• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Pemeriksaan Pap Smear, Diagnosis dan Faktor Risiko Kanker Serviks di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hasil Pemeriksaan Pap Smear, Diagnosis dan Faktor Risiko Kanker Serviks di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan Chapter III VI"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka penelitian

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian atau kaitan antara

konsep satu terhadap konsep lainnya, atau antara variabel yang satu dengan

variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2012).

Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh dan berkembang pada serviks

atau mulut rahim, khususnya berasal dari lapisan epitel atau lapisan terluar

permukaan serviks (Riksani, 2015). Pap Smear adalah salah satu deteksi dini

terhadap kanker serviks dengan cara mengambil sel epitel yang ada di leher

rahim untuk kemudian di lihat kenormalannya (Samadi, 2010).

Hasil Pemeriksaan Pap Smear, Diagnosis dan

Faktor risiko kanker serviks yang meliputi :

1. Usia

2. Jumlah pasangan seksual

3. Usia pertama kali melakukan hubungan

seksual

4. Merokok

5. Frekuensi persalinan

6. Penggunaan kontrasepsi oral

(2)

28

3.2. Defenisi operasional

No Variabel Defenisi

Operasional

kanker serviks

pada wanita yang

melakukan

pemeriksaan Pap Smear di RSUD dr. Pirngadi Kota

Medan

a.Usia seorang

wanita yang

melakukan

pemeriksaan Pap

Smear di RSUD dr. Pirngadi Kota

Medan pada saat

(3)

b. Jumlah

pemeriksaan Pap Smear di RSUD

d.Suatu kegiatan

(4)

30

oleh wanita yang

melakukan

g. Seorang wanita

(5)

dengan

kanker

serviks

melakukan

pemeriksaan

Pap Smear di RSUD dr.

Pirngadi Kota

Medan

memiliki

anggota

keluarga yang

mengidap

(6)

32 BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan

pendekatan cross-sectional, untuk mengetahui hasil pemeriksaan Pap Smear, diagnosis serta faktor risiko kanker serviks pada wanita yang melakukan Pap Smear di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan.

4.2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rekam medik wanita yang

melakukan pemeriksaan Pap Smear di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan sebanyak

157 orang selama kurun waktu Januari 2015- Agustus 2016.

4.2.2. Sampel

Sampel penelitian yang diambil dihitung berdasarkan rumus Slovin

� = �

1 + N(�)2 n : besaran sampel

N : besaran populasi

e : nilai kritis yang diinginkan yaitu 90%

n = 157 1+157(0,12)

n = 157 1+1,57

(7)

n = 61

Jadi, sampel minimal dalam penelitian ini adalah 61 orang.

4.2.3. Teknik sampling

Teknik penarikan sampel yang digunakan peneliti adalah Purposive

Sampling yaitu dengan menentukan kriteria khusus terhadap sampel. Adapun kriteria khusus sampel dalam penelitian ini ialah wanita yang sudah menikah

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.3.1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

4.3.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Mei 2017

4.4. Pertimbangan etik

Pertimbangan etik ini dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin dari Bidang

Penelitian dan Pengembangan RSUD dr. Pirngadi Kota Medan. Penelitian ini

dilakukan dengan memperhatikan pertimbangan etik yaitu menjaga kerahasiaan

data responden . Oleh karena itu lembar checklist yang berisikan data responden ditandai dengan kode tertentu tanpa mencantumkan nama dan data

yang diperoleh dari responden sepenuhnya digunakan untuk kepentingan

penelitian

4.5. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan

(8)

34

rekam medis dan lembar checklist yang disusun oleh peneliti dengan mengacu

kepada tinjauan pustaka. Instrumen terdiri dari 3 bagian, yaitu data demografi,

hasil pemeriksaan Pap Smear, serta faktor risiko kanker serviks pada wanita

yang melakukan pemeriksaan Pap Smear di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan.

Instrumen bagian pertama merupakan data demografi responden yang

terdiri 3 item pernyataan yaitu agama, pekerjaan dan pendidikan terakhir.

Instrumen bagian kedua membahas tentang hasil pemeriksaan Pap Smear yang

terdiri dari kelas 1, 2, 2R, 3, 4 dan 5

Instrumen bagian ketiga membahas tentang faktor risiko kanker

serviks yang terdiri dari 7 item pernyataan yaitu usia, jumlah pasangan seksual,

usia pertama kali melakukan hubungan seksual, paritas, kebiasaan merokok,

penggunaan kontrasepsi oral dan riwayat keluarga dengan kanker serviks.

