• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Kondisi Umum Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan

Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan merupakan salah satu daerah yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Desa Percut berada pada posisi 03° 41’ 33” Lintang Utara dan 98° 46’ 6” Bujur Timur. Luas wilayah Desa Percut yaitu sebesar 1063 Ha.Berdasarkan laporan kependudukan tahun 2011, Desa Percut memiliki jumlah penduduk 12.153 jiwa. Desa Percut memiliki ketinggian berkisar 1- 2 meter dari permukaan laut, beriklim tropis, suhu udara rata-rata 23°C – 30 °C. Memiliki kecepatan angin 30 km/jam. Secara administrasi Desa Percut mempunyai batas-batas wilayah antara lain sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cinta Damai, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tanjung Rejo, sebelah Timur berbatasan dengan Desa TanjungSelamat dan Pematang Lalang. Topografi pantai yang datar, memiliki dataran pantai yang rendah. Desa ini memiliki kelembapan udara sedang, memiliki jenis tanah aluvium, yang terdiri dari kerikil, pasir, lempung dan batu gamping, dan memiliki warna tanah abu-abu (Profil Desa Percut, 2009).

2.872 hektar, sedangkan yang utuh sebesar 728 hektar yang berada di sepanjang sungai menuju laut.

Pengukuran Salinitas Pada Sumur Bor

Data hasil pengukuran salinitas pada sumur bor berdasarkan klasifikasi airnya didapatkan jumlah air sumur yang sangat bagus sebesar 6,8%, bagus sebesar 1,8%, diijinkan sebesar 49,1%, meragukan sebesar 40,5%, dan berbahaya 1,8% dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Klasifikasi Air Berdasarkan Salinitas

Air sumur bor yang termasuk dalam klasifikasi air berdasarkan jenis airnya didapatkan kategori air tawar sebesar 8,5%, payau sebesar 67,9%, dan sedang sebesar 23,6% dapat dilihat pada Gambar 6 berikut ini:

Gambar 6. Sumur Bor Berdasarkan Jenis Air Klasifikasi Air Berdasarkan Salinitas

1,8% 6,8% 40,5% 1,8% 49,1% Sangat Bagus(175) Bagus(175 – 525) Diijinkan (525 – 1400) Meragukan (1400-2100) Berbahaya (>2100)

Klasifika si Air Berda sarka n Jenis Air

67,9%

23,6% 8,5%

Air tawar (<500) Payau (1500-5000) sedang (500-1500)

Peta Sebaran Salinitas dan Lokasi Sumur Bor

Hasil Pemetaan Sebaran Salinitas di Desa Percut dapat dilihat pada Gambar. G am ba r 7 P et a S eba ran S al ini tas

Pengaruh Kedalaman Sumur Bor Terhadap Nilai Salinitas

Hubungan antara kedalaman sumur dan salinitasdapat dilihat pada Gambar 8 berikut ini:

Gambar 8. Hubungan Kedalaman Sumur dengan Salinitas

Pembahasan

Klasifikasi Air Berdasarkan Salinitas

Berdasarkan Gambar 5, dapat dilihat salinitas berdasarkan konsentrasi garam menunjukkan bahwa kadar garam pada titik sampel tidak merata. Terdapat klasifikasi air sangat bagus sebesar 6,8%, bagus sebesar 1,8%, diijinkan sebesar 49,1%, meragukan 40,5%, dan berbahaya 1,8% , mengacu pada Kodoatie (1996) pada tabel 3. Air sumur bor yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari nilai salinitas bervariasi berkisar antara 333 mg/l sampai 2333 mg/l (lampiran 1). Sebagian sumur masih layak pakai, kebanyakan tidak layak pakai untuk dikonsumsi sebagai air minum dan memasak.

0 20 40 60 80 100 120 0 500 1000 1500 2000 2500 K e d al am an (m ) Salinitas (mg/l)

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/Per/IX/ 1990 tentang pengawasan dan syarat-syarat kualitas air yang disebut sebagai air minum adalah air yang memenuhi syarat kesehatan yang dapat langsung diminum, sedangkan yang disebut sebagai air bersih adalah air yang memenuhi syarat kesehatan, yang harus dimasak terlebih dahulu sebelum diminum. Air yang diijinkan harus memenuhi syarat kesehatan dimaksud meliputi syarat-syarat fisika, kimia, dan mikrobiologi. Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan fisik, jernih atau tidak keruh (kekeruhan). Air yang berbahaya akan terasa asam, dan asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik. Kondisi sumur bor tersebut bervariasi tergantung besarnya pengaruh dari intrusi air laut yang masuk.

Kodoatie (1996) bahwa kadar garam di dalam air melebihi dari yang diijinkan maka pengaruh salinitas terhadap manusia adalah penurunan kualitas dan kuantitas air yang berdampak pada kesehatan dan aktifitas manusia. Selanjutnya Hidayat (2011), menyatakan air minum tidak boleh mengandung garam lebih dari 1400 mg/l. Pengaruh salinitas terhadap tanaman dapat menyebabkan daunnya menjadi layu dan berwarna kekuning-kuningan. Dampak salinitas terhadap tanah yang dominan adalah pada proses terjadinya erosi tanah. Secara umum ditemukan bahwa tanah berbutir halus akan lebih stabil terhadap

terhadap gaya gravitasi. Pada ikan menyebabkan pertumbuhan yang terganggu dan terhambatnya proses osmoregulasi.

Sumur bor digunakan pada umumnya untuk minum, mandi, mencuci, tetapi kebanyakan penduduk tidak menggunakannya untuk air minum. Sebagian besar penduduk di Desa Percut menggunakan sumur bor untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Air PDAM sudah ada tetapi tidak semua penduduk mempunyai air PDAM untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, hanya warga yang mampu saja yang bisa menggunakan air PDAM, Sedangkan warga yang tidak mampu hanya menggunakan sumur bor untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.Tidak semua air yang terdapat di alam layak untuk dikonsumsi. Agar dapat layak dikonsumsi, diperlukan upaya pengolahan air.

Irianto (2004) menyatakan upaya pengolahan air pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan dengan mengacu pada syarat kuantitas, kualitas, kontinuitas, dan ekonomis.

Berdasarkan Gambar 6, terdapat 106 titik sumur bor yang tersebar di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan. Terdapat jenis air tawar sebesar 8,5%, sedang 23,5%, dan payau 67,9%. Pada penelitian ini nilai salinitas berdasarkan jenis air yang diperoleh untuk klasifikasi air tawar adalah 0-500 mg/l.Air tanah tawar hanya dijumpaipada 9 sumur bor. Air tanah sedang berkisar antara 500-1500 mg/l, yang terdapat pada25 sumur bor, sedangkan payau dengan nilai salinitas berkisar antara 1500-5000 mg/l terdapat pada72 sumur bor dengan salinitas yang berbeda-beda.

Dari 106 titik air sumur bor di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan yang mendominasi jenis air payau dan hanya 9 sumur bor yang memiliki jenis air

tawar. Hal ini mengindikasikan bahwa telah terjadi intrusi air laut yang disebabkan banyaknya sumur bor yang terdapat di Desa Percut. Sumur bor menyedot air tanah sehingga permukaan air tanah menjadi lebih rendah dari pada permukaan air laut. Selanjutnya dekatnya lokasi Desa Percut dengan pantai semakin mempercepat terjadinya intrusi air laut.

Kodoatie (1996) menyatakan bahwa, intrusi air laut di suatu wilayah dapat terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu muka air tanah berada di bawah muka air laut, sifat fisik tanah dan batuan yang lambat meluluskan air, letaknya dekat dengan pantai, dan dipengaruhi kepadatan penduduk.

Semakin besar jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi saat ini menjadikan kebutuhan akan air bersih terus meningkat, baik air untuk kebutuhan sehari-hari, domestik maupun untuk kebutuhan industri. Dalam pemenuhan kebutuhan air bersih tersebut, masyarakat lebih banyak mengandalkan airtanah baik yang diambil dari akuifer dangkal maupun akuifer dalam. Hal tersebut dikarenakan pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Desa Percut belum sepenuhnya dimiliki oleh penduduk setempat. Dengan begitu masyarakat yang ada di Desa Percut membeli air bersih pada agen-agen penjualan air untuk memenuhi kebutuhan minum dan memasak (Indahwati, 2012).

Peta Sebaran Salinitas dan Lokasi Sumur Bor

sebelah Barat berbatasan dengan desa Tanjung Rejo, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tanjung Selamat dan Pematang Lalang.

Desa Percut memiliki topografi pantai yang datar, memiliki dataran pantai yang rendah. Bentuk topografi pada suatu daerah dapat mempengaruhi air tanah pada daerah tersebut. Menurut Putranto dan Kristi (2009), daerah dataran rendah yang merupakan daerah yang cenderung lebih cepat berkembang dibandingkan daerah yang memiliki topografi lebih tinggi.Desa Percut Sei Tuan merupakan daerah pesisir dengan jenis tanah di daerah ini adalah tanah alluvium yang terdiri dari kerikil, pasir, lempung dan batu gamping.

Menurut Syahputra (2013), Tanah alluvium ialah tanah yang berasal dari endapan lumpur yang dibawa oleh aliran air sungai. Umumnya batuan di endapan alluvium bersifat tidak kompak sehingga potensi air tanahnya cukup baik. Lapisan ini terbentuk oleh batuan atau material yang mempunyai permeabilitas tinggi atau mampu mengalirkan air dengan baik seperti lapisan pasir, kerikil, pasir, lempung dan batu gamping. Batuan penyusun akuifer apabila berupa pasir akan menyebabkan air laut lebih mudah masuk ke dalam air tanah. Sifat yang sulit untuk melepas air adalah lempung sehingga intrusi air laut yang telah terjadi akan sulit untuk dikendalikan atau diatasi, sedangkan tanah yang mengandung batu gamping dan kerikil mampu menyerap air hujan lebih banyak dari tanah biasa.

Menurut Ningsih (2008), Desa Percut Sei Tuan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara yang memiliki potensi ekosistem mangrove yang besar dengan luas sekitar 3600 hektar. Kondisi Hutan Mangrove Pada Empat Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang, dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Kondisi Hutan Mangrove pada Empat Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang.

No. Kecamatan Luas (ha) Luas yang dirambah (ha)

Luas yang utuh (ha)

1 Labuhan Deli 6.245 2.550 3.695

2 Hamparan Perak 1.955 842 1.112

3 Percut Sei Tuan 3.600 2.872 728

4 Pantai Labu 2.079 - -

Sumber: Ningsih, 2008

Tabel 4 menunjukkan bahwa kondisi hutan mangrove sekarang tampak telah mengalami perubahan dengan adanya penebangan hutan mangrove karena kegiatan lain yang berdampak pada kerusakan ekosistem mangrove. Kondisi hutan mangrove di Kabupaten Deli Serdang sudah relatif rusak bahkan ekosistemnya sudah hampir tidak ada. Dari tabel diatas dapat dilihat Desa Percut paling rendah kedua dari empat kecamatan di Deli Serdang, luas mangrove utuh yang tersisa sebesar 728 ha dari 3600 ha luas hutan mangrove. Penebangan hutan mangrove secara terus-menerus tanpa memikirkan dampaknya terhadap lingkungan kemungkinan akan mempercepat intrusi air laut masuk kedaratan.

Menurut Susilo (2010), eksploitasi dan degradasi hutan mangrove mengakibatkan terjadinya perubahan ekosistem kawasan pantai, seperti intrusi air laut dan abrasi pantai yang meluas sampai daratan. Berbagai upaya harus perlu dilakukan agar intrusi air laut tidak terjadi diantaranya dengan mangrovisasi dengan melakukan aktivitas penanaman mangrove (bakau) di pinggir pantai dan menjaga kelestariannya. Mengingat bahwa mangrove sebagai green belt (sabuk

salinitas. Kedalaman sumur bor di Desa Percut berkisar antara 20-110 meter. Makin dalam sumur, air yang dihasilkan akan semakin bagus. Sumur dengan kedalaman 20 meter dengan nilai salinitas 2333 mg/l, jenis air yang didapatkan adalah payau dapat dikategorikan berbahaya, sedangkan kedalaman 110 meter dengan salinitas 0 mg/l baru didapatkan jenis air tawar. Pada umumnya air berwarna keruh atau kotor serta berwarna kuning dan berasa payau, hanya terdapat 9 sumur yang memiliki jenis air tawar.

Berdasarkan Sastra (2009), sumur dalam dan terletak di dekat pantai tidak tercampur dengan air asin, tetapi terkadang percampuran terjadi meskipun sumur tersebut dangkal dan cukup jauh. Pengaruh kondisi lingkungan disekitar sumur bor akan mempengaruhi air sumur. Kepadatan penduduk dan pemukiman yang sangat kotor dan terdapat sampah disekitar rumah juga dapat mempengaruhi kondisi air sumur bor penduduk.

Menurut Ginting (2011), Kedalaman sumur bor berdasarkan struktur dan lapisan tanahjuga mempengaruhi kualitas air. Sumber air khususnya air tanah ditunjukkan dari buruknya kondisi sumber air baku berupa air payau, air asin hingga keruh menunjukkan bahwa adanya keterbatasan masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya air tanah (Pramushinto dan Marif, 2013).

Strategi Pengelolaan Sumberdaya Air Di Desa Percut

Kebutuhan air selalu meningkat sesuai dengan pertambahan penduduk , mengakibatkan terjadinya penyedotan air tanah termasuk sumur bor secara besar-besaran yang berdampak pada penurunan ketinggian permukaan air tawar sehingga lebih rendah dari permukaan air laut. Kebutuhan air yang selalu meningkat sering membuat orang lupa bahwa daya dukung alam ada batasnya

dalam memenuhi kebutuhan air. Umumnya sumber air minum yang berasal dari salah satu alternatif yang dilakukan manusia adalah penggunaan sumur bor guna memenuhi kebutuhan rumah tangga (Ginting, 2011).

Pengaruh kondisi lingkungan disekitar sumur bor juga mempengaruhi air sumur. Berdasarkan Sastra (2009), sumur dalam dan terletak di dekat pantai tidak tercampur dengan air asin, tetapi terkadang percampuran tersebut terjadi meskipun sumur tersebut dangkal dan cukup jauh. Hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan setempat. Bentuk topografi pada suatu daerah dapat mempengaruhi air tanah pada suatu daerah tersebut. Berdasarkan data geologi jenis batuan yang terdapat di Desa Percut terdiri darikerikil, pasir, lempung dan batu gamping termasuk di dalam satuan alluvium.

Kerusakan hutan mangrove juga mempengaruhi kondisi air tanah, Jika terjadi kerusakan maka lahan ini akan menjadi bencana bagi masyarakat. Dimana akan terjadi abrasi yang membuat garis pantai semakin jauh ke daerah pedalaman.Untuk mengatasi permasalahan tersebut agar tidak semakin parah maka dilakukan konservasi. Konservasi adalah segenap proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang dikandungnya terpelihara dengan baik.

Menurut Asdak (2007), Penurunan muka air tanah akan menyebabkan terjadinya intrusi air laut semakin cepat. Hal ini diperlukan pengelolaan sumberdaya air tanah ditunjukkan melalui cara:

depan (samping) rumah, melalui talang dapat dialirkan ke dalam sumur resapan.

2. Pemerintah daerah hendaknya melakukan penyuluhan langsung ke lapangan tentang pemanfaatan pelestarian serta dampak dari kerusakan ekosistem mangrove kepada seluruh penduduk.

3. Kerjasama antara pemerintahan, pihak swasta dan penduduk terhadap kebersihan lingkungan baik di darat dan di air.

4. Penegakan aturan penggunaan air permukaan maupun air bawah tanah. Setiap bentuk penyalahgunaan air dan pelanggaran terhadap ketentuan zona air tawar untuk ditindak secara tegas dan konsisten.

5. Pemerintah daerah perlu berupaya untuk bisa memberikan pelayanan PDAM ke tempat-tempat yang belum mendapatkan sarana tersebut.

Dokumen terkait