Curah Hujan
Hasil pengamatan lapang selama penelitian dari bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2008 tercatat sebanyak 16 hari kejadian hujan pada blok I, II dan III dengan asumsi hanya satu kejadian hujan dalam waktu satu hari hujan.
WMO (1991 dalam Anwar, 2003) menyatakan Satu hari hujan adalah periode 24 jam di mana terkumpul curah hujan setinggi 0.5 mm atau lebih dan curah hujan kurang dari ketentuan tersebut, hari hujannya dianggap nol. Curah hujan yang terjadi sangat bervariasi dalam periode pengamatan (Januari – April 2008) antara 1.82 mm/hari hingga 37.35 mm/hari dengan total curah hujan 168.82 mm pada blok I; 1.19 mm/hari hingga 41.13 mm/hari dengan total curah hujan 168.02 mm pada blok II; 1.06 mm/hari hingga 33.75 mm/hari dengan total curah hujan 161.44 mm pada blok III (Tabel Lampiran 1). Rata-rata total hujan adalah sebesar 166.09 mm. Intensitas hujan selama penelitian berkisar antara 2.49 mm/jam hingga 69.13 mm/jam dengan intensitas hujan rata-rata untuk ketiga blok pengamatan adalah sebesar 18.53 mm/jam (Tabel Lampiran 16). Berdasarkan data curah hujan selama penelitian (Tabel Lampiran 1) kejadian hujan yang terjadi selama penelitian merupakan kategori hujan antara sangat ringan (≤ 5 mm/hari) sampai ringan (5 - 20 mm/hari). Distribusi frekuensi curah hujan harian hasil pengamatan untuk ketiga blok selama bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2008 disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil pengukuran distribusi frekuensi hujan total ketiga blok pengamatan selama 16 hari hujan
Kelas Hujan
Hasil pengamatan curah hujan selama penelitian menunjukkan, bahwa curah hujan <5 mm/hari adalah lebih sering terjadi yaitu 23 kejadian hujan. Hujan dengan intensitas tinggi menyebabkan berkurangnya hujan terintersepsi karena
besarnya kapasitas simpan tajuk tidak berubah selama kejadian hujan. Sedangkan pada saat hujan dengan intensitas ringan intersepsi menjadi besar karena pada saat hujan dapat terjadi evaporasi terutama jika hujan berhenti untuk beberapa saat (Sianturi, 2009). Distribusi curah hujan berdasarkan kelas intensitas hujan disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Distribusi curah hujan berdasarkan kelas intensitas hujan selama 16 hari hujan
Tabel 3 menunjukkan bahwa curah hujan meningkat dengan semakin tingginya intensitas hujan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata curah hujan terkecil terjadi pada intensitas <5 mm/hari yaitu sebesar 2.36 mm dengan intensitas rata-rata sebesar 3.77 mm/jam. Sebaliknya, nilai rata-rata curah hujan terbesar terjadi pada intensitas >25 mm/jam yaitu sebesar 23.76 mm dengan intensitas rata-rata 40.63 mm/jam. Intensitas hujan 5-15 mm/jam paling sering terjadi yaitu sebanyak 22 kejadian. Sedangkan intensitas hujan 15-25 mm/jam memiliki frekuensi kejadian paling kecil yaitu sebanyak 6 kejadian.
Pengukuran waktu hujan dilakukan menggunakan tipping bucket yang ada pada blok I dengan asumsi lamanya kejadian hujan pada blok II dan blok III relatif sama.
Aliran Batang
Aliran batang terjadi setelah air hujan yang tercegat oleh ranting ataupun daun mengalir melalui batang pelepah sehingga akan terkumpul dan selanjutnya mengalir ke bawah melalui batang pohon. Potongan-potongan pelepah yang menutup rapat sekeliling batang mengakibatkan air pada awal terjadinya aliran batang tidak langsung mengalir ke bawah, melainkan diserap terlebih dahulu oleh batang dan ditahan oleh potongan-potongan pelepah tersebut. Hal ini mengakibatkan terjadi kehilangan air yang tinggi sebelum mengalami aliran
batang. Air hujan yang mengalir ke batang mempunyai koefisien tertentu yang disebut koefisien input batang (Pt). Sebelum mencapai tanah, aliran batang tersebut akan mengisi celah-celah batang yang disebut sebagai kapasitas batang untuk menyimpan air (St) (Gash, 1979 dalam Anwar, 2003).