4.6. Validitas dan Reliabilitas

4.6.1. Uji Validitas

Uji validitas adalah uji untuk mengetahui tingkat kevalidasi dari

instrumen kuesioner yang digunakan dalam pengumpulan data. Instrumen yang

divalidasi dalam penelitian ini adalah faktor risiko kanker serviks pada wanita di

RSUD dr. Pirngadi Kota Medan. Uji validitas dilakukan secara content validity

yaitu validitas yang merujuk sejauh mana sebuah instrumen penelitian memuat

rumusan-rumusan sesuai isi yang dikehendaki (Setiadi, 2013). Penelitian

dinyatakan valid jika nilai Content Validity Index sama dengan 0,86 sampai 1,00

(Polit & Beck, 2012). Instrumen pada penelitian ini sudah dikonsultasikan

(9)

nilai Content Validity Index sebesar 1,00, sehingga instrumen dalam penelitian ini dapat dinyatakan sudah valid

4.6.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas dalam penelitian ini

dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik. Instrumen penelitian

faktor risiko kanker serviks menggunakan metode KR-20. Suatu variabel

dikatakan reliabel jika memberikan nilai 0,70 namun nilai 0,80 atau lebih

merupakan nilai yang sangat diinginkan (Polit & Beck, 2012). Adapun hasil

perhitungan uji reliabilitas dalam penelitian ini mempunyai nilai sebesar 0,71,

sehingga instrumen dalam penelitian ini dapat dinyatakan sudah reliabel

4.7. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan peneliti setelah mendapat surat izin

penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan dari

Bidang Penelitian dan Pengembangan RSUD dr. Pirngadi Kota Medan.

Selanjutnya peneliti mengumpulkan data sekunder yang didapat dari Rekam

Medik RSUD dr. Pirngadi Kota Medan. Data sekunder yang dikumpulkan

berupa data hasil pemeriksaan Pap Smear, diagnosis dan faktor risiko kanker

serviks. Pertama, peneliti menyeleksi terlebih dahulu data responden yang sesuai

dengan kriteria penelitian. Kedua, peneliti memeriksa kelengkapan data yang

tercantum di rekam medik responden. Ketiga, peneliti menyalin data yang

terdapat di rekam medik ke dalam lembar checklist yang telah disediakan oleh

(10)

36

4.8. Analisa data

Data yang diperoleh kemudian diolah secara manual dan komputerisasi,

pelaksanannya dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

4.8.1. Editing

Tahap editing dilakukan oleh peneliti dengan memeriksa kelengkapan data dari rekam medik dan lembar checklist sehingga data yang diperoleh dapat

diolah dengan benar.

4.8.2. Coding

Setelah data diperoleh, peneliti melakukan pengklasifikasian jawaban

menurut macamnya dengan kode tertentu.

Variabel Hasil Pengkodean

Hasil pemeriksaan Pap Smear Kelas 1 = 1

Kelas 2 = 2

Kelas 2R = 3

Kelas 3 = 4

Kelas 4 = 5

Kelas 5 = 6

Usia ˂ 35 tahun = 1

≥ 35 tahun = 2 Jumlah pasangan seksual 1 = 1

>1 = 2

Usia pertama kali melakukan

hubungan seksual

≤ 20 tahun = 1 > 20 tahun = 2

Paritas < 3 = 1

(11)

Merokok Ya = 1

Tidak = 2

Penggunaan kontrasepsi oral Ya = 1

Tidak = 2

Riwayat keluarga dengan

kanker serviks

Ya = 1

Tidak = 2

4.8.3. Entering

Peneliti memasukkan data hasil penelitian yang telah selesai di coding

ke dalam komputer.

4.8.4. Cleaning

Peneliti melakukan pengecekan kembali data yang telah dimasukkan ke

dalam komputer untuk mengetahui ada tidaknya kesalahan. Apabila ditemukan

data yang salah maka akan dilakukan editing data.

4.8.5. Tabulating

Data yang terkumpul selanjutnya ditabulasi dalam bentuk tabel

Analisa data dilakukan dengan menggunakan analisis univariat yaitu

analisis yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik

setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010). Semua variabel yang ada

dianalisa secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi sehingga

memudahkan dalam proses menarik kesimpulan. Analisis univariat dalam

penelitian ini adalah data demografi, hasil pemeriksaan Pap Smear serta faktor

(12)

38 BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai hasil pemeriksaan

Pap Smear, diagnosis dan faktor risiko kanker serviks di RSUD dr Pirngadi Kota Medan. Pengumpulan data diperoleh dari rekam medik RSUD dr Pirngadi Kota

Medan sejak April – Mei 2017. Responden dalam penelitian ini merupakan

wanita yang melakukan pemeriksaan Pap Smear dalam kurun waktu Januari

2015- Agustus 2016 yang berjumlah 61 orang dengan kriteria yaitu wanita yang

sudah menikah.

