• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan pada bulan Juli 2011- Februari 2012.

2.2Bahan–bahan

Bahan yang digunakan semua pro analisis keluaran E.Merck, kecuali disebutkan lain yaitu asam nitrat 65%, aquabidest, larutan baku Pb dan Cu masing-masing dengan konsentrasi 10.000 ng/ml untuk Pb dan konsentrasi 10,000ng/ml untuk Cu.

2.2.1 Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah garam yang beredar dipasaran sebanyak 4 macam yaitu garam dolina (A), garam tradisional (B), garam ikan (C), garam A1 (D).

2.3 Alat – alat

Spektrofotometer Serapan Atom Hitachi Z-2000 lengkap dengan lampu katoda tembaga dan timbal alat–alat gelas (Pyrex), hot plate, kertas saring Whatman no. 42, neraca analitik, pisau stainless stell, dan spatula.

2.4 Pembuatan Pereaksi 2.4.1 Larutan HNO3 5N

Larutan HNO3 5N dibuat dengan mengencerkan 340 ml HNO3 65% dengan air suling hingga 1000 ml (Ditjen POM, 1995).

2.5 Prosedur Penelitian 2.5.1 Pengambilan sampel

Metode pengambilan sampel untuk garam tradisional dan garam ikan dilakukan dengan cara acak, dan untuk garam dolina dan garam A-1 dilakukan dengan cara sampling purposif yang dikenal juga sebagai sampling pertimbangan dimana sampel ditentukan atas dasar pertimbangan bahwa sampel yang diambil dapat mewakili populasi (Sudjana, 2002).

2.5.2 Proses Destruksi

Sampel ditimbang sebanyak 20 gram dalam erlenmeyer, ditambahkan 15 ml HNO3 (e), didiamkan selama 24 jam, lalu dipanaskan hingga larutan berubah menjadi jernih pada suhu 80oC selama kurang lebih 4 jam, didinginkan (Friel, dengan modifikasi, 1986).

2.5.3 Pembuatan Larutan Sampel

Sampel hasil destruksi dimasukkan ke dalam labu tentukur 250 ml dan diencerkan dengan akuabides hingga garis tanda. Kemudian disaring dengan kertas saring Whatman No. 42, 10 ml filtrat pertama dibuang untuk menjenuhkan kertas saring kemudian filtrat selanjutnya ditampung ke dalam botol. Larutan ini digunakan untuk analisa kualitatif dan kuantitatif.

2.6 Pemeriksaan Kuantitatif

Larutan baku Timbal (10.000 ppb) dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides (konsentrasi 1000 ppb). Larutan untuk kurva kalibrasi logam Timbal dibuat dengan memipet larutan sebanyak 0,5 ml, 1 ml, 1,5 ml, 2 ml, 2,5 ml, dilarutkan dalam labu 25 ml sehingga didapatkan kosentrasi berturut-turut 20 ppb; 40 ppb; 60 ppb; 80 ppb; 100 ppb dan diukur pada panjang gelombang 283 nm dengan menggunakan tipe nyala argon (Haswell, 1991).

2.6.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Tembaga

Larutan baku Tembaga (10000 ppb) dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides (konsentrasi 1000 ppb). Lalu diambil larutan untuk kurva kalibrasi logam tembaga dibuat dengan memipet larutan sebanyak 0,6 ml, 1,2 ml, 1,8 ml, 2,4 ml, 3 ml, dilarutkan dalam labu 10 ml sehingga didapatkan kosentrasi berturut-turut 60 ppb; 120 ppb; 180 ppb; 240 ppb; 300 ppb dan diukur pada panjang gelombang 324 nm dengan menggunakan tipe nyala argon (Haswell, 1991).

2.7 Penetapan Kadar dalam Sampel 2.7.1 Penetapan Kadar Timbal

Larutan sampel diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 283 nm. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku Timbal. Konsentrasi Timbal dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

Larutan sampel diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 324 nm. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku tembaga. Konsentrasi tembaga dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

Kadar logam Timbal dan logam Tembaga dalam sampel dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

(g) Sampel Berat (ml) Volume x (ng/ml) i Konsentras (ng/g) Logam Kadar =

2.7.3 Penentuan Batas Deteksi (Limit of Detection) dan Batas Kuantitasi (Limit of Quantitation)

Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Sedangkan batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.

Batas deteksi dan batas kuantitasi ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Harmita, 2004): Simpangan Baku =

(

)

2 2 − −

n Yi Y

Batas deteksi (LOD) =

slope SB x

3

Batas kuantitasi (LOQ) =

slope SB x

10

2.7.4 Uji Akurasi dengan Persen Perolehan Kembali (Recovery)

Uji perolehan kembali atau recovery dilakukan dengan metode penambahan larutan standar (standard addition method). Dalam metode ini, kadar

logam dalam sampel ditentukan terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan penentuan kadar logam dalam sampel setelah penambahan larutan standar dengan konsentrasi tertentu. Garam yang telah diketahui kadarnya ditimbang sebanyak 20 gram, lalu ditambahkan larutan baku tembaga 5000 ppb dan baku Timbal 4000 ppb, kemudian dilanjutkan dengan prosedur destruksi basah seperti yang telah dilakukan sebelumnya.

Persen perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus di bawah ini (Harmita, 2004): = 100% an ditambahak yang baku jumlah awal sampel dalam logam jumlah sampel dalam logam al jumlah tot − ×

2.8 Analisis Data Secara Statistik 2.8.1 Penolakan Hasil Pengamatan

Kadar Tembaga dan Timbal yang diperoleh dari hasil pengukuran masing- masing ke enam larutan sampel, diuji secara statistik dengan uji Q (Rohman, 2009): Q = terendah Nilai tertinggi Nilai terdekat yang Nilai dicurigai yang Nilai − −

Hasil pengujian atau nilai Q yang diperoleh ditinjau terhadap daftar harga Q apabila Q>Qkritis maka data tersebut ditolak.

Tabel 1 Nilai Qkritis pada Taraf Kepercayaan 95% (Rohman, 2007) Banyak data Nilai Qkritis

4 0,831

5 0,717

6 0,621

7 0,570

Untuk menentukan kadar timbal dan tembaga di dalam sampel dengan interval kepercayaan 95%, α = 0,05, dk = n-1, dapat digunakan rumus (Wibisono, 2005) :

µ = X ± (t(α/2, dk) x SD / ) Keterangan :

X = Kadar rata-rata sampel SD = Standar Deviasi

dk = Derajat kebebasan (dk = n-1) α = interval kepercayaan

n = jumlah pengulangan 2.8.2 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata

Sampel yang dibandingkan adalah independen dan jumlah pengamatan masing-masing lebih kecil dari 30 dan variansi (σ) tidak diketahui sehingga

dilakukan uji F untuk mengetahui apakah variansi kedua populasi sama (σ1 = σ2)

atau berbeda (σ1≠ σ2) dengan menggunakan rumus: Fo = 2 2 2 1 S S

Apabila dari hasilnya diperoleh Fo tidak melewati nilai kritis F maka dilanjutkan dengan uji t dengan rumus:

(X1 – X2) to =

Sp √1/n1 + 1/n2

dan jika Fo melewati nilai kritis F maka dilanjutkan dengan uji t dengan rumus : (X1 – X2)

to =

S12/n1 + S22/n2

Kedua sampel dinyatakan berbeda apabila to yang diperoleh melewati nilai kritis t, dan sebaliknya (Sabri dan Hastono, 2006).

Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode yang dilakukan.

Adapun rumus untuk menghitung simpangan baku relatif adalah (Harmita, 2004):

Keterangan :

RSD = Relatif Standar Deviasi SD = Standar Deviasi

Dokumen terkait