HUBUNGAN JUMLAH PARITAS DENGAN PERDARAHAN
POSTPARTUM DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM
MALIK PADA TAHUN 2009-2010
Oleh:
TOO KAI YING
080100278
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN JUMLAH PARITAS DENGAN PERDARAHAN
POSTPARTUM DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM
MALIK PADA TAHUN 2009-2010
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh:
TOO KAI YING
080100278
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Hubungan Jumlah Paritas dengan Perdarahan Postpartum di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik pada Tahun 2009-2010
Nama : Too Kai Ying NIM : 080100278
Pembimbing Penguji I
(dr. Johny Marpaung, Sp. OG) (dr. T. Siti Hajar H., Sp. THT-KL) NIP. 19710224 200801 1 007 NIP. 19790620 200212 2 003
Medan, Desember 2011 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara
ABSTRAK
Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi melebihi 500cc setelah bersalin. Sejak dahulu, penyebab kematian maternal tidak banyak berubah, yaitu perdarahan, keracunan kehamilan, dan sepsis. Selalunya, perdarahan secara masif yang menyebabkan kematian ibu tidak dapat diperkirakan dan terjadi tiba-tiba. Di Indonesia, terbukti masih tingginya angka kematian ibu hamil yang relative tinggi akibat perdarahan postpartum. Oleh itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan jumlah paritas dengan perdarahan postpartum di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2009-2010.
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan menggunakan teknik
Total Sampling dimana sampel diambil dari data rekam medis penderita perdarahan postpartum di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2009-2010. Jumlah data rekam medis ibu hamil yang tidak menderita perdarahan postpartum juga diambil seiras dengan jumlah penderita perdarahan postpartum untuk dijadikan kontrol. Data-data sampel yang dikumpul dianalisa dengan uji Chi-Square.
Pada penelitian ini, dijumpai pada penderita perdarahan postpartum yang jumlah paritasnya ≤ 3 adalah sebanyak 65.0%, sedangkan penderita perdarahan postpartum yang jumlah paritasnya ˃3 adalah sebanyak 35.0%. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara hubungan jumlah paritas dengan perdarahan postpartum di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2009-2010. Ini mungkin karena terdapat banyak faktor lain yang lebih berpotensi untuk memicu kejadian perdarahan postpartum.
Disarankan kepada institusi pendidikan dan praktek kebidanan pelayanan agar memberikan pendidikan kepada ibu hamil, dan memberikan perlatihan secara berkala kepada dokter, petugas kesehatan, terutamanya bidan supaya lebih tahu tentang persalinan yang sehat dan normal supaya dapat mengurangkan resiko perdarahan postpartum.
ABSTRACT
Postpartum hemorrhage is bleeding that occurs more than 500cc after birth. Since last time, the causes of maternal deaths has not changed much, which are bleeding, poisoning pregnancy, and sepsis. Massive bleeding which led to maternal deaths are always unpredictable and occur suddenly. In Indonesia, is proven that high maternal mortality is relatively high due to postpartum hemorrhage. Accordingly, this study aims to analyze the relationship of parity with postpartum hemorrhage at the RSUP H. Adam Malik in the year 2009-2010.
The method of this study is descriptive analytic, using total sampling technique in which samples were
taken from the patient’s medical records, which suffered postpartum hemorrhage at the RSUP H. Adam Malik in the year 2009-2010. The same number of medical records of pregnant women who do not suffer from postpartum hemorrhage were also taken to be used as controls. The collected samples were analyzed with Chi-Square test.
In this study, patients with postpartum hemorrhage with ≤ 3 parity is as much as 65.0%, and 35.0% for patients with ˃ 3 parity. The results showed no significant effect between the relationship of parity with postpartum hemorrhage at the RSUP H. Adam Malik Malik in the year 2009-2010. This shows that maybe many other factors are more likely to trigger the incidence of postpartum hemorrhage.
It is recommended to educational institutions and the practice of midwifery services to provide education to pregnant women, and provide periodic training to doctors, health workers, especially midwives in order to more know about the healthy and normal birth in order to reduce the risk of postpartum hemorrhage.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena
dengan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan penelitian yang berjudul “Hubungan Paritas dengan Perdarahan Postpartum
di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik pada tahun 2009-2010”.
Pada kesempatan yang baik ini, perkenankan penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu terselesainya penelitian ini,
terutamanya kepada dosen pembimbing, dr. Johny Marpaung, Sp. OG, dan
teman-teman yang selalu sedia membantu, sehingga penulis menyampaikan terima kasih
yang teramat kepada semua pihak yang terhormat.
Dengan kerendahan hati, penulis hanya dapat memanjatkan doa kepada Tuhan
yang Maha Esa semoga amal kebaikan Beliau serta Rekan-rekan mendapat imbalan
yang setimpal dan menjadi amalan yang bermanfaat. Karena berbagai keterbatasan,
penulis yakin penelitian ini masih banyak kekeliruan dan kekurangan, maka demi
kelengkapan dan kesempurnaan penelitian ini, penulis meminta dengan sangat
himbauan, kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Sekali lagi, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang sudi
membantu.
Medan, 20 Desember 2011
Penulis,
Too Kai Ying
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN...………...……… i
ABSTRAK………. ii
ABSTRACT……….. iii
KATA PENGANTAR……….. iv
DAFTAR ISI………. v
1.3. Tujuan Penelitian………... 3
1.4. Manfaat Penelitian………. 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA…..……….... 5
2.1. Perdarahan Postpartum……….... 5
2.1.1. Definisi Perdarahan Postpartum……….... 5
2.1.2. Anatomi dan Fisiologi Uterus……….…….. 5
2.1.3. Klasifikasi Perdarahan Postpartum……….…….. 8
2.1.4. Etiologi………. 8
2.1.5. Faktor Resiko……… 11
2.1.6. Fisiologi Pengkontrolan Perdarahan Postpartum……….. 13
2.1.7. Patofisiologi Perdarahan Postpartum….……… 14
2.1.8. Gejala Klinis………..……… 14
2.1.10. Pencegahan………..………… 16
2.2. Paritas……… 17
2.2.1. Definisi dan Pengertian……….. 17
2.2.2. Klasifikasi Paritas ……….. 19
2.3. Mekanisme Terjadinya Perdarahan Postpartum Berhubungan dengan Paritas………..……… 19
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL……….. 21
3.1. Kerangka Konsep Penelitian……….. 21
3.2. Definisi Operasional………... 21
3.2.1. Jumlah Paritas………. 21
3.2.2. Perdarahan Postpartum……… 22
3.2.3. Cara Ukur……… 22
3.2.4. Alat Ukur………. 22
3.2.5. Skala Pengukuran……… 23
3.3. Hipotesa……….. 23
BAB 4 METODE PENELITIAN………... 24
4.1. Rancangan Penelitian……….. 24
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian……….. 24
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian……….. 24
4.4. Metode Pengumpulan Data………. 25
4.5. Metode Analisis Data……….. 25
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 26
5.1. Hasil Penelitian……….. 26
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian……… 26
5.1.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Paritas……… 27
5.1.4. Distribusi Responden Berdasarkan Umur………. 27
5.1.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan…………... 28
5.1.6. Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Bersalin…….. 28
5.1.7. Hasil Analisa Statistik Hubungan Jumlah Paritas dengan Perdarahan Postpartum ……….………..… 29
5.2. Pembahasan……….… 30
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………. 33
6.1. Kesimpulan……… 33
6.2. Saran……….. 33
DAFTAR PUSTAKA……….. 35
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
5.1.
5.2.
5.3.
5.4.
5.5.
