1,99 U4 2,16 1,94 1,94 1,98 8,02 2,01 Total 10,38 10,13 9,89 10,08 40,48 10,12 Rataan 2,08 2,03 1,98 2,02 8,10 2,02
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa rataan FCR ayam broiler selama penelitian adalah 2,02 dengan kisaran 1,99 sampai dengan 2,10. FCR tertinggi didapat pada perlakuan U0 yaitu perlakuan yang menggunakan ransum tanpa memakai tepung umbut kelapa sawit fermentasi yaitu 2,10, sedangkan FCR terendah terdapat pada U3 yaitu ransum yang menggunakan tepung umbut kelapa sawit fermentasi pada level 15 % dengan nilai konversi sebesar 1,99.
Suriyadi : Pemanfaatan Tepung Umbut Kelapa Sawit Fermentasi (Aspergillus niger) Dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Broiler Umur 0-8 Minggu, 2007.
USU Repository © 2009
Pembahasan
Untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung umbut kelapa sawit fermentasi terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan FCR (konversi) maka dilakukan uji statistik dan analisis keragaman terhadap hasil penelitian.
Konsumsi Ransum
Untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung umbut kelapa sawit fermentasi (Aspergillus niger) terhadap konsumsi ransum, maka dilakukan analisis ragam yang dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.
Tabel 7 .Analisis keragaman konsumsi ransum ayam broiler dengan pemberian tepung umbut kelapa sawit fermentasi (Aspergillus niger) dalam ransum . SK DB JK KT F.HIT F.TABEL F 0.05 F 0.01 PERLAKUAN 4 67300,45 16825,11 31,20** 3,06 4,89 GALAT 15 8088,70 539,25 TOTAL 19 75389,15
Keterangan ** = Sangat nyata KK = 1,85%
Dari Tabel 7 menunjukan bahwa Fhitung lebih besar dari Ftabel pada taraf 0,01 sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian tepung umbut kelapa sawit memberi pengaruh yang sangat nyata.
Untuk mengetahui peringkat pemberian tepung umbut kelapa sawit fermentasi terhadap konsumsi ransum dilakukan uji beda nyata jujur (BNJ) yang dapat dilihat pada Tabel 8.
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa jumlah konsumsi ransum pada perlakuan U0 berbeda nyata dengan U1,U2,U3,U4, U1 tidak berbeda nyata dengan U2 dan U3 tetapi berbeda nyata dengan U4 dan U0, U2 tidak berbeda denganU1, U3,dan
U4 tetapi berbeda nyata dengan U0, U3 tidak berbeda nyata dengan U1, U2 dan U4 tetapi berbeda nyata dengan U0, U4 tidak berbeda nyata dengan U0, U1, U2 dan U3.
Tabel 8. Uji beda nyata jujur (BNJ) Konsumsi ransum ayam broiler dengan pemberian tepung umbut kelapa sawit fermentasi dalam ransum
.
Perlakuaan Rataan konsumsi F 0,05
U0 869,31 a
U1 738,62 b
U2 728,32 bc
U3 721,47 bcd
U4 714,31 cd
Ket :Huruf yang berbeda menunjukan adanya perbedaan yang nyata pada taraf 5%
Pengaruh sangat nyata dalam penelitian ini adalah nyata negatif dimana dengan kata lain pemberian tepung umbut kelapa sawit fermentasi dapat menyebabkan pengaruh yang negatif terhadap kemampuan ayam broiler mengkonsumsi ransum atau pemberian tepung umbut kelapa sawit fermentasi menyebabkan turunya konsumsi ransum.
Terjadinya perbedaan konsumsi ransum pada setiap perlakuan disebabkan oleh perbedaan bentuk ransum antara setiap perlakuan terutama ransum U0 dengan ransum perlakuan lainya, dimana bentuk ransum pada U0 pada fase starter yang berbentuk crumbel dan pada fase finisher berbentuk pellet konsumsinya lebih tinggi dibandingkan dengan ransum U1,U2,U3 dan U4 yang pada fase starter maupun finisher tetap menggunakan ransum yang berbentuk tepung. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Amrullah (2004) Bila anak ayam sudah berumur 2 atau 3 minggu maka mereka akan lebih menyukai ransum yang berbentuk pellet dibandingkan dengan bentuk tepung dan remahan. Selain itu derajat palatabilitas ransum juga berbeda. menurut Parrakkasi (1990). Palatabilitas ransum yang diberikan pada ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor
Suriyadi : Pemanfaatan Tepung Umbut Kelapa Sawit Fermentasi (Aspergillus niger) Dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Broiler Umur 0-8 Minggu, 2007.
USU Repository © 2009
baik yang bersifat internal yang dimiliki oleh ternak tersebut seperti kebiasaan,umur dan seleranya maupun secara eksternal oleh kondisi lingkungan yang dihadapi dan sifat makan yang diberikan, derajat palatabilitas tersebut berkaitan dengan bau, warna dan tekstur. Apabila kita lihat Tabel 4,terlihat bahwa rataan yang didapat pada setiap perlakuan terjadi penurunan yang diakibatkan oleh perbedaan palatabilitas ransum terutama warna dimana dapat dilihat bahwa ransum kontrol (U0) lebih menarik karena cerah dan kuning dibandingkan warna ransum perlakuaan yang lebih gelap, akibatnya semakin besar pemberian tepung umbut kelapa sawit fermentasi semakin menurunkan tingkat konsumsi ransum. Hal ini sesuai dengan pernyataan Amrullah (2004) Penggunaan zat warna nyata meningkatkan konsumsi ransum, energi dan ransum pada ayam yang diberi makan bebas pilih kendati hanya untuk kombinasi SE Hijau - SE kuning ,jadi ada peluang meningkatkan konsumsi bahan makanan dengan mewarnainya dan ini berguna untuk bahan makanan yang mengandung zat makanan yang kurang tersedia.
Kandungan serat kasar yang tinggi, protein yang rendah menjadi faktor penghambat tepung umbut kelapa sawit fermentasi, dimana serat kasar khususnya sangat sulit dicerna oleh ternak unggas, dikarenakan ternak unggas tidak memilikki enzim-enzim yang berfungsi untuk mencerna selulosa,hemiselulosa dan lingnin.
Pada Tabel 8 rataan konsumsi penelitian ini yang menggunakan tepung umbut kelapa sawit fermentasi berturut-turut dalam g/ekor/minggu yaitu U1 = 738,62, U2 = 728,32, U3 = 721,47, U4 = 714,31 jika dirata-ratakan 725,68 g/ekor/minggu lebih tinggi jika dibandingkan dengan penelitian Sitorus (2006)
yang berturut-turut dalam gram/ekor/minggu yaitu U1 = 665,63, U2 = 659,63, U3 = 659,13,U4 = 666,29 yang jika dirata-ratakan 662,67 g/ekor/minggu. Adanya perbedaan ini disebabkan oleh mutu ransum yang difermentasi lebih baik sehingga meningkatkan kemampuan akan daya cerna ternak terhadap kandumgan gizi pada ransum, hal ini sesuai dengan pernyataan Winarno dan Fardiaz (1980) yang menyatakan proses fermentasi bahan pangan oleh mikroorganisme menyebabkan perubahan-perubahan yang menguntungkan seperti memperbaiki mutu bahan pakan baik dari aspek gizi maupun daya cerna serta meningkatkan daya simpannya dan produk fermentasi biasanya mempunyai nilai nutrisi yang lebih tinggi dari pada bahan aslinya.
Pertambahan bobot badan
Untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung umbut kelapa sawit fermentasi (Aspergillus niger) terhadap Pertambahaan Bobot Badan, maka dilakukan analisis ragam yang dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.
Tabel 9. Analisis keragaman pertambahan bobot badan ayam broiler dengan pemberian tepung umbut kelapa sawit fermentasi (Aspergillus niger) dalam ransum SK DB JK KT F.HIT F.TABEL F 0,05 F 0,01 PERLAKUAN 4 7686,70 1921,67 7,14** 3,06 4,89 GALAT 15 4036,74 269,12 TOTAL 19 11723,43
Keterangan **=Sangat nyata KK=4,63%
Dari Tabel 9 menunjukan bahwa Fhitung lebih besar dari Ftabel, pada taraf 0.01 sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian tepung umbut kelapa sawit fermentasi dapat memberikan pengaruh sangat nyata.
Suriyadi : Pemanfaatan Tepung Umbut Kelapa Sawit Fermentasi (Aspergillus niger) Dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Broiler Umur 0-8 Minggu, 2007.
USU Repository © 2009
Untuk mengetahui perbedaan pemberian tepung umbut kelapa sawit fermentasi terhadap pertambahan bobot badan dilakukan uji beda nyata jujur (BNJ) yang dapat dilihat pada Tabel 10
Tabel 10. Uji beda nyata jujur (BNJ) Pertambahan bobot badan ayam broiler dengan pemberian tepung umbut kelapa sawit fermentasi dalam ransum Perlakuan Rataan PBB F 0,05 U0 393,00 a U1 350,19 b U2 345,47 b U3 344,03 b U4 339,34 b
Ket :Huruf yang berbeda menunjukan adanya perbedaan yang nyata pada taraf 5%
Tabel 10 menunjukkan bahwa U0 berbeda nyata dengan U1,U2,U3 dan U4. Sedangkan U1 sampai dengan U4 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Pengaruh sangat nyata pada penelitian ini adalah sangat nyata menurunkan (nyata negatif) terhadap pertambahan bobot badan ayam broiler. Dengan kata lain semakin tinggi pemberian tepung umbut kelapa sawit fermentasi semakin mengurangi pertambahan bobot badan ayam broiler. Hal ini tak lepas dari pada konsumsi pakan yang rendah/semakin menurun pada semakin tinggi level pemberian umbut kelapa sawit fermentasi yang akhirnya menyebabkan perbedaan pertumbuhan ayam broiler pada tiap perlakuan, semakin menurunkan jumlah konsumsi pakan maka semakin menurun pula pertambahan bobot badannya.
Pada Tabel 10 rataan pertambahan bobot badan penelitian ini yang menggunakan tepung umbut kelapa sawit fermentasi berturut-turut dalam g/ekor/minggu yaitu U1 = 350,19, U2 = 345,47, U3 = 344,03, U4 = 339,34 jika dirata-ratakan 344,75 g/ekor/minggu lebih tinggi jika dibandingkan dengan penelitian Sitorus (2006) yang berturut - turut dalam g/ekor/minggu yaitu : U1 =
307,28, U2 = 312,83, U3 = 307,37, U4 = 310,40 yang jika dirata - ratakan 309,47 g/ekor/minggu, adanya perbedaan ini disebabkan oleh konsumsi pakan yang berbeda antara penelitian ini dengan penelitian Sitorus (2006). dimana konsumsi pakan yang rendah akan semakin menurunkan pula pertambahan bobot badannya, hal ini sesuai dengan pernyataan Anggorodi (1985) bahwa berat badan ayam merupakan parameter dalam mencapai pertumbuhan sehingga erat kaitanya dengan jumlah pakan yang dikonsumsi.
