GAMBARAN KASUS PERDARAHAN POSTPARTUM
DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2009
–
2011
Oleh :
ABDUH HALIM PERDANA 090100017
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Abstrak
Latar belakang: Insidensi perdarahan postpartum pada negara maju sekitar 5% dari persalinan, sedangkan pada Negara berkembang bisa mencapai
28% dari persalinan dan menjadi masalah utama dalam kematian ibu.
Penyebabnya 90% dari atonia uteri, 7% robekan jalin lahir, sisanya dikarenakan
retensio plasenta dan gangguan pembekuan darah. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui gambaran kasus perdarahan postpartum berupa karekteristik, faktor
risiko, penyebab, serta penanganan kasus perdarahan postpartum di RSUP Haji
Adam Malik Medan.
Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan retrospektif. Data rekam medis diambil dari ruangan simpanan rekam medis RSUP H. Adam
Malik Medan. Data kemudian dianalisa secara manual lalu di presentasikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi.
Hasil: Kasus yang diteliti pada penelitian ini sebesar 26 kasus. Faktor risiko terbanyak yang didapat adalah multiparitas sebanyak 38,5%. Penyebab
terbanyak yang didapat adalah retensio plasenta sebesar 57,7%. Penangan
terbanyak berupa kuretase, yaitu 34,6%. Jumlah kasus yang meninggal dan
merupakan pasien rujukan sebanyak 11,5%
Kesimpulan: Faktor risiko terbanyak adalah multiparitas (38,5%). Penyebab terbanyak adalah retensio plasenta (57,7%). Penanganan terbanyak
berupa kuretase (34,6%). Kasus yang meninggal sebanyak 11,5%.
Kata Kunci: perdarahan postpartum, faktor risiko perdarahan postpartum,
Abstract
Background: The incidence of postpartum hemorrhage in developed countries
about 5% of births, while in developing countries could reach 28% of the labor
and became a major problem in maternal mortality. The cause of uterine atony
90%, 7% rips intertwine born, the rest due to retained placenta and blood clotting
disorders. To reveal the characteristic form of postpartum hemorrhage cases, risk
factors, causes, and treatment of postpartum hemorrhage cases in RSUP Haji.
Adam Malik.
Methods: This study is a descriptive retrospective approach. Medical records
retrieved from the medical records department of saving space H. Adam Malik
Medan. The data was then analyzed manually and presented in the form of a
frequency distribution tables
Results: Cases were investigated in this study of 26 cases. Most risk factors are
multiparity gained as much as 38.5%. Obtained is the most common cause of
57.7% retained placenta. Handlers highest form of curettage, which is 34.6%.
Number of cases who died and is the referral of patients as much as 11.5%
Conclusions: Most risk factors are multiparity (38.5%). The most common cause
is a retained placenta (57.7%). Handling the highest form of curettage (34.6%).
The case of the dead as much as 11.5%.
Keywords: postpartum hemorrhage, postpartum hemorrhage risk factors, the
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah, serta nikmat-nikmatNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah, sebagai salah satu syarat untuk kelulusan blok
Community Research Program (CRP) semester VII Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, sekaligus untuk mendapatkan gelar Sarjana
Kedokteran.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya
kepada semua pihak yang telah turut serta membantu penulis dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah, diantaranya:
1. Kepada Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Kepada dosen pembimbing dalam penulisan penelitian ini, dr. Muhammad
Fahdhy, Sp.OG, M.Sc, yang dengan senang hati meluangkan waktu untuk
membimbing penulis mulai dari awal penulisan hingga selesainya laporan
penelitian ini.
3. Penulis juga mengucapkan kepada dr. Ashri Yudhistira, Sp.THT-KL yang
telah menjadi dosen penasehat akademik penulis selama menjalani
pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4. Kepada staf dan pegawai fekam medic RSUP HAM yang telah membantu
penulis untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
5. Rasa hormat, terima kasih, serta cinta yang tak terhingga peneliti
persembahkan kepada kedua orang tua peneliti, ayahanda Mukmin
Aritonang, ibunda dr. Tuti Sumarni, MARS yang telah mendidik dan
membesarkan peneliti, serta memberikan dukungan moril serta materil
untuk terselesaikannya penelitian ini.
6. Ucapan ini juga penulis sampaikan kepada sahabat-sahabat penulis,
khususnya Cici M.P. Siregar, Baginda Y. Siregar, Furqan Arief, Fauziah
Dini Hanif, Rana Fatiah, Heru Pranata, Eric Tannaka atas dukungan
Karya tulis ilmiah ini berjudul “Gambaran Kasus Perdarahan Postpartum di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009-2011” semoga penelitian ini memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan di bidang kedokteran.
Penulis menyadari bahwa penulisan penelitian ini masih belum sempurna,
baik dari segi materi ataupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan laporan hasil penelitian ini di kemudian hari.
Medan, Desember 2012
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ………. v
DAFTAR TABEL ………. vii
DAFTAR GAMBAR ………. viii
BAB 1 PENDAHULUAN ………. 1
1.1. Latar Belakang ………. 1
1.2. Rumusan Masalah ………. 2
1.3. Tujuan Penelitian ………. 2
1.4. Manfaat Penelitian ………. 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ……… 4
2.1. Perdarahan Postpartum ……… 4
2.1.1. Definisi ……… 4
2.1.2. Klasifikasi ……… 5
2.1.3. Gejala Klinis ……… 5
2.1.4. Diagnosa ……… 5
2.1.5. Penyebab ……… 6
2.1.6. Pencegahan ……… 13
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 14 3.1. Kerangka Konsep ………. 14
3.2. Definisi Operasional ………. 15
4.1. Desain Penelitian ………. 17
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ………. 17
4.2.1. Waktu Penelitian ………. 17
4.2.2. Tempat Penelitian ………. 17
4.3. Populasi dan Sample Penelitian ………. 17
4.3.1. Populasi Penelitian ………. 17
4.3.2. Sampel Penelitian ………. 18
4.4. Teknik pengumpulan data ………. 18
4.5. Pengelolaan dan Analisa Data ………. 19
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20
5.1. Hasil Penelitian ... 20
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ………... 20
5.1.2. Karakteristik Umum Kasus PPH ………... 20
5.1.3. Hasil Data ... 22
5.2. Pembahasan ... 25
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 29
6.1. Kesimpulan ... 29
6.2. Saran ... 29
DAFTAR PUSTAKA ………. 30
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
3.1 Definisi operasional 15
5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Kasus Penderita
Perdarahan Postpartum di RSUP H. Adam Malik Medan
Tahun 2009 - 2011
21
5.2 Distribusi Frekuensi Kasus Perdarahan Postpartum
Menurut Faktor Risiko di RSUP H. Adam Malik pada Tahun 2009 – 2011
22
5.3 Distribusi Frekuensi Kasus Perdarahan Postpartum
Berdasarkan Penyebabnya di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2009 – 2011
23
5.4 Distribusi Frekuensi Kasus Perdarahan Postpartum
Berdasarkan Penanganan di RSUP H. Adam Malik Medan
pada Tahun 2009 – 2011
24
5.5 Distribusi Frekuensi Kasus Perdarahan Postpartum
Berdasarkan Keadaan Akhir Pasien dan Status Rujukan
Pasien di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2009 – 2011
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
Abstrak
Latar belakang: Insidensi perdarahan postpartum pada negara maju sekitar 5% dari persalinan, sedangkan pada Negara berkembang bisa mencapai
28% dari persalinan dan menjadi masalah utama dalam kematian ibu.
