• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis dan Jumlah Tanaman di Jalur Hijau

Jalur hijau merupakan salah satu alternatif yang terbaik dalam mengurangi emisi yang berasal dari kendaraan bermotor karena adanya tanaman yang ditanam di sisi jalan yang dilalui oleh kendaraan bermotor yang dapat menyerap gas CO2. Kota Medan yang merupakan salah satu kota yang memiliki penduduk cukup padat serta memiliki tingkat transportasi yang tinggi sangat penting memiliki jalur hijau.

Jalur hijau merupakan salah satu bentuk hutan kota yang penting perannya di wilayah perkotaan. Sampel jalan yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan Perda kota Medan No. 13 Tahun 2011 sehingga diperoleh jalur arteri di tiap kecamatan kota Medan agar diketahui bagaimana sebaran tanaman pada jalur tersebut.

Panjang dan lebar jalur hijau per jalan berbeda-beda. Panjang jalan penelitian berkisar antara 0,48 km hingga 1,84 km. Sedangkan lebar jalan berkisar antara 1 m hingga 4 m. Data panjang jalan diperoleh dari Dinas Bina Marga Kota Medan. Sedangkan data lebar jalan diperoleh dari Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan. Data ukuran panjang jalur hijau terhadap panjang jalan penelitian memiliki banyak kesamaan, tetapi pada ukuran jalur hijau bagian median berbeda dengan panjang jalur penelitian.

Lebar pada jalur hijau berkisar antara 1 hingga 4 meter baik pada tepi maupun median jalan. Dengan adanya data panjang dan lebar jalur maka dapat diperoleh luas jalur penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Sampel luasan jalur hijau penelitian yang diperoleh pada jalan arteri sekunder kota Medan.

No Kecamatan Jalur Hijau Posisi Panjang (m) Lebar (m) Luas (m) Luas (ha) 1 Medan Area A.R. Hakim Tepi

Median 2400 2250 4 2 14100 1,41 2 Medan Tembung

Willem Iskandar Tepi Median 2976 2500 4 2 16900 1,69

3 Medan Area Jalan Bakti Tepi 680 7 4800 0,48

4 Medan Tembung

Letda Sujono Tepi 1900 7 13200 1,32 5 Medan

Marelan

Marelan Raya Tepi 2290 5 11400 1,14 6 Medan

Belawan

Sicanang Tepi 1480 4 5900 0,59

7 Medan Barat

Putri Hijau Tepi 1300 8 10400 1,04

8 Medan Labuhan

Kol Yos Sudarso Tepi 2300 8 18400 1,84 9 Medan Timur Perdamean/Pelita/ Bambu Tepi 1600 4 6400 0,64 Total 101500 10,15

Sumber : Hasil Perhitungan 2015

Pada lebar jalur untuk jalur hijau tepi merupakan hasil dari penjumlahan lebar jalur tepi kanan dan tepi kiri yang biasanya sama lebarnya sehingga untuk mengetahui lebar jalur masing-masing di tepi kanan dan kiri hanya tinggal dibagi 2 saja. Namun, untuk lebar median jalur belum tentu sama dengan lebar jalur tepinya sehingga perlu diukur lagi.

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa jalur hijau penelitian yang terluas terdapat pada jalan Kol Yos Sudarso kecamatan Medan Labuhan dengan luas 1,84 Ha. Pada jalan Kol Yos Sudarso ini merupakan salah satu jalan yang memiliki jarak yang cukup panjang. Walaupun jalan ini tidak memiliki median jalan, tetapi jalan Kol Yos Sudarso memiliki lebar jalan yang cukup besar yaitu 4

memiliki lebar yang cukup besar yaitu 3,5 meter pada setiap jalur tepi, akan tetapi panjang jalur hijau tepi hanya memiliki panjang 680 meter sehingga hal inilah yang meyebabkan jalan Bakti kecamatan Medan Area memiliki nilai luas jalur hijau paling sedikit dibanding jalur hijau jalan yang lainnya.

Data tersebut mengindikasikan bahwa ruang terbuka hijau yang di kota medan masih dapat dikembangkan lagi potensinya dengan memanfaatkan luas garis sempadan bangunan (GSB). Garis sempadan bangunan merupakan garis batas luar pengaman yang ditetapkan dalam mendirikan bangunan atau pagar yang ditarik pada jarak tertentu sejajar dengan AS jalan, tepi luar kepala jembatan, tepi sungai, tepi saluran, kaki tanggul, tepi situ yang tidak diperbolehkannya untuk mendirikan bangunan.

Berdasarkan dari hasil data penelitian yang di peroleh pada 9 jalur hijau jalan arteri sekunder dari berbagai kecamatan yang ada di kota Medan, maka dapat diketahui jenis apa saja yang telah ditanam oleh Dinas Pertamanan Kota Medan sebagai upaya pengurangan emisi karbon. Terdapat 27 jenis tanaman yang berada di sampel jalur hijau penelitian. Jenis tanaman yang ditanam di jalur hijau merupakan jenis yang cepat tumbuh, memiliki estetika yang dapat dinikmati pengendara dan pejalan kaki serta cukup kuat sehingga menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pejalan dan pengendara. Jenis tanaman yang ditemukan pada jalur hijau penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jenis tanaman yang diperoleh pada jalur penelitian di jalan arteri sekunder kota Medan

Jenis (Nama Lokal)

Nama Latin Famili Jumlah Total Persentase

Angsana Pterocarpus Indicus Fabaceae 781 49,84

Palem Oreodoxa regia Arecaceae 14 0,89

Mahoni Swietenia macrophylla

Mangga Mangifera indica Anacardiaceae 22 1,40

Beringin Ficus Benjamina Moraceae 17 1,08

Kepuh Sterculia Feotida Sterculiaceae 9 0,57

Jambu Air Syzygium aqueum Myrtaceae 3 0,19

Waru Hibiscus tillaceus Malyaceae 2 0,12

Saga Adenanthera

pavoninna

Fabaceae 1 0,06

Trambesi Samanea saman Fabaceae 22 1,4

Cemara Gunung Casuarina junghuniana

Casuarinaceae 1 0,06

Melinjo Gnetum gnemon Gnetaceae 4 0,25

Akasia Acacia mangium Fabaceae 5 0,31

Mengkudu Morinda citrifolia Rubiaceae 4 0,25

Nangka Artocarps heterophyllus

Moraceae 1 0,06

Cemara Laut Casuarina equisetifolia

Anacardiaceae 1 0,06

Cemara Kipas Thuja occidentalis Anacardiaceae 1 0,06

Tanjung Mimusops elengi Sapotaceae 19 1,21

Asam Jawa Tamarindus Indica Fabaceae 1 0,06

Pinus Pinus merkusii Pinaceae 1 0,06

Jati Tectona grandis Verbenaceae 1 0,06

Lengkeng Dimocarpus Longan Sapindaceae 1 0,06

Petai Cina Leucaena leucocephala

Fabaceae 3 0,19

Mindi Melia azedarach Meliaceae 1 0,06

Total 1563 100

Berdasarkan data yang diperoleh dari beberapa sampel jalur hijau yang diambil, diketahui bahwa jenis angsana (Pterocarpus indicus) memiliki jumlah total individu terbanyak yang ditanam yaitu 781 individu atau sekitar 49,84% dari keseluruhan jumlah tanaman yang ada di jalur hijau penelitian ini. Jenis yang terbanyak kedua ditanam di jalur hijau adalah jenis mahoni daun lebar (Swietenia macrophylla) yaitu sebanyak 515 individu atau sekitar 32,86% dan jenis yang paling banyak ditanam ketiga dan keempat pada jalur penelitian adalah dari jenis palem-paleman yaitu jenis glodokan (Polyalthia longifolia) yaitu sebanyak 118 atau 7,53% individu dan jenis mangga (Mangifera Indica) beserta

keseluruhan yang ditemukan pada jalur hijau penelitian adalah jenis saga (Adenanthera pavoninna), cemara gunung (Casuarina Junghuniana), cemara laut (Casuarina equisetifolia), nangka (Artocarpus heterophyllus) ,cemara kipas (Thuja occidentalis),asam jawa Tamarindus indica) ,pinus (Pinus merkusii), jati (Tectona grandis) ,mindi (Melia azedarach),dan lengkeng (Dimocarpus longan).