5.1.1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden meliputi tingkat pendidikan, pekerjaan dan

agama. Dari hasil penelitian diperoleh mayoritas responden berpendidikan SLTA

yaitu sebanyak 28 orang (45,9%), IRT sebanyak 41 orang (67,2%) dan menganut

(13)

Tabel 5.1. Karakteristik Wanita yang Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di RSUD

dr. Pirngadi Kota Medan (n=61)

Karakteristik Responden Frekuensi (f) Persentase (%) 1. Pendidikan

5.1.2. Hasil Pemeriksaan Pap Smear

Dari hasil penelitian diperoleh mayoritas responden termasuk dalam

kategori kelas 2R yaitu sebanyak 26 orang (42,6%), hasil penelitian ini dapat

dilihat pada tabel 5.2. Dari 26 responden tersebut, 21 orang diantaranya

merupakan responden dengan kanker serviks dan 5 orang lainnya merupakan

responden yang tidak mengalami kanker serviks, hasil penelitian ini dapat dilihat

pada tabel 5.3. Kategori kelas 2R berarti hasil pemeriksaan Pap Smear responden

menunjukkan adanya atypia yang sering berhubungan dengan proses inflamasi,

infeksi dan lain-lain. Selain itu terdapat 10 orang responden dengan hasil

(14)

40

Responden yang termasuk ke dalam kategori kelas 3, 4, dan 5 seluruhnya

mengalami kanker serviks.

Tabel 5.2. Kategori kelas Pap Smear pada Wanita yang Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan (n=61)

Kategori Kelas Frekuensi (f) Persentase (%)

Kelas 1 9 14,8

Kelas 2 10 16,4

Kelas 2R 26 42,6

Kelas 3 10 16,4

Kelas 4 4 6,6

Kelas 5 2 3,3

Tabel 5.3. Tabel Silang Hasil Pap Smear pada Wanita yang Melakukan

Pemeriksaan Pap Smear di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan dengan Diagnosis Kanker Serviks (n=61)

Hasil Pemeriksaan Pap Smear

Diagnosis Kanker Serviks

Tidak Kanker Serviks (f)

Kanker Serviks (f)

Kelas 1 9 0

Kelas 2 10 0

Kelas 2R 5 21

Kelas 3 0 10

Kelas 4 0 4

(15)

5.1.3. Diagnosis Kanker Serviks

Dari hasil penelitian jumlah responden yang didiagnosis kanker serviks

ialah sebanyak 37 orang (60.7%) sedangkan yang tidak didiagnosis kanker

serviks sebanyak 24 orang (39.3%). Data ini didapatkan dari hasil rekam medik

RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Tabel 5.3. Diagnosis kanker serviks pada Wanita yang Melakukan Pemeriksaan

Pap Smear di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan (n=61)

Diagnosis Frekuensi (f) Persentase (%)

Kanker Serviks 37 60,7

Tidak Kanker Serviks 24 39,3

5.1.4. Faktor Risiko Kanker Serviks

Faktor risiko kanker serviks dalam penelitian ini meliputi usia, jumlah

pasangan seksual, usia pertama kali berhubungan seksual, jumlah paritas,

merokok, penggunaan kontrasepsi oral dan riwayat keluarga dengan kanker

serviks. Adapun yang dikatakan berisiko kanker serviks apabila usia ≥ 35 tahun,

memiliki jumlah pasangan seksual > 1, usia pertama kali melakukan hubungan

seksual ≤ 20 tahun, jumlah paritas ≥ 3, mempunyai kebiasaan merokok,

menggunakan kontrasepsi oral (pil kb), serta memiliki riwayat keluarga dengan

kanker serviks.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden berusia ≥ 35

tahun yaitu sebanyak 58 orang (95,1%), memiliki 1 orang pasangan seksual yaitu

(16)

42

tahun yaitu sebanyak 32 orang (52,5%), jumlah paritas ≥ 3 yaitu sebanyak 42

orang ( 68,9%), tidak merokok yaitu sebanyak 58 orang (95,1%), tidak

menggunakan kontrasepsi oral yaitu sebanyak 37 orang (60,7%), dan tidak

mempunyai riwayat keluarga dengan kanker serviks yaitu sebanyak 56 orang

(91,8%).

Adapun faktor risiko yang terdapat pada responden yang mengalami

kanker serviks yaitu 36 orang berusia ≥ 35 tahun, 6 orang memiliki jumlah

pasangan seksual > 1, 20 orang melakukan hubungan seksual pada usia ≤ 20

tahun, 27 orang memilki paritas ≥ 3 kali, 1 orang merokok, 16 orang

menggunakan kontrasepsi oral, 3 orang memiliki riwayat keluarga dengan kanker

serviks.

