• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap I untuk menentukan konsentrasi kadar kalsium yang akan digunakan pada penelitian tahap II. Hasil yang diperoleh pada penelitian tahap I dan II adalah sebagai berikut:

Penelitian Tahap I

Laju Pertumbuhan Bobot dan Panjang Harian(%)

Data laju pertumbuhan bobot dan panjang rata-rata harian selama 14 hari masa pemeliharaan juvenil udang galah disajikan pada Gambar 2 dan 3.

Gambar 2 Laju pertumbuhan bobot harian (%) juvenil udang galah pada penelitian tahap I

Gambar 3 Laju pertumbuhan panjang harian (%) juvenil udang galah pada penelitian tahap I 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 0 20 40 60 80 1,80±0,000 2,83±0,115 3,33±0,115 3,70±0,000 2,00±0,231

Laju pertumbuhan bobot harian

(% ) Konsentrasi kalsium (mg/L) 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 0 20 40 60 80 1,73±0,115  2,00±0,000 2,86±0,058 3,46±0,000 1,86±0,115 Laju   pertumbuhan   panjang   harian   (%) Konsentrasi kalsium 

Laju pertumbuhan harian bobot juvenil udang galah pada penelitian tahap I mengalami peningkatan pada penambahan 20 mg/L (2,83%), 40 mg/L (3,33%),60 mg/L (3,70%) dan menurun pada perlakuan 80 mg/L (2,00%). Perlakuan tanpa penambahan kalsium dengan laju pertumbuhan yang terendah (1,80%). Laju pertumbuhan panjang harian juvenil udang galah tertinggi pada perlakuan 60 mg/L (3,46%) dan terendah pada perlakuan tanpa penambahan kalsium (1,73%).

Kelangsungan Hidup (%)

Rata-rata kelangsungan hidup tiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4. Berdasarkan data kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan harian pada penelitian tahap I maka ditetapkan perlakuan untuk penelitian tahap II dengan konsentrasi penambahan kalsium 0, 25, 50 dan 75 mg/L Ca(OH)2.

Gambar 4 Kelangsungan hidup (%) juvenil udang galah pada penelitian tahap I

Penelitian Tahap II Kadar Mineral Kalsium

Pengukuran kadar mineral pada media pemeliharaan dan tubuh juvenil udang galah dilakukan pada penelitian tahap II. Hasil pengukuran kadar mineral

kalsium dalam media pemeliharaan dan juvenil udang galah dapat dilihat pada Tabel 2. 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 20 40 60 80 98±2,646 98±2,000 100±0,000 100±0,000 98±2,000 Kelangsungan   hidup   (%) Konsentrasi kalsium (mg/L)

Tabel 2 Rata-rata kadar kalsium dalam media dan juvenil udang galah akibat penambahan kalsium pada media budidaya

Perlakuan Ca2+ pada media Ca2+ pada juvenil udang

A (4 ppt + 0 mg/L Ca(OH)2) 54,05 4323,40

B (4 ppt + 25 mg/L Ca(OH)2) 70,07 4905,00

C (4 ppt + 50 mg /L Ca(OH)2) 76,07 5429,70

D (4 ppt + 75 mg /L Ca(OH)2) 84,08 4547,60

Nilai rata-rata kadar kalsium juvenil udang galah tertinggi pada media dengan penambahan 50 mg/L Ca(OH)2 dan terendah pada media 0 mg/L Ca(OH)2. Hasil analisis ragam (Lampiran 14) menunjukkan bahwa penambahan kalsium mengakibatkan perubahan kadar kalsium juvenil udang galah pada penelitian (P<0,05).

Frekuensi Molting

Data frekuensi molting selama penelitian diperoleh dengan pengamatan pada juvenil udang galah yang mengalami molting. Hasil pengamatan terhadap frekuensi molting juvenil udang galah sebagai akibat penambahan kalsium pada media budidaya dapat dilihat pada Gambar 5 dan Lampiran 7.

Huruf superscrift yang berbeda di belakang nilai standar deviasi menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Gambar 5 Frekuensi molting udang galah pada penelitian tahap II

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 0 25 50 75 2,00±0,000a 2,33±0,577ab 3,00±0,000b 2,00±0,000a Frekuensi   moulting Konsentrasi kalsium (mg/L)

Frekuensi molting terbanyak pada perlakuan penambahan 50 mg/L Ca(OH)2 yaitu 3 kali. Frekuensi molting terendah pada 0 mg/L Ca(OH) dan 75 mg/L Ca(OH)2 yang masing-masing sebanyak 2 kali selama pemeliharaan 30 hari. Hasil analisis ragam (Lampiran 15) menunjukkan bahwa perlakuan penambahan kalsium memberikan pengaruh yang berbeda terhadap frekuensi molting juvenil udang galah (P<0,05).

Tingkat Kerja Osmotik (TKOs)

Tingkat kerja osmotik adalah hasil selisih dari osmolaritas juvenil udang galah dengan osmolaritas media pemeliharaan. Hasil pengukuran tingkat kerja osmotik pada masing-masing perlakuan selama penelitian disajikan dalam Gambar 6 dan secara terperinci pada Lampiran 8. Rata-rata tingkat kerja osmotik tertinggi pada perlakuan tanpa penambahan Ca(OH)2 sebesar 0,276 mOsm/L H2O dan terendah pada perlakuan penambahan 50 mg/L Ca(OH)2 sebesar 0,190 mOsm/L H2O. Analisis ragam (Lampiran 16) dari data tingkat kerja osmotik menunjukkan bahwa penambahan kalsium berpengaruh terhadap tingkat kerja osmotik (P<0,05).

Huruf superscrift yang berbeda di belakang nilai standar deviasi menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Gambar 6 Tingkat kerja osmotik juvenil udang galah pada penelitian tahap II

0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0 25 50 75 0,276±0,003b 0,198±0,003a 0,190±0,001a 0,211±0,001b TKOs   (mOsm/L   H2 O) Konsentrasi kalsium (mg/L)

Tingkat Konsumsi Oksigen

Hasil pengukuran tingkat konsumsi oksigen juvenil udang galah selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 7 dan Lampiran 9. Tingkat konsumsi

oksigen tertinggi pada perlakuan tanpa penambahan kalsium sebesar 1,71 mg O2/g/jam dan terendah pada perlakuan penambahan 50 mg/L Ca(OH)2

sebesar 0,63 mgO2/g/jam. Hasil analisis ragam (Lampiran 17) menunjukkan bahwa penambahan kalsium berpengaruh terhadap tingkat konsumsi oksigen (P<0,05).

Huruf superscrift yang berbeda di belakang nilai standar deviasi menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Gambar 7 Tingkat konsumsi oksigen juvenil udang galah pada tiap perlakuan selama penelitian tahap II.

Laju Pertumbuhan Bobot dan Panjang Harian(%)

Data laju pertumbuhan harian diperoleh pada akhir penelitian. Hasil

perhitungan analisis ragam data laju pertumbuhan bobot rata-rata harian (Lampiran 18) menunjukkan bahwa laju pertumbuhan bobot harian dipengaruhi

oleh penambahan kalsium (P<0,05). Laju pertumbuhan bobot harian tertinggi pada perlakuan penambahan 50 mg/L dan diikuti oleh penambahan 25 mg/L Ca(OH)2. Perlakuan 0 mg/L menunjukkan laju pertumbuhan yang terendah. Nilai laju pertumbuhan bobot dan panjang rata-rata harian juvenil udang galah disajikan pada Gambar 8 dan 9.

0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 0 25 50 75 1,71±0,032c 1,00±0,171b 0,63±0,040a 1,00±0,020b TKO   (mg   O2/g/jam) Konsentrasi kalsium (mg/L)

Huruf superscrift yang berbeda di belakang nilai standar deviasi menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Gambar 8 Laju pertumbuhan bobot harian (%) juvenil udang galah pada penelitian tahap II

Huruf superscrift yang berbeda di belakang nilai standar deviasi menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Gambar 9 Laju pertumbuhan panjang harian (%) juvenil udang galah pada penelitian tahap II

Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 19) menunjukkan adanya pengaruh penambahan kalsium yang berbeda terhadap laju pertumbuhan panjang harian (P<0,05). 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 0 25 50 75 2,51±0,085a 3,44±0,075c 4,32±0,055d 3,26±0,058b Laju   pertumbuhan   bobot   harian   (%) Konsentrasi kalsium (mg/L)  0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 0 25 50 75 0,90±0,040a 1,12±0,000b 1,54±0,023c 0,91±0,075a Laju   pertumbuhan   panjang   harian   (%) Konsentrasi kalsium (mg/L)

Kelangsungan Hidup (%)

Kelangsungan hidup yang diperoleh pada penelitian ini adalah berkisar antara 89,67 – 98,67%. Rata-rata kelangsungan hidup juvenil udang galah selama penelitian disajikan dalam Gambar 10. Hasil analisis ragam (Lampiran 20) menunjukkan bahwa penambahan kalsium pada media bersalinitas tidak mempengaruhi kelangsungan hidup juvenil udang galah (P>0,05).

Huruf superscrift yang sama di belakang nilai standar deviasi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05)

Gambar 10 Kelangsungan hidup (%) juvenil udang galah pada penelitian tahap II.

Efisiensi Pakan

Efisiensi pakan selama pemeliharaan disajikan pada Gambar 11. Dari Gambar 11 dapat diketahui bahwa efisiensi pakan tertinggi pada yaitu pada penambahan kalsium 50 mg/L dan terendah pada perlakuan tanpa penambahan kalsium. Hasil perhitungan efisiensi pakan dan analisis ragam pada masing-masing perlakuan selama penelitian menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) Lampiran 21. 0 20 40 60 80 100 0 25 50 75 92,33±3,215a94,0±5,196a98,67±1,155a 89,67±6,110a Kelangsungan   hidup   (%) Konsentrasi kalsium (mg/L)

Huruf superscrift yang berbeda di belakang nilai standar deviasi menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Gambar 11 Efisiensi pakan pada masing-masing perlakuan

Fisik Kimia Air

Data pengukuran parameter fisik kimia air selama penelitian dilihat pada Tabel 3. Nilai parameter fisik kimia air selama penelitian secara umum masih layak untuk mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup juvenil udang galah.

Tabel 3 Kisaran nilai fisik kimia air pada penelitian tahap II

Parameter Perlakuan 0 mg/L 25 mg/L 50 mg/L 75 mg/L Salinitas (ppt) 4 4 4 4 Suhu (oC) 29-30 29-30 29-30 29-30 pH (unit) 7,20-7,44 7,60-7,83 7,69-7,9 7,55-8,00 NH3 (mg/L) 0,02-0,07 0,01-0,07 0,01-0,07 0,04-0,08 Kesadahan (mg/L) 425,4-435,4 409,4-440,4 480,4-492,4 504,5-508,5 DO 5,05-5,31 5,22-5,35 5,20-5,23 5,04-5,33 0 2 4 6 8 10 12 0 25 50 75 6,89±0,249a 7,98±0,543b 10,19±0,137c 7,70±0,434ab Efisiensi   pakan   (%) Konsentrasi kalsium (mg/L)

Pembahasan

Hasil penelitian tahap I menunjukkan bahwa laju pertumbuhan bobot dan panjang harian tertinggi pada perlakuan penambahan kalsium 60 mg/L dan terendah pada perlakuan tanpa penambahan kalsium. Laju pertumbuhan menurun pada penambahan kalsium sebanyak 80 mg/L. Kelangsungan hidup tertinggi pada perlakuan penambahan kalsium 40 mg/L dan 60 mg/L dan terendah pada perlakuan penambahan kalsium 20 mg/L, 80 mg/L dan tanpa penambahan kalsium. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan kalsium pada media bersalinitas 4 ppt berperan dalam menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup juvenil udang galah.

Kadar mineral kalsium yang larut dalam air akan meningkatkan efisiensi pemanfaatan kalsium dalam tubuh udang dan berpengaruh terhadap tingkat kerja osmotik. Pada penelitian tahap II, perlakuan dengan penambahan 75 mg/L Ca(OH)2 (kadar Ca2+ media 84,08 mg/L) cukup rendah dibandingkan penambahan 25 mg/L Ca(OH)2 (kadar Ca2+ media (70,07 mg/L) dan 50 mg/L Ca(OH)2 (kadar Ca2+ media 76,07 mg/L). Adanya penambahan kalsium dengan konsentrasi berbeda berpengaruh terhadap kadar kalsium tubuh udang. Dari data yang diperoleh kadar kalsium tubuh tertinggi yaitu pada perlakuan 50 mg/L Ca(OH)2 sebesar 5429,7 dan terendah pada perlakuan 0 mg/L Ca(OH)2 yaitu 4323,4.

Hasil penelitian ini sesuai dengan Cameron (1985b) menyatakan bahwa kadar kalsium yang terlalu tinggi juga menghambat transfer kalsium dari lingkungan ke dalam tubuh udang. Peningkatan kadar kalsium seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan bobot udang. Semakin besar bobot udang maka semakin tinggi kadar kalsium kulit (Adegboye 1983).

Beberapa aspek proses fisiologi yang berkaitan dengan pertumbuhan individu meliputi regenerasi, metamorfosa dan molting. Molting merupakan proses pelepasan secara periodik cangkang yang sudah tua dan pembentukan cangkang baru dengan ukuran yang lebih besar. Pada krustase, pertumbuhan terjadi secara berkala setelah pergantian kulit. Pertambahan panjang dan bobot tubuh akan terhambat bila tidak didahului oleh proses ganti kulit (Affandi dan Tang 2002). Hasil penelitian tahap II menunjukkan bahwa meningkatnya jumlah frekuensi molting berhubungan dengan peningkatan laju pertumbuhan juvenil

udang galah. Frekuensi molting terbanyak yaitu pada perlakuan dengan penambahan 50 mg/L Ca(OH)2 sebanyak 3 kali selama pemeliharaan 30 hari dibanding perlakuan 0 mg/L Ca(OH)2, 25 mg/L Ca(OH) dan 75 mg/L Ca(OH)2. Penambahan kalsium pada perlakuan memberikan pengaruh terhadap kecepatan proses molting pada juvenil udang galah selama penelitian.

Udang membutuhkan lebih banyak kalsium sehubungan dengan proses molting. Keberhasilan percepatan proses ganti kulit dapat dievaluasi dari keberadaan dan kecepatan perubahan kadar kalsium selama proses ganti kulit. Kadar kalsium optimum menunjukkan terjadinya peningkatan efisiensi pemanfaatan pakan dan laju pertumbuhan harian juvenil udang galah. Dall (1965) diacu dalam Kaligis (2005) menyatakan bahwa udang menyerap kalsium terlarut dalam air melalui proses pertukaran ion, terutama terjadi dalam insang. Kalsium yang diserap kemudian disimpan dalam hepatopankreas dan gastrolith. Setelah pelepasan kulit lama, kalsium kemudian didistribusikan oleh darah dan diendapkan pada kulit dalam bentuk kalsium karbonat. Holliday (1965) menyatakan bahwa kadar kalsium dalam media akan mendorong proses pembentukan serta pengerasan kulit udang. Mineral kalsium dalam tubuh udang berfungsi dalam membantu proses metabolisme, pengaturan tekanan osmose serta pembentukan kulit tubuh. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa dalam formasi dan pengerasan kulit diperlukan mobilisasi media yang didapatkan dari media pemeliharaan. Kelancaran proses osmotik dan kalsifikasi berhubungan dengan adanya kelarutan kalsium dan menentukan aktifitas ganti kulit.

Data osmolaritas pada tiap perlakuan menunjukkan bahwa penambahan kalsium dengan konsentrasi yang berbeda dapat menyebabkan perbedaan tingkat kerja osmotik juvenil udang galah yang signifikan selama pemeliharaan 30 hari (Gambar 6). Perbedaan tingkat kerja osmotik ini mengiindikasikan bahwa juvenil udang galah mempunyai kemampuan untuk mengatur osmolaritas hemolimnya. Nilai tingkat kerja osmotik terendah pada penambahan kalsium 50 mg/L Ca(OH)2

sebesar 0,190 mOsm/L H2O. Penambahan kalsium sebesar 50 mg/L Ca(OH)2 pada media dapat menyeimbangkan tekanan osmotik antara osmolaritas cairan tubuh dan osmolaritas media sebagai lingkungan hidupnya. Proses fisiologis akan berjalan dengan normal dan baik, aktifitas osmoregulasi juvenil udang galah lebih sedikit

untuk menjaga osmolaritas serum pada kisaran isoomotik sehingga pertumbuhannya meningkat (Piliang 2005). Dalam osmoregulasi, keseimbangan osmotik antara cairan tubuh dan air media sangat penting. Ion-ion secara aktif diserap tubuh melalui insang

ketika terjadi proses penyerapan air. Kebutuhan energetik untuk pengaturan ion secara umum akan lebih rendah pada lingkungan yang isoosmotik, dengan

demikian energi yang disimpan dapat cukup substansial untuk meningkatkan pertumbuhan (Imsland et al. 2003).

Tantulo dan Fotedar (2006) menyatakan bahwa kebutuhan energi untuk menjaga komposisi hemolim merupakan bagian yang perlu diperhatikan dari total produksi energi. Laju pertumbuhan juvenil udang galah meningkat (α 5,75%) seiring dengan rendahnya tingkat kerja osmotik dan konsumsi oksigen (Hamzah 2002). Penelitian yang dilakukan memperlihatkan bahwa laju pertumbuhan juvenil udang galah juga berhubungan dengan rendahnya tingkat kerja osmotik dan konsumsi oksigen.

Tingkat konsumsi oksigen dapat digunakan sebagai parameter untuk mengetahui laju metabolisme organisme air. Faktor lingkungan yang mempengaruhi tingkat konsumsi oksigen diantaranya adalah salinitas, suhu, dan tingkatan aktifitas (Brett 1987). Makin rendah tingkat konsumsi oksigen maka makin sedikit energi yang digunakan untuk metabolisme dan diharapkan makin banyak energi yang tersedia untuk pertumbuhan. Rendahnya tingkat konsumsi oksigen pada perlakuan penambahan 50 mg/L Ca(OH)2 (Gambar 7 ) menunjukkan jumlah energi yang digunakan untuk metabolisme lebih sedikit dan porsi energi untuk pertumbuhan lebih banyak. Hubungannya dengan laju pertumbuhan bobot dan panjang harian pada penelitian ini terlihat bahwa makin rendah tingkat konsumsi oksigen maka laju pertumbuhan makin tinggi.

Penambahan 50 mg/L Ca(OH)2 menghasilkan laju pertumbuhan bobot rata-rata harian tertinggi sebesar 4,32 % dan laju pertumbuhan panjang rata-rata harian tertinggi 1,54 % (Gambar 8). Laju pertumbuhan bobot rata-rata harian yang terendah pada 0 mg/L Ca(OH)2 (2,51 %) dan pertumbuhan panjang rata-rata harian terendah juga pada 0 mg/L Ca(OH)2 (0,90 %) (Gambar 9). Tingginya laju pertumbuhan bobot dan panjang rata-rata harian pada konsentrasi 50 mg/L Ca(OH)2 berhubungan dengan tingkat kerja osmotik.

Pada konsentrasi 50 mg/L tingkat kerja osmotik terendah akibatnya pemanfaatan energi untuk proses osmoregulasinya sedikit dan banyak energi digunakan untuk pertumbuhan. Hasil ini sesuai dengan Tseng (1987) yang mengatakan bahwa mineral kalsium yang optimal dalam media mempengaruhi isoosmotik antara cairan tubuh dan lingkungannya. Jika kandungan mineral kalsium di perairan tidak mencukupi maka osmoregulasi akan terganggu dan berdampak pada proses pertumbuhan.

Rata-rata kelangsungan hidup tertinggi pada perlakuan 50 mg/L Ca(OH)2

sebesar 98,67% yang menandakan media pemeliharaan paling optimum dibanding perlakuan lain (Gambar 10). Faktor lain yang mendukung tingginya kelangsungan hidup pada konsentrasi demikian adalah rendahnya tingkat kerja osmotik dan konsumsi oksigen yang menyebabkan fungsi fisiologis berjalan dengan baik.