Hasil perhitungan nilai rata-rata aliran batang untuk setiap blok pengamatan disajikan pada Tabel Lampiran 5. Nilai aliran batang pada kejadian hujan untuk ketiga blok bervariasi dari 0.01 sampai 3.74 mm dengan persentase 0.39 sampai 11.22 %. Besarnya aliran batang dari masing-masing blok pengamatan secara berturut-turut adalah; blok I 10.67 mm (6.32 %) dari total hujan 166.82 mm dengan rata-rata aliran batang 0.67 mm, blok II 11.26 mm (6.70 %) dari total hujan 168.02 mm dengan rata-rata aliran batang 0.70 mm, dan blok III 12.26 mm (7.59 %) dari total hujan 161.44 mm dengan rata-rata aliran batang 0.77 mm.
Rata-rata aliran batang untuk ketiga blok pengamatan sebesar 0.71 mm (6.87 %) dari total hujan. Nilai aliran batang yang kecil terjadi karena air hujan yang jatuh di atas tajuk tanaman yang kecil, sehingga air yang mengalir di batang sedikit.
Semakin tinggi curah hujan, maka semakin besar aliran batang yang terjadi. Dengan kata lain bahwa semakin tinggi curah hujan maka laju penambahan aliran batang semakin meningkat. Artinya bahwa apabila terjadi hujan dengan intensitas rendah dan dalam waktu yang singkat, maka tidak terjadi aliran batang karena air yang mengalir melalui batang terlebih dahulu digunakan untuk membasahkan batang dan belum menjenuhkan kapasitas tampung batang, disamping itu curah hujan yang jatuh di atas tajuk ditahan dan diuapkan kembali ke atmosfer. Hasil data pengamatan aliran batang berdasarkan distribusi hujan pada setiap blok selama penelitian disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Hasil pengukuran nilai aliran batang untuk tiap kelas hujan pada ketiga blok pengamatan selama 16 hari hujan
Kelas Hujan
Tabel 4 menunjukkan bahwa aliran batang meningkat dengan semakin besar kelas hujan, dengan kata lain bahwa aliran batang meningkat dengan bertambahnya ketebalan hujan. Hal ini ditunjukkan meningkatnya rata-rata aliran batang dengan semakin besarnya kelas hujan. Nilai rata-rata aliran batang tertinggi terdapat pada kelas hujan >15 mm/hari yaitu sebesar 1.88 mm, sedangkan kelas hujan <5 mm/hari memiliki nilai rata-rata aliran batang terendah yaitu sebesar 0.10 mm. Persentase aliran batang juga meningkat dengan semakin besarnya kelas hujan namun pada kelas hujan >15 mm/hari peningkatan aliran batang tidak terlalu besar bahkan cenderung konstan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar curah hujan maka semakin besar aliran batang namun memiliki batas maksimum dimana aliran batang tidak akan mengalami peningkatan.
