Komponen Ragam
Hasil koreksi terhadap jenis kelamin dengan nilai komponen ragam babi Landrace (F1) disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4. Perbandingan bobot badan nyata dan terkoreksi
Variabel µ ± sb (kg) σ2 KK (%)
Bobot lahir 1.61 ± 0.321 0.103 19.98 %
Bobot Lahir Terkoreksi 1.64 ± 0.33 0.106 19.88 %
Bobot Sapih 11.34 ± 2.57 6.611 22.70 %
Bobot Sapih Terkoreksi 11.40 ±2.58 6.671 22.65 %
σ2
= ragam
KK = koefisien keragaman
Koreksi terhadap jenis kelamin menunjukkan bahwa bobot badan terkoreksi lebih besar dibandingkan bobot badan nyata (Tabel 5).Demikian juga dengan nilai ragam bobot badan terkoreksi lebih tinggi dibandingkan nilai ragam bobot badan nyata.Hal ini menunjukkan keragaman data setelah dikoreksi lebih rendah dibandingkan tidak dikoreksi.Keragaman data pada bobot badan dapat terjadi disebabkan beberapa faktor seperti faktor umur induk, genetik, manajemen, dan fertilitas pejantan sehingga perlu diadakan koreksi terhadap data bobot badan.Menurut Devendra dan Burn (1994) tujuan koreksi data adalah untuk mengurangi pengaruh keragaman data yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Variasi yang tinggi akan berpengaruh terhadap nilai parameter genetik. Sehingga proses seleksi bersifat fair yang bebas dari pengaruh (Kurnianto, 2010).
Hasil analisis statistik pada koefisien keragaman (KK) sebagaimana disajikan pada Tabel 5.Nilai keragaman dari sifat bobot lahir dan bobot sapih memiliki keragaman yang besar yaitu di atas 15 %. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kurnianto (2009) yang menyatakan bahwa kategori keragaman ialah:
20
<5% keragaman kecil, 6%-14% keragaman sedang, ≥15% keragaman besar. Keragaman pada sifat terkoreksi pada bobot sapih lebih besar dibandingkan koreksi bobot lahir disebabkan karena bobot sapih masing-masing individu telah menunjukkan potensi genetiknya yang sangat variatif terhadap lingkungan.
Berikut hasil peragam (covarians) beberapa sifat pertumbuhan pada ternak babi Landrace.
Tabel 5.Nilai peragam sifat pertumbuhan babi Landrace
Sifat Pertumbuhan Peragam (S)
Bobot Lahir – Bobot Sapih 0.207379
Bobot Lahir – Jumlah Anak Sekelahiran -0.04861 Bobot Sapih – Jumlah Anak Sekelahiran -0.81977
Peragam dihitung untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara dua sifat pertumbuhan tertentu.Kurnianto (2009) menyatakan bahwa untuk mengetahui bentuk hubungan dan keeratan hubungan antara dua parameter atau variabel, maka salah satu perhitungan yang harus dilakukan adalah peragam.Nilai peragam antara sifat jumlah anak sekelahiran dengan bobot lahir termasuk kategori sangat rendah dengan nilai -0.04861. Sebaliknya nilai peragam pada sifat pertumbuhan antara JAS dengan bobot sapih memiliki hubungan saling berlawanan. Jika terjadi peningkatan pada sifat yang satu akan menurunkan sifat yang satunya. Munir (2013) menyatakan tanda kovarians ( + atau - ) menunjukkan hubungan antara peubah acak positif/negatif. Jika bergerak ke arah berlawanan berlawanan (X membesar dan Y mengecil), maka hasil kali (x – µx) (y – µy) cenderung akan bernilai negatif.
Pada Tabel 6dapat dilihat bahwa nilai peragam antara sifat bobot lahir dan bobot sapih termasuk didalam kategori rendah.Sehingga sifat bobot lahir dan bobot sapih memiliki hubungan yang rendah. Nilai peragam pada sifat pertumbuhan antara jumlah anak sekelahiran
21
dengan bobot lahir dan bobot sapih memiliki nilai negatif derajat sedang. Sehingga sifat jumlah anak sekelahiran dengan bobot lahir dan bobot sapih memiliki hubungan yang dekat.Munir (2013) menyatakan bahwa peragam antara dua peubah acak menunjukkan sifat
asosiasi ( hubungan ) antara keduanya. Jika peubah tersebut bergerak searah (X membesar dan Y membesar) maka hasil kali (x – µx) (y - µy) cenderung
bernilai positif.
Bobot Lahir
Tabel 6. Rataan bobot lahir babi Landrace berdasarkan jenis kelamin
Uraian Bobot Lahir (kg)
Jenis Kelamin
-Jantan 1.64 ± 0.315
-Betina 1.57 ± 0.322
Hasil analisis bobot lahir sebagaimana pada Tabel 6 yaitu; rata-rata pada anak jantan (1.64 ± 0.315) dan betina (1.57 ± 0.322). Hal ini sesuai dengan pernyataan Sihombing (1997) yang menyatakan bahwa rataan bobot lahir anak babi bervariasi antara 1,09-1,77 kg.
Berdasarkan jenis kelamin bobot lahir anak jantan lebih besar dibandingkan betina. Hal ini berkaitan dengan kemampuan sifat fetus jantan lebih baik dalam mengekspresikan gen dan menyerap nutrisi dari induk dibandingkan betina. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sihombing (1997), yang menyatakan bahwa bobot lahir anak sangat bervariasi dan dipengaruhi beberapa faktor seperti genetik, pakan, jenis kelamin (Widodo dan Hakim, 1981). Bobot lahir juga dipengaruhi oleh faktor keindukan (maternal effect), dimana hal ini sesuai dengan pernyataan Toelihere (1981) yang menyatakan bahwa selama pertumbuhan prenatal ( di dalam uterus ), plasenta jantan lebih besar jika dibandingkan dengan
22
betina. Dengan demikian kesempatan fetus jantan untuk memperoleh zat makanan cukup banyak jika dibandingkan dengan yang betina.
Bobot Sapih
Tabel 7. Rataan bobot sapih babi Landrace berdasarkan jenis kelamin
Uraian Bobot Sapih (kg)
Jenis Kelamin
-Jantan 11.39 ± 2.570
-Betina 11.29 ± 2.571
Hasil analisis bobot sapih babi Landrace berdasarkan jenis kelamin pada jantan yaitu (11.39 ± 2.570) dan pada betina (11.29 ± 2.571), lebih rendah dibandingkan dengan bobot sapih yang direkomendasikan oleh NRC (1998) yaitu sekitar 13-18 kg. Bobot sapih sangat ditentukan antara lain oleh jenis kelamin, bobot badan induk, keadaan saat ternak lahir dan kemampuan induk menyusui anaknya, kuantitas dan kualitas ransum serta suhu lingkungan (Sihombing, 1996) dan hal ini didukung oleh pernyataan Bourdon (1997), yang menyatakan bahwa bobot sapih dipengaruhi komponen genetik induk (maternal genetic effect) yaitu pengaruh gen yang mempengaruhi kondisi lingkungan pada induk dan akhirnya mempengaruhi performans individu.
Variasi bobot badan dari berbagai penelitian dapat disebabkan oleh faktor seperti perbedaan jumlah ternak penelitian, metode yang digunakan dan
perbedaan waktu penelitian. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prihandini et al., (2011) yang menyatakan faktor lingkungan ( non-genetik ) tidak
seluruhnya dapat diseragamkan karena pola pemeliharaan ternak setiap tahunnya tidak sama.
23
Jumlah Anak Sekelahiran
Tabel 8. Komponen Ragam Jumlah Anak Sekelahiran
Variabel µ ± sb (ekor) σ2 KK (%)
Jumlah Anak Sekelahiran 8.12 ± 2.26 5.13 27.89 %
Berdasarkan Tabel 9 diatas menunjukkan bahwa rata-rata jumlah anak sekelahiran pada ternak babi Landrace di dalam populasi tersebut sebesar 8.12 ekor. Jumlah anak sekelahiran pada kelahiran pertama bervariasi antara 6.71-9.45 ekor bagi bangsa murni dan angka ini akan naik sampai induk berumur 3 tahun atau kelahiran ke 5 yang bervariasi antara 8.32-12.43 ekor (Brahmana et al.,1976). Babi dara yang baru dikawinkan akan menghasilkan jumlah anak sekelahiran yang lebih sedikit daripada babi induk (Sihombing,1997).
Jumlah anak sekelahiran pada babi Landrace memiliki keragaman yang besar yaitu 27.89 %.Tingginya keragaman dari sifat pertumbuhan babi Landrace menunjukkan bahwa dapat dilakukan perbaikan genetiknya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pane (1993) yang menyatakan bahwa makin besar variasinya makin besar pula kemungkinan dapat dilaksanakan perbaikan mutu secara keseluruhannya. Variasi dapat terjadi pada sifat yang terlihat (fenotip) dan yang tidak terlihat (genotip).
Estimasi Nilai Heritabilitas
Tabel 9. Nilai heritabilitas babi Landrace
Sifat Produksi Jumlah Pejantan Jumlah Anak Nilai h2
Bobot Lahir 7 465 0.14
Bobot Sapih 7 465 0.36
Hasil analisis statistik sesuai pada Tabel 10 nilai heritabilitas sifat bobot lahir adalah 0.14 dan nilai heritabilitas pada sifat bobot sapih adalah 0.36. Nilai
24
pewarisan pada sifat bobot lahir yang diperoleh dari hasil penelitian tergolong sedang dan nilai pewarisan pada sifat bobot sapih tergolong tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hardjosubroto (1994), yang menyatakan bahwa pada umumnya h2 dikatakan rendah bila nilainya berkisar antara 0 sampai 0.1, sedang bila nilainya 0.1 sampai 0.3 dan tinggi bila melebihi 0.3. Kurnianto (2009), menyatakan bahwa faktor-faktor yang membedakan nilai heritabilitas suatu sifat diantaranya pada periode waktu yang berbeda, sifat suatu bangsa, dan metode yang digunakan dalam pendugaan serta jumlah dan asal data yang berbeda.
Bila dibandingkan dengan nilai heritabilitas bobot lahir, maka pengaruh ragam lingkungan pada bobot sapih ternak babi Landrace yang diteliti lebih rendah. Pengaruh gen aditif lebih besar pada bobot sapih menyebabkan nilai heritabilitas yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan heritabilitas bobot lahirnya. Tingginya nilai pewarisan pada sifat bobot sapih dibandingkan pada sifat bobot lahir maka harapan untuk mendapatkan kemajuan atau perbaikan mutu genetik relatif lebih cepat pada sifat bobot sapih, karena dengan heritabilitas tinggi maka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kemajuan genetik relatif cepat.Menurut Dalton (1984) nilai heritabilitas dikatakan tinggi jika lebih dari (0.3).
Nilai heritabilitas dengan kategori sedang sampai tinggi menggambarkan bahwa faktor genetik sangat berperan dalam menentukan keragaman fenotipik ternak, sehingga dapat secara maksimal dimanfaatkan dalam peningkatan kemajuan genetik melalui program seleksi. Hardjosubroto (1994) menambahkan suatu sifat apabila memiliki nilai heritabilitas yang tinggi apabila digunakan untuk seleksi maka akan menunjukkan respon seleksi yang tinggi. Karena nilai heritabilitas sifat bobot sapih pada penelitian lebih tinggi dibandingkan dengan
25
sifat bobot lahir, maka seleksi akan lebih berhasil dan efisien apabila dilakukan pada saat ternak akan disapih.