Efisiensi pakan tertinggi pada perlakuan penambahan 50 mg/L Ca(OH)2 (10,19%) dan terendah pada perlakuan 0 mg/L Ca(OH)2 (6,89 %) (Gambar 11). Efisiensi pakan pada penambahan 50 mg/L Ca(OH)2 dengan laju pertumbuhan tertinggi yaitu 4,32 %. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi efisiensi pakan maka laju pertumbuhan rerata harian semakin meningkat. Tingginya laju pertumbuhan ditandai dengan proses ganti kulit yang lebih cepat. Proses transfer kalsium dari hemolim ke kulit udang melalui mekanisme transport aktif yang membutuhkan energi. Transfer kalsium ke kulit berjalan lebih cepat yang ditandai oleh laju pengendapan kalsium kulit yang tinggi akan membutuhkan energi yang besar. Kebutuhan energi yang besar ini diperoleh dari pakan yang

dikonsumsi. Efisiensi pakan yang tinggi pada media yang ditambah kalsium 50 mg/L merupakan akibat kebutuhan energi yang lebih tinggi untuk mendukung

laju pengendapan kalsium yang lebih cepat. Media dengan penambahan 50 mg/L Ca(OH)2 pada salinitas 4 pptmerupakan media yang optimal untuk pertumbuhan juvenil udang galah sehingga proporsi energi pakan yang digunakan untuk respirasi relatif kecil dan sisa energi digunakan untuk pertumbuhan. Rendahnya nilai efisiensi pakan pada perlakuan tanpa penambahan kalsium disebabkan kondisi lingkungan yang tidak optimal. Jika kondisi lingkungan optimal yang ditandai dengan tingkat kerja osmotik dan konsumsi oksigen yang rendah maka

nafsu makan meningkat maka pertumbuhan akan meningkat. Zaidy (2007) menyatakan bahwa efisiensi pakan yang tinggi pada media yang ditambah kapur 45 mg/L merupakan akibat kebutuhan energi yang lebih tinggi untuk mendukung kecepatan laju pengendapan kalsium di kulit. Partridge et al. (2001) mengemukakan bahwa proses pencernaan pada organisme air akan lebih efisien jika dipelihara pada media yang mendekati kondisi isoosmotik.

Parameter fisik kimia air selama pemeliharaan perlu dipertahankan guna mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup juvenil udang. Kisaran suhu pada media pemeliharaan selama penelitian 29oC-30oC. Hirono (1982) diacu dalam Budiardi (1998) menyatakan bahwa suhu optimal bagi pertumbuhan udang antara 28oC-32oC. Suhu air sangat mempengaruhi laju metabolisme dan pertumbuhan organisme perairan. Penambahan Ca(OH)2 ke dalam media pemeliharaan sebanyak 25,50 dan 75 mg/L menyebabkan pH air meningkat. Peningkatan pH air sebabkan terurainya Ca(OH)2 menjadi ion Ca2+ dan H2O sehingga ion Ca2+ dalam air meningkat. Keberadaan Ca(OH)2 dalam air akan bereaksi dengan H+ mengakibatkan pH meningkat. Kisaran nilai pH selama penelitian masih layak untuk mendukung pertumbuhan udang. Kadar NH3 pada tiap perlakuan masih dalam batas toleransi untuk pertumbuhan udang seperti yang

disarankan Boyd (1990) bahwa kadar NH3 untuk pertumbuhan udang galah < 0,09 mg/L dan 0,45 mg/L menyebabkan penurunan pertumbuhan udang

penaeid.

Nilai kesadahan cenderung tinggi hingga mencapai 508,5 mg/L. Kesadahan >300 mg/L dikategorikan sangat tinggi (very hard) dan dalam kegiatan budidaya bisa mencapai 500 mg/L. Kandungan oksigen terlarut merupakan faktor pembatas dalam budidaya. Kisaran kandungan oksigen terlarut selama penelitian adalah 5,04 mg/L-5,33 mg/L dan masih dalam rentang yang layak untuk pertumbuhan udang galah. Pengelolaan fisik kimia air selama penelitian merupakan langkah tepat untuk menjaga kelayakan kondisi air media. Caranya melalui pergantian air sebanyak 30-40% tiap hari setelah penyiponan.

Mineral kalsium pada penelitian ini berperan secara langsung pada kadar kalsium tubuh udang, peningkatan frekuensi molting, penurunan tingkat kerja osmotik dan tingkat konsumsi oksigen.

Dokumen terkait