PROFIL PENDERITA KANKER SERVIKS DI RSUD dr. PIRNGADI KOTA MEDAN
HOTMAIDA NASUTION 145102201
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan kasih karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
yang berjudul Profil Penderita Kanker Serviks Di RSUD.dr. Pirngadi Kota Medan
Tahun 2014
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat bagi peneliti untuk
menyelesaikan program pendidikan D-IV Bidan pendidik di Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara Medan.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini banyak mendapat bantuan, bimbingan,
dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara dan sekaligus dosen penguji II dalam penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program D-IV Bidan
Pendidik
3. Bapak Ismayadi S.Kep, Ns, M.Kes selaku dosen pembimbing Karya Tulis
Ilmiah ini yang dengan penuh keikhlasan dan kesabaran telah memberikan
arahan, bimbingan, serta ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.
4. Ibu dr. Rina Amelia, MARS selaku dosen penguji I dalam Karya Tulis Ilmiah
ini.
5. Direktur RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan.
6. Seluruh dosen, staff dan pegawai administrasi program study D-IV Bidan
ii
tersayang Dahlina Nasution, serta kakak, abang dan kedua adik tercinta, yang
tak henti-hentinya memberikan semangat, serta dorongan serta dukungan moral
dan material.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu, penulis berharap kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga bantuan, kritik
dan saran yang telah diberikan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya bagi
pembaca umumnya.
Medan, Juli 2015
Penulis
( Hotmaida Nasution)
NIM.145102201
iii
2. Bagi tempat penelitian 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
1. Defenisi wanita 7
2. Defenisi kanker 7
3. Defenisi kanker serviks 7
B. Penyebab Kanker serviks 8
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kanker leher Rahim 8
1. Umur 8
2. Frekuensi Kehamilan atau Paritas 8
3. Aktifitas Seksual Pertama Kali 9
4. Jumlah Pasangan Seksual 9
5. Merokok 9
6. Penggunaan Pil Kontrasepsi 10
D. Gejala Kanker Serviks 11
E. Perkembangan kanker Serviks 12
1. Lesi Tingkat Rendah 12
2. Lesi Tingkat Tinggi 13
F. Stadium Perkembangan Kanker Serviks 13
1. Stadium 0 13
2. Stadium 1 14
3. Stadium 2 14
4. Stadium 3 15
5. stadium 4 15
G. Pengobatan Kanker Serviks 16
1. Pembedahan 16
2. Terapi penyinaran 16
3. Kemoterapi 17
4. Terapi biologis 17
H. Pencegahan terhadap kanker serviks 17
1. Imunisasi HPV 17
2. Pap Smear 18
3. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) 18
iv BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Design Penelitian 23
B. Populasi dan Sampel 23
C. Tempat Penelitian 23
D. Waktu Penelitian 23
E. Etika Penelitian 23
F. Instrumen Penelitian 24
G. Prosedur Pengumpulan Data 24
H. Pengolahan dan Rencana Analisa data...24
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian...27 B. Pembahasan...31
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...37 B. Saran...37
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Defenisi Operasional...20
Tabel 4.6 : Hasil Pengkodean... 25
Tabel 5.1 : Distribusi frekuensi penderita kanker serviks berdasarkan umur di RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan Tahun2014...27
Tabel 5.2 : Distribusi frekuensi penderita kanker serviks berdasarkan paritas di
RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014...28
Tabel 5.3 : Distribusi frekuensi penderita kanker serviks berdasarkan jarak
persalinan di RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014 ...28
Tabel 5.4 : Distribusi frekuensi penderita kanker serviks berdasarkan riwayat
komplikasi persalinan di RSUD. dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014 ...29
Tabel 5.5 : Distribusi frekuensi penderita kanker serviks berdasarkan usia
pertama berhubungan sex di RSUD. dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014 ...29
Tabel 5.6 : Distribusi frekuensi penderita kanker serviks berdasarkan alat
kontrasepsi yang digunakan di RSUD. dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014 ...29
Tabel 5.7 : Distribusi frekuensi penderita kanker serviks berdasarkan kebiasaan
vi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization
atau WHO), kanker serviks merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia pada
kaum hawa dari seluruh penyakit kanker yang ada. Setiap dua menit seorang wanita
meninggal dunia karena penyakit ini, secara global estimasi sekitar tahun 2000-an
menunjukkan bahwa insidensi penyakit ini kurang lebih 493.243 jiwa per tahun,
sedangkan kematian karena kanker serviks sebanyak 273.505 jiwa per tahun,
sebanyak 80% dari jumlah penderita berasal dari negara-negara sedang berkembang,
karena memang penyakit ini merupakan urutan pertama pembunuh wanita akibat
kanker di negara-negara berkembang. WHO mencatat selama 2005 lebih dari
250.000 wanita meninggal akibat kanker serviks dan utamanya berasal dari
negara-negara berkembang (Wijaya,2010 dan Setiati,2009)
Secara global diperkirakan telah di diagnosis sebanyak 1.401.400 kasus
kanker serviks dan 3.860.300 kasus penderita kanker payudara. Dari angka tersebut,
kanker serviks dari negara sedang berkembang berjumlah 1.064.000 kasus,
sedangkan untuk kanker payudara adalah 1.522.000 kasus. Berdasarkan data statistik
di Indonesia, kanker leher rahim atau kanker serviks (Cervical Cancer) adalah
kanker yang dialami wanita dan jumlah penderitanya tinggi. Kanker serviks adalah
salah satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi pada kaum wanita. Setiap satu
jam, satu wanita meninggal di indonesia karena kanker serviks. Fakta menunjukkan
bahwa jutaan wanita di dunia terinfeksi virus HPV yaitu sekitar 99,7%. (Setiati,2009
dan Tilong, 2012)
Di indonesia kanker serviks merupakan kasus terbanyak dan hampir 70 % nya
pelaksanaan skrining, yaitu < 5 %. Padahal, pelaksanaan skrining yang ideal adalah
80 %. Coba kita bandingkan dengan populasi penduduk Indonesia tahun2008 yang
berjumlah 230 juta. Angka 5 % adalah angka yang kecil sekali. Padahal wanita yang
beresiko terkena kanker serviks adalah 58 juta (pada usia 15-64 tahun) dan 10 juta
(pada usia 10-14 tahun). Oleh karena itu, tidak mengejutkan jika jumlah kasus baru
kanker serviks mencapai 40-45/hari dan jumlah kematian yang disebabkan kanker
serviks mencapai 20-25/hari (Samadi, 2010)
Program pengendalian penyakit kanker dilakukan untuk semua jenis kanker,
tetapi saat ini masih di prioritaskan pada dua kanker tertinggi di Indonesia yaitu
kanker leher rahim dan kanker payudara. Program deteksi dini dan tatalaksana yang
dilakukan masih di prioritaskan pada 2 kanker ini. Deteksi dini kanker leher rahim
menggunakan metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dan krioterapi untuk IVA
(lesi pra kanker leher rahim ), untuk kanker payudara menggunakan metode Clinical
Breast Examination (CBE). Sampai dengan tahun 2013, Program deteksi dini kedua
kanker tersebut telah berkembang di 207 kabupaten pada 32 provinsi, yang
dilaksanakan oleh 717 dari 9500 Puskesmas. Jumlah di skrining sebanyak 644.951
perempuan atau 1,75 % dari target perempuan usia 30-50 tahun, 28.850 (4,47 %)
IVA positif, curiga kanker leher rahim 840 (1,3 per 1000), benjolan pada payudara
1.682 yaitu2,6 per 1000 (profil Kesehatan Indonesia 2013)
Semua jenis penyakit kanker adalah silent killer termasuk kanker serviks,
umumnya penyakit ini tidak menunjukkan gejala awal yang bisa dirasakan namun
sangat mematikan. Berhubung tidak mengeluhkan gejala apapun, penderita kanker
serviks biasanya datang ke rumah sakit ketika penyakitnya sudah mencapai stadium
lanjut. Kanker serviks ini dapat muncul pada perempuan usia 35 sampai 55 tahun.
3
tahunnya sekitar 500.000 perempuan didiagnosa menderita kanker serviks dan lebih
dari 250.000 meninggal dunia. Total 2,2 juta perempuan di dunia menderita kanker
serviks. Mendeteksi kanker dengan pap smear dianjurkan untuk semua wanita yang
berseksualitas aktif dan hendaknya secara teratur. Pap smear untuk pertama kali
harus dilakukan segera setelah wanita tersebut mulai melakukan hubungan seksual.
Setelah itu harus ada pengulangan pemeriksaan setelah 1 tahun karena sel-sel
abnormal dapat terluput dari sekali pemeriksaan. Jika tidak didapati kelainan pada
salah satu hasil pemeriksaan Pap Smear, pemeriksaan akan diulang. Hal ini
dilakukan secara teratur dengan interval minimal 2 tahun (Aminati 2013, Wijaya
2010)
Di RSUD.dr.Pirngadi di Kota Medan pada tahun 2006, jumlah penderita
kanker serviks sebanyak 28, tahun 2007 sebanyak 32 orang, tahun 2008 sebanyak 35
orang, tahun 2009 sebanyak 25 orang, dan pada tahun 2010 sebanyak 40 orang.
Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa kasus kanker serviks mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Tingginya kasus kanker serviks disebabkan minimnya
kesadaran untuk melakukan deteksi dini, dikarenakan upaya promosi dan preventif
dalam pencegahan terhadapkasus kanker serviks masih kurang digalakkan oleh
pemerintah yang mengakibatkan masyarakat menjadi kurang informasi mengenai
bahaya kanker serviks dan berbagai upaya pencegahannya. Selain itu, rasa
keingintahuan masyarakat Indonesia juga dinilai masih rendah, khususnya ibu-ibu.
Ditambah lagi masih berkembangnya persepsi di setiap masyarakat kita bahwa
sarana pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit hanya sebagai tempat
untuk berobat saja, itu artinya masyarakat hanya datang ke pusat pelayanan
sudah masuk pada stadium lanjut dan menyebabkan kematian karena kanker serviks
tidak menunjukkan gejala (Adiati,2010)
Beberapa penelitian mengemukakan bahwa lebih dari 90 % kanker mulut
rahim disebabkan oleh Human papilloma Virus (HPV). Dan 70 % di antaranya
disebabkan oleh tipe 16 dan 18. Dari kedua tipe ini HPV 16 sendiri menyebabkan
lebih dari 50 % kanker mulut rahim. Seseorang yang sudah terkena infeksi HPV 16
memiliki kemungkinan terkena kanker mulut rahim sebesar 5%. Kanker mulut rahim
yang disebabkan HPV umumnya berjenis keganasan sel gepeng (Rasjidi dan
Sulistiyanto, 2007)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurdesri tahun 2006 di
RSUD.dr.Djasamen Saragih P.Siantar bahwa wanita yang menderita kanker serviks
memiliki karakteristik; berusia >35 tahun, status perkawinan, paritas, jarak
persalinan, riwayat persalinan dan penanganan.
Survei awal yang dilaksanakan pada bulan Januari 2015 Di RSUD.dr. Pirngadi
Kota Medan menemukan 75 orang menderita kanker serviks Tahun 2014 yang
dirawat inap.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul Profil Penderita Kanker Serviks di RSU.dr.Pirngadi Kota
Medan Tahun 2014.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah Bagaimana Profil Penderita Kanker Serviks Di RSUD.dr. Pirngadi Kota
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui profil penderita kanker serviks di RSUD. dr.Pirngadi Kota
Medan Tahun 2014
2. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui distribusi frekuensi profil penderita kanker
serviks yang dirawat inap di RSUD. dr.Pirngadi Kota Medan Tahun
2014 berdasarkan Umur
2) Untuk mengetahui distribusi frekuensi profil penderita kanker
serviks di RSUD. dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014 berdasarkan
Paritas
3) Untuk mengetahui distribusi frekuensi profil penderita kanker
serviks di RSUD. dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014 berdasarkan
jarak persalinan
4) Untuk mengetahui distribusi frekuensi profil penderita kanker
serviks RSUD. dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014 berdasarkan
riwayat komplikasi persalinan
5) Untuk mengetahui distribusi frekuensi profil penderita kanker
serviks di RSUD. dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014 berdasarkan
usia pertama kali melakukan hubungan seksual
6) Untuk mengetahui distribusi frekuensi profil penderita kanker
serviks di RSU. dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014 berdasarkan
7) Untuk mengetahui distribusi frekuensi profil penderita kanker
serviks di RSU. dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014 berdasarkan
kebiasaan merokok.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk menambah bahan bacaan yang dapat dijadikan sebagai informasi
bagi pengembangan mutu pelayanan kesehatan lebih lanjut bagi yang
membutuhkan.
2. Bagi tempat Penelitian
Sebagai tempat penelitian ini diharapkan dapat menjadi tempat dan
dasar dalam melakukan kebijakan dalam menurunkan angka kematian dan
kesakitan kanker serviks, serta perawatan dan pengobatan yang
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
1. Defenisi wanita
Seorang wanita memiliki beberapa organ di dalam tubuhnya yang tidak
dimiliki oleh laki-laki. Organ-organ tersebut sangat banyak dan memiliki fungsi yang
berbeda-beda, yang saling berkaitan. Organ-organ tersebut secara bersama-sama
membentuk suatu sistem kerja yang sangat unik. Susunan organ pada sistem tersebut
juga sangat rumit dan sangat kompleks (Yahya, 2011)
2. Defenisi kanker
Kanker adalah sel yang telah kehilangan pengendalian dan mekanisme
normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak teratur. Kanker bisa terjadi
dari berbagai organ tubuh. Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangbiakannya,
sel-sel kanker membentuk suatu massa dari jaringan ganas yang menyusup ke
jaringan di dekatnya dan bisa menyebar (metastasis) keseluruh tubuh. (Amalia, 2009)
3. Defenisi Kanker serviks
Kanker serviks merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh HPV atau Human
Papilloma Virus onkogenik, mempunyai persentase yang cukup tinggi, kanker serviks terjadi
pada bagian organ reproduksi wanita. Leher rahim adalah bagian yang sempit di sebelah
bawah antara vagina dan rahim. Dibagian inilah tempat terjadi dan tumbuhnya kanker
serviks (Tilong,2012)
Kanker serviks berawal di dalam sel pada permukaan serviks. Sering kali, kanker
serviks dapat menyerang lebih dalam lagi kebagian dalam serviks dan jaringan sekitarnya.
Sel kanker dapat menyebar dengan cara membelah dari tumor asal(primer). (Wijaya,2010)
Kanker leher rahim (kanker serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher
rahim/ serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Kanker
dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10 % sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil
lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim ( Amalia, 2009 )
B. Penyebab Kanker Serviks
Peristiwa kanker serviks diawali dari sel serviks normal yang terinfeksi oleh HPV
(Human Papilloma Virus). Infeksi HPV umumnya terjadi setelah wanita melakukan
hubungan seksual. Human Papilloma Virus, sampai saat ini telah diketahui memiliki lebih
dari 100 tipe, dari 100 tipe HPV tersebut, hanya 30 di antaranya yang beresiko kanker
serviks. Tipe 16 dan 18 merupakan penyebab tersering kanker serviks yang terjadi di seluruh
dunia. (Wijaya,2010)
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kanker leher Rahim (Wijaya,2010)
1. Umur
Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang berusia
35-50 tahun dan masih aktif berhubungan seksual.Menurut Aminati(2013) menopause
memang akan dialami semua wanita. Pada masa itu sering terjadi perubahan sel-sel
abnormal pada mulut rahim.
