• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Secara visual hasil penelitian dapat dilihat pada Lampiran 37 - 41. Berdasarkan pada hasil pengamatan pada minggu ke 2 - 3 setelah tanam, hampir seluruh tanaman menunjukkan gejala keunguan, namun setelah minggu ke 6 - 7 gejala keunguan pada tanaman mulai menghilang (Lampiran 37). Penampilan hasil pengamatan secara keseluruhan pada akhir masa vegetatif dapat dilihat pada Lampiran 38.

Dari Lampiran 39 terlihat pemberian berbagai taraf dosis limbah nyata meningkatkan tinggi tanaman jagung dibanding dengan perlakuan kontrol, tanpa pemberian limbah dan tanpa pemberian kascing, menunjukkan pertumbuhan tanaman yang kerdil. Namun tinggi tanaman mulai menurun pada taraf dosis limbah tertinggi (K0L3).

Dari Lampiran 40 terlihat pada kombinasi pemberian kascing pada taraf dosis tertinggi (K3) dengan perlakuan berbagai taraf dosis limbah (L1, L2, dan L3) menunjukkan peningkatan pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman yang tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan K3L3. Dari Lampiran 41 terlihat bahwa pada kombinasi pemberian limbah pada taraf dosis tertinggi (L3) dengan perlakuan berbagai taraf dosis kascing yang diberikan (K1, K2, dan K3) menunjukkan peningkatan pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman yang tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan K3L3.

Hasil penelitian secara keseluruhan disajikan pada Tabel 4 berikut:

Tabel 4. Pengaruh Pemberian Kascing dan Limbah Tembakau serta Interaksinya terhadap Beberapa Sifat Kimia Ultisol dan Pertumbuhan Tanaman Jagung

Parameter yang Diukur

Perlakuan

Kascing Limbah Tembakau Interaksi kascing dan Limbah pH(setelah dua minggu Inkubasi) - - - pH (akhir masa vegetatif) - - - Kejenuhan Al (setelah dua minggu inkubasi)

- - -

Kejenuhan Al (akhir masa vegetatif)

- - **

% C-organik(setelah Dua minggu inkubasi)

** - -

% C-organik (akhir masa vegetatif)

- ** -

P-tersedia (setelah dua minggu inkubasi)

- - **

P-tersedia (akhir masa vegetatif) - - - K-dd (setelah dua minggu inkubasi) ** ** * K-dd (akhir masa vegetatif) - - -

Tinggi tanaman (VIII MST)

** ** -

Berat kering tajuk Tanaman

** - -

Berat kering akar tanaman

** - **

Serapan P ** - -

Serapan K ** - -

Ket : * = Nyata pada taraf 5%. ** = Nyata pada taraf 1%.

Pengaruh Pemberian Kascing terhadap pH, Kejenuhan Al, dan C- organik Ultisol

Dari tabel 4 diketahui bahwa pemberian kascing setelah 2 minggu inkubasi berpengaruh sangat nyata terhadap C - organik Ultisol namun berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah dan kejenuhan Al.

Hasil uji beda rataan pengaruh pemberian kascing terhadap pH, Kejenuhan Al dan C - organik setelah dua minggu inkubasi disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Uji Beda Rataan Pemberian Kascing terhadap pH Tanah, Kejenuhan Al, dan C - organik Setelah 2 Minggu Inkubasi

Faktor Kascing pH Kejenuhan Al C - organik (g/8.5 kg BTKO) ………%... K0 (0) 6.53 6.11 0.49 b K1 (37.5) 6.74 5.61 0.56 ab K2 (75) 6.73 6.54 0.67 a K3 (150) 6.64 5.71 0.63 ab Ket: Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada F5% menurut uji DMRT.

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa peningkatan karbon organik yang tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian kascing 75 g yaitu sebesar 36 %, yang berbeda nyata dengan perlakuan kontrol, tanpa pemberian kascing dan tidak berbeda nyata dengan pemberian kascing 37.5, 75, dan 150 g/8.5 kg BTKO.

Pengaruh Pemberian Kascing terhadap Kalium Dapat Tukar Ultisol Setelah Dua Minggu Inkubasi

Dari tabel 4 diketahui bahwa pemberian kascing setelah dua minggu inkubasi berpengaruh sangat nyata terhadap kalium dapat tukar Ultisol. Hasil uji beda rataan pemberian kascing terhadap kalium dapat tukar Ultisol disajikan pada tabel 6.

Tabel 6. Uji Beda Rataan Pemberian Kascing terhadap K- dd Ultisol Se- telah Dua Minggu Inkubasi

Faktor Kascing K - dd (g/8.5kg BTKO) …..me/100g….. K0 (0) 0.160 b K1 (37.5) 0.175 ab K2 (75) 0.189 a K3 (150) 0.192 a

Ket: Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada F5% menurut uji DMRT.

Dari tabel 6 terlihat bahwa pemberian kascing nyata meningkatkan K-dd Ultisol setelah dua minggu inkubasi. Kalium dapat tukar Ultisol yang tertinggi terdapat pada pemberian kascing 150 g/8.5 kg BTKO sebesar 0.192 me/100g yang berbeda nyata dengan perlakuan kontrol, tanpa pemberian kascing namun tidak berbeda nyata dengan pemberian kascing 37.5 dan 75 g/8.5 kg BTKO. Kalium dapat tudar Ultisol yang terendah terdapat pada perlakuan kontrol, tanpa pemberian kascing sebesar 0.160 me/100 g yang berbeda nyata dengan pemberian kascing sebanyak 75 dan 150 g/8.5 kg BTKO namun tidak berbeda nyata dengan pemberian kascing 37.5g/8.5 kg BTKO. Kalium dapat tukar Ultisol terlihat semakin meningkat seiring dengan peningkatan dosis kascing yang diberikan.

Pengaruh Pemberian Kascing Terhadap Tinggi Tanaman 8 Minggu Setelah Tanam

Dari Tabel 4 diketahui bahwa pemberian kascing berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman. Hasil uji beda rataan pemberian kascing terhadap tinggi tanaman disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Uji Beda Rataan Pemberian Kascing terhadap Tinggi Tanaman Faktor Kascing Tinggi Tanaman

(g/8.5kg BTKO) …..cm….. K0 (0) 100.45 b K1 (37.5) 128.55 ab K2 (75) 132.28 a K3 (150) 133.12 a

Ket: Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada F5% menurut uji DMRT.

Tinggi tanaman yang tertinggi terdapat pada pemberian kascing sebanyak 150 g yaitu sebesar 133.12 cm yang berbeda nyata dengan perlakuan kontrol, tanpa pemberian kascing, dan tidak berbeda nyata dengan pemberian kascing 37.5 dan 75 g/8.5 kg BTKO. Tinggi tanaman yang terendah terdapat pada perlakuan kontrol, tanpa pemberian kascing yaitu sebesar 100.45 cm yang berbeda nyata dengan pemberian kascing 75 dan 150 g/8.5kg BTKO dan tidak berbeda nyata dengan pemberian kascing 37.5 g/8.5 kg BTKO. Pemberian kascing nyata meningkatkan tinggi tanaman.

Grafik pengaruh berbagai taraf dosis kascing terhadap tinggi tanaman dapat dilihat pada Gambar 2.

y = 111.52 + 0.184x r = 0.75 0 20 40 60 80 100 120 140 160 0 50 100 150 200

Dosis Kascing (g /8.5 Kg BTKO)

T in g g i T a n a m a n ( c m )

Dari Gambar 2 diketahui bahwa hubungan antara pemberian beberapa

taraf dosis kascing membentuk garis linier dengan persamaan Y = 111.52 + 0.184x dengan nilai koefisien korelasi r = 0.75. Tinggi tanaman

terlihat semakin meningkat seiring dengan pertambahan dosis kascing yang diberikan.