Distribusi responden berdasarkan jumlah paritas
Distribusi responden berdasarkan umur
Distribusi responden berdasarkan pendidikan
Distribusi responden berdasarkan tempat bersalin
Hasil Analisa Statistik Hubungan Jumlah Paritas
dengan Perdarahan Postpartum di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik pada Tahun
2009-2010
27
27
28
28
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1. Anatomi Uterus……… 6
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian dari Fakultas
Lampiran 3 Ethical Clearance
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan
Lampiran 5 Status Penelitian Responden
Lampiran 6 Data Responden
ABSTRAK
Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi melebihi 500cc setelah bersalin. Sejak dahulu, penyebab kematian maternal tidak banyak berubah, yaitu perdarahan, keracunan kehamilan, dan sepsis. Selalunya, perdarahan secara masif yang menyebabkan kematian ibu tidak dapat diperkirakan dan terjadi tiba-tiba. Di Indonesia, terbukti masih tingginya angka kematian ibu hamil yang relative tinggi akibat perdarahan postpartum. Oleh itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan jumlah paritas dengan perdarahan postpartum di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2009-2010.
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan menggunakan teknik
Total Sampling dimana sampel diambil dari data rekam medis penderita perdarahan postpartum di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2009-2010. Jumlah data rekam medis ibu hamil yang tidak menderita perdarahan postpartum juga diambil seiras dengan jumlah penderita perdarahan postpartum untuk dijadikan kontrol. Data-data sampel yang dikumpul dianalisa dengan uji Chi-Square.
Pada penelitian ini, dijumpai pada penderita perdarahan postpartum yang jumlah paritasnya ≤ 3 adalah sebanyak 65.0%, sedangkan penderita perdarahan postpartum yang jumlah paritasnya ˃3 adalah sebanyak 35.0%. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara hubungan jumlah paritas dengan perdarahan postpartum di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2009-2010. Ini mungkin karena terdapat banyak faktor lain yang lebih berpotensi untuk memicu kejadian perdarahan postpartum.
Disarankan kepada institusi pendidikan dan praktek kebidanan pelayanan agar memberikan pendidikan kepada ibu hamil, dan memberikan perlatihan secara berkala kepada dokter, petugas kesehatan, terutamanya bidan supaya lebih tahu tentang persalinan yang sehat dan normal supaya dapat mengurangkan resiko perdarahan postpartum.
ABSTRACT
Postpartum hemorrhage is bleeding that occurs more than 500cc after birth. Since last time, the causes of maternal deaths has not changed much, which are bleeding, poisoning pregnancy, and sepsis. Massive bleeding which led to maternal deaths are always unpredictable and occur suddenly. In Indonesia, is proven that high maternal mortality is relatively high due to postpartum hemorrhage. Accordingly, this study aims to analyze the relationship of parity with postpartum hemorrhage at the RSUP H. Adam Malik in the year 2009-2010.
The method of this study is descriptive analytic, using total sampling technique in which samples were
taken from the patient’s medical records, which suffered postpartum hemorrhage at the RSUP H. Adam Malik in the year 2009-2010. The same number of medical records of pregnant women who do not suffer from postpartum hemorrhage were also taken to be used as controls. The collected samples were analyzed with Chi-Square test.
In this study, patients with postpartum hemorrhage with ≤ 3 parity is as much as 65.0%, and 35.0% for patients with ˃ 3 parity. The results showed no significant effect between the relationship of parity with postpartum hemorrhage at the RSUP H. Adam Malik Malik in the year 2009-2010. This shows that maybe many other factors are more likely to trigger the incidence of postpartum hemorrhage.
It is recommended to educational institutions and the practice of midwifery services to provide education to pregnant women, and provide periodic training to doctors, health workers, especially midwives in order to more know about the healthy and normal birth in order to reduce the risk of postpartum hemorrhage.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Perdarahan postpartum, perdarahan setelah lahir, atau post partum hemorrhagic
(PPH) adalah konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta,
trauma di traktus genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya. Perdarahan
postpartum ini mempengaruhi 5-15% ibu dalam proses melahirkan anak (British
Columbia Section, 2006), atau pada masa nifas dalam tempoh 12 minggu setelah
melahirkan anaknya (Cunningham, 2005).
Perdarahan postpartum adalah penyebab utama kematian maternal secara
dunia luas dan merupakan penyebab tunggal kedua kematian utama ibu, peringkat di
belakang preeklampsia atau eklampsia (Mousa dan Walkinshaw, 2001).
Menurut Carroli G. dan teman-temannya di dalam jurnal Best Practice &
Research Clinical Obstetrics & Gynaecology tahun Desember 2008,
prevalensi perdarahan postpartum di dunia
kira-kira sekitar 6% dan 1,86% dari semua kelahiran, masing-masing, dengan variasi yang
luas di seluruh wilayah di dunia.
Meskipun PPH terjadi di mana-mana, risiko kematian ibu dari PPH adalah
seratus kali lebih besar di negara berkembang daripada di negara maju (Geneva,
2010). Di negara maju, perdarahan postpartum menyebabkan 8% dari kematian ibu
maternal dan bisa menyebabkan angka kematian bayi lahir saat kelahiran setinggi
25%. Di beberapa negara, angka kematian bayi tersebut bisa sampai 60% (Yiadom,
2010). Menurut Khan dan teman-temannya (2006) dalam laporan Geneva pada tahun
Asia dan Afrika,
mempertanggungjawabkan untuk 30% atau lebih dari semua kematian ibu
Sejak dahulu, penyebab kematian maternal tidak banyak berubah, yaitu
perdarahan, eklampsia, dan sepsis. Selalunya, perdarahan secara masif yang
menyebabkan kematian ibu tidak dapat diperkirakan dan terjadi tiba-tiba. Di
Indonesia, terbukti masih tingginya angka kematian ibu hamil relative tinggi, yaitu
sekitar 18.000 wanita yang meninggal akibat komplikasi obstetri (10%), perdarahan
(30,77%), pre-eklamsi atau eklamsi (25,8%), infeksi (22,5%), dan lain-lain (11,5%)
(Soefoewan, 2003).
.
Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003,
AKI di Indonesia 307/100.000 kelahiran hidup manakala angka kematian ibu di
Sumatera Utara 379/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2001. Berdasarkan laporan
Depkes tahun 2009 pula, angka kematian ibu di Indonesia 226/100.000 kelahiran
hidup. Penurunan angka kematian ibu di Indonesia masih terlalu lambat untuk
mencapai target yang ingin dicapai pada tahun 2015 diperkirakan 115/100.000
kelahiran hidup.
Penyebab perdarahan postpartum bisa disebabkan banyak faktor seperti atoni
uteri, trauma uteri, tonus uteri, kondisi uteri itu sendiri, dan lain-lain. Faktor yang
paling sering adalah disebabkan atoni uteri. Namun, ada pula faktor predisposisi yang
bisa memicu kepada terjadinya perdarahan postpartum, seperti laserasi jalan lahir,
riwayat persalinan sebelumnya, faktor usia, kadar hemoglobin pada ibu, dan
sebagainya (Cunningham, 2005).
Antaranya, jumlah paritas merupakan salah satu faktor predisposisi perdarahan
postpartum. Adanya fakta yang menarik perhatian penulis tentang faktor predisposisi
ibu yang paritas tinggi lebih cenderung untuk menderita perdarahan
postpartum (Stanford
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang hubungan jumlah paritas dengan perdarahan postpartum. , 2009) .
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan pernyataan
penelitian adalah: Bagaimanakah jumlah paritas mempengaruhi perdarahan
postpartum?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan jumlah paritas
dengan perdarahan postpartum di RSUP H. Adam Malik pada tahun
2009-2010.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan jumlah paritas dengan perdarahan postpartum di RSUP
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk kasus
perdarahan postpartum yang berhubungan dengan jumlah paritas:
1. Supaya tenaga medis bisa mempersiapkan fikiran dan membuat
persediaan terlebih dahulu untuk mengendali kasus pada pada pasien yang
berisiko tinggi untuk mengalami perdarahan postpartum.
2. Meningkatkan kewaspadaan tenaga medis yang menyambut kelahiran
terutamanya doktor, perawat, serta bidan ketika menemui pasien yang
berisiko tinggi.
3. Untuk mengurangi kadar kematian maternal yang disebabkan oleh
perdarahan postpartum dengan persiapan penatalaksanaan yang awal.
4. Peneliti untuk menambah pengetahuan dalam melaksanakan penelitian
terutamanya tentang hubungan jumlah paritas dengan perdarahan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perdarahan Postpartum
2.1.1. Definisi perdarahan postpartum
Definisi, klasifikasi, dan pengobatan perdarahan postpartum hampir tidak
ada perubahan selama 50 tahun terakhir. Perdarahan postpartum
ditetapkan oleh World Health Organization (2002) sebagai kehilangan darah nifas
500 ml atau lebih yang terjadi setelah anak lahir. Perdarahan postpartum juga
didefinisi sebagai pendarahan dari saluran genital yang lebih dari 500
ml setelah melahirkan melalui vagina atau lebih dari 1000ml setelah melahirkan
secara caserean
2.1.2. Anatomi dan Fisiologi Uterus
(Alam, 2007).
Uterus (rahim) berbentuk seperti buah pear yang sedikit gepeng ke arah depan
belakang. Ukurannya sebesar telur ayam kampong dan mempunyai rongga
(Prawirohardjo, 2008). Besarnya rahim berbeda-beda, bergantung pernah melahirkan
anak atau belum (Mochtar, 1998).
Uterus terdiri dari tiga bagian besar, yaitu, fundus uteri yang berada di bagian
uterus proksimal, badan rahim (korpus uteri) yang berbentuk segitiga, dan leher
rahim (serviks uteri) yang berbentuk silinder (Prawirohardjo, 2008). Korpus uteri
adalah bagian terbesar uteri, merupakan 2/3 bagian dari rahim. Pada kehamilan,
bagian ini berfungsi sebagai tempat utama bagi janin untuk berkembang dan hidup
(Cunningham,2005). Serviks uteri terbagi kepada dua bagian, yaitu pars supra vaginal
dan pars vaginal. Saluran yang menghubungkan orifisium uteri internal (oui) dan
serviks. Bagian rahim antara serviks dan korpus disebut isthmus atau segmen bawah
rahim. Bagian ini akan mengalami peregangan dalam proses kehamilan dan
persalinan (Prawirohardjo, 2008).
Dinding rahim secara secara histologiknya terdiri dari 3 lapisan, yaitu lapisan
mukosa (endometrium) di dalam, lapisan otot-otot polos (lapisan miometrium) di
tengah, dan lapisan serosa (lapisan peritoneum) di luar. Lapisan otot-otot polos di
sebelah dalam berbentuk sirkular dan di sebelah luar berbentuk longitudinal. Di
antara kedua lapisan itu terdapat lapisan otot oblik yang berbentuk anyaman. Lapisan
ini paling penting dalam persalinan karena sesudah plasenta lahir, otot lapisan ini
berkontraksi kuat dan menjepit pembuluh-pembuluh darah yang terbuka sehingga
perdarahan berhenti (Prawirohardjo, 2008).
Suplai darah rahim dialiri oleh arteri uterina kiri dan kanan yang terdiri atas
ramus asendens dan ramus desendens. Pembuluh darah ini berasal dari arteria iliaka
interna (arteria Hipogastrika) dan arteria ovarika (Prawirohardjo, 2008). Bagian
endometrium disuplai darah oleh arteriol spiralis dan basalis. Arteriol spiralis yang
memegang peran dalam mensturasi dan member nutrisi kepada janin yang sedang
berkembang dalam uterus (Impey, 2008).
Gambar 2.2. Anatomi dan vaskularisasi uterus
2.1.3. Klasifikasi perdarahan postpartum
Menurut waktu terjadinya perdarahan postpartum dibagi atas dua bagian,
yakni, kehilangan darah yang terjadi dalam 24 jam pertama
setelah melahirkan dikenal sebagai perdarahan postpartum primer
(Mochtar,1998), sedangkan kehilangan darah yang terjadi
antara 24 jam sampai 6 minggu setelah melahirkan disebut perdarahan
postpartum terlambat atau sekunder (Norwitz, 2010). Perdarahan postpartum
Perdarahan postpartum primer bisa terjadi karena atoni uteri, robekan jalan
lahir, retensio plasenta, inversi uteri, ruptura uteri, dan gangguan koagulasi, manakala
perdarahan postpartum sekunder biasanya terjadi akibat sisa plasenta dalam uteri
(Prawirohardjo, 2008)
2.1.4. Etiologi
Adanya banyak faktor yang dapat menyebabkan hemorrhage postpartum.
Antaranya kelainan kontraksi uterus (tone) 70 %, adanya sisa hasil konsepsi (tissue)
10 %, trauma pada jalan lahir (trauma) 20 % dan kelainan koagulasi (thrombin) <
1 % (Khan, 2006).
Pada perdarahan postpartum yang disebabkan kelainan kontraksi uterus atau
kontraksi tonus uteri yang berkurang, hal ini sering terjadi pada kasus atoni
uteri. Uterus yang mengalami distensi mudah menjadi hipotonik sesudah kelahiran.
Dengan demikian wanita dengan janin yang besar (berat janin antara 4500–5000
gram), kehamilan kembar ataupun polihidramnion cenderung mengalami perdarahan
(Cunningham, 2005).
Penyebab utama perdarahan postpartum disebabkan kelainan kontraksi
uteri adalah atonia uteri. Atoni uteri
merupakan kegagalan miometrium untuk berkontraksi dengan baik dan mengecil
sesudah janin keluar dari rahim. Pada keadaaan yang normal, miometrium bisa
berkontraksi sehingga memampatkan pembuluh darah robek dan mengontrol
kehilangan darah sehingga mencegah perdarahan yang cepat dan berbahaya (Stanford,
2009).
Beberapa faktor predisposisi yang dapat mencetuskan terjadinya hipotoni dan
atoni uteri meliputi umur yang terlalu muda atau tua, jumlah paritas yang sering
pada persalinan dengan operasi, persalinan akibat induksi oksitosin, akibat anastesi
umum, infeksi uterus misalnya chorioamnionitis dan endomyometritis, kelainan pada
plasenta seperti pada kasus plasenta previa dan solutio plasenta, riwayat atoni uteri,
dan faktor sosial ekonomi yaitu malnutrisi (Mochtar,1998). Atoni uteri juga dapat
timbul karena salah penanganan kala III persalinan, dengan memijat uterus dan
mendorongnya kebawah dalam usaha melahirkan plasenta, tapi dengan teknik yang
salah (Pritchard, 1991).
Apabila adanya sisa hasil konsepsi seperti yang terjadi pada kasus retensio
plasenta, plasenta acreta dan variasinya, perdarahan postpartum bisa terjadi. Apabila
plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir, hal itu dinamakan retensio
plasenta. Hal ini bisa disebabkan karena plasenta belum lepas dari dinding uterus atau
plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan. Pada penemuan ultrasonografi adanya
massa uterus yang echogenik mendukung diagnosa retensio sisa plasenta dan
perdarahan ini selalu berlaku beberapa jam setelah persalinan ataupun pada
perdarahan postpartum sekunder. Plasenta yang belum lepas dari dinding uterus
disebabkan kontraksi uterus yang kurang kuat untuk melepaskan plasenta dikenali
sebagai plasenta adhesiva sedangkan plasenta yang melekat erat pada dinding uterus
oleh sebab vilis komalis menembus desidua sampai miometrium sampai dibawah
peritoneum diketahui sebagai plasenta akreta–perkreta. Bila plasenta sudah lepas dari
dinding uterus tetapi belum keluar disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk
melahirkan atau karena salah penanganan kala III yang menganggu kontraksi uterus
sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi
keluarnya plasenta dikenali sebagai inkarserasio plasenta (Cunningham, 2005).
Jika pendarahan terjadi meskipun rahim baik kontrak dan
kurangnya jaringan ditahan, maka trauma pada jalan lahir atau trauma
genital dicurigai (Stanford, 2009). Pada trauma atau laserasi jalan lahir bisa terjadi
menimbulkan perdarahan yang banyak apabila tidak segera diatasi. Laserasi jalan
lahir biasanya terjadi karena persalinan secara operasi termasuk seksio sesaria,
episiotomi, pimpinan persalinan yang salah dalam kala uri, persalinan pervaginam
dengan bayi besar, dan terminasi kehamilan dengan vacuum atau forcep dengan cara
yang tidak benar. Keadaan ini juga bisa terjadi secara spontan akibat ruptur uterus,
inversi uterus, perlukaan jalan lahir, dan vaginal hematom. Laserasi pembuluh darah
dibawah mukosa vagina dan vulva akan menyebabkan hematom. Perdarahan akan
tersamarkan dan dapat menjadi berbahaya karena tidak akan terdeteksi selama
beberapa jam dan bisa menyebabkan terjadinya syok. Hematoma biasanya terdapat
pada daerah-daerah yang mengalami laserasi atau pada daerah jahitan perineum.
Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan jika mengenai arteri atau
vena yang besar, episitomi luas, ada penundaan antara episitomi dan persalinan, atau
ada penundaan antara persalinan dan perbaikan episitomi (Cunningham, 2005).
Manakala pada perdarahan postpartum yang disebabkan kelainan pembekuan
darah, gejala-gejala kelainan pembekuan darah bisa berupa penyakit keturunan
ataupun didapat. Kelainan pembekuan darah bisa berupa hipofibrinogenemia,
trombocitopenia, thrombocytopenic purpura idiopatik, sindroma HELLP yang adanya
hemolisis, enzim hati yang meningkat serta kadar trombosit yang rendah,
disseminated intravaskuler coagulation (DIC), dan dilutional coagulopathy yang bisa
terjadi pada transfusi darah lebih dari 8 unit karena darah donor biasanya tidak segar
sehingga komponen fibrin dan trombosit sudah rusak. Perdarahan postpartum juga
bisa sebagai akibat kegagalan koagulasi seperti eklampsia berat, perdarahan antepartu
m, cairan ketuban embolus, kematian janin intrauterine atau sepsis (Stanford
2.1.5. Faktor Resiko
, 2009).
Riwayat perdarahan postpartum pada persalinan sebelumnya merupakan
menyebabkan terjadinya perdarahan postpartum meliputi penggunaan anestesi umum,
rahim yang distensi
berlebihan terutama dari kehamilan multipel, janin besar, atau polihidramnion, persali
nan lama, persalinan yang terlalu
cepat, penggunaan oksitosin untuk induksi persalinan, paritas tinggi terutamanya
grande multipara, chorioamnionitis, atau riwayat atoni pada kehamilan sebelumnya
Faktor resiko utama yang mempengaruhi perdarahan postpartum menurut
Sarwono (2000) adalah seperti faktor usia, gravida, paritas, jarak antara kelahiran,
antenatal care, dan kadar hemoglobin.
(Cunningham, 2005).
Usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 18-35 tahun, karena pada
usia tersebut rahim sudah siap untuk menghadapi kehamilan, mentalnya sudah
matang, dan sudah mampu merawat bayi dan dirinya. Kematian maternal pada wanita
hamil dan melahirkan pada usia kurang dari usia 18 dan lebih dari 35 tahun ternyata 2
sampai 5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 18-35
tahun (Sarwono, 2001). Pada ibu yang usianya kurang dari 18 tahun, secara fisik dan
mentalnya belum siap lagi untuk menghadapi kehamilan dan pesalinan. Selain itu,
rahim dan panggul ibu belum berkembang dengan sempurna sehingga perlu
diwaspada terhadap gangguan kehamilan. Sebaliknya pada ibu yang berusia lebih
dari 35 tahun, mereka cenderung untuk mengalami komplikasi persalinan (Dep. Kes.
RI, 2001).
Ibu-ibu dengan kehamilan lebih dari 1 kali mempunyai risiko lebih tinggi
terhadap terjadinya perdarahan postpartum dibandingkan dengan ibu-ibu yang
termasuk golongan primigravida. Hal ini dikarenakan fungsi reproduksi mengalami
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut perdarahan
postpartum yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Paritas lebih dari atau
sama dengan 4 mempunyai resiko besar untuk terjadinya perdarahan postpartum
karena pada multipara otot uterus sering diregangkan sehingga dindingnya menipis
dan kontraksinya menjadi lebih lemah (Pernoll, 1991).
Selain itu, pada jarak kelahiran yang terlalu rapat (< 2 tahun) akan
mengakibatkan kontraksi uterus menjadi kurang baik dan kesehatan ibu mundur
secara progressive. Hal ini menyebabkan angka kejadian perdarahan postpartum
lebih tinggi. Selama kehamilan berikutnya dibutuhkan 2-4 tahun agar kondisi tubuh
ibu kembali seperti kondisi sebelumnya (Omrn, 1992).
Seterusnya, pemeriksaan antenatal yang baik dan tersedianya fasilitas rujukan
bagi kasus risiko tinggi terutama perdarahan yang selalu mungkin terjadi setelah
persalinan, mengakibatkan kematian maternal dapat diturunkan. Hal ini disebabkan
karena dengan adanya antenatal care tanda-tanda dini perdarahan yang berlebihan
dapat dideteksi dan ditanggulangi dengan cepat (Ferrer, 2001).
Akhirnya, anemia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan penurunan nilai
hemoglobin di bawah nilai normal, jika kadar hemoglobin kurang dari 8gr%.
Kekurangan hemoglobin dalam darah dapat menyebabkan komplikasi lebih serius
bagi ibu baik dalam kehamilan, persalinan, dan nifas yaitu dapat mengakibatkan salah
satunya adalah perdarahan postpartum karena atoni uteri (Cunningham, 2005).
2.1.6. Fisiologi Pengkontrolan Perdarahan Postpartum
Secara fisiologis, terdapat mekanisme kontraksi dan retraksi dari
serat-serat miometrium sekitar arteri spiral bagian maternal plasenta yang
menkontrol perdarahan postpartum. Mekanisme ini akan
pembuluh-2.1.7. Patofisiologi Perdarahan Postpartum
Perdarahan berasal dari tempat plasenta, bila tonus uterus tidak ada, kontraksi
uterus lemah, maka anteri-arteri spiral yang seharusnya tertutup akibat kontraksi
uterus tetap terbuka. Darah akan terus mengalir melalui bekas melekatnya plasenta ke
cavum uteri dan seterusnya keluar pervaginam (El-Refaey, 2003).
Setelah kelahiran anak, otot-otot rahim terus berkontraksi dan plasenta mulai
memisahkan diri dari dinding rahim selama jangka waktu tersebut. Jumlah darah
yang hilang tergantung pada berapa cepat hal ini terjadi. Biasanya, persalinan kala III
berlangsung selama 5-15 menit. Bila lewat dari 30 menit, maka persalinan kala III
dianggap lama (DepKes RI, 2004). Perdarahan postpartum bisa terjadi karena
kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta atau karena plasenta melekat
terlalu erat pada dinding uterus (Hakimi, 2003).
2.1.8. Gejala Klinis
Kehilangan darah biasanya terlihat pada pembukaan vaginal dan ini terutama
berlaku setelah plasenta dikeluarkan. Salah satu presentasi biasa adalah
pendarahan vagina berat yang cepat dan seterusnya menyebabkan tanda
dan gejala shock hipovolemik. Namun, sejumlah
darah dapat dipertahankan dalam rahim di belakang selaput plasenta jika sebagian
plasenta tetap di situ (Stanford
Selain itu, harus juga berhati-hati dengan perdarahan yang terus-menerus
selama beberapa jam dan jumlahnya tampak sedang. Akhirnya, ini bisa terjadi
Menurut Prawiroharjo (2002) perdarahan post partum bisa menyebabkan
perubahaan tanda vital seperti pasien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin,
menggigil, tekanan darah sistolik <90 mmHg, nadi >100x/menit, kadar Hb <8 gr%.