2. Frekuensi Kehamilan atau Paritas
Jumlah kehamilan yang pernah dialami wanita juga meningkatkan risiko terjadinya
kanker serviks. Sehingga, wanita yang mempunyai banyak anak atau sering melahirkan
mempunyai resiko terserang kanker serviks lebih besar.
Menurut Aminati(2013)paritas yang berbahaya adalah dengan memiliki jumlah anak lebih
dari 2 orang atau jarak persalinan terlampau dekat. Sebab dapat menyebabkan timbulnya
perubahan sel-sel abnormal pada mulut rahim. Jika jumlah anak yang dilahirkan melalui
jalan normal banyak dapat menyebabkan terjadinya perubahan sel abnormal dari epitel
9
3. Aktifitas Seksual Pertama Kali
Prevalensi atau angka kejadian tertinggi kanker serviks (sekitar 20%) terutama
dijumpai pada perempuan yang telah aktif secara seksual sebelum usia 16 tahun. Hubungan
seksual pada usia terlalu dini bisa meningkatkan risiko terserang kanker serviks dua kali
lebih besar dibandingkan perempuan yang melakukan hubungan seksual setelah usia 20
tahun. Menurut Aminati(2013) menikah dini mempunyai beberapa resiko. Selain
kurangnya kesiapan mental juga mempunyai resiko lebih besar mengalami perubahan
sel-sel mulut rahim. Hal ini karena pada usia muda, sel-sel-sel-sel rahim masih belum matang. Sel-sel-sel
tersebut tidak rentan terhadap zat-zat kimia yang dibawa oleh sperma. Segala macam
perubahannya. Jika belum matang, bisa saja ketika ada rangsangan sel yang tumbuh tidak
seimbang dengan sel yang mati. Dengan begitu maka kelebihan sel ini bisa berubah sifat
menjadi sel kanker.
4. Jumlah Pasangan Seksual (berganti-ganti pasangan)
Ada lebih dari 100 jenis HPV dan beberapa di antaranya dapat ditularkan melalui
hubungan seksual. Dengan demikian, kanker serviks juga berkaitan dengan jumlah partner
seksual. Semakin banyak partner seksual yang dimiliki oleh seorang wanita, maka semakin
meningkat pula resiko terjadinya kanker serviks pada wanita itu.
Menurut Aminati(2013) tinjauan kepustakaan mengenai etiologi kanker leher rahim
menunjukkan bahwa faktor resiko lain yang penting adalah hubungan seksual suami dengan
wanita tuna susila (WTS). Dari WTS itu suami dapat membawa virus dan menularkan pada
isterinya.
5. Merokok
Merokok merupakan penyebab penting terjadinya kanker serviks jenis karsinoma sel
skumosa. Faktor risiko meningkat dua kali dibandingkan orang yang tidak merokok dengan
resiko tertinggi terdapat pada orang yang merokok dalam jangka waktu lama serta intensitas
yang tinggi(jumlah yang banyak). Wanita perokok lebih tinggi terkena kanker serviks.
Bahkan perokok pasif yang menghirup asap rokok orang lain 3 jam atau lebih dalam sehari,
rokok dapat menyebabkan defesiensi folate dalam darah. Juga terbukti nikotin ditemukan
dalam lendir serviks yang menjadi penyebab kanker.
Menurut Aminati(2013)tembakau adalah bahan pemicu kaersiogenik yang paling baik. Asap
rokok menghasilkan polycylic aromatic hydrocarbon heterocylic nitrosamines. Efek
langsung dari bahan-bahan tersebut pada serviks adalah menurunkan status imun lokal
sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus. Lendir serviks pada wanita perokok
mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada dalam rokok. Zat-zat tersebut akan
menurunkan daya tahan serviks di samping merupakan ko-karsinogen infeksi virus.
Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan
infeksi HPV pada serviks.
6. Penggunaan Pil Kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi pil (kombinasi estrogen dan progesteron) dalam jangka
waktu lama, yakni 5 tahun atau lebih, dapat meningkatkan risiko kanker serviks dua kali
lipat lebih besar. Sedangkan jika menggunakan metode kontrasepsi barier (penghalang),
terutama yang menggunakan kombinasi mekanik dan hormon memperlihatkan penurunan
angka kejadian kanker leher rahim yang diperkirakan karena penurunan paparan terhadap
agen penyebab infeksi.
Selain yang telah disebutkan diatas faktor yang mendukung mempengaruhi kanker serviks
adalah:
Menurut Manan (2011) :
1) Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan pap smear secara rutin).
2) Pemakaian DES (dietilstilbestrol) pada wanita hamil.
Wanita hamil yang menggunakan DES guna mencegah keguguran (banyak digunakan
pada tahun 1940-1970) bisa mengalami kanker serviks
11
Menurut Tilong (2012) :
1) Riwayat keluarga. Seseorang yang mempunyai riwayat keluarga dengan kanker
serviks mempunyai risiko yang sangat besar untuk menderita kanker serviks.
2) Seringnya mencuci vagina dengan antiseptik yang tidak dianjurkan oleh dokter. Hal ini
tentu saja banyak yang kurang mengerti sehingga banyak para wanita yang tidak sadar
akan bahaya sebagai resiko nya. Hal itu sebenarnya merupakan suatu tindakan yang
keliru karena penggunaan antiseptik mempunyai resiko yang sangat besar untuk
terserang kanker serviks.
3) Seringnya menaburi vagina dengan bedak sehingga menimbulkan iritasi
4) Kurang mengkonsumsi vitamin C,E, dan asam folat.
5) Penggunaan hormon estrogen bagi wanita yang telah menopause tidak sesuai aturan.
6) Gaya hidup yang buruk
7) Riwayat infeksi berulang di daerah kelamin atau radang panggul
8) Pembalut berkualitas buruk
9) Pekerjaan, diperkirakan bahwa paparan bahan tertentu dari suatu pekerjaan contoh
debu, logam, bahan kimia, tar, atau oli mesin dapat menjadi faktor resiko kanker servik
(Rasjidi, 2008)
10) Mengonsumsi makanan serta minuman yang komposisinya mengandung lebih banyak
bahan sintesis daripada bahan alami (Joe, 2012)
D. Gejala Kanker Serviks (Tilong,2012)
1. Perdarahan rahim yang abnormal
2. Siklus menstruasi yang abnormal
3. Perdarahan di antara dua siklus menstruasi (pada wanita yang masih mengalami
menstruasi)
5. Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia di atas 40
tahun)
6. Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul
7. Nyeri atau sulit berkemih
8. Nyeri dan perdarahan saat melakukan hubungan seksual
9. Penurunan berat badan secara drastis (Wijaya,2012)
10. Terjadi perdarahan setelah menopause (Mangan, 2009)
Tanda-tanda sebagai gejala umum kanker serviks yang patut dicurigai (Setiati,2009)
1. keputihan yang sulit sembuh dan berbau busuk
2. sering terjadi perdarahan dan nyeri saat bersenggama
3. pada stadium dini, keadaan penderita masih baik, tetapi pada stadium lanjut, keadaan
umum penderita dapat mengalami kemerosotan kesehatan
E. Perkembangan kanker Serviks
Kanker serviks membutuhkan waktu untuk perkembangannya. Kalau ada penderita
berumur 35 tahun, maka sebetulnya sudah terkena pra-kanker sejak umur 20-an tahun namun
tidak dirasakan, tentu saja karena gejala ketika itu belum terlihat.
Terkadang sel-sel pada permukaan serviks tampak abnormal,tetapi tidak ganas.
Perubahan abnormal pada sel-sel serviks merupakan langkah awal dari serangkaian
perubahan yang berjalan lambat, yang beberapa tahun kemudian bisa menyebabkan kanker
(Manan,2011)
Perubahan pada sel-sel bisa dibedakan menjadi dua, yakni lesi tingkat rendah dan
lesi tingkat tinggi :
1. Lesi Tingkat Rendah
Lesi tingkat rendah merupakan perubahan dini pada ukuran, bentuk, dan jumlah sel
13
sendirinya, tetapi lesi tingkat rendah lainnya tumbuh menjadi lebih besar dan abnormal, serta
membentuk lesi tingkat tinggi.
Lesi tingkat rendah juga disebut displasia ringan atau neoplasiaintraepitel servikal 1
(NIS 1). Lesi tingkat rendah sring ditemukan pada wanita yang berusia 25-35 tahun. Namun,
lesi jenis itu juga bisa dialami oleh semua kelompok umur.
2. Lesi Tingkat Tinggi
Pada lesi tingkat tinggi, ditemukan sejumlah besar sel prakanker yang tampak sangat
berbeda ketimbang sel yang normal. Perubahan prakanker ini hanya terjadi pada sel di
permukaan serviks. Selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, sel-sel tersebut tidak
akan menjadi ganas dan tidak menyusup ke lapisan serviks yang ebih dalam. Lesi tingkat
tinggi juga disebut displasia menengah atau displasia berat, NIS 2 atau 3, maupun
Karsinoma in situ .
Lesi tingkat tinggi sering kali ditemukan pada wanita yang berusia 30-40 tahun. Jika
sel-sel abnormal menyebar lebih jauh ke dalam serviks, jaringan, maupun organ lainnya,
maka kondisinya disebut kanker serviks atau kanker serviks invasif .
F. Stadium Perkembangan Kanker Serviks
Menurut Wijaya (2010) berdasarkan tingkat keganasannya, perkembangan kanker
serviks terbagi dalam beberapa stadium :
1. Stadium 0
Tingkat 0 juga disebut carcinoma in situ. Pada stadium ini, sel-sel kanker belum
menyebar ke jaringan lain (noninvasif). Kanker masih kecil dan hanya terbatas pada
permukaan serviks. Selain itu, kanker hanya ditemukan di lapisan atas dari sel-sel pada
jaringan yang melapisi serviks. Angka harapan hidup penderita kanker stadium ini dalam
2. Stadium 1
Pertumbuhan kanker hanya terbatas pada serviks. Namun, kanker telah menyerang
serviks di bagian bawah lapisan atas dari sel-sel serviks dan ini ditemukan hanya di leher
rahim (serviks). Angka harapan hidup penderita kanker stadium ini lima tahun adalah 85%.
Kanker pada stadium ini masih dibagi lagi dalam empat tingkat, yaitu :
a. Stadium 1A1
Perkembangan kanker tahap ini mengalami peningkatan ukuran. Kedalamannya
kurang dari 3 mm dan besarnya kurang dari 7 mm. Namun, dokter tidak dapat melihat
sel kanker ini tanpa mikroskop.
b. Stadium 1A2
Sama halnya dengan stadium 1A1, dokter tidak dapat melihat sel kanker tanpa
mikroskop. Hanya saja ukuran kanker pada stadium ini bertambah lebar. Kedalamannya
antara 3-5 mm dan besarnya kurang dari 7 mm.
c. Stadium 1B1
Pada stadium ini, dokter sudah mulai dapat melihat kanker dengan mata
telanjang karena ukuran sel kanker kian membesar. Namun, ukurannya tidak lebih besar
dari 4 cm.
d. Stadium 1B2
Serupa dengan stadium 1B1, ukuran sel kanker sudah lebih besar dari 4 cm.
3. Stadium 2
Kanker serviks meluas melewati leher rahim ke dalam jaringan-jaringan yang
berdekatan dan kebagian atas dari vagina. Kanker serviks tidak menyerang kebagian ketiga
yang lebih rendah dari vagina atau dinding pelvis ( lapisan dari bagian tubuh antara
pinggul). Angka harapan hidup penderita kanker stadium ini dalam lima tahun adalah
15
a. Stadium 2A
Kanker meluas sampai ke atas vagina, tapi belum menyebar kejaringan yang
lebih dalam dari vagina. Kanker tidak melibatkan jaringan penyambung (parametrium)
sekitar rahim, namun melibatkan 2/3 bagian atas vagina.
b. Stadium 2B
Kanker telah menyebar ke jaringan sekitar vagina dan serviks, namun belum
sampai ke dinding panggul. Kanker melibatkan parametrium namun tidak melibatkan
dinding samping panggul.
4. Stadium 3
Kanker meluas ke bagian bawah vagina. Kanker juga telah menyebar ke dinding
pelvis dan simpul-simpul getah bening yang berdekatan. Angka harapan hidup penderita
kanker stadium ini dalam lima tahun adalah 30%. Tahap perkembangan kanker stadium ini
dibagi dalam dua tingkatan, yakni :
a. Stadium 3A
Kanker meluas sampai ke dinding samping panggul dan melibatkan sepertiga vagina
bagian bawah.
b. Stadium 3B
Kanker meluas sampai dinding samping vagina yang menghambat proses berkemih,
sehingga menyebabkan timbunan air seni di ginjal dan berakibat gangguan ginjal
5. Stadium 4
Kanker serviks telah menyebar ke kandung kemih, rektum, atau bagian-bagian lain
tubuh. Angka harapan hidup penderita kanker stadium ini dalam lima tahun adalah 5%.
Perkembangan kanker stadium ini terbagi dalam dua tahapan, yakni :
a. Stadium 4A
Kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti kandung kemih dan rektum.
b. Stadium 4B
G. Pengobatan Kanker Serviks
Tidak semua kanker yang telah dideteksi atau ditemukan dapat disembuhkan.
Namun, semakin dini kanker ditemukan dan diobati, semakin besar kemungkinan untuk
sembuh (Mangan, 2009). Jika kanker dapat dideteksi pada tahap prakanker awal, sel kanker
dapat diatasi dengan mudah , yaitu dengan cara membekukan atau memananaskan sel kanker
hingga hancur (Ghofar,2009).
Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung pada lokasi dan ukuran
tumor, stadium penyakit, usia, kondisi umum penderita :
1. Pembedahan
Operasi sederhana dilakukan pada tingkat stadium awal (prakanker) dari nol
hingga 1A. Operasi tersebut disebut konisasi (pemotongan rahim seperti kerucut).
Karena berada dalam stadium awal, kanker masih berada di sel-sel selaput lendir.
Operasi juga dapat dilakukan bila pasien masih ingin hamil. Bila pasien sudah tidak
ingin hamil lagi, maka histerektomi simple (pengangkatan rahim secara keseluruhan)
akan dilakukan. Tujuannya adalah agar kanker tidak tumbuh lagi. (Setiati,2009)
2. Terapi penyinaran
Terapi penyinaran (radioterapi) dianggap efektif untuk mengobati kanker invasif
yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi
tinggi guna merusak sel-sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya.
Radioterapi dibedakan menjadi dua macam. Pertama, radiasi eksternal penderita
tidak perlu dirawat di rumah sakit. Penyinaran dilakukan 5 hari/minggu selama 5-6
minggu. Kedua, radiasi internal (zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul yang
dimasukkan langsung kedalam serviks). Kapsul tersebut dibiarkan selama 1-3 hari.
Selama itu penderita mesti dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini dapat diulang
beberapa kali selama 1-2 minggu. Efek samping radioterapi yakni iritasi rektum dan
vagina, kerusakan kandung kemih dan rektum, serta ovarium berhenti
17
3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah suatu cara pengobatan kanker yang menggunakan
obat-obatan untuk menghentikan pertumbuhan sel-sel kanker, baik dengan membunuh sel
kanker maupun menghentikan sel kanker dari pembelahan. Kemoterapi dilakukan
melalui mulut atau diinjeksikan ke dalam pembuluh darah atau otot, obat-obatan akan
memasuki aliran darah dan dapat mencapai sel kanker di seluruh tubuh. Kemoterapi
jenis ini dinamakan kemoterapi sistemik. Dan, ketika kemoterapi ditempatkan secara
langsung ke dalam tulang belakang, suatu organ tertentu, atau rongga tubuh seperti
perut, obat-obatan akan sangat mempengaruhi sel kanker di area-area tersebut
(kemoterapi regional). Metode kemoterapi yang diberikan kepada pasien di dasarkan
pada jenis dan stadium kanker yang sedang di obati. (Wijaya,2010)
4. Terapi Biologis
Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem kekebalan tubuh
dalam melawan penyakit. Terapi biologis dilakukan pada kanker yang telah menyebar
ke bagian tubuh lainnya. Yang paling sering digunakan adalah interferon, yang bisa
dikombinasikan dengan kemoterapi (Manan, 2011)
H. Pencegahan terhadap kanker serviks
1. Imunisasi HPV
Telah ditemukan imunisasi untuk mencegah terjadinya kanker serviks. Gardasil
adalah satu-satunya vaksin yang dapat mencegah 4 tipe HPV (6,11,16,18). Vaksin ini
diperuntukkan bagi wanita muda yang berusia 9-26 tahun. Saat mereka para wanita muda
secara teori belum terpapar dengan virus tersebut. Imunisasi HPV akan diberikan melalui
suntikan sebanyak tiga kali berturut-turut tiap dua bulan sekali dan dilakukan pengulangan
satu kali lagi pada sepuluh tahun kemudian. Kemudahan dalam hal pemberian vaksin dan
tingginya angka keberhasilan menjadi keunggulan pencegahan metode ini. (Ghofar,2009 ;
2. Pap Smear
Cara untuk mencegah kanker serviks, yakni mencegah terjadinya infeksi HPV dapat
melakukan pemeriksaan pap smear secara teratur. Pap smear adalah suatu pemeriksaan
mikroskopik terhadap sel-sel yang diperoleh dari apusan serviks. Pada pemeriksaan pap
smear, contoh sel serviks diperoleh dengan bantuan sebuah spatula yang terbuat dari kayu
atau plastik (yang dimasukkan ke dalam saluran servikal ). Dan sebuah sikat kecil (yang
dimasukkan ke dalam saluran servikal). Sel-sel serviks lalu dioleskan pada kaca obyek lalu
diberi pengawet dan dikirimkan ke laboratorium untuk diperiksa. Pap smear sangat efektif
dalam mendeteksi perubahan prakanker pada serviks. Jika hasil pap smear menunjukkan
displasia atau serviks tampak abnormal, biasanya dilakukan kolposkopi dan biopsi (Rahayu,
2009)
Anjuran untuk melakukan pap smear secara teratur :(Manan, 2011)
1. Setiap tahun untuk wanita yang berusia di atas 35 tahun.
2. Setiap tahun untuk wanita yang berganti-ganti pasangan seksual ataupun pernah
menderita infeksi HPV dan kutil kelamin.
3. Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB
4. Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia di atas 35 tahun jika 3 kali pap smear
secara berturut-turut menunjukkan hasil negatif. Atau , bagi wanita yang telah
menjalani histerektomi bukan karena kanker.
5. Sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal
6. Sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan prakanker maupun kanker
serviks.
3. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)
Menurut Rasjidi (2009) Cara pencegahan kanker serviks dapat dengan inspeksi Visual
Asam Asetat (IVA). Tes visual menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 3-5%) dan
19
dilakukan olesan. Tujuannya untuk melihat adanya sel yang mengalami displasia sebagai
salah satu metode skrining kanker mulut rahim. Apabila dikatakan IVA positif bila
ditemukan adanya area berwarna putih dan permukaannya meninggi dengan batas yang
jelas di sekitar zona transformasi.
Memperhatikan permasalahan dalam penanggulangan kanker srviks di Indonesia,
Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dapat menjadi metode alternatif untuk skrining.
Pertimbangan ini berdasarkan bahwa :
1. Mudah dan praktis
2. Dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan nondokter ginekologi, bahkan oleh
bidan praktik swasta maupun ditempat-tempat terpencil.
3. Alat-alat yang dibutuhkan sangat sederhana hanya untuk pemeriksaan
ginekologi dasar
4. Biaya murah, sesuai untuk pusat pelayanan sederhana
5. Hasil langsung diketahui
20 A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah kerangka antara konsep-konsep yang ingin di amati
atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2010)
Berdasarkan latar belakang, tujuan penelitian dan tinjauan pustaka yang ada,
maka kerangka konsep penelitian tentang profil penderita kanker seviks di RSUD.dr.
Pirngadi Kota Medan tahun 2014 adalah sebagai berikut :
Profil Penderita :
• Usia
• Paritas
• Jarak persalinan
• Riwayat persalinan
• Usia pertama kali
melakukan hubungan seksual
• kontrasepsi yang
digunakan dalam jangka panjang
• Kebiasaan merokok
21
B. Defenisi Operasional
Defenisi Operasional adalah mendefenisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, ,memungkinkan peneliti untuk melakukan
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
fenomena.(Hidayat,2007)
Tabel 3.1 : Defenisi Operasional
No .
Variabel Penelitian
Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1. Profil penderita
23 BAB IV
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan
crossectional untuk mengetahui pofil penderita kanker serviks di RSUD.dr. Pirngadi
Kota Medan Tahun 2014.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rekam medik penderita kanker
serviks di RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014 yaitu berjumlah 66 rekam
medik.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total populasi yaitu
seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian yaitu 66 rekam medik.
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan.
D. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan April-Juni 2015
E. Etika Penelitian
Pertimbangan etik yang harus diperhatikan dalam melakukan penelitian ini yaitu
etika penelitian beneficence :
1. Untuk menjaga kerahasiaan, maka peneliti tidak akan mencantumkan
nama responden ( respect for privacy )
2. Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti dan kelompok data
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan
data (Notoatmodjo, 2010). Instrumen dalam penelitian ini dengan menggunakan
lembar checklist.
G. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan peneliti yaitu setelah menerima surat izin
penelitian dari Program Pendidikan D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatra Utara dan telah mendapat izin dari RSUD.dr.Pirngadi Kota
Medan. Setelah mendapat izin peneliti melaksanakan pengumpulan data, metode
pengumpulan data berupa data sekunder dari rekam medik. Setelah mendapat jadwal
2 hari dari ruangan rekam medik yaitu pada tanggal 27-28 April 2015 , peneliti
diarahkan keruangan khusus penelitian untuk pengumpulan data. Satu lembar
checklist diisi berdasarkan isi data dari satu rekam medik selama ± 10 menit. Setelah
semua lembar checklist diisi, maka peneliti melakukan pengolahan dan analisa data.
H. Pengolahan dan Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya diolah dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Pengeditan (editing)
Pada tahap pengeditan data yang akan dilakukan dengan memeriksa
kelengkapan data dari rekam medik yang bertujuan agar data yang
diperoleh dapat diolah dengan benar sehingga pengolahan data
memberikan hasil yang menggambarkan masalah yang akan diteliti.
2. Pengkodean (coding)
Setelah data diperoleh, peneliti melakukan pengkodean untuk
25
Tabel 4.6 : Hasil Pengkodean
3. Pemasukan data (entering)
Pemasukan data merupakan kegiatan memasukkan data yang telah selesai di
coding dari lembar checklist. Pemasukan data ke komputer merupakan
kegiatan yang menuntut ketelitian oleh peneliti sehingga data tidak menjadi
bias meskipun hanya memasukkan data saja.
Variabel Hasil Pengkodean
Jarak persalinan Tidak ada = 1
<2 tahun = 2
≥2 tahun = 3
Riwayat komplikasi persalinan Tidak ada = 1
Abortus = 2 Perdarahan = 3 Infeksi = 4
Usia pertama berhubungan sex <20 Tahun = 1
≥20 Tahun = 2
Alat kontrasepsii yang digunakan Tidak ada = 1
Pil = 2 Suntik = 3 Implan = 4 Tubektomi = 5
Kebiasaan merokok Merokok = 1
4. Pembersihan (cleaning)
Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah
dimasukkan ke dalam komputer apakah ada kemungkinan kesalahan atau
tidak misalnya kesalahan pengkodean, ketidaklengkapan data atau
sebagainya. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi saat memindahkan
data ke dalam komputer. Apabila ada data yang salah maka akan dilakukan
editing data.
5. Pentabulasian (tabulating)
Penyusunan data sedemikian rupa agar mempermudah analisa data dan
pengolahan data serta pengambilan kesimpulan untuk dimasukkan ke dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi.
Untuk mengetahui profil penderita kanker serviks di RSUD.dr.Pirngadi
Medan tahun 2014 dilakukan dengan menggunakan analisis Univariat yaitu
analisis yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian (Notoadmodjo, 2010). Analisis
univariat berfungsi untuk meringkas data hasil pengukuran sedemikian rupa
sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna.
Semua variabel yang ada dianalisa secara deskriptif dengan menghitung
distribusi frekuensi, kemudian dibandingkan dengan teoritis dalam tinjauan
27 BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
Berdasarkan teknik pengolahan data yang telah penulis kemukakan pada Bab IV,
maka penulis akan mengemukakan tentang profil penderita kanker serviks di
RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014.
Selama tahun 2014 di RSUD.dr.Pirngadi ditemukan kasus kanker serviks pada
ibu sebanyak 66 kasus dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh
populasi, maka data tersebut diolah dan dimasukkan ke dalam distribusi frekuensi.
Adapun hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Serviks Berdasarkan Umur Di RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014
No. Umur F %
1. < 20 tahun - -
2. 20-35 tahun 2 3,0
3. > 35 tahun 64 97,0
Jumlah 66 100
Berdasarkan tabel 5.1 bahwa hasil penelitian di dapatkan bahwa mayoritas umur
wanita adalah >35 tahun yaitu 64 orang (97,0%), dan minoritas umur wanita 20-35
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Serviks Berdasarkan Paritas Di RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014
No. Paritas f %
1. Nullipara 3 4,5
2. Primipara - -
3. Secondipara 4 6,1
4. Multipara 36 54,5
5. Grandemultipara 23 34,9
Jumlah 66 100
Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa paritas mayoritas adalah multipara
sebanyak 36 orang (54,5%), dan minoritas adalah nullipara sebanyak 3 orang
(4,5%).
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Serviks Berdasarkan Jarak Persalinan Di RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014
No. Jarak Persalinan f %
1. Tidak ada 3 4,5
2. <2 Tahun 58 87,9
3. ≥ 2 Tahun 5 7,6
Jumlah 66 100
Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa jarak persalinan mayoritas adalah < 2
tahun sebanyak 58 orang(87,9%), dan minoritas yaitu ≥ 2 Tahun sebanyak 5 orang
29
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Serviks Berdasarkan Riwayat Komplikasi Persalinan Di RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014
No. Riwayat Komplikasi Persalinan f %
1. Tidak ada 3 4,5
2. Abortus 48 72,7
3. Perdarahan 5 7,6
4. Infeksi 10 15,2
Jumlah 66 100
Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa riwayat komplikasi persalinan mayoritas
adalah abortus dengan jumlah 48 orang (72,7%), sedangkan riwayat persalinan
minoritas adalah perdarahan 5 orang ( 7,6%).
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Serviks Berdasarkan Usia Pertama Berhubungan Sex Di RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014
No. Usia Pertama Berhubungan Sex f %
1. <20 Tahun 53 80,3
2. ≥ 20 Tahun 13 19,7
Jumlah 66 100
Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa usia pertama berhubungan sex mayoritas
adalah <20 Tahun dengan jumlah 53 orang (80,3%), sedangkan minoritas adalah
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Serviks Berdasarkan Alat Kontrasepsi Yang Digunakan Di RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014
No. Alkon yang Digunakan f %
1. Tidak ada 10 15,2
2. Pil 47 71,2
3. Suntik 9 13,6
4. Implan - -
5. Tubektomi - -
Jumlah 66 100
Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa alat kontrasepsi yang digunakan mayoritas
adalah pil dengan jumlah 47 orang (71,2%), sedangkan minoritas adalah suntik
dengan jumlah 9 orang (13,6%)
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Serviks Berdasarkan Kebiasaan Merokok Di RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014
No. Kebiasaan Merokok f %
1. Ya 45 68,2
2. Tidak 21 31,8
Jumlah 66 100
Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa kebiasaan merokok tertinggi adalah
merokok dengan jumlah 45 orang (68,2%), sedangkan tidak merokok berjumlah 21
31
B. Pembahasan
Setelah dilakukan penelitian maka akan dibahas mengenai profil wanita
dengan kejadian kanker serviks yang di rawat inap di RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan
Tahun 2014.
1. Distribusi frekuensi penderita kanker serviks berdasarkan umur
Hasil penelitian bahwa distribusi frekuensi penderita kanker serviks di
RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014 berdasarkan umur ditemukan mayoritas
adalah >35 tahun yaitu 64 orang (97%).
Hasil penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan teori menurut Aminati (2013)
yang menyatakan pada usia 35-55 tahun memiliki resiko 2-3 kali lipat untuk
menderita kanker serviks, semakin tua umur seseorang akan mengalami proses
kemunduran. Proses tersebut tidak terjadi pada suatau alat saja tetapi pada seluruh
organ tubuh. Semua bagian tubuh mengalami kemunduran, sehingga pada usia lanjut
lebih banyak kemungkinan jatuh sakit atau mudah mengalami infeksi. Sedangkan
teori menurut Wijaya (2010) juga menyatakan prevalensi atau angka kejadian
tertinggi kanker serviks (sekitar 20%) terutama dijumpai pada perempuan yang telah
aktif secara seksual sebelum usia 16 tahun. Pada saat melakukan hubungan seksual
pertama kali meningkat 10-12 kali lipat dari pada yang melakukan hubungan seksual
pertama kali di atas 20 tahun. Hal ini disebabkan karena pada masa transisi dari masa
kanak-kanak menjelang dewasa, terjadilah menstruasi yang menyebabkan hormon
estrogen meningkat menyebabkan sel-sel pada dinding vagina menjadi tebal. Begitu
pula dengan glikogen, yang oleh bakteri bermanfaat diubah menjadi asam vagina.
Pada dasarnya asam vagina ini berfungsi untuk melakukan proteksi terhadap infeksi.
Namun akibat suasana vagina yang menjadi asam, jaringan epitel disekitarnya
sperma, maka perubahan akan semakin besar. Apalagi jika terdapat luka akibat
gesekan, sel-sel epitel akan terganggu dan menjadi tidak normal.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan terdahulu oleh
Dhinessvaran Vasu mahasiswa Fakultas Kedokteran USU tentang faktor-faktor
resiko kanker serviks pada penderita kanker serviks di RSUP H.Adam Malik Medan
menunjukkan hasil dari 155 Orang sebanyak 134 orang yang berusia > 35 Tahun
menderita kanker serviks.
