• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberian Jenis Starter

Dari hasil penelitian yang dilakukan, pemberian jenis starter berpengaruh terhadap perbandingan C / N, dan tidak berpengaruh terhadap rendemen dan pH pupuk cair. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh pemberian jenis starter terhadap perbandingan C /N, rendemen, dan pH pupuk cair.

C/N pH Rendemen

S1 = EM4 21,15 5,89 120,57

S2 = Air kelapa 17,24 5,91 118,43

S3 = EM4 + air kelapa 21,37 5,90 123,63

Dari Tabel 3. dapat diketahui bahwa pada perbandingan C/N tertinggi terdapat pada pemberian starter EM4 ditambah air kelapa (S3) yaitu sebesar 21,37 dan terendah pada pemberian starter air kelapa (S2) yaitu sebesar 17,24. nilai pH tertinggi terdapat pada pemberian starter air kelapa (S2) yaitu sebesar 5,91 dan terendah pada pemberian starter EM4 (S1) yaitu sebesar 5,89. Sedangkan rendemen tertinggi terdapat pada pemberian starter EM ditambah air kelapa (S3) yaitu sebesar 123,63 % dan terendah terdapat pada pemberian starter air kelapa (S2) yaitu sebesar 118,43 %.

Untuk analisa tingkat perbedaan masing-masing parameter tentang berbagai pemberian jenis starter terhadap parameter maka dilakukan uji statistik lebih lanjut dengan hasil sebagai berikut :

Perbandingan C/N

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 1.) dapat diketahui bahwa pemberian jenis starter memberikan pengaruh sangat nyata terhadap perbandingan C/N. Hasil

pengujian dengan least significant range (LSR) menunjukkan bahwa pengaruh pemberian jenis starter terhadap perbandingan C/N untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Uji LSR efek utama pengaruh pemberian starter terhadap perbandingan C/N kompos cair.

Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi

0.05 0.01 0.05 0.01

- - - S2 17.23 a A

2 2.117 3.356 S1 21.15 b B

3 2.221 3.026 S3 21.37 b B

Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda nyata pada taraf 1%.

Dari Tabel 4. dapat diketahui bahwa perlakuan S1 berbeda sangat nyata dengan S2 dan berbeda tidak nyata terhadap perlakuan S3. Sedangkan perlakuan S2 berbeda sangat nyata dengan perlakuan S3. Perbandingan C/N tertinggi terdapat pada perlakuan S3 yaitu 21,37 dan terendah pada S2 yaitu 17,23.

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 S 1 S 2 S 3 J enis S tarter P e rb a n d in g a n   C

Gambar 1. Hubungan pemberian jenis starter dengan perbandingan C/N Dari Gambar 1. dapat diketahui bahwa starter yang menggunakan EM4 memiliki perbandingan C/N yang tinggi.

Menurut Indriani (2004) bahwa dengan bertambahnya jumlah mikroorganisme diharapkan proses pengomposan akan lebih cepat. Pada proses pengomposan terjadi penguraian (perubahan) yang menyebabkan kadar karbohidrat akan hilang atau turun dan senyawa N yang larut (amonia) meningkat.

Dengan demikian, C/N semakin rendah dan relatif stabil mendekati C/N tanah. Murbondo juga menguatkan hal ini bahwa kadar senyawa N yang larut (amoniak) akan meningkat. Peningkatan ini tergantung pada perbandingan C/N asal. Perbandingan C/N bahan yang semakin kecil berarti bahan tersebut mendekati C/N tanah.

pH

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 2.) dapat diketahui bahwa pemberian jenis starter berpengaruh tidak nyata terhadap pH pupuk cair sehingga pengujian dengan least significant range (LSR) tidak dilanjutkan.