Penyebabnya 90% dari atonia uteri, 7% robekan jalin lahir, sisanya dikarenakan
retensio plasenta dan gangguan pembekuan darah. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui gambaran kasus perdarahan postpartum berupa karekteristik, faktor
risiko, penyebab, serta penanganan kasus perdarahan postpartum di RSUP Haji
Adam Malik Medan.
Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan retrospektif. Data rekam medis diambil dari ruangan simpanan rekam medis RSUP H. Adam
Malik Medan. Data kemudian dianalisa secara manual lalu di presentasikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi.
Hasil: Kasus yang diteliti pada penelitian ini sebesar 26 kasus. Faktor risiko terbanyak yang didapat adalah multiparitas sebanyak 38,5%. Penyebab
terbanyak yang didapat adalah retensio plasenta sebesar 57,7%. Penangan
terbanyak berupa kuretase, yaitu 34,6%. Jumlah kasus yang meninggal dan
merupakan pasien rujukan sebanyak 11,5%
Kesimpulan: Faktor risiko terbanyak adalah multiparitas (38,5%). Penyebab terbanyak adalah retensio plasenta (57,7%). Penanganan terbanyak
berupa kuretase (34,6%). Kasus yang meninggal sebanyak 11,5%.
Kata Kunci: perdarahan postpartum, faktor risiko perdarahan postpartum,
Abstract
Background: The incidence of postpartum hemorrhage in developed countries
about 5% of births, while in developing countries could reach 28% of the labor
and became a major problem in maternal mortality. The cause of uterine atony
90%, 7% rips intertwine born, the rest due to retained placenta and blood clotting
disorders. To reveal the characteristic form of postpartum hemorrhage cases, risk
factors, causes, and treatment of postpartum hemorrhage cases in RSUP Haji.
Adam Malik.
Methods: This study is a descriptive retrospective approach. Medical records
retrieved from the medical records department of saving space H. Adam Malik
Medan. The data was then analyzed manually and presented in the form of a
frequency distribution tables
Results: Cases were investigated in this study of 26 cases. Most risk factors are
multiparity gained as much as 38.5%. Obtained is the most common cause of
57.7% retained placenta. Handlers highest form of curettage, which is 34.6%.
Number of cases who died and is the referral of patients as much as 11.5%
Conclusions: Most risk factors are multiparity (38.5%). The most common cause
is a retained placenta (57.7%). Handling the highest form of curettage (34.6%).
The case of the dead as much as 11.5%.
Keywords: postpartum hemorrhage, postpartum hemorrhage risk factors, the
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perdarahan postpartum adalah perdarahan atau hilangnya darah sebanyak
lebih dari 500cc yang terjadi setelah anak lahir baik sebelum, selama, atau
sesudah kelahiran plasenta. Menurut waktu kejadiannya, perdarahan postpartum
sendiri dapat dibagi atas perdarahan postpartum primer yang terjadi dalam 24 jam
setelah bayi lahir, dan perdarahan postpartum sekunder yang terjadi lebih dari 24
jam sampai dengan 6 minggu setalah kelahiran bayi.
Atonia uteri menjadi penyebab lebih dari 90% perdarahan pasca
persalinan. Lebih dari separuh jumlah seluruh kematian ibu terjadi dalam waktu
24 jam setelah melahirkan, sebagian besar karena terlalu banyak mengeluarkan
darah. Walaupun seorang perempuan dapat bertahan hidup setelah mengalami
perdarahan setelah persalinan, namun ia akan menderita anemia berat (Faisal,
2008).
Insidensi perdarahan postpartum pada negara maju sekitar 5% dari
persalinan, sedangkan pada Negara berkembang bisa mencapai 28% dari
persalinan dan menjadi masalah utama dalam kematian ibu. Penyebabnya 90%
dari atonia uteri, 7% robekan jalin lahir, sisanya dikarenakan retensio plasenta dan
gangguan pembekuan darah (Parisaei, et all., 2008).
Di Indonesia diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan.
Setiap tahunnya paling sedikit 128.000 perempuan mengalami perdarahan sampai
meninggal. Perdarahan pasca persalinan terutama perdarahan postpartum primer
merupakan perdarahan yang paling banyak menyebabkan kematian ibu.
Perdarahan postpartum primer yaitu perdarahan pasca persalinan yang terjadi
dalam 24 jam pertama kelahiran (Faisal, 2008)
Menurut Kementerian Kesehatan RI tahun 2010, tiga faktor utama
(11%). Anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi
penyebab utama terjadinya perdarahan dan infeksi yang merupakan faktor utama
kematian ibu. Menurut data WHO, di berbagai negara paling sedikit seperempat
dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, proporsinya berkisar antara
kurang dari 10 persen sampai hampir 60 persen (PP dan KPA, 2010).
Menurut WHO, Negara yang berkembang memiliki angka kematian ibu
25% kematian ibu itu disebabkan oleh Perdarahan Post Partum. Terhitung lebih
dari 100.000 kematian maternal pertahun. Menurut bulletin “american collage of obstetrician and gynecologists” menempatkan perkiraan 140.000 kematian ibu pertahun.
Di Provinsi Sumatera Utara AKI dalam 7 tahun terakhir menunjukkan
kecenderungan penurunan, dari 360 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2002
menjadi 345 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2003, 330 per 100.000 tahun
2004, 320 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2005, 315 per 100.000
kelahiran hidup tahun 2006, 275 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2007, dan
pada tahun 2008 menjadi 260 per 100.000 kelahiran hidup yang masih lebih tinggi
bila dibandingkan rata-rata nasional tahun 2007 yaitu 228 per 100.000 kelahiran
hidup (Dinkes Provsu, 2009).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran kasus perdarahan postpartum di RSUP H. Adam
Malik tahun 2009 – 2011?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kasus perdarahan
1.3.1 Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini:
1. Mendata distribusi jumlah, dan karakteristik perdarahan postpartum yang
berupa pengelompokan umur, tahun kejadian, dan status rujukan di RSUP
H. Adam Malik tahun 2009 – 2011.
2. Mendata distribusi penyebab kejadian perdarahan postpartum di RSUP H
Adam Malik tahun 2009 – 2011.