Pengaruh Pemberian Kascing terhadap Berat Kering Tajuk Tanaman

Dari Tabel 4 diketahui bahwa pemberian kascing berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering tajuk tanaman. Hasil uji beda rataan pemberian kascing terhadap berat kering tajuk tanaman disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Uji Beda Rataan Pemberian Kascing terhadap Berat Kering Tajuk Tanaman

Faktor Kascing Berat Kering Tajuk (g/8.5kg BTKO) …….g…… K0 (0) 19.23 b K1 (37.5) 31.71 ab K2 (75) 38.22 a K3 (150) 44.4 a

Ket: Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada F5% menurut uji DMRT.

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa pemberian kascing nyata meningkatkan berat kering tajuk tanaman. Berat kering tajuk yang tertinggi terdapat pada pemberian kascing 150 g sebesar 44.4 g yang berbeda nyata dengan perlakuan kontrol, tanpa pemberian kascing namun tidak berbeda nyata dengan pemberian kascing 37.5 dan 75 g/8.5 kg BTKO. Berat kering tajuk yang terendah terdapat pada perlakuan kontrol, tanpa pemberian kascing sebesar 19.23 g yang berbeda nyata dengan pemberian kascing 75 dan 150 g/8.5 kg BTKO namun tidak berbeda nyata dengan pemberian kascing 37.5 g/8.5 kg BTKO. Peningkatan berat

kering tajuk tanaman jagung juga terjadi seiring dengan peningkatan dosis kascing yang diberikan.

Pengaruh Pemberian Kascing Terhadap Berat Kering Akar Tanaman

Dari tabel 4 diketahui bahwa pemberian kascing berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering akar tanaman. Hasil uji beda rataan pemberian kascing terhadap berat kering akar tanaman disajikan pada tabel 9.

Tabel 9. Uji Beda Rataan Pemberian Kascing terhadap Berat Kering Akar Tanaman

Faktor Kascing Berat Kering Akar (g/8.5kg BTKO) …….g…… K0 (0) 4.875 B K1 (37.5) 7.100 AB K2 (75) 8.108 A K3 (150) 8.633 A

Ket: Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada F1% menurut uji DMRT.

Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa berat kering akar tanaman yang tertinggi terdapat pada pemberian kascing 150 g/8.5 kg BTKO sebesar 8.633 g yang berbeda nyata dengan perlakuan kontrol, tanpa pemberian kascing namun tidak berbeda nyata dengan pemberian kascing 37.5 dan 75 g/8.5 kg BTKO. Berat kering akar tanaman yang terendah terdapat pada perlakuan kontrol sebesar 4.875g yang berbeda nyata dengan pemberian kascing 75 dan 150 g/8.5 kg BTKO namun tidak berbeda nyata dengan pemberian kascing 37.5g/8.5 kg BTKO. Peningkatan berat kering akar tanaman terjadi seiring dengan peningkatan dosis kascing yang diberikan.

Pengaruh Pemberian Kascing terhadap Serapan P Tanaman

Dari Tabel 4 diketahui bahwa pemberian kascing berpengaruh sangat nyata terhadap serapan P tanaman. Hasil uji beda rataan pemberian kascing terhadap serapan P dapat disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Uji Beda Rataan Pemberian Kascing terhadap Serapan P Tanaman Faktor Kascing (g/8.5kg BTKO) Serapan P …….(mg/tanaman)……. K0 (0) 47.06 b K1 (37.5) 79.33 ab K2 (75) 104.54 ab K3 (150) 156.348 a

Ket: Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada F5% menurut uji DMRT.

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa pemberian kascing nyata meningkatkan serapan P tanaman. Serapan P tanaman yang tertinggi terdapat pada pemberian kascing 150g/8.5 BTKO sebesar 156.348 mg/tanaman yang berbeda nyata dengan perlakuan kontrol, tanpa pemberian kascing namun tidak berbeda nyata dengan pemberian kascing 37.5g dan 75g /8.5 kg BTKO. Serapan P terendah terdapat pada perlakuan kontrol tanpa pemberian kascing yang tidak berbeda nyata dengan pemberian kascing 37.5g dan 75g /8.5 kg BTKO namun berbeda nyata dengan pemberian kascing 150 g/8.5 kg BTKO. Peningkatan dosis kascing yang diberikan mampu meningkatkan serapan P tanaman.

Pengaruh Pemberian Kascing terhadap Serapan K tanaman

Dari Tabel 4 diketahui bahwa pemberian kascing berpengaruh sangat nyata terhadap serapan K tanaman. Hasil uji beda rataan pemberian kascing terhadap serapan K tanaman disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Uji Beda Rataan Pemberian Kascing terhadap Serapan K Tanaman

Faktor Kascing Serapan K (g/8.5kg BTKO) …….mg/tanaman……. K0 (0) 148.145 b K1 (37.5) 257.482 ab K2 (75) 220.798 b K3 (150) 382.566 a

Ket: Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada F5% menurut uji DMRT.

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa pemberian kascing nyata meningkatkan serapan K tanaman jagung. Serapan K yang tertinggi terdapat pada pemberian kascing 150 g/8.5 kg BTKO sebesar 382.566 mg/tanaman yang berbeda nyata dengan pemberian kascing 75 g/8.5 BTKO dan tanpa pemberian kascing namun tidak berbeda nyata dengan pemberian kascing 37.5 g/8.5 kg BTKO. Terlihat bahwa serapan K menurun pada pemberian kascing 75 g/8.5 kg BTKO. Serapan K terendah terdapat pada perlakuan kontrol, tanpa pemberian kascing sebesar 148.145 mg/tanaman yang tidak berbeda nyata dengan pemberian kascing 37.5 dan 75 g/8.5 kg BTKO tetapi berbeda nyata dengan pemberian 150 g kascing.

Pengaruh Pemberian Limbah Tembakau terhadap Kalium Dapat Tukar Ultisol Setelah Dua Minggu Inkubasi

Dari tebel 4 diketahui bahwa pemberian limbah tembakau setelah dua minggu inkubasi berpengaruh sangat nyata terhadap kalium dapat tukar Ultisol. Hasil uji beda rataan pemberian limbah terhadap kalium dapat tukar Ultisol disajikan pada tabel 12.

Tabel 12. Uji Beda Rataan Pemberian Limbah Tembakau terhadap K- dd Ultisol Setelah Dua Minggu Inkubasi

FaktorLimbah Kalium Dapat Tukar (g/8.5 Kg BTKO) …….me/100g……. L0 (0) 0.141 b L1 (50) 0.180 ab L2 (100) 0.195 a L3 (150) 0.201 a

Ket: Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada F5% menurut uji DMRT.

Dari tabel 12 terlihat bahwa kalium dapat tukar Ultisol yang tertinggi terdapat pada pemberian limbah 150 g/8.5 kg BTKO sebesar 0.201 me/100g yang berbeda nyata perlakuan kontrol, tanpa pemberian limbah namun tidak berbeda nyata dengan pemberian limbah 50 dan 100 g/8.5 kg BTKO. Kalium dapat tukar yang terendah terdapat pada perlakuan kontrol, tanpa pemberian limbah sebesar 0.141 me/100 g yang berbeda nyata dengan pemberian limbah 100 dan 150 g/8.5 kg BTKO namun tidak berbeda nyata dengan pemberian limbah sebanyak 50 g/8.5 kg BTKO. Kalium dapat tukar Ultisol terlihat semakin meningkat seiring dengan peningkatan dosis limbah yang diberikan.

Pengaruh Pemberian Limbah Tembakau terhadap pH, dan C-organik Ultisol Pada Akhir Masa Vegetatif.

