• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER SERVIKS PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN TAHUN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER SERVIKS PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN TAHUN SKRIPSI"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER SERVIKS PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

TAHUN 2016-2018

SKRIPSI

Oleh

ICMI IKHTIARI NANJAR NIM. 151000200

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020

(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER SERVIKS PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

TAHUN 2016-201

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

ICMI IKHTIARI NANJAR NIM. 151000200

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020

(3)
(4)

Telah diuji dan dipertahankan Pada tanggal : 20 Januari 2020

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : dr. Fazidah Aguslina Siregar, M.Kes., Ph.D.

Anggota : 1. Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, M.P.H.

2. drh. Rasmaliah, M.Kes.

(5)
(6)

Abstrak

Kanker serviks merupakan salah satu penyakit tidak menular yang masih menjadi masalah kesehatan yang cukup serius di dunia dan merupakan penyebab kematian terbesar setelah kanker payudara yang menyerang wanita. Tahun 2019 terdapat jumlah kasus baru kanker serviks di seluruh dunia sebanyak 569.847 kasus dan 13.170 wanita di Amerika Serikat terdiagnosis kanker serviks dan 4.250 wanita meninggal akibat kanker serviks. Prevalensi kanker serviks di Indonesia yaitu sebanyak 98.692 orang dan estimasi kasus kanker serviks di Sumatera Utara sebesar 4.694 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita kanker serviks pada pasien rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 bersifat deskriptif dan desain case series. Data di analisis dengan menggunakan uji chi-square, uji t-test dan uji mann whitney u. Penderita kanker serviks tertinggi pada kelompok umur 45-54 tahun 39,8%, agama Islam 60,9%, tingkat pendidikan SLTA 54,9%, pekerjaan Ibu Rumah Tangga 44,4%, daerah asal luar Kota Medan 58,6% dan status perkawinan 97,0%, jumlah paritas yaitu >3 kali 73,7%keluhan utama yaitu pendarahan per vagina 48,1%, stadium klinik yaitu stadium lanjut 68,4%, penatalaksanaan medis yaitu Kemoterapi 53,4%, lama rawatan rata-rata penderita kanker serviks adalah 6,42 hari (6 hari), sumber biaya yaitu BPJS 91,0%, keadaan sewaktu pulang yaitu Pulang Berobat Jalan (PBJ) 88,7%. Di sarankan kepada wanita yang sudah menikah untuk melakukan pemeriksaan pap smear atau IVA Test secara berkala untuk mendiagnosa kanker serviks sejak dini. Ada perbedaan yang signifikan antara lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya.

Kata kunci : Kanker serviks, kakteristik penderita, RSUD

(7)

Cervical cancer is a non-communicable disease that is still a serious health problem in the world and is the biggest cause of death after breast cancer that attacks women. In 2019 there were 569,847 new cases of cervical cancer worldwide and total of 13,170 women in the United States were diagnosed with cervical cancer and 4,250 women died from cervical cancer. The prevalence of cervical cancer in Indonesia was 98,692 people and estimated cervical cancer cases in North Sumatra amounted to 4,694 cases. This study aims to determine the characteristics of cervical cancer sufferers in inpatients in hospitals. Dr. Pirngadi Medan in 2016-2018 is descriptive and case series design.Data were analyzed using the chi-square test, t-test and mann whitney u test. The highest cervical cancer patients were in the age group 45-54 years 39,8%, Islam 60.9%, high school education level54.9%, housewife occupation 44.4%, marital status 97.0%

and from out Medan 58.6% and,the number of parity is>3 times 73.7%

complaints the main is vaginal bleeding 48,1%, clinical stage is advanced stage 68.4%, medical management is chemotherapy 53.4%, the average length of stay for cervical cancer sufferers is 6.42 (6 days), the source of cost is BPJS 91.0%, the condition of returning home is outpatient treatment (PBJ) 88.7%.It is recommended that married women undergo regular Pap Smear or IVA Tests to diagnose cervical cancer early. The are significant difference between the average length of stay based on the source of cost.

Keywords : Cervical cancer, sufferer characteristics, RSUD

(8)

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan berkat kasih dan anugerah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Karakteristik Penderita Kanker Serviks pada Pasien Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016- 2018” ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program studi Strata 1 di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga tidak dapat terlepas dari dukungan serta bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Rahayu Lubis, M.Kes., Ph.D., selaku Ketua Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. dr. Fazidah Aguslina Siregar, M.Kes., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk, saran, bimbingan serta arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, M.P.H., selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

(9)

saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Prof. Drs. Heru Santosa, M.S., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing Akademik.

8. Seluruh Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama di bangku perkuliahan.

9. Staf dan seluruh civitas akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan, Bapak Kepala bagian rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan beserta seluruh staf yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan penelitian.

11. Terkhusus kedua orang tua yang penulis cintai dan sayangi (Drs. Wajib Rosyidi dan Arniati, S.E.) yang telah membesarkan, mendidik dan memberikan kasih sayang yang sangat tulus kepada penulis, selalu senantiasa mendoakan penulis di setiap sujudnya dan juga memberikan dukungan serta semangat kepada penulis, terima kasih yang tak terhingga untuk semua perjuangan yang kalian berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

12. Saudara penulis (Arifuddin Arsyad, S.Pd., Affandi Affan, S.H., Isfi Ramadhan, S.T.) yang selama ini selalu menjaga dan menyayangi penulis dengan setulus hati, memberikan dukungan moril dan materi, serta semangat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

(10)
(11)

Halaman

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xii

Daftar Gambar xiv

Daftar Lampiran xvi

Daftar Istilah xvii

Riwayat Hidup xviii Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Tujuan umum 3

Tujuan khusus 4

Manfaat Penelitian 5

Tinjauan Pustaka 6

Anatomi Kanker Serviks 6

Definisi kanker serviks 6

Etiologi kanker serviks 7

Faktor risiko kanker serviks 8

Gejala kanker serviks 10

Stadium kanker serviks 12

Diagnosa kanker serviks 14

Pengobatan kanker serviks 19

Epidemiologi kanker serviks 21

Pencegahan kanker serviks 22

Landasan Teori 24

Kerangka Konsep 24

Metode Penelitian 25

Jenis Penelitian 25

Lokasi dan Waktu Penelitian 25

Populasi dan Sampel 25

Variabel dan Definisi Operasional 25

Metode Pengumpulan Data 29

(12)

Metode Pengukuran 29

Metode Analisis Data 31

Hasil Penelitian 32

Profil Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan 32

Gambaran umum dan lokasi penelitian 32

Visi, misi, dan moto Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan 34

Analisis Deskriptif 34

Sosiodemografi 34

Jumlah paritas 36

Keluhan utama 37

Stadium klinik 37

Penatalaksanaan medis 38

Pama rawatan rata-rata 38

Sumber biaya 39

Keadaan sewaktu pulang 39

Analisis Statistik 40

Pendidikan berdasarkan stadium klinik 40

Jumlah paritas berdasarkan stadium klinik 41

Umur berdasarkan stadium klinik 42

Keluhan utama berdasarkan stadium klinik 42

Lama rawatan rata-rata berdasarkan stadium klinik 43

Lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya 44

Pembahasan 46

Analisis Deskriptif 46

Umur 46

Agama 47

Pendidikan 48

Pekerjaan 49

Status perkawinan 50

Daerah asal 52

Jumlah paritas 53

Keluhan utama 55

Stadium klinik 56

Penatalaksanaan medis 57

Lama rawatan rata-rata 58

Sumber biaya 58

Keadaan sewaktu pulang 60

Analisis Statistik 61

Pendidikan berdasarkan stadium klinik 61

Paritas berdasarkan stadium klinik 62

Umur berdasarkan stadium klinik 63

Keluhan utama berdasarkan stadium klinik 64

Lama rawatan rata-rata berdasarkan stadium klinik 65

Lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya 66

Keterbatasan Penelitian 67

(13)

Kesimpulan 68

Saran 69

Daftar Pustaka 70

Lampiran 73

(14)

Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian 29

2 Distribusi Proporsi Penderita Kanker Serviks Berdasarkan Sosiodemografi pada Pasien Rawat Inap di RSUD Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 34

3 Distribusi Proporsi Penderita Kanker Serviks Berdasarkan Paritas pada Pasien Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2016-2018 36

4 Distribusi Proporsi Penderita Kanker Serviks Berdasarkan Keluhan Utama pada Pasien Rawat Inap di RSUD Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 37

5 Distribusi Proporsi Penderita Kanker Serviks Berdasarkan Stadium Klinik pada Pasien Rawat Inap di RSUD Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 37

6 Distribusi Proporsi Penderita Kanker Serviks Berdasarkan Penatalaksanaan Medis pada Pasien Rawat Inap di RSUD

Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 38

7 Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Kanker Serviks pada Pasien Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun

2016-2018 38

8 Distribusi Proporsi Penderita Kanker Serviks Berdasarkan Sumber Biaya pada Pasien Rawat Inap di RSUD Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2016- 2018 39

9 Distribusi Proporsi Penderita Kanker Serviks Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang pada Pasien Rawat Inap di

RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 40

10 Distribusi Proporsi Pendidikan Berdasarkan Stadium Klinik pada Pasien Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2016-2018 40

11 Distribusi Proporsi Paritas Penderita Kanker Serviks Berdasarkan Stadium Klinik pada Pasien Rawat Inap di

RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 41

(15)

Berdasarkan Stadium Klinik pada Pasien Rawat Inap di

RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 42

13 Distribusi Proporsi Keluhan Utama Berdasarkan Stadium Klinik pada Pasien Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2016-2018 43

14 Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Kanker Serviks Berdasarkan Stadium Klinik pada Pasien Rawat Inap di

RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 44

15 Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Kanker Serviks Berdasarkan Sumber Biaya pada Pasien Rawat Inap di

RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 44

(16)

Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Stadium kanker serviks 12

2 Kerangka konsep 24

3 Diagram bar distribusi proporsi penderita kanker serviks berdasarkan umur pada pasien rawat inap di RSUD Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 46

4 Diagram pie distribusi proporsi penderita kanker serviks berdasarkan agama pada pasien rawat inap di RSUD Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 47

5 Diagram bar distribusi proporsi penderita kanker serviks berdasarkan pendidikan pada pasien rawat inap di RSUD

Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 48

6 Diagram bar distribusi proporsi penderita kanker serviks berdasarkan pekerjaan pada pasien rawat inap di RSUD

Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 49

7 Diagram pie distribusi proporsi penderita kanker serviks berdasarkan status perkawinan pada pasien rawat inap di

RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 50

8 Diagram pie distribusi proporsi penderita kanker serviks berdasarkan daerah asal pada pasien rawat inap di RSUD

Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 53

9 Diagram pie distribusi proporsi penderita kanker serviks berdasarkan paritas pada pasien rawat inap di RSUD Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 54

10 Diagram pie distribusi proporsi penderita kanker serviks berdasarkan keluhan utama pada pasien rawat inap di

RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 55

11 Diagram pie distribusi proporsi penderita kanker serviks berdasarkan stadium klinik pada pasien rawat inap di

RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 56

12 Diagram pie distribusi proporsi penderita kanker serviks berdasarkan penatalaksanaan medis pada pasien rawat inap

di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 57

(17)

berdasarkan sumber biaya pada pasien rawat inap di

RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 59

14 Diagram pie distribusi proporsi penderita kanker serviks berdasarkan keadaan sewaktu pulang pada pasien rawat

inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 60 15 Diagram bar distribusi proporsi pendidikan penderita kanker

serviks berdasarkan stadium klinik pada pasien rawat inap

di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 61

16 Diagram bar distribusi proporsi jumlah paritas penderita kanker serviks berdasarkan stadium klinik pada pasien

rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 62 17 Diagram bar distribusi proporsi umur penderita kanker

serviks berdasarkan stadium klinik pada pasien rawat inap

di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 63

18 Diagram bar distribusi proporsi keluhan utama penderita kanker serviks berdasarkan stadium klinik pada pasien

rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 64 19 Diagram bar lama rawatan-rata penderita kanker serviks

berdasarkan stadium klinik pada pasien rawat inap di RSUD

Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 65

20 Diagram bar lama rawatan-rata penderita kanker serviks berdasarkan sumber biaya pada pasien rawat inap di RSUD

Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016 66

(18)

Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Surat Permohonan Izin Penelitian 73

2 Surat Keterangan Selesai Penelitian 74

3 Master Data 77

4 Output Olahan SPSS 78

(19)

HPV Human Papilloma Virus

IARC International Agency for Research Cancer ICO Information Centre HPV on Cancer WHO World Health Organization

(20)
(21)

Pendahuluan

Latar Belakang

Konsep sehat menurut World Health Organization (WHO) adalah keadaan yang sehat baik secara fisik, mental, sosial dan tidak hanya terbebas dari penyakit, kecacatan atau kelemahannya (WHO,1947). Kemudian definisi sehat yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 yaitu Kesehatan merupakan keadaan yang sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Kementerian Kesehatan, 2009).

Penyakit tidak menular menjadi penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Tingginya morbiditas dan mortalitas penyakit tidak menular menjadi permasalahan yang cukup serius dihadapi dalam pelayanan kesehatan. Salah satu penyakit tidak menular yang cukup tinggi terjadi di Indonesia yaitu kanker serviks (Kementerian Kesehatan, 2011).

Berdasarkan dataInternational Agency for Research Cancer(IARC, 2018) mencatat bahwa jumlah kasus baru kanker serviks yaitu sebanyak 569.847 kasus di seluruh dunia (IARC, 2018). The American Cancer Society(2019) juga mencatat bahwa perkiraan kasus baru kanker serviks di Amerika Serikat wanita yang terdiagnosa menderita kanker serviks sebanyak 13.170 kasus dan 4.250 wanita meninggal akibat kanker serviks (American Cancer Society,2019).

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 prevalensi kanker serviks di Indonesia yaitu sebanyak 98.692 orang dan estimasi kasus kanker serviks di Sumatera Utara sebesar 4.694 kasus. Kanker tertinggi di Indonesia yang terjadi pada perempuan yaitu kanker payudara dan kanker serviks (Riskesdas, 2013).

(22)

2

Berdasarkan Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018 telah ditemukanhasil pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim yang menunjukkan IVA positif sebanyak 77.969 pada kelompok umur 30-50 tahun (Kementerian Kesehatan, 2018).

Data dariInformation Centre HPV on Cancer (ICO,2012) infeksi Human Papillomavirus (HPV) menjadi salah satu penyebab terjadinya kanker di seluruh dunia. Badan Internasional untuk penelitian kanker telah menetapkan bukti kuat bahwa HPV merupakan salah satu penyebab seluruh jenis kanker salah satunya kanker serviks. Sebagian besar infeksi ini terjadi tanpa ada tanda atau gejala klinis. Kanker serviks merupakan kanker yang paling banyak terjadi pada wanita dengan perkiraan 528.000 kasus baru dan 266.000 kematian akibat kanker serviks pada Tahun 2012 (ICO, 2012).

Kanker serviks terjadi karena adanya perubahan sel normal menjadi sel abnormal pada serviks. Jika sel kanker tidak diobati secara cepat maka sel kanker akan menyebar ke seluruh organ tubuh. Pada wanita yang terinfeksi kanker serviks akan merasakan keluhan yang terjadi dalam tubuhnya diantaranya nyeri pada rahim yang diakibatkan infiltrasi sel kanker ke jaringan sekitarnya, kemudian perubahan sel kanker yang tidak terkendali yang mengakibatkan pendarahan pada serviks. Dampak lainnya yaitu infeksi dan nekrosis jaringan, keputihan yang disertai bau, penurunan volume sirkulasi darah dan mengakibatkan kebutuhan nutrisi dalam tubuh berkurang sehingga terjadi kelemahan fisik yang mengganggu aktivitas gerak (Rahayu, 2015).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2016) di RSUP Haji Adam Malik Medan, bahwa jumlah penderita kanker serviks yang dirawat inap di

(23)

RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2016 sebanyak 197 orang. Penderita kanker serviks terbanyak berdasarkan usia berada pada kelompok umur 41–52 tahun yaitu sebanyak 87 orang (44,2%). Tingkat pendidikan pasien didominasi SLTA sebanyak 107 orang (54,3%). Jenis pekerjaan terbanyak yaitu ibu rumah tangga sebanyak 145 orang (73,6%). Pasien dengan jumlah paritas >3 sebanyak 46 orang (23,4%) dan selanjutnya jumlah pasien berdasarkan stadium kanker serviks terbanyak berada pada stadium III B sebanyak 96 orang (48,7%).

