PEMETAAN SALINITAS PADA SUMUR BOR DI DESA
PERCUT KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN
DELI SERDANG
SKRIPSI
OLEH
DELIANA DONGORAN
090302031PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
▸ Baca selengkapnya: contoh proposal sumur bor pertanian
(2)PEMETAAN SALINITAS PADA SUMUR BOR DI DESA
PERCUT KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN
DELI SERDANG
SKRIPSI
DELIANA DONGORAN
090302031Skripsi sebagai satu diantara beberapa syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan di Fakultas
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Pemetaan Salinitas Pada Sumur Bor Di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
Nama Mahasiswa : Deliana Dongoran
NIM : 090302031
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan
Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing
Yunus Afifuddin, S.Hut, M.Si Riri Ezraneti, S.Pi, M.Si
Ketua Anggota
Mengetahui
Dr. Ir. Yunasfi, M.Si
Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
Pemetaan Salinitas Pada Sumur Bor Di Desa Percut Kecamatan Percut Sei
Tuan Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Medan, Desesmber 2013
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Pasar Sipiongot pada tanggal
09 Februari 1991, Anak ketiga dari enam bersaudara ini
merupakan putri dari pasangan dari Almarhum H. Anas
Basri Dongoran S.Sos dan ibu Tinurjannah
Simanungkalit. Penulis menyelesaikan pendidikan di
MAN 1 Padang Sidimpuan dengan jurusan IPA tahun
2009. Penulis diterima di Universitas Sumatera Utara
melalui jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Program Studi Baru, terdaftar
sebagai mahasiswa pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Pertanian.
Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Pelabuhan
Perikanan Nusantara (PPN) Sibolga selama 1 (satu) bulan dan magang di Dinas
Pertanian Dan Kelautan Unit Pelaksana Teknis Budidaya selama 1 bulan. Untuk
menyelesaikan studi di Fakultas, penulis melaksanakan penelitian dengan judul
“Pemetaan Salinitas Pada Sumur Bor Di Desa Percut Kecamatan Percut Sei
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Pemetaan
Salinitas Pada Sumur Bor Di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten
Deli Serdang” yang merupakan tugas akhir dalam menyelesaikan studi pada
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada ayahanda Almarhum H. Anas Basri
Dongoran S,Sos dan ibunda Tinurjannah Simanungkalit, yang penuh
pengorbanan, memberikan motivasi dan dukungan moril maupun material serta
doa yang tidak henti kepada penulis selama mengikuti pendidikan hingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
abang saya Tanta Maydenni Dongoran, SP, kakanda Tanti Asrina Dongoran,
Amkeb, dan adinda Ajanasyah Putra Dongoran, Annisyah Putri Dongoran, Doli
Amriansyah Dongoran.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Yunus
Afifuddin, S.Hut, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing dan kepada Ibu Riri
Ezraneti, S.Pi, M.Si selaku anggota komisi pembimbing, yang telah banyak
Penulis juga mengucapkan kepada Kepala Desa di Desa Percut Kecamatan
Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang yang telah memberikan kesempatan dan
izin kepada penulis untuk pengambilan data dalam melakukan penelitian. Terima
kasih kepada Intan Iksaura, Dewi Roma, Rina Sari lubis, S.Pi, Sharah Dina, Rika
Wirani, Popy Aprilia, Nina Syafrianti, Ghanang Dhika Aria, Muhammad Riski,
Dedi Pradana, Reza Alnanda, S.Pi, Hafis Fahrezi, Fhatul Khoiri, dan seluruh
teman-teman seperjuangan di angkatan 2009 Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang manajemen sumberdaya perairan.
Medan, Desember 2013
ABSTRACK
DELIANA DONGORAN. Salinity Mapping in Drilling Well In the Percut Village Percut Sei Tuan sub-district Deli Serdang Regency. Guided by Yunus Afifuddin and Riri Ezraneti.
The rapid development of technology, followed by the development of the population, resulting in the occurrence of ground water extraction including more drilling wells impact on the reduction of fresh water surface elevation that is lower than sea level. Drilling wells is one type of the most widely used in the unserved areas of clean water to meet their daily needs. This study aims to determine the salinity at each point of borehole water samples and determine the distribution of salinity that occurred in the wellbore and to know the effect of distance and depth of wells drilled in the Percut Village Percut Sei Tuan regency Deli Serdang. This research was conducted using ArcView GIS 3.3 software to obtain a map that will show the distribution of salty water. The results showed that the salinity of the water wells at each sample point occurs unevenly. Groundwater salinity in the borehole is affected by sea water intrusion, where seawater intrusion is the process of entry of sea water into the aquifer mainland as a result of the occurrence of excessive use of ground water. Salinity values ranged from 333 - 2333 mg / l. Depths ranging from 20 m - 110 m. Based on the calculation results are affected by salinity variations in the depth of the wells where the water is getting cleaner acquired.
ABSTRAK
DELIANA DONGORAN. Pemetaan Salinitas Pada Sumur Bor Di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Dibimbing oleh Yunus Afifuddin dan Riri Ezraneti.
Pesatnya perkembangan teknologi yang diikuti dengan perkembangan penduduk, mengakibatkan terjadinya penyedotan air tanah termasuk sumur bor secara besar-besaran yang berdampak pada penurunan ketinggian permukaan air tawar sehingga lebih rendah dari permukaan air laut. Sumur bor merupakan salah satu tipe sumur yang paling banyak digunakan di daerah yang belum mendapatkan pelayanan sarana air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui salinitas pada tiap-tiap titik sampel air sumur bor dan mengetahui sebaran salinitas yang terjadi pada sumur bor serta mengetahui pengaruh jarak dan kedalaman sumur bor di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software ArcView GIS 3,3 untuk memperoleh peta yang akan memperlihatkan sebaran air asin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar garam air sumur pada tiap-tiap titik sampel terjadi tidak merata. Keasinan air tanah pada sumur bor dipengaruhi oleh intrusi air laut, dimana intrusi air laut adalah proses masuknya air laut ke dalam akuifer daratan sebagai dampak terjadinya pemanfaatan air tanah yang berlebihan. Nilai salinitas berkisar antara 333 – 2333 mg/l. Kedalaman berkisar antara 20 m – 110 m. Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh variasi salinitas dipengaruhi oleh kedalamannya dimana semakin dalam sumur maka air yang diperoleh semakin bersih.
DAFTAR ISI
Manfaat Penelitian... 4
TINJAUAN PUSTAKA Air Tanah ... 5
Akuifer ... 6
Pergerakan Air Tanah ... 7
Pengambilan Air Tanah ... 7
Pengambilan Air Tanah Melalui Sumur ... 9
Intrusi Air Laut ... 10
Kualitas Air Tanah ... 12
Salinitas ... 14
Efek Salinitas ... 14
Hubungan Sumur Dengan Salinitas ... 15
Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG)... 18
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ... 20
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan ... 23
Pengukuran Salinitas Pada Sumur Bor ... 24
Peta Sebaran Salinitas dan Lokasi Sumur Bor ... 25
Pengaruh Kedalaman Sumur Bor Terhadap Salinitas ... 26
Strategi Pengelolaan Sumberdaya Air Di Desa Percut………. 33
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 35
Saran ... 35
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Karakteristik Fisika dan Kimia Tanah ... 6
2. Klasifikasi Air Berdasarkan Jenis Air ... 13
3. Klasifikasi Air Berdasarkan Kadar Garam ... 14
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Kerangka Pemikiran ... 3
2. Kondisi Dimana Intrusi Air Laut Terjadi Karena Keseimbangan Terganggu Akibat Pengambilan Air ... 17
3. Pengambilan Air Tanah ... 17
4. Peta Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan ... 20
5. Pengukuran Salinitas Untuk Sumur Bor ………. 24
6. Klasifikasi Air Berdasarkan Jenis Air………... 24
7. Peta Sebaran Salinitas Dan Lokasi Sumur……….. 25
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Data Pengukuran Salinitas ... 40
2. Lokasi Penelitian ……….. ... 45
3. Pengukuran Salinitas……… ... 46
ABSTRACK
DELIANA DONGORAN. Salinity Mapping in Drilling Well In the Percut Village Percut Sei Tuan sub-district Deli Serdang Regency. Guided by Yunus Afifuddin and Riri Ezraneti.
The rapid development of technology, followed by the development of the population, resulting in the occurrence of ground water extraction including more drilling wells impact on the reduction of fresh water surface elevation that is lower than sea level. Drilling wells is one type of the most widely used in the unserved areas of clean water to meet their daily needs. This study aims to determine the salinity at each point of borehole water samples and determine the distribution of salinity that occurred in the wellbore and to know the effect of distance and depth of wells drilled in the Percut Village Percut Sei Tuan regency Deli Serdang. This research was conducted using ArcView GIS 3.3 software to obtain a map that will show the distribution of salty water. The results showed that the salinity of the water wells at each sample point occurs unevenly. Groundwater salinity in the borehole is affected by sea water intrusion, where seawater intrusion is the process of entry of sea water into the aquifer mainland as a result of the occurrence of excessive use of ground water. Salinity values ranged from 333 - 2333 mg / l. Depths ranging from 20 m - 110 m. Based on the calculation results are affected by salinity variations in the depth of the wells where the water is getting cleaner acquired.
ABSTRAK
DELIANA DONGORAN. Pemetaan Salinitas Pada Sumur Bor Di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Dibimbing oleh Yunus Afifuddin dan Riri Ezraneti.
Pesatnya perkembangan teknologi yang diikuti dengan perkembangan penduduk, mengakibatkan terjadinya penyedotan air tanah termasuk sumur bor secara besar-besaran yang berdampak pada penurunan ketinggian permukaan air tawar sehingga lebih rendah dari permukaan air laut. Sumur bor merupakan salah satu tipe sumur yang paling banyak digunakan di daerah yang belum mendapatkan pelayanan sarana air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui salinitas pada tiap-tiap titik sampel air sumur bor dan mengetahui sebaran salinitas yang terjadi pada sumur bor serta mengetahui pengaruh jarak dan kedalaman sumur bor di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software ArcView GIS 3,3 untuk memperoleh peta yang akan memperlihatkan sebaran air asin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar garam air sumur pada tiap-tiap titik sampel terjadi tidak merata. Keasinan air tanah pada sumur bor dipengaruhi oleh intrusi air laut, dimana intrusi air laut adalah proses masuknya air laut ke dalam akuifer daratan sebagai dampak terjadinya pemanfaatan air tanah yang berlebihan. Nilai salinitas berkisar antara 333 – 2333 mg/l. Kedalaman berkisar antara 20 m – 110 m. Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh variasi salinitas dipengaruhi oleh kedalamannya dimana semakin dalam sumur maka air yang diperoleh semakin bersih.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara maritim yang luas. Banyak kota besar di
Indonesia yang terletak di daerah pantai. Sari dan khadijah (2010), menyatakan
bahwa salah satu daerah yang berdekatan dengan daerah pantai adalah Desa
Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera
Utara yang terletak lebih kurang 25 km dari Medan. Desa ini tepat berada di tepi
Sungai Tuan yang alirannya bermuara ke Selat Malaka. Wilayah ini kelihatan
kumuh setelah memasuki desa Percut yang dihuni sekitar 12.153 jiwa dan
rumah-rumah panggung yang terbuat dari papan. Daerah di sekitar pantainya memiliki
sumur air tawar dengan kedalaman sumur yang relatif rendah. Kebanyakan
penduduk di sana jarang menggunakan air PAM, tetapi penduduk disana
kebanyakan menggunakan sumur bor. Sumur bor merupakan salah satu sumber
daya air yang baik dibandingkan sumber air lainnya yang dipergunakan
masyarakat setempat untuk konsumsi dan keperluan sehari-hari.
Kebutuhan air selalu meningkat sesuai dengan pertambahan penduduk.
Kebutuhan air yang selalu meningkat sering membuat orang lupa bahwa daya
dukung alam ada batasnya dalam memenuhi kebutuhan air. Umumnya sumber air
minum yang berasal dari salah satu alternatif yang dilakukan manusia adalah
penggunaan sumur bor guna memenuhi kebutuhan rumah tangga maupun
kebutuhan industri, karena disamping mudah diperoleh dan juga sangat ekonomis.
Pesatnya perkembangan teknologi yang diikuti dengan perkembangan
secara besar-besaran yang berdampak pada penurunan ketinggian permukaan air
tawar sehingga lebih rendah dari permukaan air laut. Hal ini menyebabkan
terjadinya intrusi air laut. Intrusi air laut merupakan salah satu penyebab
terjadinya penurunan kualitas air. Intrusi air laut menyebabkan terkontaminasinya
air tawar menjadi payauhingga asin. Oleh sebab itu, perlu diidentifikasi
keberadaannya agar tidak terjadi perluasan intrusi air laut.
Sehubungan dengan hal di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang ”
Pemetaan Salinitas Pada Sumur BorDi Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan
dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis”.
Perumusan Masalah
Masalah pokok penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Berapa salinitas yang terkandung dalam air pada sumur bor penduduk di Desa
Percut Kecamatan Percut Sei Tuan?
2. Bagaimana gambaran sebaran salinitas yang terjadi pada sumur bor penduduk
di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan?
Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis salinitas air sumur bor di DesaPercut.
2. Menganalisis sebaran salinitas yang terjadi pada sumur bor di Desa Percut
Kecamatan Percut Sei Tuan.
Pengambilan air sumur bor penduduk
Dokumentasi Studi Pustaka
Pengukuran Salinitas Pengukuran kedalaman sumur bor Peninjauan Lokasi Penelitian
Penentuan Titik Sampel (GPS)
Pengambilan Data Lapangan
Hasil
Pengolahan Data (Arc View GIS 3.3)
3. Menganalisis pengaruh kedalaman terhadap kualitas airsumur bor.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi dan gambaran
kondisi sumber air sumur bor di Desa Kecamatan Percut Sei Tuan bagi
pemerintah sehingga dapat dijadikan salah satu pertimbangan untuk pembangunan
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Air Tanah
Air tanah adalah semua air yang terdapat dalam ruang batuan dasar yang
bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang antara butir-butir tanah
yang terbentuk di dalam retak-retak buatan. Kebanyakan air tanah berasal dari
hujan. Air hujan yang merembes ke dalam tanah menjadi bagian dari air tanah,
perlahan-lahan mengalir ke laut, atau mengalir langsung dalam tanah atau
dipermukaan dan bergabung dengan aliran sungai (Hamzah, 2011).
Air tanah merupakan komponen dari suatu daur hidrologi
(hydrologiccycle)yang melibatkan banyak aspek biogeofisik.Siklus hidrologi
menggambarkan hubungan antara curah hujan, aliran permukaan, infiltrasi,
evapotranspirasi, dan sumber berasal dari air yang ada di permukaan tanah (air
hujan, air danau, dan sebagainya) kemudian meresap ke dalam tanah/akuifer dan
mengalir menuju ke daerah pelepasan. Aliran di dalam akuifer memerlukan waktu
lama bisa puluhan sampai ribuan tahun tergantung dari jarak dan jenis batuan
yang dilaluinya (Rejekiningrum, 2009).
Menurut Effendi (2003) kemampuan tanah dan batuan dalam menahan air
tergantung pada sifat porositasnya dan permeabilitas tanah. Pada dasarnya, berasal
dari air hujan, baik melalui proses infiltrasi secara langsung maupun tidak
Tabel 1. Karakteristik Fisika dan Kimia Tanah dengan Tekstur yang Berbeda
Lumpur (silt) Sedang Sedang Sedang Sedang
Pasir (sand) Jelek Baik Jelek Baik
Tanah liat(loam) Sedang Sedang Sedang Sedang
Sumber : Effendi (2003).
Sumber utama dari air tanah adalah air hujan yang masuk ke dalam tanah
atau melalui badan air seperti sungai dan mengalami poses perkolasi menuju
akuifer. Air yang mengalami proses infiltrasi masuk ke dalam tanah akan
meningkatkan kelembaban tanah dan setelah melampaui kapasitas jenuh maka air
akan bergerak vertikal untuk masuk ke dalam lapisan air tanah oleh pengaruh
gaya gravitasi. Pemanfaatan dan pengambilan air tanah yang tak terkendali dalam
arti pengambilan jumlah air tanah yang berlebihan tanpa diimbangi jumlah
pengisian air tanah akan merugikan manusia itu sendiri. Dalam penggunaan air
tanah diperlukan kualitas air tertentu untuk kebutuhan air minum maupun untuk
kebutuhan yang lain (Siswanto, 2011).
Akuifer
Akuifer merupakan suatu lapisan batuan atau formasi geologi yang jenuh
air yang bersifat permeabel, dapat menyimpan dan meneruskan air dalam jumlah
permeable atau lapisan yang dapat dilalui oleh air tanah seperti lapisan pasir atau
lapisan kerikil yang jenuh dengan air tanah disebut juga dengan akuifer. Dengan
demikian pada dasarnya akuifer adalah kantong air yang berada di dalam tanah
(Lestari, dkk 2012).
Pergerakan Air tanah
Perbedaan potensi kelembaban total dan kemirinngan antara dua
titik/lokasi dalam tanah dapat menyebabkan gerakan air dalam tanah. Air bergerak
dari tempat dengan potensi kelembaban tinggi ke tempat dengan potensi
kelembaban yang lebih rendah. Selanjutnya air akan bergerak mengikuti lapisan
(lempengan) formasi geologi sesuai dengan arah kemiringan lapisan formasi
geologi tersebut. Kelembaban tanah tidak selalu mengakibatkan gerakan air dari
tempat basah ke tempat kering. Oleh pengaruh energi panas matahari, air juga
dapat bergerak ke arah permukaan tanah, sampai tiba gilirannya menguap ke
udara (Asdak, 2007).
Pengambilan Air tanah
Menurut Siswanto (2001) Pemanfaatan dan pengambilan air tanah di suatu
cekungan air tanah yang tidak terkendali dalam arti pengambilan jumlah air tanah
melebihi jumlah pengisian air tanah, atau secara keseluruhan output sistem air
lebih besar dari pada input, akan menimbulkan efek-efek antara lain:
a. Penurunan cadangan air tanah.
b. Penurunan muka air tanah secara terus-menerus.
c. Terjadinya susupan air bergaram dari laut ke arah daratan.
Meningkatnya kebutuhan air, baik untuk keperluan industri, pertanian dan
kebutuhan rumah tangga, pengambilan air tanah juga mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Hal ini menjadi salah satu faktor pendorong besarnya
pemanfaatan air tanah. Dalam merencanakan pengambilan air tanah, perlu
persiapan yang meliputi teknik pengambilan air tanah, informasi hidrogeologi,
peta pengendalian air tanah, informasi geologi, peta topografi, data meteorologi
dan hidrologi di daerah yang akan dimanfaatkan air tanahnya(Siswanto, 2011).
Pengambilan air tanah terjadi karena adanya pengaruh dari pertumbuhan
jumlah penduduk yang semakin tinggi, hal ini mengakibatkan kebutuhan akan air
semakin besar. Kebutuhan air yang besar mendorong manusia untuk mencari
pengganti air sungai yang merupakan sumber utama air bersih mulai tercemar
oleh berbagai macam limbah. Sebagai pengganti air sungai, penduduk beralih
menggunakan air tanah sebagai air baku untuk kebutuhan hidup. Sebagai imbas
dari peralihan penduduk yang menggunakan air sungai ke air tanah sebagai air
bersih, maka muncul banyak sumur-sumur gali dan dilakukan pemboran sumur
untuk kegiatan industri yang memerlukan banyak air untuk melakukan proses
produksi. Kegiatan eksplorasi air tanah yang berlebihan ini merupakan sumber
utama timbulnya masalah air tanah pada daerah urban (Putranto dan Kristi, 2009).
Effendi (2003) menyatakan air tanah dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu bebas dan tertekan. Air tanah bebas adalah akuifer yang hanya sebagian
Pengambilan Air Tanah Melalui Sumur
Menurut Ginting (2011) Sumur merupakan sumber utama persediaan air
bersih bagi penduduk yang tinggal di daerah pedesaan maupun di perkotaan
Indonesia. Secara teknis dapat di bagi menjadi 2 jenis yaitu:
a. Sumur dangkal (shallow well)
Cara pengambilan yang paling tua dan sederhana adalah dengan membuat
sumur gali dengan kedalaman lebih rendah dari posisi permukaan jumlah air yang
dapat diambil dari sumur gali biasanya terbatas, dan air yang diambil adalah air
dangkal. Untuk pengambilan air yang lebih besar diperlukan luas dan kedalaman
galian yang lebih besar. Kedalaman sumur gali tergantung lapisan tanah,
ketinggian dari permukaan air laut, dan ada tidaknya air bebas di bawah lapisan
tanah. Sumur gali biasanya dibuat dengan kedalaman dari 5-8 meter di bawah
permukaan tanah. Cara ini cocok untuk daerah pantai dimana berada di atas air
asin. Berdasarkan jenis tanah dan kedalaman, air bebas sumur gali dapat diperoleh
sebagai berikut:
- Tanah berpasir: sumur gali cukup 6-8 m telah memperoleh air bebas
- Tanah liat: kedalaman sumur >12 m baru memperoleh air bebas
- Tanah kapur: umumnya sumur gali harus>40 m baru diperoleh air bebas
a. Sumur dalam (deep well)
Pengambilan dilakukan dengan membuat sumur dalam atau lazim disebut
sumur bor. Kedalaman sumur bor berdasarkan struktur dan lapisan tanah:
- Tanah berpasir: biasanya kedalaman 30-40 m sudah memperoleh air, biasanya
- Tanah liat: biasanya kedalaman 40-60 m akan diperoleh air yang baik dan air
akan naik mencapai 7 m dari permukaan tanah
- Tanah berkapur: biasanya sumur dengan kedalaman di atas 60 m
kemungkinan baru mendapat air dan apabila ada air, airnya sukar/tidak bisa
naik ke atas dengan sendirinya
- Tanah berbukit: biasanya sumur dibuat diatas 10 m atau diatas 20 m
kemungkinan tipis sekali untuk memperoleh air. Air yang diperoleh
sukar/tidak bisa naik keatas dengan sendirinya.
Air tanah yang disedot secara besar-besaran menyebabkan terjadi
ketidakseimbangan antara pegambilan/pemanfaatan air tanah. Hal ini dapat
menyebabkan menurunkan air tanah, di daerah pesisir penurunan permukaan air
tanah akan mengakibatkan perembesan air laut ke daratan (intrusi), Karena
tekanan menjadi lebih kecil dibandingkan dengan tekanan air laut (Ginting,
2011).
Intrusi Air Laut
Pemanfaatan air tanah yang berlebihan dan pengelolaan sumber-sumber
air yang tidak memperhatikan keadaan lingkungan dapat mengakibatkan
penurunan muka air tanah, intrusi air laut, banjir, dan lain sebagainya. Intrusi air
laut adalah proses masuknya air laut ke dalam akuifer daratan sebagai dampak
terjadinya pemanfaatan air tanah yang berlebihan dan tidak terarah. Di daerah
sumber air. Penyusupan air laut akan bergerak menjauh dari garis pantai selama
pemompaan untuk pemasoknya di tempat-tempat yang terdekat dengan daerah
batas air tawar dan air asin. Selain itu, meskipun pemompaan tidak melebihi
pemasoknya, penyusupan air laut akan tetap terjadi.Hanya saja akan berhenti tetap
di suatu tempat tertentu, jika tercapai pada keadaan tetap (stady state)(Siswanto,
2011).
Intrusi air laut di suatu wilayah dapat terjadi karena dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu muka air tanah di bawah muka air laut, curah hujan yang
kurang, sifat fisik tanah dan batuan kurang/lambat meluluskan air, letaknya dekat
dengan pantai, luas lahan terbangun sangat luas dan penduduknya sangat padat.
intrusi air laut di suatu wilayah dapat dikenal dengan melakukan pendekatan
kualitas air tanah, hidrolika air tanah dan lingkungan batuan yang menyusunnya
(Siswanto, 2011).
Percampuran air asin dan air tawar dalam sebuah sumur dapat terjadi
dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Dasar sumur terletak dibawah perbatasan antara air asin dan air tawar.
2. Permukaan air dalam sumur selama pemompaan menjadi lebih rendah dari
permukaan air laut, sehingga pengaruhnya mencapai tepi pantai.
3. Keseimbangan perbatasan antara air asin dan air tawar tidak dapat
dipertahankan, perbatasan itu dapat naik secara abnornamal yang disebabkan
oleh penurunan permukaan air di dalam sumur selama pemompaan.
Menurut Purba (2009), intrusi air laut terjadi melalui tiga cara yaitu:
1. Pergeseran batas air laut dan air tawar (interface) di daerah pantai. Pergeseran
ini terjadi karena pengambilan air tanah yang berlebihan sehingga
menurunkan muka air tanah.
2. Pemompaan air tanah semi tertekan yang berlebihan di daratan. Akibatnya air
yang tersedot bukan lagi air tawar tetapi air asin. Akibatnya air asin yang
tersedot akan menyebar dan mencemari air tanah bebas di sekitar pemompaan.
3. Intrusi melalui muara sungai. Intrusi air laut pada air sungai menyebabkan air
berkadar garam tinggi ini bergerak dan mengisi air tanah disekitarnya.
Akibatnya air tanah di sekitar sungai berkadar garam tinggi.
Peningkatan intrusi air laut menurut Dinas KLH. ESDM Kota Medan (2003)
disebabkan oleh beberapa hal antara lain adalah:
1. Pemanfaatan dan penggunaan air bawah tanah yang berlebihan tanpa
memperhatikan faktor lingkungan. Pemompaan sejumlah air bawah tanah
yang lebih besar akan mengakibatkan terjadinya kekosongan pori pada akuifer
yang semakin besar sehingga tekanan pada akuifer semakin berkurang, dengan
kondisi demikian maka akan memungkinkan air laut menerobos akuifer.
2. Terjadinya perubahan fungsi lahan mangrove dan penebangan hutan bakau
yang berfungsi sebagai penahan air laut dan mencegah terjadinya abrasi saat
ini semakin sering dilakukan karena dapat digunakan sebagai bahan baku kayu
yang berkaitan dengan kuantitas air tanah umumnya dijumpai selama musim
kemarau, yaitu tinggi muka air tanah yang semakin jauh dari permukaan
sumur(Asdak, 2007).
Kualitas sumberdaya air bawah tanah tergantung pada komposisi batuan
yang membentuk akuifer serta pengaruh dari luar, misalnya air laut dan sumber
pencemaran. Secara umum kualitas air dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Kualitas baik untuk bahan baku air minum
b. Kualitas jelek untuk bahan baku air minum
Kualitas air baik yaitu memenuhi persyaratan fisik, jernih, atau tidak
keruh, tidak berwarnadan tidak pahit. Sedangkankualitas air jelek misalnya
mempunyai kadar salinitas yang tinggi sehingga bersifat payau ataupun asin atau
tidak layak untuk dijadikan bahan baku air minum (KepMen, 2000).
Berdasarkan AS Kapoor (2001) dalam Kurniati (2009) Klasifikasi air
menurut jenis air dapat dilihat pada Tabel 2.
Kadar Garam (mg/l) Jenis Air
<500 Air Tawar/Bersih
500-1500 Sedang
1500-5000 Payau
>5000 Asin
35000 Sangat Asin
>35000 Pahit
Kualitas air tanah tergantung pada perpaduan antara air yang masuk ke
dalam tanah, batuan yang dilewati dan pada akhirnya mencapai lapisan air tanah
yang ada dalam akuifer. Kualitas air tanah ditentukan oleh materi yang dilewati,
yaitu jenis tanah, dan batuan, jenis aliran dan proses perubahan fisik, kimia
meningkat atau turun sejalan dengan pergerakan air dalam siklus hidrologi. Jadi
kualitas air tanah ditentukan oleh lingkungan yang mempengaruhi selama dalam
perjalanan (Husni dan Roh, 2012).
Salinitas
Salinitas adalah larutan garam yang pada kadar tertentu akan
mempengaruhi kualitas air. Pada perairan laut dan limbah industri, salinitas perlu
diukur. Salinitas adalah konsentrasi total ion yang terdapat di perairan (Effendi,
2003).
Salinitas dinyatakan dengan satuan g/kg atau promil(‰). Nilai salinitas
perairan tawar biasanya kurang dari 0,5 ‰, perairan payau antara 0,5‰ - 30‰.
Pada perairan hipersaline, nilai salinitas dapat mencapai kisaran 40‰ -80‰. Pada
perairan pesisir nilai salinitas sangat dipengaruhi oleh masukan air tawar dari
sungai (Barus, 2004).
Efek salinitas
Menurut Kodoatie (1996) Efek salinitas berpengaruh terhadap manusia
karena kadar garam di dalam air melebihi dari yang diijinkan maka pengaruh
salinitas terhadap manusia adalah penurunan kualitas yang berdampak pada
kesehatan dan aktifitas manusia. Klasifikasi air berdasarkan konsentrasi garam
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Klasifikasi Air Berdasarkan Konsentrasi Garam
Hubungan Sumur Dengan Salinitas
Menurut Kodoatie (1996) Salinitas terjadi bila keseimbangan antara air
laut terganggu baik itu dari air laut maupun dari aliran air tanah. Gangguan ini
biasanya terjadi di daerah pantai dimana banyak penduduk tinggal. Semakin
banyak manusia semakin banyak pula aktivitas yang dilakukan terhadap pantai
khususnya dalam pemanfaatan sebagai sumber air bersih. Hubungan pemukiman
dan salinitas akan saling memberikan dampak timbal balik, dalam pengertian
bahwa pemukiman baik secara kuantitatif maupun kualitatif akan mempengaruhi
salinitas di daerah pantai, demikian juga sebaliknya. Pada prinsipnya dampak
tersebut dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu dampak langsung dan dampak
tidak langsung. Perlu diketahui bahwa umumnya dampak ini berkembang secara
perlahan dan dalam jangka waktu yang relatif lama. Salah satu penyebabnya
adalah karena umumnya aliran bersifat laminar dengan kecepatan rambat yang
sangat kecil.
a. Dampak langsung
Pengambilan terutama dengan sumur baik dangkal maupun dalam secara
tidak teratur akan menyebabkan jumlah air bersih yang mengalir ke laut akan
berkurang, sehingga keseimbangan antara air laut dan air tawar terganggu.
Hasilnya adalah bahwa intrusi air laut akan berkembang lebih ke hilir. Masyarakat
yang tinggal di pantai baru akan menyadari ketika penggunaan air bersih dari
b. Dampak tidak langsung
Dampak ini merupakan akibat dari aktivitas di daerah pantai yang secara
tidak langsung memberi pengaruh pada salinitas, kegiatan yang positif
(mengurangi intrusi air laut) antara lain:
- Pengembangan irigasi di daerah pantai karena membutuhkan air tawar dengan
sumber dari aliran permukaan
- Peningkatan peresapan air permukaan ke dalam tanah, misalnya pembuatan
sumur resapan.
Kegiatan yang negatif (penyebab intrusi air laut) antara lain:
- Peningkatan industri, pemukiman, yang mengakibatkan kebutuhan air bersih
meningkat.Sehingga menimbulkan pengambilan yang tidak terkendali,
akibatnya terjadi intrusi air laut yang berkembang secara perlahan.
- Pemadatan tanah, mengakibatkan tanah yang tadinya kedap air menjadi tidak
kedap air, hal ini juga merupakan efek tidak langsung dari peningkatan
pembangunan bangunan-bangunan industri dan pemukiman (Kodoatie, 1996).
Sebelum ada pengambilan air tawar maka akan terjadi
keseimbanganantara air tawar dan air laut di dalam tanah. Begitu ada
pengambilan air tawar dari sumur pengeboran maka terjadi gangguan
keseimbangan, air laut akan mendesak lebih ke hulu seperti pada gambar 2
Gambar 2. Kondisi dimana intrusi air laut terjadi karena keseimbangan terganggu akibat pengambilan air (Kodoatie, 1996).
Di daerah pantai, penurunan muka air tanah dapat mengakibatkan
terjadinya intrusi air laut. Ilustrasi proses terjadinya intrusi air laut dapat dilihat
pada gambar 3. Di zona akifer air tanah bebas yang terletak di dekat permukaan
air laut, air tanah tawar terletak di bagian atas air laut. Pengambilan lebih (over-
eksploitation) air tanah di daerah sekitar pantai dapat mengakibatkan
melengkungnya tinggi muka air tanah (atas dan bawah) di sekitar sumur.
Gambar 3. Pengambilan air tanah (a) sebelum, (b) sesudah (Asdak, 2007).
Sistem Informasi Geografis (SIG)
Pengambilan air tanah yang berlebihan
Sistem Informasi Geografis (SIG) atau disebut juga dengan GIS
(Geographic Information System) merupakan seperangkat sistem/alat untuk
membuat, mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi, menvisualisasikan,
mentransformasi, memanggil kembali, menampilkan dan menganalisis informasi
dikaitkan dengan posisi pada permukaan bumi (georeferensi). Sistem informasi
geografis juga dapat dikatakan sebagai sistem pendukung keputusan yang
computerized, yang melibatkan integrasi data spasial dalam memecahkan masalah
lingkungan. Sistem informasi geografis juga mempunyai kemampuan untuk
melakukan teknik analisis spasial misalnya bufffering, overlaying, dan lain-lain
(Oktrafina, 2010).
Sistem informasi geografis (SIG) dapat mempresentasikan real world
(dunia nyata) di atas monitor komputer sebagaimana lembaran peta dapat
mempresesntasikan dunia nyata di atas kertas. Tetapi, sistem informasi geografis
memiliki kekuatan lebih fleksibel dari pada lembaran peta kertas. Peta merupakan
representasi grafis dari dunia nyata, objek-objek yang direpresentasikan di atas
peta disebut unsur peta. Peta menggunakan titik, garis, dan poligon, dalam
mempresentasikan objek-objek dunia nyata (Prahasta, 2005).
Keuntungan penggunaan sistem informasi geografis antara lain:
- Ada koordinasi pemrosesan data-data tersimpan dalam basis data beratribut dan
saling berhubungan
Dapat diaplikasikan untuk berbagai kepentingan, pengelolaan fasilitas,
sumber daya alam, lingkungan, perencanaan, serta dilengkapi dengan
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei- Juni 2013 di Desa Percut
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara.
Berikut peta lokasi penelitian:
Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah refraktometer, GPS
(Global Position system), kamera digital, alat-alat tulis, tisu, pipet tetes, dan
perangkat komputer. Bahan yang digunakan adalah aquadest dan air sumur bor di
bor untuk menentukan kandungan salinitas. Sedangkan data sekunder adalah
berupa data luas wilayah Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan, data jumlah
penduduk, dan data pendukung lainnya.
Penentuan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dengan Intensitas Sampling.
Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan luas wilayah Desa Percut
Kecamatan Percut Sei Tuan yakni 1063 Ha dengan jarak antara unit sampel
berkisar antara 80-100 meter. Intensitas sampling yang digunakan sebesar 10%.
Dalam menentukan jumlah sampel yang akan diukur kadar salinitas dari air sumur
bor ditentukan berdasarkan intensitas sampling (Siregar, 2007).
n = IS x N
Keterangan:
n = Jumlah unit contoh
IS = Besarnya intensitas sampling
N = Jumlah unit populasi
Prosedur Penelitian
a. Survei Lapangan
Kegiatan survei lapangan merupakan kegiatan pengumpulan data sekunder
yang dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan melalui
wawancara dengan pegawai kantor Kecamatan Percut Sei Tuan dan kantor
Kelurahan Percut. Data yang diperoleh berupa luas wilayah, jumlah penduduk
b. Penentuan lokasi sumur
Penentuan lokasi sumur ditentukan berdasarkan intensitas sampling, Jumlah
sumur bor yang akan diukur salinitasnya sekitar 106 sumur, dimana jarak
antara sumur yang satu dengan sumur yang lain berkisar antara 80-100 meter.
Untuk pengambilan contoh dimulai dari garis pantai sebagai titik acuan,
kemudian dari titik acuan garis pantai menuju sumur-sumur bor di Desa
Percut. Lokasi setiap sumur diidentifikasi menggunakan peralatan GPS. Dari
peralatan ini diperoleh koordinat spasial geografis dari masing-masing sumur.
c. Pengukuran salinitas
Dari masing-masing sumur diambil airnya, selanjutnya air yang telah diambil,
diukur salinitasnya dengan menggunakan refraktometer. Dalam pengukuran
salinitas dilakukan pengambilan sebanyak 3 sampel ulangan.
d. Dokumentasi
Dokumentasi berupa foto yang dapat menghasilkan deskripsi sebagai data
pelengkap untuk meyakinkan keadaan yang sebenarnya di lapangan.
e. Studi Pustaka
Merupakan teknik yang digunakan untuk mendapatkan data-data sekunder,
berupa data-data kependudukan, lokasi penelitian, luas lahan dan data-data
lain yang dibutuhkan dalam penelitian. data ini diperoleh dari kantor
Analisis Data
Hasil pengukuran air sumur dan data koordinat geografiskemudian diolah
dengan menggunakan Software Arc View GIS 3,3 untuk memperoleh peta yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi Umum Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan
Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan merupakan salah satu daerah
yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Desa
Percut berada pada posisi 03° 41’ 33” Lintang Utara dan 98° 46’ 6” Bujur Timur.
Luas wilayah Desa Percut yaitu sebesar 1063 Ha.Berdasarkan laporan
kependudukan tahun 2011, Desa Percut memiliki jumlah penduduk 12.153 jiwa.
Desa Percut memiliki ketinggian berkisar 1- 2 meter dari permukaan laut,
beriklim tropis, suhu udara rata-rata 23°C – 30 °C. Memiliki kecepatan angin 30
km/jam. Secara administrasi Desa Percut mempunyai batas-batas wilayah antara
lain sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan
dengan Desa Cinta Damai, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tanjung Rejo,
sebelah Timur berbatasan dengan Desa TanjungSelamat dan Pematang Lalang.
Topografi pantai yang datar, memiliki dataran pantai yang rendah. Desa ini
memiliki kelembapan udara sedang, memiliki jenis tanah aluvium, yang terdiri
dari kerikil, pasir, lempung dan batu gamping, dan memiliki warna tanah abu-abu
(Profil Desa Percut, 2009).
2.872 hektar, sedangkan yang utuh sebesar 728 hektar yang berada di sepanjang
sungai menuju laut.
Pengukuran Salinitas Pada Sumur Bor
Data hasil pengukuran salinitas pada sumur bor berdasarkan klasifikasi
airnya didapatkan jumlah air sumur yang sangat bagus sebesar 6,8%, bagus
sebesar 1,8%, diijinkan sebesar 49,1%, meragukan sebesar 40,5%, dan berbahaya
1,8% dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Klasifikasi Air Berdasarkan Salinitas
Air sumur bor yang termasuk dalam klasifikasi air berdasarkan jenis
airnya didapatkan kategori air tawar sebesar 8,5%, payau sebesar 67,9%, dan
sedang sebesar 23,6% dapat dilihat pada Gambar 6 berikut ini:
Gambar 6. Sumur Bor Berdasarkan Jenis Air Klasifikasi Air Berdasarkan Salinitas
1,8% 6,8%
Klasifika si Air Berda sarka n Jenis Air
67,9%
23,6% 8,5%
Air tawar (<500)
Payau (1500-5000)
Peta Sebaran Salinitas dan Lokasi Sumur Bor
Hasil Pemetaan Sebaran Salinitas di Desa Percut dapat dilihat pada
Gambar.
G
am
ba
r
7
P
et
a
S
eba
ran
S
al
ini
Pengaruh Kedalaman Sumur Bor Terhadap Nilai Salinitas
Hubungan antara kedalaman sumur dan salinitasdapat dilihat pada Gambar
8 berikut ini:
Gambar 8. Hubungan Kedalaman Sumur dengan Salinitas
Pembahasan
Klasifikasi Air Berdasarkan Salinitas
Berdasarkan Gambar 5, dapat dilihat salinitas berdasarkan konsentrasi
garam menunjukkan bahwa kadar garam pada titik sampel tidak merata. Terdapat
klasifikasi air sangat bagus sebesar 6,8%, bagus sebesar 1,8%, diijinkan sebesar
49,1%, meragukan 40,5%, dan berbahaya 1,8% , mengacu pada Kodoatie (1996)
pada tabel 3. Air sumur bor yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari nilai salinitas bervariasi berkisar antara 333 mg/l sampai 2333 mg/l (lampiran
1). Sebagian sumur masih layak pakai, kebanyakan tidak layak pakai untuk
dikonsumsi sebagai air minum dan memasak.
0
0 500 1000 1500 2000 2500
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
416/Menkes/Per/IX/ 1990 tentang pengawasan dan syarat-syarat kualitas air yang
disebut sebagai air minum adalah air yang memenuhi syarat kesehatan yang dapat
langsung diminum, sedangkan yang disebut sebagai air bersih adalah air yang
memenuhi syarat kesehatan, yang harus dimasak terlebih dahulu sebelum
diminum. Air yang diijinkan harus memenuhi syarat kesehatan dimaksud meliputi
syarat-syarat fisika, kimia, dan mikrobiologi. Air yang berkualitas baik harus
memenuhi persyaratan fisik, jernih atau tidak keruh (kekeruhan). Air yang
berbahaya akan terasa asam, dan asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut
tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam
air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam
anorganik. Kondisi sumur bor tersebut bervariasi tergantung besarnya pengaruh
dari intrusi air laut yang masuk.
Kodoatie (1996) bahwa kadar garam di dalam air melebihi dari yang
diijinkan maka pengaruh salinitas terhadap manusia adalah penurunan kualitas
dan kuantitas air yang berdampak pada kesehatan dan aktifitas manusia.
Selanjutnya Hidayat (2011), menyatakan air minum tidak boleh mengandung
garam lebih dari 1400 mg/l. Pengaruh salinitas terhadap tanaman dapat
menyebabkan daunnya menjadi layu dan berwarna kekuning-kuningan. Dampak
salinitas terhadap tanah yang dominan adalah pada proses terjadinya erosi tanah.
terhadap gaya gravitasi. Pada ikan menyebabkan pertumbuhan yang terganggu
dan terhambatnya proses osmoregulasi.
Sumur bor digunakan pada umumnya untuk minum, mandi, mencuci,
tetapi kebanyakan penduduk tidak menggunakannya untuk air minum. Sebagian
besar penduduk di Desa Percut menggunakan sumur bor untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Air PDAM sudah ada tetapi tidak semua penduduk
mempunyai air PDAM untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, hanya warga yang
mampu saja yang bisa menggunakan air PDAM, Sedangkan warga yang tidak
mampu hanya menggunakan sumur bor untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.Tidak semua air yang terdapat di alam layak untuk dikonsumsi. Agar dapat
layak dikonsumsi, diperlukan upaya pengolahan air.
Irianto (2004) menyatakan upaya pengolahan air pada hakikatnya adalah
untuk memenuhi kebutuhan dengan mengacu pada syarat kuantitas, kualitas,
kontinuitas, dan ekonomis.
Berdasarkan Gambar 6, terdapat 106 titik sumur bor yang tersebar di Desa
Percut Kecamatan Percut Sei Tuan. Terdapat jenis air tawar sebesar 8,5%, sedang
23,5%, dan payau 67,9%. Pada penelitian ini nilai salinitas berdasarkan jenis air
yang diperoleh untuk klasifikasi air tawar adalah 0-500 mg/l.Air tanah tawar
hanya dijumpaipada 9 sumur bor. Air tanah sedang berkisar antara 500-1500
mg/l, yang terdapat pada25 sumur bor, sedangkan payau dengan nilai salinitas
berkisar antara 1500-5000 mg/l terdapat pada72 sumur bor dengan salinitas yang
berbeda-beda.
Dari 106 titik air sumur bor di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan
tawar. Hal ini mengindikasikan bahwa telah terjadi intrusi air laut yang
disebabkan banyaknya sumur bor yang terdapat di Desa Percut. Sumur bor
menyedot air tanah sehingga permukaan air tanah menjadi lebih rendah dari pada
permukaan air laut. Selanjutnya dekatnya lokasi Desa Percut dengan pantai
semakin mempercepat terjadinya intrusi air laut.
Kodoatie (1996) menyatakan bahwa, intrusi air laut di suatu wilayah dapat
terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu muka air tanah berada di
bawah muka air laut, sifat fisik tanah dan batuan yang lambat meluluskan air,
letaknya dekat dengan pantai, dan dipengaruhi kepadatan penduduk.
Semakin besar jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi saat ini
menjadikan kebutuhan akan air bersih terus meningkat, baik air untuk kebutuhan
sehari-hari, domestik maupun untuk kebutuhan industri. Dalam pemenuhan
kebutuhan air bersih tersebut, masyarakat lebih banyak mengandalkan airtanah
baik yang diambil dari akuifer dangkal maupun akuifer dalam. Hal tersebut
dikarenakan pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Desa Percut
belum sepenuhnya dimiliki oleh penduduk setempat. Dengan begitu masyarakat
yang ada di Desa Percut membeli air bersih pada agen-agen penjualan air untuk
memenuhi kebutuhan minum dan memasak (Indahwati, 2012).
Peta Sebaran Salinitas dan Lokasi Sumur Bor
sebelah Barat berbatasan dengan desa Tanjung Rejo, sebelah Timur berbatasan
dengan Desa Tanjung Selamat dan Pematang Lalang.
Desa Percut memiliki topografi pantai yang datar, memiliki dataran pantai
yang rendah. Bentuk topografi pada suatu daerah dapat mempengaruhi air tanah
pada daerah tersebut. Menurut Putranto dan Kristi (2009), daerah dataran rendah
yang merupakan daerah yang cenderung lebih cepat berkembang dibandingkan
daerah yang memiliki topografi lebih tinggi.Desa Percut Sei Tuan merupakan
daerah pesisir dengan jenis tanah di daerah ini adalah tanah alluvium yang terdiri
dari kerikil, pasir, lempung dan batu gamping.
Menurut Syahputra (2013), Tanah alluvium ialah tanah yang berasal dari
endapan lumpur yang dibawa oleh aliran air sungai. Umumnya batuan di endapan
alluvium bersifat tidak kompak sehingga potensi air tanahnya cukup baik. Lapisan
ini terbentuk oleh batuan atau material yang mempunyai permeabilitas tinggi atau
mampu mengalirkan air dengan baik seperti lapisan pasir, kerikil, pasir, lempung
dan batu gamping. Batuan penyusun akuifer apabila berupa pasir akan
menyebabkan air laut lebih mudah masuk ke dalam air tanah. Sifat yang sulit
untuk melepas air adalah lempung sehingga intrusi air laut yang telah terjadi akan
sulit untuk dikendalikan atau diatasi, sedangkan tanah yang mengandung batu
gamping dan kerikil mampu menyerap air hujan lebih banyak dari tanah biasa.
Menurut Ningsih (2008), Desa Percut Sei Tuan merupakan salah satu
kecamatan di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara yang memiliki potensi
ekosistem mangrove yang besar dengan luas sekitar 3600 hektar. Kondisi Hutan
Mangrove Pada Empat Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang, dapat dilihat pada
Tabel 4. Kondisi Hutan Mangrove pada Empat Kecamatan di Kabupaten Deli
Tabel 4 menunjukkan bahwa kondisi hutan mangrove sekarang tampak
telah mengalami perubahan dengan adanya penebangan hutan mangrove karena
kegiatan lain yang berdampak pada kerusakan ekosistem mangrove. Kondisi
hutan mangrove di Kabupaten Deli Serdang sudah relatif rusak bahkan
ekosistemnya sudah hampir tidak ada. Dari tabel diatas dapat dilihat Desa Percut
paling rendah kedua dari empat kecamatan di Deli Serdang, luas mangrove utuh
yang tersisa sebesar 728 ha dari 3600 ha luas hutan mangrove. Penebangan hutan
mangrove secara terus-menerus tanpa memikirkan dampaknya terhadap
lingkungan kemungkinan akan mempercepat intrusi air laut masuk kedaratan.
Menurut Susilo (2010), eksploitasi dan degradasi hutan mangrove
mengakibatkan terjadinya perubahan ekosistem kawasan pantai, seperti intrusi air
laut dan abrasi pantai yang meluas sampai daratan. Berbagai upaya harus perlu
dilakukan agar intrusi air laut tidak terjadi diantaranya dengan mangrovisasi
dengan melakukan aktivitas penanaman mangrove (bakau) di pinggir pantai dan
salinitas. Kedalaman sumur bor di Desa Percut berkisar antara 20-110 meter.
Makin dalam sumur, air yang dihasilkan akan semakin bagus. Sumur dengan
kedalaman 20 meter dengan nilai salinitas 2333 mg/l, jenis air yang didapatkan
adalah payau dapat dikategorikan berbahaya, sedangkan kedalaman 110 meter
dengan salinitas 0 mg/l baru didapatkan jenis air tawar. Pada umumnya air
berwarna keruh atau kotor serta berwarna kuning dan berasa payau, hanya
terdapat 9 sumur yang memiliki jenis air tawar.
Berdasarkan Sastra (2009), sumur dalam dan terletak di dekat pantai tidak
tercampur dengan air asin, tetapi terkadang percampuran terjadi meskipun sumur
tersebut dangkal dan cukup jauh. Pengaruh kondisi lingkungan disekitar sumur
bor akan mempengaruhi air sumur. Kepadatan penduduk dan pemukiman yang
sangat kotor dan terdapat sampah disekitar rumah juga dapat mempengaruhi
kondisi air sumur bor penduduk.
Menurut Ginting (2011), Kedalaman sumur bor berdasarkan struktur dan
lapisan tanahjuga mempengaruhi kualitas air. Sumber air khususnya air tanah
ditunjukkan dari buruknya kondisi sumber air baku berupa air payau, air asin
hingga keruh menunjukkan bahwa adanya keterbatasan masyarakat dalam
pemanfaatan sumber daya air tanah (Pramushinto dan Marif, 2013).
Strategi Pengelolaan Sumberdaya Air Di Desa Percut
Kebutuhan air selalu meningkat sesuai dengan pertambahan penduduk ,
mengakibatkan terjadinya penyedotan air tanah termasuk sumur bor secara
besar-besaran yang berdampak pada penurunan ketinggian permukaan air tawar
sehingga lebih rendah dari permukaan air laut. Kebutuhan air yang selalu
dalam memenuhi kebutuhan air. Umumnya sumber air minum yang berasal dari
salah satu alternatif yang dilakukan manusia adalah penggunaan sumur bor guna
memenuhi kebutuhan rumah tangga (Ginting, 2011).
Pengaruh kondisi lingkungan disekitar sumur bor juga mempengaruhi air
sumur. Berdasarkan Sastra (2009), sumur dalam dan terletak di dekat pantai tidak
tercampur dengan air asin, tetapi terkadang percampuran tersebut terjadi
meskipun sumur tersebut dangkal dan cukup jauh. Hal ini dipengaruhi oleh faktor
lingkungan setempat. Bentuk topografi pada suatu daerah dapat mempengaruhi air
tanah pada suatu daerah tersebut. Berdasarkan data geologi jenis batuan yang
terdapat di Desa Percut terdiri darikerikil, pasir, lempung dan batu gamping
termasuk di dalam satuan alluvium.
Kerusakan hutan mangrove juga mempengaruhi kondisi air tanah, Jika
terjadi kerusakan maka lahan ini akan menjadi bencana bagi masyarakat. Dimana
akan terjadi abrasi yang membuat garis pantai semakin jauh ke daerah
pedalaman.Untuk mengatasi permasalahan tersebut agar tidak semakin parah
maka dilakukan konservasi. Konservasi adalah segenap proses pengelolaan suatu
tempat agar makna kultural yang dikandungnya terpelihara dengan baik.
Menurut Asdak (2007), Penurunan muka air tanah akan menyebabkan
terjadinya intrusi air laut semakin cepat. Hal ini diperlukan pengelolaan
sumberdaya air tanah ditunjukkan melalui cara:
depan (samping) rumah, melalui talang dapat dialirkan ke dalam sumur
resapan.
2. Pemerintah daerah hendaknya melakukan penyuluhan langsung ke lapangan
tentang pemanfaatan pelestarian serta dampak dari kerusakan ekosistem
mangrove kepada seluruh penduduk.
3. Kerjasama antara pemerintahan, pihak swasta dan penduduk terhadap
kebersihan lingkungan baik di darat dan di air.
4. Penegakan aturan penggunaan air permukaan maupun air bawah tanah. Setiap
bentuk penyalahgunaan air dan pelanggaran terhadap ketentuan zona air tawar
untuk ditindak secara tegas dan konsisten.
5. Pemerintah daerah perlu berupaya untuk bisa memberikan pelayanan PDAM
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Salinitas air sumur bor di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan berkisar
antara 333 mg/l sampai 2333 mg/l.
2. Sebaran salinitas di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan bervariasi,
jumlah air sumur yang termasuk sangat bagus sebesar 6,8%, bagus sebesar
1,8%, diijinkan sebesar 49,1%, meragukan sebesar 40,5%, dan berbahaya
1,8%.
3. Kedalaman sumur bor di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan berkisar
antara 20 – 110 m. Semakin dalam sumur maka air yang di dapatkan
semakin bagus (tawar).
Saran
1. Perlu dilaksanakan suatu studi salinitas yang dapat dipakai sebagai dasar
pembuatan Undang-Undang umum yang mengatur strategi pemanfaatan
sumber-sumber air tanah dan air permukaan.
2. Perlunya upaya masyarakat meningkatkan sanitasi lingkungan baik di
lingkungan rumah tangga maupun lingkungan umum dengan jalan tidak
3. Pemerintah bekerjasama dengan masyarakat agar lebih ketat menerapkan
aturan yang mengatur kebersihan lingkungan sehingga dapat
meningkatkan estetika lingkungan dan sekaligus akan berpengaruh
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadja Mada. University Press, Yogyakarta.
Barus, T.A. 2004. Pengantar limnologi Studi Tentang Ekosistem AirDaratan.USU Press. Medan.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Ginting, E. 2011. Analisis Intrusi Air Laut Pada Sumur Bor dan Sumur Gali Dengan Metode Konduktivitas Listrik Di kecamatan Hamparan Perak. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Hamzah, M. S. 2011. Hidrologi Pantai dan Kebutuhan Air Masyarakat Pesisir.Jurnal Fisika “FUSI” ISSN : 1412-0429 Vol 9 No 1, Januari – April, hlm 88-77
Hidayat, R. 2011. Rancang Bangun Alat Pemisah Garam Dan Air Tawar Dengan Menggunakan Energi Matahari. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Husni, A., dan Roh, S. 2012. Sebaran TDS, DHL, Penurunan Muka Air TanahDan Prediksi Intrusi Air Laut Di Kota Tangerang Selatan. Jurnal Skripsi. IPB. Bogor.
Indahwati, N, dkk. 2012. Studi Salinitas Air Tanah Dangkal Di KecamataUlujami Kabupaten Pemalang. Jurnal. FKIP, UNS Surakarta, Indonesia.
Irianto, 2004. Kadar Air Untuk Kebutuhan Air dan Pengolahan Air Wilayah Pesisir. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Keputusan Menteri. 2000. Pedoman Teknik Penentuan Nilai Perolehan Air Dari Pemanfaatan Air Bawah Tanah Dalam Menentukan Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah. 1451 K/10/MEM/2000.
Kodoatie, R. 1996. Pengantar Hidrogeologi. ANDI, Yogyakarta.
Marsono, 2003. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Bakteriologis Air Sumur Gali di Pemukiman Desa Karanganom, Kecamatan Klaten Utara, Kabupaten Klaten
Nasjono, J. K. 2010. Pola Penyebaran Salinitas Pada Akuifer Pantai Pasir Panjang, Kota Kupang, NTT. Jurnal Bumi Lestari, Volume 10 No. 2, Agustus 2010. hlm. 263 – 269
Ningsih, S. S. 2008. Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang. Tesis. Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan.
Nurlaili, 2003. Intrusi Air Laut Akibat Pengaruh Eksploitasi Air Bawah Tanah Kawasan Industri. Jurnal Polimesin No.8. 2008. Hal 433-441.
Oktrafina, I. 2010. Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis(SIG) Dan AnaliticalHierarchy Process (AHP) Untuk Penentuan Jenis Tanaman DalamProgram Konservasi DAS Tamiang, Provinsi Aceh. Skripsi. Departemen Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/Per/IX. 1990. Pengawasan Dan Syarat-Syarat Kualitas Air. Jakarta.
Permenkes RI No. 416/Menkes/PER/XI. 1990. Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Jakarta.
Prahasta, E. 2005. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Informatika, Bandung.
Pramushinto, R dan Ma’rif, S. 2013. Pola Pemanfaatan Sumber Daya Air Bersih Oleh Masyarakat Sebagai Antisipasi Dampak Salinisasi Di Wilayah Pesisir Kecamatan Jepara (Studi Kasus Kelurahan Bulu, Kel Kauman, Kel Jobokuto da Kel Ujungbatu). Jurnal Teknik PWK Volume 2 No 3. Hal. 765-774.
Putranto, T. T., dan Kristi, I. 2009. Permasalahan Pada DaerahUrban. Jurnal Teknik – Vol. 30 No. 1 Tahun 2009, ISSN 0852-1697.
Purba, D.F. 2009. Analisis Pencemaran Logam Berat Pada Air Sumur BorDengan Metode Spektrofotometri Untuk Dapat Digunakan Sebagai Air Minum Di Kecamatan Medan-Belawan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Purbowarsito, H. 2011. Uji Bakteriologis Air Sumur Di Kecamatan Semampir. Skripsi Departemen Biologis Surabaya. Hlm. 15-75.
Rejekiningrum, P. 2009. Peluang Pemanfaatan Untuk Keberlanjutan SumberDaya Air. Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 3 No. 2, hlm. 85-96
Santoso, R dan Husni, A. 2008. Sebaran TDS, DHL, Penurunan Muka Airtanah Dan Prediksi Intrusi Air Laut Di Kota Tangerang Selatan. Skripsi. Departemen Teknik Sipil Dan Lingkungan, Fateta IPB.
Sari, D S P., dan Khadijah. 2010. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan di Wilayah Pesisir Desa Bagan Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Tesis. Universitas Sumatera Utara.
Sastra, Z. 2011. Analisis Intrusi Air Laut Dan Zona Klorida Pada Sumur Bor Dalam Dan Dangkal Di Kawasan Kota Medan Dan Sekitarnya. Tesis. Universitas Sumatera Utara.
Siregar, A L. 2007. Pendugaan Potensi Tegakan Hutan Pinus (Pinus merkusii) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Dengan Metode Stratified Systematic Sampling With Random Start Menggunakan Unit Contoh lingkaran Konvensional dan Tree Sampling. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Siswanto, B. 2011. Evaluasi Kebijakan Pengambilan Dan Pemanfaatan Di Provinsi DKI Jakarta. Tesis Sekolah Pascasarjana, Bogor.
Soenarmo, S. H. 2009. Penginderaan Jauh dan Pengenalan Sistem Informasi Geografis Untuk Bidang Ilmu Kebumian. ITB. Bandung.
Susilo, F. Setyobudiandi, I. Damar, A. 2010. Pengelolaan Ekosistem Mangrove Di Kecamatan Percut Sei Tuan Kab Deli Serdang. Jurnal Pertanian Dan Biologi. Universitas Medan Area. ISSN : 2085 – 1995 Vol 2.