• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Responden

Pengetahuan Tumbuhan Obat

Hasil wawancara dan kuisioner dapat diketahui bahwa masyarakat desa Sibanggor Julu pada umumnya sangat mengetahui jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat yaitu sebesar 78,13%, khususnya orang-orang tua, tetapi ada sebagian warga yang kurang mengetahui tentang jenis tumbuhan obat tersebut yaitu sebesar 18,75% (Lihat Tabel 1). Pengetahuan tentang jenis tumbuhan obat yang digunakan didapat secara turun temurun, dimana tumbuhan obat tersebut dapat dicari didalam kawasan hutan maupun dikebun atau pekarangan. Ada beberapa tumbuhan obat yang digunakan untuk acara adat yaitu : tabar-tabar, sirih, tebu, sijanit, pisang sitabar dan sahat-sahat. Pada saat ini untuk memperoleh tumbuhan obat dari hutan agak sulit, dimana jarak yang ditempuh untuk mencapai hutan cukup jauh. Tetapi menurut masyarakat Sibanggor Julu, potensi tumbuhan obat di hutan cukup banyak.

Sama halnya dengan masyarakat Desa Aek Nangali, bahwa pada umumnya masyarakat sangat mengetahui jenis tumbuhan obat sebesar 84,21% yang digunakan sebagai obat yang diperoleh secara turun-temurun. Sebagian warga yang kurang mengetahui jenis tumbuhan obat sebesar 13,16%. Tumbuhan obat yang digunakan untuk acara adat oleh masyarakat Desa Aek Nangali yaitu beringin, siasari, dingin-dingin dan daun silinjung. Tetapi ada sebagian masyarakat yang tidak mengetahui tentang tumbuhan obat untuk acara adat. Dari hasil kuisioner, masyarakat Desa Aek Nangali mengatakan bahwa potensi

tumbuhan obat di hutan masih banyak tetapi untuk memperolehnya agak sulit disebabkan lokasinya yang cukup jauh.

Pemanfaatan Tumbuhan Obat

Penggunaan tumbuhan obat untuk pengobatan dan untuk memelihara kesehatan dilakukan masyarakat Desa Sibanggor Julu dan Desa Aek Nangali. Pada masyarakat Desa Sibanggor Julu, lama penggunaan tumbuhan obat tersebut >10 tahun (81,25%) dan 1-10 tahun (15,63%). Sedangkan pada masyarakat Desa Aek Nangali, lama penggunaan tumbuhan obat >10 tahun sebesar 65,79% dan 1-10 tahun5% (Lihat Tabel 1). Dimana masyarakat merasa dalam penggunaan tumbuhan obat tradisional sangat manjur dan tanpa efek samping. Ada beberapa warga yang menggunakan jasa medis atau obat yang dikemas dan dijual secara umum, dimana mereka merasa bahwa penggunaannya lebih praktis. Dengan melihat perkembangan pengobatan modern, masyarakat berpendapat ada kemungkinan bahwa generasi muda yang akan datang enggan menggunakan tumbuhan obat. Hal ini dikarenakan pengobatan modern lebih praktis dalam penggunaannya.

Peluang Budidaya Tumbuhan Obat

Menurut masyarakat Desa Sibanggor Julu, tumbuhan obat yang ada di hutan dapat punah, dimana bila ada kerusakan-kerusakan yang disebabkan oleh manusia maka akan menyebabkan kepunahan. Pada saat sekarang ini banyak masyarakat Desa Sibanggor Julu membudidayakan tumbuhan obat yaitu sebesar 56,25%. Tumbuhan obat yang dibudidayakan umumnya tumbuhan seperti kunyit,

jahe, temulawak, jerango dll. Sedangkan pada masyarakt Desa Aek Nangali hanya sebagian masyarakat yang membudidayakannya yaitu sebesar 31,58% (Lihat Tabel 1). Untuk tumbuhan obat dari hutan sangat jarang dibudidayakan, biasanya apabila ingin menggunakan baru kemudian mengambilnya.

