• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemetaan Salinitas Pada Sumur Bor Di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemetaan Salinitas Pada Sumur Bor Di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

PEMETAAN SALINITAS PADA SUMUR BOR DI DESA

PERCUT KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN

DELI SERDANG

SKRIPSI

OLEH

DELIANA DONGORAN

090302031

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

▸ Baca selengkapnya: contoh proposal sumur bor pertanian

(2)

PEMETAAN SALINITAS PADA SUMUR BOR DI DESA

PERCUT KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN

DELI SERDANG

SKRIPSI

DELIANA DONGORAN

090302031

Skripsi sebagai satu diantara beberapa syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan di Fakultas

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Pemetaan Salinitas Pada Sumur Bor Di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

Nama Mahasiswa : Deliana Dongoran

NIM : 090302031

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Yunus Afifuddin, S.Hut, M.Si Riri Ezraneti, S.Pi, M.Si

Ketua Anggota

Mengetahui

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si

Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

(4)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

Pemetaan Salinitas Pada Sumur Bor Di Desa Percut Kecamatan Percut Sei

Tuan Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam

bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Medan, Desesmber 2013

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Pasar Sipiongot pada tanggal

09 Februari 1991, Anak ketiga dari enam bersaudara ini

merupakan putri dari pasangan dari Almarhum H. Anas

Basri Dongoran S.Sos dan ibu Tinurjannah

Simanungkalit. Penulis menyelesaikan pendidikan di

MAN 1 Padang Sidimpuan dengan jurusan IPA tahun

2009. Penulis diterima di Universitas Sumatera Utara

melalui jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Program Studi Baru, terdaftar

sebagai mahasiswa pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,

Fakultas Pertanian.

Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Pelabuhan

Perikanan Nusantara (PPN) Sibolga selama 1 (satu) bulan dan magang di Dinas

Pertanian Dan Kelautan Unit Pelaksana Teknis Budidaya selama 1 bulan. Untuk

menyelesaikan studi di Fakultas, penulis melaksanakan penelitian dengan judul

Pemetaan Salinitas Pada Sumur Bor Di Desa Percut Kecamatan Percut Sei

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT berkat dan

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Pemetaan

Salinitas Pada Sumur Bor Di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten

Deli Serdang” yang merupakan tugas akhir dalam menyelesaikan studi pada

Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas

Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada ayahanda Almarhum H. Anas Basri

Dongoran S,Sos dan ibunda Tinurjannah Simanungkalit, yang penuh

pengorbanan, memberikan motivasi dan dukungan moril maupun material serta

doa yang tidak henti kepada penulis selama mengikuti pendidikan hingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada

abang saya Tanta Maydenni Dongoran, SP, kakanda Tanti Asrina Dongoran,

Amkeb, dan adinda Ajanasyah Putra Dongoran, Annisyah Putri Dongoran, Doli

Amriansyah Dongoran.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Yunus

Afifuddin, S.Hut, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing dan kepada Ibu Riri

Ezraneti, S.Pi, M.Si selaku anggota komisi pembimbing, yang telah banyak

(7)

Penulis juga mengucapkan kepada Kepala Desa di Desa Percut Kecamatan

Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang yang telah memberikan kesempatan dan

izin kepada penulis untuk pengambilan data dalam melakukan penelitian. Terima

kasih kepada Intan Iksaura, Dewi Roma, Rina Sari lubis, S.Pi, Sharah Dina, Rika

Wirani, Popy Aprilia, Nina Syafrianti, Ghanang Dhika Aria, Muhammad Riski,

Dedi Pradana, Reza Alnanda, S.Pi, Hafis Fahrezi, Fhatul Khoiri, dan seluruh

teman-teman seperjuangan di angkatan 2009 Program Studi Manajemen

Sumberdaya Perairan yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu

pengetahuan khususnya dalam bidang manajemen sumberdaya perairan.

Medan, Desember 2013

(8)

ABSTRACK

DELIANA DONGORAN. Salinity Mapping in Drilling Well In the Percut Village Percut Sei Tuan sub-district Deli Serdang Regency. Guided by Yunus Afifuddin and Riri Ezraneti.

The rapid development of technology, followed by the development of the population, resulting in the occurrence of ground water extraction including more drilling wells impact on the reduction of fresh water surface elevation that is lower than sea level. Drilling wells is one type of the most widely used in the unserved areas of clean water to meet their daily needs. This study aims to determine the salinity at each point of borehole water samples and determine the distribution of salinity that occurred in the wellbore and to know the effect of distance and depth of wells drilled in the Percut Village Percut Sei Tuan regency Deli Serdang. This research was conducted using ArcView GIS 3.3 software to obtain a map that will show the distribution of salty water. The results showed that the salinity of the water wells at each sample point occurs unevenly. Groundwater salinity in the borehole is affected by sea water intrusion, where seawater intrusion is the process of entry of sea water into the aquifer mainland as a result of the occurrence of excessive use of ground water. Salinity values ranged from 333 - 2333 mg / l. Depths ranging from 20 m - 110 m. Based on the calculation results are affected by salinity variations in the depth of the wells where the water is getting cleaner acquired.

(9)

ABSTRAK

DELIANA DONGORAN. Pemetaan Salinitas Pada Sumur Bor Di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Dibimbing oleh Yunus Afifuddin dan Riri Ezraneti.

Pesatnya perkembangan teknologi yang diikuti dengan perkembangan penduduk, mengakibatkan terjadinya penyedotan air tanah termasuk sumur bor secara besar-besaran yang berdampak pada penurunan ketinggian permukaan air tawar sehingga lebih rendah dari permukaan air laut. Sumur bor merupakan salah satu tipe sumur yang paling banyak digunakan di daerah yang belum mendapatkan pelayanan sarana air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui salinitas pada tiap-tiap titik sampel air sumur bor dan mengetahui sebaran salinitas yang terjadi pada sumur bor serta mengetahui pengaruh jarak dan kedalaman sumur bor di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software ArcView GIS 3,3 untuk memperoleh peta yang akan memperlihatkan sebaran air asin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar garam air sumur pada tiap-tiap titik sampel terjadi tidak merata. Keasinan air tanah pada sumur bor dipengaruhi oleh intrusi air laut, dimana intrusi air laut adalah proses masuknya air laut ke dalam akuifer daratan sebagai dampak terjadinya pemanfaatan air tanah yang berlebihan. Nilai salinitas berkisar antara 333 – 2333 mg/l. Kedalaman berkisar antara 20 m – 110 m. Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh variasi salinitas dipengaruhi oleh kedalamannya dimana semakin dalam sumur maka air yang diperoleh semakin bersih.

(10)

DAFTAR ISI

Manfaat Penelitian... 4

TINJAUAN PUSTAKA Air Tanah ... 5

Akuifer ... 6

Pergerakan Air Tanah ... 7

Pengambilan Air Tanah ... 7

Pengambilan Air Tanah Melalui Sumur ... 9

Intrusi Air Laut ... 10

Kualitas Air Tanah ... 12

Salinitas ... 14

Efek Salinitas ... 14

Hubungan Sumur Dengan Salinitas ... 15

Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG)... 18

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ... 20

(11)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan ... 23

Pengukuran Salinitas Pada Sumur Bor ... 24

Peta Sebaran Salinitas dan Lokasi Sumur Bor ... 25

Pengaruh Kedalaman Sumur Bor Terhadap Salinitas ... 26

Strategi Pengelolaan Sumberdaya Air Di Desa Percut………. 33

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 35

Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Karakteristik Fisika dan Kimia Tanah ... 6

2. Klasifikasi Air Berdasarkan Jenis Air ... 13

3. Klasifikasi Air Berdasarkan Kadar Garam ... 14

(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Kerangka Pemikiran ... 3

2. Kondisi Dimana Intrusi Air Laut Terjadi Karena Keseimbangan Terganggu Akibat Pengambilan Air ... 17

3. Pengambilan Air Tanah ... 17

4. Peta Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan ... 20

5. Pengukuran Salinitas Untuk Sumur Bor ………. 24

6. Klasifikasi Air Berdasarkan Jenis Air………... 24

7. Peta Sebaran Salinitas Dan Lokasi Sumur……….. 25

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Data Pengukuran Salinitas ... 40

2. Lokasi Penelitian ……….. ... 45

3. Pengukuran Salinitas……… ... 46

(15)

ABSTRACK

DELIANA DONGORAN. Salinity Mapping in Drilling Well In the Percut Village Percut Sei Tuan sub-district Deli Serdang Regency. Guided by Yunus Afifuddin and Riri Ezraneti.