Ini terutamanya terjadi pada pendarahan yang tidak jelas.
2.1.9. Diagnosis dan Pemeriksaan
Namun begitu, nilai
tanda-tanda vital tersebut kadang-kadang bisa menyesatkan karena mempunyai bacaan yang
normal (McCoy, 2010). Oleh itu, harus berhati-hati supaya tidak timbulnya
hipovolemia yang berat pad pasien (Pritchard, 1991).
Pada setiap perdarahan postpartum harus dicari apa penyebabnya. Untuk
menentukan etiologi dari perdarahan postpartum diperlukan pemeriksaan lengkap
yang meliputi anamnesis, pemeriksaan umum, pemeriksaan abdomen dan
pemeriksaan dalam (Wiknjosastro, 2002).
Kadang-kadang perdarahan yang terjadi tidak keluar dari vagina, tetapi
menumpuk di vagina dan di dalam uterus. Keadaan ini biasanya diketahui karena
adanya kenaikan fundus uteri setelah uri keluar (Cunningham, 2005). Tinggi fundus
uteri yang normal harusnya berada pada atau di bawah umbilikus. Tinggi fundus uteri
dapat dikenalpastikan dengan melakukan palpasi abdomen (Alam, 2007).
Pada perdarahan akibat atonia uteri terjadi kegagalan kontraksi uterus,
sehingga uterus didapatkan membesar dan lembek pada palpasi (Wiknjosastro, 2002).
Sedangkan pada laserasi jalan lahir, uterus tetap berkontraksi dengan baik sehingga
pada palpasi teraba uterus yang keras setelah uri keluar dengan sempurna. Darah
berwarna merah kehitaman dijumpai pada kasusu atoni uteri manakala darah warna
merah terang akan dijumpai pada laserasi jalan lahir (Cunningham, 2005).
Pada pemeriksaan dalam dilakukan eksplorasi vagina, uterus dan pemeriksaan
laboratorium juga bisa dilakukan untuk periksa darah, Hb, clot observation test (COT)
untuk mengetahui apakah adanya kelainan darah pada ibu (Mochtar,1998).
Setelah membuat diagnosis perdarahan postpartum, perlu diperhatikan adanya
perdarahan yang menimbulkan hipotensi dan anemia. Apabila hal ini dibiarkan
berlangsung terus, pasien akan jatuh dalam keadaan syok. Selain itu, perdarahan
postpartum tidak hanya terjadi pada mereka yang mempunyai predisposisi, tetapi
pada setiap persalinan. Karena itu, adalah penting sekali untuk melakukan
pengukuran kadar darah secara rutin, serta pengawasan tekanan darah, nadi,
pernafasan ibu dan periksa juga kontraksi uterus dan perdarahan selama 1 jam pada
setiap ibu (Mochtar,1998).
2.1.10. Pencegahan
Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah
dimulai sejak ibu hamil dengan melakukan antenatal care yang baik. Ibu-ibu yang
mempunyai perdisposisi atau riwayat perdarahan postpartum sangat dianjurkan untuk
bersalin di rumah sakit (Mochtar, 1998).
WHO (2007)
merekomendasikan manajemen aktif kala III persalinan (AMTSL) dengan uterotonik
seperti obat ergometrine, oksitosin, dan prostaglandin
yang menyebabkan rahim berkontraksi dengan lebih baik untuk
mencegah dan, atau menghentikan perdarahan yang berlebihan. Berikan oksitosin 10
unit secara IM setelah bayi lahir dan 0,2 unit ergometrin setelah plasenta lahir. Jangan
memijat dan mendorong uterus ke bawah sebelum plasenta lepas (Mansjoer, 2001).
Obat pilihan utama adalah oksitosin kerena
sangat efektif, memiliki profil keamanan yang sangat
baik, dan bebas dari efek samping
oni uterus dan merupakan bukti intervensi berbasis biaya layak dan rendah (Stanford,
2009). Namun penggunaan oksitosin terbatas karena kurangnya profesional kesehatan
untuk mengelola suntik (Tsu dan Shane, 2004).
Oleh itu, faktor resiko perdarahan postpartum harus diidentifikasi dan
persiapan sebelum hamil dilakukan (Prawirohardjo, 2008). Namun perdarahan yang
signifikan mengancam jiwa dapat terjadi pada tidak
adanya faktor risiko dan tanpa peringatan. Semua perawat dan fasilitas yang terlibat
dalam perawatan ibu harus memiliki rencana yang
jelas untuk pencegahan dan pengelolaan PPH. Ini
termasuk keterampilan resusitasi dan keakraban dengan semua terapi medis dan beda
h tersedia (Stanford
2.2. Paritas
, 2009).
2.2.1. Definisi dan Pengertian
Menurut Nursalam (2003), paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan
oleh seorang ibu. Namun, Cunningham dan teman-temannya (2005) mengatakan
bahawa paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu
hidup diluar rahim dengan usia kehamilan 20 minggu, bukan jumlah janin yang
dilahirkan. Paritas tidak lebih tinggi bila yang dilahirkan janin tunggal, kembar
multiple, dan tidak lebih kecil bila janin atau janin-janin yang dilahirkan telah mati
(stillborn) (Cunningham, 2005).
Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup
atau bayi viable (Mochtar, 1998). Nullipara adalah wanita yang belum pernah
melahirkan bayi viable karena belum pernah mengakhiri suatu kehamilan yang lebih
dari 20 minggu. Bisa terjadi bila dia pernah atau belum pernah mengalami hamil dan
pada saat dilahirkan (Cunningham, 2005). Menurut kamus Oxford Concise Medical
Dictionary (2007) multipara diertikan sebagai seorang wanita yang telah hamil dua
kali atau lebih yang menghasilkan anak yang hidup, manakala grandemultipara pula
adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih.
Gravida adalah seorang wanita sedang atau telah hamil tanpa memandang
hasil akhir kehamilannya. Dengan adanya kehamilan pertama maka dia primigravida,
dan dengan kehamilan berikutnya, maka dia adalah multigravida. Manakala
nulligravida adalah seorang wanita yang saat ini tidak atau belum pernah hamil
(Cunningham, 2005).
2.2.2. Klasifikasi Paritas
Ditinjau dari tingkatannya paritas dikelompokkan menjadi tiga antara lain,
yakni, paritas rendah yang meliputi nullipara dan primipara; paritas sedang atau
multipara yang digolongkan pada hamil dan bersalin dua sampai empat kali; paritas
tinggi atau grandemulti adalah ibu hamil dan melahirkan 5 kali atau lebih. Pada
paritas sedang, sudah masuk kategori rawan terutama pada kasus-kasus obstetrik
yang jelek, serta interval kehamilan yang terlalu dekat kurang dari 2 tahun. Paritas
tinggi merupakan paritas rawan oleh karena paritas tinggi banyak kejadian-kejadian
obstetri patologi yang bersumber pada paritas tinggi, antara lain plasenta previa,
perdarahan postpartum, dan lebih memungkinkan lagi terjadinya atonia uteri
(Winkjosastro, 2002)
2.3. Mekanisme terjadinya perdarahan postpartum berhubungan dengan paritas
Dikatakan bahwa terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas
rendah lebih baik dari yang berparitas tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi juga
2009), morbiditas dan mortalitas akan meningkat pada persalinan yang berkenaan
dengan parut uterus karena adanya peningkatan kejadian dehisens parut uterus dan
uterus ruptur. Keadaan ini akan memicu terjadinya perdarahan postpartum
(Prawirohardjo, 2008). Kalau terbentuknya fibrosis otot-otot uterus, maka adanya
gangguan fungsional atau anatomi pada uterus tersebut dan menyebabkan uterus tidak
bisa berkontraksi dengan baik dan adekuat selepas janin keluar sehingga
menyebabkan perdarahan postpartum (British Columbia Section, 2006).
Selain itu, ibu yang berparitas tinggi selalu usianya lebih tua.
Selain itu, wanita dengan paritas tinggi mempunyai resiko perdarahan
postpartum yang lebih besar akibat atonia uteri, uteri inversi dan sisi konsepsi yang
tertinggal dalam uterus. Hal ini terjadi karena tonus kontraksi uterus yang lebih
rendah dan tidak cukup kuat. Kalau terjadinya atoni uteri, juga berkemungkinan
adanya bekuan darah dalam uterus. Ini menyebabkan miometrium gagal berkontraksi
secara menyeluruh untuk memampatkan pembuluh darah yang robek sehingga
mencegah perdarahan yang lanjut (Cunningham, 2005).
Pada ibu yang
umurnya melebihi 35 tahun, resiko kehamilan dan persalinan adalah lebih tinggi
dikarenakan alat-alat reproduksi mulai terjadi penuaan dan degenerasi sehingga
terjadi penurunan fungsi yang dapat menyebabkan gangguan dalam kehamilan dan
persalinan. Organ–organnya mulai kendor dan kaku, maka terjadi regresi atau
kemunduran sehingga sangat berpengaruh pada penerimaan kehamilan dan proses
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini
adalah:
Variabel Independen Variabel Dependen
3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Jumlah Paritas
Jumlah paritas adalah jumlah persalinan pada ibu yang menderita
perdarahan postpartum di RSUP H. Adam Malik.
Kategori untuk pengukuran paritas dibagi kepada dua, yaitu satu
kategori yang paritasnya ≤ 3, dan satu kategori lagi yang paritasnya > 3.
3.2.2. Perdarahan Postpartum
- Umur
- Pendidikan
- Tempat bersalin
Perdarahan postpartum adalah kondisi ibu hamil yang dinilai dengan
adanya kehilangan darah nifas
Kategori untuk pengukuran perdarahan postpartum boleh dibagi
kepada dua, yaitu satu kategori ibu hamil yang menderita perdarahan
postpartum setelah malahirkan, dan satu kategori ibu hamil dengan normal,
yaitu tidak terjadi perdarahan postpartum.
500 ml atau lebih yang terjadi setelah anak
lahir.
3.2.3. Cara Ukur
Cara ukur yang digunakan untuk menyiapkan penelitian ini adalah
dengan menggunakan cara observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan
pada rekam medis.
3.2.4. Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan adalah rekam medis. Data diperoleh melalui
pembacaan data rekam medis subjek penelitian.
Menurut Gemala Hatta, rekam medis merupakan kumpulan fakta
tentang kehidupan seseorang dan riwayat penyakitnya, termasuk keadaan
sakit, pengobatan saat ini dan saat lampau yang ditulis oleb para praktisi
kesehatan dalam upaya mereka memberikan pelayanan kesehatan kepada
pasien.
Isi rekam medis merupakan catatan keadaan tubuh dan kesehatan,
termasuk data medis dan data tentang identitas seorang pasien. Yang termasuk
data medis atau data klinis adalah segala data tentang riwayat penyakit, hasil
sosiologis atau data non-medis merupakan segala data lain yang tidak
berkaitan langsung dengan data medis, seperti data identitas, data sosial
ekonomi, alamat, dan lain-lain.
3.2.5. Skala Pengukuran
Skala pengukuran pada penelitian ini adalah skala nominal.
3.3. Hipotesa
Ada hubungan antara jumlah paritas dengan perdarahan postpartum
BAB 4
METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian bersifat deskriptif analitik dengan desain
penelitian cross sectional, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan jumlah paritas
dengan perdarahan postpartum pada ibu hamil di RSUP H. Adam Malik Medan tahun
2009-2010.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP. H. Adam Malik Medan. Waktu penelitian
dilaksanakan dari bulan Agustus – September 2011.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin yang datang ke RSUP
H. Adam Malik Medan pada tahun 2009-2010.
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang mengalami perdarahan
postpartum dengan menggunakan teknik total sampling yaitu pengambilan semua
sampel yang memenuhi kiteria yang diperlukan dalam penelitian.
Yang termasuk dalam kiteria inklusi sampel penelitian ini adalah semua
penderita perdarahan postpartum yang datang berobat di RSUP H. Adam Malik
Medan pada tahun 2009-2010 yang tercatat jumlah paritas dalam rekam medisnya.
Manakala untuk kriteria eksklusi, adalah penderita postpartum yang tidak
4.4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang
diperoleh dari rekam medis pasien penderita perdarahan postpartum di RSUP H.
Adam Malik Medan.
4.5. Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan program SPSS for
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan yang berlokasi di
Jalan Bunga Lau no. 17, kelurahan Kemenangan Tani, kecamatan Medan Tuntungan.
Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No.
355/ Menkes/ SK/ VII/ 1990 untuk daerah Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan
Riau. Selain itu, rumah sakit ini juga merupakan rumah sakit pendidikan bagi
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991 tanggal 6 September 1991.
Rumah sakit ini memiliki instalasi rekam medik di lantai satu dan merupakan
tempat pengambilan data dalam penelitian ini.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Dari data rekam medis di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2009-2010,
jumlah responden yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 40 orang
dengan karakteristik yang akan dibahas selanjutnya.
Antara 40 orang responden tersebut terdiri daripada 20 orang yang menderita
perdarahan postpartum dikelompokkan sebagai kasus penelitian, dan 20 orang yang
5.1.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Paritas
Tabel 5.1. Distribusi responden berdasarkan jumlah paritas
Jumlah Paritas Frekuensi (n) Persentase (%) ≤ 3
Berdasarkan tabel 5.1., sebanyak 28 orang (70.0%) yang jumlah paritasnya ≤3, dan sebanyak 12 orang (30.0%) yang jumlah paritasnya ˃ 3.
5.1.4. Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Table 5.2. Distribusi responden berdasarkan umur
Umur Kasus Kontrol Total
n % n % n %
≤ 35 15 75.0 16 80.0 31 77.5
˃ 35 5 25.0 4 20.0 9 22.5
Jumlah 20 100.0 20 100.0 40 100.0
Berdasarkan tabel 5.2., untuk responden dalam kelompok kasus, kelompok
umur yang ≤ 35 adalah sebanyak 15 orang (75.0%), dan kelompok umur yang ˃ 35
adalah sebanyak 5 orang (25.0%). Manakala untuk responden dalam kelompok
kontrol, kelompok umur yang ≤ 35 adalah sebanyak 16 orang (80.0%), dan kelompok
umur yang ˃ 35 adalah sebanyak 4 orang (20.0%).
Secara keseluruhannya, kelompok umur yang ≤ 35 adalah sebanyak 31 orang
5.1.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan
Table 5.3. Distribusi responden berdasarkan pendidikan
Pendidikan Kasus Kontrol Total
n % n % n %
SMP ke bawah 12 60.0 7 35.0 19 47.5
SMA ke atas 8 40.0 13 65.0 21 52.5
Total 20 100.0 20 100.0 40 100.0
Berdasarkan tabel 5.3., dalam kelompok kasus, terdapat 12 orang (60.0%)
yang tingkat pendidikannya SMP ke bawah, dan 8 orang (40.0%) yang tingkat
pendidikannya SMA ke atas. Manakala dalam kelompok kontrol, terdapat 7 orang
(35.0%) yang tingkat pendidikannya SMP ke bawah, dan 13 orang (65.0%) yang
tingkat pendidikannya SMA ke atas.
Secara keseluruhannya, terdapat 19 orang (47.5%) yang tingkat
pendidikannya SMP ke bawah, dan 21 orang (52.5%) yang tingkat pendidikannya
SMA ke atas.
5.1.6. Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Bersalin
Table 5.4. Distribusi responden berdasarkan tempat bersalin
Tempat bersalin Kasus Kontrol Total
n % n % n %
Lahir di rumah sakit 14 70.0 20 100.0 34 85.0
Lahir di bidan 6 30.0 0 0.0 6 15.0
Total 20 100.0 20 100.0 40 100.0
Berdasarkan tabel 5.4., dalam kelompok kasus, terdapat 14 orang (70.0%)
yang lahir di rumah sakit, dan 6 orang (30.0%) yang lahir di bidan. Manakala dalam
Secara keseluruhannya, terdapat sebanyak 34 orang (85.0%) yang bersalin di
rumah sakit, dan sebanyak 6 orang (15.0%) yang bersalin di bidan.
5.1.7. Hasil Analisa Statistik Jumlah Paritas dengan Perdarahan Postpartum
Pada tabel 5.5., terdapat 20 responden yang menderita perdarahan postpartum
yang dikelompokkan sebagai kasus dan 20 responden yang bersalin dengan normal
dikelompokkan sebagai kontrol.
Table 5.5. Hasil Analisa Statistik Hubungan Jumlah Paritas dengan Perdarahan Postpartum di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik pada Tahun 2009-2010
Pada penelitian ini, dijumpai penderita perdarahan postpartum yang jumlah
paritasnya ≤ 3 adalah sebanyak 13 orang ( 65.0%), sedangkan penderita perdarahan
postpartum yang jumlah paritasnya ˃ 3 adalah sebanyak 7 orang ( 35.0%). Pada
responden yang digunakan sebagai kontrol, terdapat 15 orang (70.0%) yang jumlah
paritasnya ≤ 3, dan 5 orang (30.0%) yang jumlah paritasnya ˃ 3. Jumlah
Paritas
Kasus Kontrol Jumlah
n % n % n %
≤ 3 13 65.0 15 70.0 28 70.0
˃ 3 7 35.0 5 30.0 12 30.0
5.2. Pembahasan
Berdasarkan data yang terkumpul dari RSUP H. Adam Malik yang
ditunjukkan pada tabel 5.5. dapat dilihat bahwa lebih banyak responden yang
menderita perdarahan postpartum mempunyai jumlah paritas yang ≤3. Berdasarkan
jumlah paritasnya, pada penderita perdarahan postpartum, 65.0% mempunyai jumlah
paritas ≤ 3, dan 35.0% mempunyai jumlah paritas ˃ 3. Sedangkan pada responden
yang tidak menderita perdarahan postpartum, 70.0% mempunyai jumlah paritas ≤ 3,
dan 30.0% mempunyai jumlah paritas ˃ 3.
Pada hasil uji statistik Chi-Square diperoleh p-value ˃ 0,05 (nilai signifikansi
adalah 0,490), menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara jumlah
paritas dengan perdarahan postpartum di RSUP H. Adam Malik pada tahun
2009-2010.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelum ini, kejadian
perdarahan postpartum lebih banyak terjadi pada ibu yang jumlah paritasnya > 3.
Paritas tinggi akan mengakibatkan terbentuknya jaringan parut rahim dan fibrosis
otot-otot uterus dan akan memicu terjadinya perdarahan postpartum disebabkan
Setelah membuat penelitian ini, dapat diketahui bahwa kejadian perdarahan
postpartum merupakan kasus yang multifaktorial dan bukan satu faktor sahaja yang
akan memicu kejadiannya. Seperti pada penelitian ini, bukan karena faktor jumlah
paritas sahaja yang akan menyebabkan kejadian perdarahan postpartum. Mungkin
terdapat faktor-faktor lain yang akan mengambil peran yang lebih penting yang telah
dibahas sebelumnya, seperti
adanya gangguan fungsional atau anatomi pada uterus tersebut dan menyebabkan
uterus tidak bisa berkontraksi dengan baik dan adekuat selepas janin keluar sehingga
menyebabkan perdarahan postpartum (British Columbia Section, 2006).
konsepsi (tissue), trauma pada jalan lahir (trauma), dan kelainan koagulasi (thrombin)
(Khan, 2006).
Hasil penelitian ini bisa terjadi mungkin karena jumlah responden perdarahan
postpartum yang kurang di rumah sakit tersebut. Keadaan ini menyebabkan kurang
variasi pada karekteristik persalinan responden sehingga tidak mendapat perbedaan
yang signifikan antara faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian perdarahan
postpartum.
Pada hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel 5.3., kejadian perdarahan
postpartum lebih banyak pada responden yang tingkat pendidikannya SMP ke bawah,
yaitu sebanyak 60.0% pada kalangan responden yang menderita perdarahan
postpartum. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka diharapkan informasi
dan pengetahuan yang diperoleh banyak, sehingga perilakunya juga makin baik.
Tingkat pendidikan ini mungkin sehubungan dengan kesehatan ibu, karena ibu yang
berpendidikan rendah ( SMP ke bawah ) cenderung untuk menikah pada umur lebih
muda, kurang mengikuti keluarga berencana, bersalin di bidan dan kurang
memperhatikan kesehatan dibanding dengan ibu yang berpendidikan lebih tinggi.
Hal-hal ini mungkin meningkatkan faktor resiko untuk menderita perdarahan
postpartum.
Pada penelitian, perdarahan postpartum akibat lahir di bidan terjadi sebanyak
30% pada kalangan responden yang menderita perdarahan postpartum. Ini mungkin
karena bidan yang bertanggungjawab untuk membantu proses persalinan tersebut
tidak mempunyai pengetahuan medis yang cukup, serta pengalaman dan teknik yang
cukup baik untuk menangani kejadian perdarahan postpartum yang terjadi pada
pasiennya. Langkah pencegahan perdarahan postpartum mungkin juga tidak
dilakukan dengan baik sehingga terjadinya atoni uteri atau terdapat sisa plasenta yang
tertinggal dalam uterus sehingga terjadinya kejadian perdarahan postpartum. Selain
persalinan oleh bidan karena tanpa dijahit. Keadaan ini terjadi mungkin karena pada
tempat lahir bidan tidak terdapat fasilitas yang baik dan tidak mempunyai kecakapan
yang sewajarnya untuk menghentikan darah sehingga terdapat rujukan kasus-kasus
perdarahan postpartum ke RSUP H. Adam Malik dari bidan. Pada persalinan di
rumah sakit yang terdapat fasilitas lebih lengkap dan bantuan persalinan yang lebih
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan dan
saran mengenai hubungan jumlah paritas dengan perdarahan postpartum di RSUP H.
Adam Malik pada tahun 2009-2010.
6.1. Kesimpulan
Hasil penelitian berdasarkan analisis Uji Chi-Square menunjukkan tidak
terdapat pengaruh yang signifikan di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2009-2010.
6.2. Saran
6.2.1. Bagi Peneliti Seterusnya
Diharapkan pada masa depan, peneliti melakukan penelitian tentang kasus
perdarahan postpartum di tempat yang lebih tinggi insidensi kasusnya supaya
mendapat lebih banyak dan lebih variasi karakteristik kasus, seperti di rumah sakit
bersalin, bukan di rumah sakit pusat yang selalunya menerima rujukan kasus dari luar.
6.2.2. Bagi Yang Mencatat Rekam Medis
Diharapkan akan mencatat rekam medis dengan lebih jelas, rapi dan lengkap
supaya informasi yang ingin digali peneliti dapat dibaca dengan mudah dan sempurna.
6.2.3. Bagi Institusi Pendidikan
Pendidikan tentang kesehatan ibu dalam kehamilan terhadap masyarakat,
terutamanya ibu harus lebih ditingkatkan lagi bukan saja dalam hal teori, malah juga
6.2.2. Bagi Praktek Kebidanan Pelayanan
Diharapkan agar memberikan perlatihan secara berkala kepada dokter,
petugas kesehatan, terutamanya bidan untuk mengikuti pelatihan asuhan persalinan
normal yang terbaru supaya akan meningkatkan kemampuan dan kecakapan dalam
memberikan pertolongan persalinan yang lebih terlatih dan aman sebagai usaha untuk
DAFTAR PUSTAKA
Alam, N., Panay, N., Dutta, R., Ryan, A., Broadbent, M., 2007. Crash Course: Obstetrics and Gynecology. Rev. ed. UK: Mosby Elsevier.
British Columbia Section, 2006. Postpartum Hemorrhage. Available from:
Carroli, G., Cuesta, C., Abalos, E., Gulmezoglu, A.M., 2008. Epidemiology of Postpartum Haemorrhage: A Systematic Review. Best Practice & Research Clinical
Cunningham, F.G., Leveno, K.J., Bloom, S.L., Hauth, J.C., Gilstrap, L.C., Wenstrom,
Obstetrics & Gynaecology, 22(6): 999-1012.
K.D., 2005. Williams Obstetrics. 22 th
DepKes RI, 2004. Asuhan Persalinan Normal, Jakarta.
ed. USA: McGraw-Hill Companies.
---, 2009. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008. Jakarta
El-Refaey, H., Rodeck, C., 2003. Post-partum Haemorrhage: Definitions, Medical and Surgical Management. A Time for Change.British Medical Bulletin, 67 (1): 205-217.
Farrer, H., 2001. Perawatan Maternitas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Geneva, 2010. Proposal for the Inclusion of Misoprostol in the Who Model List of Essential Medicines. USA. Available from:
Hakimi, M., 2003. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yayasan Medika. Jakarta.
Impey, L., Child, T., 2008. Obstetrics and Gynaecology. 3rd Publishing.
ed. UK: Blackwell
Mansjoer, A., 2001. Kapita Selekta Kedokteran. 3rd Kedokteran EGC.
ed. Jakarta: Penerbit Buku
Manuaba, I.B.G., 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC; Jakarta.
McCoy, K., 2010. Postpartum Hemorrhage: Obestetric hemorrhage. NYU Langone Medical Center. New York. Available
from 10 April 2011].
Mochtar, R., 1998. Sinopsis Obstetri. 2nd
Mousa, H., Walkinshaw, S., 2001. Major Postpartum Haemorrhage. Current Opinion
ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
in Obstetrics and Gynecology, 13: 595-603
Norwitz, E.R., Belfort, M., Saade, G.R., Miller, H., 2010. Obstetric Clinical Algorithms: Management and Evidence. 1st
Notoatmodjo, S., 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Edisi revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
ed. UK: Blackwell Publishing.
Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan (pedoman skripsi, tesis, dan intrumen penelitian). Jakarta: Media Salemba.
Omrn, A.R., 1992. Health Aspect of Family Planning the Evidence. Dalam High Risk Mother and New Born: Dections, Management and Prevention, Switzerland.
Parnoll, M., 1991. Current Obstetrics and Ginekology Diagnosis and Treatment. 7 ed. A Large Medial Book. Prentice. Hal International, Inc UsA.
Prawirohardjo, S., 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
---, 2008. Ilmu Kebidanan. 4th Prawirohardjo.
ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Saifuddin, A.B., 2002. Buku Panduan Praktis Perlayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta.
Sastroasmoro, S., Ismael, S., 2010. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. 3rd Jakarta: Sagung Seto.
ed.
Soefoewan, 2003. Majalah Obstetri Ginekologi, 27. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
Stanford, J., 2009.
Referral Hospital in 2008. The Dar-es-salaam Medical Students’ Journal.
Available fro
Post Partum Haemorhage among Women Delivered At Mbeya
[Accessed 3 March 2011].
Tsu, V.D., Shane, B., 2004. New and Underutilized Technologies to Reduce Maternal Mortality: Call to Action from A Bellagio Workshop. International Journal of Gynecology & Obstetrics, 85(1): S83-S93.
WHO, 2002. Modul Hemoragi Pospartum. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wiknjosastro, H., 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Yiadom, M.Y.A.B., 2010. Postpartum Hemorrhage in Emergency Medicine. Medscape Reference. Available
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Too Kai Ying
Tempat/Tanggal Lahir : Kuala Lumpur, Malaysia/ 27 Mei 1989
Agama : Budha
Alamat : Jl. Dr. Mansyur, No.3A, 20155 Medan.
Riwayat Pendidikan :
1. Sekolah Jenis Kebangsaan (C) Yu Hua, Selangor 1996 - 2001
2. Sekolah Menengah Jenis Kebangsaan Yu Hua, Selangor 2002 – 2004
3. Sekolah Menengah Persendirian Kuen Cheng, Kuala Lumpur 2005
3. Sekolah Menengah Persendirian Chong Hwa, Kuala Lumpur 2006 - 2007
Riwayat pelatihan :
1. Advanced Cardiopulmonary Resuscitation TBM PEMA FK USU 2010
2. Seminar and Workshop Basic Life Support and Traumatology TBM PEMA
FK USU 2011
Riwayat Organisasi :
1. Anggota PMUSU
Status penelitian responden
No. rekam medis:
Identitas pasien
Nama:
Umur: ≤35 >35
Alamat:
Perkerjaan:
Tingkat pendidikan terakhir:
Riwayat persalinan
Jumlah paritas:
Apakah menderita PPH: Ya Tidak
Jika ya, apa penyebabnya:
Jarak kelahiran:
Tempat lahir bayi: Rumah Sakit Bidan Lain-lain
Kadar Hb:
Riwayat persalinan dahulu:
Riwayat antenatal care:
Lampiran 6
Data responden penelitan yang menderita perdarahan postpartum (kasus penelitian)
Lampiran 7
Data output hasil analisa SPSS:
Tabel 5.1. Distribusi responden berdasarkan jumlah paritas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <=3 28 70.0 70.0 70.0
>3 12 30.0 30.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
Table 5.2. Distribusi responden kelompok kasus berdasarkan umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <=35 15 75.0 75.0 75.0
>35 5 25.0 25.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Table 5.2. Distribusi responden kelompok kontrol berdasarkan umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <=35 16 80.0 80.0 80.0
>35 4 20.0 20.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Table 5.2. Distribusi semua responden berdasarkan umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <=35 31 77.5 77.5 77.5
>35 9 22.5 22.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
Table 5.3. Distribusi responden kelompok kasus berdasarkan pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <=stlp 12 60.0 60.0 60.0
>=slta 8 40.0 40.0 100.0
Table 5.3. Distribusi responden kelompok kontrol berdasarkan pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <=sltp 7 35.0 35.0 35.0
>=slta 13 65.0 65.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Table 5.3. Distribusi semua responden berdasarkan pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <=sltp 19 47.5 47.5 47.5
>=slta 21 52.5 52.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
Table 5.4. Distribusi responden kelompok kasus berdasarkan tempat bersalin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid lahir di rumah sakit 14 70.0 70.0 70.0
lahir di bidan 6 30.0 30.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Table 5.4. Distribusi responden kelompok kontrol berdasarkan tempat bersalin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid lahir di rumah sakit 20 100.0 100.0 100.0
Table 5.4. Distribusi semua responden berdasarkan tempat bersalin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid lahir di rumah sakit 34 85.0 85.0 85.0
lahir di bidan 6 15.0 15.0 100.0
Tabel 5.5. Hasil Analisa Statistik Hubungan Jumlah Paritas dengan Perdarahan Postpartum di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik pada Tahun 2009-2010
Jumlah paritas * kategori pasien Crosstabulation
kategori pasien
Hasil Uji Chi-Square untuk tabel 5.5.
Chi-Square Tests
Continuity Correctionb .119 1 .730
Likelihood Ratio .478 1 .489