Korelasi Genetik
Tabel 10. Estimasi Korelasi Genetik Sifat Kuantitatif
Sifat N Nilai korelasi genetik
Bobot Lahir – Bobot Sapih 465 0.24
Jumlah Anak Sekelahiran – Bobot Lahir 465 -0.06
Jumlah Anak Sekelahiran – Bobot Sapih 465 -0.14
Hasil analisis statistik (Tabel 11), nilai korelasi antara bobot lahir-bobot sapih yaitu sebesar 0.24, lebih tinggi dibandingkan korelasi jumlah anak sekelahiran-bobot lahir dan jumlah anak sekelahiran-bobot sapih masing-masing adalah -0.06 dan -0.14.Nilai korelasi tersebut tergolong rendah sesuai dengan pernyataan Warwick et al., (1984) yang menyatakan bahwa nilai korelasi tinggi berkisar antara 0.5-1.0; sedang berkisar antara 0.25-0.5 dan rendah <0.25.Nilai korelasi hanya berlaku pada populasi dimana nilai tersebut diduga dan pada kurun waktu tertentu.
Berdasarkan Tabel 11, nilai korelasi antara bobot lahir dengan bobot sapih sebesar 0.24 menunjukkan bahwa sifat bobot lahir berkorelasi genetik positif berderajat sedang dengan sifat bobot sapih. Jadi seleksi dengan sifat bobot sapih diharapkan dapat meningkatkan kenaikan bobot lahir generasi selanjutnya sebagai tanggapan seleksi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Warwick et al(1995), yang menyatakan bahwa korelasi dapat positif apabila satu sifat meningkat, maka sifat lain juga meningkat. Noor (1996) menambahkan bahwa korelasi genetik yang positif ada jika seleksi untuk suatu sifat tidak saja berakibat diperbaikinya sifat
26
tersebut, tetapi juga sifat keduanya yang berkorelasi.Makin tinggi nilai korelasinya maka makin erat hubungan antara kedua sifat tersebut.
Berdasarkan Tabel 11, nilai korelasi jumlah anak sekelahiran dengan bobot lahir dan jumlah anak sekelahiran dengan bobot sapih berturut-turut adalah -0.06 dan -0.14. Nilai tersebut menunjukkan bahwa sifat jumlah anak sekelahiran berkorelasi genetik negatif berderajat rendah dengan sifat bobot lahir dan bobot sapih.Hal ini menunjukkan jumlah anak sekelahiran yang tinggi dapat menurunkan bobot lahir dan bobot sapih dari babi Landrace. Hal ini sesuai dengan pernyataan Noor (1996), yang menyatakan bahwa jika dua sifat berkorelasi negatif maka kemajuan seleksi pada sifat akan mengakibatkan menurunnya kemajuan genetik untuk sifat keduanya. Menurut Lasley (1978) nilai korelasi rendah menunjukkan bahwa gen yang mempengaruhi kedua sifat tersebut masih sangat sedikit sekali dan tidak dapat dipakai sebagai tolak ukur program seleksi (Hakim, 1983).Rendahnya hubungan tersebut dikarenakan pada bobot lahir masih dipengaruhi faktor maternal effect( induk ) ( Bourdon 1997) sedangkan pada bobot sapih dipengaruhi potensi pertumbuhan masing-masing individu (Cole,1982).
Nilai Pemuliaan (Estemated Breeding Value)
Sesuai hasil analisis statistik ( lampiran 9,10 ) menunjukkan nilai pemuliaan bobot lahir dan bobot sapih dari 245 ekor anak jantan dan 220 ekor anak betina babi Landrace yang telah dievaluasi. Nilai pemuliaan positif berada diatas rata- rata kelompok,sedangkan nilai pemuliaan negatif berada dibawah rata-rata kelompok.