Tabel 1. Persentase Persepsi Responden Menurut Karakteristik Pada Desa Sibanggor Julu dan Desa Aek Nangali

Responden Karakter Persentase Desa Sibanggor Julu Desa Aek Nangali Pengetahuan tumbuhan obat Sangat mengetahui Kurang mengetahui Tidak tahu 78.13 18.75 3.12 84.21 13.16 2.63 Pemanfaatan tumbuhan obat <1 tahun 1-10 tahun >10 tahun 3.12 15.63 81.25 5.26 28.95 65.79 Peluang budidaya tumbuhan obat Ada Tidak 56.25 43.75 31.58 68.42 Aspek Ethnobotani

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci dan masyarakat, tumbuhan obat yang digunakan masyarakat Desa Sibanggor Julu dan Desa Aek Nangali, tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sibanggor Julu terdapat 25 jenis tumbuhan obat sebagai bahan pengobatan. Sedangkan pada Desa Aek Nangali terdapat 22 jenis tumbuhan obat sebagai bahan pengobatan. Jumlah jenis tumbuhan obat yang digunakan maupun cara penggunaannya tergantung dari pengetahuan masing-masing dalam memanfaatkan tumbuhan obat sesuai dengan budaya lingkungan sekitarnya.

Jenis tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat Desa Sibanggor Julu dan Desa Aek Nangali dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 2. Jenis Tumbuhan Obat yang Digunakan Oleh Masyarakat Desa Sibanggor Julu

No Nama Lokal Nama Ilmiah Bagian yang

Digunakan

Cara Penggunaan

Manfaat

1 2 3 4 5 6

1 Simanat babiat Piper ungaramense (Miq.)C.BC.

Daun Direbus dan

diminum

Obat darah rendah dan sakit kepala 2 Sirungguk Selaginella sp. Daun Direbus dan

diminum

Darah rendah

3 Mata incir Oryza granulata Akar dan umbi

Direbus dan diminum

Diabetes

4 Pindul Chloranthus elatior RBR.

Daun Direbus dan

diminum

Darah rendah, oyong

5 Senduduk - Daun Ditumbuk dan

dioleskan

Obat luka luar

6 Tete babi - Daun Dimandikan Turun panas

7 Dingin-dingin Kalanchoe pinnata Daun Dikompres Turun panas

8 Sarang banua - Daun Ditumbuk,

dan ditempel keperut

Masuk angin

9 Akar Sari - Kulit batang Direbus

kemudian diminum

Masuk angin

10 Sisangkil - Daun Dimadikan Pangir

11 Talas Colacasia esculenta

Umbi Dimasak dan

dioleskan

Luka, gatal-gatal

12 Kunyit Curcuma domestica

Umbi Dimakan Masuk angin,

sakit perut

13 Sirih Piper betle Daun Dimakan Obat batuk

14 Salimbatuk/ Jerango

Acorus calamus Umbi Dimakan Obat batuk

15 Goti - Kulit Direbus

kemudian diminum

Obat maag

16 Ciak-ciak - Batang Direbus Demam

1 2 3 4 5 6

18 Lampuyang Zingiber aromaticum

Umbi Dimakan Kesurupan

19 Sarindan/ tumbuhan parasit - Batang dan daun Direbus kemudian diminum Sesak nafas, sakit jantung, stabil darah 20 Pinang Areca catechu Buah Dimakan Darah rendah 21 Cengkeh Syzygium

aromaticum

Biji Ditumbuk dan dimasukkan pada gigi berlubang Sakit gigi 22 Singkam - Bagian dalam/ buah Diparut dan dimakan Maag