Angsana (Pterocarpus indicus) merupakan jenis pohon yang paling banyak ditemui pada jalur penelitian.Hal ini dikarenakan angsana dianggap sebagai pohon pelindung yang cukup banyak memberikan manfaat serta tergolong tanaman yang cepat tumbuh. Pohon angsana mudah sekali tumbuh dan cepat besar, penampilannya sebagai pohon pelindung cukup menarik. Daunnya berwarna hijau segar dan berbentuk oval (Nazaruddin,1996).

Selain itu, menurut Direktorat Jenderal Bina Marga (1996) pohon angsana (Pterocarpus indicus) ditanam pada jalur hijau jalan mempunyai fungsi sebagai peneduh, penyerap polusi dan pemecah angin.

Menurut Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan (2008) terdapat beberapa kelemahan pohon angsana (Pterocarpus indicus) bila ditanam pada jalur hijau yaitu perakarannya yang tidak kuat dan umumnya percabangannya mudah patah. Selain itu, menurut Nazaruddin (1996) daun angsana cukup sering rontok di musim kemarau sehingga kadang daun angsana dapat mengotori jalan.

Mahoni (Swietenia macrophylla) merupakan jenis terbanyak kedua yang ditemukan pada jalur hijau penelitian. Pada dasarnya pohon mahoni juga merupakan tanaman yang cocok untuk ditanam di jalur hijau jalan karena memiliki akar dan cabang yang kuat sehingga tidak mudah patah sehingga

menyebabkan rasa aman dan nyaman bagi pengguna jalan. Hal ini sesuai dengan literatur Nazarudin (1996) yang menyatakan bahwa pohon mahoni merupakan pohon yang pantas untuk dijadikan pohon pelindung karena memiliki perakaran dan percabangan batang yang kuat.

Hasil penelitian Antari dan Sundra (2002) yang dilakukan di hutan kota Denpasar menunjukkan bahwa jenis pohon angsana (Pterocarpus indicus) dan pohon glodokan (Polyalthia longifolia) merupakan jenis tanaman yang banyak digunakan di kota Denpasar sebagai tanaman peneduh jalan. Hal tersebut terjadi karena kedua jenis tanaman tersebut memiliki akar yang dapat bertahan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh getaran kendaraan, mudah tumbuh di daerah panas dan tahan terhadap angin sehingga cocok digunakan sebagai tanaman peneduh jalan yang akan dapat menyerap unsur pencemaran yang berasal dari asap kendaraan bermotor khususnya timah hitam (Pb).

Selain itu, ada juga jenis yang memiliki ketahanan tinggi terhadap debu dan bahkan mampu menyerap debu tersebut. Hal ini bagus ditanam di tepi jalan untuk mengurangi polusi udara yang berasal dari kendaraan yang padat berlalu lalang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dahlan (2004) bahwa jenis tanaman yang memiliki ketahanan tinggi terhadap pencemaran debu semen. Beberapa jenis tanaman yang mampu menyerap debu semen antara lain ; mahoni (Swietenia macrophylla), tanjung (Mimusops elengi), kenari (Canarium

atau persimpangan menurut Direktorat Jenderal Bina Marga (1996). Jenis tanaman pada jalur hijau Kota Medan memiliki fungsi sebagai pohon peneduh, penyerap polusi udara, penyerap kebisingan, pemecah angin, pembatas pandang, pengarah pandangan dan pembentuk pandangan.Kriteria tanaman dengan fungsi menurut Direktorat Jenderal Bina Marga (1996) dapat dilihat pada Lampiran.Jenis tanaman pada jalur hijau kota Medan yang memiliki fungsi tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jenis tanaman dan fungsinya pada jalur hijau

Fungsi tanaman menurut Direktorat Jenis tanaman pada jalur hijau kota Medan Jendral Bina Marga 1996

Tepi jalan

1 Peneduh Tanjung (Mimusops elengi)

Mahoni (Swietenia macropyilla) Angsana (Pterocarpus indicus) 2 Penyerap Polusi Angsana (Pterocarpus indicus)

Udara Akasia (Accacia Mangium)

3 Penyerap Kebisingan Tanjung (Mimusops elengi)

4 Pemecah Angin Cemara laut (Casuarina equisetifolia) Tanjung (Mimusops elengi)

Angsana (Pterocarpus indicus) 5 Pembatas Pandang Cemara laut (Casuarina equisetifolia) Median

1 Penahan Silau Glodokan (Polyalthia longifolia)

Kendaraan Angsana (Pterocarpus indicus)

Tikungan / Persimpangan

1 Pengarah Pandang Mahoni (Swietenia macrophylla) Palem raja (Oreodoxa regia)

Cemara laut (Casuarina equisetifolia) 2 Pembentuk Palem raja (Oreodoxa regia)

Pandangan Cemara laut (Casuarina equisetifolia)

Glodokan (Polyalthia longifolia)

Pada dasarnya tanaman pohon yang ditanam pada jalur hijau memiliki tujuan dan persyaratan tertentu sehingga tidak sembarangan dalam menanam tanaman pada jalur hijau baik di tepi maupun di median jalan. Direktorat Jenderal Bina Marga (1996) menjelaskan bahwa persyaratan utama dalam memilih jenis tanaman lansekap jalan yaitu perakaran tidak merusak konstruksi jalan, mudah dalam perawatan, batang atau percabangan tidak mudah patah, dan daun tidak

mudah rontok atau gugur. Selain itu, pemilihan tanaman jalan perlu mempertimbangkan faktor keamanan pemakai jalan.

Tanaman jalan sebaiknya tidak mempunyai akar yang besar di permukaan tanah, tahan terhadap hembusan angin lemah sampai sedang, buah berukuran tidak terlalu besar, serasah sedikit, teduh tapi tidak terlalu gelap, dan tahan terhadap pencemar dari kendaraan bermotor serta memiliki ciri fisik yang menarik antara lain bentuk kanopi, warna daun serta bunga yang indah (Dahlan 2004).

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa terdapat jalur hijau yang memiliki tanaman pada tepi dan median (tengah) jalan. Ada jalur yang memiliki tanaman pada tepi jalur saja dan ada jalur yang memiliki tanaman pada tepi dan tengah (median) jalan. Direktorat Jenderal Bina Marga (1996) menyatakan bahwa pada jalur hijau, tanaman disediakan pada tepi jalan serta median jalan. Pada jalur hijau jalan, tanaman pada jalur tepi memiliki fungsi yaitu sebagai peneduh jalan, penyerap polusi udara, peredam kebisingan dan pemecah angin. Tanaman pada jalur median berfungsi sebagai penahan silau lampu kenderaan, Pembentuk pandangan dan pengarah jalan.

Dari hasil penelitian yang di peroleh di lapangan dari jenis tanaman terdapat 18 jenis famili tanaman yang ditanam pada jalur hijau penelitian. Jenis famili tersebut yaitu :Fabaceae, Arecaceae, Meliaceae, Annonaceae, Muntingiaceae, Anacardiaceae, Moraceae,Sterculiaceae,Gnetaceae ,Myrtaceae,

memiliki 2 jenis tanaman dan sisanya ada 5 famili yang memiliki masing-masing 1 jenis tanaman. Sehingga total famili dari jenis tanaman yang diperoleh ada 18 famili yang berbeda karakteristiknya. Distribusi penyebaran famili jenis tanaman yang ditanam pada jalur hijau penelitian dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Distribusi famili dari jenis tanaman yang ditemui di jalur hijau

No Famili Persentase(%) Jumlah

1 Fabaceae 51.88 813 2 Meliaceae 32.86 516 3 Annonaceae 7.53 118 4 Anacardiaceae 1.53 24 5 Sapotaceae 1.21 19 6 Moraceae 1.08 18 7 Muntingiaceae 0.95 15 8 Arecaceae 0.89 14 9 Sterculiaceae 0.57 9 10 Gnetaceae 0.25 4 11 Rubiaceae 0.25 4 12 Myrtaceae 0.19 3 13 Malvaceae 0.12 2 14 Casuarinaceae 0.06 1 15 Pinaceae 0.06 1 16 Verbenaceae 0.06 1 17 Sapindaceae 0.06 1 Total 100 1563

Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa 52% jenis tanaman yang berada di jalur hijau berasal dari famili Fabaceae. Jenis tanaman dari famili Fabaceae cukup banyak dan mendominasi pada jalur hijau penelitian seperti pada jenis angsana (Pterocarpus indicus), trembesi (Samanea saman), asam jawa (Tamarindus indica), saga (Adenanthera pavoninna) dan petai cina

(Leucaena leucocephala).

. Sebanyak 33% jenis tanaman berasal dari familiMeliaceae. Jenis yang cukup mendominasi dari famili Meliaceae yaitu jenis mahoni (Swietenia

macrophylla).

(Polyalthia longifolia). Jenis tanaman lainnya hanya menempati angka 2% yaitu dari famili Anacardiaceae dimana jenis yang mendominasi adalah mangga (Mangifera Indica), cemara laut (Casuarina equisetifolia),dan cemara kipas

(Thuja occidentalis) atau satu jenis tanaman untuk tiap famili lain yang berjumlah

13 famili. Salah satu famili dengan jenis yang cukup sering ditanam adalah famili

Sapotaceae dengan jenis tanaman tanjung (Mimusops elengi), famili Arecaceae

dengan jenis tanaman palem raja (Oreodoxa regia) dan famili Muntingiaceae dengan jenis talok (Muntingia calabura).

Jenis dari famili Fabaceae merupakan jenis yang paling banyak ditanam pada jalur hijau karena jenis ini memiliki beberapa kelebihan seperti jenisnya yang mudah tumbuh dan tanaman yang baik dalam menyerap carbon atau polusi.

Sebaran diameter tanaman

Selain jenis tanaman beserta jumlahnya, diketahui juga diameter masing-masing individu tanaman. Diameter yang diperoleh kemudian diklasifikasikan berdasarkan tingkat pertumbuhan tanaman berdasarkan Arief (2001) yaitu menjadi tingkat pancang dengan ciri diameter kurang dari 10 cm dengan tinggi lebih dari 1,5 m, tingkat tiang dengan ciri diameter lebih dari atau sama dengan 10 cm hingga kurang dari 20 cm, sedangkan tingkat pohon berciri diameter lebih dari atau sama dengan 20 cm. Dalam satu jalur penelitian, komposisi diameter

Tabel 8. Jumlah individu tanaman pada tiap jalur berdasarkan diameternya Jumlah

Kecamatan Jalur Hijau Individu

Pancang(<10cm)

Tiang(10-19,9cm) Pohon(≥20cm)

Medan Area A.R. Hakim - 55 254

MedancTembung Willem Iskandar - 85 265

Medan Helvetia Jalan Bakti - 4 14

Medan Tembung Jalan Letda Sujono - 17 84

Medan Marelan Jalan Marelan Raya - 7 114

Medan Belawan Jalan Sicanang - 18 9

Medan Labuhan JL KOL Yos Sudarso - 7 220

Medan Barat JL Putri Hijau - - 207

Medan Timur

JLPerdamean/Pelita/

Bambu - 22 195

Total 208 1362

Berdasarkan Tabel 8. dapat diketahui bahwa dari 9 jalur yang diteliti tidak ada jalur memiliki jumlah tanaman dengan diameter dibawah 10 cm atau setara tingkat pancang. Sedangkan seluruh jalur didominasi oleh tanaman dengan tingkat tiang dan tingkat pohon.Hal ini menandakan bahwa banyak tanaman yang telah ditanam dari dulu oleh Dinas Pertamanan Kota Medan. Sedangkan jalur yang diteliti tidak ada ditemukan tanaman pada tingkat pancang yang menandakan untuk jalur yang diteliti belum ada kegiatan penanaman kembali oleh Pemerintah Dinas Pertamanan Kota Medan.

Total jumlah tanaman dari seluruh jalur penelitian menunjukkan bahwa pada tingkat pohon, jumlah tanaman mendominasi yaitu 1.362 tanaman atau sekitar 86,75% dari total keseluruhan tanaman yang diperoleh. Sedangkan pada tingkat tiang, jumlah tanaman sebanyak 208 tanaman atau sekitar 13,24% .

Diameter merupakan peubah yang akan mempengaruhi kandungan bahan organik dalam pohon karena diameter merupakan salah satu bagian penanda dari

umur pohon. Dimana umur pohon sangat mempengaruhi potensi biomassa suatu tanaman (Ratnaningsih dan Suhesti, 2010).

Sehingga semakin besar diameter maka sem akin besar nilai biomassa yang ada dalam suatu tanaman. Pada jalur penelitian, kebanyakan jalur didominasi oleh pohon dengan diameter yang lebih dari 20 cm sehingga potensi biomassa pada jalur juga lebih besar.

Komposisi jenis dan kerapatan tanaman

Diameter tanaman, jumlah tanaman,dan jenis tanaman telah diketahui pada tiap jalur penelitian. Sehingga berdasarkan data-data yang diperoleh, berupa jumlah jenis tanaman per jalur dan jumlah tanaman per jalur, dapat diketahui komposisi jenis tanaman dan kerapatan tanaman per jalur hijau di jalur arteri sekunder kota Medan.

Data komposisi jenis digunakan untuk mengetahui jenis-jenis apa saja yang ada pada suatu jalur dengan luasan tertentu. Semakin banyak jenis tanaman maka komposisi jenis penyusun jalur juga akan semakin banyak. Sedangkan apabila semakin sedikit jenis tanaman maka komposisi jenis penyusun jalur juga akan semakin sedikit. Tingkat kerapatan tanaman pada jalur hijau di kota Medan tidak semua memiliki kerapatan yang sama, hal tersebut disebabkan oleh beberapa kegiatan yang dilakukan oleh PemKo Medan dalam memperbaharui keadaan kondisi jalan yang mulai memburuk. Data kerapatan tanaman dibutuhkan untuk

Tabel 9. Kategori komposisi jenis dan kerapatan tanaman per jalur hijau Kecamatan Jalur Hijau Komposisi Kategori Kerapatan Kategori

Jenis (%)

Medan Area A.R. Hakim 3.23

sangat

sedikit 219.14 sangat rapat

Medan Tembung Willem Iskandar 2.85

sangat

sedikit 207.10 sangat rapat Medan Area Jalan Bakti 38.88 Sedikit 37.5 agak jarang

MedanTembung Jalan Letda Sujono 7.92

sangat

sedikit 76.51 rapat

Medan Marelan Jalan Marelan Raya 7.43

sangat

sedikit 106.14 sangat rapat Medan Belawan Jalan Sicanang 29.62 Sedikit 45.76 sedang

Medan Labuhan

JL KOL Yos

Sudarso 3.96

sangat

sedikit 123.36 sangat rapat

Medan Barat JL Putri Hijau 3.38

sangat

sedikit 199.03 sangat rapat

Medan Timur JL Perdamean/ 7.83

sangat

sedikit 339.06 sangat rapat

Pelita/Bambu

Rata-Rata 11.68 150.40

Komposisi jenis tanaman yang ada di tiap jalur termasuk kategori sangat sedikit yaitu rata-rata 11,68%. Sedangkan kerapatan tanaman per jalur termasuk kategori agak jarang hingga sangat rapat. Dimana kategori yang mendominasi pada jalur hijau penelitian adalah kategori sangat rapat. Komposisi jenis sangat sedikit berarti banyaknya keanekaragaman jenis tanaman yang ditanam di tiap jalur hijau masih sedikit. Apalagi dengan jumlah tanaman yang banyak namun jenis yang ditanam hanya beberapa jenis saja maka komposisinya akan sangat sedikit pada jalur tertentu. Namun, pada jalur hijau jalan lebih baik memang dengan komposisi yang sangat sedikit supaya lebih teratur dan rapi. Hal ini juga dipengaruhi dari aspek estetika dan tata kota. Pada penelitian ini, diperoleh jumlah jenis per jalur yang terbanyak adalah 17 jenis yaitu pada jalan

Perdamean/Pelita/Bambu kecamatan Medan Timur namun karena jumlah tanamannya juga ratusan sehingga nilai komposisinya juga sangat sedikit.

Data kerapatan tanaman diperlukan untuk mengetahui jarang atau tidaknya tanaman yang satu dengan tanaman yang lain yang ada di jalur hijau tersebut. Apabila semakin banyak individu tanaman pada suatu jalur maka kerapatan tanaman pada jalur tersebutakan semakin besar. Namun bila semakin sedikit jumlah individu tanaman pada jalur hijau tersebut maka akan semakin tidak rapat tingkat kerapatan tanaman di jalur hijau tersebut.

