• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 Uji Identifikasi Menggunakan Spektrofotometer FTIR

Hasil Identifikasi Propranolol HCl baku menggunakan Spektrofotometer FTIR pada rentang bilangan gelombang 4000 – 500 cm-1.

Spektrum Inframerah Baku Propranolol HCl PT. Kimia Farma dapat dilihat pada gambar bawah ini :

Gambar 1. Spektrum Inframerah Propranolol HCl Baku (PT. Kimia Farma).

Nama Data Peak (cm-1

)

Data Clarke’s 1103 1270 772 1580 795 1240

Data BPFI 1107 1267,23 769,6 1579,7 798 1242,16

Dari hasil pengukuran diperoleh bentuk spektrum Propranolol HCl baku hampir sama dengan bentuk spektrum Propranolol HCl BPFI. Pada daerah sidik jari diperoleh data bilangan gelombang Baku Propranolol HCl yang hampir sama dengan bilangan gelombang yang terdapat di bilangan gelombang Propranolol HCl BPFI seperti pada tabel di atas.

Pada daerah gugus fungsi terdapat bilangan gelombang 3321,42 cm-1,ini menunjukkan adanya gugus amin sekunder, dan pada daerah sidik jari terdapat bilangan gelombang 1107,14 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus karbonil (C=O). Dari data spektrum yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa baku yang diidentifikasi adalah Propranolol HCl.

3.2 Penentuan Kondisi Kromatografi untuk Mendapatkan Hasil Analisis yang Optimum

3.2.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Sebelum dilakukan penentuan kadar propranolol HCl dalam sampel terlebih dahulu kondisi kromatografi dioptimasi yaitu meliputi panjang gelombang analisis dan komposisi fase gerak. Panjang gelombang analisis ditentukan dengan membuat kurva serapan baku propranolol HCl menggunakan spektrofotometer UV. Spektrum hasil pengukuran baku propranolol HCl dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Spektrum UV-Vis larutan Propranolol HCl

Menurut Moffat (2004), propranolol HCl memiliki serapan maksimum pada panjang gelombang 290 nm. Dari hasil penentuan panjang gelombang dengan konsentrasi pengukuran 1,8 mcg/ml diperoleh panjang gelombang maksimum 290 nm dengan serapan 0,36835.

3.2.1 Penentuan Perbandingan Fase Gerak dan Laju Alir

Menurut Munson (1991), kepolaran pelarut merupakan ukuran kekuatan pelarut atau kemampuan untuk mengelusi suatu senyawa. Zat terlarut yang kuat berinteraksi dengan fase gerak akan terelusi lebih cepat. Pada penelitian ini Propranolol HCl menggunakan sistem kromatografi fase terbalik, yakni suatu sistem

kromatografi dimana fase geraknya bersifat polar dan fase diamnya bersifat non polar. Pelarut yang dapat bercampur dengan air seperti metanol ditambahkan untuk mengatur kepolaran fase gerak.

Penentuan fase gerak dilakukan dengan cara menyuntikkan larutan 20 mcg/ml Propranolol HCl baku pembanding ke dalam sistem KCKT dengan variasi perbandingan fase gerak Metanol - Air (60:40), (70:30) dan (75:25), dideteksi pada panjang gelombang 290 nm, dengan laju alir 1 ml/menit. Adapun parameter yang perlu diperhatikan yaitu waktu retensi, theoritical plate, dan Asymetris. Hasil dapat dilihat pada tabel 1 dan gambar pada lampiran 1.

Tabel 1. Hasil optimasi fase gerak dan laju alir dengan parameter data waktu

retensi,

Theoretical Plate, dan asymetris.