Rendemen

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 3.) dapat diketahui bahwa pemberian jenis starter berpengaruh tidak nyata terhadap rendemen pupuk cair sehingga pengujian dengan least significant range (LSR) tidak dilanjutkan

Lama Perendaman

Lama perendaman memberikan pengaruh terhadap perbandingan C/N, pH, dan rendemen dari pupuk cair. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Pengaruh lama perendaman terhadap nilai perbandingan C/N, pH, dan rendemen Perlakuan C/N pH Rendemen P1 = 7 hari 28,24 5,79 106,69 P2 = 12 hari 18,04 5,90 122,48 P3 = 17hari 13,47 6,01 133,47

Dari Tabel 5. diatas dapat diketahui bahwa perbandingan C/N tertinggi terdapat pada faktor lama perendaman 7 hari (P1) yaitu sebesar 28,24 dan terendah terdapat pada faktor lama perendaman 17 hari (P3) yaitu sebesar 13,47. pH tertinggi terdapat pada faktor lama perendaman 17 hari (P3) yaitu sebesar 6,01 dan terendah terdapat pada faktor lama perendaman 7 hari (P1) yaitu sebesar 5,79. dan rendemen tertinggi terdapat pada faktor lama perendaman 17 hari (P3) yaitu 133.47 % dan terendah terdapat pada faktor lama perendaman 7 hari (P1) yaitu sebesar 106,69 %.

Untuk analisa tingkat perbedaan masing-masing parameter tentang lama perendaman terhadap parameter maka dilakukan uji statistik lebih lanjut dengan hasil sebagai berikut :

Perbandingan C/N

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 1.) dapat diketahui bahwa lama perendaman memberikan pengaruh sangat nyata terhadap perbandingan C/N. Hasil pengujian dengan least significant range (LSR) menunjukkan bahwa pengaruh lama perendaman terhadap perbandingan C/N untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Uji LSR efek utama pengaruh lama perendaman terhadap perbandingan C/N kompos cair.

Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi

0.05 0.01 0.05 0.01

- - - P3 13,47 a A

2 2.117 3.356 P2 18,04 b B

3 2.221 3.026 P1 28,24 c C

Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda nyata pada taraf 1%.

Dari Tabel 6. dapat diketahui bahwa perlakuan P1 berbeda sangat nyata dengan P2 dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P3. Sedangkan perlakuan P2 berbeda sangat nyata dengan perlakuan P3. Perbandingan C/N tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu 28,24 dan terendah pada P3 yaitu 13,47.

y = ‐7,380x + 34,67 r = ‐0,9766 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 P 1 P 2 P 3 L a m a P e re n d a m a n P e rb a n d in g a n   C /N

Gambar 2. Hubungan lama perendaman dengan perbandingan C/N

Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa semakin lama hari perendaman maka C/N yang dihasilkan akan semakin rendah.

Lama perendaman memberi pengaruh sangat nyata terhadap perbandingan C/N. Perbandingan C/N tertinggi diperoleh pada perlakuan P1(7 hari) yaitu sebesar 28,24 dan terendah pada perlakuan P3 ( 17 hari) yaitu 13,47. Menurut Indriani (2004) prinsip pengomposan adalah menurunkan perbandingan C/N hingga sama dengan C/N tanah (<20). Dengan semakin tingginya C/N bahan

maka akan semakin lama proses pengomposan. Kecepatan kehilangan C lebih besar daripada N sehingga diperoleh perbandingan C/N yang lebih rendah (10 – 20). Apabila perbandingan C/N sudah mencapai angka tersebut, artinya proses pengomposan sudah mencapai tingkat akhir atau kompos sudah matang.

Simamora dan Salundik (2006) juga menyatakan bahwa imbangan C/N bahan organik (bahan baku kompos) merupakan faktor penting dalam laju pengomposan. Proses pengomposan akan berjalan baik jika imbangan C/N bahan organik yang dikomposkan sekitar 25 – 35. Imbangan C/N yang terlalu tinggi akan menyebabkan proses pengomposan berlangsung lama.

pH

Pemberian jenis starter berpengaruh berbeda tidak nyata terhadap pH dan rendemen pupuk cair. Pada penelitian ini pH tertinggi terdapat pada perlakuan S3 (air kelapa + EM4) yaitu sebesar 5,91 dan terendah pada perlakuan S1 (EM4) yaitu 5,89.

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 2.) dapat diketahui bahwa lama perendaman memberikan pengaruh sangat nyata terhadap pH. Hasil pengujian dengan least significant range (LSR) menunjukkan bahwa pengaruh lama perendaman terhadap pH untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Uji LSR efek utama pengaruh lama perendaman terhadap pH pupuk cair.

Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi

0.05 0.01 0.05 0.01

- - - P1 5,79 a A

2 0,036 0,057 P2 5,90 b B

3 0,038 0,052 P3 6,01 c C

Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda nyata pada taraf 1%.

Dari Tabel 7. dapat diketahui bahwa perlakuan P1 berbeda sangat nyata dengan P2 dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P3. Sedangkan perlakuan P2 berbeda sangat nyata dengan perlakuan P3. pH tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu 6,01 dan terendah pada P1 yaitu 5,79.

y = ‐0,003x2 + 0,123x + 5,67 r = 0,9997 5.65 5.70 5.75 5.80 5.85 5.90 5.95 6.00 6.05 P 1 P 2 P 3 L a m a P e re n d a m a n p H

Gambar 3. Hubungan lama perendaman dengan pH

Dari Gambar 3. diatas dapat diketahui bahwa semakin lama hari perendaman maka pH yang dihasilkan semakin tinggi.

Djuarni dkk (2005) mengatakan bahwa derajat keasaman pada awal proses pengomposan akan mengalami penurunan karena sejumlah mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan mengubah bahan organik menjadi asam organik. Pada proses selanjutnya, mikroorganisme dari jenis yang lain akan mengkonversikan asam organik yang telah terbentuk sehingga bahan memiliki derajat keasaman yang tinggi dan mendekati netral.

Rendemen

Untuk rendemen yang tertinggi terdapat pada perlakuan S3 (air kelapa + EM4) yaitu sebesar 123,63 % dan terendah pada perlakuan S2 (air kelapa) yaitu sebesar 118,43 %.

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 3.) dapat diketahui bahwa lama perendaman memberikan pengaruh sangat nyata terhadap rendemen. Hasil pengujian dengan least significant range (LSR) menunjukkan bahwa pengaruh lama perendaman terhadap rendemen untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Uji LSR efek utama pengaruh lama perendaman terhadap rendemen pupuk cair.

Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi

0.05 0.01 0.05 0.01

- - - P1 106,69 a A

2 4,228 6,702 P2 122,48 b B

3 4,435 6,042 P3 133,47 c C

Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda nyata pada taraf 1%.

Dari Tabel 8. dapat diketahui bahwa perlakuan P1 berbeda sangat nyata dengan P2 dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P3. Sedangkan perlakuan P2 berbeda sangat nyata dengan perlakuan P3. Rendemen tertinggi terdapat pada

perlakuan P3 yaitu 133,47 dan terendah pada P1 yaitu 106,69. y = 1,116x + 7,644 r= 0,99378 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 160.00 P 1 P 2 P 3 L a m a pe re nda m a n R e n d e m e n

Gambar 4. Hubungan lama perendaman dengan rendemen

Dari Gambar 4. diatas dapat diketahui bahwa semakin lama hari perendaman maka rendemen yang dihasilkan semakin tinggi.

Menurut Sutanto (2002) pengomposan diartikan sebagai proses biologi oleh kegiatan mikroorganisme dalam mengurai bahan organik. Bahan yang dibentuk mempunyai volume yang lebih rendah dari pada bahan dasarnya. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Indriani (2004) bahwa lama pengomposan akan meningkatkan aktivitas mikroba untuk menyerap air dan oksigen dari udara kemudian menggunakannya untuk mengubah karbohidrat, lemak dan lilin menjadi air dan CO2 sehingga kadar air kompos menjadi tinggi karena kadar air kompos tinggi maka rendemen kompos akan semakin tinggi.

Dokumen terkait