Tabel 5.4. Faktor Risiko Kanker Serviks pada Wanita yang Melakukan

Pemeriksaan Pap Smear di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan (n=61)

(17)

5.2. Pembahasan

5.2.1. Hasil Pemeriksaan Pap Smear

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan Pap Smear

sebagian besar terdapat pada kategori kelas 2R yaitu sebanyak 26 orang. Kategori

kelas 1 dan 2, keseluruhan responden yang masing-masing berjumlah 9 dan 10

orang merupakan responden yang tidak mengalami kanker serviks. Kategori kelas

1 mengindikasikan bahwa pada hasil pemeriksan Pap Smear tidak terdapat sel

ganas sedangkan kategori kelas 2 mengindikasikan bahwa tidak ada sel ganas

namun terdapat leukosit yang menonjol. Kategori kelas 3, 4 dan 5 yang

masing-masing berjumlah 10, 4 dan 2 orang merupakan responden yang mengalami

kanker serviks. Kategori kelas 3 mengindikasikan curiga adanya sel ganas,

kategori kelas 4 mengindikasikan kemungkinan adanya sel karsinoma dan

kategori kelas 5 mengindikasikan sel karsinoma jelas ada.

Dari 26 responden yang termasuk kategori kelas 2R, 21 diantaranya

merupakan responden yang mengalami kanker serviks. Terdapat 7 faktor risiko

pada responden yang termasuk kategori kelas 2R yaitu berusia ≥ 35 tahun

sebanyak 25 orang, memiliki jumlah pasangan seksual > 1 orang sebanyak 4

orang, usia pertama kali berhubungan seksual ≤ 20 tahun sebanyak 12 orang,

jumlah paritas ≥ 3 kali 19 orang, mempunyai kebiasaan merokok sebanyak 1

orang, menggunakan kontrasepsi oral sebanyak 8 orang dan mempunyai riwayat

keluarga dengan kanker serviks sebanyak 3 orang..

Kategori kelas 1, meskipun hasil pemeriksaan Pap Smear menunjukkan

(18)

44

faktor risiko kanker serviks, diantaranya ialah ada 4 dari 7 faktor rsiko kanker

serviks yang terdapat pada responden, yaitu 9 responden berusia ≥ 35 tahun, 4

responden memiliki jumlah paritas ≥ 3 kali, 1 responden memiliki kebiasaan

merokok dan 3 responden menggunakan kontrasepsi oral. Meskipun jumlah

responden pada kategori kelas 1 yang tidak berisiko kanker serviks lebih besar

daripada yang berisiko, hal ini tetap perlu mendapat perhatian

Kategori kelas 2 meskipun seluruh responden tidak mengalami kanker

serviks tetapi terdapat 6 dari 7 faktor risiko kanker serviks pada responden,

dimana terdapat 8 responden yang berusia ≥ 35 tahun, 2 responden memiliki

jumlah pasangan seksual > 1, 3 responden pertama kali berhubungan seksual pada

usia ≤ 20 tahun, 7 responden memiliki paritas ≥ 3 kali, 4 responden menggunakan

kontrasepsi oral, dan 2 orang mempunyai riwayat keluarga dengan kanker serviks.

Kategori kelas 3 seluruh responden mengalami kanker serviks dan

terdapat 5 dari 7 faktor risiko kanker serviks yang ada pada responden diantaranya

terdapat 10 responden berusia ≥ 35 tahun, 5 responden pertama kali berhubungan

seksual pada usia ≤ 20 tahun, 8 responden memiliki paritas ≥ 3 kali, 1 responden

memiliki kebiasaan merokok dan 5 responden menggunakan kontrasepsi oral

Kategori kelas 4 seluruh responden mengalami kanker serviks dan terdapat

4 dari 7 faktor risiko kanker serviks yang dimiliki oleh responden, yaitu 4 orang

berusia ≥ 35 tahun, 1 responden memiliki jumlah pasangan seksual > 1, 3

responden pertama kali berhubungan seksual pada usia ≤ 20 tahun, 2 responden

(19)

Kategori kelas 5 seluruh responden mengalami kanker serviks dan

terdapat 5 dari 7 faktor risiko kanker serviks yang terdapat pada responden yaitu

2 responden berusia ≥ 35 tahun, 1 responden memiliki jumlah pasangan seksual >

1, 2 responden pertama kali berhubungan seksual pada usia ≤ 20 tahun, 2

responden memiliki jumlah paritas ≥ 3 kali, 1 responden menggunakan

kontrasepsi oral

Mayoritas responden yang mengalami kanker serviks termasuk dalam

kategori kelas 2R berarti hasil pemeriksaan Pap Smear responden menunjukkan adanya atypia yang sering berhubungan dengan proses inflamasi, infeksi dan

lain-lain. Selain itu, terdapat responden dengan hasil pemeriksaan Pap Smear termasuk

kategori kelas 3, 4, dan 5 yaitu masing-masing berjumlah 10, 4, dan 2 orang.

