• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan Pupuk Cair dari Sampah Organik dengan Menggunakan EM4 (Effective Microorganism) dan Air Kelapa Sebagai Starter

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pembuatan Pupuk Cair dari Sampah Organik dengan Menggunakan EM4 (Effective Microorganism) dan Air Kelapa Sebagai Starter"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBUATAN PUPUK CAIR DARI SAMPAH ORGANIK

DENGAN MENGGUNAKAN EM4 (Effective Microorganism)

DAN AIR KELAPA SEBAGAI STARTER

SKRIPSI

Oleh :

SRIYANTO

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PEMBUATAN PUPUK CAIR DARI SAMPAH ORGANIK

DENGAN MENGGUNAKAN EM4 (Effective Microorganism)

DAN AIR KELAPA SEBAGAI STARTER

SKRIPSI

Oleh

SRIYANTO

040308017/TEKNIK PERTANIAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Ainun Rohanah,STP,M.Si) (Ir.Saipul Bahri Daulay,M.Si) Ketua Anggota

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

ABSTRAK

SRIYANTO: Pembuatan Pupuk Cair dari Sampah Organik dengan Menggunakan EM4 (Effective Microorganism) dan Air Kelapa sebagai Starter. Dibimbing oleh AINUN ROHANAH dan SAIPUL BAHRI DAULAY.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian jenis starter dan lama perendaman dalam pembuatan pupuk cair. Penelitian dilakukan pada Juni – Juli 2009 di laboratorium Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian USU, Medan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan dua perlakuan yaitu jenis starter (S) dan lama perendaman (P). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian jenis starter berpengaruh sangat nyata terhadap nilai perbandingan C/N tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap pH dan rendemen pupuk cair. Perlakuan lama perendaman memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap C/N, pH, dan rendemen pupuk cair.

Kata kunci : Pupuk cair, starter, lama perendaman, C/N, pH, rendemen.

ABSTRACT

SRIYANTO : The Making of liquid compost from organic rubbish using EM4 (Effective Microorganism) and coconut milk as starter. Under the supervision of AINUN ROHANAH and SAIPUL BAHRI DAULAY.

The purpose of this research was to know the effect of kind of starter and soaking time in preparing liquid compost. The research was performed in June – July 2009 at Agricultural Engineering Laboratory, College of Agriculture, USU Medan. This research was conducted using factorial completely randomized design with two treatments. That are kind of starter (S) and soaking time (P). The results indicated that kind of starter had highly significant effect on C/N but had no effect on pH and yield. Soaking time had highly significant effect on C/N, pH and liquid compost yield

(4)

RIWAYAT HIDUP

Sriyanto, dilahirkan di Tandam Hilir, Kecamatan Hamparan Perak pada

tanggal 05 Maret 1985, dari ayah Paidi dan ibu Suwarni. Penulis merupakan putra

ke dua dari tiga bersaudara.

Tahun 2004 penulis lulus dari SMA N 1 Stabat dan lulus seleksi masuk

USU melalui jalur PMP. Penulis memilih Program Studi Teknik Pertanian

Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian.

Selama perkuliahan penulis mengikuti organisasi IMATETA sebagai

anggota bidang Kreasi dan Kreatif pada periode 2006/2007. Penulis melaksanakan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pabrik Kelapa Sawit PT. Sinar Langkat

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun skripsi ini berjudul “ Pembuatan Pupuk Cair dari Sampah Organik

dengan Menggunakan EM4 (Effective Microorganism) dan Air Kelapa Sebagai

Starter” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di

Program Studi Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

Ibu Ainun Rohanah, STP, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan kepada

Bapak Ir.Saipul Bahri Daulay, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang

telah banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ayah dan Ibu serta

saudara – saudaraku yang telah memberikan dorongan kasih sayang, semangat

dan doa tulus yang tak terhingga yang menyertai penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini. Khusus untuk Ibu Windahyani di Pusat Penelitian Kelapa Sawit,

penulis menyampaikan banyak terima kasih atas bantuannya selama menganalisis

data.

Penulis menyadari di dalam pembuatan skripsi ini masih banyak terdapat

kekurangan, namun penulis berharap semoga dapat bermanfaat bagi yang

(6)

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Medan, Agustus 2009

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN LITERATUR Sampah... 4

Jenis-jenis Sampah ... 5

Pupuk Cair Organik ... 5

Kompos ... 6

Prinsip Pengomposan ... 7

Pengomposan Anaerobik ... 9

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengomposan... 10

EM4 (Effetive Microorganism) ... 12

Air Kelapa ... 13

Perbandingan C/N ... 13

pH ...14

Rendemen ...14

METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

Bahan dan Alat Penelitian... 16

Metode Penelitian ... 17

Model Rancang Penelitian ... 18

Prosedur Penelitian ... 18

Parameter Penelitian ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemberian Jenis Starter ... 21

Perbandingan C/N ... 21

pH ...23

(8)

Lama Perendaman... 23

Perbandingan C/N ... 24

pH ...26

Rendemen ...28

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 30

Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

(9)

DAFTAR TABEL

No. Hal. 1. Kandungan C/N dari berbagai bahan organik...9

2. Jenis mikroorganisme yang terdapat dalam kultur EM4

serta peranannya...13

3. Pengaruh pemberian jenis starter terhadap perbandingan C/N,

rendemen dan pH pupuk cair...21

4. Uji LSR efek utama pengaruh pemberian starter

terhadap perbandingan C/N ...22

5. Pengaruh lama perendaman terhadap nilai perbandingan C/N,

rendemen dan pH ...24

6. Uji LSR efek utama pengaruh lama perendaman

terhadap perbandingan C/N ...25

7. Uji LSR efek utama pengaruh lama perendaman

terhadap pH ... ...26

8. Uji LSR efek utama pengaruh lama perendaman

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Hubungan pemberian jenis starter dengan perbandingan C/N... 22

2. Hubungan lama perendaman dengan perbandingan C/N... 25

3. Hubungan lama perendaman dengan pH... 27

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Data perbandingan C/N... 33

2. Data pH... 34

3. Data rendemen... 35

(12)

ABSTRAK

SRIYANTO: Pembuatan Pupuk Cair dari Sampah Organik dengan Menggunakan EM4 (Effective Microorganism) dan Air Kelapa sebagai Starter. Dibimbing oleh AINUN ROHANAH dan SAIPUL BAHRI DAULAY.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian jenis starter dan lama perendaman dalam pembuatan pupuk cair. Penelitian dilakukan pada Juni – Juli 2009 di laboratorium Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian USU, Medan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan dua perlakuan yaitu jenis starter (S) dan lama perendaman (P). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian jenis starter berpengaruh sangat nyata terhadap nilai perbandingan C/N tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap pH dan rendemen pupuk cair. Perlakuan lama perendaman memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap C/N, pH, dan rendemen pupuk cair.