2. Distribusi frekuensi penderita kanker serviks berdasarkan paritas
Hasil penelitian bahwa distribusi frekuensi penderita kanker serviks di
RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2014 berdasarkan paritas ditemukan mayoritas
adalah multipara berjumlah 36 orang (54,5%).
Hal ini sesuai dengan dengan teori menurut Wijaya (2010) yang menyatakan bahwa
jumlah kehamilan yang pernah dialami wanita dapat meningkatkan resiko terjadinya
kanker serviks sehingga wanita yang mempunyai banyak anak atau sering
melahirkan mempunyai resiko terserang kanker serviks lebih besar. Paritas
berbahaya adalah dengan memiliki jumlah anak lebih dari 2 orang atau jarak
persalinan yang terlampau dekat. Sebab dapat menyebabkan timbulnya perubahan
sel-sel abnormal pada mulut rahim. Hal ini dikarenakan terjadi perlukaan pada leher
rahim selama persalinan, pengaruh hormonal selama kehamilan atau perubahan
epitel leher rahim berbentuk silindris yang akan sangat banyak mengalami
perubahan pada wanita yang sering melahirkan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan terdahulu oleh
Dhinessvaran Vasu mahasiswa Fakultas Kedokteran USU tentang faktor-faktor
33
menunjukkan hasil dari 155 pasien kanker serviks, sebanyak 145 pasien yang
memiliki anak > 3 orang.
3. Distribusi frekuensi penderita kanker serviks berdasarkan jarak persalinan
Hasil penelitian bahwa distribusi frekuensi penderita kanker serviks di RSUD.dr.
Pirngadi Kota Medan Tahun 2014 berdasarkan jarak persalinan mayoritas adalah <2
tahun berjumlah 58 orang (87,9%).
Hal ini sesuai dengan teori menurut Aminati (2013) menyatakan bahwa paritas yang
berbahaya adalah dengan memiliki jumlah anak lebih dari 2 orang atau jarak
persalinan terlampau dekat. Sebab dapat menyebabkan timbulnya perubahan sel-sel
abnormal pada mulut rahim. Jumlah kelahiran dengan jarak pendek pada wanita yang
bersalin (melahirkan) tentulah bagian kemaluan wanita yang merupakan jalan lahir
dengan mudah akan terpapar oleh dunia luar, banyak hal terjadi selama proses
persalinan secara tidak sadar virus bisa masuk sehingga mengakibatkan infeksi.
Dikarenakan infeksi tersebut bisa mengakibatkan perubahan-perubahan pada sel-sel
mukosa serviks (displasia). Sama seperti pada paritas, persalinan yang terlalu dekat
jaraknya, dapat mengakibatkan kerusakan pada sel-sel serviks. Jarak persalinan dapat
menjadi factor risiko terhadap kesehatan ibu apabila melahirkan dengan jarak kurang
dari 2 tahun.
4. Distribusi frekuensi penderita kanker serviks berdasarkan riwayat komplikasi
persalinan.
Hasil penelitian bahwa distribusi frekuensi penderita kanker serviks di
RSUD.Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2014 berdasarkan riwayat komplikasi
persalinan ditemukan mayoritas adalah sebanyak 48 orang (72,7%).
Hal ini sesuai dengan teori menurut Prawihardjo (2005) menyatakan bahwa ibu
hal ini disebabkan oleh meningkatnya kejadian lesi pra-kanker serviks dan kanker
serviks yang disebabkan infeksi berulang.
Rasjidi (2009) mengatakan perlukaan- perlukaan jalan lahir akibat komplikasi dari
abortus pada saat melakukan kuretase dapat mengakibatkan sel-sel yang ada di
sekitar serviks mengalami displasia disebabkan infeksi karena tidak dirawat dengan
baik pada saat proses dan penyembuhan pasca abortus.
5. Distribusi frekuensi penderita kanker serviks berdasarkan usia pertama berhubungan
sex.
Hasil penelitian bahwa distribusi frekuensi penderita kanker serviks di
RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2014 berdasarkan usia pertama berhubungan
sex ditemukan mayoritas adalah <20 tahun dengan jumlah 53 orang (80,3%).
Hal ini sesuai dengan teori menurut Aminati (2013) menyatakan bahwa semakin
muda seseorang perempuan melakukan hubungan seks, semakin besar resikonya
untuk terkena kanker serviks. Perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia
kurang 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih besar dari pada yang menikah usia
lebih dari 20 tahun. Menikah atau memulai aktivitas seksual pada usia muda
(kurang dari 17 tahun). Umumnya sel-sel mukosa baru matang setelah wanita berusia
20 tahun ke atas. Seorang wanita yang menjalani hubungan seks pada usia remaja,
paling rawan bila dilakukan pada usia dibawah 16 tahun. Pada usia ini, sel-sel
mukosa pada serviks wanita belum matang. Artinya, masih rentan terhadap
rangsangan sehingga tidak siap menerima rangsangan dari luar. Termasuk zat-zat
yang dibawa sperma. Karena masih rentan, sel-sel mukosa bisa berubah sifat menjadi
kanker. Sedangkan sifat sel sendiri selalu berubah setiap saat, mati dan tumbuh lagi.
35
sehingga perubahannya tidak seimbang. Kelebihan sel ini akhirnya bisa berubah sifat
menjadi sel kanker.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan terdahulu oleh
Dhinessvaran Vasu mahasiswa Fakultas Kedokteran USU tentang faktor-faktor
resiko kanker serviks pada penderita kanker serviks di RSUP H.Adam Malik Medan
menunjukkan hasil dari 155 pasien kanker serviks, sebanyak 81 pasien yang
menikah <20 Tahun.
6. Distribusi frekuensi penderita kanker serviks berdasarkan alat kontrasepsi yang
digunakan
Hasil penelitian bahwa distribusi frekuensi penderita kanker serviks di
RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2014 berdasarkan alat kontrasepsi ditemukan
mayoritas adalah pil berjumlah 47 orang (71,2%).
Hal ini sesuai dengan teori menurut Wijaya (2010) bahwa penggunaan kontrasepsi
pil ( kombinasi estrogen dan progesteron) dalam jangka waktu lama, yakni 5 tahun
atau lebih, dapat meningkatkan resiko kanker serviks dua kali lipat lebih besar.
Secara bersamaan, penggunaan kontrasepsi pil kombinasi tersebut terbukti dapat
mencegah terjadinya kanker indung telur (ovarium) dan kandungan (uterus). Oleh
karena itu pemakai kontrasepsi pil kombinasi tidak perlu menghentikan penggunaan
pil karena keuntungannya jauh lebih besar dibandinkan kekurangan yang ada.
Namun, apabila hasil pemeriksaan secara mendalam ternyata seorang wanita
memiliki resiko tinggi terhadap kanker serviks, maka tidak diperkenankan
menggunakan pil kontrasepsi tersebut. Apalagi dari hasil pemeriksaan skrining
seorang wanita positif mengalami prakanker atau kanker serviks. Meskipun demikia,
kombinasi mekanik dan hormon memperlihatkan penurunan angka kejadian kanker
serviks yang diperkirakan karena paparan terhadap agen penyebab infeksi menurun.
7. Distribusi frekuensi penderita kanker serviks berdasarkan kebiasaan merokok
Hasil penelitian bahwa distribusi frekuensi penderita kanker serviks di
RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2014 berdasarkan kebiasaan merokok
ditemukan mayoritas dalah 45 orang (68,2%) .
Hal ini sesuai dengan teori menurut Setiati (2009) bahwa menjauhi kegiatan merokok
sangatlah penting bagi kaum wanita, terutama bagi mereka yang merokok. Akibat
yang ditimbulkan dari kegiatan merokok bukan saja dapat menyebabkan terjadinya
penyakit paru-paru dan jantung, tetapi kadar nikotin yang terdapat dalam rokok juga
dapat mengakibatkan kanker serviks (kanker leher rahim). Hal itu terjadibkarena
nikotin yang masuk ke dalam tubuh akan menempel pada semua seaput lendir
sehingga sel-sel darah dalam tubuh bereaksi atau terangsang, baik pada mukosa
tenggorokan, paru-paru, juga serviks.
Menurut Rasjidi (2009) menyatakan bahwa tembakau mengandung bahan-bahan
karsinogen baik yang dihisap sebagai rokok/sigaret maupun yang dikunyah. Asap
rokok menghasilkan polycylic aromatic hydrocarbons heterocyclic amine yang
sangat karsinogen dan mutagen, sedang bila dikunyah ia menghasilkan netrosamine.
Bahan yang berasal dari tembakau yang dihisap terdapat pada getah serviks wanita
perokok dan dapat menjadi ko karsinogen infeksi virus. Ali dkk, bahkan
37 BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan penelitian terhadap penderita kanker serviks di
RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2014 dengan menggunakan data sekunder
dari catatan rekam medik, maka kesimpulan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Penderita kanker serviks, ditemukan persentase umur yang terbanyak adalah >35
tahun yaitu 64 orang (97%).
2. Penderita kanker serviks, ditemukan persentase paritas yang terbanyak adalah
multipara yaitu 36 orang (54,5%).
3. Penderita kanker serviks, ditemukan persentase jarak persalinan yang terbanyak
adalah <2 tahun yaitu 58 orang (87,9%).
4. Penderita kanker serviks, ditemukan persentase riwayat komplikasi persalinan
yang terbanyak adalah abortus yaitu 48 orang (72,7%).
5. Penderita kanker serviks, ditemukan persentase usia pertama berhubungan sex
yang terbanyak adalah <20 tahun yaitu 53 orang (80,3%).
6. Penderita kanker serviks, ditemukan persentase alat kontrasepsi yang digunakan
yang terbanyak adalah pil yaitu 47 orang 71,2%).
7. Penderita kanker serviks, ditemukan persentase kebiasaan merokok yang
terbanyak adalah merokok yaitu 45 orang (68,2%).
B. SARAN
1. Diharapkan kepada petugas kesehatan terutama bidan agar dapat melaksanakan
tugasnya dan lebih giat memberi penyuluhan kepada PUS/WUS tentang masa
kurun waktu reproduksi sehat dengan frekuensi kehamilan yang dibatasi, jarak
seksual di usia dini, penggunaan alat kontrasepsi yang aman dan melakukan
penyuluhan tentang bahaya merokok.
2. Diharapkan kepada masyarakat terutama ibu-ibu yang telah aktif melakukan
hubungan seksual diharapkan memeriksakan diri dengan menjalani pemeriksaan
Paps Smear ke dokter dan IVA Test secara rutin kepada petugas kesehatan.
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan
dengan aspek lebih luas dan metode yang lebih lengkap untuk lebih
39
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, L. (2009). Kanker Serviks dan 32 Jenis Kanker Lainnya. Jogjakarta: Landscape
Aminati, D. (2013). Cara Bijak Menghadapi Dan Mencegah Kanker Leher Rahim(Serviks). Yogyakarta: Briliant Books.
Emilia, dkk. (2010). Bebas Ancaman Kanker Serviks. Yogyakarta: MedPress.
Ghofar, A. (2009). Cara Mudah Mengenal dan Mengobati Kanker. Jogjakarta: Flamingo
Hidayat, (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.
Joe, W. (2012). Makanan Pembunuh Kanker. Yogyakarta: C.V Andi Offset
Machfoedz, (2008). Metodologi penelitian. Yogyakarta: Fitramaya
Manan, E. (2011). Miss V. Yogyakarta: Bukubiru.
Mangan, Y. (2009). Solusi Sehat Mencegah Dan Mengatasi Kanker. Jakarta: PT. Agro Media Pustaka
Notoadmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Prandana, D, A. (2013). e- Jurnal Fakultas Kedokteran USU. 27 november 2014. pukul10.00Wib.http://jurnal.usu.ac.id/index.php/ejurnalfk/article/view/1353
Prawirohardjo, S. (2008). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Rahayu, U, W. (2009). Mengenali Mencegah dan Mengobati 35 Jenis Kanker. Jogjakarta: Victory Inti Cipta
Rasjidi, I. (2009). Manual Prakanker Serviks. Jakarta: CV Sagung Seto
Samadi, H, P. (2010). Yes, I Know Everything About Kanker Serviks. Jakarta: Tiga Kelana
Tilong, A, D. (2012). Bebas Dari Ancaman Kanker Serviks. Yogyakarta: Flash Books.
Wijaya, D. (2010). Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker serviks. Yogyakarta: Sinar Kejora.
LEMBAR CHECKLIST
PROFIL PENDERITA KANKER SERVIKS DI RSUD.dr. PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN 2014
A. DATA UMUM
No. Medical Record :
Inisial :
B. DATA KHUSUS
Profil wanita dengan kejadian kanker serviks yang dirawat inap di RSUD.dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2014
1. Umur ibu
a. <20 tahun :
b. 20-35 tahun :
c. >35 tahun :
2. Paritas
a. Nullipara :
b. Primipara :
c. Secundipara :
d. Multipara :
e. Grandemultipara :
3. Jarak persalinan
a. Tidak ada :
b. < 2 tahun :
c. ≥ 2 tahun :
4. Riwayat komplikasi persalinan
b. Perdarahan :
c. Infeksi :
5. Usia Pertama Kali melakukan hubungan seksual
a. < 20 Tahun :
b. ≥ 20 Tahun :
6. Alat kontrasepsi yang digunakan
a. Pil :
b. Suntik :
c. Implan :
d. IUD :
e. Tubektomi :
7. Kebiasaan Merokok
a. Merokok :
Profil Wanita Dengan Kejadian Kanker Serviks Yang Dirawat Inap Di RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014
No Rekam
Medis
Umur (Tahun) Paritas Jarak Persalinan Riwayat Komplikasi Persalinan Usia pertama berhubungan
sex
36 3 4 2 2 1 1 2
umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
usia pertama berhubungan sex
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid <20 thn 53 80,3 80,3 80,3
>/=2 thn 13 19,7 19,7 100,0
Total 66 100,0 100,0
alkon yang digunakan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak ada 10 15,2 15,2 15,2
pil 47 71,2 71,2 86,4
suntik 9 13,6 13,6 100,0
Total 66 100,0 100,0
kebiasaan merokok
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid merokok 45 68,2 68,2 68,2
tidak merokok 21 31,8 31,8 100,0
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Hotmaida Nasution
Tempat / Tanggal lahir : Sosopan, 27 Nopember 1991
Agama : Islam
Alamat : Kota Pinang
Riwayat Pendidikan :
1. 1997-2003 : Mengikuti Pendidikan dan Lulus dari SD NEGERI 112225
Hadundung, Kota Pinang
2. 2003-2006 : Mengikuti Pendidikan danLulus dari SMP NEGERI 1 KotaPinang
3. 2006-2009 : Mengikuti Pendidikan dan Lulus dari SMA NEGERI 1 Kota
Pinang
4. 2010-2013 : Mengikuti Pendidikan Diploma III dan Lulus dari POLTEKKES
KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI KEBIDANAN
PEMATANG SIANTAR
5. 2014-2015 : Mengikuti Pendidikan Diploma IV dan Lulus dari UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA FAKULTAS KEPERAWATAN