• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian

Berdasarkan teknik pengolahan data yang telah penulis kemukakan pada Bab IV,

maka penulis akan mengemukakan tentang profil penderita kanker serviks di

RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014.

Selama tahun 2014 di RSUD.dr.Pirngadi ditemukan kasus kanker serviks pada

ibu sebanyak 66 kasus dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh

populasi, maka data tersebut diolah dan dimasukkan ke dalam distribusi frekuensi.

Adapun hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Serviks Berdasarkan Umur Di RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014

No. Umur F %

1. < 20 tahun - -

2. 20-35 tahun 2 3,0

3. > 35 tahun 64 97,0

Jumlah 66 100

Berdasarkan tabel 5.1 bahwa hasil penelitian di dapatkan bahwa mayoritas umur

wanita adalah >35 tahun yaitu 64 orang (97,0%), dan minoritas umur wanita 20-35

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Serviks Berdasarkan Paritas Di RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014

No. Paritas f % 1. Nullipara 3 4,5 2. Primipara - - 3. Secondipara 4 6,1 4. Multipara 36 54,5 5. Grandemultipara 23 34,9 Jumlah 66 100

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa paritas mayoritas adalah multipara

sebanyak 36 orang (54,5%), dan minoritas adalah nullipara sebanyak 3 orang

(4,5%).

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Serviks Berdasarkan Jarak Persalinan Di RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014

No. Jarak Persalinan f %

1. Tidak ada 3 4,5

2. <2 Tahun 58 87,9

3. ≥ 2 Tahun 5 7,6

Jumlah 66 100

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa jarak persalinan mayoritas adalah < 2

tahun sebanyak 58 orang(87,9%), dan minoritas yaitu ≥ 2 Tahun sebanyak 5 orang

29 Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Serviks Berdasarkan Riwayat Komplikasi Persalinan Di RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014

No. Riwayat Komplikasi Persalinan f %

1. Tidak ada 3 4,5

2. Abortus 48 72,7

3. Perdarahan 5 7,6

4. Infeksi 10 15,2

Jumlah 66 100

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa riwayat komplikasi persalinan mayoritas

adalah abortus dengan jumlah 48 orang (72,7%), sedangkan riwayat persalinan

minoritas adalah perdarahan 5 orang ( 7,6%).

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Serviks Berdasarkan Usia Pertama Berhubungan Sex Di RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014

No. Usia Pertama Berhubungan Sex f %

1. <20 Tahun 53 80,3

2. ≥ 20 Tahun 13 19,7

Jumlah 66 100

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa usia pertama berhubungan sex mayoritas

adalah <20 Tahun dengan jumlah 53 orang (80,3%), sedangkan minoritas adalah

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Serviks Berdasarkan Alat Kontrasepsi Yang Digunakan Di RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014

No. Alkon yang Digunakan f %

1. Tidak ada 10 15,2 2. Pil 47 71,2 3. Suntik 9 13,6 4. Implan - - 5. Tubektomi - - Jumlah 66 100

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa alat kontrasepsi yang digunakan mayoritas

adalah pil dengan jumlah 47 orang (71,2%), sedangkan minoritas adalah suntik

dengan jumlah 9 orang (13,6%)

Tabel 5.7

Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Serviks Berdasarkan Kebiasaan Merokok Di RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014

No. Kebiasaan Merokok f %

1. Ya 45 68,2

2. Tidak 21 31,8

Jumlah 66 100

Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa kebiasaan merokok tertinggi adalah

merokok dengan jumlah 45 orang (68,2%), sedangkan tidak merokok berjumlah 21

31 B. Pembahasan

Setelah dilakukan penelitian maka akan dibahas mengenai profil wanita

dengan kejadian kanker serviks yang di rawat inap di RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan

Tahun 2014.

1. Distribusi frekuensi penderita kanker serviks berdasarkan umur

Hasil penelitian bahwa distribusi frekuensi penderita kanker serviks di

RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014 berdasarkan umur ditemukan mayoritas

adalah >35 tahun yaitu 64 orang (97%).

Hasil penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan teori menurut Aminati (2013)

yang menyatakan pada usia 35-55 tahun memiliki resiko 2-3 kali lipat untuk

menderita kanker serviks, semakin tua umur seseorang akan mengalami proses

kemunduran. Proses tersebut tidak terjadi pada suatau alat saja tetapi pada seluruh

organ tubuh. Semua bagian tubuh mengalami kemunduran, sehingga pada usia lanjut

lebih banyak kemungkinan jatuh sakit atau mudah mengalami infeksi. Sedangkan

teori menurut Wijaya (2010) juga menyatakan prevalensi atau angka kejadian

tertinggi kanker serviks (sekitar 20%) terutama dijumpai pada perempuan yang telah

aktif secara seksual sebelum usia 16 tahun. Pada saat melakukan hubungan seksual

pertama kali meningkat 10-12 kali lipat dari pada yang melakukan hubungan seksual

pertama kali di atas 20 tahun. Hal ini disebabkan karena pada masa transisi dari masa

kanak-kanak menjelang dewasa, terjadilah menstruasi yang menyebabkan hormon

estrogen meningkat menyebabkan sel-sel pada dinding vagina menjadi tebal. Begitu

pula dengan glikogen, yang oleh bakteri bermanfaat diubah menjadi asam vagina.