Adapun batas maksimum peningkatan aliran batang terjadi pada kelas hujan 10-15 mm/hari. Nilai aliran batang yang kecil terjadi karena air hujan yang jatuh diatas tajuk tanaman kecil, sehingga air yang mengalir di batang sedikit. Aliran batang juga meningkat dengan bertambahnya intensitas hujan. Distribusi aliran batang berdasarkan kelas intensitas hujan disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Distribusi aliran batang berdasarkan kelas intensitas hujan pada ketiga blok pengamatan selama 16 hari hujan
Kelas
Data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa besarnya aliran batang dipengaruhi oleh intensitas hujan. Semakin tinggi intensitas hujan maka semakin besar aliran batang. Nilai rata-rata aliran batang terbesar terjadi pada intensitas >25 mm/jam yaitu sebesar 1.88 mm. Sedangkan nilai rata-rata aliran batang terkecil terjadi pada intensitas hujan <5 mm/jam yaitu sebesar 0.05 mm. Grafik hubungan antara aliran batang dengan kelas hujan dan intensitas hujan disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8. Grafik hubungan aliran batang dengan (a) kelas hujan dan (b) intensitas hujan untuk ketiga blok pengamatan selama 16 hari hujan
Aliran batang meningkat dengan semakin besarnya kelas hujan secara eksponensial (Gambar 8a). Rata-rata aliran batang yang terkecil terdapat pada kelas hujan >5 mm/hari yaitu 0.10 mm kemudian meningkat dengan semakin besarnya kelas hujan sampai pada kelas hujan >15 mm/hari yang memiliki nilai rata-rata aliran batang terbesar yaitu 1.88 mm. Nilai rata-rata aliran batang yang kecil disebabkan karena hujan yang jatuh kecil, sehingga hanya membasahi batang namun belum cukup untuk menjenuhkan batang. Aliran batang juga meningkat dengan semakin meningkatnya intensitas hujan (Gambar 8b). Aliran batang terkecil terjadi pada intensitas <5 mm/jam dengan rata-rata 0.05 mm kemudian meningkat dengan semakin tingginya intensitas hujan, sehingga aliran batang terbesar terjadi pada intensitas >25 mm/jam yaitu sebesar 1.88 mm. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya aliran batang dipengaruhi oleh intensitas hujan. Hujan dengan intensitas rendah menyebabkan air hujan yang jatuh tertahan pada tajuk dan belum mengalir pada batang sehingga aliran batang yang terjadi kecil. Sedangkan pada saat hujan dengan
0,10 0,26
intensitas tinggi, air hujan telah menjenuhkan tajuk kemudian turun menjadi aliran batang. Distribusi aliran batang berdasarkan intensitas hujan disajikan pada Tabel Lampiran 12 - 15.
Besarnya aliran batang dipengaruhi oleh bentuk batang, bentuk dan tekstur daun serta kulit batang. Perbedaan tersebut dapat menyebabkan perbedaan kapasitas batang untuk menyimpan air (Voigt, 1960 dalam Japar, 2000). Tanaman kelapa sawit memiliki pelepah daun yang panjang (7 - 9 meter) dengan jumlah anak daun tiap pelepahnya berkisar 250 - 400 helai, sehingga air hujan yang jatuh pada umumnya tertahan terlebih dahulu oleh pelepah daun tersebut kemudian mengalir melalui batang sampai ke permukaan tanah.
Laporan hasil penelitian (Kaimuddin, 1994; Anwar, 2003; Asdak, 2004) menunjukkan bahwa besarnya aliran batang dipengaruhi oleh curah hujan total, intensitas hujan, selisih waktu antar kejadian hujan dan kondisi atmosfer sebelum terjadi hujan. Faktor lain yang ikut mempengaruhi adalah ada atau tidaknya tumbuhan efifit dan lumut yang menempel pada kulit batang. Bentuk tajuk, kekokohan pelepah, penampilan kulit batang serta ada tidaknya tanaman efifit dan lumut mempengaruhi besarnya aliran batang (Japar, 2000). Kulit batang yang licin memberikan peran besar dalam mengalirkan air hujan melalui batang. Air hujan akan mengalir dengan mudah dibandingkan kulit pohon yang kasar. Kondisi kulit batang yang kasar dan retak-retak menyebabkan air hujan masuk dan tertahan pada kulit batang (Heryansah, 2008). Semakin besar diameter batang, maka aliran batang semakin kecil karena luas permukaannya semakin besar, sehingga air hujan yang mengalir melalui batang lebih banyak diserap kemudian diuapkan (Kaimuddin, 1994). Diameter batang tanaman kelapa sawit pada penelitian ini besarnya tidak jauh berbeda karena memiliki umur tanam yang sama, sehingga aliran batang yang dihasilkan tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Lee (1990) mengemukakan bahwa aliran batang bervariasi cukup besar di antara tipe dan spesies hutan dan bahkan diantara pohon-pohon dengan spesies yang sama.
