• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.

PEMBUATAN PUPUK CAIR DARI SAMPAH ORGANIK

DENGAN MENGGUNAKAN BOISCA SEBAGAI STARTER

SKRIPSI

Oleh :

DAMAYANTI SINAGA

040308039

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PEMBUATAN PUPUK CAIR DARI SAMPAH ORGANIK

DENGAN MENGGUNAKAN BOISCA SEBAGAI STARTER

SKRIPSI

Oleh

DAMAYANTI SINAGA 040308039/TEKNIK PERTANIAN

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Ir. Saipul Bahri Daulay,M.Si) (Ainun Rohanah,STP,M.Si) Ketua Anggota

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.

3

ABSTRAK

DAMAYANTI SINAGA: Pembuatan Pupuk Cair dari Sampah Organik dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, dibimbing oleh SAIPUL BAHRI DAULAY dan AINUN ROHANAH.

Sampah dapat membawa dampak yang buruk pada kondisi kesehatan manusia dan rata-rata tiap orang perhari menghasilkan sampah 1-2 kg dan akan terus bertambah sejalan meningkatnya kesejahteraan dan gaya hidup masyarakat. Bila sampah dibuang secara sembarangan atau ditumpuk tanpa ada pengelolaan yang baik, maka akan menimbulkan berbagai dampak kesehatan yang serius. Penelitian ini merupakan salah satu langkah awal untuk mendapatkan cara pembuatan pupuk cair dari sampah organik dengan menggunakan boisca sebagai starter. Sampah organik yang digunakan adalah sampah sayuran. Penelitian dilakukan pada Mei-Juni 2009 di Laboratorium teknik pertanian, Fakultas Peranian USU, Medan, analisa parameter dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan, menggunakan rancangan acak lengkap faktorial. Parameter yang dianalisis adalah C/N akhir, pH akhir dan rendemen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian dosis Boisca berpengaruh sangat nyata terhadap C/N dan rendemen pupuk cair kecuali pH akhir. Lama perendaman berpengaruh sangat nyata terhadap semua parameter. Hasil yang terbaik diperoleh pada kombinasi dosis boisca 10 ml dengan lama perendaman 21 hari.

Kata Kunci: Pupuk Cair, Starter, Lama Perendaman, C/N, pH dan Rendemen.

ABSTRACT

DAMAYANTI SINAGA: Preparation of Liquid Compost from organic Wastes using Boisca as Starter, supervised by SAIPUL BAHRI DAULAY and AINUN ROHANAH.

Wastes can make bad effect on human health and in average people can produce wastes around 1- 2 kilos/day and will increase with increasing of wellfare and society life style. When wastes are thrown away unproperly or in heaps without good organizing these will make a lot of serious effect for health. This research was one of preliminary study in making liquid compost from organic wastes using Boisca as starter. Organic wastes used were vegetables wastes. The research was performed in Mei-Juni 2009 at Agricultural Mechanic Laboratory, College of Agriculural, USU, Medan, and parameter were analyzed at Pusat Penelitian Kelapa Sawit Laboratory, Medan, using factorial completely randomized design. Parameter analyzed were C/N, pH, and yield.

The results showed that doses of Boisca had highly significant effect on C/N and yield except pH. Soaking time showed that highly significant effect on all parameters. The best result was found in combination of 10 ml Boisca and 21 days soaking time

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kp. Juhar pada tanggal 21 Mei 1986 dari ayah Muller

Sinaga dan ibu S. Siringo-ringo. Penulis merupakan anak pertama dari tiga

bersaudara.

Tahun 2004 penulis lulus dari SMA KCK Tebing tinggi dan pada tahun

yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi

Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih Program Studi Teknik Pertanian

Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus organisasi

Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) untuk periode 2007-2008 dan

aktif sebagai anggota organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa

Kristen Unit Pelayanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (UKM

KMK UP FP USU).

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pabrik Lateks

(5)

Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.

5

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas

segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul ” Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan

Boisca Sebagai Start’.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan sterima kasih

sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah meembesarkan, memelihara

dan mendidik penulis selama ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada

Bapak Ir.Saipul Bahri Daulay, M.Si dan kepada Ibu Ainun Rohanah, STP, M.Si

selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan

memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan

judul, melakukan penelitian, sampai ujian akhir.

Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf

pengajar dan pegawai di Program Studi Teknik Pertanian Departemen Teknologi

Pertanian, serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebut satu per satu di

sini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga

(6)

DAFTAR ISI

Prinsip Pengomposan ... 7

Pengomposan Anaerobik ... 9

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengomposan ... 10

Boisca ... 13

Perbandingan C/N ... 14

pH ...14

Rendemen ...15

METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

Bahan dan Alat Penelitian ... 16

Metode Penelitian ... 17

Model Rancang Penelitian ... 18

Prosedur Penelitian ... 19

Parameter Penelitian ... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemberian Dosis Boisca ... 23

Lama Perendaman... 23

Perbandingan C/N ... 24

pH ...27

Rendemen ...28

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 32

Saran ... 33

(7)

Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.

7

DAFTAR TABEL

Hal

1. Kandungan C/N dari Berbagai sumber bahan organik………... 9

2. Jenis mikroorganisme yang terdapat dalam

kultur boisca serta peranannya……….. 14

3. Pengaruh pemberiaan dosis boisca terhadap

perbandingan C/N, rendemen, dan pH pupuk cair……….. 23

4. Pengaruh lama perendaman terhadap nilai

perbandingan C/N, pH, dan rendemen………... 23

5. Uji LSR efek utama pengaruh pemberian posis boisca

terhadap perbandingan C/N pupuk cair……….. 24

6. Uji LSR efek utama pengaruh lama perendaman

terhadap perbandingan C/N pupuk cair………... 26

7. Uji LSR efek utama pengaruh lama perendaman

terhadap perbandingan pH pupuk cair………... 27

8. Uji LSR efek utama pengaruh pemberian dosis

terhadap perbandingan rendemen pupuk cair……… 29

9. Uji LSR efek utama pengaruh lama perendaman

(8)

DAFTAR GAMBAR

Hal 1. Hubungan dosis boisca dengan perbandingan C/N……… 25

2. Hubungan lama perendaman dengan perbandingan C/N……… 26

3. Hubungan lama perendaman dengan perbandingan pH……… 28

4. Hubungan dosis boisca dengan perbandingan rendemen………….. 29

(9)

Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.

9

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Data Perbandingan C/N Pupuk Cair……… 36

2. Uji Statistik Perbandingan C/N Pupuk Cair………. 36

3. Data p/H Pupuk Cair………... 37

4. Uji Statistik Perbandingan pH s Pupuk Cair………. 37

5. Data Rendemen Pupuk Cair………... 38

6. Uji Statistik Perbandingan Rendemen Pupuk Cair………... 38

7. Daftar Dwikasta……… 39

8. Flowchart Pembuatan Pupuk Cair………. 40

9. Gambar Proses Pengomposan……… 41

10. Gambar Komposter……….. 42

(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sampah dapat membawa dampak yang buruk pada kondisi kesehatan

manusia. Bila sampah dibuang secara sembarangan atau ditumpuk tanpa ada

pengelolaan yang baik, maka akan menimbulkan berbagai dampak kesehatan yang

serius. Tumpukan sampah rumah tangga yang dibiarkan begitu saja akan

mendatangkan tikus got dan serangga (lalat, kecoa, lipas, kutu, dan lain-lain) yang

membawa kuman penyakit.

Di tengah kepadatan aktifitas manusia, penanganan sampah masih menjadi

permasalahan serius yang belum bisa tertangani dengan tuntas, terutama di

kota-kota besar. Pasalnya, rata-rata tiap orang perhari dapat menghasilkan sampah 1-2

kg dan akan terus bertambah sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan dan

gaya hidup masyarakat. Sampah yang tidak mendapat penanganan yang serius

bisa mengakibatkan pencemaran, baik polusi udara, polusi air, maupun polusi

tanah.

Persentase kandungan unsur hara dalam pupuk anorganik relatif tinggi

sehingga petani cenderung memakai pupuk ini. Namun belakangan ini, harga

pupuk anorganik semakin naik. Hal ini tentu saja menambah beban biaya bagi

petani. Selain itu pupuk anorganik dapat menimbulkan ketergantungan dan dapat

membawa dampak kurang baik, misalnya tanah menjadi rusak akibat penggunaan

yang berlebihan dan terus menerus akan menyebabkan tanah menjadi keras, air

(11)

Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.

11

Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan penelitian yang dapat

merubah sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Salah satunya adalah

memanfaatkan sampah khususnya sampah organik untuk bahan baku pupuk cair

sehingga dapat mengurangi penumpukan sampah dan dapat membantu petani

dalam menyediakan pupuk.

Sebenarnya permasalahan sampah bisa dikurangi jika penanganannya

dimulai dari rumah ke rumah dengan cara mengolahnya menjadi kompos. Selama

ini pupuk kompos yang dihasilkan dari sampah organik dalam bentuk padat

memang banyak. Namun, jarang yang berbentuk cair, padahal kompos cair ini

lebih praktis digunakan, proses pembuatannya relatif mudah, dan biaya

pembuatan yang dikeluarkan juga tidak terlalu besar (Hadisuwito, 2007).

Bahan baku pupuk cair yang sangat bagus dari sampah organik yaitu

bahan organik basah atau bahan organik yang mempunyai kandungan air tinggi

seperti sisa buah-buahan atau sayur- sayuran. Selain mudah terkomposisi, bahan

ini juga kaya akan nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Semakin besar kandungan

selulosa dari bahan organik (C/N rasio) maka proses penguraian oleh bakteri akan

semakin lama (Purwendro dan Nurhidayat, 2006).

Boisca adalah kultur bakteri yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan

mikroorganisme di dalam lingkungan hidup. Boisca dapat menekan

mikroorganisme yang merugikan dan mendukung tanaman/ikan/ternak secara

optimal. Bakteri Indegenious mampu mengurai bahan organik dalam waktu

singkat menjadi senyawa sederhana yang dibutuhkan tanaman. Kemampuaannya

(12)

memperoleh pakan dan pencernaan yang sehat. Kekuatan dekomposisinya dapat

mengubah limbah padat/cair menjadi bahan yang bermanfaat bagi lingkungan.

Boisca dapat diaplikasikan pada budidaya berbagai jenis tanaman, ikan dan

ternak, pembuatan kompos, pembuatan pakan ikan/ternak, perbaikan kualitas

tanah/air, pengolahan limbah sampah organik (Hadisuwito, 2007).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membuat pupuk cair dari sampah organik.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan penulis untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat

untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Teknik pertanian

Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara.

2. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa yang akan melanjutkan

penelitian ini.

(13)

Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.

TINJAUAN PUSTAKA

Sampah

Sampah adalah sisa-sisa bahan yang telah mengalami perlakuan, telah

diambil bagian utamanya, telah mengalami pengolahan, dan sudah tidak

bermanfaat, dari segi ekonomi sudah tidak ada harganya lagi dan dari segi

lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian alam

(Amurwaraharja, 2006).

Jenis-jenis Sampah

• Sampah organik

Sampah organik berasal dari makluk hidup, baik manusia, hewan, maupun

tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi menjadi sampah organik basah

dan sampah organik kering. Istilah sampah organik basah dimaksudkan

sampah yang mempunyai kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya

kulit buah dan sisa sayuran. Sedangkan bahan yang termasuk sampah

organik kering adalah sampah yang mempunyai kandungan air yang

rendah. Contoh sampah organik kering adalah kayu atau ranting kering,

dan dedaunan kering.

• Sampah anorganik

Sampah anorganik bukan berasal dari makhluk hidup. Sampah ini berasal

dari bahan yang bisa diperbaharui (recycle) dan sampah ini sangat sulit

terurai oleh jasad renik. Jenis sampah ini misalnya bahan yang terbuat dari

(14)

• Sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun)

Sampah B3 merupakan jenis sampah yang dikategorikan beracun dan

berbahaya bagi manusia. Umumnya, sampah ini mengandung merkuri

seperti kaleng bekas cat semprot atau minyak wangi (Purwendro dan

Nurhidayat, 2007).

Pupuk Organik

Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan organik atau

makhluk hidup yang telah mati. Bahan organik ini akan mengalami pembusukan

oleh mikroorganisme sehingga sifat fisiknya akan berbeda dari semula. Pupuk

organik termasuk pupuk majemuk lengkap karena kandungan unsur haranya lebih

dari satu unsur dan mengandung unsur mikro (Hadisuwito, 2007).

Berdasarkan cara pembuatannya, pupuk organik terbagi menjadi dua

kelompok, yaitu:

Pupuk organik alami dan pupuk organik buatan. Jenis pupuk yang

tergolong dalam kelompok pupuk organik alami benar-benar langsung diambil

dari alam, seperti dari sisa hewan, tumbuhan, tanah baik dengan atau tanpa

sentuhan teknologi yang berarti. Pupuk yang termasuk ke dalam kelompok ini

antara lain: pupuk kandang, kompos, pupuk hijau, humus dan pupuk burung.

Pupuk organik buatan dibuat untuk memenuhi kebutuhan pupuk tanaman

yang bersifat alami atau non kimia, berkualitas baik, dengan bentuk, ukuran, dan

kemasan yang praktis, mudah didapat, didistribusikan, dan diaplikasikan, serta

dengan kandungan unsur hara yang lengkap dan terukur. Berdasarkan bentuknya

ada dua jenis pupuk organik buatan yaitu: padat dan cair

(15)

Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.

15

Jenis sampah organik yang bisa diolah menjadi pupuk organik adalah:

a. Sampah sayur baru

b. Sisa sayur basi, tetapi ini harus dicuci dulu, peras, lalu buang airnya

c. Sisa nasi

d. Sisa ikan, ayam, kulit telur

e. Sampah buah (anggur, kulit jeruk, apel dan lain-lain). Tapi tidak termasuk

kulit buah yang keras seperti kulit salak.

Sampah organik yang tidak bisa diolah:

a. Protein seperti daging, ikan, udang, juga lemak, santan, susu karena

mengundang lalat sehingga tumbuh belatung.

b. Biji-biji yang utuh atau keras seperti biji salak, asam, lengkeng, alpukat

dan sejenisnya. Buah utuh yang tidak dimakan karena busuk dan berair

seperti papaya, melon, jeruk, anggur.

c. Sisa sayur yang berkuah harus dibuang airnya, kalau bersantan harus

dibilas air dan ditiriskan ( Litauditomo, 2007).

Pupuk Cair organik

Menurut Simamora, dkk (2005) pupuk cair organik adalah pupuk yang

bahan dasarnya berasal dari hewan atau tumbuhan yang sudah mengalami

fermentasi dan bentuk produknya berupa cairan. Kandungan bahan kimia

didalamnya maksimum 5 %. Penggunaan pupuk cair memiliki beberapa

keuntungan sebagai berikut:

1. Pengaplikasiannya lebih mudah jika dibandingkan dengan pengaplikasian

pupuk organik padat.

(16)

3. Mengandung mikroorganisme yang jarang terdapat dalam pupuk organik

padat.

4. Pencampuran pupuk cair organik dengan pupuk organik padat

mengaktifkan unsur hara yang ada dalam pupuk organik padat tersebut.

(Simamora dkk, 2005)

Sedangkan menurut Hadisuwito (2007). Pupuk organik cair adalah larutan

dari hasil pembusukan bahan - bahan organik yang berasal dari sisa tanaman,

kotoran hewan, dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur.

Kelebihan dari pupuk organik ini adalah dapat secara cepat mengatasi defesiensi

hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara, dan mampu menyediakan hara

secara cepat.

Dibandingkan dengan pupuk cair anorganik, pupuk organik cair umumnya

tidak merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan sesering mungkin. Selain

itu, pupuk ini juga memiliki bahan pengikat, sehingga larutan pupuk yang

diberikan kepermukaan tanah bisa langsung digunakan oleh tanaman.

(Hadisuwito, 2007).

Prinsip Pengomposan

Bahan organik tidak dapat langsung digunakan atau dimanfaatkan oleh tanaman

karena perbandingan C/N dalam bahan tersebut relatif tinggi atau tidak sama

dengan C/N tanah. Nilai C/N tanah sekitar 10-12. Apabila bahan organik

mempunyai kandungan C/N mendekati atau sama dengan C/N tanah maka bahan

tersebut dapat digunakan atau diserap tanaman. Namun, umumnya bahan organik

(17)

Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.

17

50 (tergantung jenisnya), cabang tanaman 15-60 (tergantung jenisnya), kayu yang

telah tua dapat mencapai 400.

Prinsip pengomposan adalah menurunkan C/N rasio bahan organik sehingga

sama dengan tanah (<20). Dengan semakin tingginya C/N bahan maka proses

pengomposan akan semakin lama karena C/N harus diturunkan. Di dalam

perendaman bahan-bahan organik pada pembuatan kompos cair terjadi aneka

perubahan hayati yang dilakukan oleh jasad renik.

Perubahan hayati yang penting yaitu sebagai berikut :

1. Penguraian hidrat arang, selulosa, dan hemiselulosa.

2. Penguraian zat lemak dan lilin menjadi CO2 dan air

3. Terjadi peningkatan beberapa jenis unsur di dalam tubuh jasad renik

terutama nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Unsur-unsur tersebut

akan terlepas kembali bila jasad-jasad renik tersebut mati.

4. Pembebasan unsur-unsur hara dari senyawa-senyawa organik menjadi

senyawa anorganik yang berguna bagi tanaman.

Akibat perubahan tersebut, berat, isi bahan kompos tersebut menjadi

sangat berkurang. Sebagian senyawa arang hilang, menguap ke udara. Kadar

senyawa N yang larut (amoniak) akan meningkat. Peningkatan ini tergantung pada

perbandingan C/N bahan asal. Perbandingan C/N akan semakin kecil berarti

bahan tersebut mendekati C/N tanah. Idealnya C/N bahan sedikit lebih rendah

dibanding C/N tanah (Murbondo, 2004)

Kecepatan suatu bahan menjadi kompos dipengaruhi oleh kandungan C/N

(18)

menjadi kompos. Tanah pertanian yang baik mengandung unsur C dan N yang

seimbang. Setiap bahan organik mempunyai kandungan C/N yang berbeda.

Tabel 1. Kandungan C/N dari berbagai sumber bahan organik

Jenis Bahan Organik Kandungan C/N

Sumber : Gaur AC, 1983

(Simamora dan Salundik, 2006).

Dalam proses pengomposan terjadi perubahan seperti 1) karbohidrat,

selulosa, hemiselulosa, lemak dan lilin menjadi CO2 dan air, 2) zat putih telur

menjadi amonia, CO2 dan air, 3) penguraian senyawa organik menjadi senyawa

yang dapat diserap tanaman. Dengan perubahan tersebut, kadar karbohidrat akan

hilang atau turun dan senyawa N yang larut (amonia) meningkat. Dengan

demikian, C/N semakin rendah dan relatif stabil mendekati C/N tanah

(Indriani, 2004).

Pengomposan Anaerobik

Proses pengomposan anerobik berjalan tanpa adanya oksigen. Biasanya,

proses ini dilakukan dalam wadah tertutup sehingga tidak ada udara yang masuk

(19)

Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.

19

untuk membantu mendekomposisikan bahan yang dikomposkan. Bahan baku

yang dikomposkan secara anaerob biasanya berupa bahan organik yang berkadar

air tinggi.

Pengomposan anaerobik akan menghasilkan gas metan (CH4),

karbondioksida (CO2), dan asam organik yang memiliki bobot molekul rendah

seperti asam asetat, asam propionat, asam butirat, asam laktat, dan asam suksinat.

Gas metan bisa dimanfaatkan menjadi bahan bakar alternatif (biogas). Sisanya

berupa lumpur yang mengandung bagian padatan dan cairan. Bagian padat ini

yang disebut kompos padat dan yang cair yang disebut kompos cair

(Simamora dan Salundik, 2006).

Faktor-faktor Yang mempengaruhi Pembentukan Pupuk Organik

Pembentukan pupuk organik dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

1. Perbandingan Karbon-nitrogen( C/N) bahan baku pupuk organik

Nitrogen adalah zat yang dibutuhkan bakteri penghancur untuk

tumbuh dan berkembangbiak. Timbunan bahan kompos yang kandungan

nitrogennya terlalu sedikit (rendah) tidak menghasilkan panas sehingga

pembusukan bahan-bahan menjadi amat terlambat. Oleh karenanya, semua

bahan dengan kadar C/N yang tinggi, misalnya kayu, biji-bijian yang

keras, dan tanaman menjalar, harus dicampur dengan bahan yang berair.

Pangkasan daun dari kebun dan sampah-sampah lunak dari dapur amat

tepat digunakan sebagai bahan pencampur ( Murbandono, 2000).

Rasio C/N adalah perbandingan kadar karbon (C) dan kadar

nitrogen (N) dalam satu bahan. Semua mahluk hidup terbuat dari sejumlah

(20)

karbon dan bahan organik (dalam bentuk karbohidrat) dan nitrogen (dalam

bentuk protein, asam nitrat, amoniak dan lain-lain), merupakan makanan

pokok bagi bakteri anerobik. Unsur karbon (C) digunakan untuk energi

dan unsur nitrogen (N) untuk membangun struktur sel dan bakteri. Bakteri

memakan habis unsur C 30 kali lebih cepat dari memakan unsur N.

Pembuatan kompos yang optimal membutuhkan rasio C/N 25/1 sampai

30/1 (Yuwono, 2006).

Dalam proses pengomposan, 2/3 dari karbon digunakan sebagai

sumber energi bagi pertumbuhan mikroorganisme, dan 1/3 lainnya

digunakan untuk pembentukan sel bakteri. Perbandingan C dan N awal

yang baik dalam bahan yang dikomposkan adalah 25-30 (satuan berat

kering), sedangkan C/N diakhir proses adalah 12-15. Pada rasio yang lebih

rendah, amonia akan dihasilkan dan aktivitas biologi akan terlambat,

sedang pada rasio yang lebih tinggi, nitrogen akan menjadi variabel

pembatas. Harga C/N tanah adalah <20, sehingga bahan-bahan yang

mempunyai harga C/N mendekati C/N tanah, dapat langsung digunakan

(Damanhuri dan Padmi, 2007)

2. Ukuran Bahan

Semakin kecil ukuran bahan, proses pengomposan akan lebih cepat

dan lebih baik karena mikroorganisme lebih mudah beraktivitas pada

bahan yang lembut daripada bahan dengan ukuran yang lebih besar.

Ukuran bahan yang dianjurkan pada pengomposan aerobik antara 1-7,5

cm. Sedangkan pada pengomposan anaerobik, sangat dianjurkan untuk

(21)

Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.

21

lumpur. Hal ini untuk mempercepat proses penguraian oleh bakteri dan

mempermudah pencampuran bahan (Yuwono, 2006).

3. Komposisi Bahan

Pengomposan dari beberapa macam bahan akan lebih baik dan

lebih cepat. Pengomposan bahan organik dari tanaman akan lebih cepat

bila ditambah dengan kotoran hewan.

4. Jumlah Mikroorganisme

Dengan semakin banyaknya jumlah mikroorganisme maka proses

pengomposan diharapkan akan semakin cepat.

5. Kelembaban

Umumnya mikroorganisme tersebut dapat bekerja dengan

kelembaban sekitar 40-60%. Kondisi tersebut perlu dijaga agar

mikroorganisme dapat bekerja secara optimal. Kelembaban yang lebih

rendah atau lebih tinggi akan menyebabkan mikroorganisme tidak

berkembang atau mati.

6. Suhu

Faktor suhu sangat berpengaruh terhadap proses pengomposan

karena berhubungan dengan jenis mikroorganisme yang terlibat. Suhu

optimum bagi pengomposan adalah 40-60 0C. Bila suhu terlalu tinggi mikroorganisme akan mati. Bila suhu relatif rendah mikroorganisme

belum dapat bekerja atau dalam keadaan dorman.

7. Keasaman (pH)

Keasaman atau pH dalam tumpukan kompos juga mempengaruhi

(22)

Oleh karena itu, dalam proses pengomposan sering diberi tambahan kapur

atau abu dapur untuk menaikkan pH (Indriani, 2000).

Derajat keasaman pada awal proses pengomposan akan mengalami

penurunan karena sejumlah mikroorganisme yang terlibat dalam

pengomposan mengubah bahan organik menjadi asam organik. Pada

proses selanjutnya, mikroorganisme dari jenis lain akan mengkonversikan

asam organik yang telah terbentuk sehingga bahan memiliki derajat

keasaman yang tinggi dan mendekati normal ( Djuarnani,dkk, 2005).

Kondisi asam pada proses pengomposan biasanya diatasi dengan

pemberian kapur. Namun dengan pemantauan suhu bahan kompos secara

tepat waktu dan benar sudah dapat mempertahankan kondisi pH tetap pada

titik netral tanpa pemberian kapur (Yuwono, 2006).

Boisca

Boisca adalah kultur bakteri yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan

mikroorganisme di dalam lingkungan hidup. Boisca dapat menekan

mikroorganisme yang merugikan dan mendukung tanaman/ikan/ternak secara

optimal. Bakteri Indegenious mampu mengurai bahan organik dalam waktu

singkat menjadi senyawa sederhana yang dibutuhkan tanaman. Kemampuannya

memfermentasi bahan-bahan organik telah memungkinkan ikan/ternak

memperoleh pakan dan pencernaan yang sehat. Kekuatan dekomposisinya dapat

mengubah limbah padat/cair menjadi bahan yang bermanfaat bagi lingkungan.

(23)

Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.

23

ternak, pembuatan kompos, pembuatan pakan ikan/ternak, perbaikan kualitas

tanah/air, pengolahan limbah sampah organik (Hadisuwito, 2007).

Tabel 2. Jenis mikroorganisme yang terdapat dalam kultur EM4 serta peranannya

Jenis organisme Peranan

Bakteri asam laktat - Menghasilkan asam laktat dari gula

- Menekan pertumbuhan jamur yang merugikan, seperti fusarium

- Mempercepat penguraian bahan-bahan organik menjadi humus

Ragi\ yeast (Sachromices sp)

- Membentuk zat anti bakteri

- Meningkatkan jumlah sel akar dan perkembangan akar

Actinomycetes - Menghasilkan zat-zat bioaktif yang

berfungsi menghambat pertumbuhan jamur dan bakteri pathogen seperti fusarium

Jamur Fermentasi (Aspergillus sp)

- Menguraikan bahan organik (selulosa,

karbohidrat) dan mengubahnya menjadi alcohol, ester, dan zat antimikroba

- Dapat menghilangkan bau (Indriani,2004).

Perbandingan C/N

Rasio C/N adalah perbandingan kadar karbon (C) dan kadar nitrogen (N)

dalam satuan bahan. Semua makhluk hidup terbuat dari sejumlah besar bahan

karbon (C) serta nitrogen (N) dalam jumlah kecil (Yuwono, 2005).

Bahan organik yang mempunyai C/N yang tinggi berarti masih mentah.

Kompos yang belum matang (C/N tinggi) dianggap merugikan bila langsung

diberikan ke dalam tanah. Sebab bahan tersebut akan diserang oleh mikroba untuk

memperoleh energi (Yuwono, 2005).

pH

Kisaran pH kompos yang optimal adalah 6,0-8,0. derajat keasaman bahan

pada permulaan pengomposan pada umumnya asam sampai netral (pH 6,0-7,0).

(24)

karena sejumlah mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan mengubah

bahan organik menjadi asam organik. Pada proses selanjutnya, mikroorganisme

dari jenis yang lain akan mengkonversi asam organik yang telah terbentuk

sehingga derajat keasaman yang tinggi dan mendekati netral (Djuarnani dkk.,

2005).

Rendemen

Rendemen adalah perbandingan berat kering terhadap berat basah dan

dinyatakan dalam persen. Menurut Taib dkk (1989) rendemen dapat ditentukan

dengan cara bahan ditimbang sebelum diolah yang dinyatakan sebagai berat basah

kemudian setelah selesai diolah bahan ditimbang kembali dan dinyatakan sebagai

berat kering. Kemudian rendemen dihitung dengan rumus :

Rendemen =

awal Berat

akhir Berat

x 100 %

(25)

Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Mei 2009, sedangkan analisa

parameter dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Bahan dan Alat

Bahan

Bahan – bahan yang digunakan adalah :

1. Sampah organik (Sisa sayuran)

2. Cairan molase

3. Air sumur

4. Aktivator boisca

Alat

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. tong plastik

2. Pipa paralon ukuran panjang 13 cm dan diameter 1 inchi

3. Pipa paralon ukuran panjang 10 cm dan diameter 1 inchi

4. Pipa paralon ukuran panjang 9 cm dan diameter 1 inchi

5. Sambungan pipa berbentuk T

6. Sambungan pipa berbentuk L

7. Kran plastik

8. Alat bor

9. Meteran

(26)

11.pH meter

12.Sarung tangan

13.Masker

14.Timbangan

15.Parang

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan

perlakuan sebagai berikut :

Faktor I : Dosis boisca, dengan tiga taraf perlakuan

D1 = 10 ml

D2 = 20 ml

D3 = 30 ml

Faktor II : Lamanya penyimpanan dengan tiga taraf perlakuan

P1 = 7 hari

P2 = 14 hari

P3 = 21 hari

Jumlah kombinasi perlakuan sebanyak Tc = 3 x 3 = 9, sehingga ulangan percobaan

dapat dihitung :

Tc (n-1) ≥1

9 (n-1) ≥ 15

(n-1) ≥ 1,67

(27)

Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.

27

Dengan demikian penelitian dilakukan 3 kali ulangan, dengan kombinasi

perlakuan sebagai berikut :

D1P1 D2P1 D3P1

D1P2 D2P2 D3P2

D1P3 D2P3 D3P3 Model Rancangan Penelitian

Model rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL)

yang terdiri dari dua faktor perlakuan yaitu faktor boisca (D) dan faktor lama

perendaman (P) dengan kode rancangan :

Yijk = µ + i + j + ( )ij +∑ijk

dimana :

Yijk = Pengamatan pada unit percobaan yang mendapat perlakuan

faktor boisca pada taraf ke-I dan perlakuan lama

penyimpanan pada taraf ke-j pada ulangan k

µ = Nilai tengah sebenarnya

i = Efek perlakuan boisca pada taraf ke-i

j = Efek perlakuan lama penyimpanan pada taraf ke-j

( )ij = Efek interaksi perlakuan boisca pada taraf ke-i dengan

perlakuan lama penyimpanan pada taraf ke-j

(28)

Prosedur penelitian

Adapun prosedur penelitian sebagai berikut:

1. Pembuatan Komposter

1. Dibuat dua lubang udara disisi kanan dan kiri tong dengan

menggunakan bor. Diameter lubang harus sama dengan diameter

pipa paralon.

2. Dibuat satu lubang lagi disisi lain tong, posisi lubang ketiga ini

harus lebih rendah daripada lubang sebelumnya atau sekitar 10 cm

dari dasar tong.

3. Setelah itu, dibuat lubang-lubang kecil di badan pipa paralon 13

cm dan pipa paralon 10 cm. Lalu bungkus badan pipa yang

berlubang tersebut dengan kasa plastik hingga terutup rapi.

4. Selanjutnya instalasi udara untuk komposter dapat dirangkai,

dimulai dari memasang kedua pipa paralon 13 cm, masing-masing

pada lubang kanan dan kiri. Kedua pipa dimasukkan dari arah

dalam keluar. Pipa didorong dari dalam hingga keluar sekitar 3 cm

dari lubang dan sisinya sekitar 10 cm berada di dalam tong.

5. Kedua ujung pipa yang mencuat keluar 3 cm tersebut kemudian

ditutup dengan kasa plastik. Potong kasa plastik berbentuk

lingkaran dengan diameter sekitar 1 cm lebih panjang dari

diameter pipa. Beri lem PVC di sekitar ujung pipa, lalu tempelkan

(29)

Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.

29

6. Selanjutnya kedua pipa 13 cm tadi disambung dengan sambungan

pipa berbentuk T.

7. Dari kaki sambungan T tersebut dirangkaikan dengan pipa paralon

10 cm.

8. Kemudian pasang sambungan pipa L pada bagian ujung bawah

pipa paralon 10 cm. Sambungan pipa L dipasang dengan arah

kakinya mengarah ke lubang yang akan dipasang kran (lubang

ketiga) .

9. Dipasang kran plastik pada lubang ketiga tersebut.

10. Terakhir, dimasukkan pipa paralon 9 cm untuk menyambung

antara lubang kran plastik dengan pipa L.

Adapun prosedur penelitian adalah:

1. Dicacah sampah organik agar mudah dimasukan ke dalam

Komposter.

2. Dimasukkan sampah organik ke dalam komposter.

3. Disiapkan cairan bioaktifator boisca. Bioaktifator ini berfungsi

untuk membantu mempercepat proses pembusukan. Tata cara

penggunaannya:

1. Sprayer disiapkan dengan ukuran 800 ml.

2. Sprayer diisi dengan air sebaiknya menggunakan air sumur.

3. Ditambahkan boisca kedalam sprayer dengan perbandingan D1,

(30)

4. Cairan tersebut dikocok hingga merata dan siap digunakan.

5. Semprotkan boisca, cairan molase, hingga merata keseluruh

sampah dan tutup rapat komposter.

6. Setelah tertutup rapat, simpan di tempat yang teduh dan

terhindar dari sinar matahari langsung.

7. Simpan selama perlakuan P1, P2, dan P3, dan setelah itu .

Volume bahan organik akan menyusut dari volume awal.z

Parameter yang diamati

Perbandingan C/N Akhir

Pengambilan data C/N dilakukan setelah 7 hari atau setelah bahan

mengalami fermentasi. Dan hasil C/N diperoleh dengan menganalisa bahan atau

sampel di Laboratorium.

pH (Derajat Keasaman) akhir

Pengambilan data pH untuk dilakukan setelah pupuk cair jadi. Jika bahan

yang dikomposkan terlalu asam, pH dapat dinaikkan dengan cara menambahkan

kapur. Sebaliknya, jika nilai terlalu tinggi (basa) bisa diturunkan dengan

menambahkan bahan yang bereaksi asam (mengandung nitrogen) seperti urea atau

kotoran hewan.

Rendemen

Bahan yang sudah dicampur terlebih dahulu ditimbang untuk mengetahui

berat awal dari campuran bahan. Bahan tersebut dihitung rendemennya dengan

rumus sebagai berikut :

(31)

Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemberian Dosis Boisca

Dari hasil penelitian yang dilakukan, pemberian dosis boisca berpengaruh

sangat nyata terhadap perbandingan C/N, rendemen dan pH pupuk cair. Hal ini

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh pemberian jenis starter terhadap perbandingan C/N, rendemen, dan pH pupuk cair.

C/N pH Rendemen (%)

D1 = 10 ml 6,75 6,27 47.06

D2 = 20 ml 5,54 6,37 47.68

D3 = 30 ml 4,99 6,56 50.98

Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa pada perbandingan C/N tertinggi

terdapat pada pemberian Boisca dengan dosis 10 ml (D1) yaitu sebesar 6,75 dan

terendah pada pemberian Boisca dengan dosis 30 ml (D3) yaitu sebesar 4,99.

Nilai pH tertinggi terdapat pada pemberian Boisca dosis 30 ml (D3) yaitu sebesar

6,56 dan terendah pada pemberian Boisca dengan dosis 10 ml (D1) yaitu sebesar

6,27. Sedangkan rendemen tertinggi terdapat pada pemberian Boisca dengan dosis

(D3) yaitu sebesar 50,98 % dan terendah terdapat pada pemberian Boisca dengan

dosis (D1) yaitu sebesar 47,06 %.

Lama Perendaman

Lama perendaman memberikan pengaruh terhadap perbandingan C/N, pH,

dan rendemen dari pupuk cair. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh lama perendaman terhadap nilai perbandingan C/N, pH, dan rendemen

Perlakuan C/N pH Rendemen (%)

P1 = 7 hari 7,30 5,57 43.65

P2 = 14 hari 6,07 6,49 48.54

(32)

Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa perbandingan C/N tertinggi terdapat

pada faktor lama perendaman 7 hari (P1) yaitu sebesar 7,30 dan terendah terdapat

pada faktor lama perendaman 21 hari (P3) yaitu sebesar 3,92, pH tertinggi

terdapat pada faktor lama perendaman 21 hari (P3) yaitu sebesar 7,14 dan

terendah terdapat pada faktor lama perendaman 7 hari (P1) yaitu sebesar 5,57 dan

rendemen tertinggi terdapat pada faktor lama perendaman 21 hari (P3) yaitu 53,52

% dan terendah terdapat pada faktor lama perendaman 7 hari (P1) yaitu sebesar

43.65 %.

Untuk analisa tingkat perbedaan masing-masing parameter tentang

berbagai pemberian dosis starter dan lama perendaman terhadap parameter maka

dilakukan uji statistik lebih lanjut dengan hasil sebagai berikut :

Perbandingan C/N

Dari daftar sidik ragam pada Lampiran 1 diketahui bahwa pemberian dosis

Boisca memberikan pengaruh sangat nyata terhadap perbandingan C/N. Hasil

pengujian dengan least significant range (LSR) menunjukkan bahwa pengaruh

pemberian Boisca terhadap perbandingan C/N untuk tiap-tiap perlakuan dapat

dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Uji LSR efek utama pengaruh pemberian dosis Boisca terhadap perbandingan C/N kompos cair.

Jarak LSR

Perlakuan Rataan Notasi

P 0,05 0,01 0,05 0,01

- - - D3 4,99 a A

2 1,003 1,591 D2 5,54 a A

3 1,053 1,434 D1 6,75 b A

Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%.

Tabel 5 diatas menunjukkan pada taraf 5 % S1 berbeda nyata dengan S2

(33)

Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.

33

dan S3. Perbandingan C/N tertinggi terdapat pada perlakuan S1 yaitu 6,75 dan

terendah pada S3 yaitu 4,9

Gambar 1. Hubungan dosis Boisca dengan perbandingan C/N

Dari Gambar 1 dapat diketahui semakin banyak dosis Boisca yang

diberikan maka perbandingan C/N kompos cair yang dihasilkan akan semakin

rendah.

Menurut Indriani (2004) bahwa dengan bertambahnya jumlah

mikroorganisme diharapkan proses pengomposan akan lebih cepat. Pada proses

pengomposan terjadi penguraian (perubahan) yang menyebabkan kadar

karbohidrat akan hilang atau turun dan senyawa N yang larut (amonia) meningkat.

Dengan demikian, C/N semakin rendah dan relatif stabil mendekati C/N tanah.

Murbondo juga menguatkan hal ini bahwa kadar senyawa N yang larut (amoniak)

akan meningkat. Penigkatan ini tergantung pada perbandingan C/N asal.

Perbandingan C/N bahan yang semakin kecil berarti bahan tersebut mendekati

(34)

Dari daftar sidik ragam Lampiran 1 diketahui bahwa lama perendaman

memberikan pengaruh sangat nyata terhadap perbandingan C/N. Hasil pengujian

menunjukkan bahwa pengaruh lama perendaman terhadap perbandingan C/N

untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Uji LSR efek utama pengaruh lama perendaman terhadap perbandingan C/N kompos cair.

Jarak LSR

Perlakuan Rataan Notasi

P 0,05 0,01 0,05 0,01

- - - P3 3,92 a A

2 1,003 1,591 P2 6,07 b A

3 1,053 1,434 P1 7,30 c AB

Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%.

Tabel 6 di atas menujukkan pada taraf 5 % memberikan pengaruh berbeda

nyata antara satu dengan yang lainnya. Pada taraf 1 % perlakuan P1 berbeda tidak

nyata terhadap perlakuan P2 dan P3. Perbandingan C/N tertinggi terdapat pada

perlakuan P1 yaitu 7.30 dan terendah pada P3 yaitu 3,92

y = -1.69x + 9.14

Gambar 2. Hubungan lama perendaman dengan perbandingan C/N

Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa semakin lama hari perendaman maka

(35)

Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.

35

Lama perendaman memberi pengaruh sangat nyata terhadap perbandingan

C/N. Perbandingan C/N tertinggi diperoleh pada perlakuan P1 (7 hari) yaitu

sebesar 27,30 dan terendah pada perlakuan P3 ( 21 hari) yaitu 3,92.

Menurut Indriani (2004) prinsip pengomposan adalah menurunkan

perbandingan C/N hingga sama dengan C/N tanah (<20). Dengan semakin

tingginya C/N bahan maka akan semakin lama proses pengomposan.

pH

Dari daftar sidik ragam Lampiran 2 diketahui bahwa pemberian dosis

starter berpengaruh tidak nyata terhadap pH pupuk cair sehingga pengujian tidak

dilanjutkan.

Pemberian dosis Boisca berpengaruh sangat nyata terhadap pH pupuk cair.

pH tertinggi terdapat pada perlakuan D3 yaitu 6,56 dan terendah pada perlakuan

D1 yaitu 6,27.

Dari daftar sidik ragam Lampiran 2. diketahui bahwa lama perendaman

memberikan pengaruh sangat nyata terhadap pH. Hasil pengujian menunjukkan

bahwa pengaruh lama perendaman terhadap pH untuk tiap-tiap perlakuan dapat

dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Uji LSR efek utama pengaruh lama perendaman terhadap pH pupuk cair.

Jarak LSR

Perlakuan Rataan Notasi

P 0,05 0,01 0,05 0,01

- - - P1 5,57 a A

2 0,244 0,386 P2 6,49 b B

3 0,256 0,348 P3 7,14 c C

Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%.

Tabel 7 di atas menunjukkan pada taraf 5 % memberikan pengaruh

(36)

pengaruh sangat nyata antara satu dengan yang lainya. pH tertinggi terdapat pada

perlakuan P3 yaitu 7,14 dan terendah pada P1 yaitu 5,57.

Gambar 4. Hubungan lama perendaman dengan pH

Dari Gambar 4 diatas dapat diketahui bahwa semakin lama hari

perendaman maka pH yang dihasilkan semakin tinggi.

Djuarni dkk (2005) mengatakan bahwa derajat keasaman pada awal proses

pengomposan akan mengalami penurunan karena sejumlah mikroorganisme yang

terlibat dalam pengomposan mengubah bahan organik menjadi asam organik.

Pada proses selanjutnya, mikroorganisme dari jenis yang lain akan

mengkonversikan asam organik yang telah terbentuk sehingga bahan memiliki

derajat keasaman yang tinggi dan mendekati netral.

Rendemen

Dari daftar sidik ragam Lampiran 3 dapat diketahui bahwa pemberian

Boisca memberikan pengaruh sangat nyata terhadap rendemen. Hasil pengujian

menunjukkan bahwa pengaruh pemberian Boisca terhadap redemen untuk

(37)

Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.

37

Tabel 8. Uji LSR efek utama pengaruh pemberian Boisca terhadap rendemen pupuk cair

Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi

P 0,05 0,01 0,05 0,01

- - - D1 47,06 a A

2 0,720 1,141 D2 47,68 a A

3 0,755 1,029 D3 50,98 b B

Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%.

Tabel 8 di atas menunjukkan pada taraf 5 % Perlakuan D1 berbeda tidak

nyata terhadap perlakuan D2 dan berbeda nyata terhadap perlakuan D3. Pada taraf

1 % perlakuan D1 berbeda tidak nyata terhadap D2 dan berbeda sangat nyata

terhadap perlakuan D3. Rendemen tertinggi terdapat pada perlakuan D3 yaitu

50,98% dan terendah terdapat pada perlakuan D1 yaitu

47,06%

(38)

Dari Gambar diatas dapat diketahui bahwa semakin banyak dosis Boisca

yang diberikan pada proses pengomposan maka rendemen kompos yang

dihasilkan semakin besar.

Dari daftar sidik ragam Lampiran 3 dapat diketahui bahwa lama

perendaman memberikan pengaruh sangat nyata terhadap rendemen. Hasil

pengujian menunjukkan bahwa pengaruh lama perendaman terhadap rendemen

untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Uji LSR efek utama pengaruh lama perendaman terhadap Rendemen pupuk cair

Jarak LSR

Perlakuan Rataan Notasi

P 0,05 0,01 0,05 0,01

- - - P1 43,65 a A

2 0,720 1,141 P2 48,54 b B

3 0,755 1,029 P3 53,52 c C

Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%.

Tabel 9 di atas menunjukkan bahwa pada taraf 5 % setiap perlakuan

memberikan pengaruh berbeda nyata satu dengan yang lainnya, sedangkan pada

taraf 1 % setiap perlakuan memberikan pengaruh sangat nyata satu dengan yang

lainnya. Rendemen tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu 53,52% dan

terendah pada P1 yaitu 43,65%

(39)

Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.

39

Dari Gambar 5 diatas dapat diketahui bahwa semakin lama hari

perendaman maka rendemen yang dihasilkan semakin tinggi. Menurut Sutanto

(2002) pengomposan diartikan sebagai proses biologi oleh kegiatan

mikroorganisme dalam mengurai bahan organik. Bahan yang dibentuk

mempunyai volume yang lebih rendah dari pada bahan dasarnya. Hal ini sesuai

dengan yang dikatakan oleh Indriani (2004) bahwa lama pengomposan akan

meningkatkan aktivitas mikroba untuk menyerap air dan oksigen dari udara

kemudian menggunakannya untuk mengubah karbohidrat, lemak dan lilin menjadi

air dan CO2 sehingga kadar air kompos menjadi tinggi karena kadar air kompos

(40)

Kesimpulan

1. Pemberian dosis Boisca berpengaruh sangat nyata terhadap nilai

perbandingan C/N, pH dan rendemen.

2. Dari pemberian dosis Boisca sebanyak 10 ml diperoleh perbandingan C/N

6,75, pH sebesar 6,27 dan rendemen sebesar 47,06 %. Dengan pemberian

dosis Boisca sebesar 20 ml diperoleh perbandingan C/N sebesar 5,54, pH

sebesar 6,37 dan rendemen sebesar 47,68 %. Dengan pemberian dosis

Boisca sebanyak 30 ml diperoleh perbandingan C/N sebesar 4,99, pH

sebesar 6,56 dan rendemen sebesar 53,52 %.

3. Perlakuan lama perendaman berpengaruh sangat nyata terhadap nilai

perbandingan C/N , pH dan rendemen pupuk cair.

4. Dari lama perendaman 7 hari diperoleh perbandingan C/N sebesar 7,30,

pH sebesar 5,57 dan rendemen sebesar 43,65 %. Dengan lama perendaman

14 hari diperoleh perbandingan C/N 6,07 pH sebesar 6,49 dan rendemen

sebesar 48,54 %. Dengan lama perendaman 21 hari diperoleh

perbandingan C/N sebesar 3,92 , pH sebesar 7,14 dan rendemen sebesar

(41)

Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.

41

Saran

1. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, sebaiknya

dilakukan lama perendaman 7 hari agar fermentasi yang terjadi

menghasilkan C/N yang diinginkan.

2. Untuk penelitian selanjutnya perlu dicari bahan yang dapat

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Amurwaraharja, I. P., 2006. Analisis Teknologi Pengolahan Sampah Dengan Proses Hirarki Analitik dan Metode Valuasi Kontingensi Studi Kasus di Jakarta Timur, Makalah Falsafah Sains. Bogor : Institut Pertanian Bogor, Ilmu Pengolahan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Program Pascasarjana.

Damanhuri, E., dan Tri Padmi, 2007. Pengomposan-Composting.

Djuarnani, N., Kristian, B.S., Setiawan, 2005. Cara Tepat Membuat Kompos. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Hadisuwito, S., 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair.. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta

Indriani, Y.H., 2004. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya, Jakarta.

Litauditomo, 2007. Mengolah Sampah Rumah Tangga.

Marsono dan Paulus., 2001. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Murbandono, L.H.S., 2000. Membuat Kompos. Penebar Swadaya, Jakarta.

Murbondo, L., 2004. Pupuk Organik Padat, Pembuatan Aplikasi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Purwendro. S., dan Nurhidayat. 2006. Mengolah Sampah untuk Pupuk dan Pestisida Organik. Seri Agritekno. Penebar Swadaya, Jakarta.

Simamora, S., Salundik, Sriwahyuni dan Surajin. 2005. Membuat Biogas Pengganti Bahan Bakar minyak dan Gas dari Kotoran Ternak. Agromedia Pustaka, Bogor.

Sofian, 2007. Sukses Membuat Kompos Dari Sampah. PT.Agromedia Pustaka, Jakarta.

Sudradjat, H, R., 2006. Mengelola Sampah Kota. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sutanto, 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius, Yogyakarta.

Taib, G., G. Said, S. Wiraatmadja., 1989. Operasi Pengeringan pada Pengolahan Hasil Pertanian, Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.

Yuwono, D., 2005. Kompos. Penebar Swadaya, Jakarta.

(43)

Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.

43

Lampiran 1. Perbandingan C/N

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

D1P1 7.84 7.20 11.64 26.68 8.89

D1P2 5.60 6.00 6.64 18.24 6.08

D1P3 5.32 5.23 5.25 15.80 5.27

D2P1 8.09 6.00 6.40 20.49 6.83

D2P2 6.88 5.74 5.94 18.56 6.19

D2P3 3.18 3.79 3.86 10.83 3.61

D3P1 7.24 5.54 5.72 18.50 6.17

D3P2 6.76 5.52 5.52 17.80 5.93

D3P3 2.59 2.89 3.14 8.62 2.87

Total 53.50 47.91 s 155.52

Rataan 5.94 5.32 6.01 5.76

Daftar Analisa Sidik Ragam

SK db JK KT Fhitung F0.05 F0.01

Perlakuan 8 73,92 9,24 9,00 ** 2,51 3,71

S 2 14,51 7,25 7,07 ** 3,55 6,01

D1 26,68 18,24 15,80 60,72

D2 20,49 18,56 10,83 49,88

D3 18,50 17,80 8,62 44,92

(44)

Lampiran 2. Data pH

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

D1P1 5.60 5.78 5.86 17.24 5.75

D1P2 6.46 6.58 6.23 19.27 6.42

D1P3 6.58 6.63 6.73 19.94 6.65

D2P1 5.68 5.68 5.72 17.08 5.69

D2P2 6.60 6.45 6.51 19.56 6.52

D2P3 7.28 6.37 7.03 20.68 6.89

D3P1 5.50 4.70 5.57 15.77 5.26

D3P2 6.44 6.56 6.57 19.57 6.52

D3P3 8.03 7.73 7.92 23.68 7.89

Total 58.17 56.48 58.14 172.79

Rataan 6.46 6.28 6.46 6.40

Daftar Analisa Sidik Ragam pH

SK db JK KT Fhitung F0.05 F0.01

Perlakuan 8 14,39 1,80 29,75 ** 2,51 3,71

S 2 3,80E-01 1,90E-01 3,14 tn 3,55 6,01

Linier 1 3,67E-01 3,67E-01 6,07 * 4,41 8,29

Kuadratik 1 1,28E-02 1,28E-02 0,21 tn 4,41 8,29

P 2 11,33 5,66 93,62 ** 3,55 6,01

Linier 1 11,22 11,22 185,47 ** 4,41 8,29

Kuadratik 1 1,08E-01 1,08E-01 1,78 tn 4,41 8,29

S x P 4 2,69 6,72E-01 11,11 ** 2,93 4,58

D1 17,24 19,27 19,94 56,45

D2 17,08 19,56 20,68 57,32

D3 15,77 19,57 23,68 59,02

(45)

Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.

45

Lampiran 3. Data rendemen

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

D1P1 41.48 41.48 41.48 124.44 41.48

D1P2 48.48 48.21 49.17 145.86 48.62

D1P3 52.21 50.84 50.17 153.22 51.07

D2P1 43.67 42.15 43.87 129.69 43.23

D2P2 48.48 48.48 48.48 145.44 48.48

D2P3 51.97 51.84 50.17 153.98 51.33

D3P1 45.56 46.25 46.93 138.74 46.25

D3P2 48.55 48.53 48.52 145.60 48.53

D3P3 56.97 58.84 58.67 174.48 58.16

Total 437.37 436.62 437.46 1311.45

Rataan 48.60 48.51 48.61 48.57

Daftar Analisa Sidik Ragam Rendemen

SK db JK KT Fhitung F0.05 F0.01

Perlakuan 8 570,08 71,26 134,81 ** 2,51 3,71

S 2 80,00 40,00 75,67 ** 3,55 6,01

Linier 1 69,23 69,23 130,96 ** 4,41 8,29

Kuadratik 1 10,77 10,77 20,38 ** 4,41 8,29

P 2 438,19 219,09 414,47 ** 3,55 6,01

Linier 1 438,18 438,18 828,92 ** 4,41 8,29

Kuadratik 1 0,01 0,01 0,02 tn 4,41 8,29

S x P 4 51,89 12,97 24,54 ** 2,93 4,58

D1 124,44 145,86 153,22 423,52 D2 129,69 145,44 153,98 429,11 D3 138,74 145,60 174,48 458,82

(46)

Mulai

Persiapan Alat Persiapan Bahan

Pengeboran / Pembuatan Lubang pada Tong dan

Pipa Paralon

Pencarian Sampah Organik (Sayur-Sayuran)

Pemotongan Kain Kasa Pencacahan Sampah

Perangkaian Alat •pemasangan pipa paralon •pemasangan kain kasa •penyambungan pipa paralon •pemasangan kran

Komposter

Penambahan Bioaktivator dan Air

Fermentasi (7 hari, 14hari, 21 hari)

Pengambilan Sampel

Analisis

(47)

Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.

47

(48)

Gambar

Tabel 1. Kandungan C/N dari berbagai sumber bahan organik
Tabel 2. Jenis mikroorganisme yang terdapat dalam kultur EM4 serta peranannya
Tabel 3. Pengaruh pemberian jenis starter terhadap perbandingan C/N, rendemen, dan pH pupuk cair
Gambar 1. Hubungan dosis Boisca dengan perbandingan C/N
+6

Referensi

Dokumen terkait

Tim di dalam pengabdian kepada masyarakat ini terdiri dari Masayu Endang Apriyanti, S.E, M.Pd sebagai ketua dan Fitriyah Puspita, S.E, M.Pd sebagai anggota,

Terjadi kekosongan hukum terkait dengan sanksi secara administratif maupun ketiadaan ketentuan pidana yang dapat dikenakan dan diterapkan bagi subjek hukum pemilik alat angkutan yang

masyarakat dalam pengorganisiran dan pengelolaan sampah rumah tangga ini tidak hanya pada penyadaran serta pemanfaatan sampah untuk di olah menjadi barang yang

Wadah yang digunakan adalah wadah yang terbuat dari bahan tara pangan ( food grade ) dan bersih. Depot Air Minum wajib memeriksa wadah yang dibawa konsumen

diambil pada penelitian ini adalah sebagian dari populasi yaitu siswi-siswi kelas X dan XI pada SMAN 10 Banjarmasin pada bulan Mei 2013, berjumlah 98 orang. Kriteria

The scatter gram of Importance-Performance Analysis in Figure 4.6 which displays the model of listening process shows no feature needs to be repaired; they but only need

tidak ada korelasi antar error term pada periode pengamatan yang berbeda dilanggar dalam sebuah persamaan yang telah terspesifikasi dengan benar. Otokorelasi urutan pertama (

Adanya keinginan untuk berhasil dapat mendorong mahasiswa untuk lebih rajin belajar karena keinginan ini berasal dari diri sendiri akan memacu tingkat belajarnya