3. Mengetahui faktor resiko terjadinya perdarahan post partum di RSUP H. Adam Malik tahun 2009 – 2011.
4. Mengetahui penanganan kasus perdarahan postpartum di RSUP H. Adam Malik tahun 2009 – 2011.
5. Mengetahui AKI berdasarkan jumlah kematian kasus perdarahan postpartum di RSUP H. Adam Malik tahun 2009 – 2011.
1.4 Manfaat Penelitian.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat terhadap :
1. Tenaga kesehatan, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat
digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan penanganan perdarahan
postpartum agar mengurangi angka kematian ibu.
2. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan terhadap kejadian perdarahan
postpartum, dan meningkatkan kemampuan dalam penelitian, sehingga
menghasilkan penelitian yang lebih baik lebih berguna lagi, dan juga
menyediakan data bagi penelitian lanjutan mengenai perdarahan
postpartum.
3. Bagi masyarakat, dapat dijadikan sebagai pengetahuan dari sebab
terjadinya kejadian postpartum untuk menghindari faktor resiko kejadian
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Perdarhan postpartum 2.1.1. Definisi
Hilangnya darah 500 ml atau lebih dari organ-organ reproduksi setelah
selesainya kala tiga persalinan (ekspulsi atau ekstraksi plasenta dan ketuban).
Normalnya, perdarahan dari tempat plasenta terutama dikontrol oleh kontraksi dan
retraksi anyaman serat-serat otot serta agregasi trombosit dan thrombus fibrin di
dalam pembuluh darah desidua (Taber, 1994).
Perdarahan postpartum ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat dan
menakutkan sehingga dalam waktu singkat wanita jatuh ke dalam syok, ataupun
merupakan perdarahan yang menetes perlahan-lahan tetapi terus menerus dan ini
juga berbahaya karena akhirnya jumlah perdarahan menjadi banyak yang
mengakibatkan wanita menjadi lemas dan juga jatuh dalam syok (lubis, 2011).
Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan yang terjadi setelah bayi lahir
yang melewati batas fisiologis normal. Pada umumnya seorang ibu melahirkan
akan mengeluarkan darah secara fisiologis sampai jumlah 500 ml tanpa
menyebabkan gangguan homeostasis. Dengan demikian secara konvensional
dikatakan bahwa perdarahan yang melebihi 500 ml dapat dikategorikan sebagai
perdarahan pasca persalinan dan perdarahan yang secara kasat mata mencapai
2.1.2. Klasifikasi
Perdarahan postpartum dapat terbagi dua menurut kejadiannya yaitu :
Perdarahan postpartum primer (dini) adalah perdarahan yang
berlebihan selama 24 jam pertama.
Perdarahan postpartum sekunder (lanjut) adalah perdarahan yang
berlebihan setelah 24 jam pertama sampai minggu ke-6 setelah
kelahiran.
2.1.3. Gejala Klinik Perdarahan Postpartum
Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari
volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik, gejala-gejala baru tampak pada
kehilangan darah sebanyak 20%. Gejala klinik berupa perdarahan pervaginam yang
terus-menerus setelah bayi lahir. Kehilangan banyak darah tersebut menimbulkan
tanda-tanda syok yaitu penderita pucat, tekanan darah rendah, denyut nadi cepat
dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-lain (Lubis, 2011).
2.1.4. Diagnosis
Karena pengertian dari Perdarahan postpartum itu kehilangan darah lebih
dari 500 mL, maka di perlukan pengukuran jumlah darah yang hilang ketika
persalinan. Tetapi hal ini tidaklah akurat dikarenakan beberapa hal sebagai berikut:
- Tidak semua darah yang hilang terkumpul:
Beberapa mL darah ada di lantai atau alas tempat tidur
Beberapa mL darah masih berada didalam uterus tetapi diluar
pembuluh darah
- Cara lain yang mungkin secara tidak sengaja terhitung:
Urin
Cairan amnion
Biasanya estimasi yang dibuat itu lebih kecil volumnya dibandingkan
kehilangan darah yang sebenarnya, jadi penatalaksanaan akibat kehilangan darah
yang terjadi pada kasus perdarahan postpartum ini lebih sedikit dibandingkan
pada saat operasi bedah (Hamilton-Fairley, 2009).
Perdarahan yang langsung terjadi setelah anak lahir tetapi plasenta belum
lahir biasanya disebabkan oleh robekan jalan lahir. Perdarahan setelah plasenta
lahir, biasanya disebabkan oleh atonia uteri. Atonia uteri dapat diketahui dengan
palpasi uterus ; fundus uteri tinggi di atas pusat, uterus lembek, kontraksi uterus
tidak baik. Sisa plasenta yang tertinggal dalam kavum uteri dapat diketahui
dengan memeriksa plasenta yang lahir apakah lengkap atau tidak kemudian
eksplorasi kavum uteri terhadap sisa plasenta, sisa selaput ketuban, atau plasenta
suksenturiata (anak plasenta). Eksplorasi kavum uteri dapat juga berguna untuk
mengetahui apakah ada robekan rahim. Laserasi (robekan) serviks dan vagina
dapat diketahui dengan inspekulo. Diagnosis pendarahan pasca persalinan juga
memerlukan pemeriksaan laboratorium antara lain pemeriksaan Hb, COT (Clot
Observation Test), kadar fibrinogen, dan lain-lain (faisal, 2008).
2.1.5. Penyebab
Kejadian perdarahan postpartum ini di sebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
1. Atonia uteri: diperkirakan 90%
2. Robekan jalan lahir: diperkirakan 7%
3. Retensio plasenta, inversion uterus, dan gangguan pembekuan darah:
diperkirakan 3% (Parisaei, et all., 2008).
1. Atonia Uteri
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus atau kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat
Faktor Predisposisi atonia uteri sebagai berikut:
- Regangan rahim yang berlebihan karena kehamilan kembar,
polihidramnion, atau anak terlalu besar.
- Kelelahan kerena persalinan lama.
- Kehamilan grande-multipara.
- Ibu dengan keadaan yang jelek, anemis, atau menderita penyakit menahun.
- Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan bila setelah bayi dan plasenta lahir ternyata perdarahan
masih aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi didapatkan fundus uteri
masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi yang lembek, perlu diperhatikan
bahwa pada saat atonia uteri didiagnosis, maka pada saat itu juga masih ada darah sebanyak 500 – 1000 cc yang sudah keluar dari pembuluh darah (Karkata, 2009).
Penanganan
a) Pemberian uterotonik agen.
- Pemberian oksitosin secara i.m., i.v. akan mencegah bnyak kasus
atonia uteri
- Derivat ergot, diberikan jika oksitosin tidak efektif mengembalikan
kontraksi uterus. Biasanya diberikan 0.2 mg methylergonovine secara
intramuskular. Perlu diperhatikan bahwa pemberian derivat ergot ini
tidak dianjurkan secara intravena karena dapat menimbulkan hipertensi
yang berbahaya khususnya terhadap kasus preeklamsi.
- Pemberian analog prostaglandin F2α (carboprost tromethamine) yang
terkadang menimbulkan efek samping berupa diare, hipertensi, mual
muntah, febris, takikardia.
b) Masase fundus uteri dan merangsang putting susu.
c) Resusitasi cairan agar tidak terjadi syok hipovolemik akibat darah yang
d) Kompresi bimanual uterus
e) Kompresi aorta abdominalis.
f) Pemasangan tampon kondom dalam kavum uteri yang disambung dengan
kateter dan di fiksasi dengan karet gelang kemudian diisi cairan infuse 200
ml yang mengurangi perdarahan. Pemasangan tampon ini hanya bersifat
temporer.
g) Bedah konservatif dengan cara ligasi arteria uterina / arteria ovarika dan
operasi ransel B Lynch
h) Histerektomi supravaginal ataupun total abdominal (Karkata, 2009).
2. Retensio Plasenta
Bila plasenta tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir disebut
sebagai retensio plasenta. Plasenta yang sukar dilepaskan dengan pertolongan
aktif kala tiga bisa disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus.
Disebut sebagai plasenta akreta bila plasenta sampai menembus desidua basalis
dan Nitabuch layer, disebut sebagai plasenta inkreta bila plasenta sampai
menembus miometrium dan disebut plasenta perkreta bila vili korialis sampai
menembus perimetrium. (Karkata, 2009)
Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan, tapi bila
sebagian plasenta sudah lepas akan terjadi perdarahan dan ini merupakan indikasi
untuk segera mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus
disebabkan :
1. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva)
2. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi korialis menembus
desidua sampai miometrium (plasenta akreta)
3. Plasenta merekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi korialis menembus
sampai di bawah peritoneum (plasenta perkreta).
Faktor predisposisi dari plasenta akreta, yaitu:
- Plasenta previa.
- Seksio sesarea.
- Kuretase.
- Multigravida lebih dari 6 anak.
(Cunningham, 2010)
Pada pemeriksaan intrauterin, sewaktu melakukan eksplorasi manual
mengangkat plasenta yang tertahan, bidang pembelahannya tidak dapat
diidentifikasi di antara plasenta yang melekat dan dinding uterus. Pada kasus
plasenta akreta parsial, bidang pembelahan dapat ditelusuri, tetapi tidak dapat
diikuti seluruhnya sepanjang permukaan maternal plasenta ketebalan perlekatan
mengelilinginya.
Komplikasi yang dapat terjadi meliputi perdarahan yang banyak, ruptur uteri,
inversio uteri, dan infeksi uterus jika plasenta tertinggal atau in situ.
Penanganan yang penting adalah pemberian cairan dan darah secara intravena
untuk memperbaiki hipovolimia yang diakibatkan kehilangan banyak darah.
Histerektomi abdominal merupakan pengobatan yang lebih disukai untuk
kebanyakan pasien segera setelah diagnosis ditegakkan. Karena pelepasan
plasenta normal tidak mungkin, berbagai upaya untuk mengeluarkan plasenta
yang lengket secara manual atau dengan kuretase dapat menyebabkan katastropik
atau rupture traumatik otot uterus yang tipis.
Jika tidak terjadi perdarahan dan pasien berkeinginan keras untuk memiliki
anak lagi maka plasenta dapat ditinggalkan in situ dengan menerima resiko infeksi
uterus dan pelvis. Tingkat mortalitas pasien yang diobati tanpa histerektomi
hampir empat kali lebih tinggi dari pasien dengan histerektomi segera (Taber,
3. Robekan Jalan Lahir
Robekan jalan lahir umumnya terjadi pada persalinan dengan trauma.
Pertolongan persalinan yang semakin manipulative dan traumatic akan
memudahkan robekan jalan lahir, maka karena itu dihindarkan memimpin
persalinan pada saat pembukaan serviks belum lengkap. Robekan jalan lahir
biasanya akibat episiotomy, robekan spontan perineum, trauma foseps, atau
vakum ekstraksi, atau karena versi ekstraksi.
Robekan yang terjadi dapat berupa :
- Ringan (lecet, laserasi),
- Luka episiotomy,
- Robekan perinieum spontan derajat ringan,
- Rupture perinea totalis (sfingter ani terputus),
- Robekan pada dinding vagina,
- Robekan pada forniks uteri,
- Robekan pada serviks,
- Ruptura uteri.
Perdarahan yang terjadi saat kontraksi uterus baik, biasanya dikarenakan ada
robekan atau sisa plasenta. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara inspeksi
pada vulva, vagina, dan serviks dengan memakai speculum untuk mencari sumber
perdarahan dengan ciri warna darah yang merah segar dan pulsatif sesuai dengan
denyut nadi. Perdarahan karena ruptura uteri dapat diduga pada persalinan macet
atau kasep, atau uterus dengan lokus minoris resistensia dan adanya atonia uteri
dan tanda cairan bebas intraabdominal (Karkata, 2009).
Laserasi yang berdarah diperbaiki dengan benang kromik 00 atau 000.
Visualisasi yang adekuat penting, dan serorang asisten sering diperlukan untuk
Laserasi serviks diperbaiki dengan merenggut mulut serviks yang berdekatan
dengan laserasi dengan menggunakan forsep cincin. Jahitan berurutan dengan
chromic 00 atau 000 dilakukan melalui bagian yang paling mudah dari robekan
serviks. Traksi pada jahitan tersebut dapat membantu dalam menarik apeks
laserasi kebawah. Pembuluh-pembuluh yang mengeluarkan darah harus diligasi
untuk mencegah hematoma retroperitroneum. Jahitan yang paling penting adalah
pada apeks laserasi, di mana diperlukan perhatian yang vermat untuk memastikan
bahwa pembuluh-pembuluh yang mengalami retraksi tidak terus berdarah. Jahitan
terputus atau kontinu dapat dipakai, tergantung pada luasnya perdarahan, tempat
perdarahan yang terlihat dan keinginan operator (Taber, 1994)
4. Inversi Uteri
Kegawatdaruratan pada kala III yang dapat menimbulkan perdarahan adalah
inverse uterus yang merupakan keadaan di mana lapisan dalam uterus
(endometrium) turun dan keluar lewat ostium uteri eksternum, yang dapat bersifat
inkomplit sampai komplit (Karkata, 2009). Inversi inkompit dimana fundus uteri
tidak terbalik di luar servis. Inverse komplit merupakan seluruh uterus terbalik
keluar, menonjol melalui cincin serviks.
Factor-faktor predisposisi dari inverse uterus, yaitu:
- Tekanan fundus,
- Traksi tali pusat,
- Insersi fundus plasenta,
- Dinding uterus yang tipis atau kendor,
- Tekanan abdomen yang meningkat secara tiba-tiba dan berkaitan
dengan atonia uteri (Taber, 2010).
Inversion uteri ditandai dengan dengan:
- Syok karena kesakitan.
- Perdarahan banyak bergumpal.
- Di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa plasenta
- Bila baru terjadi maka prognosis masih baik, bila kejadiannya cukup
lama mengakibatkan uterus mengalami iskemia, nekrosis, dan infeksi
dikarenakan jepitan dari serviks yang semakin mengecil.
Tindakan yang dilakukan secara garis besar sebagai berikut.
1. Memanggil bantuan anastesi dan memasang infuse untuk cairan/darah
pengganti dan pemberian obat.
2. Pemberian tokolitik/MgSO4 untuk melemaskan uterus yang terbalik sebelum
dilakukan reposisi manual yaitu mendorong endometrium ke atas masuk ke
dalam vagina dan terus melewati serviks sampai tangan masuk ke dalam
uterus pada posisi normalnya. Hal itu dapat dilakukan sewaktu plasenta sudah
terlepas atau tidak.
3. Di dalam uterus plasenta dilepaskan secara manual dan bila berhasil
dikeluarkan dari rahim dan sambil memberikan uterotonika lewat infuse atau
i.m. tangan tetap dipertahankan agar konfigurasi uterus kembali normal dan
tangan operator baru dilepaskan.
4. Pemberian antibiotika dan transfuse darah sesuai dengan keperluannya.
5. Intervensi bedah dilakukan bila karena jepitan serviks yang keras
menyebabkan maneuver di atas tidak bias dikerjakan, maka dilakukan
laparotomi untuk reposisi dan kalau terpaksa dilakukan histerektomi bila
uterus sudah mengalami infeksi dan nekrosis(Karkata, 2009).
5. Gangguan Pembekuan Darah.
Kausal perdarahan postpartum karena gangguan pembekuan darah baru
dicurigai bila penyebab yang lain dapat disingkirkan apalagi disertai ada riwayat
pernah mengalami hal yang sama pada persalinan sebelumnya. Akan da tendensi
mudah terjadi perdarahan setiap dilakukan penjahitan dan perdarahan akan
merembes atau timbul hematoma pada bekas jahitan, suntikan, perdarahan dari
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan hasil pemeriksaan faal hemostasis
yang abnormal. Waktu perdarahan dan waktu pembekuan memanjang,
trombositopenia, terjadi hipofibrinogenemia, dan terdeteksi adanya FDP (fibrin
degradation product) serta perpanjangan tes protrombin dan PTT (partial
thromboplastin time).
Predisposisi untuk terjadinya hal ini adalah solusio plasenta, kematian janin
dalam kandungan, eklampsia, emboli cairan ketuban, dan sepsis.
Terapi yang dilakukan adalah dengan transfusi darah dan produknya seperti
plasma beku segar, trombosit, fibrinogen dan heparinisasi atau pemberian EACA
(epsilon amino caproic acid) (Karkata, 2009)
2.1.6. Pencegahan
Pencegahan atau antisipasi dari perdarahan postpartum dapat dilakukan secara
berikut:
1. Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki keadaan umum dan mengatasi
setiap penyakit kronis, anemia, dan lain-lain sehingga pada saat hamil dan
persalinan pasien tersebut ada dalam keadaan optimal
2. Mengenal factor predisposisi perdarahan postpartum seperti multiparitas, anak
besar, hamil kembar, hidramnion, bekas seksio, riwayat perdarahan
postpartum sebelumnya dan kehamilan resiko tinggi lainnya yang bisa muncul
saat persalinan.
3. Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam dan pencegahan pertus lama.
4. Kehamilan resiko tinggi agar melahirkan di fasilitas rumah sakit rujukan.
5. Kehamilan resiko rendah agar melahirkan di tenaga kesehatan terlatih dan
menghindari persalinan dukun.
6. Menguasai langkah-langkah pertolongan pertama menghadapi perdarahan
BAB 3
3.1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kasus perdarahan postpartum di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2009 – 2011.
3.2.Definisi Oprasional
Tabel 3.1. definisi oprasional
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat
2. Faktor
4. Penanganan Terapi yang
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif dan cross sectional
retrospektif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kasus
Perdarahan Postpartum di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2009 – 2011.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
4.2.1. Waktu penelitian
Waktu Pelaksanaan penelitian akan dimulai pada bulan Juli 2012 sampai
Agustus 2012.
4.2.2. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik Medan agar
terpenuhinya besar sampel yang dibutuhkan, selain itu RSUP H. Adam Malik
merupakan Rumah Sakit pendidikan dan rujukan untuk wilayah regional
Sumatera.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1. Populasi penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh kejadian perdarahan postpartum di
4.3.2. Sampel penelitian
Sampel penelitian ini adalah seluruh pasien yang telah terdiagnosis
mengalami perdarahan postpartum di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009 –
2011 berdasarkan pendataan dari Instalansi Rekam Medis. Penentuan besar sampel dilakukan secara total populasi sampling.
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun data yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis data sekunder.
Data sekunder penelitian ini adalah ibu yang mengalami perdarahan postpartum
yang diperoleh melalui data rekam medik dari RSUP Haji Adam Malik Medan
periode tahun 2009 – 2011.
Sebelum data diambil, peneliti mengajukan surat izin penelitian dari
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara kepada Direktur RSUP Haji
Adam Malik Medan. Kemudian menggunakan rekam medis RSUP Haji Adam
Malik Medan dalam pengambilan data perdarahan postpartum pada tahun 2009
sampai 2011. Setelah itu, lihat data ibu yang mengalami perdarahan postpartum
tersebut dan isi lembaran check list yang sesuai dengan data yang dibutuhkan.