The rapid development of technology, followed by the development of the population, resulting in the occurrence of ground water extraction including more drilling wells impact on the reduction of fresh water surface elevation that is lower than sea level. Drilling wells is one type of the most widely used in the unserved areas of clean water to meet their daily needs. This study aims to determine the salinity at each point of borehole water samples and determine the distribution of salinity that occurred in the wellbore and to know the effect of distance and depth of wells drilled in the Percut Village Percut Sei Tuan regency Deli Serdang. This research was conducted using ArcView GIS 3.3 software to obtain a map that will show the distribution of salty water. The results showed that the salinity of the water wells at each sample point occurs unevenly. Groundwater salinity in the borehole is affected by sea water intrusion, where seawater intrusion is the process of entry of sea water into the aquifer mainland as a result of the occurrence of excessive use of ground water. Salinity values ranged from 333 - 2333 mg / l. Depths ranging from 20 m - 110 m. Based on the calculation results are affected by salinity variations in the depth of the wells where the water is getting cleaner acquired.

(16)

ABSTRAK

DELIANA DONGORAN. Pemetaan Salinitas Pada Sumur Bor Di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Dibimbing oleh Yunus Afifuddin dan Riri Ezraneti.

Pesatnya perkembangan teknologi yang diikuti dengan perkembangan penduduk, mengakibatkan terjadinya penyedotan air tanah termasuk sumur bor secara besar-besaran yang berdampak pada penurunan ketinggian permukaan air tawar sehingga lebih rendah dari permukaan air laut. Sumur bor merupakan salah satu tipe sumur yang paling banyak digunakan di daerah yang belum mendapatkan pelayanan sarana air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui salinitas pada tiap-tiap titik sampel air sumur bor dan mengetahui sebaran salinitas yang terjadi pada sumur bor serta mengetahui pengaruh jarak dan kedalaman sumur bor di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software ArcView GIS 3,3 untuk memperoleh peta yang akan memperlihatkan sebaran air asin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar garam air sumur pada tiap-tiap titik sampel terjadi tidak merata. Keasinan air tanah pada sumur bor dipengaruhi oleh intrusi air laut, dimana intrusi air laut adalah proses masuknya air laut ke dalam akuifer daratan sebagai dampak terjadinya pemanfaatan air tanah yang berlebihan. Nilai salinitas berkisar antara 333 – 2333 mg/l. Kedalaman berkisar antara 20 m – 110 m. Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh variasi salinitas dipengaruhi oleh kedalamannya dimana semakin dalam sumur maka air yang diperoleh semakin bersih.

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara maritim yang luas. Banyak kota besar di

Indonesia yang terletak di daerah pantai. Sari dan khadijah (2010), menyatakan

bahwa salah satu daerah yang berdekatan dengan daerah pantai adalah Desa

Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera

Utara yang terletak lebih kurang 25 km dari Medan. Desa ini tepat berada di tepi

Sungai Tuan yang alirannya bermuara ke Selat Malaka. Wilayah ini kelihatan

kumuh setelah memasuki desa Percut yang dihuni sekitar 12.153 jiwa dan

rumah-rumah panggung yang terbuat dari papan. Daerah di sekitar pantainya memiliki

sumur air tawar dengan kedalaman sumur yang relatif rendah. Kebanyakan

penduduk di sana jarang menggunakan air PAM, tetapi penduduk disana

kebanyakan menggunakan sumur bor. Sumur bor merupakan salah satu sumber

daya air yang baik dibandingkan sumber air lainnya yang dipergunakan

masyarakat setempat untuk konsumsi dan keperluan sehari-hari.

Kebutuhan air selalu meningkat sesuai dengan pertambahan penduduk.

Kebutuhan air yang selalu meningkat sering membuat orang lupa bahwa daya

dukung alam ada batasnya dalam memenuhi kebutuhan air. Umumnya sumber air

minum yang berasal dari salah satu alternatif yang dilakukan manusia adalah

penggunaan sumur bor guna memenuhi kebutuhan rumah tangga maupun

kebutuhan industri, karena disamping mudah diperoleh dan juga sangat ekonomis.

Pesatnya perkembangan teknologi yang diikuti dengan perkembangan

(18)

secara besar-besaran yang berdampak pada penurunan ketinggian permukaan air

tawar sehingga lebih rendah dari permukaan air laut. Hal ini menyebabkan

terjadinya intrusi air laut. Intrusi air laut merupakan salah satu penyebab

terjadinya penurunan kualitas air. Intrusi air laut menyebabkan terkontaminasinya

air tawar menjadi payauhingga asin. Oleh sebab itu, perlu diidentifikasi

keberadaannya agar tidak terjadi perluasan intrusi air laut.

Sehubungan dengan hal di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang ”

Pemetaan Salinitas Pada Sumur BorDi Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan

dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis”.

Perumusan Masalah

Masalah pokok penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Berapa salinitas yang terkandung dalam air pada sumur bor penduduk di Desa

Percut Kecamatan Percut Sei Tuan?

2. Bagaimana gambaran sebaran salinitas yang terjadi pada sumur bor penduduk

di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan?

(19)

Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis salinitas air sumur bor di DesaPercut.

2. Menganalisis sebaran salinitas yang terjadi pada sumur bor di Desa Percut

Kecamatan Percut Sei Tuan.

Pengambilan air sumur bor penduduk

Dokumentasi Studi Pustaka

Pengukuran Salinitas Pengukuran kedalaman sumur bor Peninjauan Lokasi Penelitian

Penentuan Titik Sampel (GPS)

Pengambilan Data Lapangan

Hasil

Pengolahan Data (Arc View GIS 3.3)

(20)

3. Menganalisis pengaruh kedalaman terhadap kualitas airsumur bor.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi dan gambaran

kondisi sumber air sumur bor di Desa Kecamatan Percut Sei Tuan bagi

pemerintah sehingga dapat dijadikan salah satu pertimbangan untuk pembangunan

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Air Tanah

Air tanah adalah semua air yang terdapat dalam ruang batuan dasar yang

bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang antara butir-butir tanah

yang terbentuk di dalam retak-retak buatan. Kebanyakan air tanah berasal dari

hujan. Air hujan yang merembes ke dalam tanah menjadi bagian dari air tanah,

perlahan-lahan mengalir ke laut, atau mengalir langsung dalam tanah atau

dipermukaan dan bergabung dengan aliran sungai (Hamzah, 2011).

Air tanah merupakan komponen dari suatu daur hidrologi

(hydrologiccycle)yang melibatkan banyak aspek biogeofisik.Siklus hidrologi

menggambarkan hubungan antara curah hujan, aliran permukaan, infiltrasi,

evapotranspirasi, dan sumber berasal dari air yang ada di permukaan tanah (air

hujan, air danau, dan sebagainya) kemudian meresap ke dalam tanah/akuifer dan

mengalir menuju ke daerah pelepasan. Aliran di dalam akuifer memerlukan waktu

lama bisa puluhan sampai ribuan tahun tergantung dari jarak dan jenis batuan

yang dilaluinya (Rejekiningrum, 2009).

Menurut Effendi (2003) kemampuan tanah dan batuan dalam menahan air

tergantung pada sifat porositasnya dan permeabilitas tanah. Pada dasarnya, berasal

dari air hujan, baik melalui proses infiltrasi secara langsung maupun tidak

(22)

Tabel 1. Karakteristik Fisika dan Kimia Tanah dengan Tekstur yang Berbeda

Lumpur (silt) Sedang Sedang Sedang Sedang

Pasir (sand) Jelek Baik Jelek Baik

Tanah liat(loam) Sedang Sedang Sedang Sedang

Sumber : Effendi (2003).

Sumber utama dari air tanah adalah air hujan yang masuk ke dalam tanah

atau melalui badan air seperti sungai dan mengalami poses perkolasi menuju

akuifer. Air yang mengalami proses infiltrasi masuk ke dalam tanah akan

meningkatkan kelembaban tanah dan setelah melampaui kapasitas jenuh maka air

akan bergerak vertikal untuk masuk ke dalam lapisan air tanah oleh pengaruh

gaya gravitasi. Pemanfaatan dan pengambilan air tanah yang tak terkendali dalam

arti pengambilan jumlah air tanah yang berlebihan tanpa diimbangi jumlah

pengisian air tanah akan merugikan manusia itu sendiri. Dalam penggunaan air

tanah diperlukan kualitas air tertentu untuk kebutuhan air minum maupun untuk

kebutuhan yang lain (Siswanto, 2011).

Akuifer

Akuifer merupakan suatu lapisan batuan atau formasi geologi yang jenuh

air yang bersifat permeabel, dapat menyimpan dan meneruskan air dalam jumlah

(23)

permeable atau lapisan yang dapat dilalui oleh air tanah seperti lapisan pasir atau

lapisan kerikil yang jenuh dengan air tanah disebut juga dengan akuifer. Dengan

demikian pada dasarnya akuifer adalah kantong air yang berada di dalam tanah

(Lestari, dkk 2012).

Pergerakan Air tanah

Perbedaan potensi kelembaban total dan kemirinngan antara dua

titik/lokasi dalam tanah dapat menyebabkan gerakan air dalam tanah. Air bergerak

dari tempat dengan potensi kelembaban tinggi ke tempat dengan potensi

kelembaban yang lebih rendah. Selanjutnya air akan bergerak mengikuti lapisan

(lempengan) formasi geologi sesuai dengan arah kemiringan lapisan formasi

geologi tersebut. Kelembaban tanah tidak selalu mengakibatkan gerakan air dari

tempat basah ke tempat kering. Oleh pengaruh energi panas matahari, air juga

dapat bergerak ke arah permukaan tanah, sampai tiba gilirannya menguap ke

udara (Asdak, 2007).

Pengambilan Air tanah

Menurut Siswanto (2001) Pemanfaatan dan pengambilan air tanah di suatu

cekungan air tanah yang tidak terkendali dalam arti pengambilan jumlah air tanah

melebihi jumlah pengisian air tanah, atau secara keseluruhan output sistem air

lebih besar dari pada input, akan menimbulkan efek-efek antara lain:

a. Penurunan cadangan air tanah.

b. Penurunan muka air tanah secara terus-menerus.

c. Terjadinya susupan air bergaram dari laut ke arah daratan.

(24)

Meningkatnya kebutuhan air, baik untuk keperluan industri, pertanian dan

kebutuhan rumah tangga, pengambilan air tanah juga mengalami peningkatan dari

tahun ke tahun. Hal ini menjadi salah satu faktor pendorong besarnya

pemanfaatan air tanah. Dalam merencanakan pengambilan air tanah, perlu

persiapan yang meliputi teknik pengambilan air tanah, informasi hidrogeologi,

peta pengendalian air tanah, informasi geologi, peta topografi, data meteorologi

dan hidrologi di daerah yang akan dimanfaatkan air tanahnya(Siswanto, 2011).

Pengambilan air tanah terjadi karena adanya pengaruh dari pertumbuhan

jumlah penduduk yang semakin tinggi, hal ini mengakibatkan kebutuhan akan air

semakin besar. Kebutuhan air yang besar mendorong manusia untuk mencari

pengganti air sungai yang merupakan sumber utama air bersih mulai tercemar

oleh berbagai macam limbah. Sebagai pengganti air sungai, penduduk beralih

menggunakan air tanah sebagai air baku untuk kebutuhan hidup. Sebagai imbas

dari peralihan penduduk yang menggunakan air sungai ke air tanah sebagai air

bersih, maka muncul banyak sumur-sumur gali dan dilakukan pemboran sumur

untuk kegiatan industri yang memerlukan banyak air untuk melakukan proses

produksi. Kegiatan eksplorasi air tanah yang berlebihan ini merupakan sumber

utama timbulnya masalah air tanah pada daerah urban (Putranto dan Kristi, 2009).

Effendi (2003) menyatakan air tanah dapat dibedakan menjadi dua macam,

yaitu bebas dan tertekan. Air tanah bebas adalah akuifer yang hanya sebagian

(25)

Pengambilan Air Tanah Melalui Sumur

Menurut Ginting (2011) Sumur merupakan sumber utama persediaan air

bersih bagi penduduk yang tinggal di daerah pedesaan maupun di perkotaan

Indonesia. Secara teknis dapat di bagi menjadi 2 jenis yaitu:

a. Sumur dangkal (shallow well)

Cara pengambilan yang paling tua dan sederhana adalah dengan membuat

sumur gali dengan kedalaman lebih rendah dari posisi permukaan jumlah air yang

dapat diambil dari sumur gali biasanya terbatas, dan air yang diambil adalah air

dangkal. Untuk pengambilan air yang lebih besar diperlukan luas dan kedalaman

galian yang lebih besar. Kedalaman sumur gali tergantung lapisan tanah,

ketinggian dari permukaan air laut, dan ada tidaknya air bebas di bawah lapisan

tanah. Sumur gali biasanya dibuat dengan kedalaman dari 5-8 meter di bawah

permukaan tanah. Cara ini cocok untuk daerah pantai dimana berada di atas air

asin. Berdasarkan jenis tanah dan kedalaman, air bebas sumur gali dapat diperoleh

sebagai berikut:

- Tanah berpasir: sumur gali cukup 6-8 m telah memperoleh air bebas

- Tanah liat: kedalaman sumur >12 m baru memperoleh air bebas

- Tanah kapur: umumnya sumur gali harus>40 m baru diperoleh air bebas

a. Sumur dalam (deep well)

Pengambilan dilakukan dengan membuat sumur dalam atau lazim disebut

sumur bor. Kedalaman sumur bor berdasarkan struktur dan lapisan tanah:

- Tanah berpasir: biasanya kedalaman 30-40 m sudah memperoleh air, biasanya

(26)

- Tanah liat: biasanya kedalaman 40-60 m akan diperoleh air yang baik dan air

akan naik mencapai 7 m dari permukaan tanah

- Tanah berkapur: biasanya sumur dengan kedalaman di atas 60 m

kemungkinan baru mendapat air dan apabila ada air, airnya sukar/tidak bisa

naik ke atas dengan sendirinya

- Tanah berbukit: biasanya sumur dibuat diatas 10 m atau diatas 20 m

kemungkinan tipis sekali untuk memperoleh air. Air yang diperoleh

sukar/tidak bisa naik keatas dengan sendirinya.

Air tanah yang disedot secara besar-besaran menyebabkan terjadi

ketidakseimbangan antara pegambilan/pemanfaatan air tanah. Hal ini dapat

menyebabkan menurunkan air tanah, di daerah pesisir penurunan permukaan air

tanah akan mengakibatkan perembesan air laut ke daratan (intrusi), Karena

tekanan menjadi lebih kecil dibandingkan dengan tekanan air laut (Ginting,

2011).