Pada responden yang termasuk kategori kelas 3,4 dan 5, biasanya kanker serviks

sudah memasuki stadium lanjut, hal ini dikarenakan kanker sudah menyebar dan

bermetastase ke organ disekitarnya. Selain itu hasil pemeriksaan Pap Smear

menunjukkan keabnormalan yang ditandai dengan ditemukannya sel yang

mencurigakan adanya keganasan dan terdapat karsinoma. Hal ini menunjukkan

lebih banyak responden yang baru mencari pelayanan kesehatan pada saat sudah

terjadi infeksi, kanker sudah menyebar dan menimbulkan gejala kanker serviks,

sehingga pemeriksaan Pap Smear yang dilakukan bukan lagi merupakan tindakan

pencegahan akan tetapi dalam rangka mencari pengobatan dan menengakkan

diagnosis. Dapat disimpulkan bahwa lebih banyak wanita yang melakukan

(20)

46

5.2.2. Diagnosis Kanker Serviks

Mayoritas ibu yang didiagnosis kanker serviks berusia ≥ 35 tahun, hal ini

dapat terjadi karena saat mulai terjadinya infeksi HPV sampai menjadi kanker

invasif membutuhkan waktu rata-rata 10-20 tahun. Pada umumnya displasia

derajat tinggi dapat terdeteksi 5-10 tahun sebelum terjadinya kanker (WHO,

2013). Oleh karena itu peneliti berasumsi bahwa saat terjadinya infeksi HPV usia

ibu masih < 35 tahun dan mereka belum mendapati gejala kanker serviks, karena

kanker serviks itu sendiri membutuhkan proses yang lama untuk menjadi kanker

serviks sehingga keinginan untuk mencari pengobatan juga rendah, maka dari itu

kanker serviks baru terdeteksi saat usia ibu ≥ 35 tahun dan sudah menimbulkan

berbagai keluhan

Mayoritas responden yang didiagnosis kanker serviks memiliki jumlah

paritas ≥ 3 kali. Paritas dapat dipengaruhi oleh pendidikan seseorang. Dalam

penelitian ini paling banyak wanita yang mengalami kanker serviks berpendidikan

SLTP dan SLTA, yaitu masing-masing sebanyak 12 dan 16 orang. Wanita yang

mempunyai pendidikan menengah kemungkinan masih percaya dengan istilah

banyak anak banyak rejeki. Sedangkan wanita yang memiliki tingkat pendidikan

yang tinggi akan berpikir secara rasional bahwa 2 anak lebih baik. Selain itu

mereka mudah menerima informasi baru seputar pemeliharaan kesehatannya

sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin

menyadari risiko yang ada pada dirinya yang dapat menimbulkan suatu penyakit

tertentu termasuk kanker serviks sehingga termotivasi untuk mengunjungi pusat

(21)

Mayoritas wanita yang melakukan pemeriksaan Pap Smear dan

mengalami kanker serviks dalam penelitian ini merupakan IRT. Penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hakimah (2016) yang menyebutkan

bahwa sebagian besar pada kelompok responden yang melakukan pemeriksaan

Pap Smear sebesar 60,4% adalah IRT. Seharusnya bagi responden yang merupakan IRT memiliki banyak waktu luang untuk melakukan pemeriksaan Pap

Smear dibandingkan dengan mereka yang tidak bekerja untuk mencegah kanker serviks. Namun, pada kenyataannya sesuai hasil rekam medik rata-rata responden

baru satu kali melakukan pemeriksaan Pap Smear. Hal ini dapat disebabkan

mereka tidak menyadari bahwa Pap Smear merupakan salah satu cara deteksi dini

kanker serviks untuk menghindari penyakit tersebut. Disamping itu, belum semua

wanita memahami dan mau melakukannya lagi dengan berbagai alasan, seperti

malu, takut akan hasilnya dan juga masalah biaya. Wanita sering tidak mengenali

gejala awal dan datang untuk melakukan pemeriksaan sudah dalam stadium lanjut.

Demikian juga, ketika seorang wanita sudah terdeteksi kanker serviks kadang

tidak langsung mendatangi pelayanan kesehatan akibatnya kanker sudah

menyebar dan pemeriksaan Pap Smear bukan lagi tindakan preventif

5.2.3. Faktor Risiko Kanker Serviks

Dari hasil penelitian berdasarkan usia responden, mayoritas yang berisiko

kanker serviks berumur ≥ 35 tahun yaitu sebanyak 58 orang (95,1%). Selain itu

jika dibandingkan, mayoritas responden yang berusia ≥ 35 tahun lebih banyak

mengalami kanker serviks yaitu sebanyak 36 orang sedangkan 22 orang lainnya

(22)

48

yang dilakukan oleh Lubis (2012) di RSUD Pirngadi Medan pada yaitu proporsi

terbesar kejadian kanker serviks terjadi pada umur 31-40 tahun yaitu sebanyak 20

orang (39,2%)

Biasanya kanker serviks menyerang wanita yang telah berumur terutama

pada wanita yang berusia 35 -55 tahun, namun hal ini tidak menutup

kemungkinan wanita yang lebih muda juga bisa terkena kanker serviks jika wanita

tersebut memiliki faktor risikonya. Wanita yang berusia 35-50 tahun dan masih

aktif berhubungan seksual memiliki risiko mengidap kanker serviks karena seiring

pertambahan usia maka terjadi perubahan anatomi dan histologi (metaplasia)

(Arum, 2015). Pada usia > 35 tahun fungsi semua organ tubuh menurun,

disamping itu hormon dalam tubuh yang mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan sel di dalam tubuh yang dapat menyebabkan degenerasi sel

(Maynita, 2014)

Perjalanan kanker serviks didahului dengan infeksi HPV Onkogenik yang

menyebabkan sel serviks normal menjadi sel prakanker, dan berkembang lagi

menjadi sel kanker. Untuk menjadi sel kanker dan menjadi kanker serviks

dibutuhkan waktu yang lama sehingga bagi penderita yang sudah mengetahuinya

sejak dini dapat melakukan berbagai langkah untuk mengatasinya (Andrijono,

2010). Oleh karena itu, semakin cepat penanganan yang dilakukan maka akan

berpengaruh terhadap angka kesembuhan dan harapan hidup penderita.

Berdasarkan jumlah pasangan seksual, hasil penelitian menunjukkan

bahwa hanya sebagian kecil responden berisiko kanker serviks yaitu responden

(23)

53 orang lainnya (86,9%) tidak berisiko kanker serviks. Dari 8 responden tersebut

6 orang mengalami kanker serviks dan 2 diantaranya tidak mengalami kanker

serviks. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih dan Erry (2014)

menunjukkan bahwa responden yang menderita lesi prakanker serviks memiliki

mitra seksual > 1 orang. Mitra seksual > 1 orang akan meningkatkan risiko 6,19

kali lebih besar untuk mengalami lesi prakanker serviks dibandingkan dengan

responden yang memiliki pasangan seksual 1 orang saja.

Perilaku seksual yang berupa berganti-ganti pasangan seks akan

meningkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti

infeksi Human Papilloma Virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis, dan vulva (Minyakob, 2011).

Berdasarkan usia pertama kali melakukan hubungan seksual hasil

penelitian menunjukkan bahwa terdapat risiko kanker serviks pada 29 orang

(47,5%) responden yang pertama kali melakukan hubungan seksual pada usia ≤

20 tahun. Dari 29 responden tersebut 20 orang diantaranya mengalami kanker

serviks dan 9 lainnya tidak mengalami kanker serviks. Usia pertama kali

berhubungan seksual dapat dikaitkan dengan usia seseorang ketika menikah.

Penelitian yang dilakukan oleh Sadewa (2014) menunjukkan bahwa 90% pasien

yang terdiagnosis kanker serviks menikah di usia ≤ 20 tahun. Terlihat bahwa

hubungan seksual pada usia dini berkaitan erat dengan kejadian kanker serviks.

Usia pertama menikah yang relatif muda (di bawah 20 tahun) berisiko

meningkatkan terjadinya kanker serviks. Hal ini dikaitkan dengan pembentukan

(24)

50

akibat ketidakseimbangan hormonal (Riksani, 2015). Ketika seorang wanita

berusia 12-17 tahun maka sel dalam mulut rahim menjadi lebih aktif membelah

Pembelahan ini seharusnya tidak terjadi kontak atau rangsangan apapun dari

luar. Adanya benda asing termasuk alat kelamin pria atau sperma yang masuk ke

dalam vagina wanita akan menyebabkan pembelahan sel menjadi abnormal. Sel

abnormal dalam mulut rahim tersebut dapat menyebabkan kanker serviks, hal ini

diperparah apabila pada saat masuknya benda asing menyebabkan luka pada

mulut rahim sehingga mempermudah terjadinya infeksi HPV (Wahyuningsih dan

Erry, 2014).

Berdasarkan jumlah paritas hasil penelitian menunjukkan terdapat 42

orang (68,9%) responden yang berisiko kanker serviks yaitu pada responden yang

memiliki paritas ≥ 3 kali. Dari 42 responden tersebut 27 orang mengalami kanker

serviks sedangkan 15 orang lainnya tidak mengalami kanker serviks. Penelitian

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Yayasan Kanker Wisnuwardhana

Surabaya (2014), dimana didapatkan data seluruh responden (100%) yang tidak

memiliki anak (nullipara) dan wanita yang memiliki anak 1 (primipara) tidak

menderita kanker serviks. Sedangkan pada wanita yang memiliki 2-4 anak

(multipara) didapatkan data bahwa sebagian kecil (5,9%) menderita kanker

serviks dan dari wanita yang mempunyai anak lebih dari 4 (grandemultipara)

didapatkan data bahwa setengahnya (50%) menderita kanker serviks.

Mereka yang pernah melahirkan lebih dari 3 kali dapat meningkatkan

angka kejadian kanker serviks sebanyak 3 kali lipat (Maynita, 2012). Hal ini

(25)

pula terjadi trauma pada serviks sehingga dapat menyebabkan perlukaan.

Perlukaan pasca persalinan dapat menjadikan awal terjadinya kanker serviks

apabila tidak segera ditangani.

Kanker serviks terbanyak di jumpai pada wanita yang sering partus.

Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma

serviks (Padila, 2012). Karena semakin sering melahirkan akan terjadi trauma

pada serviks dan dilalui janin pada saat dilahirkan (Shanty, 2011). Hal ini berarti

semakin banyak jumlah anak maka akan semakin berisiko mengalami kanker

serviks

Berdasarkan kebiasaan merokok hasil penelitian menunjukkan bahwa

hanya terdapat 3 orang (4,9%) responden yang berisiko kanker serviks yaitu

pada responden yang memiliki kebiasaan merokok. Dari 3 responden tersebut, 1

orang mengalami kanker serviks dan 2 orang lainnya tidak mengalami kanker

serviks. Hal ini menunjukkan proporsi wanita yang merokok dan mengalami

kanker serviks lebih kecil daripada wanita yang merokok namun tidak mengalami

kanker serviks.

Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih (2014) menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan

kejadian lesi prakanker serviks. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Amar (2012) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan

perokok pasif dengan kejadian kanker serviks, dan pada perokok pasif akan

(26)

52

yang tidak terpapar asap rokok. Hal ini berarti baik perokok pasif maupun

perokok pasif keduanya berisiko mengalami kanker serviks

Asap rokok adalah salah satu faktor terjadinya kanker serviks, dalam

asap rokok terdapat nikotin dan benzopiren yang dapat menyebabkan terjadinya

kanker serviks (Amar, 2012). Selain itu kandungan di dalam rokok salah satunya

merupakan tembakau. Bahan karsinogenik spesifik dari tembakau ditemukan

dalam lendir serviks wanita perokok dan dapat menjadi kokarsinogen infeksi

HPV. Para peneliti percaya bahwa zat ini merusak DNA dari sel-sel leher rahim

dan berkontribusi terhadap perkembangan kanker serviks.

Berdasarkan kebiasaan penggunaan kontrasepsi oral menuunjukkan

bahwa terdapat 24 orang (39,3%) responden yang berisiko kanker serviks yaitu

pada responden yang menggunakan kontrasespsi oral. Dari 24 orang tersebut 16

diantaranya didiagnosis kanker serviks sedangkan 8 orang lainnya tidak

didiagnosis kanker serviks. Hal ini menunjukkan penggunaan kontrasepsi oral

memiliki pengaruh terhadap terjadinya kanker serviks. Menurut Guven et al

(2010) kekentalan lendir pada serviks akibat penggunaan KB hormonal oral

ataupun suntikkan menyokong terjadinya kanker serviks. Hal ini dikarenakan

kekentalan lendir ini akan memperlama keadaan suatu agen karsinogenik

(penyebab kanker) di serviks yang terbawa melalui hubungan seksual termasuk

adanya virus HPV yang menjadi penyebab dari kanker serviks. Penggunaan

kontrasepsi pil dalam jangka waktu lama (5 tahun atau lebih) meningkatkan risiko

kanker leher rahim sebanyak 2 kali. Selain kontasepsi oral, kontrasepsi hormonal

(27)

kontrasepsi hormonal akan menyebabkan defisiensi asam folat, yang mengurangi

metabolisme mutagen sedangkan estrogen kemungkinan menjadi salah satu

ko-faktor yang dapat membuat replikasi DNA HPV sehingga meningkatkan risiko

kanker serviks (Andrijono, 2007)

Berdasarkan riwayat keluarga dengan kanker serviks menunjukkan

terdapat 5 orang (8,2%) responden yang berisiko kanker serviks. Dari 5 orang

tersebut 3 diantaranya didiagnosis kanker serviks. Seorang wanita yang memiliki

saudara kandung atau ibu yang mempunyai kanker serviks akan berisiko

mengalami kanker serviks 2-3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang

tidak memiliki riwayat kanker serviks pada keluarganya hal ini disebabkan

dengan berkurangnya kemampuan untuk melawan infeksi HPV (American Cancer

Society, 2016).

Penyakit kanker yang diturunkan biasanya dipengaruhi oleh interaksi

yang komplek antara pemaparan bahan karsinogenik (seperti asap rokok, radiasi,

bahan kimia atau agen infeksi) dengan genom penderita. Sel mengalami

pertumbuhan dan pembelahan yang hiperaktif, serta kehilangan sifat normal dari

selnya. Kondisi tersebut menyebabkan gen yang bertugas untuk mengontrol sel

tumor menjadi inaktif. Akibatnya sel normal berubah menjadi sel kanker

(Darmono,2014). Hal ini juga dapat terjadi pada responden dalam penelitian ini,

dimana 2 dari 3 responden dengan kanker serviks yang memiliki riwayat keluarga

kanker serviks menunjukkan hasil bahwa mereka menggunkan pil KB. Akibatnya,

(28)

54

bahan karsinogenik bertahan di serviks sehingga menjadi penyebab terjadinya

(29)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Penelitian terhadap 61 orang wanita yang melakukan pemeriksaan Pap

Smear di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan selama kurun waktu April-Mei 2017 menunjukkan hasil bahwa faktor risiko kanker serviks cenderung lebih banyak

dialami oleh wanita yang memiliki riwayat kanker serviks dibandingkan dengan

wanita yang tidak memiliki riwayat kanker serviks.

6.2. Saran

6.2.1. Pendidikan keperawatan

Dapat menjadi sumber informasi dan dijadikan sebagai salah satu

materi dalam perkuliahan guna meningkatkan pengetahuan mahasiwa

betapa pentingnya mengenali faktor risiko kanker serviks yang terhindar

dari kanker serviks.

6.2.2. Pelayanan keperawatan

Bagi pelayanan keperawatan diharapkan mengisi dengan lengkap

lembar pengkajian kebidanan dan kandungan rawat jalan pasien serta

lembar identitas pasien, karena kelengkapan hasil pengkajian tersebut

sangat diperlukan untuk melihat faktor risiko kanker serviks yang terdapat

(30)

56

6.2.3. Peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan mampu menggali lebih dalam

mengenai faktor risiko kanker serviks yang lainnya dengan metode

Gambar

Tabel 5.2. Kategori kelas Pap Smear pada Wanita yang Melakukan Pemeriksaan
Tabel 5.3. Diagnosis kanker serviks pada Wanita yang Melakukan Pemeriksaan
Tabel 5.4. Faktor Risiko Kanker Serviks pada Wanita yang Melakukan

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Mencuci Tangan Petugas Kesehatan di Rumah Sakit Umum.. Hasgustra,

Gambar 1 merupakan struktur apilikasi multimedia pembelajaran jamur tiram, aplikasi multimedia ini dimulai dengan tampilan awal berupa layar menu utama, yang

umumnya beradat “peminggir”. D alam arti setelah terjadi perkawinan maka suami melepaskan hak dan kedudukannya dipihak kerabatnya dan masuk pada kekerabatan isteri. Di daerah

The Legend of Toba Lake merupakan film animasi yang diangkat dari cerita rakyat yang berasal dari Sumatera Utara. Film animasi ini menceritakan tentang seorang pria

Menggosok ujung jari-jari tangan kanan ditelapak tangan kiri dengan gerakan memutar, dari jari kelingking ke ibu jari kemudian sebaliknyac. Menggosok jari-jari kedua tangan

Ketika ada masalah, saya enggan membicarakannya langsung dengan orang yang memiliki masalah

Menyatakan bersedia untuk ikut turut serta dalam penelitian yang berjudul GAMBARAN PROPORSI TINGGI WAJAH BERDASARKAN FOTOMETRI PADA MAHASISWA INDIA TAMIL MALAYSIA FKG USU dan

*Alat Peraga Pendidikan *Elektrikal Mekanikal *Komputer *Laboratorium *Percetakanc. DAFTAR HARGA ALAT PERAGA