23 Pultak-pultak Physalis minima Daun dan akar Direbus dan diminum Menambah nafsu makan dan maag 24 Jahe Zingiber officinale Umbi Ditumbuk dan

dioles

Gatal-gatal

25 Temulawak Curcuma xanthorrhiza

Umbi Diparut Masuk angin

Keterangan : − = nama ilmiah tidak diketahui

Tabel 3. Jenis Tumbuhan Obat yang Digunakan Oleh Masyarakat Desa Aek Nangali

No Nama Lokal Nama Ilmiah Bagian yang

Digunakan

Cara Penggunaan

Manfaat

1 2 3 4 5 6

1 Pasak bumi Eurycoma longifolia

Akar Direbus dan

diminum

Malaria

2 Dingin-dingin - Daun Digiling dan

dikompres

Turun panas

3 Kenini/Kina Chinchona spp Daun Direbus dan diminum,

mandi uap

Malaria

4 Beringin Ficus benjamina Daun Disapukan Gangguan jin 5 Kumis Kucing Orthosiphon

aristatus

Daun/ akar Direbus dan diminum

Ginjal

6 Jeruk Citrus aurantifolia Buah Diperas dan diminum

1 2 3 4 5 6

7 Kunyit Curcuma domestica

Umbi Diminum Maag

8 Mengkudu Morinda latifolia Buah Diminum Pelancar air seni 9 Galunggung Blumea balsamifera Daun dan akar Direbus dan diminum Obat masuk angin, malaria dan demam 10 Dabo imbo Labisia pothoina

LINDL. Umbi dan daun Digongseng, dan diminum Patah tulang dan sakt perut

11 Puttaran ali - Akar Direbus dan

diminum

Sakit perut

12 Sarang biriang Loranthus sp. Umbi Direbus dan diminum

Sakit perut dan darah tinggi 13 Sari mandapot Lourentia

langiflora

Daun Direbus dan

diminum Darah rendah 14 Sarindan/ tumbuhan parasit Loranthus chrysanthus BL. Batang dan daun Direbus kemudian diminum Sesak nafas, sakit jantung dan stabil darah

15 Keji beling Ruellia napifera Daun Direbus dan diminum

Batu ginjal

16 Angkirbong Hydrocotyle javanica

Daun Direbus dan

diminum

Busung lapar, demam, dan panas dalam

17 Pakis kawat - Semua

bagian

Direbus dan diminum

Sakit kepala

18 Pultak-pultak Physalis minima Daun dan akar Direbus dan diminum Menambah nafsu makan dan maag

19 Tete babi - Daun Diperas dan

dioleskan

Sakit perut dan panas dalam

20 Sungkadairi - Daun Direbus dan

diminum

Darah rendah

21 Pakis gajah - Semua

bagian Direbus dan diminum Sakit kepala 22 Simargala- gala - Semua bagian Direbus dan diminum Maag − = nama ilmiah

Pada Tabel 2 dan Tabel 3 dapat dilihat bahwa masyarakat Desa Sibanggor Julu maupun Desa Aek Nangali dalam pemanfaatan tumbuhan obat cukup beragam baik dalam jenis maupun cara pembuatannya. Masyarakat tersebut memiliki pengetahuan yang berbeda-beda dalam pemanfaatan tumbuhan obat. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari perbedaan ramuan yang digunakan untuk mengobati penyakit yang sama. Menurut Aliadi dan Roemantyo (1994), semakin beragam ramuan yang dapat dimanfaatkan untuk mengobati penyakit tertentu, berarti peluang untuk menyembuhkan suatu penyakit semakin besar. Jenis-jenis tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat Desa Sibanggor Julu dan Desa Aek Nangali pada umumnya sebagian besar tumbuh liar dihutan, pekarangan dan perladangan.

Bagian Tumbuhan yang Digunakan

Bagian tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat Desa Sibanggor Julu dan Desa Aek Nangali terdiri dari bagian daun, kulit batang, umbi, biji, batang dan akar. Bagian daun merupakan bagian yang paling banyak digunakan baik pada masyarakat di Desa Sibanggor Julu (42,86 %) dan Desa Aek Nangali (46,43 %), dengan demikian dalam pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat desa Sibanggor Julu maupun Desa Aek Nangali mempunyai kearifan dengan bagian yang dimanfaatkan sebagian besar merupakan daun sehingga tidak mengkhawatirkan kelangsungan hidup dari tumbuhan tersebut karena pengambilan daun tidak merusak tumbuhan, yang perlu diwaspadai adalah bagian akar karena akan mematikan tumbuhan tersebut. Bagian akar ini bila dieksploitasi terus menerus tanpa adanya budidaya akan terancam punah.