27
Berdasarkan hasil analisis statistik, nilai pemuliaan bobot lahir dan bobot sapih anak jantan babi Landrace ( Lampiran 9 ), dapat dilihat nilai pemuliaan positif berada diatas rata-rata kelompok sedangkan nilai pemuliaan negatif berada dibawah rata-rata kelompok. Dapat dilihat bahwa nilai pemuliaan bobot lahir anak jantan yang diatas rata-rata sebanyak 144 ekor sedangkan untuk nilai pemuliaan bobot sapih anak jantan yang diatas rata-rata sebanyak 125 ekor dari total populasi.
Anak jantan yang memiliki nilai pemuliaan berdasarkan nilai pembobotnya yang paling tinggi didalam populasinya diharapkan dapat dijadikan tetua pada generasi berikutnya. Dikarenakan anak jantan memiliki nilai pemuliaan yang tinggi diatas rata-rata mempunyai potensi yang baik untuk sifat tertentu untuk diturunkan ke generasi berikutnya. Menurut Kurnianto ( 2010 ) menyatakan bahwa pada program seleksi untuk memilih individu-individu ternak yang mempunyai keunggulan genetik tinggi, maka nilai pemuliaan menjadi suatu keharusan untuk diketahui. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Hardjosubroto ( 1994 ) yang menyatakan bahwa apabila seekor ternak ( biasanya seekor pejantan ) telah diketahui besar nilai pemuliaannya, hal ini berarti bahwa bila pejantan tersebut dikawinkan dengan induk-induk secara acak pada populasi normal maka rerata performans keturunannya kelak akan menunjukkan keunggulan sebesar setengah dari nilai pemuliaan pejantan tersebut terhadap performans populasinya.
Berdasarkan hasil analisis statistik, nilai pemuliaan bobot lahir dan bobot sapih anak betina babi Landrace ( Lampiran 10 ) dapat dilihat nilai pemuliaan positif berada di atas rata-rata kelompok sedangkan nilai pemuliaan negatif berada
28
dibawah rata-rata kelompok. Dapat dilihat bahwa nilai pemuliaan bobot lahir ternak betina yang di atas rata-rata sebanyak 104 ekor sedangkan untuk nilai pemuliaan bobot sapih ternak betina yang di atas rata-rata sebanyak 105 ekor dari populasi.
Anak betina yang memiliki nilai pemuliaan diatas rata-rata populasinya diharapkan dapat dijadikan induk untuk generasi selanjutnya.Pemilihan ternak berdasarkan nilai pemuliaan dapat dilihat dari besarnya nilai pembobotnya. Ternak yang mempunyai nilai pemuliaan lebih besar dari yang lainnya akan lebih baik jika dijadikan tetua bila dibandingkan dengan ternak yang memiliki nilai pemuliaan rendah. Kurnianto ( 2010 ) juga menyatakan bahwa besarnya pembobot tergantung pada sumber informasi yang digunakan untuk menduga nilai pemuliaan.
Peringkat Keunggulan berdasarkan Nilai Indeks terhadap Nilai Heritabilitas Pemberian indeks terhadap masing-masing sifat bertujuan untuk menentukan peringkat unggulan anak babi Landrace ( jantan dan betina ) yang terbaik dari populasi berdasarkan banyak sifat. Indeks yang dilakukan pada penelitian ini berdasarkan sifat bobot lahir dan bobot sapih sebagai pembobotnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kurnianto ( 2009 ), yang menyatakan bahwa seleksi indeks adalah seleksi yang diberlakukan pada ternak dengan menerapkan indeks terhadap sifat-sifat yang menjadi kriteria seleksi. Caranya adalah menghitung indeks melalui perkalian pengukuran tiap sifat dengan masing-masing faktor pembobotnya, kemudian dijumlahkan.
Peringkat keunggulan babi Landrace jantan dan betina disajikan pada tabel berikut.
29
Tabel 11. Rangking anak jantan berdasarkan indeks terhadap semua sifat bobot No.Individu Total Nilai Indeks Peringkat Keunggulan
5180 13.232 1 5181 12.8 2 5346 12.34 3 5178 12.108 4 5128 12.08 5 5167 12.08 6 5179 12.08 7 5195 12.08 8 5220 12.08 9 5325 12.08 10 5221 12.024 11 5336 12.024 12 5312 11.968 13 5349 11.908 14 4 11.576 15 5347 11.476 16 5127 11.444 17 5116 11.36 18 5202 11.36 19 5309 11.36 20 5310 11.36 21 5324 11.36 22 5335 11.36 23 5137 11.304 24
Tabel 12. Rangking anak betina berdasarkan indeks terhadap semua sifat bobot No.Individu Total Nilai Indeks Peringkat Keunggulan
5177 13.47134 1 5186 13.03602 2 5184 13.00674 3 5168 12.91887 4 5176 12.8603 5 5183 12.22096 6 5330 12.22096 7 5329 12.10381 8
No.Individu Total Nilai Indeks Peringkat Keunggulan
5162 12.07452 9 5385 11.98666 10 5208 11.92808 11 5133 11.88565 12 137 11.65334 13 5348 11.56648 14
30 2 11.55234 15 5219 11.52305 16 5122 11.49376 17 5182 11.49376 18 5185 11.49376 19 5300 11.49376 20 215 11.49376 21 5125 11.43518 22 5191 11.43518 23 5331 11.43518 24 5140 11.4059 25 5160 11.37661 26 5161 11.37661 27 5302 11.37661 28 5303 11.37661 29 5337 11.37661 30 5142 11.25946 31 5386 11.13016 32 136 11.07158 33 1 11.07158 34 5351 10.95543 35 5218 10.76656 36 175 10.73727 37 5123 10.70798 38 163 10.70798 39 5166 10.70798 40 5187 10.70798 41 5201 10.70798 42 5301 10.70798 43 5148 10.64941 44 5149 10.62012 45 5120 10.59083 46 177 10.59083 47 129 10.08179 48 222 10.03936 49 216 10.03936 50 5372 10.03936 51
No.Individu Total Nilai Indeks Peringkat Keunggulan
5403 10.03936 52 5222 10.01007 53 5121 9.980784 54 5307 9.980784 55 5332 9.980784 56 5147 9.922208 57
31 5165 9.922208 58 5193 9.922208 59 5334 9.922208 60 152 9.89392 61 5141 9.89292 62 5159 9.89292 63 211 9.89292 64 285 9.89292 65 191 9.863632 66 189 9.834344 67 5311 9.74648 68 5339 9.74648 69 5340 9.74648 70 102 9.718192 71 5095 9.660616 72 209 9.485888 73 207 9.427312 74 5317 9.31216 75 5304 9.31216 76 176 9.282872 77 5269 9.282872 78 5373 9.282872 79 5150 9.253584 80 210 9.253584 81 124 9.253584 82 5318 9.224296 83 5173 9.195008 84 5313 9.195008 85 204 9.195008 86 206 9.195008 87 5174 9.16572 88 5401 9.16572 89 5364 9.16472 90 5139 9.136432 91 261 9.136432 92 270 9.136432 93 258 9.107144 94
No.Individu Total Nilai Indeks Peringkat Keunggulan
271 9.107144 95 243 9.077856 96 5375 9.035424 97 129A 8.94856 98 5245 8.905128 99 5374 8.889984 100
32 134 8.87584 101 5380 8.87584 102 257 8.772832 103 5262 8.759688 104 5096 8.7294 105 123 8.715256 106 247 8.684968 107 5249 8.671824 108 208 8.613248 109 5243 8.58496 110
Sebanyak 24 ekor anak jantan ( 10% dari populasi ) dan 110 ekor anak betina ( 50% dari populasi ) babi Landrace memiliki nilai indeks diatas rata-rata populasi, sebagaimana disajikan pada Tabel 12 dan 13. Dengan demikian, individu dengan rangking tertinggi tersebut memiliki potensi genetik untuk ternak seleksi guna perbaikan mutu genetik dalam suatu populasi ternak di waktu mendatang.
33