Gambar 9 menunjukkan grafik hubungan antara curah hujan dengan aliran batang.
Gambar 9. Grafik hubungan antara curah hujan dan aliran batang untuk ketiga blok pengamatan selama 16 hari hujan
Berdasarkan hasil analisis regresi dapat disusun persamaan untuk ketiga blok sebagai berikut :
Sf = 0.090Pg – 0.227; r2 = 0.92 ………. ……… (16) Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa antara curah hujan (Pg) dengan aliran batang (Sf) memiliki hubungan linier yang nyata. Dimana proporsinya ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi (r2). Berdasarkan nilai r2 pada pengamatan dapat dinyatakan bahwa curah hujan dapat menerangkan terjadinya aliran batang yaitu 92.3 %. Nilai koefisien arah regresi antara aliran batang (Sf) dengan curah hujan (Pg) adalah sebesar 0.09. Nilai koefisien arah regresi tersebut menggambarkan besarnya koefisien input batang untuk ketiga blok pengamatan.
Persamaan 16 baru berlaku untuk suatu nilai aliran batang jika Pg > α, artinya bahwa saat hujan mulai turun tidak langsung terjadi aliran batang namun memerlukan waktu beberapa saat, di mana α adalah intersep persamaan regresi.
Hal ini menggambarkan bahwa pada saat hujan mulai turun belum terjadi aliran batang, karena air yang mengalir melalui batang dipergunakan untuk membasahkan dan menjenuhkan kapasitas tampung batang. Jika kapasitas tampung batang sudah jenuh maka air akan mengalir melalui batang sampai ke permukaan tanah. Dengan demikian dapat diketahui bahwa besarnya aliran batang dipengaruhi secara linier oleh waktu terjadinya hujan (intensitas hujan), semakin lama waktu terjadinya hujan (semakin besar intensitas hujan) maka semakin besar pula aliran batang yang terjadi. Hasil pengukuran tersebut menunjukkan bahwa besarnya curah hujan yang sampai ke permukaan tanah melalui batang adalah sangat kecil. Sesuai penelitian yang dilaporkan oleh (Kaimuddin, 1994; Anwar, 2003).
Curahan Tajuk
Pengukuran curahan tajuk yang dilakukan di lapangan menggunakan tiga alat yaitu bak besi, corong dan talang. Pengukuran curahan tajuk yang dilakukan di lapangan dengan penakar bak besi sering mengalami kesalahan, sehingga sering didapatkan nilai intersepsi negatif dan tidak wajar, artinya curah hujan lebih kecil dari lolosan tajuk dan aliran batang. Curahan tajuk yang jatuh ke penakar bak besi seringkali tidak hanya dari tajuk yang tepat di atasnya, tetapi dari pelepah daun sawit lainnya di luar bidang tangkapan alat. Selanjutnya nilai curahan tajuk di dapat dari data pengukuran menggunakan corong dan talang.
Beberapa data curahan tajuk yang diperoleh dari pengukuran di lapangan menggunakan corong dan talang juga mempunyai nilai yang menyimpang, ketika nilai intersepsi yang diperoleh dari selisih antara curah hujan dengan penjumlahan curahan tajuk dan aliran batang bernilai negatif dan tidak wajar. Kemudian dilakukan seleksi antara data pengukuran curahan tajuk menggunakan corong dengan talang sehingga diperoleh nilai curahan tajuk yang wajar, artinya nilai intersepsi yang diperoleh dari selisih antara curah hujan dengan penjumlahan curahan tajuk dan aliran batang bernilai positif.
Hasil perhitungan nilai curahan tajuk untuk setiap blok pengamatan disajikan pada Tabel Lampiran 6. Nilai curahan tajuk pada kejadian hujan untuk ketiga blok bervariasi dari 0.27 sampai 32.27 mm dengan persentase 23.00 sampai 86.40 %. Besarnya curahan tajuk selama kejadian hujan dari masing-masing blok berturut-turut adalah; blok I 118.39 mm (70.12 %) dari hujan total 168.82 mm dengan rata-rata curahan tajuk 7.40 mm, blok II 86.00 mm (51.18 %) dari hujan total 168.02 mm dengan rata-rata curahan tajuk 5.38 mm, dan blok III 85.77 mm (53.13 %) dari hujan total 161.44 mm dengan rata-rata curahan tajuk 5.36 mm.
Rata-rata curahan tajuk untuk ketiga blok pengamatan sebesar 6.05 mm. Hasil pengukuran tersebut menggambarkan bahwa besarnya curahan tajuk dipengaruhi oleh ketebalan dan intensitas hujan disamping juga dipengaruhi sifat-sifat fisik dari tanaman kelapa sawit.
Perbedaan nilai curahan tajuk pada setiap blok lebih disebabkan karena adanya rotasi pemangkasan pelepah sehingga mempengaruhi kerapatan penutup tajuk.
Kittredge (1948 dalam Japar, 2000) menyatakan bahwa semakin rapat penutupan tajuk,
maka semakin kecil lolosan tajuk. Dalam hal ini perbedaan tersebut akan berpengaruh terhadap intersepsi yang terjadi pada setiap blok pengamatan. Hasil data pengamatan curahan tajuk berdasarkan distribusi hujan untuk ketiga blok selama penelitian disajikan dalam Tabel 6.
Tabel 6. Hasil pengukuran nilai curahan tajuk untuk tiap kelas hujan pada ketiga blok pengamatan selama 16 hari hujan
Kelas Hujan meningkat dengan semakin tinggi kelas hujan. Rata-rata curahan tajuk terbesar terjadi pada kelas hujan >15 mm/hari yaitu sebesar 15.30 mm. Sedangkan rata-rata curahan tajuk terkecil terjadi pada kelas hujan <5 mm/hari yaitu sebesar 1.03 mm. Dengan kata lain bahwa semakin besar kelas hujan maka laju penambahan curahan tajuk semakin meningkat. Artinya bahwa apabila terjadi hujan dengan intensitas rendah dan dalam waktu yang singkat, maka curahan tajuk yang terjadi relatif kecil. Hal ini terjadi karena air yang mengalir melalui celah-celah tajuk terlebih dahulu ditahan oleh tajuk untuk membasahi tajuk sampai tercapai penjenuhan kapasitas tampung tajuk, disamping itu kemungkinan terjadi bahwa curah hujan yang jatuh di atas tajuk ditahan dan diuapkan kembali ke atmosfer. Distribusi curahan tajuk berdasarkan kelas intensitas hujan disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Distribusi curahan tajuk berdasarkan kelas intensitas hujan pada ketiga blok pengamatan selama16 hari hujan
Kelas
Data pada Tabel 7 menunjukkan bahwa besarnya curahan tajuk dipengaruhi oleh intensitas hujan. Semakin tinggi intensitas hujan maka curahan tajuk yang terjadi semakin besar. Nilai rata-rata curahan tajuk terbesar terjadi pada intensitas >25 mm/jam yaitu sebesar 15.30 mm dengan intensitas hujan rata-rata sebesar 40.63 mm/jam.
Sedangkan nilai rata-rata curahan tajuk terkecil terjadi pada intensitas hujan <5 mm/jam yaitu sebesar 0.77 mm dengan intensitas rata-rata 3.77 mm/jam. Persentase curahan tajuk yang tinggi menunjukkan bahwa curahan tajuk merupakan bagian dari curah hujan yang paling besar menyentuh permukaan tanah. Grafik hubungan antara curahan tajuk dengan kelas hujan dan intersepsi hujan disajikan pada Gambar 10.
Gambar 10. Grafik hubungan antara curahan tajuk dengan (a) kelas hujan dan (b) intensitas hujan untuk ketiga blok pengamatan selama 16 hari hujan
Curahan tajuk meningkat dengan semakin besarnya kelas hujan secara eksponensial (Gambar 10a). Rata-rata curahan tajuk yang terkecil terjadi pada kelas hujan <5 mm/hari yaitu sebesar 1.03 mm kemudian meningkat dengan semakin besarnya kelas hujan sampai pada kelas hujan >15 mm/hari yang memiliki nilai rata-rata curahan tajuk terbesar yaitu sebesar 15.30 mm. Nilai rata-rata-rata-rata curahan tajuk yang
1,03 3,71
kecil disebabkan karena hujan yang jatuh kecil, sehingga hanya membasahi tajuk dan diuapkan kembali ke atmosfer. Sedangkan nilai rata-rata curahan tajuk yang besar disebabkan karena air hujan telah menjenuhi tajuk sehingga air jatuh ke tanah sebagai lolosan tajuk. Curahan tajuk juga meningkat dengan semakin meningkatnya intensitas hujan (Gambar 10b). Curahan tajuk terkecil terjadi pada intensitas <5 mm/jam dengan rata-rata 0.77 mm kemudian meningkat dengan semakin tingginya intensitas hujan, sehingga curahan tajuk terbesar terjadi pada intensitas >25 mm/jam yaitu sebesar 15.30 mm. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya curahan tajuk dipengaruhi oleh intensitas hujan. Hujan dengan intensitas rendah menyebabkan air hujan yang jatuh tertahan pada tajuk kemudian diuapkan kembali ke atmosfer. Sedangkan pada saat hujan dengan intensitas tinggi, air hujan telah menjenuhkan tajuk kemudian turun menjadi air lolosan tajuk.
Selain karakteristik curah hujan, karakteristik tanaman seperti bentuk tajuk, kekokohan pelepah, susunan antar pelepah dan susunan antar anak daun mempengaruhi nilai lolosan tajuk tanaman kelapa sawit. Zinke (1967 dalam Lumowa, 1998) mengungkapkan lolosan tajuk dipengaruhi oleh tebalnya lapisan tajuk, jenis-jenis pohon yang membentuk tegakan, suhu dan kecepatan angin.
Besar kecilnya curahan tajuk berpengaruh besar terhadap nilai intersepsi. Semakin besar curahan tajuk maka intersepsi hujan oleh tajuk semakin kecil. Gambar 11 menunjukkan bahwa besarnya curahan tajuk secara linear dipengaruhi oleh ketebalan dan intensitas hujan. Dimana semakin tebal jeluk dan bertambah besar intensitas hujan, maka semakin besar curahan tajuk yang terjadi (Anwar, 2003).
Gambar 11. Grafik regresi antara curah hujan (mm) dan curahan tajuk (mm) untuk ketiga blok pengamatan selama 16 hari hujan
y = 0,710x - 1,328
Berdasarkan hasil analisis regresi dapat disusun persamaan berdasarkan masing-masing blok sebagai berikut :
Tf = 0.710Pg – 1.328 ; r2 = 0.91 ………... (17) Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa hubungan antara curah hujan (Pg) dengan curahan tajuk (Tf) memiliki hubungan linier yang nyata, baik pada setiap blok. Di mana proporsinya ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi (r2).
Berdasarkan nilai r2 ketiga blok pengamatan dapat dinyatakan bahwa curah hujan dapat menerangkan terjadinya curahan tajuk yaitu 91.4 %.
Persamaan 17 berlaku untuk suatu nilai curahan tajuk jika Pg > 0, artinya bahwa pada saat hujan mulai turun tidak langsung terjadi curahan tajuk (memerlukan waktu sesaat). Hal ini menggambarkan bahwa besarnya curahan tajuk dipengaruhi secara linier oleh waktu terjadinya hujan (intensitas hujan), semakin lama waktu terjadinya hujan (semakin besar intensitas hujan) maka akan semakin besar pula curahan tajuk. Besarnya curahan tajuk juga dipengaruhi oleh luas tajuk yang menggambarkan karakteristik penutupan tajuk, makin banyak celah-celah tajuk, maka curahan tajuk akan lebih besar. Besarnya luas tajuk ditunjukkan oleh besarnya nilai porositas tajuk yang didapat dari nilai slope garis regresi antara curahan tajuk (Tf) dengan curah hujan (Pg). Besarnya nilai porositas tajuk untuk ketiga blok pengamatan adalah 0.7.
