• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bobot Potong

Bobot potong merupakan bobot ayam broiler yang ditimbang setelah dipuasakan selama 12 jam. Rataan bobot potong ayam broiler yang terinfeksi

Eimeria tenella pada umur 35 hari dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan bobot potong ayam broiler umur 35 hari (g/ekor)

Ket: tn= tidak berbeda nyata

Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil rataan bobot potong ayam broiler umur 35 hari tertinggi pada perlakuan K2 (ekstrak ethanol) yaitu sebesar 1572,88 g/ekor, sedangkan rataan bobot potong ayam broiler terendah terdapat pada perlakuan KP (kontrol) yaitu sebesar 1495,00 g/ekor.

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pemberian larutan jahe merah memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P > 0,05) terhadap bobot potong ayam broiler umur 35 hari. Secara statistik menunjukkan bahwa analisis keragaman bobot potong ayam broiler yang terinfeksi Eimeria tenella relatif sama atau tidak ada perbedaan yang mencolok dari semua perlakuan. Secara umum ayam broiler yang diberikan koksidiostat atau jahe merah memiliki bobot potong yang lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler yang tidak diberikan koksidiostat maupun jahe merah pada ayam broiler yang terinfeksi Eimeria

Perlakuan Ulangan Rataan ±SDtn

1 2 3 4 KP 1437,00 1505,33 1522,00 1515,67 1495,00 ±39,27 KO 1567,33 1490,67 1597,33 1515,67 1542,75 ±48,41 K1 1534,33 1511,33 1538,67 1601,33 1546,42 ±38,52 K2 1603,50 1553,67 1540,00 1594,33 1572,88 ±30,81 K3 1564,50 1517,50 1576,33 1572,25 1557,65 ±27,21

tenella. Dari uji lanjut (Duncan’s Multiple Range Test) yang dilakukan, pada taraf (P=0,0937) menunjukkan bahwa ada pola kecenderungan yang memperlihatkan bahwa bobot potong ayam broiler yang diberikan perlakuan larutan jahe merah lebih tinggi dari pada perlakuan koksidiostat dan kontrol atau tanpa perlakuan.

Jika diurutkan berdasarkan bobot potong dari yang tertinggi ke yang terendah, maka didapatkan urutan sebagai berikut, yaitu K2, K3, K1, KO dan KP. Interval antara KO dengan KP yaitu sebesar 47,75 g, K1 dengan KP sebesar 51,42 g, dan K2 dengan KP sebesar 77,88 g, K3 dengan KP sebesar 62,65 g.

Perbedaan bobot potong yang tidak signifikan diduga karena jumlah ookista yang diberikan belum cukup untuk memberikan dampak pada ayam broiler. Jahe merah mengandung komponen bioaktif yang berupa oleoresin dan gingerol yang berfungsi untuk membantu mengoptimalkan fungsi organ tubuh yang kurang baik karena infeksi Eimeria tenella, sehingga tidak berdampak secara langsung terhadap penyerapan nutrisi dan bobot potong ayam broiler. Hal ini sesuai dengan pernyataan ( Achyad dan Rosyidah, 2000 ) yang menyatakan bahwa oleoresin dan gingerol bersifat anti inflamasi dan anti bakteri.

Bobot Karkas

Bobot karkas merupakan bobot ayam broiler setelah dipisahkan kepala sampai batas pangkal leher, kaki sampai batas lutut tanpa isi rongga bagian dalam, sel darah dan bulu. Berikut merupakan rataan bobot karkas ayam broiler yang terinfeksi Eimeria tenella pada umur 35 hari.

Tabel 4. Rataan bobot karkas ayam broiler pada umur 35 hari (g/ekor)

Ket: tn= tidak berbeda nyata

Tabel 4 menunjukkan bahwa hasil rataan bobot karkas ayam broiler umur 35 hari tertinggi pada perlakuan K2 (ekstrak ethanol) yaitu sebesar 1188,67 g/ekor, sedangkan rataan bobot karkas ayam broiler terendah terdapat pada perlakuan KP ( kontrol ) yaitu sebesar 1155,17 g/ekor.

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pemberian larutan jahe merah memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P > 0,05) terhadap bobot karkas ayam broiler yang terinfeksi Eimeria tenella. Namun pada uji lanjut(Duncan’s Multiple Range Test) yang dilakukan, menunjukkkan bahwa pada (P = 0,0673) bobot karkas yang diberikan perlakuan larutan jahe merah dan koksidiostat lebih tinggi dari pada bobot karkas tanpa perlakuan. Hal ini disebabkan karena senyawa pada jahe merah memiliki fungsi anti inflamasi, sehingga ayam broiler yang diberikan larutan jahe merah memiliki tingkat morbiditas yang rendah. Lesi yang terjadi pada dinding usus dapat mengurangi efisiensi pencernaan yang mengakibatkan nutrisi yang ada pada pakan tidak terserap dengan sempurna.

Jika diurutkan berdasarkan bobot karkas dari yang tertinggi ke yang terendah, maka didapatkan urutan sebagai berikut, yaitu K2, K3, KO, K1 dan KP.