Intrusi Air Laut

Pemanfaatan air tanah yang berlebihan dan pengelolaan sumber-sumber

air yang tidak memperhatikan keadaan lingkungan dapat mengakibatkan

penurunan muka air tanah, intrusi air laut, banjir, dan lain sebagainya. Intrusi air

laut adalah proses masuknya air laut ke dalam akuifer daratan sebagai dampak

terjadinya pemanfaatan air tanah yang berlebihan dan tidak terarah. Di daerah

(27)

sumber air. Penyusupan air laut akan bergerak menjauh dari garis pantai selama

pemompaan untuk pemasoknya di tempat-tempat yang terdekat dengan daerah

batas air tawar dan air asin. Selain itu, meskipun pemompaan tidak melebihi

pemasoknya, penyusupan air laut akan tetap terjadi.Hanya saja akan berhenti tetap

di suatu tempat tertentu, jika tercapai pada keadaan tetap (stady state)(Siswanto,

2011).

Intrusi air laut di suatu wilayah dapat terjadi karena dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu muka air tanah di bawah muka air laut, curah hujan yang

kurang, sifat fisik tanah dan batuan kurang/lambat meluluskan air, letaknya dekat

dengan pantai, luas lahan terbangun sangat luas dan penduduknya sangat padat.

intrusi air laut di suatu wilayah dapat dikenal dengan melakukan pendekatan

kualitas air tanah, hidrolika air tanah dan lingkungan batuan yang menyusunnya

(Siswanto, 2011).

Percampuran air asin dan air tawar dalam sebuah sumur dapat terjadi

dalam hal-hal sebagai berikut:

1. Dasar sumur terletak dibawah perbatasan antara air asin dan air tawar.

2. Permukaan air dalam sumur selama pemompaan menjadi lebih rendah dari

permukaan air laut, sehingga pengaruhnya mencapai tepi pantai.

3. Keseimbangan perbatasan antara air asin dan air tawar tidak dapat

dipertahankan, perbatasan itu dapat naik secara abnornamal yang disebabkan

oleh penurunan permukaan air di dalam sumur selama pemompaan.

(28)

Menurut Purba (2009), intrusi air laut terjadi melalui tiga cara yaitu:

1. Pergeseran batas air laut dan air tawar (interface) di daerah pantai. Pergeseran

ini terjadi karena pengambilan air tanah yang berlebihan sehingga

menurunkan muka air tanah.

2. Pemompaan air tanah semi tertekan yang berlebihan di daratan. Akibatnya air

yang tersedot bukan lagi air tawar tetapi air asin. Akibatnya air asin yang

tersedot akan menyebar dan mencemari air tanah bebas di sekitar pemompaan.

3. Intrusi melalui muara sungai. Intrusi air laut pada air sungai menyebabkan air

berkadar garam tinggi ini bergerak dan mengisi air tanah disekitarnya.

Akibatnya air tanah di sekitar sungai berkadar garam tinggi.

Peningkatan intrusi air laut menurut Dinas KLH. ESDM Kota Medan (2003)

disebabkan oleh beberapa hal antara lain adalah:

1. Pemanfaatan dan penggunaan air bawah tanah yang berlebihan tanpa

memperhatikan faktor lingkungan. Pemompaan sejumlah air bawah tanah

yang lebih besar akan mengakibatkan terjadinya kekosongan pori pada akuifer

yang semakin besar sehingga tekanan pada akuifer semakin berkurang, dengan

kondisi demikian maka akan memungkinkan air laut menerobos akuifer.

2. Terjadinya perubahan fungsi lahan mangrove dan penebangan hutan bakau

yang berfungsi sebagai penahan air laut dan mencegah terjadinya abrasi saat

ini semakin sering dilakukan karena dapat digunakan sebagai bahan baku kayu

(29)

yang berkaitan dengan kuantitas air tanah umumnya dijumpai selama musim

kemarau, yaitu tinggi muka air tanah yang semakin jauh dari permukaan

sumur(Asdak, 2007).

Kualitas sumberdaya air bawah tanah tergantung pada komposisi batuan

yang membentuk akuifer serta pengaruh dari luar, misalnya air laut dan sumber

pencemaran. Secara umum kualitas air dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Kualitas baik untuk bahan baku air minum

b. Kualitas jelek untuk bahan baku air minum

Kualitas air baik yaitu memenuhi persyaratan fisik, jernih, atau tidak

keruh, tidak berwarnadan tidak pahit. Sedangkankualitas air jelek misalnya

mempunyai kadar salinitas yang tinggi sehingga bersifat payau ataupun asin atau

tidak layak untuk dijadikan bahan baku air minum (KepMen, 2000).

Berdasarkan AS Kapoor (2001) dalam Kurniati (2009) Klasifikasi air

menurut jenis air dapat dilihat pada Tabel 2.

Kadar Garam (mg/l) Jenis Air

<500 Air Tawar/Bersih

500-1500 Sedang

1500-5000 Payau

>5000 Asin

35000 Sangat Asin

>35000 Pahit

Kualitas air tanah tergantung pada perpaduan antara air yang masuk ke

dalam tanah, batuan yang dilewati dan pada akhirnya mencapai lapisan air tanah

yang ada dalam akuifer. Kualitas air tanah ditentukan oleh materi yang dilewati,

yaitu jenis tanah, dan batuan, jenis aliran dan proses perubahan fisik, kimia

(30)

meningkat atau turun sejalan dengan pergerakan air dalam siklus hidrologi. Jadi

kualitas air tanah ditentukan oleh lingkungan yang mempengaruhi selama dalam

perjalanan (Husni dan Roh, 2012).

Salinitas

Salinitas adalah larutan garam yang pada kadar tertentu akan

mempengaruhi kualitas air. Pada perairan laut dan limbah industri, salinitas perlu

diukur. Salinitas adalah konsentrasi total ion yang terdapat di perairan (Effendi,

2003).

Salinitas dinyatakan dengan satuan g/kg atau promil(‰). Nilai salinitas

perairan tawar biasanya kurang dari 0,5 ‰, perairan payau antara 0,5‰ - 30‰.

Pada perairan hipersaline, nilai salinitas dapat mencapai kisaran 40‰ -80‰. Pada

perairan pesisir nilai salinitas sangat dipengaruhi oleh masukan air tawar dari

sungai (Barus, 2004).

Efek salinitas

Menurut Kodoatie (1996) Efek salinitas berpengaruh terhadap manusia

karena kadar garam di dalam air melebihi dari yang diijinkan maka pengaruh

salinitas terhadap manusia adalah penurunan kualitas yang berdampak pada

kesehatan dan aktifitas manusia. Klasifikasi air berdasarkan konsentrasi garam

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Klasifikasi Air Berdasarkan Konsentrasi Garam

(31)

Hubungan Sumur Dengan Salinitas

Menurut Kodoatie (1996) Salinitas terjadi bila keseimbangan antara air

laut terganggu baik itu dari air laut maupun dari aliran air tanah. Gangguan ini

biasanya terjadi di daerah pantai dimana banyak penduduk tinggal. Semakin

banyak manusia semakin banyak pula aktivitas yang dilakukan terhadap pantai

khususnya dalam pemanfaatan sebagai sumber air bersih. Hubungan pemukiman

dan salinitas akan saling memberikan dampak timbal balik, dalam pengertian

bahwa pemukiman baik secara kuantitatif maupun kualitatif akan mempengaruhi

salinitas di daerah pantai, demikian juga sebaliknya. Pada prinsipnya dampak

tersebut dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu dampak langsung dan dampak

tidak langsung. Perlu diketahui bahwa umumnya dampak ini berkembang secara

perlahan dan dalam jangka waktu yang relatif lama. Salah satu penyebabnya

adalah karena umumnya aliran bersifat laminar dengan kecepatan rambat yang

sangat kecil.

a. Dampak langsung

Pengambilan terutama dengan sumur baik dangkal maupun dalam secara

tidak teratur akan menyebabkan jumlah air bersih yang mengalir ke laut akan

berkurang, sehingga keseimbangan antara air laut dan air tawar terganggu.