Kata kunci : Pupuk cair, starter, lama perendaman, C/N, pH, rendemen.

ABSTRACT

SRIYANTO : The Making of liquid compost from organic rubbish using EM4 (Effective Microorganism) and coconut milk as starter. Under the supervision of AINUN ROHANAH and SAIPUL BAHRI DAULAY.

The purpose of this research was to know the effect of kind of starter and soaking time in preparing liquid compost. The research was performed in June – July 2009 at Agricultural Engineering Laboratory, College of Agriculture, USU Medan. This research was conducted using factorial completely randomized design with two treatments. That are kind of starter (S) and soaking time (P). The results indicated that kind of starter had highly significant effect on C/N but had no effect on pH and yield. Soaking time had highly significant effect on C/N, pH and liquid compost yield

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Aktifitas manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa

yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi sehingga diperlakukannya sebagai

barang buangan yang disebut sampah. Sampah secara sederhana diartikan sebagai

sampah organik dan anorganik yang dibuang oleh masyarakat dari berbagai lokasi

di suatu daerah. Sumber sampah umumnya berasal dari perumahan dan pasar.

Sampah menjadi masalah penting untuk kota yang padat penduduknya. Hal

tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah volume sampah

yang sangat besar sehingga melebihi kapasitas daya tampung tempat pembuangan

sampah akhir (TPA).

Permasalahan sampah merupakan hal yang krusial. Penanganannya tidak

memberikan dampak positif terhadap lingkungan. Sementara kebijakan

pemerintah, dalam memanfaatkan produk samping dari sampah dirasakan belum

maksimal. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya dampak yang ditimbulkan oleh

tertumpuknya sampah diberbagai sisi kehidupan, khususnya di kota-kota besar.

Berdasarkan perkiraan, volume sampah yang dihasilkan oleh manusia

rata-rata sekitar 0,5 kg/perkapita/hari, sehingga untuk kota besar seperti Jakarta yang

memiliki penduduk sekitar 10 juta orang menghasilkan sampah sekitar 5000

ton/hari. Bila tidak cepat ditangani secara benar, maka kota-kota besar tersebut

akan tenggelam dalam timbunan sampah berbarengan dengan segala dampak

negatif yang ditimbulkannya seperti pencemaran air, udara, tanah, dan sumber

(14)

Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan penelitian yang dapat

mengubah sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Salah satunya adalah

memanfaatkan sampah khususnya sampah organik untuk bahan baku pupuk cair

sehingga dapat mengurangi penumpukan sampah dan dapat membantu petani

dalam menyediakan pupuk.

Pupuk organik adalah pupuk yang dibuat dari bahan-bahan organik atau

alami. Berdasarkan bentuknya pupuk organik dapat dikelompokkan menjadi

pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Beberapa pupuk organik yang diolah

dipabrik misalnya adalah tepung darah, tepung tulang, dan tepung ikan. Pupuk

organik cair antara lain adalah ekstrak tumbuh-tumbuhan, cairan fermentasi

limbah cair peternakan, fermentasi tumbuhan-tumbuhan, dan lain-lain.

Hal yang perlu diingat dalam memilih sampah organik untuk diolah

menjadi pupuk yaitu kandungan bahan organiknya. Ada sebagian bahan organik

yang bergetah dan tidak baik untuk menjadi bahan baku pupuk organik, misalnya

daun damar, pinus, daun bambu, serta daun tembakau.

Bahan baku pupuk cair yang sangat bagus dari sampah organik yaitu

bahan organik basah atau bahan organik yang mempunyai kandungan air tinggi

seperti sisa buah-buahan atau sayur- sayuran. Selain mudah terkomposisi, bahan

ini juga kaya akan nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Semakin besar kandungan

selulosa dari bahan organik (C/N rasio) maka proses penguraian oleh bakteri akan

semakin lama (Purwendro dan Nurhidayat, 2007).

Air kelapa ternyata memiliki manfaat untuk meningkatkan pertumbuhan

(15)

dapat kita manfaatkan sebagai penyubur tanaman. Selama ini air kelapa banyak

digunakan sebagai nutrisi tambahan di dalam media kultur jaringan.

Penggunaan Effective Microorganism (EM4) dalam pembuatan pupuk cair

adalah untuk mempercepat proses fermentasi. Effective Microorganism

merupakan kultur campuran berbagai jenis mikroorganisme yang bermanfaat

(bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi aktinomisetes dan jamur fermentasi)

yang dapat meningkatkan keragaman mikroba tanah. Pemanfaatan EM4 dapat

memperbaiki pertumbuhan dan hasil tanaman (Sutanto, 2002).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membuat pupuk cair organik dari sampah

organik.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan penulis untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat

untuk menyelesaikan pendidikan di program studi Teknik Pertanian

Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara.

2. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa yang akan mengembangkan

teknologi ini.

(16)

TINJAUAN LITERATUR

Sampah

Sampah adalah sisa-sisa bahan yang telah mengalami perlakuan, telah

diambil bagian utamanya, telah mengalami pengolahan, dan sudah tidak

bermanfaat, dari segi ekonomi sudah tidak ada harganya lagi dan dari segi

lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian alam

(Amurwaraharja, 2006).

Sumber sampah yang terbanyak berasal dari pemukiman dan pasar

tradisional. Sampah pasar khususnya, seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau

pasar ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95 %) berupa sampah

organik, sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal dari pemukiman

umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75 % terdiri dari sampah

organik dan sisanya anorganik (Sudradjat, 2006).

Agar sampah bisa dijadikan sebagai bahan baku kompos, langkah

pertama yang harus dilakukan adalah melakukan pemilahan sampah sesuai jenis.

Saat ini memang masih terasa sulit memilah-milah sampah. Namun, bila sejak

awal sudah dibiasakan, pemilahan akan lebih mudah dilakukan. Pemilahan

sebaiknya sudah dilaksanakan sejak tingkat rumah tangga, pasar, atau komunitas

lain. Sampah organik dipisah dari sampah non-organik. Caranya, dengan

menempatkan masing-masing jenis ke dalam kantong plastik yang berbeda warna.

Misalnya kantong plastik bening untuk sampah organik, kantong plastik putih

untuk sampah kertas/karton, dan kantong warna hitam untuk jenis sampah lainnya

(17)

Sampah memang kerap menjadi masalah besar. Sebenarnya permasalahan

sampah bisa dikurangi jika penanganannya dimulai dari rumah ke rumah dengan

cara mengolahnya menjadi kompos. Selama ini pupuk kompos yang dihasilkan

dari sampah organik dalam bentuk padat memang banyak. Namun, jarang yang

berbentuk cair, padahal kompos cair ini lebih praktis digunakan, proses

pembuatannya relatif mudah, dan biaya pembuatan yang dikeluarkan juga tidak

terlalu besar (Hadisuwito, 2007).

Jenis-jenis Sampah

 Sampah organik

Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan,

maupun tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi menjadi sampah

organik basah dan sampah organik kering. Istilah sampah organik basah

dimaksudkan untuk sampah yang mempunyai kandungan air yang cukup

tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa sayuran. Sedangkan bahan yang

termasuk sampah organik kering adalah bahan organik yang kandungan

airnya kecil. Contoh sampah organik kering adalah kayu atau ranting

kering, dan dedaunan kering.

 Sampah anorganik

Sampah anorganik bukan berasal dari makhluk hidup. Sampah ini berasal

dari bahan yang bisa diperbaharui (recycle) dan sampah ini sangat sulit

terurai oleh jasad renik. Jenis sampah ini misalnya bahan yang terbuat dari

(18)

 Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Sampah B3 merupakan jenis sampah yang dikategorikan beracun dan

berbahaya bagi manusia. Umumnya, sampah ini mengandung merkuri

seperti kaleng bekas cat semprot atau minyak wangi

(Purwendro dan Nurhidayat, 2007).

Pupuk Cair Organik

Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari

alam dengan jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami. Dapat

dikatakan bahwa pupuk organik merupakan salah satu bahan yang sangat penting

dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah. Bahkan penggunaan pupuk organik

tidak akan meninggalkan residu pada hasil tanaman sehingga aman bagi kesehatan

manusia pupuk organik (Musnamar, 2007).

Dapat dikatakan bahwa pupuk organik merupakan salah satu bahan yang

sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah secara aman, dalam

arti produk pertanian yang dihasilkan terbebas dari bahan-bahan kimia yang

berbahaya bagi kesehatan manusia sehingga aman dikonsumsi.

Berdasarkan bentuknya, pupuk organik dibagi menjadi dua, yakni pupuk

cair dan padat. Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan –

bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang

kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Sedangkan pupuk organik padat

adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang

berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan kotoran manusia yang berbentuk

(19)

Kelebihan dari pupuk cair organik adalah dapat secara cepat mengatasi

defesiensi hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara dan mampu menyediakan

hara secara cepat. Dibandingkan dengan pupuk cair anorganik, pupuk organik cair

umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walaupun sesering mungkin

digunakan. Selain itu, pupuk ini juga memiliki bahan pengikat, sehingga larutan

pupuk yang diberikan ke permukaan tanah bisa langsung digunakan oleh tanaman.

Pupuk cair dikatakan bagus dan siap diaplikasikan jika tingkat

kematangannya sempurna. Pengomposan yang matang bisa diketahui dengan

memperhatikan keadaan bentuk fisiknya, dimana fermentasi yang berhasil

ditandai dengan adanya bercak – bercak putih pada permukaan cairan. Cairan

yang dihasilkan dari proses ini akan berwarna kuning kecoklatan dengan bau yang

menyengat (Purwendro dan Nurhidayat, 2007)

Kompos

Kompos atau humus adalah sisa-sisa mahluk hidup yang telah mengalami

pelapukan, bentuknya sudah berubah seperti tanah dan tidak berbau. Kompos

memiliki kandungan hara NPK yang lengkap meskipun persentasenya kecil.

Kompos juga mengandung senyawa-senyawa lain yang sangat bermanfaat bagi

tanaman. Kompos ibarat multivitamin bagi tanah dan tanaman. Kompos

memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Kompos akan mengembalikan kesuburan

tanah. Tanah keras akan menjadi lebih gembur. Tanah miskin akan menjadi subur.

Tanah masam akan menjadi lebih netral. Tanaman yang diberi kompos tumbuh

(20)

Pada prinsipnya semua bahan yang berasal dari makhluk hidup atau bahan

organik dapat dikomposkan. Seresah, daun-daunan, pangkasan rumput, ranting,

dan sisa kayu dapat dikomposkan. Kotoran ternak, binatang, bahkan kotoran

manusia bisa dikomposkan. Kompos dari kotoran ternak lebih dikenal dengan

istilah pupuk kandang. Sisa makanan dan bangkai binatang bisa juga menjadi

kompos. Ada bahan yang mudah dikomposkan, ada bahan yang agak mudah, dan

ada yang sulit dikomposkan. Sebagian besar bahan organik mudah dikomposkan.

Bahan yang agak mudah dikomposkan antara lain: kayu keras, batang, dan

bambu. Bahan yang sulit dikomposkan antara lain adalah kayu-kayu yang sangat

keras, tulang, rambut, tanduk, dan bulu binatang (Isroi, 2008).

Prinsip Pengomposan

Prinsip pengomposan adalah menurunkan C/N rasio bahan organik

sehingga sama dengan tanah (<20). Dengan semakin tingginya C/N bahan maka

proses pengomposan akan semakin lama karena C/N harus diturunkan. Didalam

perendaman bahan-bahan organik pada pembuatan kompos cair terjadi aneka

perubahan hayati yang dilakukan oleh jasad renik. Perubahan hayati yang penting

yaitu sebagai berikut :

1. Penguraian hidrat arang, selulosa, hemiselulosa.

2. Penguraian zat lemak dan lilin menjadi CO2 dan air

3. Terjadi peningkatan beberapa jenis unsur di dalam tubuh jasad renik

terutama nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Unsur-unsur tersebut

akan terlepas kembali bila jasad-jasad renik tersebut mati.

4. Pembebasan unsur-unsur hara dari senyawa-senyawa organik menjadi

(21)

Akibat perubahan tersebut, berat, isi bahan kompos tersebut menjadi

sangat berkurang. Sebagian senyawa arang hilang, menguap ke udara. Kadar

senyawa N yang larut (amoniak) akan meningkat. Peningkatan ini tergantung pada

perbandingan C/N bahan asal. Perbandingan C/N akan semakin kecil berarti

bahan tersebut mendekati C/N tanah. Idealnya C/N bahan sedikit lebih rendah

dibanding C/N tanah (Murbondo, 2004).

Dalam proses pengomposan, 2/3 dari karbon digunakan sebagai sumber

energi bagi pertumbuhan mikroorganisme, dan 1/3 lainnya untuk membentuk sel

bakteri. Perbandingan C dan N awal yang baik dalam bahan yang dikomposkan

adalah 25-30 ( satuan berat n kering ), sedangkan C/N di akhir proses adalah

12-20. Pada rasio yang lebih rendah, amonia akan dihasilkan dan aktivitas biologi

akan terhambat. Harga C/N tanah adalah 10-20, sehingga bahan – bahan yang

mempunyai nilai C/N mendekati C/N tanah dapat langsung digunakan

(Damanhuri dan Padmi, 2007).

Kecepatan suatu bahan menjadi kompos dipengaruhi oleh kandungan C/N,

semakin mendekati C/N tanah maka bahan tersebut akan semakin lebih cepat

menjadi kompos. Tanah pertanian yang baik mengandung unsur C dan N yang

(22)

Tabel 1. Kandungan C/N dari berbagai sumber bahan organik

Kotoran manusia (tinja) 6-10

Darah 3

Sumber : Gaur AC, 1983

(Simamora dan Salundik, 2006).

Dalam proses pengomposan terjadi perubahan seperti 1) karbohidrat,

selulosa, hemiselulosa, lemak dan lilin menjadi CO2 dan air, 2) zat putih telur

menjadi amonia, CO2 dan air, 3) penguraian senyawa organik menjadi senyawa

yang dapat diserap tanaman. Dengan perubahan tersebut, kadar karbohidrat akan

hilang atau turun dan senyawa N yang larut (amonia) meningkat. Dengan

demikian, C/N semakin rendah dan relatif stabil mendekati C/N tanah

(Indriani, 2004).

Pengomposan Anaerobik

Proses pengomposan anerobik berjalan tanpa adanya oksigen. Biasanya,

proses ini dilakukan dalam wadah tertutup sehingga tidak ada udara yang masuk

(hampa udara). Proses pengomposan ini melibatkan mikroorganisme anaerob

(23)

yang dikomposkan secara anaerob biasanya berupa bahan organik yang berkadar

air tinggi.

Pengomposan anaerobik akan menghasilkan gas metan (CH4),

karbondioksida (CO2), dan asam organik yang memiliki bobot molekul rendah

seperti asam asetat, asam propionat, asam butirat, asam laktat, dan asam suksinat.

Gas metan bisa dimanfaatkan menjadi bahan bakar alternatif (biogas). Sisanya

berupa lumpur yang mengandung bagian padatan dan cairan. Bagian padat ini

yang disebut kompos padat dan yang cair yang disebut kompos cair

(Simamora dan Salundik, 2006).

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengomposan

Pembuatan kompos dipengaruhi oleh beberapa faktor :

1. Nilai C/N Bahan

Semakin besar nilai C/N bahan maka proses penguraian oleh bakteri akan

semakin lama. Proses pembuatan kompos akan menurunkan C/N rasio

sehingga menjadi 12-20.

2. Ukuran Bahan

Bahan yang berukuran lebih kecil akan lebih cepat proses

pengomposannya karena semakin luas bahan yang tersentuh bakteri.

3. Komposisi Bahan

Pengomposan dari beberapa macam bahan akan lebih baik dan lebih cepat.

Pengomposan bahan organik dari tanaman akan lebih cepat bila ditambah

dengan kotoran hewan.

(24)

Dengan semakin banyaknya jumlah mikroorganisme maka proses

pengomposan diharapkan akan semakin cepat. Jumlah mikroorganisme

fermentasi didalam EM4 sangat banyak, sekitar 80 genus. Mikroorganisme

tersebut dipilih yang dapat bekerja efektif dalam memfermentasikan bahan

organik. Dari sekian banyak mikroorganisme ada lima golongan yang

pokok yaitu, bakteri fotosintesis, lactobasilius sp, aspergillus sp, ragi

(yeast), actinomycetes.

5. Kelembaban

Umumnya mikroorganisme tersebut dapat bekerja dengan kelembaban

sekitar 40-60%. Kondisi tersebut perlu dijaga agar mikroorganisme dapat

bekerja secara optimal. Kelembaban yang lebih rendah atau lebih tinggi

akan menyebabkan mikroorganisme tidak berkembang atau mati.

6. Suhu

Faktor suhu sangat berpengaruh terhadap proses pengomposan karena

berhubungan dengan jenis mikroorganisme yang terlibat. Suhu optimum

bagi pengomposan adalah 40-600 C. Bila suhu terlalu tinggi

mikroorganisme akan mati. Bila suhu relatif rendah mikroorganisme

belum dapat bekerja atau dalam keadaan dorman.

7. Keasaman (pH)

Jika bahan yang dikomposkan terlalu asam, pH dapat dinaikkan dengan

cara menambahkan kapur. Sebaliknya, jika nilai pH tinggi (basa) bisa

diturunkan dengan menambahkan bahan yang bereaksi asam (mengandung

nitrogen) seperti urea atau kotoran hewan (Indriani, 2004).

(25)

Air kelapa memiliki karakteristik cita rasa yang khas. Di samping itu, air

kelapa juga punya kandungan gizi, terutama mineral yang sangat baik untuk tubuh

manusia. Kandungan yang terdapat dalam air kelapa tidak hanya unsur makro,

tetapi juga unsur mikro. Unsur makro yang terdapat adalah karbon dan nitrogen.

Unsur karbon dalam air kelapa berupa karbohidrat sederhana seperti glukosa,

sukrosa, fruktosa, sorbitol, dan inositol. Unsur nitrogen berupa protein yang

tersusun dari asam amino, seperti alin, arginin, alanin, sistin, dan serin

(Ramadas, 2008).

Air kelapa kaya akan potasium (kalium) hingga 17 %. Selain kaya mineral,

air kelapa juga mengandung gula antara 1,7 sampai 2,6 % dan protein 0,07 hingga

0,55 %. Disamping kaya mineral, air kelapa juga mengandung berbagai macam

vitamin seperti asam sitrat, asam nikotinat, asam pantotenal, asam folat, niacin,

riboflavin, dan thiamin (Ramadas, 2008).

Dalam kandungan air kelapa terdapat 2 jenis bakteri yaitu azotabacter dan

actinomycetes yang dapat menguraikan sampah organik dan menghasilkan

senyawa organik yang berguna untuk kesuburan tanah. Bakteri azotabacter dapat

berfungsi mengikat (memfiksasi) nitrogen bebas sedangkan actinomycetes dapat

menghasilkan zat – zat antibiotik yang dapat menghambat atau bahkan mematikan

bakteri yang bersifat patogen.

EM4 (Effective Microorganism)

EM4 (Effective Microorganism) merupakan bahan yang mengandung

beberapa mikroorganisme yang sangat bermanfaat dalam proses fermentasi.

(26)

(Rhodopseudomonas sp.), bakteri asam laktat, ragi (Sacharomices sp.),

actinomycetes, dan aspergillus sp. EM4 (Effective Microorganism) dapat

meningkatkan fermentasi limbah dan sampah organik, meningkatkan ketersedian

unsur hara untuk tanaman, serta menigkatkan aktivitas serangga, hama dan

mikroorganisme patogen (Djuarnani, dkk., 2005).

Tabel 2 .Jenis mikroorganisme yang terdapat dalam kultur EM4 serta peranannya

Jenis organisme Peranan

Bakteri Fotosintesis (Rhodopseudomonos sp)

Mensintesis bahan-bahan organik menjadi asam amino, asam nukleat, zat bioaktif, dan gula dengan bantuan sinar matahari Bakteri asam laktat - menghasilkan asam laktat dari gula

- menekan pertumbuhan jamur yang

merugikan, seperti fusarium

- Mempercepat penguraian bahan-bahan

organik menjadi humus Ragi\ yeast

(Sachromices sp)

- Membentuk zat anti bakteri

- meningkatkan jumlah sel akar dan perkembangan akar

Actinomycetes Menghasilkan zat-zat bioaktif yang berfungsi

menghambat pertumbuhan jamur dan bakteri pathogen seperti fusarium

Jamur Fermentasi (Aspergillus sp)

- Menguraikan bahan organik (selulosa, karbohidrat) dan mengubahnya menjadi alkohol, ester, dan zat antimikroba

- Dapat menghilangkan bau

Selain berfungsi dalam proses fermentasi dan dekomposisi bahan organik,

EM4 juga mempunyai manfaat yang lain seperti :

1. Memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.

2. Menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.

3. Menyehatkan tanaman, meningkatkan produksi tanaman dan menjaga

(27)

Perbandingan C/N

Rasio C/N adalah perbandingan kadar karbon (C) dan kadar nitrogen (N)

dalam satuan bahan. Semua makhluk hidup terbuat dari sejumlah besar bahan

karbon (C) serta nitrogen (N) dalam jumlah kecil (Yuwono, 2005).

Perbandingan C/N bahan organik (bahan baku kompos) merupakan faktor

terpenting dalam laju pengomposan. Proses pengomposan akan berjalan dengan

baik jika perbandingan C/N bahan organik yang dikomposkan sekitar 25-35

(Simamora dan Salundik, 2006).

Bahan organik yang mempunyai C/N yang tinggi berarti masih mentah.

Kompos yang belum matang (C/N tinggi) dianggap merugikan bila langsung

diberikan ke dalam tanah. Sebab bahan tersebut akan diserang oleh mikroba untuk

memperoleh energi (Yuwono, 2005).

pH

Kisaran pH kompos yang optimal adalah 6,0-8,0, derajat keasaman bahan

pada permulaan pengomposan pada umumnya asam sampai netral (pH 6,0 - 7,0).

Derajat keasaman pada awal proses pengomposan akan mengalami penurunan

karena sejumlah mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan mengubah

bahan organik menjadi asam organik . Pada proses selanjutnya, mikroorganisme

dari jenis yang lain akan mengkonversi asam organik yang telah terbentuk

sehingga derajat keasaman yang tinggi dan mendekati netral

(Djuarnani, dkk., 2005).

(28)

Rendemen adalah perbandingan berat kering terhadap berat basah dan

dinyatakan dalam persen. Menurut Taib dkk (1989) rendemen dapat ditentukan

dengan cara bahan ditimbang sebelum diolah yang dinyatakan sebagai berat basah

kemudian setelah selesai diolah bahan ditimbang kembali dan dinyatakan sebagai

berat basah. Kemudian rendemen dihitung dengan rumus :

Rendemen =

awal akhir berat

berat

x 100 % ... ( 1 )

(29)

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Juni s/d Juli 2009, sedangkan

analisa parameter dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Bahan dan Alat

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah :

1. Sampah organik dari jenis sampah sayur dan buah.

2. Cairan molase

3. Air bersih

4. Aktivator EM4

5. Air kelapa

Alat

Adapun alat-alat yang digunakan adalah :

1. Tong

2. Goni

3. Gayung

4. pH meter

5. Tali rafia

6. Sarung tangan

7. Masker

(30)

9. Mesin pencacah sampah

10.Beban berupa batu agar sampah tidak mengapung

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian faktorial dengan perlakuan sebagai

berikut : Faktor I : Starter

S1 = EM4

S2 = air kelapa tua

S3 = EM4 + air kelapa tua

Faktor II : Lamanya perendaman dengan tiga taraf perlakuan

P1 = 7 hari

P2 = 12 hari

P3 = 17 hari

Jumlah kombinasi perlakuan sebanyak Tc = 3 x 3 = 9, sehingga ulangan

percobaan dapat dihitung :

Tc (n-1) ≥1

9 (n-1) ≥ 15

(n-1) ≥ 1,67

n ≥ 2,67 dibulatkan 3

Dengan demikian penelitian dilakukan 3 x ulangan, dengan kombinasi perlakuan

sebagai berikut :

S1P1 S2P1 S3P1

S1P2 S2P2 S3P2

(31)

Model Rancangan Penelitian

Model rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL)

yang terdiri dari dua faktor perlakuan yaitu faktor starter (S) dan faktor lama

perendaman (P) dengan kode rancangan :

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij +∑ijk

Dimana :

Yijk = Pengamatan pada unit percobaan yang mendapat perlakuan

faktor starter pada taraf ke-i dan perlakuan lama perendaman

pada taraf ke-j pada ulangan k

µ = Nilai tengah sebenarnya

αi = Efek perlakuan starter pada taraf ke-i

βj = Efek perlakuan lama perendaman pada taraf ke-j

(αβ)ij = Efek interaksi perlakuan starter pada taraf ke-i dengan

perlakuan lama perendaman pada taraf ke-j

∑ijk = Pengaruh pengacakan

Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian adalah sebagai berikut :

1. Dicacah sampah organik agar mudah dimasukkan ke dalam goni.

2. Dimasukkan sampah organik ke dalam goni, lalu diikat dengan tali.

3. Dibuat larutan media dengan mencampurkan semua bahan kecuali

sampah organik.

4. Dimasukkan goni yang berisi sampah organik ke dalam larutan

(32)

5. Supaya tidak mengapung, diletakkan beban berupa batu diatas

goni.

6. Ditutup tong dengan rapat agar udara tidak bisa masuk ke dalam

ember.

7. Setelah tertutup rapat, simpan tong di tempat yang teduh dan

terhindar dari sinar matahari langsung.

8. Simpan selama perlakuan P1, P2, dan P3, dan setelah itu angkat

goni berisi sampah organik dan pisahkan. Volume bahan organik

akan menyusut dari volume awal. Sisa ini bisa dijadikan kompos.

Parameter yang diamati

Perbandingan C/N akhir

Pengambilan data C/N dilakukan setelah 7, 12 dan 17 hari . Dan hasil C/N

diperoleh dengan menganalisa bahan atau sampel di laboratorium.

pH (Derajat Keasaman) akhir

Pengambilan data pH dilakukan sama dengan pengambilam data C/N yaitu

7, 12, dan 17 hari. Untuk hasil akhir yaitu 17 hari, jika bahan yang dikomposkan

terlalu asam, pH dapat dinaikkan dengan cara menambahkan kapur. Sebaliknya,

jika nilai terlalu tinggi (basa) bisa diturunkan dengan menambahkan bahan yang

(33)

Rendemen

Bahan yang sudah dicampur terlebih dahulu diukur untuk mengetahui

volume awal dari campuran bahan. Bahan tersebut dihitung rendemennya dengan

rumus sebagai berikut :

Rendemen =

bahan awal volume

kompos volume

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemberian Jenis Starter

Dari hasil penelitian yang dilakukan, pemberian jenis starter berpengaruh

terhadap perbandingan C / N, dan tidak berpengaruh terhadap rendemen dan pH

pupuk cair. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh pemberian jenis starter terhadap perbandingan C /N, rendemen, dan pH pupuk cair.

C/N pH Rendemen

S1 = EM4 21,15 5,89 120,57

S2 = Air kelapa 17,24 5,91 118,43

S3 = EM4 + air kelapa 21,37 5,90 123,63

Dari Tabel 3. dapat diketahui bahwa pada perbandingan C/N tertinggi

terdapat pada pemberian starter EM4 ditambah air kelapa (S3) yaitu sebesar 21,37

dan terendah pada pemberian starter air kelapa (S2) yaitu sebesar 17,24. nilai pH

tertinggi terdapat pada pemberian starter air kelapa (S2) yaitu sebesar 5,91 dan

terendah pada pemberian starter EM4 (S1) yaitu sebesar 5,89. Sedangkan

rendemen tertinggi terdapat pada pemberian starter EM ditambah air kelapa (S3)

yaitu sebesar 123,63 % dan terendah terdapat pada pemberian starter air kelapa

(S2) yaitu sebesar 118,43 %.

Untuk analisa tingkat perbedaan masing-masing parameter tentang

berbagai pemberian jenis starter terhadap parameter maka dilakukan uji statistik

lebih lanjut dengan hasil sebagai berikut :

Perbandingan C/N

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 1.) dapat diketahui bahwa pemberian

(35)

pengujian dengan least significant range (LSR) menunjukkan bahwa pengaruh

pemberian jenis starter terhadap perbandingan C/N untuk tiap-tiap perlakuan

dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Uji LSR efek utama pengaruh pemberian starter terhadap perbandingan C/N kompos cair.

Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda nyata pada taraf 1%.

Dari Tabel 4. dapat diketahui bahwa perlakuan S1 berbeda sangat nyata

dengan S2 dan berbeda tidak nyata terhadap perlakuan S3. Sedangkan perlakuan

S2 berbeda sangat nyata dengan perlakuan S3. Perbandingan C/N tertinggi

terdapat pada perlakuan S3 yaitu 21,37 dan terendah pada S2 yaitu 17,23.

0.00

Gambar 1. Hubungan pemberian jenis starter dengan perbandingan C/N

Dari Gambar 1. dapat diketahui bahwa starter yang menggunakan

(36)

Menurut Indriani (2004) bahwa dengan bertambahnya jumlah

mikroorganisme diharapkan proses pengomposan akan lebih cepat. Pada proses

pengomposan terjadi penguraian (perubahan) yang menyebabkan kadar

karbohidrat akan hilang atau turun dan senyawa N yang larut (amonia) meningkat.

Dengan demikian, C/N semakin rendah dan relatif stabil mendekati C/N

tanah. Murbondo juga menguatkan hal ini bahwa kadar senyawa N yang larut

(amoniak) akan meningkat. Peningkatan ini tergantung pada perbandingan C/N

asal. Perbandingan C/N bahan yang semakin kecil berarti bahan tersebut

mendekati C/N tanah.

pH

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 2.) dapat diketahui bahwa pemberian

jenis starter berpengaruh tidak nyata terhadap pH pupuk cair sehingga pengujian

dengan least significant range (LSR) tidak dilanjutkan.

Rendemen

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 3.) dapat diketahui bahwa pemberian

jenis starter berpengaruh tidak nyata terhadap rendemen pupuk cair sehingga

pengujian dengan least significant range (LSR) tidak dilanjutkan

Lama Perendaman

Lama perendaman memberikan pengaruh terhadap perbandingan C/N, pH,

(37)

Tabel 5. Pengaruh lama perendaman terhadap nilai perbandingan C/N, pH, dan rendemen

Perlakuan C/N pH Rendemen

P1 = 7 hari 28,24 5,79 106,69

P2 = 12 hari 18,04 5,90 122,48

P3 = 17hari 13,47 6,01 133,47

Dari Tabel 5. diatas dapat diketahui bahwa perbandingan C/N tertinggi

terdapat pada faktor lama perendaman 7 hari (P1) yaitu sebesar 28,24 dan

terendah terdapat pada faktor lama perendaman 17 hari (P3) yaitu sebesar 13,47.

pH tertinggi terdapat pada faktor lama perendaman 17 hari (P3) yaitu sebesar 6,01

dan terendah terdapat pada faktor lama perendaman 7 hari (P1) yaitu sebesar 5,79.

dan rendemen tertinggi terdapat pada faktor lama perendaman 17 hari (P3) yaitu

133.47 % dan terendah terdapat pada faktor lama perendaman 7 hari (P1) yaitu

sebesar 106,69 %.

Untuk analisa tingkat perbedaan masing-masing parameter tentang lama

perendaman terhadap parameter maka dilakukan uji statistik lebih lanjut dengan

hasil sebagai berikut :

Perbandingan C/N

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 1.) dapat diketahui bahwa lama

perendaman memberikan pengaruh sangat nyata terhadap perbandingan C/N.

Hasil pengujian dengan least significant range (LSR) menunjukkan bahwa

pengaruh lama perendaman terhadap perbandingan C/N untuk tiap-tiap perlakuan

(38)

Tabel 6. Uji LSR efek utama pengaruh lama perendaman terhadap perbandingan

Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda nyata pada taraf 1%.

Dari Tabel 6. dapat diketahui bahwa perlakuan P1 berbeda sangat nyata

dengan P2 dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P3. Sedangkan perlakuan

P2 berbeda sangat nyata dengan perlakuan P3. Perbandingan C/N tertinggi

terdapat pada perlakuan P1 yaitu 28,24 dan terendah pada P3 yaitu 13,47.

y = ‐7,380x + 34,67

Gambar 2. Hubungan lama perendaman dengan perbandingan C/N

Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa semakin lama hari perendaman

maka C/N yang dihasilkan akan semakin rendah.

Lama perendaman memberi pengaruh sangat nyata terhadap perbandingan

C/N. Perbandingan C/N tertinggi diperoleh pada perlakuan P1(7 hari) yaitu

sebesar 28,24 dan terendah pada perlakuan P3 ( 17 hari) yaitu 13,47. Menurut

Indriani (2004) prinsip pengomposan adalah menurunkan perbandingan C/N

(39)

maka akan semakin lama proses pengomposan. Kecepatan kehilangan C lebih

besar daripada N sehingga diperoleh perbandingan C/N yang lebih rendah

(10 – 20). Apabila perbandingan C/N sudah mencapai angka tersebut, artinya

proses pengomposan sudah mencapai tingkat akhir atau kompos sudah matang.

Simamora dan Salundik (2006) juga menyatakan bahwa imbangan C/N

bahan organik (bahan baku kompos) merupakan faktor penting dalam laju

pengomposan. Proses pengomposan akan berjalan baik jika imbangan C/N bahan

organik yang dikomposkan sekitar 25 – 35. Imbangan C/N yang terlalu tinggi

akan menyebabkan proses pengomposan berlangsung lama.

pH

Pemberian jenis starter berpengaruh berbeda tidak nyata terhadap pH dan

rendemen pupuk cair. Pada penelitian ini pH tertinggi terdapat pada perlakuan S3

(air kelapa + EM4) yaitu sebesar 5,91 dan terendah pada perlakuan S1 (EM4)

yaitu 5,89.

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 2.) dapat diketahui bahwa lama

perendaman memberikan pengaruh sangat nyata terhadap pH. Hasil pengujian

dengan least significant range (LSR) menunjukkan bahwa pengaruh lama

perendaman terhadap pH untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Uji LSR efek utama pengaruh lama perendaman terhadap pH pupuk cair.

Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi

0.05 0.01 0.05 0.01

- - - P1 5,79 a A

2 0,036 0,057 P2 5,90 b B

3 0,038 0,052 P3 6,01 c C

(40)

Dari Tabel 7. dapat diketahui bahwa perlakuan P1 berbeda sangat nyata

dengan P2 dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P3. Sedangkan perlakuan

P2 berbeda sangat nyata dengan perlakuan P3. pH tertinggi terdapat pada

perlakuan P3 yaitu 6,01 dan terendah pada P1 yaitu 5,79.

y = ‐0,003x2 + 0,123x + 5,67

Gambar 3. Hubungan lama perendaman dengan pH

Dari Gambar 3. diatas dapat diketahui bahwa semakin lama hari

perendaman maka pH yang dihasilkan semakin tinggi.

Djuarni dkk (2005) mengatakan bahwa derajat keasaman pada awal proses

pengomposan akan mengalami penurunan karena sejumlah mikroorganisme yang

terlibat dalam pengomposan mengubah bahan organik menjadi asam organik.

Pada proses selanjutnya, mikroorganisme dari jenis yang lain akan

mengkonversikan asam organik yang telah terbentuk sehingga bahan memiliki

(41)

Rendemen

Untuk rendemen yang tertinggi terdapat pada perlakuan S3 (air kelapa +

EM4) yaitu sebesar 123,63 % dan terendah pada perlakuan S2 (air kelapa) yaitu

sebesar 118,43 %.

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 3.) dapat diketahui bahwa lama

perendaman memberikan pengaruh sangat nyata terhadap rendemen. Hasil

pengujian dengan least significant range (LSR) menunjukkan bahwa pengaruh

lama perendaman terhadap rendemen untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada

Tabel 8.

Tabel 8. Uji LSR efek utama pengaruh lama perendaman terhadap rendemen pupuk cair.

Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi

0.05 0.01 0.05 0.01

- - - P1 106,69 a A

2 4,228 6,702 P2 122,48 b B

3 4,435 6,042 P3 133,47 c C

Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda nyata pada taraf 1%.

Dari Tabel 8. dapat diketahui bahwa perlakuan P1 berbeda sangat nyata

dengan P2 dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P3. Sedangkan perlakuan

(42)

perlakuan P3 yaitu 133,47 dan terendah pada P1 yaitu 106,69.

Gambar 4. Hubungan lama perendaman dengan rendemen

Dari Gambar 4. diatas dapat diketahui bahwa semakin lama hari

perendaman maka rendemen yang dihasilkan semakin tinggi.

Menurut Sutanto (2002) pengomposan diartikan sebagai proses biologi

oleh kegiatan mikroorganisme dalam mengurai bahan organik. Bahan yang

dibentuk mempunyai volume yang lebih rendah dari pada bahan dasarnya. Hal ini

sesuai dengan yang dikatakan oleh Indriani (2004) bahwa lama pengomposan

akan meningkatkan aktivitas mikroba untuk menyerap air dan oksigen dari udara

kemudian menggunakannya untuk mengubah karbohidrat, lemak dan lilin menjadi

air dan CO2 sehingga kadar air kompos menjadi tinggi karena kadar air kompos

(43)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pemberian jenis starter berpengaruh sangat nyata terhadap nilai

perbandingan C/N dan berpengaruh berbeda tidak nyata terhadap pH dan

rendemen pupuk cair.

2. Dari pemberian jenis starter EM4 diperoleh perbandingan C/N sebesar

21,15, pH sebesar 5,89 dan rendemen sebesar 120,57 %. Dengan

pemberian starter air kelapa diperoleh perbandingan C/N 17,24, pH

sebesar 5,91 dan rendemen sebesar 118,43 %. Dengan pemberian starter

air kelapa ditambah EM4 diperoleh perbandingan C/N sebesar 21,37, pH

sebesar 5,90 dan rendemen sebesar 123,63 %.

3. Lama perendaman berpengaruh sangat nyata terhadap nilai perbandingan

C/N , pH dan rendemen pupuk cair.

4. Dari lama perendaman 7 hari diperoleh perbandingan C/N sebesar 28,24,

pH sebesar 5,79 dan rendemen sebesar 106,69 %. Dengan lama

perendaman 12 hari diperoleh perbandingan C/N 18,04, pH sebesar 5,90

dan rendemen sebesar 122,48 %. Dengan lama perendaman 17 hari

diperoleh perbandingan C/N sebesar 13,47, pH sebesar 6,01 dan rendemen

(44)

Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya perlu dicari bahan yang dapat mengurangi

bau pada pupuk cair.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui unsur makro dan

mikro dari pupuk cair.

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Amurwaraharja, I. P., 2006. Analisis Teknologi Pengolahan Sampah Dengan Proses Hirarki Analitik dan Metode Valuasi Kontingensi Studi Kasus di Jakarta Timur, Makalah Falsafah Sains. Bogor : Institut Pertanian Bogor, Ilmu Pengolahan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Program Pascasarjana.

Damanhuri, E., dan Tri Padmi, 2007. Pengomposan-Composting.http://tsabitah.wordpress.com. Akses : 5 Nopember 2008.

Djuarnani, N., Kristia, B.S., Setiawan, 2005. Cara Tepat Membuat Kompos. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Hadisuwito, S., 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta

Hakim, M., 2007. Kompos dari Sampah. http://ar-royyan.wordpress.com Akses 20 Juli 2009.

Indriani, Y.H., 2004. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya, Jakarta.

Murbondo, L., 2004. Pupuk Organik Padat, Pembuatan Aplikasi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Musnamar. E.I., 2007 Pembuatan, Aplikasi Pupuk Organik Padat. Penebar Swadaya, Jakarta

Purwendro. S., dan Nurhidayat. 2006.Mengolah Sampah untuk Pupuk dan Pestisida Organik. Seri Agritekno. Penebar Swadaya, Jakarta.

Ramadas, 2008. Air Kelapa Pemacu Pertumbuhan dan Pembungaan Anggrek. http://www.mindforum.com. Akses 20 Juli 2009

Simamora, S., dan Salundik. 2006. Meningkatkan Kualitas Kompos. Agromedia Pustaka, Jakarta

Sudradjat.H.R., 2006. Mengelola Sampah Kota. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sutanto, 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius, Yogyakarta.

Taib, G., G. Said, S. Wiraatmadja., 1989. Operasi pengeringan pada Pengolahan Hasil Pertanian, Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.

(46)

Lampiran 1. Perbandingan C/N

Daftar Analisis Sidik Ragam C/N

(47)

Lampiran 2. Data pH

Daftar Analisis Sidik Ragam pH

(48)

Lampiram 3. Data rendemen

Daftar Analisis Sidik Ragam Rendemen

(49)

Lampiran 4. Flowchart Pembuatan pupuk cair dari sampah organik.

Sampah organik, larutan Persiapan Bahan

MULAI

a

Pembuatan Larutan

Media Pencacahan Sampah

organik

Masukkn sampah ke goni

Pencampuran

Simpan

Analisis

Hasil

Gambar

Tabel 1. Kandungan C/N dari berbagai sumber bahan organik
Tabel 2 .Jenis mikroorganisme yang terdapat dalam kultur EM4 serta peranannya
Tabel 3. Pengaruh pemberian jenis starter terhadap perbandingan C /N, rendemen, dan pH pupuk cair
Tabel 4. Uji LSR efek utama pengaruh pemberian starter terhadap perbandingan      C/N kompos cair
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan merancang proses pembuatan pupuk cair organik dari limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) serta menghasilkan pupuk.. Bahan yang digunakan

Pada penelitian ini dapat dilakukan pembuatan pupuk organik cair dari urin sapi perah menggunakan batang pisang sebagai starter dalam proses fermentasi urin

Pembuatan pupuk organik cair khususnya dari limbah buah-buahan dengan penambahan bio aktivator EM 4 (Effective Microorganisme) bertujuan untuk menentukan pengaruh

Penelitian ini bertujuan memanfaatkan limbah air kelapa sebagai media pembuatan pupuk organik cair, mempelajari pengaruh rasio aktivator (EM4) terhadap mikroba

Hal ini diduga aktivitas yang penurunan kualitas bahan organik setiap konsentrasi starter yang digunakan secara berbeda, pernyataan ini sesuai dengan Suhesy dan Adriani

Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian sejenis masih layak untuk dilanjutkan yaitu melakukan penelitian dengan memanfaatkan limbah cair tahu sebagai pupuk organik cair dengan

Berdasarkan latar belakang ini, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan tanaman jahe Zingiber officinale dengan pemberian pupuk organik cair

Hasil kegiatan pengabdian adalah: 1Terdapat peningkatan kepercayaan dan pemahaman tentang Pembuatan Pupuk Cair dari Sampah Organik Rumah Tangga Akumulasi Bioaktivator EM4; 2Kegiatan