A.
Penelitian Pendahuluan
Pada penelitian pendahuluan dilakukan penjemuran kulit biji jambu mede
di ruang terbuka dengan terik sinar matahari selama 3 hari untuk mengurangi
kandungan air pada kulit biji jambu mede serta zat-zat yang tidak diinginkan
dalam proses pembuatan arang aktif. Pada analisa awal, diperoleh kadar air pada
kulit biji jambu mede berkisar antara 5,95 – 23,5 % dengan rata-rata sebesar
17,9 %. Besarnya rentang kisaran kadar air pada kulit biji jambu mede ini
disebabkan karena tidak semua zat-zat yang terkandung dalam kulit biji jambu
mede ini dapat menguap dengan hanya panas sinar matahari.
Kulit biji jambu mede selanjutnya dikarbonasi menjadi arang pada suhu ±
500
oC selama 5 jam. Pada proses karbonasi ini digunakan tungku pengarangan
dengan sistem tertutup dengan memanfaatkan panas dari aliran listrik. Dengan
pengarangan sistem tertutup ini kemungkinan dihasilkannya abu sangat kecil
sekali karena tidak ada oksigen yang masuk ke dalam tungku pengarangan. Jika
ada yang menjadi abu berarti suhu yang dipakai sudah mencapai 1000
oC. Pada
proses karbonasi terjadi proses penguraian selulosa organik menjadi unsur karbon
dan pengeluaran unsur-unsur nonkarbon. Pada prores karbonasi ini kulit biji
jambu mede yang dimasukkan sebanyak 2500 gr dan rendemen yang dihasilkan
setelah proses karbonasi berkisar antara 20,08 – 22,12 % dengan rata-rata
21,27 %.
Pada proses karbonasi ini, juga dihasilkan campuran antara cairan
destilat/asap cair dan minyak mete (ter) sebanyak 1391,94 gr. Asap cair diperoleh
dari hasil pengkondendasian asap yang memiliki komponen utama berupa asam,
fenol, dan karbonil. Pada proses karbonasi kulit biji jambu mede ini minyak mede
(ter) yang dihasilkan lebih banyak daripada cairan destilatnya. Banyaknya minyak
yang dihasilkan ini karena ketika dilakukan pengeringan dengan penjemuran,
minyak mete tidak mudah menguap begitu saja mengingat minyak mete tergolong
minyak yang sukar menguap pada suhu penjemuran. Pada umumnya, minyak
mete ini akan menguap ketika pada proses karbonasi suhunya telah mencapai ±
300
oC. Menguapnya minyak mete dan cairan destilat biasanya ditandai dengan
munculnya asap pada tabung penampungan yang berarti di dalam bahan yang
akan diarangkan masih mengandung komponen-komponen air dan minyak yang
dapat mengganggu kemampuan arang dalam menyerap gas atau cairan.
Dari hasil proses karbonasi, diperoleh kandungan karbon terikat arang
kulit biji jambu mede berkisar antara 73,65 – 81,70 %. Hal ini menunjukkan
bahwa arang kulit biji jambu mede berpotensi untuk dijadikan sebagai arang aktif
(activated charcoal). Menurut Djatmiko et al. (1985), arang dapat dikonversi
menjadi arang aktif bila mengandung kadar karbon terikat yang cukup tinggi
yaitu sekitar 70 – 80 %.
Daya serap arang ditingkatkan dengan proses aktifasi pada suhu tinggi
dan penambahan bahan pengaktif. Menurut Cooney (1980), proses aktifasi dapat
menghilangkan hidrokarbon yang melapisi permukaan arang sehingga dapat
meningkatkan porositas arang.
Aktifasi arang dilakukan dengan merendam arang sebanyak 300 gr pada
H
3PO
41, 5, 10, 15, dan 20 % selama 24 jam kemudian diaktifasi dengan
pemanasan pada suhu ± 650, 750, dan 850
oC selama 4 jam yang diselingi dengan
pemberian steam panas selama 1 jam. Sehingga diperoleh rendemen rata-rata
sebesar 69,59 %. Hasil analisa fisiko kimia penelitian pendahuluan dapat dilihat
pada Lampiran 2.