Hasilnya adalah bahwa intrusi air laut akan berkembang lebih ke hilir. Masyarakat

yang tinggal di pantai baru akan menyadari ketika penggunaan air bersih dari

(32)

b. Dampak tidak langsung

Dampak ini merupakan akibat dari aktivitas di daerah pantai yang secara

tidak langsung memberi pengaruh pada salinitas, kegiatan yang positif

(mengurangi intrusi air laut) antara lain:

- Pengembangan irigasi di daerah pantai karena membutuhkan air tawar dengan

sumber dari aliran permukaan

- Peningkatan peresapan air permukaan ke dalam tanah, misalnya pembuatan

sumur resapan.

Kegiatan yang negatif (penyebab intrusi air laut) antara lain:

- Peningkatan industri, pemukiman, yang mengakibatkan kebutuhan air bersih

meningkat.Sehingga menimbulkan pengambilan yang tidak terkendali,

akibatnya terjadi intrusi air laut yang berkembang secara perlahan.

- Pemadatan tanah, mengakibatkan tanah yang tadinya kedap air menjadi tidak

kedap air, hal ini juga merupakan efek tidak langsung dari peningkatan

pembangunan bangunan-bangunan industri dan pemukiman (Kodoatie, 1996).

Sebelum ada pengambilan air tawar maka akan terjadi

keseimbanganantara air tawar dan air laut di dalam tanah. Begitu ada

pengambilan air tawar dari sumur pengeboran maka terjadi gangguan

keseimbangan, air laut akan mendesak lebih ke hulu seperti pada gambar 2

(33)

Gambar 2. Kondisi dimana intrusi air laut terjadi karena keseimbangan terganggu akibat pengambilan air (Kodoatie, 1996).

Di daerah pantai, penurunan muka air tanah dapat mengakibatkan

terjadinya intrusi air laut. Ilustrasi proses terjadinya intrusi air laut dapat dilihat

pada gambar 3. Di zona akifer air tanah bebas yang terletak di dekat permukaan

air laut, air tanah tawar terletak di bagian atas air laut. Pengambilan lebih (over-

eksploitation) air tanah di daerah sekitar pantai dapat mengakibatkan

melengkungnya tinggi muka air tanah (atas dan bawah) di sekitar sumur.

Gambar 3. Pengambilan air tanah (a) sebelum, (b) sesudah (Asdak, 2007).

Sistem Informasi Geografis (SIG)

Pengambilan air tanah yang berlebihan

(34)

Sistem Informasi Geografis (SIG) atau disebut juga dengan GIS

(Geographic Information System) merupakan seperangkat sistem/alat untuk

membuat, mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi, menvisualisasikan,

mentransformasi, memanggil kembali, menampilkan dan menganalisis informasi

dikaitkan dengan posisi pada permukaan bumi (georeferensi). Sistem informasi

geografis juga dapat dikatakan sebagai sistem pendukung keputusan yang

computerized, yang melibatkan integrasi data spasial dalam memecahkan masalah

lingkungan. Sistem informasi geografis juga mempunyai kemampuan untuk

melakukan teknik analisis spasial misalnya bufffering, overlaying, dan lain-lain

(Oktrafina, 2010).

Sistem informasi geografis (SIG) dapat mempresentasikan real world

(dunia nyata) di atas monitor komputer sebagaimana lembaran peta dapat

mempresesntasikan dunia nyata di atas kertas. Tetapi, sistem informasi geografis

memiliki kekuatan lebih fleksibel dari pada lembaran peta kertas. Peta merupakan

representasi grafis dari dunia nyata, objek-objek yang direpresentasikan di atas

peta disebut unsur peta. Peta menggunakan titik, garis, dan poligon, dalam

mempresentasikan objek-objek dunia nyata (Prahasta, 2005).

Keuntungan penggunaan sistem informasi geografis antara lain:

- Ada koordinasi pemrosesan data-data tersimpan dalam basis data beratribut dan

saling berhubungan

(35)

Dapat diaplikasikan untuk berbagai kepentingan, pengelolaan fasilitas,

sumber daya alam, lingkungan, perencanaan, serta dilengkapi dengan

(36)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei- Juni 2013 di Desa Percut

Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara.

Berikut peta lokasi penelitian:

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah refraktometer, GPS

(Global Position system), kamera digital, alat-alat tulis, tisu, pipet tetes, dan

perangkat komputer. Bahan yang digunakan adalah aquadest dan air sumur bor di

(37)

bor untuk menentukan kandungan salinitas. Sedangkan data sekunder adalah

berupa data luas wilayah Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan, data jumlah

penduduk, dan data pendukung lainnya.

Penentuan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dengan Intensitas Sampling.

Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan luas wilayah Desa Percut

Kecamatan Percut Sei Tuan yakni 1063 Ha dengan jarak antara unit sampel

berkisar antara 80-100 meter. Intensitas sampling yang digunakan sebesar 10%.

Dalam menentukan jumlah sampel yang akan diukur kadar salinitas dari air sumur

bor ditentukan berdasarkan intensitas sampling (Siregar, 2007).

n = IS x N

Keterangan:

n = Jumlah unit contoh

IS = Besarnya intensitas sampling

N = Jumlah unit populasi

Prosedur Penelitian

a. Survei Lapangan

Kegiatan survei lapangan merupakan kegiatan pengumpulan data sekunder

yang dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan melalui

wawancara dengan pegawai kantor Kecamatan Percut Sei Tuan dan kantor

Kelurahan Percut. Data yang diperoleh berupa luas wilayah, jumlah penduduk

(38)

b. Penentuan lokasi sumur

Penentuan lokasi sumur ditentukan berdasarkan intensitas sampling, Jumlah

sumur bor yang akan diukur salinitasnya sekitar 106 sumur, dimana jarak

antara sumur yang satu dengan sumur yang lain berkisar antara 80-100 meter.

Untuk pengambilan contoh dimulai dari garis pantai sebagai titik acuan,

kemudian dari titik acuan garis pantai menuju sumur-sumur bor di Desa

Percut. Lokasi setiap sumur diidentifikasi menggunakan peralatan GPS. Dari

peralatan ini diperoleh koordinat spasial geografis dari masing-masing sumur.

c. Pengukuran salinitas

Dari masing-masing sumur diambil airnya, selanjutnya air yang telah diambil,

diukur salinitasnya dengan menggunakan refraktometer. Dalam pengukuran

salinitas dilakukan pengambilan sebanyak 3 sampel ulangan.

d. Dokumentasi

Dokumentasi berupa foto yang dapat menghasilkan deskripsi sebagai data

pelengkap untuk meyakinkan keadaan yang sebenarnya di lapangan.

e. Studi Pustaka

Merupakan teknik yang digunakan untuk mendapatkan data-data sekunder,

berupa data-data kependudukan, lokasi penelitian, luas lahan dan data-data

lain yang dibutuhkan dalam penelitian. data ini diperoleh dari kantor

(39)

Analisis Data

Hasil pengukuran air sumur dan data koordinat geografiskemudian diolah

dengan menggunakan Software Arc View GIS 3,3 untuk memperoleh peta yang

(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kondisi Umum Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan

Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan merupakan salah satu daerah

yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Desa

Percut berada pada posisi 03° 41’ 33” Lintang Utara dan 98° 46’ 6” Bujur Timur.

Luas wilayah Desa Percut yaitu sebesar 1063 Ha.Berdasarkan laporan

kependudukan tahun 2011, Desa Percut memiliki jumlah penduduk 12.153 jiwa.

Desa Percut memiliki ketinggian berkisar 1- 2 meter dari permukaan laut,

beriklim tropis, suhu udara rata-rata 23°C – 30 °C. Memiliki kecepatan angin 30

km/jam. Secara administrasi Desa Percut mempunyai batas-batas wilayah antara

lain sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan

dengan Desa Cinta Damai, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tanjung Rejo,

sebelah Timur berbatasan dengan Desa TanjungSelamat dan Pematang Lalang.

Topografi pantai yang datar, memiliki dataran pantai yang rendah. Desa ini

memiliki kelembapan udara sedang, memiliki jenis tanah aluvium, yang terdiri

dari kerikil, pasir, lempung dan batu gamping, dan memiliki warna tanah abu-abu

(Profil Desa Percut, 2009).

(41)

2.872 hektar, sedangkan yang utuh sebesar 728 hektar yang berada di sepanjang

sungai menuju laut.

Pengukuran Salinitas Pada Sumur Bor

Data hasil pengukuran salinitas pada sumur bor berdasarkan klasifikasi

airnya didapatkan jumlah air sumur yang sangat bagus sebesar 6,8%, bagus

sebesar 1,8%, diijinkan sebesar 49,1%, meragukan sebesar 40,5%, dan berbahaya

1,8% dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Klasifikasi Air Berdasarkan Salinitas

Air sumur bor yang termasuk dalam klasifikasi air berdasarkan jenis

airnya didapatkan kategori air tawar sebesar 8,5%, payau sebesar 67,9%, dan

sedang sebesar 23,6% dapat dilihat pada Gambar 6 berikut ini:

Gambar 6. Sumur Bor Berdasarkan Jenis Air Klasifikasi Air Berdasarkan Salinitas

1,8% 6,8%

Klasifika si Air Berda sarka n Jenis Air

67,9%

23,6% 8,5%

Air tawar (<500)

Payau (1500-5000)

(42)

Peta Sebaran Salinitas dan Lokasi Sumur Bor

Hasil Pemetaan Sebaran Salinitas di Desa Percut dapat dilihat pada

Gambar.

G

am

ba

r

7

P

et

a

S

eba

ran

S

al

ini

(43)

Pengaruh Kedalaman Sumur Bor Terhadap Nilai Salinitas

Hubungan antara kedalaman sumur dan salinitasdapat dilihat pada Gambar

8 berikut ini:

Gambar 8. Hubungan Kedalaman Sumur dengan Salinitas

Pembahasan

Klasifikasi Air Berdasarkan Salinitas

Berdasarkan Gambar 5, dapat dilihat salinitas berdasarkan konsentrasi

garam menunjukkan bahwa kadar garam pada titik sampel tidak merata. Terdapat

klasifikasi air sangat bagus sebesar 6,8%, bagus sebesar 1,8%, diijinkan sebesar

49,1%, meragukan 40,5%, dan berbahaya 1,8% , mengacu pada Kodoatie (1996)

pada tabel 3. Air sumur bor yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari nilai salinitas bervariasi berkisar antara 333 mg/l sampai 2333 mg/l (lampiran

1). Sebagian sumur masih layak pakai, kebanyakan tidak layak pakai untuk

dikonsumsi sebagai air minum dan memasak.

0

0 500 1000 1500 2000 2500

(44)

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

416/Menkes/Per/IX/ 1990 tentang pengawasan dan syarat-syarat kualitas air yang

disebut sebagai air minum adalah air yang memenuhi syarat kesehatan yang dapat

langsung diminum, sedangkan yang disebut sebagai air bersih adalah air yang

memenuhi syarat kesehatan, yang harus dimasak terlebih dahulu sebelum

diminum. Air yang diijinkan harus memenuhi syarat kesehatan dimaksud meliputi

syarat-syarat fisika, kimia, dan mikrobiologi. Air yang berkualitas baik harus

memenuhi persyaratan fisik, jernih atau tidak keruh (kekeruhan). Air yang

berbahaya akan terasa asam, dan asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut

tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam

air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam

anorganik. Kondisi sumur bor tersebut bervariasi tergantung besarnya pengaruh

dari intrusi air laut yang masuk.

Kodoatie (1996) bahwa kadar garam di dalam air melebihi dari yang

diijinkan maka pengaruh salinitas terhadap manusia adalah penurunan kualitas

dan kuantitas air yang berdampak pada kesehatan dan aktifitas manusia.

Selanjutnya Hidayat (2011), menyatakan air minum tidak boleh mengandung

garam lebih dari 1400 mg/l. Pengaruh salinitas terhadap tanaman dapat

menyebabkan daunnya menjadi layu dan berwarna kekuning-kuningan. Dampak

salinitas terhadap tanah yang dominan adalah pada proses terjadinya erosi tanah.

(45)

terhadap gaya gravitasi. Pada ikan menyebabkan pertumbuhan yang terganggu

dan terhambatnya proses osmoregulasi.

Sumur bor digunakan pada umumnya untuk minum, mandi, mencuci,

tetapi kebanyakan penduduk tidak menggunakannya untuk air minum. Sebagian

besar penduduk di Desa Percut menggunakan sumur bor untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Air PDAM sudah ada tetapi tidak semua penduduk

mempunyai air PDAM untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, hanya warga yang

mampu saja yang bisa menggunakan air PDAM, Sedangkan warga yang tidak

mampu hanya menggunakan sumur bor untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari.Tidak semua air yang terdapat di alam layak untuk dikonsumsi. Agar dapat

layak dikonsumsi, diperlukan upaya pengolahan air.

Irianto (2004) menyatakan upaya pengolahan air pada hakikatnya adalah

untuk memenuhi kebutuhan dengan mengacu pada syarat kuantitas, kualitas,

kontinuitas, dan ekonomis.

Berdasarkan Gambar 6, terdapat 106 titik sumur bor yang tersebar di Desa

Percut Kecamatan Percut Sei Tuan. Terdapat jenis air tawar sebesar 8,5%, sedang

23,5%, dan payau 67,9%. Pada penelitian ini nilai salinitas berdasarkan jenis air

yang diperoleh untuk klasifikasi air tawar adalah 0-500 mg/l.Air tanah tawar

hanya dijumpaipada 9 sumur bor. Air tanah sedang berkisar antara 500-1500

mg/l, yang terdapat pada25 sumur bor, sedangkan payau dengan nilai salinitas

berkisar antara 1500-5000 mg/l terdapat pada72 sumur bor dengan salinitas yang

berbeda-beda.

Dari 106 titik air sumur bor di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan

(46)

tawar. Hal ini mengindikasikan bahwa telah terjadi intrusi air laut yang

disebabkan banyaknya sumur bor yang terdapat di Desa Percut. Sumur bor

menyedot air tanah sehingga permukaan air tanah menjadi lebih rendah dari pada

permukaan air laut. Selanjutnya dekatnya lokasi Desa Percut dengan pantai

semakin mempercepat terjadinya intrusi air laut.

Kodoatie (1996) menyatakan bahwa, intrusi air laut di suatu wilayah dapat

terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu muka air tanah berada di

bawah muka air laut, sifat fisik tanah dan batuan yang lambat meluluskan air,

letaknya dekat dengan pantai, dan dipengaruhi kepadatan penduduk.

Semakin besar jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi saat ini

menjadikan kebutuhan akan air bersih terus meningkat, baik air untuk kebutuhan

sehari-hari, domestik maupun untuk kebutuhan industri. Dalam pemenuhan

kebutuhan air bersih tersebut, masyarakat lebih banyak mengandalkan airtanah

baik yang diambil dari akuifer dangkal maupun akuifer dalam. Hal tersebut

dikarenakan pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Desa Percut

belum sepenuhnya dimiliki oleh penduduk setempat. Dengan begitu masyarakat

yang ada di Desa Percut membeli air bersih pada agen-agen penjualan air untuk

memenuhi kebutuhan minum dan memasak (Indahwati, 2012).

Peta Sebaran Salinitas dan Lokasi Sumur Bor

(47)

sebelah Barat berbatasan dengan desa Tanjung Rejo, sebelah Timur berbatasan

dengan Desa Tanjung Selamat dan Pematang Lalang.

Desa Percut memiliki topografi pantai yang datar, memiliki dataran pantai

yang rendah. Bentuk topografi pada suatu daerah dapat mempengaruhi air tanah

pada daerah tersebut. Menurut Putranto dan Kristi (2009), daerah dataran rendah

yang merupakan daerah yang cenderung lebih cepat berkembang dibandingkan

daerah yang memiliki topografi lebih tinggi.Desa Percut Sei Tuan merupakan

daerah pesisir dengan jenis tanah di daerah ini adalah tanah alluvium yang terdiri

dari kerikil, pasir, lempung dan batu gamping.

Menurut Syahputra (2013), Tanah alluvium ialah tanah yang berasal dari

endapan lumpur yang dibawa oleh aliran air sungai. Umumnya batuan di endapan

alluvium bersifat tidak kompak sehingga potensi air tanahnya cukup baik. Lapisan

ini terbentuk oleh batuan atau material yang mempunyai permeabilitas tinggi atau

mampu mengalirkan air dengan baik seperti lapisan pasir, kerikil, pasir, lempung

dan batu gamping. Batuan penyusun akuifer apabila berupa pasir akan

menyebabkan air laut lebih mudah masuk ke dalam air tanah. Sifat yang sulit

untuk melepas air adalah lempung sehingga intrusi air laut yang telah terjadi akan

sulit untuk dikendalikan atau diatasi, sedangkan tanah yang mengandung batu

gamping dan kerikil mampu menyerap air hujan lebih banyak dari tanah biasa.

Menurut Ningsih (2008), Desa Percut Sei Tuan merupakan salah satu

kecamatan di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara yang memiliki potensi

ekosistem mangrove yang besar dengan luas sekitar 3600 hektar. Kondisi Hutan

Mangrove Pada Empat Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang, dapat dilihat pada

(48)

Tabel 4. Kondisi Hutan Mangrove pada Empat Kecamatan di Kabupaten Deli

Tabel 4 menunjukkan bahwa kondisi hutan mangrove sekarang tampak

telah mengalami perubahan dengan adanya penebangan hutan mangrove karena

kegiatan lain yang berdampak pada kerusakan ekosistem mangrove. Kondisi

hutan mangrove di Kabupaten Deli Serdang sudah relatif rusak bahkan

ekosistemnya sudah hampir tidak ada. Dari tabel diatas dapat dilihat Desa Percut

paling rendah kedua dari empat kecamatan di Deli Serdang, luas mangrove utuh

yang tersisa sebesar 728 ha dari 3600 ha luas hutan mangrove. Penebangan hutan

mangrove secara terus-menerus tanpa memikirkan dampaknya terhadap

lingkungan kemungkinan akan mempercepat intrusi air laut masuk kedaratan.

Menurut Susilo (2010), eksploitasi dan degradasi hutan mangrove

mengakibatkan terjadinya perubahan ekosistem kawasan pantai, seperti intrusi air

laut dan abrasi pantai yang meluas sampai daratan. Berbagai upaya harus perlu

dilakukan agar intrusi air laut tidak terjadi diantaranya dengan mangrovisasi

dengan melakukan aktivitas penanaman mangrove (bakau) di pinggir pantai dan

(49)

salinitas. Kedalaman sumur bor di Desa Percut berkisar antara 20-110 meter.

Makin dalam sumur, air yang dihasilkan akan semakin bagus. Sumur dengan

kedalaman 20 meter dengan nilai salinitas 2333 mg/l, jenis air yang didapatkan

adalah payau dapat dikategorikan berbahaya, sedangkan kedalaman 110 meter

dengan salinitas 0 mg/l baru didapatkan jenis air tawar. Pada umumnya air

berwarna keruh atau kotor serta berwarna kuning dan berasa payau, hanya

terdapat 9 sumur yang memiliki jenis air tawar.

Berdasarkan Sastra (2009), sumur dalam dan terletak di dekat pantai tidak

tercampur dengan air asin, tetapi terkadang percampuran terjadi meskipun sumur

tersebut dangkal dan cukup jauh. Pengaruh kondisi lingkungan disekitar sumur

bor akan mempengaruhi air sumur. Kepadatan penduduk dan pemukiman yang

sangat kotor dan terdapat sampah disekitar rumah juga dapat mempengaruhi

kondisi air sumur bor penduduk.

Menurut Ginting (2011), Kedalaman sumur bor berdasarkan struktur dan

lapisan tanahjuga mempengaruhi kualitas air. Sumber air khususnya air tanah

ditunjukkan dari buruknya kondisi sumber air baku berupa air payau, air asin

hingga keruh menunjukkan bahwa adanya keterbatasan masyarakat dalam

pemanfaatan sumber daya air tanah (Pramushinto dan Marif, 2013).

Strategi Pengelolaan Sumberdaya Air Di Desa Percut

Kebutuhan air selalu meningkat sesuai dengan pertambahan penduduk ,

mengakibatkan terjadinya penyedotan air tanah termasuk sumur bor secara

besar-besaran yang berdampak pada penurunan ketinggian permukaan air tawar

sehingga lebih rendah dari permukaan air laut. Kebutuhan air yang selalu

(50)

dalam memenuhi kebutuhan air. Umumnya sumber air minum yang berasal dari

salah satu alternatif yang dilakukan manusia adalah penggunaan sumur bor guna

memenuhi kebutuhan rumah tangga (Ginting, 2011).

Pengaruh kondisi lingkungan disekitar sumur bor juga mempengaruhi air

sumur. Berdasarkan Sastra (2009), sumur dalam dan terletak di dekat pantai tidak

tercampur dengan air asin, tetapi terkadang percampuran tersebut terjadi

meskipun sumur tersebut dangkal dan cukup jauh. Hal ini dipengaruhi oleh faktor

lingkungan setempat. Bentuk topografi pada suatu daerah dapat mempengaruhi air

tanah pada suatu daerah tersebut. Berdasarkan data geologi jenis batuan yang

terdapat di Desa Percut terdiri darikerikil, pasir, lempung dan batu gamping

termasuk di dalam satuan alluvium.

Kerusakan hutan mangrove juga mempengaruhi kondisi air tanah, Jika

terjadi kerusakan maka lahan ini akan menjadi bencana bagi masyarakat. Dimana

akan terjadi abrasi yang membuat garis pantai semakin jauh ke daerah

pedalaman.Untuk mengatasi permasalahan tersebut agar tidak semakin parah

maka dilakukan konservasi. Konservasi adalah segenap proses pengelolaan suatu

tempat agar makna kultural yang dikandungnya terpelihara dengan baik.

Menurut Asdak (2007), Penurunan muka air tanah akan menyebabkan

terjadinya intrusi air laut semakin cepat. Hal ini diperlukan pengelolaan

sumberdaya air tanah ditunjukkan melalui cara:

(51)

depan (samping) rumah, melalui talang dapat dialirkan ke dalam sumur

resapan.

2. Pemerintah daerah hendaknya melakukan penyuluhan langsung ke lapangan

tentang pemanfaatan pelestarian serta dampak dari kerusakan ekosistem

mangrove kepada seluruh penduduk.

3. Kerjasama antara pemerintahan, pihak swasta dan penduduk terhadap

kebersihan lingkungan baik di darat dan di air.

4. Penegakan aturan penggunaan air permukaan maupun air bawah tanah. Setiap

bentuk penyalahgunaan air dan pelanggaran terhadap ketentuan zona air tawar

untuk ditindak secara tegas dan konsisten.

5. Pemerintah daerah perlu berupaya untuk bisa memberikan pelayanan PDAM

(52)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Salinitas air sumur bor di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan berkisar

antara 333 mg/l sampai 2333 mg/l.

2. Sebaran salinitas di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan bervariasi,

jumlah air sumur yang termasuk sangat bagus sebesar 6,8%, bagus sebesar

1,8%, diijinkan sebesar 49,1%, meragukan sebesar 40,5%, dan berbahaya

1,8%.

3. Kedalaman sumur bor di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan berkisar

antara 20 – 110 m. Semakin dalam sumur maka air yang di dapatkan

semakin bagus (tawar).

Saran

1. Perlu dilaksanakan suatu studi salinitas yang dapat dipakai sebagai dasar

pembuatan Undang-Undang umum yang mengatur strategi pemanfaatan

sumber-sumber air tanah dan air permukaan.

2. Perlunya upaya masyarakat meningkatkan sanitasi lingkungan baik di

lingkungan rumah tangga maupun lingkungan umum dengan jalan tidak

(53)

3. Pemerintah bekerjasama dengan masyarakat agar lebih ketat menerapkan

aturan yang mengatur kebersihan lingkungan sehingga dapat

meningkatkan estetika lingkungan dan sekaligus akan berpengaruh

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadja Mada. University Press, Yogyakarta.

Barus, T.A. 2004. Pengantar limnologi Studi Tentang Ekosistem AirDaratan.USU Press. Medan.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Ginting, E. 2011. Analisis Intrusi Air Laut Pada Sumur Bor dan Sumur Gali Dengan Metode Konduktivitas Listrik Di kecamatan Hamparan Perak. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

Hamzah, M. S. 2011. Hidrologi Pantai dan Kebutuhan Air Masyarakat Pesisir.Jurnal Fisika “FUSI” ISSN : 1412-0429 Vol 9 No 1, Januari – April, hlm 88-77

Hidayat, R. 2011. Rancang Bangun Alat Pemisah Garam Dan Air Tawar Dengan Menggunakan Energi Matahari. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Husni, A., dan Roh, S. 2012. Sebaran TDS, DHL, Penurunan Muka Air TanahDan Prediksi Intrusi Air Laut Di Kota Tangerang Selatan. Jurnal Skripsi. IPB. Bogor.

Indahwati, N, dkk. 2012. Studi Salinitas Air Tanah Dangkal Di KecamataUlujami Kabupaten Pemalang. Jurnal. FKIP, UNS Surakarta, Indonesia.

Irianto, 2004. Kadar Air Untuk Kebutuhan Air dan Pengolahan Air Wilayah Pesisir. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Keputusan Menteri. 2000. Pedoman Teknik Penentuan Nilai Perolehan Air Dari Pemanfaatan Air Bawah Tanah Dalam Menentukan Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah. 1451 K/10/MEM/2000.

Kodoatie, R. 1996. Pengantar Hidrogeologi. ANDI, Yogyakarta.

(55)

Marsono, 2003. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Bakteriologis Air Sumur Gali di Pemukiman Desa Karanganom, Kecamatan Klaten Utara, Kabupaten Klaten

Nasjono, J. K. 2010. Pola Penyebaran Salinitas Pada Akuifer Pantai Pasir Panjang, Kota Kupang, NTT. Jurnal Bumi Lestari, Volume 10 No. 2, Agustus 2010. hlm. 263 – 269

Ningsih, S. S. 2008. Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang. Tesis. Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan.

Nurlaili, 2003. Intrusi Air Laut Akibat Pengaruh Eksploitasi Air Bawah Tanah Kawasan Industri. Jurnal Polimesin No.8. 2008. Hal 433-441.

Oktrafina, I. 2010. Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis(SIG) Dan AnaliticalHierarchy Process (AHP) Untuk Penentuan Jenis Tanaman DalamProgram Konservasi DAS Tamiang, Provinsi Aceh. Skripsi. Departemen Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/Per/IX. 1990. Pengawasan Dan Syarat-Syarat Kualitas Air. Jakarta.

Permenkes RI No. 416/Menkes/PER/XI. 1990. Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Jakarta.

Prahasta, E. 2005. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Informatika, Bandung.

Pramushinto, R dan Ma’rif, S. 2013. Pola Pemanfaatan Sumber Daya Air Bersih Oleh Masyarakat Sebagai Antisipasi Dampak Salinisasi Di Wilayah Pesisir Kecamatan Jepara (Studi Kasus Kelurahan Bulu, Kel Kauman, Kel Jobokuto da Kel Ujungbatu). Jurnal Teknik PWK Volume 2 No 3. Hal. 765-774.

Putranto, T. T., dan Kristi, I. 2009. Permasalahan Pada DaerahUrban. Jurnal Teknik – Vol. 30 No. 1 Tahun 2009, ISSN 0852-1697.

Purba, D.F. 2009. Analisis Pencemaran Logam Berat Pada Air Sumur BorDengan Metode Spektrofotometri Untuk Dapat Digunakan Sebagai Air Minum Di Kecamatan Medan-Belawan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

Purbowarsito, H. 2011. Uji Bakteriologis Air Sumur Di Kecamatan Semampir. Skripsi Departemen Biologis Surabaya. Hlm. 15-75.

(56)

Rejekiningrum, P. 2009. Peluang Pemanfaatan Untuk Keberlanjutan SumberDaya Air. Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 3 No. 2, hlm. 85-96

Santoso, R dan Husni, A. 2008. Sebaran TDS, DHL, Penurunan Muka Airtanah Dan Prediksi Intrusi Air Laut Di Kota Tangerang Selatan. Skripsi. Departemen Teknik Sipil Dan Lingkungan, Fateta IPB.

Sari, D S P., dan Khadijah. 2010. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan di Wilayah Pesisir Desa Bagan Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Tesis. Universitas Sumatera Utara.

Sastra, Z. 2011. Analisis Intrusi Air Laut Dan Zona Klorida Pada Sumur Bor Dalam Dan Dangkal Di Kawasan Kota Medan Dan Sekitarnya. Tesis. Universitas Sumatera Utara.

Siregar, A L. 2007. Pendugaan Potensi Tegakan Hutan Pinus (Pinus merkusii) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Dengan Metode Stratified Systematic Sampling With Random Start Menggunakan Unit Contoh lingkaran Konvensional dan Tree Sampling. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Siswanto, B. 2011. Evaluasi Kebijakan Pengambilan Dan Pemanfaatan Di Provinsi DKI Jakarta. Tesis Sekolah Pascasarjana, Bogor.

Soenarmo, S. H. 2009. Penginderaan Jauh dan Pengenalan Sistem Informasi Geografis Untuk Bidang Ilmu Kebumian. ITB. Bandung.

Susilo, F. Setyobudiandi, I. Damar, A. 2010. Pengelolaan Ekosistem Mangrove Di Kecamatan Percut Sei Tuan Kab Deli Serdang. Jurnal Pertanian Dan Biologi. Universitas Medan Area. ISSN : 2085 – 1995 Vol 2.

(57)

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Tabel 1. Karakteristik Fisika dan Kimia Tanah dengan Tekstur yang Berbeda
Tabel 3. Klasifikasi Air Berdasarkan Konsentrasi Garam
Gambar 3. Pengambilan air tanah (a) sebelum, (b) sesudah (Asdak, 2007).
+6

Referensi

Dokumen terkait

Guru meminta siswa mengamati gambar dan bertanya jawab mengenai gambar 10 Penjelasan jenis-jenis makanan hewan Penayangan PPT dari jenis-jenis makanan hewan Guru menjelaskan

Perlu diperhatikan dalam proses pemberian layanan terhadap pemustaka tunanetra, seorang pustakawan harus memahami ciri khusus atau karakter dari pemustaka tunanetra

Berdasarkan beberapa pendapat, maka dapat diambil suatu garis besar bahwa saat terjadi penipisan sumber energi dalam bentuk glikogen otot, maka penggunaan lemak

Selanjutnya, bab ini juga akan membahas mengenai pelaksanaan bimbingan rohani Islam di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang yang meliputi, tujuan bimbingan rohani

Fakultas Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Sumatera Utara,Medan. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian

dilihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1 Struktur Organisasi Manajemen Coca-Cola Amatil Indonesia. 3.5.1 Job description Coca Cola Amatil Indonesia A.. 2) Menjalin hubungan baik

Permasalahan awal (pra tindakan) yang dihadapi dalam pembelajaran Matematika konsep operasi hitung perkalian dan pembagian adalah: (1) Kriteria Ketuntasan

11 いはさまざまであるが,絶対的に中立な発話というものは ありえない。これに対し,言語 ラ ン グ