Pada jalur penelitian, kerapatan tanaman berkisar antara agak jarang hingga sangat rapat. Jalur dengan kerapatan tanaman yang agak jarang terdapat pada jalur hijau jalan Bakti kecamatan Medan Area dengan nilai 37,5 individu/ ha. Jalur dengan kerapatan sedang terdapat pada jalur hijau jalan Sicanang Kecamatan Medan Belawan dengan nilai 45,76 individu/ ha. Pada kedua jalur ini, jumlah tanaman yang ada cukup sedikit dibandingkan jalur lain dan jarak antar tanaman juga cukup berjarak sehingga kerapatannya masih berkisar antara agak jarang dan sedang.

Sedangkan pada jalur hijau jalan lainnya, kerapatan tanamannya termasuk kategori sangat rapat. Jalur hijau dengan nilai kerapatan yang paling tinggi adalah pada jalur hijau jalan Perdamean/Pelita/Bambu kecamatan Medan Timur dengan nilai 339,06 individu/ha. Banyaknya jalur dengan kategori sangat rapat dikarenakan antara lain pada jalur tersebut memiliki luasan yang kecil dengan

Hakim kecamatan Medan Area dan jalan Willem Iskandar kecamatan Medan Tembung memang memiliki tiga baris tanaman dalam satu jalurnya atau terdapat median jalurnya sehingga kerapatan tanaman pada jalur tersebut dikatakan sangat rapat.

Berbagai jenis tanaman atau pepohonan mengambarkan nilai kerapatan pohon. Semakin tinggi nilai kerapatan pohon maka akan dapat mengurangi polusi udara serta radiasi panas matahari. Energi panas yangteradiasi akan diadsorbsi, dan dipantulkan oleh tajuk sekelompok tanaman.

Biomassa , Simpanan Karbon dan Serapan CO2

Setiap jenis tanaman memiliki nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 yang berbeda-beda. Hal tersebut dipengaruhi oleh berat jenis tanaman, banyaknya jumlah tanaman dan besar diameter tanaman dari individu tersebut.Semakin besar diameter suatu tanaman maka akan semakin besar nilai biomassanya,tinggi rendahnya nilai biomassa juga dipengaruhi oleh nilai berat jenis dari suatu tanaman. Apabila semakin besar berat jenis tanaman maka nilai biomassanya juga akan besar. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran biomassa ,simpanan karbon , dan serapan CO2 pada berbagai jalur hijau di jalan arteri sekunder kota Medan. Nilai biomassa ,simpanan karbon ,dan serapan CO2 dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10 . Nilai biomassa , simpanan karbon ,serapan CO2

Kecamatan Jalur Hijau Luas Biomassa Carbon Serapan CO²

Jalur(Ha) (Ton/Ha) (Ton/Ha) (Ton/Ha)

Medan Area A.R. Hakim 1.41 50.67 23 85.54

Medan Tembung Willem Iskandar 1.69 61.57 28.32 103.95

Medan Area Jalan Bakti 0.48 21.43 9.86 36.18

Medan Belawan Jalan Sicanang 0.59 6.93 3.18 11.70 Medan Labuhan JL Kol Yos Sudarso 1.84 70.54 32.45 119.09 MedanBarat JL Putri Hijau 1.04 682.40 313.90 1152.03

Medan Timur JL

erdamean/Pelita/Bambu 0.64 303.31 139.52 512.05

Total 1282.63 590 2165.35

Rata-Rata 142.51 65.55 240.59

Berdasarkan perhitungan data yang telah di peroleh, bahwa nilai biomassa, simpanan karbon, dan serapan CO2 yang terbesar terdapat pada jalur hijau jalan Putri Hijau Kecamatan Medan Barat yaitu dengan nilai biomassa sebesar 682.40 ton/ha , nilai simpanan karbon sebesar 313.90 ton/ha , dan nilai serapan CO2 sebesar 1152.03 ton/ha. Berdasarkan perhitungan apabila nilai biomassa yang diperoleh besar maka nilai simpanan karbon dan nilai serapan CO2 akan diperoleh nilai yang besar juga. Sedangkan nilai biomassa ,simpanan karbon ,serapan CO2 terkecil terdapat pada jalur hijau jalan Sicanang kecamatan Medan Belawan dengan nilai biomassa sebesar 6.93 ton/ha ,simpanan karbon sebesar 3.18 ton/ha dan serapan CO2 sebesar 11.70 ton/ha . Berdasarkan data pada Tabel 10 rata-rata yang di peroleh dari 9 jalur penelitian untuk nilai biomassa sebesar

Dokumen terkait