Pada dasarnya asam vagina ini berfungsi untuk melakukan proteksi terhadap infeksi.

Namun akibat suasana vagina yang menjadi asam, jaringan epitel disekitarnya

sperma, maka perubahan akan semakin besar. Apalagi jika terdapat luka akibat

gesekan, sel-sel epitel akan terganggu dan menjadi tidak normal.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan terdahulu oleh

Dhinessvaran Vasu mahasiswa Fakultas Kedokteran USU tentang faktor-faktor

resiko kanker serviks pada penderita kanker serviks di RSUP H.Adam Malik Medan

menunjukkan hasil dari 155 Orang sebanyak 134 orang yang berusia > 35 Tahun

menderita kanker serviks.

2. Distribusi frekuensi penderita kanker serviks berdasarkan paritas

Hasil penelitian bahwa distribusi frekuensi penderita kanker serviks di

RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2014 berdasarkan paritas ditemukan mayoritas

adalah multipara berjumlah 36 orang (54,5%).

Hal ini sesuai dengan dengan teori menurut Wijaya (2010) yang menyatakan bahwa

jumlah kehamilan yang pernah dialami wanita dapat meningkatkan resiko terjadinya

kanker serviks sehingga wanita yang mempunyai banyak anak atau sering

melahirkan mempunyai resiko terserang kanker serviks lebih besar. Paritas

berbahaya adalah dengan memiliki jumlah anak lebih dari 2 orang atau jarak

persalinan yang terlampau dekat. Sebab dapat menyebabkan timbulnya perubahan

sel-sel abnormal pada mulut rahim. Hal ini dikarenakan terjadi perlukaan pada leher

rahim selama persalinan, pengaruh hormonal selama kehamilan atau perubahan

epitel leher rahim berbentuk silindris yang akan sangat banyak mengalami

perubahan pada wanita yang sering melahirkan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan terdahulu oleh

Dhinessvaran Vasu mahasiswa Fakultas Kedokteran USU tentang faktor-faktor

33

menunjukkan hasil dari 155 pasien kanker serviks, sebanyak 145 pasien yang

memiliki anak > 3 orang.

3. Distribusi frekuensi penderita kanker serviks berdasarkan jarak persalinan

Hasil penelitian bahwa distribusi frekuensi penderita kanker serviks di RSUD.dr.

Pirngadi Kota Medan Tahun 2014 berdasarkan jarak persalinan mayoritas adalah <2

tahun berjumlah 58 orang (87,9%).

Hal ini sesuai dengan teori menurut Aminati (2013) menyatakan bahwa paritas yang

berbahaya adalah dengan memiliki jumlah anak lebih dari 2 orang atau jarak

persalinan terlampau dekat. Sebab dapat menyebabkan timbulnya perubahan sel-sel

abnormal pada mulut rahim. Jumlah kelahiran dengan jarak pendek pada wanita yang

bersalin (melahirkan) tentulah bagian kemaluan wanita yang merupakan jalan lahir

dengan mudah akan terpapar oleh dunia luar, banyak hal terjadi selama proses

persalinan secara tidak sadar virus bisa masuk sehingga mengakibatkan infeksi.

Dikarenakan infeksi tersebut bisa mengakibatkan perubahan-perubahan pada sel-sel

mukosa serviks (displasia). Sama seperti pada paritas, persalinan yang terlalu dekat

jaraknya, dapat mengakibatkan kerusakan pada sel-sel serviks. Jarak persalinan dapat

menjadi factor risiko terhadap kesehatan ibu apabila melahirkan dengan jarak kurang

dari 2 tahun.

4. Distribusi frekuensi penderita kanker serviks berdasarkan riwayat komplikasi

persalinan.

Hasil penelitian bahwa distribusi frekuensi penderita kanker serviks di

RSUD.Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2014 berdasarkan riwayat komplikasi

persalinan ditemukan mayoritas adalah sebanyak 48 orang (72,7%).

Hal ini sesuai dengan teori menurut Prawihardjo (2005) menyatakan bahwa ibu

hal ini disebabkan oleh meningkatnya kejadian lesi pra-kanker serviks dan kanker

serviks yang disebabkan infeksi berulang.

Rasjidi (2009) mengatakan perlukaan- perlukaan jalan lahir akibat komplikasi dari

abortus pada saat melakukan kuretase dapat mengakibatkan sel-sel yang ada di

sekitar serviks mengalami displasia disebabkan infeksi karena tidak dirawat dengan

baik pada saat proses dan penyembuhan pasca abortus.

5. Distribusi frekuensi penderita kanker serviks berdasarkan usia pertama berhubungan

sex.