Penelitian yang dilakukan oleh Chairani (2017) di RSUD Dr. Pirngadi Medan, terdapat pengaruh usia pertama kali melakukan hubungan seks,jumlah paritas, penggunaan kontrasepsi oral,wanita yang memiliki riwayat keluarga danwanita yang menggunakan cairan pembersih vagina.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan di dapat jumlah data penderita kanker serviks yang di rawat inap pada Tahun 2016- 2018 sebanyak 133 orang. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang karakteristik penderita kanker serviks pada pasien rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016- 2018.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana karakteristik penderita kanker serviks yang di rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016- 2018.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita kanker serviks pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016- 2018.

(24)

4

Tujuan khusus. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui distribusi proporsi penderita kanker serviks yang di rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 berdasarkan sosiodemografi: umur, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan dan daerah asal.

2. Mengetahui distribusi proporsi penderita kanker serviks yang di rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 berdasarkan paritas.

3. Mengetahui distribusi proporsi penderita kanker serviks yang di rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 berdasarkan keluhan utama.

4. Mengetahui distribusi proporsi penderita kanker serviks yang di rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 berdasarkan stadium klinik.

5. Mengetahui distribusi proporsi penderita kanker serviks yang di rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 berdasarkan penatalaksanaan medis.

6. Mengetahui lama rawatan rata- rata penderita kanker serviks yang di rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018.

7. Mengetahui distribusi proporsi penderita kanker serviks yang di rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 berdasarkan sumber biaya.

(25)

8. Mengetahui distribusi proporsi penderita kanker serviks yang di rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

9. Mengetahui distribusi proporsi pendidikan, jumlah paritas, umur, keluhan utama berdasarkan stadium klinik di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2016-2018.

10. Mengetahui lama rata-rata rawatan berdasarkan stadium klinik dan sumber biaya.

Manfaat Penelitian

1. Memberikan pengetahuan yang luas, komprehensif dan mendalam tentang penyakit kanker serviks bagi masyarakat.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan refrensi bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian lanjutan terhadap masalah yang sama.

3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan pihak Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan untuk meningkatkan fasilitas serta upaya pelayanan kesehatan bagi penderita kanker serviks dan kebijakan dalam upaya pencegahan kanker serviks.

(26)

Tinjauan Pustaka

Anatomi Serviks

Serviks berasal dari bahasa latin yang artinya leher. Serviks merupakan bagian rahim yang paling sempit dan terhubung langsung ke fundus uteri pada bagian ismus. Serviks biasanya berbentuk silinder atau kerucut dengan ukuran berkisar antara 2-3 cm dan panjang 2,5 cm.Ukuran dan bentuk serviks biasanya berbeda- beda, tergantung pada usia, hormon dan juga pernah atau tidaknya melahirkan. Oleh karena itu untuk wanita yang belum pernah melahirkan, ukuran dan lubang rahim masih sangat sempit (Riksani, 2016).

Serviks adalah bagian uterus yang memiliki fungsi khusus dan terletak dibawah ismus. Pada bagian anterior, batas atas serviks yaitu os internal yang terletak kurang lebih setinggi pantulan peritoneum pada kandung kemih (Rasjidi, 2008).

Serviks atau mulut rahim terletak pada bagian depan rahim yang menonjol ke dalam vagina. Serviks memproduksi cairan berlendir atau disebut mucus. Pada saat ovulasi mucus menjadi banyak, elastis dan licin (Sarpini, 2014).

Definisi kanker serviks. Kanker serviks merupakan jenis tumor ganas yang menyerang organ reproduksi wanita. Kanker ini mengenai lapisan permukaan (epitel) dari leher rahim atau mulut rahim dan dapat terjadi dikarenakan sel-sel permukaan tersebut mengalami penggandaan dan berubah sifat menjadi sel yang tidak normal (Savitri, 2015).

Serviks atau leher rahim terletak pada bagian ujung bawah rahim yang menonjol ke liang senggama (vagina). Kanker serviks berkembang secara

(27)

bertahap, akan tetapi bersifat progresif. Proses terjadinya kanker ini dimulai dengan sel yang mengalami mutasi lalu berkembang dan kemudian menyebabkan terjadinya kelainan epitel atau disebut dengan displasia. Dimulai dari displasia ringan, sedang, berat dan akhirnya menjadi karsinoma in-situ (KIS), kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan KIS ini juga disebut dengan tingkat prakanker. Dari proses displasia menjadi karsinoma in- situ diperlukan waktu 1-7 tahun, sedangkan proses karsinoma in-situ menjadi karsinoma invasif membutuhkan waktu sekitar 3-20 tahun (Diananda, 2009).

Etiologi kanker serviks. Salah satu penyebab terjadinya kanker serviks adalah Human Papilloma Virus (HPV). Human Papilloma Virus (HPV) merupakan suatu virus yang menyebabkan kutil di daerah genital (kondiloma akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Human Papilloma Virus (HPV) menjadi penyebab terjadinya perubahan sel- sel leher rahim menjadi abnormal (Supriyanto, 2010).

HPV termasuk ke dalam golongan Papovavirusyang merupakan virus DNA yang dapat memicu terjadinya perubahan genetik. Virus ini bersifat epiteliotropikyang dominan menginfeksi kulit dan selaput lendir. HPV berbentuk ikosahedral yang memiliki ukuran 50-55 nm, 72 kapsomer, dan 2 protein kapsid.Infeksi virus HPV telah dibuktikan menjadi penyebab lesi prakanker, pertumbuhan kutil di daerah genital dan juga kanker. Beberapa virus HPV yang berisiko rendah dan jarang menimbulkan kanker yaitu tipe 6, 11, 42, 43, 44, dll.

Sedangkan virus HPV berisiko tinggi yang dapat menimbulkan kanker dan ditularkan melalui hubungan seksual yaitu HPV tipe 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68, dan 69. Di Indonesia tipe virus yang dapat menyebabkan kanker yaitu tipe 16, 18 dan 52 (Rasjidi, 2007).

(28)

8

Faktor risiko kanker serviks. Faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya kanker serviks antara lain yaitu :

Usia. Usia juga menjadi salah satu faktor terjadinya kanker serviks.

Wanita yang rawan mengidap kanker yaitu berusia antara 35- 50 tahun, terutama bagi wanita yang sudah melakukan hubungan seksual sebelum usia 18 tahun (Ariani, 2015).

Hubungan seksual. Karsinoma serviks merupakan salah satu penyakit

yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Wanita yang telah melakukan hubungan seksual sebelum usia 18 tahun akan berisiko lima kali lipat lebih tinggi terkena kanker serviks dibandingkan wanita yang melakukan hubungan seksual diatas 18 tahun (Rasjidi, 2008).

Partner seksual yang banyak. Wanita yang sering berganti-ganti

pasangan memiliki kesempatan lebih besar terkena penyakit akibat hubungan seksual. Faktor yang paling mempengaruhi timbulnya kanker serviks adalah penyakit akibat hubungan seksual seperti gardnerella vaginosis (gejala keputihan berwarna abu-abu yang berbau dan sering ditemukan bersama infeksi trikhomoniasis), klamedia, herpes, dan kondiloma akuminata (kutil di daerah genital). Berganti-ganti pasangan juga berlaku pada pihak suami. Jika suami melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang bukan isteri nya, ia akan membawa pulang virus- virus akibat kontak seksual tersebut dan menularkan ke isterinya. Sperma yang mengandung komplomen histone yang bereaksi dengan DNA sel serviks bisa menyebabkan serviks terinfeksi sehingga terjadi kanker.

Cairan sperma pria bersifat alkalis yang dapat menimbulkan perubahan pada sel- sel epitel serviks (neoplasma dan displasia) dan mengakibatkan kanker mulut rahim (Diananda, 2009).

(29)

Merokok. Merokok menjadi faktor lain penyebab terjadinya kanker

serviks. Tembakau dalamrokok mengandung bahan- bahan yang bersifat karsinogen baik yang dihisap maupun dikunyah. Asap rokok yang dihisap menghasilkan polycyclic aromatic hydrocarbons heterocyclic amine yang sangat karsinogen dan mutagen sedangkan tembakau yang dikunyah dapat menghasilkan netrosamine. Bahan kimia tersebut terdapat pada getah serviks wanita perokok dan dapat menjadi karsinogen infeksi virus (Rasjidi, 2009). Kandungan nikotin yang terdapat dalam rokok juga menjadi penyebab kanker serviks. Hal ini terlihat dalam cairan leher rahim penderita kanker serviks yang perokok. Nikotin yang telah sampai di serviks akan memudahkan virus untuk masuk ke daerah leher rahim. Karena itu, wanita perokok memiliki risiko tinggi menderita kanker serviks (Diananda, 2009).

Kontrasepsi oral. Hingga kini para ahli belum dapat memastikan

hubungan antara penggunaan kontrasepsi oral terhadap terjadinya kanker serviks.

Kekentalan lendir pada serviks akibat penggunaan kontrasepsi oral dapat memperlama keberadaan agen karsinogenik yang didapatkan melalui hubungan seksual sehingga dapat memicu terjadinya kanker serviks (Riksani,2016).

Beberapa pakar peneliti membuktikan tidak ada hubungan yang signifikan antara penggunaan kontrasepsi oral atau pil KB terhadap terjadinya kanker serviks. Namun pemakaian pil KB dapat mengakibatkan prakarsinoma serviks pada uteri. Beberapa pakar di Indonesia menemukan banyak kasus displasia terhadap wanita yang menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dibandingkan dengan kontrasepsi oral walaupun tidak sampai berkembang menjadi karsinoma (Tambunan, 1991).

(30)

10

Paritas. Paritas merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker

serviks. Wanita dengan frekuensi persalinan lebih 3 dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks sebesar 4 kali dibandingkan wanita dengan frekuensi kurang dari 3 (Hidayat dkk, 2013).

Gejala kanker serviks. Kanker serviks kini disebut sebagai kanker pembunuh nomor satu pada wanita di Indonesia. Meski begitu, masih banyak wanita yang tidak mengetahui secara jelas apa dan bagaimana kanker serviks itu berkembang. Bahkan banyak sekali penderita yang tidak megetahui tanda dan gejala terinfeksi virus tersebut.

Gejala klinis. Gejala awal yang terjadi pada kanker serviks antara lain

adalah sebagai berikut:

Pendarahan per vagina (melalui vagina). Pendarahan ini terjadi setelah melakukan hubungan seksual yang secara spontan pendarahan keluar diluar masa haid. Pendarahan tidak selalu menjadi gejala khas dari kanker serviks. Namun biasanya pendarahan ini terjadi ketika serviks telah terinfeksi virus HPV, sehingga serviks akan menjadi rapuh dan mudah mengeluarkan pendarahan yang diakibatkan dari perlukaan didaerah serviks tersebut.

Keputihan berulang. Keputihan adalah cairan yang keluar dari vagina secara berlebihan. Terdapat dua jenis keputihan yaitu, keputihan fisiologis atau normal dan keputihan patologis atau yang disebabkan oleh penyakit. Keputihan fisiologis atau normal biasanya keluar pada saat masa subur yaitu sebelum dan sesudah haid. Cairan pada keputihan normal biasanya berwarna jernih, tidak berbau dan tidak gatal. Berbeda dengan keputihan patologis atau yang disebabkan

(31)

oleh penyakit, biasanya keputihan yang disebabkan oleh penyakit semakin lama akan semakin bau, terkadang bercampur darah dan bahkan sulit disembuhkan meskipun sudah mendapatkan penanganan dan pengobatan.

Anemia. Kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah.

Pendarahan pada wanita menopouse. Keluarnya cairan darah pada wanita yang sudah menopouse.

Sakit saat bersenggama. Rasa sakit yang berlebihan saat berhubungan seksual.

Gejala lanjutan. Gejala lanjutan dari kanker serviks akan muncul seiring

bertambahnya stadium kanker tersebut. Adapun tanda dan gejala lanjutan dari kanker serviks yaitu :

Cairan berbau tidak sedap pada vagina. Keluarnya cairan yang berbau tidak sedap pada vagina.

Nyeri. Rasa sakit atau nyeri yang terjadi pada bagian panggul, pinggul dan tungkai.

Gangguan saat berkemih. Gangguan saat berkemih atau saat buang air kecil yang disebabkan karena adanya sumbatan pada saluran kencing.

Nyeri di daerah anus dan kemih.Rasa sakit atau nyeri yang terjadi di daerah anus serta kemih atau saluran kencing.

Penurunan berat badan. Terjadinya penurunan berat badan yang signifikan.

Kelemahan dan kelelahan. Semakin mudah merasa lelah.

Anorexia. Kurangnya nafsu makan (Riksani,2016).

(32)

12

Stadium kanker serviks. Stadium merupakan istilah yang digunakan para medis untuk mengetahui tahapan kanker. Untuk mengetahui tingkat keparahan kanker serviks yaitu dengan penetapan stadium kanker. Penetapan kanker ini juga sebagai upaya untuk mengetahui penanganan dan pengobatan yang tepat untuk kanker tersebut. Untuk mengetahui sejauh mana kanker telah menyebar ke jaringan tubuh, para medis akan melakukan beberapa tindakan antara lain kolposkopi atau teropong rahim, biopsi kerucut (pengambilan sedikit jaringan serviks untuk diteliti oleh ahli patologi) dan tes penanda tumor melalui pengambilan contoh sampel darah (Rahayu, 2015).

Gambar 1. Stadium kanker serviks

Stadium kanker serviks menurut FIGO (International Federation Gynecologic and Obstretic) yaitu :

Stadium 0. Stadium ini disebut juga dengan karsinoma insitu yang berarti kanker belum menyebar ke tubuh tubuh manapun. Pada stadium ini hanya terjadi perubahan sel abnormal pada serviks.

(33)

Stadium I. Pada stadium I kanker telah tumbuh dalam serviks, namun

belum menyebar ke organ manapun. Stadium kanker 1 dibagi atas beberapa stadium lagi yaitu:

Stadium I A. Kanker hanya dapat dilihat melalui miskroskop atau kolposkopi yang artinya kanker masih tumbuh sedikit.

Stadium I A1. Kanker telah tumbuh dalam serviks dengan ukuran kedalaman kurang dari 3 mm dan lebar kurang dari 7 mm.

Stadium I A2. Pada stadium ini kanker tumbuh dengan ukuran antara 3-5 mm dan lebar kurang dari 7 mm.

Stadium I B. Pada stadium ini kanker mulai tumbuh lebih besar dari stadium sebelumnya, sehingga kanker sudah bisa dilihat tanpa menggunakan mikroskop di dalam serviks.

Stadium I B1. Ukuran kanker pada stadium ini yaitu tidak lebih besar dari 4 cm didalam serviks.

Stadium I B2. Ukuran kanker pada stadium ini lebih besar dari 4 cm didalam serviks.

Stadium II. Pada stadium ini kanker telah menyebar ke luar reher rahim,

tetapi belum sampai ke dinding panggul atau hanya sepertiga bagian bawah vagina. Stadium kanker II terbagi lagi atas beberapa bagian, yaitu :

Stadium II A. Kanker telah menyebar pada bagian vagina atas.

Stadium II A1. Pada stadium ini ukuran kanker sebesar 4 cm atau kurang dari 4 cm.

Stadium II A2. Sementara itu, pada stadium IIA2 kanker sudah berukuran lebih dari 4 cm.

(34)

14

Stadium II B. Pada stadium ini kanker telah menyebar ke jaringan sekitar vagina dan serviks, namun belum sampai ke dinding panggul.

Stadium III. Kanker telah menyebar lebih luas dari stadium sebelumnya

dan hampir mencapai dinding panggul.. Pada stadium ini kanker terbagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu :

Stadium III A. Kanker telah menyebar hingga ke vagina bagian bawah.

Stadium III B. Pada stadium ini kanker telah berkembang tumbuh menuju dinding panggul dan menghambat saluran kemih.

Stadium IV. Stadium IV menjadi stadium paling parah dari kanker

serviks. Hal ini dikarenakan kanker telah berkembang lebih luas lagi hingga ke luar serviks dan rahim. Stadium ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu :

Stadium IV A. Kanker telah menyebar sampai rektum (dubur) dan saluran kandung kemih.

Stadium IV B. Pada tahap ini, penyebaran kanker lebih jauh lagi dari stadium sebelumnya hingga mencapai organ- organ tubuh yang sangat jauh yaitu paru- paru, hati atau tulang.

Diagnosa kanker serviks. Pemeriksaan kanker serviks atau disebut juga dengan skrining merupakan upaya untuk mendeteksi kanker serviks secara dini.

Skrining merupakan suatu tindakan dalam bentuk preventif yang harus dilakukan terutama bagi wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual (Riksani, 2016). Berikut jenis tes yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis kanker serviks yaitu:

IVA test. Tes IVA merupakan kepanjangan dari Inspeksi Visual Asam Asetat. Tes IVA merupakan salah satu metode deteksi dini dengan menggunakan

(35)

asam asetat dan dapat dilihat dengan pengamatan langsung. Metode ini sangat cocok digunakan karena mudah dilakukan, biaya pemeriksaan cukup terjangkau, efektif dan bisa dilakukan oleh bidan, perawat dan dokter yang telah mendapatkan pelatihan mengenai pemeriksaan metode IVA. Adapun alat dan bahan yang diperlukan untuk metode IVA yaitu, spekulum vagina, asam asetat, kapas lidi, meja pemeriksaan, sarung tangan bersih, ruangan dengan pencahayaan yang cukup tenang.

Test IVA dilakukan dengan cara mengolesi asam asetat sebesar 3-5 persen ke kapas lidi dan diusapkan pada bagian serviks atau leher rahim. Setelah dilakukan pengolesan asam asetat, serviks atau leher rahim diobservasi dan diamati beberapa saat untuk mengetahui hasil pemeriksaan tersebut. Hasil pemeriksaan IVA dibagi atas beberapa kelompok, diantaranya, normal, radang / servisitis /atipik, IVA Positif yaitu terdapat bercak putih pada serviks yang berarti ditemukan lesi prakanker pada serviks.

Apabila hasil IVA positif, maka ditemukan adanya area berwarna putih (acetowhite) setelah di olesi asam asetat.

Pap smear. Pap smear pertama kali ditemukan oleh dokter asal Yunani

bernama dr. Georgius Papanicolau pada tahun 1943. Pap smear merupakan pemeriksaan sitologi untuk area serviks. Sampel sel-sel ini diambil dari serviks untuk memeriksakan perubahan pada sel. Pap smear mudah dilakukan dengan biaya yang cukup terjangkau, dengan harga berkisar Rp. 50.000- Rp. 250.000.

Tes ini sangat efektif dan tepat untuk mengetahui perubahan yang terjadi dalam leher rahim sebagai tanda dari kanker serviks. Pap Smear dilakukan pada saat tidak menstruasi, biasanya hari ke 10 sampai 20 hari setelah hari pertama

(36)

16

menstruasi sebelumnya. Dua hari sebelum pemeriksaan, pasien dilarang menggunakan obat-obatan pada vagina kecuali ada instruksi dari dokter.

Pasien juga dilarang melakukan hubungan seksual 1 sampai 2 hari sebelum pemeriksaan karena dikhawatirkan dapat menyamarkan hasil pemeriksaan. Pap smear dilakukan dengan cara mengambil sel epitel leher rahim dan selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk dilihat hasil nya apakah sel epitel bersifat normal atau mengalami perubahan abnormal sebagai tanda adanya kanker serviks. alat dan bahan yang diperlukan dalam melakukan Pap Smear yaitu, brooms, cytobrush, spatula,gelas objek, sarung tangan, speculum vagina, alcohol 96 persen. Langkah- langkah untuk melakukan pap smear adalah:

1. Usapkan spatula eyre pada bibir mulut rahim, kemudian hasil usapan pada serviks dioles pada kaca benda.

2. Usapkan cytobrush pada endoserviks lalu pulaskan pada kaca benda.

3. Rendam kaca benda dalam alkohol 96 persen selama kurang lebih 30 menit.

4. Kemudian bawa ke laboratorium patologi untuk melakukan pengecekan papanicolau, diperiksa dibawah mikroskop dengan teliti untuk mengetahui apakah terdapat lesi pra kanker atau sel kanker.

Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara mengambil sampel dari lorong mulut rahim dan pengambilan sampel dari bibir mulut rahim. Adapun hasil kesimpulan yang bisa didapatkan dari hasil pemeriksaan sel abnormal pap smear yaitu:

1. Dyplasia merupakan kelainan prakanker serviks yangmenggambarkan sel abnormal pada serviks. Dyplasia bisa berkembang menjadi kanker serviks apabila tidak segera mendapatkan penanganan dan pengobatan yang tepat.

(37)

2. Atypical sel skuamosa. Suatu keadaan dimana terjadi kelainan inti sel padaleher rahim atau serviks namun tidak termasuk dysplasia dan belum jelas penyebabnya.

Kalposkopi. Kolposkopi merupakan pemeriksaan lanjutan dari tes IVA

dan Pap Smear untuk mengetahui apakah terdapat sel abnormal pada serviks secara lebih cermat lagi. Metode ini telah dikombinasikan dengan biopsi untuk mengetahui hasil yang lebih baik lagi apakah terdapat perubahan prakanker atau kanker dari leher rahim. Kolposkopi digunakan dengan cara memperbesar pandangan leher rahim menggunakan kaca pembesar yang berkekuatan tinggi atau disebut juga kolposkopi untuk mendeteksi dan melakukan tindakan terapi pada pasien dengan prakanker serviks uteri. Tahapan proses pemeriksaan kolposkopi yaitu :

1. Mempersiapkan alat yang akan digunakan seperti meja, pemeriksaan, kamera pembesar dan spekulum vagina.

2. Pemasangan spekulum vagina.

3. Mengusapkan larutan asam cuka encer atau senyawa bernama larutan lugol ke leher rahim dengan menggunakan alat khusus yang disebut Q-Tip.

4. Kemudian dokter akan melakukan pemeriksaan dengan menggunakan kaca pembesar untuk mengetahui kondis leher rahim.

5. Interpretasi hasil pemeriksaan untuk mengetahui apakah kondisi leher rahim normal atau tidak.

Tes HPV-DNA. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara pengambilan sampel dari bagian atas vagina dan ostium serviks untuk mengetahui adanya infeksi HPV pada leher rahim dengan menggunakan lidi kapas atau sikat. Adapun

(38)

18

persiapan dan syarat pelaksanaan metode tersebut yaitu, sabun dan air mengalir, lampu, spekulum dengan desinfeksi tingkat tingg, sarung tangan, sikat kecil, lidi kapas, botol kecil dengan cairan pengawet (alkohol 96 persen) untuk menyimpan sampel, kaleng berisi air hangat untuk mengahangatkan spekulum, formulir pencatatan, larutan klorin 0,5 persen untuk dekontaminasi instrumen dan sarung tangan. Teknik dan prosedur pelaksanaan:

1. Mengambil sampel bagian atas vagina dan ostium serviks dengan menggunakan kapas lidi atau sikat kecil.

2. Masukkan lidi kapas atau sikat kecil ke dalam wadah yang berisi pengawet.

3. Tutup spekulum.

4. Beri label, nama register dan tanggal pemeriksaan.

5. Catat semua kelainan yang ditemukan pada inspekulo.

Interpretasi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi tipe HPV

yang dapat menyebabkan kanker serviks. Penderita dengan HPV positif akan menunjukkan adanya Dysplasia (ASCUS) dan harus dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan kolposkopi.

Tes iodin schiller (logul). Metode pemeriksaan ini digunakan dengan

Caramengolesi serviks dengan larutan iodin atau yodium. Iodin atau yodium bersifat glikofilik menyebabkan penyerapan ke dalam epitelium yang mengandung glikogen. Sel yang normal akan berubah menjadi berwarna coklat apabila di olesi iodin, sedangkan sel yang abnormal akan berubah menjadi bewarna putih atau kuning.

CT- scanner. Metode pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan sinar X dan komputer yang dapat memperlihatkan gambar serviks secara detail untuk mengetahui penyebaran kanker serviks.

(39)

Magnetic Resonance Imaging (MRI-Scan). Metode pemeriksaan yang

dilakukan dengan menggunakan magnet yang berkekuatan tinggi dan komputer yang dapat memperjelas gambar serviks dan struktur lainnya dalam perut dan panggul dengan resolusi tinggi. Seperti halnya dengan CT- Scanner, MRI juga dapat digunakan untuk mencari penyebara kanker serviks.

Pengobatan kanker serviks. Pengobatan kanker serviks harus dilakukan sesuai dengan stadium penderita. Penanganan yang tepat pada kanker serviks dapat mempengaruhi keberhasilan pengobatan kanker serviks. Semakin dini kanker serviks terdeteksi maka semakin besar peluang kesembuhannya yaitu dengan penanganan dan pengobatan yang tepat sesuai dengan stadium yang diderita (Riksani, 2016).

Berikut adalah jenis beberapa pengobatan yang dilakukan dalam terapi kanker serviks yaitu :

Terapi ablasi. Teori ablasi atau biasa disebut electrocautery merupakan

terapi kanker yang dilakukan dengan cara membakar lesi pra kanker menggunakan listrik. Sel- sel yang terdapat pada permukaan serviks akan dibakar dengan menggunakan listrik atau laser sehingga sel- sel yang terinveksi virus HPV dapat dihilangkan.

Metode krioterapi. Merupakan terapi kanker yang dilakukan dengan cara

pendinginan dengan menggunakan gas atau CO2 sehingga sel- sel yang terinfeksi virus HPV bisa segera dibekukan dan mati. Lalu setelah itu akan tumbuh lagi sel normal yang baru.

Biopsy kerucut. Biopsy kerucut atau biasa disebut dengan konisasi merupakan teknik pembedahan yang digunakan dalam kondisi prakanker.

(40)

20

Ada beberapa macam biopsy kerucut yang biasa digunakan yaitu:

Biopsy kerucut dengan pisau dingin. Teknik ini dilakukan dengan cara pengambilan sampel jaringan leher rahim abnormal yang telah dilihat melalui pemeriksaan scalpel (pisau khusus).

Biopsy kerucut laser. Teknik pengambilan jaringan leher rahim abnormal yang dilakukan dengan menggunakan laser atau cahaya sebagai sumber untuk menguapkan dan mengangkat jaringan abnormal pada leher rahim.

Biopsy kerucut LEEP (Loop Electrosurgical Excision Procedure). Teknik pembedahan dengan menggunakan kawat berbentuk simpul yang dialiri listrik dan diletakkan dileher rahim sehingga jaringan abnormal terangkat.

Pengangkatan leher rahim. Teknik terapi kanker serviks yang dilakukan

dengan pengangkatan leher rahim. Teknik ini hanya boleh dilakukan apabila lesi prakanker telah mencapai tahap CIN III atau displasia parah.

Trakelektomi. Teknik pembedahan yang dilakukan dengan cara

pengambilan bagian atas vagina serta kelenjar limfe di area pinggul.

Lesi prakanker. Suatu kondisi dimana terjadi kelainan inti sel sebelum

menjadi kanker. Lesi prakanker merupakan kondisi awal sebelum terjadinya kanker serviks. Sebagian besar wanita tidak merasakan gejala atau tanda apapun, dikarenakan pada tahap ini gejala belum jelas terlihat. Gejala akan terlihat jika stadium kanker serviks semakin bertambah. Berdasarkan tingkat keparahannya, lesi prakanker terbagi atas dua jenis yaitu:

LSIL (Low Squamous Intraephitelial Lesi). Suatu kondisi dimana lesi prakanker masih berada di derajat keparahan yang rendah.

HSIL (High Squamous Intraephitelial Lesi). Kondisi dimana lesi prakanker telah berada di derajat keparahan yang tinggi.

(41)

Kondisi prakanker. Kondisi prakanker dibagi menjadi tiga tahapan

selanjutnya yaitu:

CIN (Cervical Intraephitelial Neoplasia) I. Kondisi ini disebut juga displasia ringan yaitu suatu kondisi dimana sel- sel abnormal menyebar hanya sebatas sepertiga bagian luar dari lapisan permukaan atau sel epitel yang melapisi serviks. kondisi ini banyak terjadi pada wanita antara usia 25-35 tahun.

CIN (Cervical Intraephitelial Neoplasia) II. Displasia sedang, yaitu kondisi dimana sel- sel abnormal telah menyebar ke dua per tiga bagian lapisan permukaan sel epitel.

CIN (Cervical Intraephitelial Neoplasia) III. Kondisi ini disebut juga dengan displasia berat. Pada tahap ini seluruh ketebalan sel epitel telah menyebar sel- sel kanker, tetapi belum sampai kebawah permukaan sel epitel. Kondisi ini banyak terjadi pada wanita usia 30- 40 tahun.

Epidemiologi kanker serviks. Kanker seviks menjadi masalah kesehatan perempuan di Indonesia dengan angka kejadian dan kematian yang masih cukup tinggi. Kanker serviks sering didiagnosa pada wanita usia 35- 50 tahun dan terdapat 40.000 kasus baru kanker serviks yang ditemukan setiap tahunnya (Rasjidi, 2008).

Kanker serviks banyak dijumpai di negara- negara berkembang seperti Indonesia, India, Thailand, dan Filipina. Sebanyak 470.000 wanita di seluruh dunia didiagnosa kanker serviks, lebih dari 190.000 orang berasal dari negara berkembang dan sekitar 230.000 wanita meninggal akibat penyakit berbahaya tersebut (Riksani, 2016).

(42)

22

Di negara maju, angka kejadian dan kematian kanker serviks mengalami penurunan karena suksesnya program deteksi dini yaitu Pap Smear. Kanker serviks masih menduduki urutan kedua kanker ganas yang terjadi pada wanita setelah kanker payudara dan sebanyak 500.000 wanita di seluruh dunia menderita kanker serviks setiap tahunnya (Rasjidi,2007).

Pencegahan kanker serviks. Kanker serviks bisa segera dihindari apabila ada tindakan pencegahan terhadap risiko terserang kanker serviks. Pencegahan yang dapat dilakukan terbagi atas dua jenis, yaitu pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Berikut dibawah ini penjelasan tentang pencegahan yang dapat dilakukan yaitu :

Pencegahan primer. Pencegahan primer meliputi pendidikan, promosi,

serta pemberian vaksinasi yang dapat merangsang pembentukan antibodi. Vaksin yang diberikan untuk pencegahan kanker serviks yaitu vaksin HPV. Vaksin HPV merupakan obat yang berisi protein HPV yang dapat membentuk antibodi serta dapat mematikan virus HPV. Vaksinasi ini dapat diberikan kepada wanita baik yang sudah pernah melakukan hubungan seksual maupun belum pernah melakukan hubungan seksual. Untuk wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual, vaksin ini diberikan setelah melakukan Pap Smear untuk mengetahui apakah sudah terinfeksi virus HPV (Rahayu, 2015).

Pencegahan sekunder. Pencegahan sekunderdapat dilakukan dengan

metode skrining yang merupakan suatu metode efektif untuk pencegahan sekunder kanker leher rahim. Melalui pemeriksaan dini dapat ditemukan penderita kanker leher rahim yang belum memiliki keluhan utama, kelompok orang yang berisiko tinggi dan lesi prakanker, serta dapat dilakukan intervensi untuk memutus

(43)

perjalanan penyakit tersebut. Deteksi dini yang dilakukan untuk mengetahui kanker leher rahim yaitu Pap Smear dan IVA Test (Inspeksi Visual Asam Asetat).

Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat sel abnormal yang terdapat pada serviksnamun tidak bisa mencegah terjadinya infeksi HPV (Rasjidi, 2009).

Pencegahan tersier. Pencegahan tersier dapat meliputi pelayanan di

rumah sakit seperti diagnosa dan pengobatan serta mendapatkan perawatan paliatif (Rasjidi,2009).

Landasan Teori

Menurut Riksani (2016), serviks merupakan bagian rahim yang paling sempit dan terhubung langsung ke fundus uteri pada bagian ismus. Serviks biasanya berbentuk silinder atau kerucut dengan ukuran berkisar antara 2-3 cm dan panjang 2,5 cm.Ukuran dan bentuk serviks biasanya berbeda- beda, tergantung pada usia, hormon dan juga pernah atau tidaknya melahirkan. Oleh karena itu untuk wanita yang belum pernah melahirkan, ukuran dan lubang rahim masih sangat sempit. Kanker serviks merupakan jenis tumor ganas yang menyerang organ reproduksi wanita. Kanker ini mengenai lapisan permukaan (epitel) dari leher rahim atau mulut rahim dan dapat terjadi dikarenakan sel- sel permukaan tersebut mengalami penggandaan dan berubah sifat menjadi sel yang tidak normal.

Menurut Rahayu (2015), penetapan kanker ini juga sebagai upaya untuk mengetahui penanganan dan pengobatan yang tepat untuk kanker tersebut. Untuk mengetahui sejauh mana kanker telah menyebar ke jaringan tubuh, para medis akan melakukan beberapa tindakan antara lain kolposkopi atau teropong rahim, biopsi kerucut (pengambilan sedikit jaringan serviks untuk diteliti oleh ahli patologi) dan tes penanda tumor melalui pengambilan contoh sampel darah.

(44)

24

Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Kerangka konsep

Sosiodemografi Umur Agama Pendidikan Pekerjaan Status Perkawinan Daerah Asal

Paritas Keluhan Utama

Stadium Klinik Penatalaksanaa Media

Karakteristik Penderita Kanker Serviks

Lama Rawatan Rata-Rata Sumber Biaya Keadaan Sewaktu Pulang

(45)

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain studi case series untuk mengetahui karakteristik penderita kanker serviks yang di rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan karena tersedianya data pasien kanker serviks yang di rawat inap pada Tahun 2016-2018.

Waktu penelitian. Penelitian ini dimulai dengan melakukan survei pendahuluan, penyusunan proposal, seminar proposal, penelitian, analisis data, serta penyusunan laporan akhir hingga seminar hasil yang dimulai dari bulan Januari 2019 sampai Januari 2020.

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian diatas adalah seluruh pasien kanker serviks yang di rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 yang berjumlah 133 orang.

Sampel penelitian diatas menggunakan teknik total sampling yaitu seluruh pasien kanker serviks yang di rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan pada Tahun 2016-2018 yang berjumlah 133 orang.

Variabel dan Definisi Operasional

Penderita kanker serviks. Penderita kanker serviks adalah seseorang yang menderita kanker serviks yang berdasarkan yang dicatat direkam medis.

(46)

26

Umur. Umur adalah lama waktu hidup pasien penderita kanker serviks sejak dilahirkan sampai penderita menjadi pasien di RSUD Dr. Pirngadi Medan yang tercatat dalam kartu status dan dikategorikan atas:

1. <35 tahun 2. 35-44 tahun 3. 45-54 tahun 4. >55 tahun

Untuk analisis data umur dikelompokkan menjadi:

1. <45 tahun 2. >45 tahun

Agama. Agama adalah suatu ajaran atau kepercayaan yang dianut penderita kanker serviks yang di rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2016-2018 yang tercatat dalam kartu status dan dikategorikan atas:

1. Islam

2. Kristen Protestan 3. Kristen Katholik

Pendidikan. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang terakhir kali ditamatkan oleh penderita kanker serviks yang di rawat inap di RSUD Dr.

Pirngadi Kota Medan Tahun 2016-2018 yang tercatat dalam kartu status dan dikategorikan atas:

1. SD /sederajat 2. SLTP /sederajat 3. SLTA /sederajat

4. Akademi /Perguruan Tinggi

(47)

Untuk analisis data statistik dikategorikan menjadi:

1. Rendah (SD /sederajat dan SLTP /sederajat)

2. Tinggi (SLTA /sederajat dan Akademi /Perguruan Tinggi)

Pekerjaan. Pekerjaan adalah pekerjaan penderita kanker serviks yang di rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2016-2018 yang tercatat dalam kartu status dan dikategorikan atas:

1. Pegawai Negeri Sipil /TNI /POLRI /Pensiunan 2. Wiraswasta

3. Pegawai Swasta 4. Ibu Rumah Tangga 5. Petani

6. Lain-lain

Daerah asal. Daerah asal adalah daerah tempat tinggal penderita kanker serviks yang di rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2016-2018 yang tercatat dalam kartu status dan dikategorikan atas:

1. Kota Medan 2. Luar Kota Medan

Status perkawinan. Status perkawinan adalah status hubungan dalam membentuk keluarga yang dimiliki penderita kanker serviks yang di rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 yang tercatat dalam kartu status dan dikategorikan atas:

1. Menikah 2. Tidak menikah

(48)

28

Paritas. Paritas adalah jumlah persalinan yang sudah dialami oleh penderita kanker serviks yang tercatat dalam kartu statusdan dikategorikan atas:

1. < 3 2. > 3

Keluhan utama. Keluhan utama adalah gejala klinis atau keluhan utama penderita kanker serviks memeriksakan dirinya ke RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2016-2018 yang tercatat dalam kartu status dan dikategorikan atas:

1. Pendarahan per vagina 2. Keputihan

3. Nyeri perut bawah

Stadium klinik. Stadium klinik adalah tahapan kanker pada penderita kanker serviks yang di rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2016-2018 yang tercatat dalam kartu status dan dikategorikan atas:

1. Stadium awal (0 sampai IIA) 2. Stadium lanjut(IIB sampai IVB)

Penatalaksanaan medis. Penatalaksanaan medis adalah tindakan yang dilakukan para medis kepada penderita penderita kanker serviks yang di rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 yang tercatat dalam kartu status dan dikategorikan atas:

1. Kemoterapi 2. Histerektomi 3. Biopsy Ssrviks

Lama rawatan rata-rata. Lama rawatan rata-rata adalah lama rata-rata penderita kanker serviks di rawat di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2016- 2018.

(49)

Sumber biaya. Sumber biaya adalah pihak yang akan menanggung seluruh biaya pengobatan penderita kanker serviks yang dirawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2016-2018 yang tercatat dalam kartu status dan dikategorikan atas:

1. Biaya sendiri

2. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Keadaan sewaktu pulang. Keadaan sewaktu pulang adalah kondisi penderita sewaktu keluar dari rumah sakit yang tercatat dalam kartu status dan dikategorikan atas:

1. Pulang berobat jalan (PBJ)

2. Pulang atas permintaan sendiri (PAPS) 3. Meninggal

Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari kartu status penderita kanker serviks yang dirawat inap di RSUD DR Pirngadi Kota Medan pada Tahun 2016-2018. Seluruh kartu status dikumpulkan kemudian dilakukan pencatatan sesuai dengan variabel yang akan diteliti.