Hasil analisa fisiko kimia yang dilakukan menunjukkan bahwa sampel
yang diaktifasi dengan suhu 850
oC memiliki nilai daya serap terhadap iod yang
lebih tinggi yakni berkisar antara 606,25 – 839,52 mg/g. Nilai ini jauh lebih besar
bila dibandingkan dengan sampel yang diaktifasi dengan suhu 650
oC yakni
hanya berkisar antara 188,47 – 351,26 mg/g dan 750
oC yang hanya berkisar
antara 273 – 552,87 mg/g. Tingginya nilai daya serap arang aktif terhadap iodium
pada suhu 850
oC menunjukkan bahwa aktifasi pada suhu tinggi akan
menyebabkan semakin banyak pelat-pelat karbon yang bergeser yang akan
mendorong senyawa hidrokarbon, ter, senyawa organik lainnya untuk keluar pada
saat aktifasi sehingga struktur mikropori arang aktif akan semakin banyak yang
terbentuk dan luas permukaan arang aktif yang dihasilkan juga semakin besar.
Akibatnya, penyerapan terhadap iod juga bertambah besar. Penambahan
konsentrasi H
3PO
4kurang begitu berpengaruh terhadap daya serap arang aktif
terhadap iod. Perendaman dengan H
3PO
4dapat meningkatkan daya serap arang
aktif terhadap iod yakni berkisar antara 801,63 – 839,52 mg/g. Nilai ini lebih
tinggi bila dibandingkan terhadap arang yang tidak direndam dengan H
3PO
4yakni
sebesar 606,25 mg/g. Besarnya penyerapan arang aktif terhadap iod dikarenakan
pada saat proses aktifasi H
3PO
4akan meresap masuk ke dalam kisi-kisi plat
karbon arang dan akan mengeluarakan senyawa-senyawa hidrokarbon, ter,
destilat, serta senyawa non karbon sehingga pori-pori arang akan bertambah
besar.
Dari hasil analisa yang dilakukan terhadap arang yang sudah diaktifasi
diperoleh sampel arang aktif dengan kualitas terbaik. Sampel arang aktif yang
digunakan pada penelitian utama adalah sampel yang memiliki daya serap
terhadap iod yang tinggi. Dari hasil analisa sifat fisiko kimia arang aktif yang
meliputi rendemen, kadar air, kadar abu, kadar zat terbang, kadar karbon terikat,
dan daya serap iod, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan arang aktif terbaik
dimiliki oleh sampel dengan perendaman H
3PO
45 % dan suhu aktifasi 850
oC
(A2B3). Untuk mengetahui seberapa besar perubahan daya serap arang aktif
terhadap larutan dan gas maka dilakukan variasi terhadap pemberian steam panas
pada proses aktifasi yakni steam dengan lama waktu 1, 2 dan 3 jam.
B.
Penelitian Utama
Arang aktif yang dihasilkan memiliki penampilan fisik berupa warna dan
bentuk yang sama dengan arangnya. Arang aktif ini kemudian dihaluskan lagi
hingga menyerupai serbuk arang aktif. Serbuk arang aktif ini memiliki warna
hitam, tidak berbau serta tidak larut dalam air.
Karakteristik arang aktif yang dihasilkan dalam penelitian ini, ada yang
memenuhi standar kualitas arang aktif dan ada yang tidak memenuhi standar
kualitas arang aktif menurut SNI 06-3730-95. Karakteristik tersebut meliputi :
1.
Rendemen Arang Aktif
Penetapan rendemen arang aktif bertujuan untuk mengetahui jumlah
arang aktif yang dihasilkan dari proses karbonasi dan aktifasi. Pada penelitian ini
nilai rendemen yang dihasilkan berkisar antara 34,30 – 70,67 %. Rendemen arang
aktif yang tertinggi terdapat pada sampel A1B1S1 (perendaman dengan H
3PO
45
%, suhu aktifasi 850
oC, dan waktu steam selama 1 jam) sebesar 70,67 %. Bila
dibandingkan dengan sampel A0B1S1 (tanpa perendaman, suhu aktifasi 850
oC,
dan waktu steam selama 1 jam) yang hanya sebesar 68,62 %, terlihat bahwa
faktor perendaman cenderung mempengaruhi jumlah rendemen yang dihasilkan.