NO Perbandingan Fase Gerak Metanol-Air Laju alir (ml/menit) Waktu retensi (menit) Theoritical plate Asymetris 1. 60 : 40 1 3,61 248236 2,32 2. 70 : 30 1 3,06 257070 1,64 3. 75 : 25 1 2,86 261426 1,21

Dari tabel diatas dapat dilihat perbandingan fase gerak yang terbaik adalah 75 : 25 dengan laju alir 1 ml/menit, waktu tambat yang diberikan relatif lebih cepat (2,86) tetapi memberikan theoritical plate yang lebih besar (261426) dan asymetris yang relatif kecil (1,21).

3.3Uji Identifikasi Propranolol HCl Menggunakan KCKT

Hasil uji kualitatif Propranolol HCl BPFI diperoleh kromatogram dengan waktu tambat Propranolol HCl 2,86 menit dan laju alir 1 ml/menit dapat dilihat pada gambar 3. Waktu tambat yang diperoleh dari pengujian BPFI dibandingkan dengan waktu tambat yang diperoleh sampel yang akan di analisa.

No Nama RT Area k’ Asym N (USP)

Res (USP) 1 Propranolol HCl 2,87 257506 287,67 1.42* 1439* ---

Gambar 3. Kromatogram hasil penyuntikan larutan 20 mcg/ml Propranolol HCl

BPFI, dengan perbandingan metanol-air (75:25), laju alir 1 ml/menit

Hasil pengujian untuk sampel diperoleh waktu tambat yang hampir sama dengan Propranolol HCl BPFI. Waktu tambat rata-rata Propranolol HCl (PT. Kimia Farma) 2,92 menit, Propranolol HCl (PT. Dexamedica) 2,87 menit dan Farmadral (PT. Fahrenheit) 2,95 menit. Berarti sampel yang digunakan mengandung Propranolol HCl.

3.4. Penentuan linieritas kurva kalibrasi

Linieritas merupakan ukuran seberapa baik kurva kalibrasi yang menghubungkan antara respon (Y) dengan konsentrasi (X). Penentuan linieritas kurva kalibrasi Propranolol HCl BPFI ditentukan berdasarkan luas puncak pada konsentrasi 10, 15, 20, 25, 30 mcg/ml, diperoleh hubungan yang linier dengan koefisien korelasi (r) = 0,9998 dan persamaan regrasi Y = 12035, 4657 X – 1178,5952. Menurut Rohman (2007), Berdasarkan harga r yang mendekati 1

berarti ada hubungan yang linier antara luas puncak dan konsentrasi sehingga konsentrasi Propranolol HCl dalam sampel dapat dihitung dengan persamaan regresi dengan mensubsitusikan luas puncak terhadap Y.

Tabel 2. Perhitungan persamaan regresi dari kurva kalibrasi Propranolol HCl Data X (Konsentrasi / C) Y (Area / A) X2 Y2 X × Y 1 0 0.0000 0 0.0000 0.0000 2 10 119183.6667 100 14204754345.6900 1191837.0000 3 15 175370.3333 225 30754742122.0900 2630554.5000 4 20 239697.6667 400 57454987385.2900 4793954.0000 5 25 304221.3333 625 92550599373.6900 7605532.5000 6 30 358002.0000 900 128165432004.0000 10740060.0000 Total 100 1196475.0000 2250 323130515230.7600 26961938.3330 Rataan 16.6667 199412.5000 375 53855085871.7933 4493656.3333

Dengan memplot konsentrasi versus luas area yang terdapat pada tabel 2 maka diperoleh kurva kalibrasi yang ditampilkan dalam gambar 4.

Gambar 4. Kurva kalibrasi Propranolol HCl BPFI

Kadar dapat dihitung dengan mensubtitusikan luas puncak pada Y dari persamaan regresi Y=12035.4657X −1178.5952

Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Snyder dan Kirland (1979) yaitu pengukuran kadar lebih baik dengan cara pengukuran luas puncak dibandingkan dengan pengukuran tinggi puncak. Maka dalam hal ini yang digunakan adalah nilai dari luas puncak.