Metode Pengukuran Tabel 1

Aspek Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Umur Kartu status

pasien

< 35 tahun 35 - 44 tahun 45 - 54 tahun

> 55 tahun

Untuk analisis data:

<45 tahun

>45 tahun

Rasio

(bersambung)

(50)

30

Tabel 1

Aspek Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Agama Kartu status

penderita

Islam

Kristen protestan Kristen katholik

Nominal

Pendidikan Kartu status penderita

SD /Sederajat SLTP /sederajat SLTA /sederajat Akademi /Perguruan

Tinggi

Ordinal

Pekerjaan Kartu status penderita

Pegawai Negeri Sipil/PNS/Pensiunan Wiraswasta

Pegawai Swasta Ibu Rumah Tangga Petani

Lain- lain

Nominal

Status

perkawinan

Kartu status penderita

Menikah Tidak Menikah

Nominal Daerah asal Kartu status

penderita

Kota Medan Luar Kota Medan

Nominal Paritas Kartu status

penderita

< 3

>3

Ordinal Keluhan utama Kartu status

penderita

Perdarahan per vagina Keputihan

Nyeri perut bawa

Nominal

Stadium klinik Kartu status penderita

Stadium awal sampai (0 sampai IIA) Stadium lanjut

(IIB – sampai IVB)

Ordinal

Penatalaksanaan medis

Kartu status penderita

Kemotrafi Histerektomi Biopsy seviks

Nominal

Sumber biaya Kartu status penderita

Biaya sendiri

Badan penyelenggaran (BPJS)

Nominal

Keadaan sewaktu pulang

Kartu status penderita

Pulang berobat jalan Jaminan sendiri (PAPS) Pulang atas permintaan

sendiri Meninggal

Nominal

(51)

Metode Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan bantuan komputer.Data dianalisa secara deskriptif dengan menggunakanuji chi squaredan secara statistik dengan menggunakan uji T-test dan Uji Mann Whitney U kemudian data disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi proporsi dan gambar (diagram bar dan diagram pie).

(52)

Hasil Penelitian

Profil Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan

Gambaran umum lokasi penelitian. Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Pirngadi Medan merupakan rumah sakit yang didirikan pemerintah kolonial Belanda dengan nama Gemente Zieken Huis pada tanggal 11 Agustus 1928.

Rumah sakit ini terletak di Jalan Prof H. M. Yamin, S.H. No. 47 Medan.

Peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Maria Constantia Macky dan diresmikan pada Tahun 1930. Pemimpin pertamanya adalah dr. W Bays, selanjutnya pada tahun 1939 pimpinan rumah sakit ini diserahkan kepada dr. A.A.

Messing.

Setelah masuknya Jepang ke Indonesia pada Tahun 1942, Rumah Sakit ini diambil alih oleh bangsa Jepang kemudian berganti nama menjadi Syuritsu Byusonu Incedan pimpinannya diserahkan kepada seorang putra Indonesia bernama dr. Raden Pirngadi Gonggo Putra. Pada Tahun 1947 rumah sakit ini diambil alih oleh pemerintah Negara bagian Sumatera Timur Republik Indonesia Sementara (RIS) dengan nama “Rumah Sakit Kota Medan”. Kemudian Rumah Sakit Kota Medan diambil alih oleh pemerintah pusat /kementerian kesehatan di Jakarta dengan nama “Rumah Sakit Umum Pusat”. Kemudian pada Tahun 1971, rumah sakit ini diserahkan dari pusat ke Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan berganti nama menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Provinsi Medan.

Pada Tahun 1979, Rumah Sakit Umum Pusat Provinsi Medan diganti kembali menjadi “Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan”. Hal ini sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 150 Tahun 1979 tanggal 25 Juni 1979, RSU Pusat Medan ditetapkan menjadi Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan, yang

(53)

berasal dari nama seorang putra bangsa Indonesia pertama menjadi pimpinan Rumah Sakit ini. Pada Tahun 1983 pimpinan rumah sakit ini diserah terimakan kepada dr. J.E. Sudibyo kemudian pada Tahun 1986 pimpinan Rumah Sakit Dr.

Pirngadi Medan dijabat oleh dr. Raharjo Slamet. Pada Tahun 1990 sampai 26 Maret 1998 pimpinan Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan dipimpin oleh Prof. dr.

Rizal Basjrah Lubis selanjutnya pada tanggal 27 Maret 1998 RSU Dr. Pirngadi Medan dipimpin oleh Dr. Alogo Siregar, Sp.A., sampai 5 Maret 2002.

Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, Rumah Sakit Umum (RSU) Dr. Pirngadi pada tanggal 27 Desember 2001 diserahkan kepemilikannya dari pemerintah Provinsi Sumatera Utara kepada Pemerintah Kota Medan. Pada tanggal 4 Maret 2004 dilakukan peletakan batu pertama pembangunan gedung 8 (delapan) tingkat yang dilengkapi dengan peralatan canggih dan mulai dioperasionalkan pada tanggal 16 April 2005.

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan meningkatkan statusnya dari rumah sakit tempat pendidikan menjadi rumah sakit pendidikan karena banyaknya institusi kesehatan seperti kedokteran, keperawatan dan kebidanan yang mempercayakan pendidikan mahasiswanya di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan. Kemudian pada tanggal 13 Juli 2006, Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan meminta rekomendasi persetujuan menjadi Rumah Sakit Pendidikan dari Ikatan Rumah Sakit Pendidikan Indonesia (IRSPI). Pada tanggal 10 April 2007 Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan resmi menjadi Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 433/Menkes/SK/IV/2007. Saat ini pimpinan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Pirngadi Medan adalah Dr. Suryadi Panjaitan, M.Kes, Sp.P.D.

(54)

34

Visi, misi, dan moto Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.

Adapun misi dan visi Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan antara lain adalah sebagai berikut:

Visi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan. Visi Rumah Sakit

Umum Dr. Pirngadi Medan adalah menjadi rumah sakit pusat rujukan dan unggulan di Sumatera Bagian Utara Tahun 2020.

Misi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan. Misi Rumah

Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan yaitu:

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, profesional, dan terjangkau.

2. Meningkatkan pendidikan, penelitian, dan pengembangan ilmu kedokteran serta tenaga kesehatan lain.

3. Mengembangkan manajemen Rumah Sakit yang profesional.

Motto Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan. Motto Rumah

Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan yaitu: Aegroti salus lex suprema (Keselamatan pasien adalah yang utama).

Analisis Deskriptif

Sosiodemografi. Distribusi proporsi karakteristik penderita kanker serviks pada pasien rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018 berdasarkan sosiodemografi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2

Distribusi Proporsi Penderita Kanker Serviks Berdasarkan Sosiodemografi pada Pasien Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018

Karakteristik Sosiodeografi n %

Umur (tahun)

<35 9 6,8

(bersambung)

Gambar

Gambar 1. Stadium kanker serviks
Gambar 2. Kerangka konsep
Gambar 3. Diagram bar distribusi proporsi penderita kanker serviks berdasarkan  umur pada pasien rawat inap di RSUD Dr
Gambar  4.  Diagram  pie  distribusi  proporsi  penderita  kanker  serviks  berdasarkan  agama pada pasien rawat inap di RSUD Dr
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat 7 variabel yang akan diteliti berdasarkan data rekam medis yaitu umur, jenis kelamin, tekanan darah, penyakit penyerta dan profil lipid (Total Kolesterol, LDL,

Keterampilan yang sangat penting untuk dimiliki siswa dalam pendidikan pada pembelajaran IPA adalah keterampilan proses sains (Kemendikbud, 2013). Keterampilan proses

PENGARUH TAYANGAN SINETRON TERHADAP GAYA HIDUP REMAJA (Studi Deskriptif di Kecamatan Leuwimunding). disetujui dan disahkan

Sayangnya, pengurangan atau bahkan pengeliminasian kontribusi manfaat tidak nyata terhadap implementasi SI/TI telah menurunkan nilai ekonomis dari investasi.Berdasarkan persoalan ini,

Dekomposisi beberapa tanaman penutup tanah dan pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah, serta pertumbuhan dan produksi jagung pada ultisol Lampung.Thesis.. Program

Berdasarkan peta ancaman, daerah yang dianggap tidak layak adalah daerah yang memiliki tingkat ancaman sangat tinggi dan tinggi (Gambar 3), sehingga secara umum badak sumatera di

Analisis keperluan ini bertujuan meninjau keperluan menambahbaik pengajaran Model Atom Bohr (MAB) dan mempertimbangkan penggunaan tiga aras pembelajaran kimia

Amil yang masih minim sehingga masih kurang adanya pendekatan