Perlakuan Ulangan Rataan ±SDtn

1 2 3 4 KP 1161,00 1165,00 1154,33 1140,33 1155,17±10,82 KO 1161,67 1166,00 1197,00 1194,00 1179,67±18,41 K1 1169,67 1158,00 1153,00 1186,67 1166,83±14,95 K2 1178,00 1196,00 1176,33 1204,33 1188,67±13,72 K3 1199,00 1176,50 1192,50 1154,25 1180,56±19,93

Interval antara KO dengan KP yaitu sebesar 24,5 g, K1 dengan KP sebesar 11,66 g, dan K2 dengan KP sebesar 33,5 g, antara K3 dengan KP sebesar 25,39 g. Persentase Karkas

Persentase karkas adalah hasil yang diperoleh dari bobot karkas dibagi bobot hidup dan dikali seratus persen.

Adapun rataan persentase karkas ayam Broiler umur 35 hari dapat dilihat pada Tabel 5

Tabel 5. Rataan persentase karkas ayam broiler umur 35 hari(%)

Perlakuan Ulangan Rataan±SDtn

1 2 3 4 KP 80,80 72,46 72,71 73,27 74,81±4,01 KO 72,28 78,25 75,16 78,80 76,12±3,02 K1 76,97 71,45 73,14 78,51 75,02±3,28 K2 75,26 77,82 72,19 77,20 75,62±2,53 K3 77,27 70,64 77,21 75,69 75,20±3,13

Ket: tn= tidak nyata

Tabel 5 menunjukkan bahwa rataan persentase karkas ayam broiler tertinggi pada perlakuan KO (koksidiostat) yaitu sebesar 76,12 %. Sedangkan persentase karkas terendah terdapat pada perlakuan KP (kontrol) yaitu sebesar 74,81 %.

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pemberian larutan jahe merah terhadap ayam broiler yang terinfeksi Eimeria tenella memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P > 0,05) terhadap persentase karkas ayam broiler. Namun pada uji duncan yang dilakukan pada (P = 0,9792) menunjukkan bahwa perlakuan pemberian koksidiostat memiliki persentase karkas yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan larutan jahe merah dan kontrol. Persentase karkas setiap perlakuan cukup tinggi jika dibandingkan dengan keadaaan normal,

menurut (Siregar, 1994 ) bobot karkas normal berkisar antara 60 – 75 % dari berat potong.

Jika diurutkan berdasarkan persentase karkas dari yang tertinggi ke yang terendah, maka didapatkan urutan sebagai berikut, yaitu KO, K2, K3, K1 dan KP. Interval antara KO dengan KP yaitu sebesar 1,31 g, K1 dengan KP sebesar 0,21 g, dan K2 dengan KP sebesar 0,81 g, antara K3 dengan KP sebesar 0,39 g.

Persentase Lemak Abdominal

Persentase lemak abdominal merupakan hasil penimbangan lemak yang terdapat disekitar rongga perut dan disekitar ovarium (g), kemudian dibandingkan dengan bobot potong dan dikali dengan 100%. Berikut ini merupakan rataan persentase lemak abdominal ayam broiler umur 35 hari.

Tabel 6. Rataan persentase lemak abdominal ayam broiler umur 35 hari(%)

Perlakuan Ulangan Rataan±SDtn

1 2 3 4 KP 1,04 1,06 1,39 1,35 1,21±0,18 KO 1,78 1,17 1,17 1,57 1,42±0,30 K1 1,25 1,53 1,24 1,53 1,39±0,16 K2 1,09 0,99 1,15 1,02 1,06±0,07 K3 1,18 1,25 1,31 0,97 1,18±0,15

Ket: tn= tidak nyata

Tabel 6 menunjukkan hasil rataan persentase lemak abdominal ayam broiler umur 35 hari tertinggi terdapat pada perlakuan KO (koksidiostat) yaitu sebesar 1,42 %, sedangkan rataan persentase lemak abdominal terendah terdapat pada perlakuan K2 (ekstrak ethanol) yaitu sebesar 1,06 %.

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pemberian larutan jahe merah terhadap ayam broiler yang terinfeksi Eimeria tenella memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P > 0,05) terhadap persentase lemak

abdominal ayam broiler. Ayam broiler yang terinfeksi Eimeria tenella dan diberikan larutan jahe merah memiliki persentase lemak abdominal yang lebih rendah jika dibandingkan dengan pemberian koksidiostat, namun lebih tinggi jika tidak diberikan jahe merah maupun koksidiostat. Secara statistik persentase lemak abdominal pada setiap perlakuan cukup rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat (Waskito, 1983) yang menyatakan bahwa berat lemak abdominal berkisar 2%-2,5% dari bobot karkas, bahkan dapat mencapai 5-6%..

Jika diurutkan berdasarkan persentase lemak abdominal dari yang tertinggi ke yang terendah, maka didapatkan urutan sebagai berikut, yaitu KO, K1, KP, K3 dan K2. Interval antara KO dengan K2 yaitu sebesar 0,36 g, K1 dengan K2 sebesar 0,33 g, dan K3 dengan K2 sebesar 0,12 g, antara KP dengan K2 sebesar 0,15 g. Data diatas menunjukkan bahwa lemak abdominal pada perlakuan K2 lebih rendah daripada perlakuan lainnya.

Rasa pedas yang ada pada jahe merah dapat menurunkan lemak abdominal pada ayam broiler yang terinfeksi Eimeria tenella. Jahe merah mengandung zat bioaktif yaitu minyak atsiri yang dapat merangsang keluarnya getah pankreas dimana getah pankreas mengeluarkan enzim lipase yang dapat memecah asam lemak gliserol sehingga lemak yang terbentuk berkurang.

Dokumen terkait