Hasil pengolahan data dari sediaan tablet Propranolol HCl yang terdapat di perdagangan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Data kadar Propranolol HCl dalam sediaan tablet

No Nama sampel Perlakuan Luas Area Kadar (%)

1 Tablet Propranolol (PT. Kimia Farma) 1 258967 107,58 2 250515 104,17 3 259612 107,76 4 251546 104,35 5 256904 106,90 6 258722 107,23 2 Tablet Propranolol (PT. Dexamedica) 1 258037 107,25 2 258217 107,39 3 258847 107,60 4 258132 107,36 5 256655 106,59 6 259328 107,83 3 Tablet Farmadral (PT. Fahreinheit) 1 257357 107,03 2 257033 106,83 3 257396 106,92 4 258753 107,39 5 256904 106,82 6 258722 107,56

Berdasarkan data pada Tabel 3 yang diolah menggunakan perhitungan statistik diperoleh kadar Propranolol HCl dalam sediaan tablet dengan nama dagang dan generik seperti pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Data Statistik Propranolol HCl dalam sediaan tablet

NO Tablet

Rentang Kadar Propranolol HCl tablet

(%)

1. Propranolol HCl (PT. Kimia Farma ) 106,86 ± 2,61

2. Propranolol HCl (PT. Dexamedica) 107,88 ± 0,47

3. Farmadral (PT. Fahreinheit) 107,54 ± 0,56

Dari tabel diatas terlihat bahwa dari ketiga sampel yang diteliti semuanya memenuhi persyaratan kadar yang tertera dalam Farmakope Indonesia (1995)

yaitu mengandung Propranolol HCl tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

3.6. Hasil uji validasi

Hasil uji validasi metode, dengan metode penambahan bahan baku (Standard Addition Method) terhadap sampel tablet Propranolol (PT. Kimia Farma). Uji ini meliputi uji akurasi dengan parameter persen perolehan kembali (% recovery) dan uji presisi dengan parameter RSD (Relatif Standar Deviasi), batas deteksi (LOD) dan batas quantitasi (LOQ).

Uji akurasi dengan parameter persen perolehan kembali dilakukan dengan membuat 3 konsentrasi analit dengan rentang spesifik 80%, 100%, 120%, masing-masing dengan 3 replikasi dan setiap rentang spesifik mengandung 70% analit dan 30% baku pembanding. Data hasil pengujian perolehan kembali tablet Propranolol HCl (PT. Kimia Farma) dengan metode penambahan bahan baku (Standar Addition Method) dapat dilihat pada table 5 di bawah ini.

Tabel 5. Data hasil perolehan kembali Propranolol HCl dengan metode

penambahan

bahan baku (Standard Addition Method)

No Konsentrasi (%) Luas Area Konsentrasi Baku ditambahkan (mcg/ml) C (%) Perolehan Kembali Setelah penambah an baku (mcg/ml) A Sebelum penambah an baku (mcg/ml) B 1 80 200201 16,7322 11,9481 4,7842 99,74 201330 16,8260 11,9481 4,7842 101,96 201021 16,8003 11,9481 4,7842 101,16 2 100 251760 21,0161 14,9505 6,0656 100,11 251443 20,9898 14,9505 6,0656 99,56 251452 20,9905 14,9505 6,0656 99,58 3 120 300496 25,0655 17,9406 7,1159 100,13 300205 25,0413 17,9406 7,1159 99,79 301085 25,1144 17,9406 7,1159 100,81

Kadar rata-rata (%) Recovery 100,31 Stándar deviasi 0,6823 Relatif Estándar Deviasi (RSD) (%) 0,6802

Dari data diatas diperoleh persen perolehan kembali propranolol HCl

100,31 % dengan Relatif Standar Deviasi (RSD) 0,6802 %. Nilai RSD yang

diizinkan adalah ≤ 2% dan batas rata – rata yang diperoleh adalah 98 – 102 %. Maka dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai akurasi dan presisi yang memenuhi syarat (Harmita, 2004). Batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) yang diperoleh dari penelitian ini sebesar 0,9080 mcg/ml dan 3,0267 mcg/ml.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait