• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya dan penelitian berlangsung mulai bulan Desember 2013 sampai bulan Februari 2014. Suhu rata harian selama penelitian berlangsung yaitu 31.3 °C, dengan rata-rata suhu pada saat pagi hari 29.2 oC, suhu pada saat siang hari 41.8 oC, dan suhu pada saat sore hari 23.7 oC. Suhu rata-rata harian rumah kaca selama penelitian disajikan pada Gambar 4.

Intensitas radiasi matahari yang tertinggi yang diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor adalah pada 43 MSP yaitu sekitar 14.7 MJ m-2 dan terendah pada 45 MSP yaitu 6.2 MJ m-2 yang disajikan pada Gambar 5.

11

Pertumbuhan tanaman selama penelitian ini menunjukkan semakin melambatnya proses pertumbuhan tanaman, bagian yang mudah diketahui menurunnya pertumbuhan yaitu jumlah daun dan jumlah anakan tanaman, hal ini dikarenakan umur tanaman yang sudah memasuki fase penuaan atau senesen. Menurunnya jumlah anakan dan jumlah daun ini disebabkan karena fase pertumbuhan tanaman yang mulai ke arah fase generatif dan lebih berpusat kepada proses pembentukan minyak (Rosman et al. 2013).

Kondisi daun menunjukkan warna yang semula dari hijau menjadi berubah warna yang semakin kekuningan dan kecoklatan kemudian daun menjadi mengering, dalam hal ini perubahan warna daun dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 5 Intensitas radiasi matahari selama penelitian Gambar 4 Suhu rata-rata harian selama penelitian

12

Gambar A menunjukkan kondisi tanaman pada keadaan awal pertumbuhannya jumlah daunnya masih banyak dan berwarna hijau segar dan pada gambar B menunjukkan kondisi tanaman yang sudah mulai mengalami senesen sehingga menyebabkan menurunnya pertumbuhan tanaman terutama pada jumlah daun dan jumlah anakannya sehingga banyak daun yang berwarna kuning kecoklatan. Perkembangan tanaman selama penelitian tidak mengalami gangguan yang disebabkan oleh penyakit karena tanaman akar wangi tahan terhadap serangan penyakit dan karena tempat penanamannya di rumah kaca sehingga dapat meminimalkan serangan hama dan penyakit terhadap tanaman, sehingga penelitian juga dapat berjalan dengan baik.

Tabel 3 Seluruh peubah pengamatan karakter agronomi dan karakter fisiologi tanaman akar wangi pada saat 48 MSP

Peubah yang diamati

Percobaan 1 (belum pernah dilakukan

pemotongan akar)

Percobaan 2 (sudah pernah dilakukan

pemotongan akar)

Uji-F KK (%) Uji-F KK (%)

Karakter Agronomi

Tinggi tanaman (cm) * 6.44 tn 15.16

Jumlah daun (helai) tn 23.12 tn 21.76tr

Jumlah anakan (unit) * 11.08 tn 20.14tr

Jumlah anakan baru (unit) * 5.28 ** 24.21tr

Bobot basah tajuk (g) tn 20.54 tn 20.02

Bobot kering tajuk (g) * 17.11 * 20.82

Panjang akar (cm) tn 8.93 tn 20.64

Jumlah akar besar (unit) tn 13.71tr tn 23.94tr

Jumlah akar kecil (unit) tn 22.18tr tn 21.57tr

Jumlah akar baru (unit) tn 29.67tr tn 27.37tr

Bobot basah akar (g) tn 18.10 * 11.86

Karakter Fisiologi Klorofil a (mg g-l) - - tn 16.22tr Klorofil b (mg g-l) - - tn 11.46tr Karoten (mg g-l) - - tn 8.99tr Antosianin (µmol g-l) - - tn 7.19tr Klorofil total (mg g-l) - - tn 16.90tr

MSP: minggu setelah perlakuan; tn: tidak nyata; *: berpengaruh nyata pada taraf 5%; **: berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%; tr: transformasi.

Hasil analisis ragam (Tabel 3) menunjukkan bahwa ringkasan hasil penelitian untuk seluruh peubah pengamatan karakter agronomi dan karakter fisiologi pada saat 48 MSP. Berdasarkan hasil rekapitulasi sidik ragam diketahui bahwa konsentrasi larutan hara menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah anakan baru, dan bobot kering tajuk pada percobaan 1 dengan bahan tanam yang belum pernah dilakukan pemotongan akar. Kosentrasi larutan hara juga memberikan pengaruh nyata terhadap hasil jumlah anakan baru, bobot kering tajuk, dan bobot basah akar pada percobaan 2 dengan bahan tanam yang sudah pernah dilakukan pemotongan akar. Konsentrasi larutan hara tidak menunjukkan adanya pengaruh nyata terhadap hasil yang diamati pada seluruh karakter fisiologi pada percobaan 2 dengan bahan tanam yang sudah pernah dilakukan pemotongan akar.

13

Gambar 7 Pertumbuhan tanaman akar wangi (A1, B1, C1, dan D1) tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, dan anakan baru tanaman yang belum dilakukan pemotongan akar. (A2, B2, C2, dan D2) tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, dan anakan baru tanaman yang sudah dilakukan pemotongan akar.

14

Gambar 8 Pertumbuhan akar tanaman akar wangi (E1,F1, G1, dan H1) panjang akar, akar besar, akar kecil, dan akar baru tanaman yang belum dilakukan pemotongan akar. (E2, F2, G2, dan G2) panjang akar, akar besar, akar kecil, dan akar baru tanaman yang sudah dilakukan pemotongan akar

15 Pertumbuhan tanaman dapat dilihat pada Gambar 7 yang menunjukkan bahwa pada umur tanaman yang semakin bertambah pertumbuhannya semakin mengalami penurunan, terutama pada pertumbuhan jumlah daun yang dihasilkan menunjukkan penurunan pada setiap minggunya, begitu pula pada jumlah anakan yang dihasilkan juga ada yang mengalami penurunan. Tinggi tanaman pada setiap minggunya mengalami kenaikan dan begitu pula pada jumlah anakan baru yang menunjukkan adanya perubahan setiap minggunya. Gambar 8 menunjukkan pertumbuhan akar tanaman mengalami banyak peningkatan pada jumlah akar besar dan jumlah akar baru yang dihasilkan sedangkan pertumbuhan panjang akar dan jumlah akar kecil cenderung mengalami pertumbuhan yang stagnan serta hanya mengalami sedikit peningkatan bahkan ada juga yang mengalami penurunan.

Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Akar Wangi

Penelitian ini terdiri dari dua percobaan, dengan bahan tanaman yang belum pernah dilakukan pemotongan akar (percobaan 1), dan dengan bahan tanaman yang sudah pernah dilakukan pemotongan akar (percobaan 2). Konsentrasi larutan hara memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, dan jumlah anakan baru tanaman akar wangi pada umur 48 MSP yang disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Pengaruh konsentrasi larutan hara terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, dan jumlah anakan baru pada umur 48 MSP

Konsentrasi larutan hara

Tinggi tanaman Jumlah daun Jumlah anakan Jumlah anakan baru

(cm) (helai) (unit) (unit)

Percobaan 1 (belum pernah dilakukan pemotongan akar)

200 ppm 50.50b 10.00 4.00b 3.00b

400 ppm 129.60a 221.67 53.33a 25.00a

800 ppm 110.76a 169.00 41.00a 21.66a

Percobaan 2 (sudah pernah dilakukan pemotongan akar)

200 ppm 108.18 113.00 24.50 6.50b

400 ppm 102.53 138.17 35.33 19.50a

800 ppm 110.95 86.33 21.50 9.16b

Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Tinggi tanaman akar wangi

Pertumbuhan tinggi tanaman akar wangi pada umur 48 MSP dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian ini konsentrasi larutan hara memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman akar wangi pada umur 48 MSP pada percobaan 1 dengan bahan tanam yang belum pernah dilakukan pemotongan akar. Konsentrasi larutan hara 400 ppm menunjukkan hasil nilai yang paling baik dari pada konsentrasi larutan hara 200 ppm dan 800 ppm, dapat dilihat tinggi tanaman mencapai 129.60 cm dengan konsentrasi larutan hara 400 ppm, tinggi tanaman mencapai 110.76 cm dengan konsentrasi larutan hara 800 ppm, dan tinggi tanaman mencapai 50.50 cm dengan konsentrasi larutan hara

16

200 ppm pada percobaan 1 dengan bahan tanam yang belum pernah dilakukan pemotongan akar.

Konsentrasi larutan hara tidak memberikan pengaruh nyata tehadap tinggi tanaman akar wangi pada umur 48 MSP pada percobaan 2 dengan bahan tanam yang sudah pernah dilakukan pemotongan akar. Konsentrasi larutan hara 200 ppm menunjukkan tinggi tanaman mencapai 108.18 cm, konsentrasi larutan hara 400 ppm tinggi tanamannya mencapai 102.54 cm, dan konsentrasi larutan hara 800 ppm tinggi tanamannya mencapai 110.95 cm, tetapi pada percobaan 2 ini konsentrasi larutan hara tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman yang dihasilkan.

Tinggi tanaman merupakan salah satu karakter agronomi yang dapat menunjukkan laju pertumbuhan tanaman, dengan karakter ini dapat dilihat bahwa tanaman tersebut mengalami pertumbuhan, dimana dengan ditandai bertambahnya tinggi tanaman tersebut. Tinggi tanaman menunjukkan pertumbuhan yang cepat pada setiap minggunya, tetapi tinggi tanaman tidak menunjukkan adanya hubungan dengan pertumbuhan panjang akar, jadi pada keadaan tanaman yang tinggi belum tentu akan memiliki kondisi akar yang panjang.

Jumlah daun tanaman akar wangi

Pertumbuhan vegetatif jumlah daun tanaman akar wangi dapat dilihat pada Tabel 4. Jumlah daun mengalami pertumbuhan yang semakin menurun setiap minggunya baik pada percobaan 1 dengan bahan tanam yang belum pernah dilakukan pemotongan akar, maupun percobaan 2 dengan bahan tanam yang sudah dilakukan pemotongan akar yang sudah disajikan pada grafik B1 dan grafik B2, dalam Gambar 7. Umur 48 MSP memiliki jumlah daun rata-rata terendah yaitu 10.00 helai dengan konsentrasi larutan hara 200 ppm pada percobaan 1 yang belum pernah dilakukan pemotongan akar, dan umur 48 MSP memiliki jumlah daun terendah rata-rata yaitu 86.33 helai dengan konsentrasi larutan hara 800 ppm pada percobaan 2 yang sudah pernah dilakukan pemotongan akar.

Berdasarkan analisis ragam pada Tabel 4, konsentrasi larutan hara tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman akar wangi pada umur 48 MSP baik dalam percobaan 1 dengan bahan tanam yang belum pernah dilakukan pemotongan akar, maupun dalam percobaan 2 dengan bahan tanam yang sudah pernah dilakukan pemotongan akar. Konsentrasi larutan hara 200 ppm menghasilkan jumlah daun sebanyak 10.00 helai, konsentrasi larutan hara 400 ppm menghasilkan jumlah daun sebnyak 221.67 helai, dan konsentrasi larutan hara 800 ppm menghasilkan jumlah daun sebanyak 169.00 helai pada percobaan 1.

Konsentrasi larutan hara 200 ppm menghasilkan jumlah daun sebanyak 113.00 helai, konsentrasi larutan hara 400 ppm menghasilkan jumlah daun sebanyak 138.17 helai, dan konsentrasi larutan hara 800 ppm menghasilkan jumlah daun sebanyak 86.33 helai pada percobaan 2, tetapi konsentrasi larutan hara ini tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun yang dihasilkan tanaman akar wangi pada umur 48 MSP baik dalam percobaan 1 maupun percobaan 2. Jumlah daun mengalami penurunan pada minggu-minggu sebelumnya dalam Gambar 7, hal ini disebabkan karena daun sudah ada yang mengalami penuaan sehingga ada daun yang mengering, dan dapat menyebabkan terjadinya penurunan jumlah daun.

17 Jumlah daun yang mengalami penurunan ini dikarenakan pertumbuhan tanaman sudah memasuki fase penuaan atau senesen, sehingga dapat menyebabkan daun menjadi layu dan mengering, dan juga dikarenakan stressing yang dilakukan pada masing-masing percobaan menjadikan akar tanaman menjadi tidak tercelup sebagian pada percobaan 1 dengan bahan tanam yang belum pernah dilakukan pemotongan akar sehingga kemampuan penyerapan hara dari akar menuju kebagian tanaman yang lain menjadi terhambat dan dapat menyebabkan daun kekurangan unsur hara yang membuat daun menjadi mengering.

Stressing pada percobaan 2 dengan bahan tanam yang sudah pernah dilakukan pemotongan akar dilakukan membuat akar tanaman yang tidak tercelup dalam air hanya ¼ bagian akar, sehingga masih ada banyak bagian akar yang masih tercelup ke dalam air, hal ini juga mempengaruhi daun yang dihasilkan sehingga masih banyak daun yang masih segar dan sedikit daun yang mengering walaupun dalam jumlah daun yang sedikit. Perbedaan jumlah daun akar wangi yang dihasilkan dapat dillihat pada Gambar 9.

Jumlah anakan tanaman akar wangi

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ini konsentrasi larutan hara memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah anakan yang dihasilkan pada percobaan 1 dengan bahan tanam yang belum pernah dilakukan pemotongan akar pada umur 48 MSP (Tabel 4). Konsentrasi larutan hara 400 ppm menunjukkan hasil jumlah anakan yang paling banyak diantara konsentrasi yang lainnya sebanyak 53.33 unit, konsentrasi larutan hara 800 ppm menghasilkan jumlah anakan sebanyak 41.00 unit, dan konsentrasi larutan hara 200 ppm menghasilkan jumlah anakan yang paling sedikit yaitu 4.00 unit dengan bahan tanam yang belum pernah dilakukan pemotongan akar (percobaan 1).

Konsentrasi larutan hara tidak menunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap hasil jumlah anakan tanaman akar wangi pada percobaan 2 dengan bahan tanam yang sudah pernah dilakukan pemotongan akar. Konsentrasi larutan hara 200 ppm menghasilkan jumlah anakan 24.50 unit, konsentrasi larutan hara 400 ppm menhasilkan jumlah anakan 35.33 unit, dan konsentrasi larutan hara 800 ppm menghasilkan jumlah anakan 21.50 unit pada percobaan 2 dengan bahan tanam yang sudah dilakukan pemotongan akar.

Gambar 9 Jumlah daun tanaman akar wangi pada percobaan 2 dengan bahan tanam yang sudah pernah dilakukan pemotongan akar.

18

Jumlah anakan baru

Jumlah anakan baru tanaman akar wangi dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan data yang diperoleh, konsentrasi larutan hara memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah anakan baru pada umur 48 MSP dalam percobaan 1 dengan bahan tanam yang belum pernah dilakukan pemotongan akar. Konsentrasi larutan hara 400 ppm menghasilkan jumlah anakan baru yang paling tinggi dari konsentrasi larutan hara yang lain yaitu sebanyak 25.00 unit, kemudian konsentrasi larutan hara 800 ppm menghasilkan jumlah anakan baru 21.66 unit, dan pada konsentrasi larutan hara 200 ppm menghasilkan jumlah anakan yang paling sedikit yaitu 3.00 unit dalam percobaan yang bahan tanamnya belum pernah dilakukan pemotongan akar (percobaan1).

Konsentrasi larutan hara memberikan pengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan baru yang dihasilkan tanaman akar wangi pada umur 48 MSP dalam percobaan 2 dengan bahan tanam yang sudah pernah dilakukan pemotongan akar (Tabel 4). Konsentrasi larutan hara 400 ppm menunjukkan hasil jumlah anakan baru yang paling tinggi dibandingkan dengan konsentrasi larutan hara yang lainnya yaitu sebesar 19.50 unit, konsentrasi larutan hara 800 ppm menghasilkan jumlah anakan baru 9.16 unit, dan konsentrasi larutan hara 200 ppm menunjukkan hasil jumlah anakan baru yang paling sedikit yaitu 6.50 unit dalam percobaan yang bahan tanamnya sudah pernah dilakukan pemotongan akar (percobaan 2).

Hampir dari seluruh peubah pengamatan mulai dari tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, dan jumlah anakan baru pada percobaan 1 dan percobaan 2 diketahui nilai yang paling tinggi ditunjukkan dengan konsentrasi larutan hara 400 ppm, konsentrasi larutan hara 800 ppm menghasilkan nilai dari masing-masing peubah dengan nilai yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, sedangkan dengan konsentrasi larutan hara 200 ppm memiliki hasil nilai yang paling rendah dari pada konsentrasi larutan hara yang lain.

Pertumbuhan dan Produksi Akar Tanaman Akar Wangi

Hasil analisis ragam (Tabel 5) menunjukkan bahwa konsentrasi larutan hara tidak memberikan pengaruh nyata terhadap panjang akar, jumlah akar besar, jumlah akar kecil, dan jumlah akar baru pada umur 48 MSP. Panjang akar tanaman yang belum pernah dilakukan pemotongan akar (percobaan 1) dan yang sudah pernah dilakukan pemotongan akar (percobaan 2) pada konsentrasi larutan hara 800 ppm menunjukkan nilai rata-rata paling tinggi dari pada konsentrasi larutan hara 400 ppm dan 200 ppm, sedangkan pada keseluruhan peubah pengamatan jumlah akar besar, jumlah akar kecil, dan jumlah akar baru menunjukkan hasil nilai yang paling baik pada konsentrasi larutan hara 400 ppm.

Metode stressing yang dilakukan menjadikan akar hanya terendam sebagian, sehingga konsentrasi larutan hara tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap jumlah akar baru karena adanya celah dari bagian pangkal tanaman dengan air sehingga akar menjadi lebih sedikit untuk tumbuh, karena tidak mampu menyerap hara dengan efektif. Produksi akar yang paling banyak adalah

19 akar kecil (diameter < 2 mm), antara tanaman yang belum pernah dipotong akarnya (percobaan 1) dan yang sudah pernah dipotong akarnya (percobaan 2), dan konsentrasi larutan hara juga tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah akar kecil yang diberikan pada setiap percobaan.

Tabel 5 Pertumbuhan dan produksi akar tanaman akar wangi umur 48 MSP

Konsentrasi larutan hara

Panjang akar Jumlah akar besar Jumlah akar kecil Jumlah akar baru

(cm) (unit) (unit) (unit)

Percobaan 1 (belum pernah dilakukan pemotongan akar)

200 ppm 135.10 35.00 151.00 5.00

400 ppm 136.60 52.67 209.33 19.33

800 ppm 152.93 21.67 105.00 15.67

Percobaan 2 (sudah pernah dilakukan pemotongan akar)

200 ppm 81.43 16.50 151.40 12.16

400 ppm 85.68 19.83 97.00 13.00

800 ppm 89.48 18.00 118.17 11.16

Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Konsentrasi larutan hara tidak memberikan pengaruh nyata terhadap panjang akar pada umur 48 MSP baik dalam percobaan 1 yang bahan tanamnya belum pernah dilakukan pemotongan akar maupun dalam percobaan 2 yang bahan tanamnya sudah pernah dilakukan pemotongan akar. Panjang akar pada konsentrasi larutan hara 800 ppm pada percobaan 1 dan percobaan 2 menunjukkan nilai yang paling tinggi yaitu dengan panjang 152.93 cm dan 89.48 cm. Konsentrasi larutan hara 400 ppm pada percobaan 1 dan percobaan 2 menunjukkan nilai panjang akar 136.60 cm dan 85.68 cm, dan konsentrasi larutan hara 200 ppm baik pada percobaan 1 maupun percobaan menunjukkan nilai terendah diantara konsentrasi larutan hara yang lain dengan panjang akar 135.10 cm dan 81.43 cm. Panjang akar tanaman akar wangi yang belum pernah dilakukan pemotongan akar dan belum pernah dilakukan pemotongan akar dapat dilihat dalam Gambar 10.

20

Gambar 10 Pajang akar tanaman akar wangi pada percobaan 1 dengan bahan tanam belum pernah dipotong akarnya (A), panjang akar tanaman akar wangi pada percobaan 2 dengan bahan tanam yang sudah pernah dipotong akarnya

Konsentrasi larutan hara juga tidak memberikan pengaruh nyata terhadap hasil jumlah akar besar pada umur 48 MSP dengan bahan tanam yang belum pernah dilakukan pemotongan akar (percobaan 1) dan bahan tanam yang sudah pernah dilakukan pemotongan akar (percobaan 2), data tersaji dalam Tabel 5. Konsentrasi larutan hara 200 ppm menghasilkan jumlah akar besar sebanyak 35.00 unit, konsentrasi larutan hara 400 ppm menghasilkan jumlah akar besar 52.67 unit, dan konsentrasi larutan hara 800 ppm menghasilkan jumlah akar besar 21.67 unit dalam percobaan 1. Konsentrasi larutan hara juga tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah akar kecil pada umur 48 MSP dalam percobaan 1, dan konsentrasi larutan hara juga tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah akar kecil dalam percobaan 2.

Konsentrasi larutan hara 400 ppm menghasilkan jumlah akar kecil paling banyak yaitu 209.33 unit dari konsentrasi larutan hara yang lain berutut-urut 151.00 unit dengan konsentrasi larutan hara 200 ppm dan 105.00 unit dengan konsentrasi larutan hara 800 ppm dalam percobaan 1. Konsentrasi larutan hara yang menghasilkan jumlah akar kecil paling tinggi dalam percobaan 2 yaitu pada konsentrasi 200 ppm mencapai 151.40 unit, kemudian berurut-urut pada konsentrasi 800 ppm 118.17 unit dan pada konsentrasi 400 ppm menghasilkan jumlah akar kecil yang paling sedikit yaitu 97.00 unit. Umur 48 MSP konsentrasi larutan hara tidak menunjukkan adanya pengaruh nyata terhadap jumlah akar baru yang dihasilkan pada tanaman yang belum pernah dilakukan pemotongan akar (percobaan 1) dan pada tanaman yang sudah pernah dilakukan pemotongan akar (percobaan 2).

21

Gambar 11 Kriteria akar besar, akar kecil, dan akar baru pada tanaman akar wangi

Kriteria akar besar dalam penelitian ini yaitu dengan kondisi diameter akar > 2 mm dalam hal ini dapat dikategorikan sebagai akar besar, dimana akar besar biasanya sudah mengeras dan berwarna cokelat ketuaan. Kriteria akar kecil dalam penelitian ini yaitu dengan kondisi diameter akar < 2 mm dalam hal ini dapat dikategorikan sebagai akar kecil, dimana akar akar kecil biasanya masih belum mengeras dan masih rapuh sehingga dapat terjadi kerontokan pada saat proses pemanenan. Kriteria akar baru dalam penelitian ini yaitu dengan kondisi akar yang masih berwarna putih dan masih baru muncul dari pangkal tanaman, dalam hal ini pengelompokan akar dapat memudahkan untuk melakukan pengamatan pada setiap minggunya. Kriteria akar besar, akar kecil, dan akar baru terdapat pada Gambar 11.

Kandungan Klorofil pada Tanaman Akar Wangi

Hasil analisis ragam (Tabel 6) menunjukkan bahwa kandungan klorofil tanaman akar wangi dilakukan uji klorofil pada umur 48 MSP, kandungan klorofil tanaman akar wangi pada percobaan 1 dimana bahan tanamnya belum pernah dilakukan pemotongan akar tidak dilakukan uji klorofil dikarenakan tanaman pada percobaan 1 ini sudah banyak yang mengalami kematian sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan pengambilan sampel daun. Kandungan klorofil tanaman akar wangi pada percobaan 2 dimana bahan tanamnya sudah pernah dilakukan pemotongan akar dilakukan uji klorofil karena pada percobaan ini kondisi daun tanaman masih banyak yang segar walaupun dalam jumlah daun

22

yang sedikit tetapi masih memungkinkan untuk dilakukan pengambilan sampel daun, sehingga dilakukan uji klorofil pada percobaan 2.

Konsentrasi larutan hara tidak memberikan pengaruh nyata terhadap uji klorofil yang dilakukan pada percobaan 2. Konsentrasi larutan hara tidak menunjukkan adanya pengaruh nyata terhadap peubah yang diamati yaitu peubah klorofil a, klorofil b, karoten, antosianin, dan klorofil total pada percobaan 2 dimana bahan tanam yang digunakan yaitu bahan tanam yang sudah pernah dilakukan pemotongan akarnya.

Tabel 6 Kandungan klorofil pada tanaman akar wangi pada umur 48 MSP

Konsentrasi larutan hara Klorofil a Klorofil b Karoten Antosianin

Klorofil Total

(mg g-l) (mg g-l) (mg g-l) (µmol g-l) (mg g-l)

Percobaan 1 (belum pernah dilakukan pemotongan akar)

200 ppm - - - - -

400 ppm - - - - -

800 ppm - - - - -

Percobaan 2 (sudah pernah dilakukan pemotongan akar)

200 ppm 1.50 0.54 0.36 0.24 2.04

400 ppm 2.75 0.94 0.58 0.30 3.69

800 ppm 2.34 0.80 0.48 0.26 3.14

Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Kandungan antosianin daun segar pada tanaman akar wangi ini rata-rata nilainya 0.26 µmolg-l lebih rendah dibandingkan dengan kandungan klorofil dan karoten, karena antosianin merupakan pigmen warna merah sampai biru dan aktivitas pembentukannya terjadi secara bersamaan dengan pembentukan klorofil. Klorofil disintesis pada daun dan berperan untuk menangkap cahaya matahari yang jumlahnya berbeda-beda untuk setiap tanaman, karoten berpigmen kuning sampai merah dengan rumus empiris C40H56 yang membantu menyerap spektrum cahaya matahari kemudian diteruskan ke klorofil a dan klorofil b karena energi eksitasi digunakan untuk proses fotosintesis, dimana klorofil a (juga disebut A0) merupakan penerima elektron utama yang tidak hanya berperan dalam pemanenan cahaya, pengubah energi cahaya menjadi energi kimia, dan bertindak sebagai penyumbang elektron utama, sehingga nilai kandungan klorofil dan karoten lebih besar dari kandungan antosianin yang dihasilkan (Govindjee and Coleman 1990).

Biomassa yang dihasilkan oleh Tanaman Akar Wangi

Hasil analisis ragam (Tabel 7) menunjukkan bahwa biomassa yang dihasilkan tanaman akar wangi pada saat umur 48 MSP atau pada saat tanaman sudah bertepatan dengan waktu panen memiliki hasil yang cukup banyak. Konsentrasi larutan hara tidak menunjukkan adanya pengaruh nyata terhadap biomassa bobot basah tajuk yang dihasilkan tanaman akar wangi baik dalam percobaan 1 dengan kondisi bahan tanam yang belum dilakukan pemotongan akar maupun dalam percobaan 2 dengan kondisi bahan tanam yang sudah dilakukan pemotongan akar. Bobot basah tajuk yang dihasilkan kemudian dilakukan

Dokumen terkait