Setelah selesai, peneliti akan mendapatkan surat selesai penelitian dari RSUP Haji
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Untuk mendapatkan hasil yang akurat, dibutuhkan pengolahan dan analisis
data secara tepat. Pada penelitian ini, data yang didapat akan diolah dan
kemudian dianalisis menggunakan program SPSS.
Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan melihat presentase data
yang telah terkumpul dan disajikan ke dalam tabel distribusi frekuensi:
1. Editing
Dilakukan pemeriksaan kelengkapan data-data yang telah terkumpul. Bila
terdapat kekurangan dalam pengumpulan data akan diperbaiki dengan
baik.
2. Coding
Data yang telah terkumpul dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya
kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan
komputer.
3. Entry
Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program
komputer
4. Cleaning
Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan kedalam computer guna
menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data
5. Saving
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
RSUP Haji Adam Malik Medan terletak di kecamatan Medan Sunggal di
Jalan Bunga Lau Nomor 17, Medan. Rumah Sakit ini adalah rumah sakit rujukan
pusat untuk kota medan. Rumah Sakit ini memiliki fasilitas yang lengkap diikut
para staf kesehatan yang ahli dalam bidangnya masing – masing, dan memiliki
departemen yang lengkap didalamnya sehingga RSUP H. Adam Malik ini
digolongkan sebagai rumah sakit tipe A. Sebagai rumah sakit pusat rujukan,
diperkirakan jumlah kasus yang terdata di rumah sakit ini relative banyak.
5.1.2 Karakteristik Umum Kasus Penderita Perdarahan Postpartum
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Kasus Penderita Perdarahan Postpartum di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009 - 2011
Karakteristik N Persentase (%)
1. Usia (tahun)
Dari data table 5.1 diatas, diketahui bahwa jumlah penderita perdarahan
postpartum yang paling banyak berusia antara 30 – 39 tahun. Sedangkan yang
paling sedikit dari penderita postpartum ini adalah pengelompokan umur lebih
dari 39 tahun.
Dilihat dari tahun kejadian kasus perdarahan postpartum ini, kasus paling
banyak didapat adalah pada tahun 2011. Urutan kedua kasus terjadi pada tahun
2009. Kasus paling sedikit ditemukan pada tahun 2010.
Pada tabel 5.1 juga dapat dilihat kasus perdarahan postpartum paling
5.1.3 Hasil Data
a. Faktor Risiko Perdarahan Postpartum di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2009 – 2011
Berdasarkan pengolahan data sekunder terhadap 26 sampel penelitian yang
didapat, diperoleh faktor risiko pada kasus perdarahan postpartum yang dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Kasus Perdarahan Postpartum Menurut Faktor Risiko di RSUP H. Adam Malik pada Tahun 2009 – 2011
Faktor risiko N Persentase (%)
Dapat dilihat dari tabel 5.2 diatas bahwa faktor risiko yang terbanyak dari
penderita perdarahan postpartum adalah multiparitas, sedangkan faktor risiko
riwayat kuretase dan mengalami PPH sebelumnya merupakan faktor risiko paling
sedikit dari penderita perdarahan postpartum.
b. Perdarahan Postpartum Berdasarkan Penyebabnya di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2009 – 2011
Dari 26 sampel penelitian diperolah jumlah kasus perdarahan postpartum
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Kasus Perdarahan Postpartum Berdasarkan Penyebabnya di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2009 – 2011
Faktor Penyebab N Persentase (%)
Retensio Plasenta
Atonia Uteri
Robekan Jalan Lahir
15
9
2
57,7
34,6
7,7
Total 26 100
Dilihat pada tabel 5.3 didapatkan retensio plasenta merupakan penyebab
terbanyak pada kasus perdarahan postpartum. Robekan jalan lahir merupakan
penyebab paling sedikit dari kejadian perdarahan postpartum.
c. Perdarahan Postpartum Berdasarkan Penatalaksanaanya di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2009 – 2011
Dari 26 sampel yang diteliti, dapat diperoleh penatalaksanaan pada kasus
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Kasus Perdarahan Postpartum Berdasarkan Penanganan di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2009 – 2011
Penanganan N Persen
Kuretase
Oksitosin
Histerektomi
Manual Plasenta
Tidak Tertulis dalam rekam medis
Perbaikan Jalan Lahir
Dari tabel 5.4 dapat dilihat penangan terbanyak dalam kasus perdarahan
postpartum adalah kuretase, sedangkan perbaikan jalan lahir menempati posisi
terendah.
d. Perdarahan Postpartum Berdasarkan Keadaan Akhir Pasien dan Status Rujukan Pasien di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2009 – 2011
Dari 26 sampel yang diteliti, dapat diperoleh data mengenai Keadaan
Akhir Pasien dari kasus perdarahan postpartum yang dapat dilihat dari tabel
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Kasus Perdarahan Postpartum Berdasarkan Keadaan Akhir Pasien dan Status Rujukan Pasien di RSUP H. Adam Malik Medan
pada Tahun 2009 – 2011
Dari tabel diatas dapat diketahui keadaan akhir pasien yang hidup adalah
23 kasus, diantaranya 16 kasus adalah pasien rujukan dan 7 kasus adalah pasien
non-rujukan. Keadaan akhir pasien yang meninggal dalam kasus ini sebanyak 3
kasus dan merupakan pasien rujukan.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Perdarahan Postpartum Berdasarkan Faktor Risiko
Pada penelitian ini jumlah kasus perdarahan postpartum dengan kelompok
faktor risiko terbanyak adalah multiparitas (tabel 5.2) sekitar 38,5%. Menurut
Cunningham, 2010 menyatakan setiap kejadian perdarahan postpartum dengan
angka paritas yang rendah (<4) hanya 0,3%, tetapi peningkatan terjadi sebanyak 6
kali dengan keadaan paritas 4 atau lebih.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan lubis, 2011 yang
menyatakan risiko perdarahan postpartum primer 2 kali lebih besar pada ibu yang
memiliki paritas >3 dibandingkan ibu yang memiliki paritas 2 dan 3 meskipun
tidak bermakna secara statistik (OR=1,53 ; 95% CI 0,62;3,77).
5.2.2 Perdarahan Postpartum Berdasarkan Penyebabnya
Pada penelitian ini jumlah kasus perdarahan postpartum berdasarkan
penyebabnya paling banyak ditempati oleh retensio plasenta sekitar 15 kasus
(57,7%), diikuti dengan atonia uturi sekitar 9 kasus (34,6%). Hal ini sesuai dengan
penelitian terdahulu yang menyatakan penyebab paling banyak perdarahan
postpartum adalah retensio plasenta yaitu sebesar 53,7% (lubis, 2011).
Sedangkan menurut Parisaei, et all., 2008 menyatakan bahwa penyebab
terbanyak kejadian perdarahan postpartum adalah atonia uteri sekitar 90%.
Perbedaan ini terjadi dimungkinkan beberapa hal, yaitu:
1. Penegakkan diagnosa yang tidak sesuai dari penyebab terjadinya
perdarahan postpartum oleh tenaga medis yang berbeda-beda di rumah
sakit.
2. Ketidaklengkapan rekam medis yang ada dan jumlah kasus yang sedikit
dimungkinkan juga menyebabkan terjadinya perbedaan mengenai
penyebab terbanyak perdarahan postpartum ini.
3. Penanganan aktif kala III yang baik dikalangan bidan-bidan mungkin bisa
menjadi alasan menurunnya perdarahan postpartum akibat atonia uteri.
5.2.3 Perdarahan Postpartum Berdasarkan Penanganannya
Pada penelitian ini jumlah kasus perdarahan postpartum berdasarkan
penanganan terbanyak adalah kuretase, yaitu sebanyak 9 kasus (34,6%), dan
pemberian oksitosin sebanyak 8 kasus (30,8%).
Penanganan kasus perdarahan postpartum dilakukan berdasarkan
penyebabnya masing – masing sesuai yang tertulis pada tinjauan pustaka (BAB
2). Dalam data yang didapat dalam penelitian ini, penyebab yang terbanyak yang
dapat dilihat pada tabel 5.3 adalah retensio plasenta sebanyak 15 kasus (57,7%)
sehingga penanganan yang sesuai dengan kasus ini adalah kuretase dan pemberian
5.2.4 Perdarahan Postpartum Berdasarkan Keadaan Akhir Pasien dan Status Rujukan Pasien
Pada penelitian ini ditemukan keadaan akhir pasien yang hidup adalah 23
kasus (88,5%), diantaranya 16 kasus (61,5%) adalah pasien rujukan dan 7 kasus
(26,9%) adalah pasien non-rujukan. Keadaan akhir pasien yang meninggal dalam
kasus ini sebanyak 3 kasus (11,5%) dan merupakan pasien rujukan.
Insidensi perdarahan postpartum pada negara maju sekitar 5% dari
persalinan, sedangkan pada Negara berkembang bisa mencapai 28% dari
persalinan dan menjadi masalah utama dalam kematian ibu (Parisaei, et all.,
2008). Dari data diatas bisa diambil sedikitnya 10% untuk kejadian perdarahan
postpartum pada setiap persalinan yang ada di Indonesia. Dalam penelitian ini
didapati perdarahan postpartum sebanyak 26 kasus dari 260 persalinan normal dan
ditemukan 3 kasus meninggal. Dari data tersebut dapat kita hitung angka kematian
ibu yang diakibatkan perdarahan postpartum sebagai berikut (3/260) x 100.000 =
1154 / 100.000 kelahiran hidup dalam 3 tahun ini. AKI rata-rata yang diakibatkan
perdarahan postpartum setiap tahunnya pada penelitian ini sebanyak 385 per
100.000 kelahiran hidup.
Angka Kematian Ibu (AKI) yang didapat merupakan angka yang dramatis.
Mengingat menurut departemen kesehatan pada tahun 2010, penyebab kematian
ibu dari perdarahan adalah 28% dari seluruh penyebab kematian ibu. Total AKI
yang dihitung dari penelitian ini bisa mencapai 1375 per 100.000 kelahiran hidup.
Sedangkan menurut SDKI tahun 2010 angka kematian ibu hanya 220 per 100.000
kelahiran hidup. Perlu dievaluasi kembali secara menyeluruh mengenai AKI yang
ada di Indonesia untuk mengetahui tepatnya Angka Kematian Ibu yang terjadi di
Indonesia.
Mengingat AKI yang didapat begitu tinggi, kedepannya untuk menekan
AKI tersebut setiap kehamilan dengan risiko tinggi kejadian perdarahan
5.2.5 Kelemahan Penelitian
1. Keterbatasan jumlah kasus perdarahan postpartum yang sedikit.
2. Keterbatasan data sekunder berupa jumlah rekam medis yang tidak sesuai
dengan yang tertulis pada data base sehingga jumlah kasus yang didapat
ketika pengambilan data lebih sedikit dari seharusnya.
3. Adanya rekam medis yang tidak lengkap, serta penulisan rekam medis
yang kurang akurat seperti penulisan faktor risiko, dan faktor penyebabnya
mengakibatkan gambaran yang didapat kurang sesuai dari penelitian
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap data sekunder
mengenai gambaran kasus perdarahan postpartum di RSUP Haji Adam Malik
Medan pada tahun 2009 – 2011 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Jumlah kasus perdarahan postpartum di RSUP H. Adam Malik Medan pada
tahun 2009 – 2011 sebanyak 26 kasus. Perdarahan postpartum ditumukan
terbanyak pada kelompok usia 30 – 39. Tahun kejadian postpartum yang
paling banyak adalah tahun 2011. Kasus perdarahan postpartum yang paling
banyak terjadi merupakan kasus rujukan.
2. Multiparitas merupakan faktor risiko terbanyak yang dijumpai.
3. Penyebab terbanyak kejadian perdarahan postpartum adalah retensio plasenta.
4. Penanganan dari kasus perdarahan postpartum yang terbanyak adalah
kuretase.
5. AKI yang didapat dari jumlah kasus yang meninggal dan semuanya
merupakan kasus rujukan adalah sekitar 1.375 per 100.000 kelahiran hidup
6.2 Saran
1. Ibu hamil yang memiliki risiko tinggi kejadian perdarahan postpartum agar
melakukan persalinan di rumah sakit yang memadai fasilitasnya.
2. Untuk pihak rumah sakit agar melakukan pencatatan rekam medis yang
lengkap, serta penyimpanan rekam medis yang baik.
3. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan sampel yang lebih besar
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F Gary. et all. 2010. ObstetriWilliams 23rd ed. USA : The
McGraw-Hill Companies, Inc.
Dinkes Provsu. 2009. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2008. Medan.
Faisal. 2008. Pendarahan Pasca Persalinan.
http://www.scribd.com/doc/8649214/
PENDARAHAN-PASCA-PERSALINAN. Diakses tanggal 12 mei 2012
Hamilton-Fairley, D., 2009. Lecture Notes Obstetrics and Gynaecology. 3rd ed.
UK: Blackwell Publishing Ltd.
Karkata, M.K. 2009. Perdarahan Paska Persalinan. Dalam : Ilmu kebidanan. Edisi ke – 4 cetakan I. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Koto, Latifahanum. 2011. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Bidan
Tentang Penanganan Perdarahan Pasca Persalinan Di Wilayah puskesmas
pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura tahun 2010. Universitas
Sumatera Utara. Diakses 18 mei 2012.
Lubis, ismail Khairi. 2011. Pengaruh Paritas Terhadap Perdarahan Postpartum
Primer Di RSUD DR Pirngadi Medan 2007 – 2010. Universitas Sumatera
Utara. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/26440 . diakses 16
april 2012
Parisaei, Maryam., Shailendra, Archana., Dutta, Ruma., Broadbent, J A Mark.
2008. Obstetrics and gynaecology. Edisi 2. Elsevier
PP dan KPA (Pemberdayaan Perempuan dan Komisi Perlindungan Anak). 2010.
Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI). Jakarta.
http://www.menegpp.go.id/aplikasidata/index.php?option=com_docman
&task=doc_view&gid=290&tmpl=component&format=raw&Itemid=111
Taber, B. 1994. Kapita Selekta kedaruratan obstetrik dan ginekologi. Jakarta :
RIWAYAT HIDUP PENELITI
Nama : ABDUH HALIM PERDANA
Tempat/tanggallahir : Medan / 31 Agustus 1991
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Alamat : Jl. Makmur No. 51 DusunKenangaDesaSambirejo
TimurKec. PercutSei Tuan Kab. Deli serdang Sumatera
Utara
NomorTelepon : 085762303235
Orang Tua : - Ayah : MUKMIN ARITONANG
- Ibu : dr. TutiSumarni, MARS
RiwayatPendidikan : SD Muhammadiyah 07 (1997 – 2003)
SMP Swasta An-nizam (2003 – 2006)
SMA Negeri11 Medan (2006 – 2009)
Universitas Sumatera Utara (2009 – sekarang)
Riwayat Organisasi : 1. Anggota Divisi Pembinaan PHBI FK USU 2010 - 2011 2. Anggota Divisi Kenaziran PHBI FK USU 2011 – 2012 3. Ketua Departemen EXTERNAL pemerintahan
Mahasiswa FK USU 2011
412216 27 Mengalami PPH sebelumnya Atonia Uteri Manual Plasenta baik Rujuk 2009 Hidup 410715 25 Tidak ada risiko Retensio Plasenta Kuretase PAPS Rujuk 2009 Hidup 390679 32 Tidak ada risiko Retensio Plasenta Kuretase baik Rujuk 2009 Hidup 393509 27 Kehamilan Kembar Atonia Uteri Oksitosin meninggal dunia Rujuk 2009 Meninggal
374816 43 Multiparitas Atonia Uteri Histerektomi baik Rujuk 2009 Hidup
398204 28 Tidak ada risiko Atonia Uteri Oksitosin baik Rujuk 2009 Hidup
409290 20 Tidak ada risiko Retensio Plasenta Manual Plasenta baik Rujuk 2009 Hidup 412213 41 Tidak ada risiko Atonia Uteri Histerektomi baik Rujuk 2009 Hidup
406686 37 Multiparitas Atonia Uteri Oksitosin baik Non-Rujuk 2009 Hidup
443228 39 Multiparitas Atonia Uteri Oksitosin meninggal dunia Rujuk 2010 Meninggal
440467 42 Multiparitas Retensio Plasenta Kuretase baik Rujuk 2010 Hidup
470355 37 Multiparitas Atonia Uteri Oksitosin PBJ Rujuk 2011 Hidup
487815 38 Multiparitas Retensio Plasenta Tidak Tertulis PBJ Rujuk 2011 Hidup 423286 24 Tidak ada risiko Retensio Plasenta Kuretase PBJ Rujuk 2010 Hidup 400518 32 Multiparitas Atonia Uteri Oksitosin meninggal dunia Rujuk 2009 Meninggal 436311 28 Tidak ada risiko Retensio Plasenta Oksitosin PBJ Non-Rujuk 2010 Hidup 487959 25 Tidak ada risiko Retensio Plasenta Manual Plasenta PBJ Non-Rujuk 2011 Hidup 491235 35 Multiparitas Retensio Plasenta Histerektomi PBJ Non-Rujuk 2011 Hidup 493177 24 Tidak ada risiko Robekan Jalan Lahir Tidak Tertulis baik Non-Rujuk 2011 Hidup 493177 39 Multiparitas Retensio Plasenta Kuretase PBJ Non-Rujuk 2011 Hidup 495528 32 Tidak ada risiko Robekan Jalan Lahir Perbaikan jalan lahir PBJ Rujuk 2010 Hidup 474262 30 Kehamilan Kembar Retensio Plasenta Kuretase baik Rujuk 2011 Hidup 487126 25 Kehamilan Kembar Retensio Plasenta Oksitosin PAPS Rujuk 2011 Hidup
OUTPUT SPSS
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 20 - 29 11 42.3 42.3 42.3
Tahun Kejadian
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 2009 10 38.5 38.5 38.5
2010 5 19.2 19.2 57.7
2011 11 42.3 42.3 100.0 Total 26 100.0 100.0
Status Rujukan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Rujuk 19 73.1 73.1 73.1
Non-Rujuk 7 26.9 26.9 100.0 Total 26 100.0 100.0
Faktor Resiko
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Multiparitas 10 38.5 38.5 38.5
Kehamilan Kembar 3 11.5 11.5 50.0 Riwayat Kuretase 1 3.8 3.8 53.8 Mengalami PPH
sebelumnya
1 3.8 3.8 57.7
Faktor Penyebab
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Atonia Uteri 9 34.6 34.6 34.6
Retensio Plasenta 15 57.7 57.7 92.3 Robekan Jalan Lahir 2 7.7 7.7 100.0 Total 26 100.0 100.0
Penatalaksanaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Oksitosin 8 30.8 30.8 30.8
Kuretase 9 34.6 34.6 65.4 Histerektomi 3 11.5 11.5 76.9 Manual Plasenta 3 11.5 11.5 88.5 Tidak Tertulis dalam rekam
medis
2 7.7 7.7 96.2
Perbaikan Jalan Lahir 1 3.8 3.8 100.0 Total 26 100.0 100.0
Keadaan saat pulang (hidup atau mati)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Hidup 23 88.5 88.5 88.5