Konversi Ransum
Untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung umbut kelapa sawit fermentasi (Aspergillus niger) terhadap FCR ransum, maka dilakukan analisis ragam yang dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini;
Tabel 11. Analisis keragaman konversi (FCR) broiler dengan pemberian tepung umbut kelapa sawit fermentasi dalam ransum
SK DB JK KT F.HIT F.TABEL
F 0,05 F 0,01 PERLAKUAN 4 0,0269 0,0067 0,6183tn 3,06 4,89
GALAT 15 0,1633 0,0109
TOTAL 19 0,1903
Keterangan tn=tidak nyata
Dari Tabel 11 menunjukan bahwa Fhitung lebih kecil dari Ftabel 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahan pakan umbut kelapa sawit tidak berbeda nyata terhadap konversi ransum ayam broiler
Pengaruh tidak nyata terhadap konversi ransum ayam broiler disebabkan oleh umur dan strain ayam yang digunakan dalam penelitian adalah homogen. seperti yang dikemukakan Anggorodi (1985), bahwa konversi ransum dipenggaruhi oleh sejumlah faktor seperti umur ternak, bangsa, kandungan gizi ransum, keadaan temperatur dan kesehatan unggas, selain itu dengan
Suriyadi : Pemanfaatan Tepung Umbut Kelapa Sawit Fermentasi (Aspergillus niger) Dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Broiler Umur 0-8 Minggu, 2007.
USU Repository © 2009
pemeliharaan yang dilakukan disuatu tempat yang sama mengakibatkan konversi menjadi tidak nyata seperti yang dikemukaan Lestari (1992) Angka konversi ransum dipengaruhi oleh strain dan faktor lingkungan yaitu semua pengaruh luar termasuk didalamnya faktor makanan terutama nilai gizi yang rendah.
Pada Tabel 6 rataan konversi penelitian ini yang menggunakan tepung umbut kelapa sawit fermentasi berturut-turut dalam g/ekor/minggu yaitu U1 = 2,01, U2 = 2,02, U3 = 1,99, U4 = 2,01 jika dirata-ratakan 2,0075 g/ekor/minggu lebih tinggi jika dibandingkan dengan penelitian Sitorus (2006) yang berturut-turut dalam gram/ekor/minggu yaitu U1 = 2,15, U2 = 2,13, U3 = 2,15, U4 = 2,17 yang jika dirata-ratakan 2,15 g/ekor/minggu. adanya perbedaan ini disebabkan oleh mutu ransum yang difermentasi lebih baik dibandingkan dengan tanpa fermentasi karena memiliki serat kasar yang lebih rendah berkisar 4,26% -5,33% sedangkan pada penelitian tanpa fermentasi 4,60 % -6,68 %, hal ini sesuai dengan pendapat Buckle et al .,(1985) yang menyatakan bahwa makanan yang telah difermentasi mempunyai daya cerna yang lebih baik karena proses fermentasi dapat menyebabkan pemecahan oleh enzim tertentu terhadap bahan-bahan yang tidak dicerna oleh unggas misalnya selulosa, hemiselulosa dan polimer-polimernya menjadi gula sederhana, selain itu hal ini juga didukung oleh Amrullah (2004), bahwa angka konversi ransum minimal dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu : kwalitas ransum, teknik pemberian pakan dan angka mortalitas.
Rekapitulasi hasil penelitian
Untuk mengetahui dan melihat hubungan antara parameter yang diamati dalam penelitian selama 8 minggu, dapat dilihat pada Tabel 12 berikut :
Tabel 12. Rekapitulasi hasil penelitian pemanfaatan tepung umbut kelapa sawit fermentasi dalam ransum terhadap performans ayam broiler selama 8 minggu
Perlakuan Konsumsi ransum (g/ek/mg) PBB(g/ek/mg) Konversi(g/ek/mg) U0 869,31a 393,00a 2,10tn U1 738,62b 350,19b 2,01tn U2 728,32bc 345,47b 2,02tn U3 721,47bcd 344,03b 1,99tn U4 714,31cde 339,34b 2,01tn
Ket = Huruf yang berbeda menunjukan adanya perbedaan yang nyata pada taraf 5% tn = tidak nyata
Dari Tabel 12 rekapitulasi hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa adanya hubungan yang erat antara kegiatan mengkonsumsi ransum dengan pertambahan bobot badan dimana semakin tinggi konsumsi maka semakin tinggi pula pertambahan bobot badanya tetapi pada konversi hasilnya tidak nyata.
Suriyadi : Pemanfaatan Tepung Umbut Kelapa Sawit Fermentasi (Aspergillus niger) Dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Broiler Umur 0-8 Minggu, 2007.
USU Repository © 2009