Pada masyarakat Desa Sibanggor Julu bagian yang paling banyak digunakan daun, kemudian umbi, kulit batang, batang, buah, biji, dan akar, sedangkan pada Desa Aek Nangali bagian yang paling banyak digunakan yaitu daun, selanjutnya akar, umbi, semua bagian, buah dan batang. Bagian yang tidak dimanfaatkan di Desa Sibanggor Julu adalah semua bagian, sedangkan di Desa Aek Nangali bagian yang tidak dimanfaaatkan meliputi kulit batang dan biji. Penggunaan bagian tumbuhan obat oleh kedua desa tersebut lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.

42.86 46.43 7.14 17.86 7.14 0 25 14.29 7.14 3.57 3.57 0 7.14 7.14 0 10.71 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 J u m la h P e n g g u n a a n ( % )

Daun Akar Kulit Batang Umbi Batang Biji Buah Semua

Bagian Bagian Tumbuhan yang Dimanfaatkan

Desa Sibanggor Julu Desa Aek Nangali

Gambar 1. Jumlah Penggunaan Bagian (Persen) Tumbuhan Obat yang Dimanfaatkan Oleh Masyarakat Desa Sibanggor Julu dan Desa Aek Nangali

Penggunaan bagian tumbuhan obat ada jenis tertentu yang digunakan lebih dari satu bagian, sehingga bila dijumlahkan maka jumlahnya lebih banyak dari seluruh jenis tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat Desa Sibanggor Julu dan Desa Aek Nangali.

Cara Penggunaan

Secara umum masyarakat Desa Sibanggor Julu dan Desa Aek Nangali dalam penggunaan tumbuhan sebagai pengobatan ada beberapa cara yaitu dikonsumsi secara langsung dan secara tidak langsung dengan perlakuan-perlakuan tertentu sebelum digunakan. Secara langsung yang umum digunakan yaitu dimakan, diminum, dimandikan, dioles dan dikompres (lihat Gambar 2). Penggunaan tumbuhan obat secara langsung dengan perlakuan dimakan yang paling dominan dilakukan di Desa Sibanggor Julu yaitu sebesar 62,5%, sedangkan di Desa Aek Nangali tidak terdapat perlakuan tersebut (0%).

62.5 0 0 50 25 25 0 25 12.5 0 0 10 20 30 40 50 60 70 Pes en ta se C a ra Perl a k u a n ( % )

Dimakan Diminum Dimandikan Dioleskan Dikompres

Sibanggor Julu Aek nangali

Penggunaan tumbuhan obat secara tidak langsung yaitu dengan perlakuan ditumbuk, direbus/dimasak, diparut, diremas/diperas dan digongseng (lihat Gambar 3). Penggunaan tumbuhan obat secara tidak langsung biasanya diikuti dengan perlakuan-perlakuan lainnya. Misalnya tumbuhan obat dilakukan perlakuan penumbukan maka setelahnya tumbuhan tersebut dapat dioleskan. Cara perlakuan tumbuhan obat sebelum digunakan paling banyak dengan perlakuan direbus sebesar 78,95% yaitu pada masyarakat Desa Aek Nangali, sedangkan untuk masyarakat Desa Sibanggor Julu sebesar 62,5%.

25 5.26 62.5 78.95 12.5 0 0 10.53 0 5.26 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Pers en ta se C a ra Perl a k u a n ( % )

Ditumbuk Direbus Diparut Diremas Digongseng

Sibanggor Julu Aek Nangali

Tabel 4. Jenis Tumbuhan Obat yang Dominan Dimanfaatkan Oleh Masyarakat Desa Sibanggor Julu dan Desa Aek Nangali

No Nama Daerah Nama Latin Famili Kegunaan

1 Sirungguk Selaginella sp Selaginellaceae Darah rendah

2 Sarang biriang Loranthus sp Loranthaceae Sakit perut dan darah tinggi

3 Sari mandapot Lourentia langiflora (L) Peterm

Campanulaceae Darah rendah 4 Sarindan Loranthus

chrysanthus BL

Loranthaceae Sesak napas, sakit jantung dan stabil darah 5 Mata incir Oryza granulata

NESS et ARN

Poaceae Diabetes 6 Simanat babiat Piper ungaramense

(Miq.) C.BC

Piperaceae Darah rendah dan sakit kepala

7 Pindul Chloranthus elatior RBR

Chloranthaceae Darah rendah 8 Pultak-pultak Physalis minima

Linn

Solanaceae Menambah nafsu

makan dan maag 9 Kenini Chinchona spp Rubiaceae Malaria

10 Angkirbong Hydrocotyle javanica

Apiaceae Busung lapar, demam dan panas dalam

Keterangan : Gambar dapat dilihat pada lampiran

Aspek Fitokimia

Tumbuhan obat yang dilakukan pengujian kandungan kimia ada 10 jenis dari 47 jenis tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat Desa Sibanggor Julu dan Desa Aek Nangali. Tumbuhan yang diuji berdasarkan pilihan masyarakat yang relatif masih sering digunakan dan bagian tumbuhan yang diuji yang biasa dimanfaatkan yaitu : batang, kulit batang, daun, akar, umbi, buah, biji dan seluruh bagian tumbuhan.

Tumbuhan yang diuji fitokimia terdiri dari habitus perdu (3 jenis), herba (3 jenis), rumpun (1 jenis), liana (1 jenis), dan epifit (2 jenis). Dari seluruh tumbuhan obat yang diuji kandungan kimia maka famili yang dominan yaitu famili Loranthaceae. Hasil pengujian kandungan kimia terhadap 10 jenis tumbuhan obat yang dominan digunakan masyarakat Desa Sibanggor Julu dan Desa Aek Nangali dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. lihat file Tabel Fito.doc

.

Alkaloida

Berdasarkan hasil uji fitokimia, pada umumnya tumbuhan obat yang diuji mengandung senyawa alkaloida, tetapi ada beberapa yang tidak mengandung

senyawa tersebut, seperti Loranthus chrysanthus, Oryza granulata, Loranthus sp., dan Hydrocotyle javanica, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Harborne (1987) bahwa penyebaran alkaloida sangat tidak merata dan banyak suku tumbuhan yang tidak mengandungnya sama sekali.

Hasil uji alkaloida banyak ditemukan pada famili Piperaceae jenis Piper ungaramense, famili Solanaceae jenis Physalis minima, famili Selaginellaceae jenis Selaginella sp., famili Chloranthaceae jenis Chloranthus elatior, famili Campanulaceae jenis Lourentia langiflora, dan jenis Chinchona spp., famili Rubiaceae, sedangkan menurut Anonim (1999) dalam Rahayu (2005), famili yang kaya akan alkaloida yaitu Amaryllidaceae, Liliaceae, Apocynaceae, Berberidaceae, Leguminosae, Papaveraceae, Ranunculaceae, Rubiaceae dan Solanaceae. Maka kandungan alkaloida yang sesuai dengan Anonim (1999) yaitu famili Solanaceae yang mempunyai kandungan alkaloida relatif sedang dan famili Rubiaceae dengan kandungan alkaloida relatif sedikit.

Senyawa alkaloida terkandung pada habitus herba, perdu dan liana. Sedangkan berdasarkan bagian yang digunakan senyawa alkaloida ditemukan pada bagian daun dan akar.

Triterpenoida dan Steroida

Hasil pengujian terhadap 10 jenis tumbuhan obat, terdapat 1 jenis yang mengandung senyawa triterpenoida yaitu jenis Loranthus sp. famili Loranthaceae. Menurut Harborne (1987), uji yang banyak digunakan untuk mendeteksi senyawa ini adalah reaksi Liberman-Burchard yang bila direaksikan akan menghasilkan warna merah ungu, sedangkan tumbuhan yang mengandung senyawa steroida

terdapat pada semua tumbuhan obat yang diuji. Hal ini sesuai dengan Harborne (1987), sterol banyak ditemukan dalam jaringan tumbuhan yang ditemukan pada tumbuhan rendah tetapi terkadang terdapat pada tumbuhan tinggi. Pada tumbuhan obat yang diuji, keseluruhannya memiliki senyawa steroida yang relatif sedikit. Tumbuhan yang mengandung senyawa golongan steroida merupakan potensi yang dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi obat anti malaria yaitu jenis Chinchona spp.

Berdasarkan habitusnya senyawa steroida ditemukan pada habitus herba (3 jenis), epifit (2 jenis), perdu (3 jenis), liana (1 jenis), dan rumpun (1 jenis), sehingga senyawa steroida ditemukan pada semua habitus yang diuji maka senyawa steroida tidak spesifik karena ditemukan pada semua habitus.

Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai pengobatan yang mengandung steroida terdapat pada bagian daun, batang, akar dan umbi, dengan demikian senyawa steroida secara umum tidak terdapat pada setiap bagian tumbuhan.

Saponin

Berdasarkan hasil pengujian senyawa saponin, terdapat 8 jenis yang mengandung senyawa saponin atau sekitar 80% dari jumlah tumbuhan yang diuji. Golongan saponin yang paling banyak terdapat pada jenis Chinchona spp.

Berdasarkan habitus senyawa saponin ditemukan pada habitus herba (2 jenis), epifit (2 jenis), perdu (3 jenis), dan liana (1 jenis), dengan demikian senyawa saponin relatif lebih banyak ditemukan pada habitus perdu kemudian herba dan epifit serta liana. Secara umum senyawa saponin tidak terdapat pada

tumbuhan yang digunakan sebagai pengobatan senyawa saponin terdapat pada bagian daun, umbi, akar dan batang.

Tumbuhan obat yang mengandung senyawa saponin secara tradisional terdapat pada jenis Physalis minima untuk menambah nafsu makan dan sakit maag; jenis Piper ungaramense, Selaginella sp. untuk obat darah rendah, jenis Cinchona sp. untuk malaria; jenis Loranthus sp. untuk sakit perut dan darah tinggi; jenis Loranthus chrysanthus untuk sesak nafas, sakit jantung dan stabil darah; jenis Hydocotyle javanica untuk penyakit busung lapar, demam dan panas dalam.

Flavonioda

Potensi tumbuhan yang mengandung senyawa flavonoida terdapat 6 jenis atau sekitar 60% dari seluruh jenis tumbuhan obat yang dilakukan pengujian. Berdasarkan hasil analisis kandungan senyawa flavonoida relatif sedang terdapat pada jenis Piper ungaramense famili Piperaceae, jenis Loranthus sp. famili Loranthaceae dan jenis Chinchona spp. famili Rubiaceae.

Senyawa flavonoid terdapat pada habitus herba (2 jenis), perdu (1 Jenis), liana (1 jenis), dan epifit (2 jenis), dengan demikian senyawa flavonoida relatif lebih banyak ditemukan pada habitus herba dan epifit, kemudian liana dan perdu. Secara umum senyawa flavonoida hampir seluruhnya terdapat pada semua habitus tetapi lebih spesifik pada habitus tertentu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Robinson (1995), bahwa flavonoida mencakup banyak pigmen dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungus sampai angiospermae. Berdasarkan

bagian tumbuhan yang digunakan sebagai pengobatan senyawa flavonoida terdapat pada bagian daun, umbi, dan batang.

Dokumen terkait