Sedangkan rendemen terkecil terdapat pada sampel A0B1S3 (tanpa perendaman,
suhu aktifasi 850
oC, dan waktu steam selama 3 jam) sebesar 34,30 %.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis bahan baku, bentuk bahan
baku (serbuk atau granulat), konsentrasi H
3PO
4dan lamanya waktu steam yang
diberikan pada proses aktifasi serta interaksi antara faktor-faktor tersebut
berpengaruh nyata terhadap rendemen arang aktif yang dihasilkan.
Peningkatan konsentrasi H
3PO
4yang digunakan mampu meningkatkan
rendemen arang aktif yang dihasilkan. Menurut Hartoyo (1993), bahan kimia
yang ditambahkan dapat memperlambat laju reaksi pada proses oksidasi. Hal ini
menunjukkan bahwa H
3PO
4selain berfungsi sebagai pelindung bahan dari panas
sehingga semakin tinggi konsentrasi H
3PO
4yang digunakan maka semakin sedikit
bahan yang terbakar pada saat aktifasi. H
3PO
4juga berfungsi sebagai pembersih
kotoran yang menempel pada permukaan arang aktif.
Peningkatan suhu aktifasi yang digunakan mampu menurunkan rendemen
arang aktif yang dihasilkan. Menurut teori kinetika, semakin tinggi suhu reaksi
yang digunakan maka laju reaksi akan bertambah cepat. Peningkatan suhu akan
mempercepat laju reaksi antara karbon dengan uap air sehingga semakin banyak
karbon yang terkonversi menjadi H
2O dan CO
2dan semakin sedikit karbon yang
tersisa. Hal ini mengakibatkan rendemen arang aktif yang diperoleh rendah
(Hudaya dan Hartoyo, 1990).
Peningkatan waktu steam panas pada saat aktifasi dapat menurunkan
rendemen arang aktif yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan semakin lama waktu
steam panas disemprotkan pada permukaan arang, akan mengakibatkan
permukaan pori pada arang menjadi semakin terbuka lebar sehingga akan
mengurangi rendemen yang dihasilkan
Hubungan rendemen arang aktif dengan faktor perendaman dan lamanya
waktu steam disajikan pada Gambar 15 di bawah ini.
0 10 20 30 40 50 60 70 80
A0B1S1 A0B1S2 A0B1S3 A1B1S1 A1B1S2 A1B1S3
Perlakuan R e ndem e n ( % ) Keterangan :
A0 = Blanko (tanpa perendaman H3PO4) S1 = Steam selama 1 jam
A1 = Sampel dengan perendaman H3PO4 5 % S2 = Steam selama 2 jam
B1 = Suhu Aktifasi 850oC S3 =
Steam selama 3 jam
2.
Kadar Air
Penetapan kadar air arang aktif bertujuan untuk mengetahui sifat
higroskopis arang aktif. Hubungan kadar air dengan faktor perendaman dan
lamanya waktu steam disajikan pada Gambar 16 di bawah ini.
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
A0B1S1 A0B1S2 A0B1S3 A1B1S1 A1B1S2 A1B1S3 P N SNI
Perlakuan K a d a r A ir ( % ) Ulangan 1 Ulangan 2
Keterangan :
A0
: Blanko (tanpa perendaman H
3PO
4)
A1
: Perendaman dengan H
3PO
45 %
B1
: Aktifasi pada Suhu 850
0C
S1 : Steam selama 1 jam
S2 : Steam selama 2 jam
S3 : Steam selama 3 jam
P
: Arang aktif pasaran (batu bara muda)
N
: Arang tanpa perendaman H
3PO
4dan tanpa Aktifasi (kontrol)
SNI
: Maksimal 15 %
Gambar 16. Histogram Kadar Air Arang Aktif
Nilai kadar air yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar antara 3,38 –
9,82 %. Nilai kadar air dari semua sampel yang dihasilkan memenuhi standar
kualitas arang aktif berbentuk serbuk menurut SNI 06-3730-95 yaitu lebih rendah
dari 15 % (lihat Tabel 2). Dari Gambar 16 terlihat bahwa kadar air terendah
terdapat pada perlakuan A0B1S1 dengan kisaran antara 3,38 – 3,89 % dan yang
tertinggi terdapat pada perlakuan A1B1S2 dengan kisaran antara 9,27 – 9,82 %.
Kisaran tersebut masih lebih rendah bila dibandingkan dengan kadar air pada
arang aktif pasaran (batu bara muda) yang berkisar antara 13,42 – 16,80 %.
Rendahnya kadar air ini disebabkan karena terjadi reaksi antara H
2O yang
terdapat pada arang aktif dengan CO yang manghasilkan gas CO
2dan H
2.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa lamanya waktu steam dan
interaksi antara faktor perendaman dan lamanya waktu steam tidak berpengaruh
nyata terhadap kadar air arang aktif sedangkan faktor perendaman sangat
berpengaruh nyata terhadap kadar air arang aktif.
Kadar air yang dikehendaki harus bernilai sekecil-kecilnya karena kadar
air yang besar akan mempengaruhi daya serap arang aktif terhadap gas ataupun
cairan (Pari, 1996). Kadar air yang terkandung dalam arang aktif dapat
dipengaruhi oleh jumlah uap air di udara, lama proses pendinginan, penggilingan
dan pengayakan. Sampel yang bersifat higroskopis mudah sekali menyerap uap
air di udara karena struktur arang aktif yang terdiri dari 6 atom C pada sudut
heksagonal yang memungkinkan uap air (H
2O) terperangkap di dalamnya dan
tidak dapat dilepas pada kondisi pengeringan oven 105
oC, sehingga semakin lama
proses pendinginan, penggilingan dan pengayakan dapat meningkatkan kadar air
dalam arang aktif. Menurut Sudradjat (1985) semakin tinggi suhu maka jumlah
air yang menguap akan lebih banyak. Kadar air yang tinggi akan mengurangi
daya adsorbsi arang aktif terhadap gas maupun cairan.
3.
Kadar Abu
Abu merupakan komponen anorganik yang tertinggal setelah bahan
dipanaskan pada suhu 500-600
oC dan terdiri dari kalium, natrium, magnesium,
kalsium dan komponen lain dalam jumlah kecil (Josylyn, 1970). Penetapan kadar
abu bertujuan untuk menentukan kandungan oksida logam dalam arang aktif.
Nilai kadar abu yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar antara 5,61 –
9,46 %. Nilai ini masih memenuhi standar kualitas arang aktif serbuk (SNI 06-
3730-1995) sebesar maksimal 10 %. Nilai terendah terdapat pada perlakuan
A0B1S3 (tanpa perendaman H
3PO
4,steam 3 jam) dengan kisaran antara 5,61 –
6,58 % dan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan A1B1S1 (perendaman H
3PO
4,steam 1 jam) dengan kisaran antara 7,54 – 9,46 %. Nilai kadar abu yang rendah
lebih disebabkan karena terjadi reaksi pertukaran ion antara mineral yang terdapat
pada arang dengan atom hidrogen. Nilai kadar abu semua perlakuan yang
dihasilkan menunjukkan nilai yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai
kadar abu pada arang aktif pasaran (batu bara muda) yang berkisar antara 2,99 –
3,33 %. Hal ini disebabkan pada waktu aktifasi terjadi kontak dengan udara yang
mengakibatkan terjadinya proses pembakaran, sehingga arang aktif yang
dihasilkan berubah menjadi abu. Bila dibandingkan dengan nilai kadar abu yang
dihasilkan pada arang yang tidak mengalami perendaman dan tidak diaktifasi
(kontrol), nilainya cenderung seimbang yakni sebesar 6,33 – 9,04 %.
Hubungan kadar abu arang aktif dengan faktor perendaman dan lamanya
waktu steam disajikan pada Gambar 18 di bawah ini.
0 2 4 6 8 10 12
A0B1S1 A0B1S2 A0B1S3 A1B1S1 A1B1S2 A1B1S3 P N SNI
Perlakuan K a da r A b u (% ) Ulangan 1 Ulangan 2
Keterangan :
A0
: Blanko (tanpa perendaman H
3PO
4)
A1
: Perendaman dengan H
3PO
45 %
B1
: Aktifasi pada Suhu 850
0C
S1 : Steam selama 1 jam
S2 : Steam selama 2 jam
S3 : Steam selama 3 jam
P
: Arang aktif pasaran (batu bara muda)
N
: Arang tanpa perendaman H
3PO
4dan tanpa Aktifasi (kontrol)
SNI
: Maksimal 10 %
Analisa sidik ragam menunjukkan bahwa faktor perendaman, faktor
lamanya waktu steam, dan interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap nilai kadar abu yang dihasilkan.
Adanya kadar abu yang tinggi disebabkan karena terjadinya proses
oksidasi lebih lanjut terutama dari partikel yang halus. Kadar abu yang besar
dapat mengurangi kemampuan arang aktif untuk menyerap gas dan larutan
(Sudrajat, 1985) karena kandungan mineral yang terdapat di dalam abu seperti
kalium, natrium, magnesium dan kalsium akan menyebar dalam kisi-kisi arang
aktif sehingga menutupi pori-pori arang aktif. Di samping itu, tingginya nilai
kadar abu juga disebabkan oleh adanya peningkatan suhu aktifasi. Semakin tinggi
suhu aktifasi maka jumlah arang aktif yang tersisa semakin sedikit sedangkan
kandungan bahan anorganik dalam arang aktif tetap atau bertambah akibat
terbentuknya oksida logam hasil interaksi asam fosfat dengan besi kawat kasa
pembungkus arang aktif dan tungku aktifasi (retort) sehingga persentase
kandungan bahan anorganik dalam arang aktif menjadi tinggi.
4.
Kadar Zat Terbang
Penetapan nilai kadar zat terbang bertujuan untuk mengetahui kandungan
senyawa yang belum menguap pada proses karbonasi dan aktifasi tetapi menguap
pada suhu 950
oC.
Nilai kadar zat terbang arang aktif yang dihasilkan pada penelitian ini
berkisar antara 8,73 – 19,52 %. Kadar zat terbang semua sampel yang dihasilkan
memenuhi standar arang aktif berbentuk serbuk memenuhi SNI 06-3730-95 yaitu
di bawah 25 %. Nilai kadar zat terbang terendah terdapat pada perlakuan A1B1S1
(dengan perendaman H
3PO
4) dengan kisaran antara 8,73 – 9,70 % dan nilai
tertinggi terdapat pada perlakuan A0B1S1 (tanpa perendaman dengan H
3PO
4)
Hubungan kadar zat terbang arang aktif dengan faktor perendaman dan
lamanya waktu steam disajikan pada Gambar 17 di bawah ini.
0 5 10 15 20 25 30
A0B1S1 A0B1S2 A0B1S3 A1B1S1 A1B1S2 A1B1S3 P N SNI
Perlakuan K a da r Za t T e rb a n g ( % ) Ulangan 1 Ulangan 2
Keterangan :
A0
: Blanko (tanpa perendaman H
3PO
4)
A1
: Perendaman dengan H
3PO
45 %
B1
: Aktifasi pada Suhu 850
0C
S1 : Steam selama 1 jam
S2 : Steam selama 2 jam
S3 : Steam selama 3 jam
P
: Arang aktif pasaran (batu bara muda)
N
: Arang tanpa perendaman H
3PO
4dan tanpa Aktifasi (kontrol)
SNI
: Maksimal 25 %
Gambar 17. Histogram Kadar Zat Terbang Arang Aktif
Analisa sidik ragam menunjukkan bahwa faktor perendaman dengan,
lamanya waktu steam dan interaksi keduanya sangat berpengaruh nyata terhadap
nilai kadar zat terbang yang dihasilkan. Dari uji lanjut dengan Uji Newman-
Keuls, perendaman dengan H
3PO
4mamberikan pengaruh yang lebih kecil
terhadap zat terbang arang aktif bila dibandingkan dengan arang aktif tanpa
perendaman dengan H
3PO
4.Lamanya waktu steam juga memberikan pengaruh
yang sangat nyata terhadap kadar zat terbang. Steam dengan lama 1 jam dapat
memberikan nilai zat terbang yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan steam 2
dan 3 jam yakni rata-rata 13,94 dan steam dengan lama 2 dan 3 jam memberikan
pengaruh yang sama terhadap nilai zat terbang arang aktif yakni dengan rata-rata
10,625 dan 10,488. Interaksi antara faktor perendaman dan faktor steam juga
berpengaruh sangat nyata dimana sampel dengan perlakuan A0B1S1 (tanpa
perendaman, aktifasi 850
oC, steam 1 jam) menghasilkan rataan nilai zat terbang
yang lebih besar bila dibandingkan dengan nilai rataan zat terbang dari sampel
perlakuan yang lain.
Penambahan bahan aktifasi seperti H
3PO
4dan peningkatan konsentrasi
H
3PO
4cenderung menurunkan kadar zat terbang. Hal ini dapat terjadi karena
H
3PO
4yang ditambahkan meresap, melapisi dan melindungi bahan dari panas
sehingga semakin tinggi konsentrasi H
3PO
4maka jumlah bahan yang ikut
terbakar semakin sedikit, sedangkan jumlah sulfur dan nitrogen yang terdapat
dalam bahan jumlahnya tetap. Hal ini menyebabkan persentase kandungan sulfur
dan nitrogen rendah dalam sampel yang ditambahkan H
3PO
4konsentrasi tinggi.
Peningkatan suhu aktifasi cenderung menurunkan kadar zat terbang. Hal
ini terjadi karena pada suhu tinggi penguraian senyawa non karbon seperti CO
2,
CO, CH
4dan H
2dapat berlangsung sempurna (Kuriyama, 1961). Nilai kadar zat
terbang yang tinggi akan mengurangi kemampuan arang aktif dalam
mengadsorbsi gas dan larutan.
5.
Kadar Karbon Terikat
Penentuan kadar karbon terikat pada arang aktif bertujuan untuk
mengetahui kandungan karbon setelah proses karbonisasi. Nilai kadar kadar
karbon terikat yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar antara 73,27 – 83,56
%. Kisaran kadar karbon ini tidak beda jauh dengan nilai kisaran karbon terikat
pada arang aktif pasaran (batu bara muda) dan arang (tanpa perendaman dan
tanpa aktifasi) yang masing-masing berkisar antara 83,24 – 83,75 % dan 73,65 –
81,70 %. Nilai kadar karbon terikat terendah terdapat pada perlakuan A0B1S1
(tanpa perendaman H
3PO
4,steam1 jam) dengan rata-rata kisaran sebesar 73,99 %
sedangkan nilai kadar karbon terikat tertinggi terdapat pada perlakuan A1B1S2
(dengan perendaman H
3PO
4,steam 2 jam) dengan rata-rata kisaran sebesar 83,15
%. Nilai kisaran kadar karbon terikat semua sampel yang dihasilkan memenuhi
standar arang aktif berbentuk serbuk menurut
SNI
06-3730-1995
(minimum 65 %).
Analisa sidik ragam menunjukkan bahwa faktor perendaman, faktor
Steam dan interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap nilai karbon terikat
pada arang aktif. Nilai kadar karbon terikat dipengaruhi oleh nilai kadar zat
terbang dan kadar abu setiap sampel. Semakin besar nilai kadar zat terbang dan
kadar abu maka kadar karbon terikat akan semakin rendah. Selain itu, kadar
karbon terikat juga dipengaruhi oleh lamanya waktu reaksi yang menyebabkan
zat kimia yang bereaksi semakin banyak sehingga jumlah karbon yang tersisa
semakin sedikit. Dengan kata lain, abu yang dihasilkan pada proses tersebut
semakin banyak (Pari, 1996).
Hubungan kadar karbon terikat arang aktif dengan faktor perendaman dan
lamanya waktu Steam disajikan pada Gambar 19 di bawah ini.
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
A0B1S1 A0B1S2 A0B1S3 A1B1S1 A1B1S2 A1B1S3 P N SNI
Perlakuan K a da r K a rbon T e ri k a t ( % ) Ulangan 1 Ulangan 2
Keterangan :
A0
: Blanko (tanpa perendaman H
3PO
4)
A1
: Perendaman dengan H
3PO
45 %
B1
: Aktifasi pada Suhu 850
0C
S1 : Steam selama 1 jam
S2 : Steam selama 2 jam
S3 : Steam selama 3 jam
P
: Arang aktif pasaran (batu bara muda)
N
: Arang tanpa perendaman H
3PO
4dan tanpa Aktifasi (kontrol)
SNI
: Minimal 65 %
6.
Daya Serap terhadap Iod
Penetapan daya serap arang aktif terhadap Iodium bertujuan untuk
mengetahui kemampuan arang aktif untuk menyerap larutan berwarna. Nilai daya
serap iod yang diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 472,85 – 839,52
mg/g. Daya serap iod untuk arang aktif pasaran dan arang (tanpa perendaman dan
tanpa aktifasi) berkisar antara 743,08 – 753,12 mg/g dan 188,31 – 243,00 mg/g.
Daya serap iod yang diperoleh pada penelitian ini ada yang memenuhi standar
SNI 06-3730-1995 dan ada yang tidak memenuhi (minimal 750 mg/g). Adanya
arang aktif yang tidak memenuhi standar SNI 06-3730-1995 bisa disebabkan
karena masih banyaknya senyawa hidrokarbon yang terdapat pada permukaan
arang aktif. Rendahnya daya serap arang aktif ini juga dapat disebabkan oleh
kerusakan atau erosi dinding pori karbon yang juga menggambarkan struktur
mikropori yang terbentuk sedikit dan tidak dalam pada saat proses aktifasi.
Analisa ragam menunjukkan bahwa faktor perendaman, faktor lamanya
waktu steam, dan interaksi keduanya memberikan pengaruh yang sangat nyata
terhadap nilai daya serap iod yang dihasilkan dari masing-masing sampel
perlakuan. Dari uji lanjut Newman-Keuls, untuk faktor perendaman menunjukkan
bahwa sampel yang direndam dengan H
3PO
4akan menghasilkan sampel dengan
daya serap iod yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang tidak direndam
dengan H
3PO
4sama sekali. Pada faktor steam, terlihat bahwa sampel yang diberi
uap (steam) selama 1 jam lebih baik daripada sampel yang diberi uap (steam)
selama 2 dan 3 jam. Ketiganya memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata
terhadap daya serap iod arang aktif. Pada faktor interaksi antara keduanya juga
memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya serap iod. Sampel
A1B1S1 memiliki nilai rata-rata daya serap iod yang paling tinggi bila
dibandingkan dengan yang lainnya.
Peningkatan suhu aktifasi mampu meningkatkan daya serap arang aktif
terhadap iodium. Hal ini dapat disebabkan karena semakin tinggi suhu maka
semakin banyak pelat-pelat karbon yang bergeser yang akan mendorong senyawa
hidrokarbon, ter, senyawa organik lainnya untuk keluar pada saat aktifasi.
Hubungan daya serap iodium arang aktif dengan faktor perendaman dan
lamanya waktu steam disajikan pada Gambar 20 di bawah ini.
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900
A0B1S1 A0B1S2 A0B1S3 A1B1S1 A1B1S2 A1B1S3 P N SNI
Perlakuan D a y a S e ra p Iod ( m g /g) Ulangan 1 Ulangan 2