Intersepsi
Intersepsi hujan adalah beda antara curah hujan total dan hasil pertambahan antara lolosan tajuk (troughfall) dan aliran batang (stemflow) (Asdak, 2004). Nilai intersepsi pada kejadian hujan untuk ketiga blok bervariasi dari 0.41 sampai 11.98 mm dengan persentase 4.11 sampai 76.18 %. Besarnya intersepsi dari masing-masing blok pengamatan secara berturut-turut adalah; blok I 39.77 mm (23.6 %) dari hujan total 168.82 mm, blok II 70.76 mm (42.1 %) dari hujan total 168.02 mm, dan blok III 63.41 mm (39.3 %) dari total hujan 161.44 mm. Rata-rata intersepsi untuk ketiga blok pengamatan adalah sebesar 57.98 mm (34.9 %) dari rata-rata hujan total. (Tabel Lampiran 11). Besarnya intersepsi pada ketiga blok dipengaruhi besarnya lolosan tajuk dan aliran batang yang terjadi. Variasi nilai intersepsi yang terjadi pada penelitian ini menggambarkan besarnya intersepsi juga sangat dipengaruhi sifat-sifat fisik tanaman kelapa sawit.
Adanya rotasi pemangkasan pelepah menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi sifat fisik tanaman kelapa sawit, yaitu berkurangnya tajuk sehingga celah-celah tajuk bertambah banyak sehingga menyebabkan perbedaan nilai intersepsi pada tiap blok pengamatan. Hasil pengukuran intersepsi pada masing-masing blok pengamatan secara lengkap disajikan pada Tabel lampiran 2 - 4. Intersepsi berdasarkan distribusi hujan pada masing-masing blok pengamatan disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil pengukuran nilai intersepsi untuk tiap kelas hujan pada ketiga blok pengamatan selama 16 hari hujan
Kelas Hujan
Tabel 8 menunjukkan bahwa semakin tinggi kelas hujan, maka semakin besar intersepsi yang terjadi. Namun secara persentase besarnya intersepsi menurun dengan semakin tinggi kelas hujan. Hal ini terlihat pada kelas hujan <5 mm/hari yang memiliki rata-rata intersepsi sebesar 1.80 mm dengan persentase intersepsi 62.44 %, sedangkan pada kelas hujan >15 mm/hari rata-rata intersepsi yang terjadi sebesar 6.57 mm dengan persentase intersepsi 29.17 %. Persentase intersepsi juga menurun dengan semakin tinggi intensitas hujan. Menurunnya persentase intersepsi disebabkan karena tajuk telah jenuh oleh air sehingga penambahan air hujan yang turun tidak tertahan pada tajuk melainkan langsung jatuh ke tanah. Distribusi persentase intersepsi berdasarkan kelas
Tabel 8 menunjukkan bahwa semakin tinggi kelas hujan, maka semakin besar intersepsi yang terjadi. Namun secara persentase besarnya intersepsi menurun dengan semakin tinggi kelas hujan. Hal ini terlihat pada kelas hujan <5 mm/hari yang memiliki rata-rata intersepsi sebesar 1.80 mm dengan persentase intersepsi 62.44 %, sedangkan pada kelas hujan >15 mm/hari rata-rata intersepsi yang terjadi sebesar 6.57 mm dengan persentase intersepsi 29.17 %. Persentase intersepsi juga menurun dengan semakin tinggi intensitas hujan. Menurunnya persentase intersepsi disebabkan karena tajuk telah jenuh oleh air sehingga penambahan air hujan yang turun tidak tertahan pada tajuk melainkan langsung jatuh ke tanah. Distribusi persentase intersepsi berdasarkan kelas