Pemberian limbah tembakau pada akhir masa vegetatif berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah dan berpengaruh sangat nyata terhadap karbon organik Ultisol (Tabel 4). Hasil uji beda rataan pengaruh pemberian limbah tembakau terhadap pH tanah dan karbon organik Ultisol disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Pengaruh Pemberian Limbah Tembakau terhadap pH dan C - organik Ultisol pada Akhir Masa Vegetatif

Faktor Limbah pH C - organik (g/8.5kgBTKO) …….%... L0 (0) 6.74 0.58 b L1 ( 50) 6.93 0.99 ab L2 (100) 6.92 0.76 ab L3 (150) 6.94 1.01 a Ket: Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada F5% menurut uji DMRT.

Peningkatan karbon organik terdapat pada pemberian limbah 150 g/8.5 kg BTKO yaitu sebesar 74% yang berbeda nyata dengan perlakuan kontrol, tanpa limbah, tetapi tidak berbeda nyata dengan pemberian limbah 50 dan 100 g/8.5 kg BTKO. Terlihat bahwa pada pemberian limbah 100 g/8.5 kg BTKO terjadi penurunan karbon organik tanah, yang berbeda nyata dengan pemberian limbah 150 g/8.5 kg BTKO namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol, tanpa pemberian limbah dan pemberian limbah 50 g/8.5 kg BTKO.

Pengaruh Pemberian Limbah Tembakau terhadap Tinggi Tanaman

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa pemberian limbah tembakau berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman. Hasil uji beda rataan pemberian limbah tembakau terhadap tinggi tanaman disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Uji Beda Rataan Pemberian Limbah Tembakau terhadap Tinggi Tanaman

FaktorLimbah Tinggi Tanaman (g/8.5 Kg BTKO) …….cm……. L0 (0) 111.71 b L1 (50) 127.08 a L2 (100) 131.21 a L3 (150) 124.41 ab

Ket: Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada F5% menurut uji DMRT.

Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa tinggi tanaman yang tertinggi terdapat pada pemberian limbah 100 g/8.5 kg BTKO sebesar 131.21 cm yang tidak berbeda nyata dengan pemberian limbah 50 dan 150 g /8.5 kg BTKO namun berbeda nyata dengan perlakuan kontrol, tanpa pemberian limbah. Tinggi tanaman yang terendah terdapat pada perlakuan kontrol sebesar 111.71 cm, yang berbeda nyata dengan pemberian limbah 50 dan 100 g/ 8.5 kg BTKO namun tidak berbeda nyata dengan pemberian limbah 150 g/8.5 kg BTKO. Grafik pengaruh berbagai taraf dosis limbah tembakau terhadap tinggi tanaman dapat dilihat pada Gambar 3. y = 111.72 + 0.4172 x -0.0022x2 r = 1 110 115 120 125 130 135 0 50 100 150 200

Dos is Lim bah (g /8.5 Kg BTKO)

T in g g i T an am an ( cm ) Gambar 3. Hubungan Antara Taraf Dosis Limbah Tembakau dengan Tinggi Tanaman

Dari gambar 3 terlihat bahwa hubungan antara pemberian beberapa taraf dosis

limbah dengan tinggi tanaman membentuk hubungan yang tidak linier dengan persamaan Y = 111.72 + 0.4172 x – 0.0022 x2 dengan nilai koefisien korelasi r = 1. Pemberian limbah tembakau pada taraf dosis tertinggi (150 g /8.5 kg BTKO) terlihat menurunkan tinggi tanaman.

Pengaruh Interaksi Pemberian Kascing dan Limbah Tembakau terhadap Kejenuhan Al Pada Akhir Masa Vegetatif.

Dari Tabel 4 terlihat bahwa interaksi pemberian kascing dan limbah tembakau berpengaruh sangat nyata terhadap kejenuhan Al pada akhir masa vegetatif. Hasil uji beda rataan interaksi pemberian kascing dan limbah tembakau terhadap kejenuhan Al disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Uji Beda Rataan Interaksi Pemberian Kascing dan Limbah Tembakau Terhadap Kejenuhan Al Pada Akhir Masa Vegetatif

FaktorLimbah ((g/10kgBTKU)

Faktor Kascing ( g/8.5 kg BTKU)

K0 (0) K1(37.5) K2(75) K3 (150) ……….Kejenuhan Al (%)……… L0 (0) L1 (50) L2 (100) L3 (150) 2.61 def 3.66 cd 2.79 def 2.05 ef 6.40 a 3.33 cde 4.12 abcd 1.78 ef 1.51 f 3.00 def 3.46 cde 5.70 ab 4.97 abc 3.52 de 2.46 def 4.95 abc Ket: Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada F5% menurut uji DMRT.

Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa kejenuhan Al yang tertinggi terdapat pada interaksi perlakuan K1L0 yakni sebesar 6.40 % yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan K1L2, K2L3, K3L0 dan K3L3 namun berbeda nyata dengan perlakuan K0L0, K0L1, K0L2, K0L3, K1L1, K1L3, K2L0, K2L1, K2L2, K3L1 dan K3L2. Kejenuhan Al terendah terdapat pada interaksi perlakuan K2L0 yakni sebesar 1.51 % yang tidak berbeda nyata dengan K0L0, K0L2, K0L3, K1L3, K2L1, dan K3L2 namun berbeda nyata dengan interaksi perlakuan K0L1, K1L0, K1L1, K1L2, K2L2, K2L3, K3L0, K3L1, dan K3L3.

Pada tanpa pemberian kascing, peningkatan dosis limbah tembakau tidak nyata menurunkan kejenuhan Al. Pada pemberian kascing 37.5 g, pemberian 50 dan 150 g limbah tembakau nyata menurunkan kejenuhan Al. Pada pemberian 75 g kascing pemberian limbah tembakau bahkan meningkatkan kejenuhan Al. Pada

pemberian kascing dosis tertinggi yaitu 150 g, pemberian 50 dan 100 g limbah tembakau nyata menurunkan kejenuhan Al.

Pengaruh Interaksi pemberian kascing dan Limbah Tembakau terhadap P- tersedia Ultisol setelah Dua Minggu Inkubasi

Dari Tabel 4 diketahui bahwa interaksi pemberian kascing dan limbah tembakau berpengaruh sangat nyata terhadap P - tersedia ultisol setelah dua minggu inkubasi. Hasil uji beda rataan interaksi pemberian kascing dan limbah tembakau terhadap P - tersedia Ultisol disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16. Uji Beda Rataan Interaksi Pemberian Kascing dan Limbah Tembakau terhadap P-tersedia Ultisol Setelah Dua Minggu Inkubasi

FaktorLimbah Pabrik Rokok (g/8.5kg BTKO)

Faktor Kascing ( g/8.5 kg BTKO)

K0(0) K1(37.5) K2(75) K3(150) ……….P- Tersedia Ultisol (ppm)……… L0 (0) L1 (50) L2 (100) L3 (150) 3.96 f 11.60 abc 3.93 f 6.13 def 15.23 a 8.57 cdef 10.10 abcd 4.20 ef 3.87 f 14.23 ab 9.23 bcde 7.67 cdef 14.10 ab 7.33cdef 3.87 f 16.13 a

Ket: Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada F5% menurut uji DMRT.

Dari Tabel 16 terlihat bahwa nilai P – tersedia secara nyata meningkat pada interaksi perlakuan K3L3 sebesar 16.13 ppm yang tidak berbeda nyata dengan interaksi perlakuan K0L1, K1L0, K1L2, K2L1, dan K3L0. P - Tersedia tanah terendah terdapat pada interaksi perlakuan K3L2 yaitu sebesar 3.87 ppm yang tidak berbeda nyata dengan interaksi perlakuan K0L0, K0L2, K0L3, K1L1, K1L3, K2L0, K2L3 dan K3L1.

Pada tanpa pemberian limbah tembakau, pemberian kascing meningkatkan P-tersedia Ultisol, kecuali pada pemberian 75g/8.5 kg BTKO terlihat tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol, tanpa pemberian kascing. Sedangkan

pada tanpa pemberian kascing, pemberian limbah 50 g/8.5 g BTKO nyata meningkatkan P - tersedia tanah setelah dua minggu inkubasi.

Pengaruh Interaksi Pemberian Kascing dan Limbah Tembakau terhadap K-dd Ultisol Setelah Dua Minggu Inkubasi

Dari Tabel 4 diketahui bahwa interaksi pemberian kascing dan limbah tembakau berpengaruh nyata terhadap Kalium dapat Tukar Tanah Ultisol. Hasil uji beda rataan interaksi pemberian kascing dan limbah tembakau terhadap K - dd Ultisol disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17. Uji Beda Rataan Interaksi Pemberian Kascing dan Limbah Tembakau terhadap K-dd Ultisol Setelah Dua Minggu Inkubasi

FaktorLimbah Pabrik Rokok (g/8.5kg

BTKO)

Faktor Kascing (g/8.5 kg BTKO)

K0(0) K1(37.5) K2(75) K3(150) ……….kadar K-dapat Tukar (me/100 g)……… L0 (0) L1 (50) L2 (100) L3 (150) 0.09 f 0.18 bcd 0.18 bcd 0.20 ab 0.14 f 0.17 cd 0.20 ab 0.19 abc 0.16 def 0.19 abc 0.20 ab 0.21 a 0.17 cd 0.19 abc 0.20 ab 0.21 a

Ket: Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada F5% menurut uji DMRT.

Dari Tabel 17 terlihat bahwa nilai kalium dapat tukar Ultisol nyata meningkat pada berbagai taraf dosis kascing dan limbah tembakau yang diberikan. Kalium dapat tukar Ultisol tertinggi terdapat pada interaksi perlakuan K2L3 dan K3L3 sebesar 0.21 me/100 g yang tidak berbeda nyata dengan interaksi perlakuan K0L3, K1L2, K1L3, K2L1, K2L2, K3L1, dan K3L2. Kalium dapat tukar Ultisol yang terendah terdapat pada interaksi perlakuan kontrol (K0L0) sebesar 0.09 me/100 g yang tidak berbeda nyata dengan interaksi perlakuan K1L0 dan K2L0. Pada tanpa pemberian limbah, pemberian kascing 37,5, 75, dan 150 g/8.5 kg BTKO nyata meningkatkan kadar kalium dapat tukar Ultisol. Sedangkan pada tanpa pemberian kascing, pemberian limbah 50, 100, 150 g/8.5 kg BTKO nyata

meningkatkan Kalium dapat tukar Ultisol. Dapat disimpulkan bahwa secara umum peningkatan taraf dosis kascing dan limbah tembakau yang diberikan akan meningkatkan kadar kalium dapat tukar Ultisol.

Pengaruh Interaksi Pemberian Kascing dan Limbah Tembakau terhadap Berat Kering Akar Tanaman

Dari Tabel 4 diketahui bahwa pemberian interaksi pemberian kascing dan limbah tembakau berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering akar tanaman. Hasil uji beda rataan interaksi pemberian kascing dan limbah tembakau disajikan pada Tabel 18.

Tabel 18. Uji Beda Rataan Interaksi Pemberian Kascing dan Limbah Tembakau terhadap Berat Kering Akar Tanaman

FaktorLimbah Pabrik Rokok (g/8.5kgBTKO)

Faktor Kascing ( g/8.5 Kg BTKO)

K0(0) K1(37.5) K2(75) K3(150) ……….Berat Kering Akar (g)……… L0 (0) L1 (50) L2 (100) L3 (150) 1.90 C 4.70 C 7.30 ABC 5.60 B 6.93 ABC 8.27 AB 6.73 ABC 6.47 ABC 7.03 ABC 6.38 ABC 8.37 AB 10.73 A 9.90 A 10.93 A 7.13 ABC 6.57 ABC Ket: Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada F1% menurut uji DMRT.

Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa berat kering akar tanaman yang tertinggi terdapat pada interaksi perlakuan K3L1 sebesar 10.93 g yang tidak berbeda nyata dengan interaksi perlakuan K0L2, K1L0, K1L1, K1L2, K1L3, K2L0, K2L1, K2L2, K2L3, K3L0, K3L2, K3L3 namun berbeda nyata dengan interaksi perlakuan K0L0, K0L1, dan K0L3. Berat kering akar tanaman jagung terendah terdapat pada perlakuan kontrol sebesar 1,90 g yang tidak berbeda nyata dengan interaksi perlakuan K0L1, K0L2, K1L0, K1L2, K1L3, K2L0, K2L1, K3L2 dan K3L3 namun berbeda nyata dengan interaksi perlakuan K0L3, K1L1,

Pada perlakuan tanpa limbah, pemberian kascing 37.5, 75, dan 150 g/8.5 kg BTKO nyata meningkatkan berat kering akar tanaman jagung. Sedangkan pada tanpa pemberian Kascing, Pemberian limbah 50 dan 100 g /8.5 kg BTKO nyata meningkatkan berat kering akar tanaman namun menurun pada pemberian limbah 150 g/8.5 kg BTKO.

Pembahasan

Kemasaman Tanah (pH), Kejenuhan Al, dan Karbon Organik Ultisol

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 4 diketahui bahwa pengaruh pemberian kascing dan limbah tembakau serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah setelah dua minggu inkubasi maupun setelah akhir masa vegetatif. Walaupun secara statistik nilai perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata namun secara umum terlihat bahwa terjadi peningkatan pH tanah.

Kemasaman tanah dan kejenuhan Al sangat berkaitan. Khususnya pada tanah-tanah masam seperti Ultisol yang umumnya memiliki kelarutan Al yang tinggi, yang jika terhidrolisis dengan air di larutan tanah akan menyumbangkan ion-ion H+ yang dapat menyebabkan tanah menjadi masam.

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 12 diketahui bahwa interaksi pemberian kascing dan limbah tembakau berpengaruh nyata terhadap penurunan kejenuhan Al. Dari Tabel 15 diketahui bahwa kejenuhan Al yang tertinggi terdapat pada interaksi perlakuan tanpa limbah dengan pemberian kascing 37.5 g/8.5 kg BTKO sebesar 6.40 % dan yang terendah pada interaksi perlakuan tanpa limbah dengan pemberian kascing pada taraf dosis 75 g/8.5 kg BTKO sebesar

1.51 %, menurut kriteria BPPM masih termasuk kriteria sangat rendah. Penurunan kejenuhan Al ini terjadi karena adanya pelepasan asam-asam organik dari limbah pabrik rokok maupun kascing yang dapat membentuk ikatan dengan senyawa logam (chelation) seperti Al dan Fe. Sehingga dapat menetralisir kelarutan ion - ion H+ di larutan tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suhardjo dkk. (1993) yang menyatakan bahwa ion-ion Al dan Fe yang bebas dalam tanah dapat diikat oleh bahan organik menjadi organo-kompleks sehingga kelarutan Al dan Fe dalam tanah yang semula tinggi dan bersifat racun dapat dikurangi. Menurut Hanafiah (2005) bahwa sumber utama ion-ion H+ pada tanah asam sedang - kuat adalah hidrolisis Al yang dapat dilihat pada reaksi berikut :

Al3+ + H2O Al (OH)2+ + H+ AlOH2+ + H2O Al (OH)2 + H+ Al(OH)2+ + H2O Al (OH)3 + H+

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 8 diketahui bahwa pemberian kascing berpengaruh sangat nyata terhadap C - organik tanah setelah dua minggu inkubasi, namun pemberian limbah tembakau dan interaksi pemberian kascing dan limbah tembakau berpengaruh tidak nyata. Sedangkan pada akhir masa vegetatif (Lampiran 10) perlakuan yang berpengaruh sangat nyata terhadap C - organik tanah adalah pemberian limbah tembakau.

Dokumen terkait