Hasil penelitian bahwa distribusi frekuensi penderita kanker serviks di

RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2014 berdasarkan usia pertama berhubungan

sex ditemukan mayoritas adalah <20 tahun dengan jumlah 53 orang (80,3%).

Hal ini sesuai dengan teori menurut Aminati (2013) menyatakan bahwa semakin

muda seseorang perempuan melakukan hubungan seks, semakin besar resikonya

untuk terkena kanker serviks. Perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia

kurang 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih besar dari pada yang menikah usia

lebih dari 20 tahun. Menikah atau memulai aktivitas seksual pada usia muda

(kurang dari 17 tahun). Umumnya sel-sel mukosa baru matang setelah wanita berusia

20 tahun ke atas. Seorang wanita yang menjalani hubungan seks pada usia remaja,

paling rawan bila dilakukan pada usia dibawah 16 tahun. Pada usia ini, sel-sel

mukosa pada serviks wanita belum matang. Artinya, masih rentan terhadap

rangsangan sehingga tidak siap menerima rangsangan dari luar. Termasuk zat-zat

yang dibawa sperma. Karena masih rentan, sel-sel mukosa bisa berubah sifat menjadi

kanker. Sedangkan sifat sel sendiri selalu berubah setiap saat, mati dan tumbuh lagi.

35

sehingga perubahannya tidak seimbang. Kelebihan sel ini akhirnya bisa berubah sifat

menjadi sel kanker.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan terdahulu oleh

Dhinessvaran Vasu mahasiswa Fakultas Kedokteran USU tentang faktor-faktor

resiko kanker serviks pada penderita kanker serviks di RSUP H.Adam Malik Medan

menunjukkan hasil dari 155 pasien kanker serviks, sebanyak 81 pasien yang

menikah <20 Tahun.

6. Distribusi frekuensi penderita kanker serviks berdasarkan alat kontrasepsi yang

digunakan

Hasil penelitian bahwa distribusi frekuensi penderita kanker serviks di

RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2014 berdasarkan alat kontrasepsi ditemukan

mayoritas adalah pil berjumlah 47 orang (71,2%).

Hal ini sesuai dengan teori menurut Wijaya (2010) bahwa penggunaan kontrasepsi

pil ( kombinasi estrogen dan progesteron) dalam jangka waktu lama, yakni 5 tahun

atau lebih, dapat meningkatkan resiko kanker serviks dua kali lipat lebih besar.

Secara bersamaan, penggunaan kontrasepsi pil kombinasi tersebut terbukti dapat

mencegah terjadinya kanker indung telur (ovarium) dan kandungan (uterus). Oleh

karena itu pemakai kontrasepsi pil kombinasi tidak perlu menghentikan penggunaan

pil karena keuntungannya jauh lebih besar dibandinkan kekurangan yang ada.

Namun, apabila hasil pemeriksaan secara mendalam ternyata seorang wanita

memiliki resiko tinggi terhadap kanker serviks, maka tidak diperkenankan

menggunakan pil kontrasepsi tersebut. Apalagi dari hasil pemeriksaan skrining

seorang wanita positif mengalami prakanker atau kanker serviks. Meskipun demikia,

kombinasi mekanik dan hormon memperlihatkan penurunan angka kejadian kanker

serviks yang diperkirakan karena paparan terhadap agen penyebab infeksi menurun.

7. Distribusi frekuensi penderita kanker serviks berdasarkan kebiasaan merokok

Hasil penelitian bahwa distribusi frekuensi penderita kanker serviks di

RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2014 berdasarkan kebiasaan merokok

ditemukan mayoritas dalah 45 orang (68,2%) .

Hal ini sesuai dengan teori menurut Setiati (2009) bahwa menjauhi kegiatan merokok

sangatlah penting bagi kaum wanita, terutama bagi mereka yang merokok. Akibat

yang ditimbulkan dari kegiatan merokok bukan saja dapat menyebabkan terjadinya

penyakit paru-paru dan jantung, tetapi kadar nikotin yang terdapat dalam rokok juga

dapat mengakibatkan kanker serviks (kanker leher rahim). Hal itu terjadibkarena

nikotin yang masuk ke dalam tubuh akan menempel pada semua seaput lendir

sehingga sel-sel darah dalam tubuh bereaksi atau terangsang, baik pada mukosa

tenggorokan, paru-paru, juga serviks.

Menurut Rasjidi (2009) menyatakan bahwa tembakau mengandung bahan-bahan

karsinogen baik yang dihisap sebagai rokok/sigaret maupun yang dikunyah. Asap

rokok menghasilkan polycylic aromatic hydrocarbons heterocyclic amine yang

sangat karsinogen dan mutagen, sedang bila dikunyah ia menghasilkan netrosamine.

Bahan yang berasal dari tembakau yang dihisap terdapat pada getah serviks wanita

perokok dan dapat menjadi ko karsinogen infeksi virus. Ali dkk, bahkan

37 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait