• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Setelah dilakukan pengamatan mulai dari 2 minggu setelah tanam (MST) hingga 16 MST, maka diperoleh hasil penelitian yang akan dijelaskan dibawah ini.

Pertambahan Panjang (cm)

Hasil analisis data (pada lampiran 2, 4, 6, 8) menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan berpengaruh terhadap pertambahan panjang tanaman. Juga dapat dilihat bahwa media penyimpanan cenderung tidak berpengaruh terhadap pertambahan panjang tanaman dan interaksi antara kedua perlakuan.

Pertambahan panjang tanaman ubi jalar pada masing-masing taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Pertambahan Panjang Tanaman Ubi Jalar pada Masing-Masing Taraf Perlakuan Lama dan Media Penyimpanan (cm).

Tempat Penyimpanan Lama Penyimpanan T1 T2 T3 Rataan B1 72.55 72.55 72.55 72.55 a B2 58.63 41.40 15.35 38.46 c B3 49.55 44.50 56.97 50.34 bc B4 70.45 50.18 65.60 62.08 ab Rataan 62.80 a 52.16 a 52.62 a 55.86

Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang tidak sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan beda nyata pada taraf 5 % dan angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan beda tidak nyata.

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa pertambahan panjang tanaman yang tertinggi pada perlakuan lama penyimpanan yaitu tanpa penyimpanan (B1) sebesar

72.55 berturut turut di ikuti penyimpanan 12 hari (B4) sebesar 62.08 kemudian penyimpanan 8 hari (B3) sebesar 50.34 dan yang terrendah pada penyimpanan 4 hari (B2) sebesar 38.46. Selanjutnya pada media penyimpanan pertambahan panjang tanaman yang tertinggi pada taraf perlakuan kontrol (T1) sebesar 62.80 kemudian dibungkus dengan gedebog pisang (T3) sebesar 52.62 dan yang terrendah dibungkus dengan daun pisang (T2) sebesar 52.16.

Kurva respon pertambahan panjang tanaman dengan lama penyimpanan dapat dilihat pada gambar 1.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 0 4 8

Lama Penyimpanan (Hari)

Pertambahan Panjang Tanaman (c

12

m = 70.245 – 9.0812B + 0.7161B2

R2 = 0.8366

Y min = 41.45 pada B = 6.34

Gambar 1. Hubungan antara Pertambahan Panjang Tanaman dengan Lama Penyimpanan.

Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa hubungan pertambahan panjang tanaman pada taraf perlakuan lama penyimpanan adalah kuadratik. Dimana pertambahan panjang tanaman ubi jalar tertinggi pada tanpa penyimpanan dan menurun pada penyimpanan selama 4 hari kemudian berturut-turut naik pada penyimpanan 8 dan 12 hari.

Tumbuhnya Tunas (hari)

Hasil analisis data (pada lampiran 10) menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan berpengaruh terhadap tumbuhnya tunas. Juga dapat dilihat bahwa media penyimpanan tidak berpengaruh terhadap tumbuhnya tunas dan interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap tumbuhnya tunas

Tumbuhnya tunas tanaman ubi jalar pada masing-masing taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Tumbuhnya Tunas Tanaman Ubi Jalar pada Masing-Masing taraf Perlakuan Lama dan Media Penyimpanan (hari).

Tempat Penyimpanan Lama Penyimpanan T1 T2 T3 Rataan B1 7.33 7.33 7.33 7.33 a B2 6.33 4.67 4.67 5.22 b B3 5.00 4.67 5.00 4.89 bc B4 5.00 4.67 4.67 4.78 c Rataan 5.92 a 5.33 a 5.42 a 5.56

Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang tidak sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan beda nyata pada taraf 5 % dan angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan beda tidak nyata.

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa tumbuhnya tunas tercepat pada penyimpanan 12 hari (B4) sebesar 4.78 hari berturut – turut di ikuti penyimpanan 8 hari (B3) sebesar 4.89 hari kemudia penyimpanan 4 hari (B4) sebesar 5.22 hari dan yang tertinggi pada taraf perlakuan tanpa penyimpanan (B1) sebesar 7.33 hari. Selanjutnya juga dapat dilihat pada media penyimpanan tumbuhnya tunas yang tertinggi pada taraf perlakuan kontrol (T1) sebesar 5.92 hari kemudian dibungkus dengan gedebog pisang (T3) sebesar 5.42 hari dan yang terrendah pada taraf perlakuan media penyimpanan dibungkus dengan daun pisang (T2) sebesar 5.33 hari.

Kurva respon tumbuhnya tunas tanaman ubi jalar dengan lama penyimpanan dapat dilihat pada gambar 2.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 0 4 8

Lama Penyimpanan (Hari)

Tumbuhnya Tunas (Hari)

= 7.2556 – 0.575B + 0.0313B2 R2 = 0.972

Y min = 4.61 pada B = 9.14

12

Gambar 2. Hubungan antara Tumbuhnya tunas dengan Lama Penyimpanan

Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa hubungan antara lama penyimpanan dengan perlakuan lama penyimpanan adalah kuadratik. Dimana semakin lama bahan setek disimpan maka semakin cepat tumbuhnya tunas tanaman ubi jalar.

Jumlah Cabang (cabang)

Hasil analisis data (pada lampiran 12) menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan dan tempat penyimpanan cenderung tidak berpengaruh terhadap jumlah cabang. Selanjutnya juga dapat dilihat bahwa perlakuan lama penyimpanan dan media penyimpanan tidak ada interaksi terhadap jumlah cabang.

Jumlah cabang tanaman ubi jalar pada masing-masing taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Cabang Tanaman Ubi Jalar pada Masing-Masing taraf Perlakuan Lama dan Media Penyimpanan (Cabang).

Tempat Penyimpanan Lama Penyimpanan T1 T2 T3 Rataan B1 3.17 3.17 3.17 3.17 a B2 3.00 3.17 3.00 3.06 a B3 3.17 2.67 3.00 2.94 a B4 3.50 3.17 2.83 3.17 a Rataan 3.21 a 3.04 a 3.00 a 3.08

Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang tidak sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan beda nyata pada taraf 5 % dan angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan beda tidak nyata.

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah cabang pada perlakuan lama penyimpanan yang tertinggi pada tanpa penyimpanan (B1) dan penyimpanan 12 hari (B4) sebesar 3.17 cabang dan diikuti B2 sebesar 3.06 cabang, yang terrendah pada penyimpanan 8 hari (B3) sebesar 2.94 cabang. Selanjutnya pada media penyimpanan yang tertinggi pada taraf perlakuan kontrol (T1) sebesar 3.21 cabang kemudian dibungkus dengan daun pisang (T2) sebesar 3.04 cabang dan yang terrendah dibungkus dengan gedebog pisang (T3) sebesar 3.00 cabang.

Umur Berbunga (hari)

Hasil analisis data (lampiran 14) menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan dan berbagai media penyimpanan cenderung tidak berpengaruh terhadap umur berbunga. Selanjutnya juga dapat dilihat bahwa perlakuan lama penyimpanan dan berbagai media penyimpanan tidak ada interaksi terhadap umur berbunga.

Umur berbunga tanaman ubi jalar pada masing-masing taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Umur berbunga Tanaman Ubi Jalar pada Masing-Masing taraf Perlakuan Lama dan Media Penyimpanan (hari).

Tempat Penyimpanan Lama Penyimpanan T1 T2 T3 Rataan B1 71.00 71.00 71.00 71.00 c B2 75.00 73.67 75.67 74.78 bc B3 74.67 79.00 79.33 77.67 b B4 81.00 95.00 87.00 87.67 a Rataan 75.42 a 79.67 a 78.25 a 77.78

Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang tidak sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan beda nyata pada taraf 5 % dan angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan beda tidak nyata.

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa pada perlakuan lama penyimpanan, umur berbunga tertinggi terdapat pada taraf perlakuan penyimpanan 12 hari (B4) sebesar 87.67 hari, diikuti oleh penyimpanan 8 hari (B3) sebesar 77.67 hari dan penyimpanan 4 hari B2 sebesar 74.78 hari dan yang tercepat pada perlakuan tanpa penyimpanan (B1) sebesar 71.00 hari. Selanjutnya juga dapat dilihat pada media penyimpanan umur berbunga tanaman ubi jalar yang tertinggi pada taraf perlakuan dibungkus dengan daun pisang (T2) sebesar 79.67 hari diikuti perlakuan dibungkus dengan gedebog pisang (T3) sebesar 78.25 hari dan yang terrendah pada perlakuan kontrol (T1) sebesar 75.42 hari.

Kurva respon umur berbunga tanaman ubi jalar dengan lama penyimpanan dapat dilihat pada gambar 3.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 4 8

Lama Penyimpanan (Hari)

Umur Berbunga (Hari)

= 69.844+ 1.3222B r = 0.9157

12

Gambar 3. Hubungan antara umur Berbunga dengan Lama Penyimpanan

Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa hubungan umur berbunga dengan lama penyimpanan linier positip yang artinya semakin lama penyimpanan bahan setek maka umur berbunga akan semakin lama juga.

Jumlah Umbi Pertanaman Sampel (umbi)

Hasil analisis data (lampiran 16) menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan berpengaruh terhadap jumlah umbi dan media penyimpanan cenderung tidak berpengaruh terhadap jumlah umbi. Selanjutnya juga dapat dilihat bahwa interaksi diantara kedua perlakuan cenderung tidak berpengaruh terhadap jumlah umbi.

Jumlah umbi pertanaman sampel pada masing-masing taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Jumlah umbi Tanaman Ubi Jalar pada Masing-Masing taraf Perlakuan Lama dan Media Penyimpanan (umbi).

Tempat Penyimpanan Lama Penyimpanan T1 T2 T3 Rataan B1 3.83 3.83 3.83 3.83 a B2 2.50 3.33 2.67 2.83 b B3 2.50 3.17 2.33 2.67 cb B4 2.67 2.83 2.17 2.56 d Rataan 2.88 a 3.29 a 2.75 a 2.97

Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang tidak sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan beda nyata pada taraf 5 % dan angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan beda tidak nyata.

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah umbi pada perlakuan penyimpanan yang tertinggi pada pada taraf perlakuan langsung tanam (B1) sebesar 3.83 umbi, diikuti perlakuan penyimpanan 4 hari (B2)sebesar 2.83 umbi dan penyimpanan 8 hari (B3) sebesar 2.67 umbi dan yang terrendah pada penyimpanan 12 hari (B4) sebesar 2.56 umbi. Selanjutnya pada perlakuan media penyimpanan jumlah umbi yang tertinggi pada taraf perlakuan dibungkus dengan daun pisang (T2) sebesar 3.29 umbi diikuti taraf perlakuan kontrol(T1) sebesar 2.88 umbi dan yang terrendah pada taraf perlakuan dibungkus dengan gedebog pisang (T3) sebesar 2.75 umbi.

Kurva respon jumlah umbi pertanaman sampel dengan lama penyimpanan dapat dilihat pada gambar 4.

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 0 4 8

Lama Penyimpanan (Hari)

Jumlah Umbi

= 3.5722 - 0.1B r = - 0.7784

12

Gambar 3. Hubungan antara Jumlah Umbi pertanaman sampel dengan Lama Penyimpanan Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa hubungan jumlah umbi dengan lama penyimpanan linier negatif yang artinya jumlah umbi pertanaman sample akan semakin sedikit jika penyimpana semakin lama.

Berat umbi Pertanaman Sample (kg)

Hasil analisis data (lampiran 18) menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan dan media penyimpanan cenderung tidak berpengaruh terhadap berat umbi pertanaman sampel. Selanjutnya juga dapat dilihat bahwa perlakuan lama penyimpanan dan media penyimpanan cenderung tidak ada interaksi terhadap berat umbi pertanaman sampel

Berat umbi pertanaman sampel pada masing-masing taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Berat Umbi Pertanaman Sampel pada Masing-Masing Taraf Perlakuan Lama dan Media Penyimpanan (kg).

Tempat Penyimpanan Lama Penyimpanan T1 T2 T3 Rataan B1 1.07 1.07 1.07 1.07 a B2 0.85 0.83 1.05 0.91 a B3 0.87 0.98 0.68 0.84 a B4 0.90 1.05 0.65 0.87 a Rataan 0.92 a 0.98 a 0.86 a 0.92

Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang tidak sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan beda nyata pada taraf 5 % dan angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan beda tidak nyata.

Dari tabel 7 dapat kita lihat bahwa berat umbi pertanaman sampel pada taraf perlakuan lama penyimpanan yang tertinggi pada tanpa penyimpanan (B1) sebesar 1.07 kg berturut-turut diikuti penyimpanan 4 hari (B2)sebesar 0.91 kg dan penyimpanan 12 hari (B4) sebesar 0.87 kg dan yang terrendah pada penyimpanan 8 hari (B3) sebesar 0.84 kg. Selanjutnya pada perlakuan media penyimpanan berat umbi pertanaman sample yang tertinggi pada taraf perlakuan dibungkus dengan daun pisang (T2) sebesar 0.98kg kemudian pada taraf perlakuan kontrol (T1) sebesar 0.92 kg dan terrendah pada taraf perlakuan bungkus dengan gedebog pisang (T3) sebesar 0.86 kg.

Berat umbi perplot (kg)

Hasil analisis data (lampiran 20) menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan cenderung tidak berpengaruh terhadap berat umbi perplot. Juga dapat dilihat bahwa media penyimpanan cenderung tidak berpengaruh terhadap berat umbi perplot, serta perlakuan lama penyimpanan dan media penyimpanan cenderung tidak ada interaksi terhadap berat umbi perplot.

Berat umbi perplot pada masing-masing taraf perlakuan dapat dilihat pada table 8.

Tabel 8. Berat Umbi Perplot pada Masing-Masing Taraf Perlakuan Lama dan Media Penyimpanan (kg).

Tempat Penyimpanan Lama Penyimpanan T1 T2 T3 Rataan B1 11.43 11.43 11.43 11.43 a B2 10.57 7.90 10.73 9.73 a B3 9.35 8.57 10.27 9.39 a B4 8.40 7.73 8.95 8.36 a Rataan 9.94 a 8.91 a 10.35 a 9.73

Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang tidak sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan beda nyata pada taraf 5 % dan angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan beda tidak nyata.

Dari tabel 8 dapat kita lihat bahwa pada perlakuan lama penyimpanan berat umbi perplot yang tertinggi pada taraf perlakuan tanpa penyimpanan (B1) sebesar 11.43 kg berturut-turut diikuti taraf perlakuan penyimpanan 4 hari (B2) sebesar 9.73 kg dan penyimpanan 8 hari (B3) sebesar 9.39 kg dan yang terrendah pada taraf perlakuan penyimpanan 12 hari (B4) sebesar 8.36 kg. Selanjutnya pada perlakuan media penyimpanan berat umbi perplot yang tertinggi pada taraf perlakuan dibungkus dengan gedebog pisang (T3) sebesar 10.35 kg dan terrendah pada taraf perlakuan dibungkus dengan daun pisang (T2) sebesar 8.91kg.

Diameter Umbi (cm)

Hasil analisis data (lampiran 22) menunjukkan bahwa perlakuan lama dan media penyimpanan cenderung tidak berpengaruh terhadap diameter umbi. Selanjudnya perlakuan lama penyimpanan dan media penyimpanan cenderung tidak ada interaksi terhadap diameter umbi

Diameter umbi pada masing-masing taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Diameter Umbi pada Masing-Masing Taraf Perlakuan Lama dan Media Penyimpanan (cmi).

Tempat Penyimpanan Lama Penyimpanan T1 T2 T3 Rataan B1 7.10 7.10 7.10 7.10 a B2 6.41 6.45 6.92 6.60 a B3 7.70 7.19 6.42 7.10 a B4 7.35 7.11 7.25 7.24 a Rataan 7.14 a 6.96 a 6.92 a 7.01

Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang tidak sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan beda nyata pada taraf 5 % dan angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan beda tidak nyata.

Dari tabel 9 dapat kita lihat bahwa pada perlakuan lama penyimpanan diameter umbi yang tertinggi pada taraf perlakuan penyimpanan 12 hari (B4) sebesar 7.24 cm berturut-turut diikuti tanpa penyimpanan (B1) dan penyimpanan 8 hari (B3) sebesar 7.10 cm dan yang terrendah pada taraf perlakuan penyimpanan 4 hari (B2) sebesar 6.60 cm dan. Selanjutnya pada perlakuan media penyimpanan diameter umbi yang tertinggi pada taraf perlakuan kontrol (T1) sebesar 7.14 cm dan terrendah pada taraf perlakuan dibungkus dengan gedebog pisang (T3) sebesar 6.92 cm.

Panjang Umbi (cm)

Hasil analisis data menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan cenderung tidak berpengaruh terhadap panjang umbi. Juga dapat dilihat bahwa media penyimpanan cenderung tidak berpengaruh terhadap panjang umbi, serta perlakuan lama penyimpanan dan media penyimpanan cenderung tidak ada interaksi terhadap panjang umbi.

Panjang umbi pada masing-masing taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Panjang Umbi pada Masing-Masing Taraf Perlakuan Lama dan Media Penyimpanan (cm). Tempat Penyimpanan Lama Penyimpanan T1 T2 T3 Rataan B1 8.47 8.47 8.47 8.47 a B2 10.51 10.48 11.22 10.74 a B3 10.84 9.69 9.80 10.11 a B4 11.64 10.96 10.41 11.00 a Rataan 10.37 a 9.90 a 9.98 a 10.08

Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang tidak sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan beda nyata pada taraf 5 % dan angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan beda tidak nyata.

Dari tabel 10 dapat kita lihat bahwa pada perlakuan lama penyimpanan panjang umbi yang tertinggi pada taraf perlakuan penyimpanan 12 hari B4 sebesar 11.00 cm berturut-turut diikuti penyimpanan 4 hari B2 sebesar 10.74 cm dan

penyimpanan 8 hari (B3) sebesar 10.11 dan yang terrendah pada taraf perlakuan tanpa penyimpanan (B1) sebesar 8.47 cm. Pada perlakuan media penyimpanan rataan panjang umbi yang tertinggi pada taraf perlakuan kontrol (T1) sebesar 10.37 dan terrendah pada tempat penyimpanan dibungkus dengan gedebog pisang (T3) sebesar 9.90 cm.

Pembahasan

Pengaruh Lama Penyimpanan Bahan Setek Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Ubi Jalar.

Dari hasil analisa data secara statistik diperoleh bahwa perlakuan lama penyimpanan berpengaruh nyata pada tumbuhnya tunas (hari), pertambahan panjang tanaman umur 2, 4, 6 dan 8 MST, umur berbunga (hari) dan jumlah umbi pertanaman sampel (umbi) dan berpengaruh tidak nyata pada jumlah cabang (cabang), berat umbi pertanaman sampel (kg), berat umbi perplot (kg), diameter umbi (cm) dan panjang umbi (cm).

Perlakuan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2-8 MST. Pada lama penyimpanan tinggi tanaman umur 8 MST yang tertinggi (72.55 cm) pada perlakuan kontrol. Dari sini dapat kita lihat bahwa perlakuan tanpa distreskan pertambahan tinggi tanaman lebih cepat daripada bahan setek yang distreskan. Hal ini diduga karena proses metabolisme pada tanaman menjadi terganggu yang pada akhirnya mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat. Sedangkan pada tanpa perlakuan penyimpanan bahan setek, tanaman tidak mengalami stres sehingga proses metabolisme pada tanaman berjalan dengan baik. Hasil fotosintesa sebagian ditranslokasi keakar untuk menunjang pertumbuhan akar dan sebagian lagi kepucuk tanaman yang menyebabkan pertumbuhan panjang tanaman. Hal ini didukung Harjadi (1996) yang menyatakan jika suatu tanaman membentuk sel baru, pemanjangan sel-sel tersebut sebenarnya mengembangkan batang, daun dan sistem perakarannya. Menurut Gardner, pearce dan Mitchell (1991) mengatakan pada meristem ujung

akar dan batang menghasilkan sel-sel baru sehingga tanaman bertambah tinggi atau panjang.

Lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap umur tumbuh tunas, umur tumbuh tunas yang tercepat pada perlakuan 12 hari penyimpanan selama 4.78 hari dan terlama pada perlakuan tanpa penyimpanan selama 7.33 hari. Yang artinya semakin lama penyimpanan maka akan membuat tanaman tersebut semakin stress dan mendorong cepat mengeluarkan akar . Penyimpanan akan mengakibatkan daun berguguran, dengan gugurnya daun akan mempercepat tumbuhnya tunas Terbentuknya akar pada saat penyimpanan maka bahan setek tersebut ditanam dilapangan akan mempermudah pembentukan tunas. Menurut Wilkins (1989) pembentukan tunas tergantung pada munculnya akar. Dan menurut Wudianto (2002) mengatakan bahwa jumlah daun yang banyak akan menghambat pertumbuhan akar setek, karena daun mengalami proses penguapan yang besar, sehingga lebih bagus daun tidak ada.

Hal ini juga diduga jumlah kandungan auksin pada tanaman tinggi dan sitokinin rendah sehingga mendorong pembentukan akar adventif. Hal ini sesuai dengan literatur Ashari (2006) yang menyatakan sitokinin pada konsentrasi rendah akan mendorong kerja auksin yaitu pembentukan akar adventif sedangkan pada saat auksin rendah akan mendorong pertumbuhan tunas. Kebutuhan auksin itu terbukti dengan diperlukannya faktor daun yang harus ada agar setek dapat membentuk akar (Gardner, dkk, 1991).

Menuru Hardmann (2002) sel – sel somatic yang dewasa mempunyai kemampuan kembali untuk bersifat meristematis yang mempunyai kemampuna kembali untuk membentuk tunas atau daun baru. Pada saat bahan tanaman

tersebut dipotong maka akan mulai terjadi inisiasi, pada daerah pemotongan itu akan terjadi diferensisai (pembelahan sel).

Umur berbunga pada perlakuan lama penyimpanan berpengaruh nyata, dengan umur berbunga terendah pada perlakuan langsung tanam (71.00 hari) dan terlama pada perlakuan 12 hari penyimpanan (87.67). Hal ini terjadi karena bunga yang muncul dari batang utama. Biasanya tanaman yang menjalar bunga yang muncul pertama sekali dari batang utama.

Pada parameter jumlah cabang memberikan pengaruh berbeda nyata, jumlah cabang terbanyak pada perlakuan B4 (3.17) dan yang terrendah pada perlakuan B3 yang mana bahan tanaman disimpan 12 hari daun-daunnya sudah gugur maka akan mempercepat pembentukan cabang dari kuncup-kuncup yang terbentuk, ini disebabkan karena pada setiap tangkai daun ubi jalar mempunyai kuncup samping atau bakal tunas yang selanjutnya dapat berkembang menjadi cabang. Hal ini sesuai dengan pendapat Wargiono (1980) pada masa vegetatif setiap tangkai daun ubi jalar mempunyai kuncup samping, kuncup tersebut akan berkembang pesat setelah tangkai daun gugur dan inilah yang kita kenal sebagi cabang. Cabang dari ubi jalar dapat tumbuh melebihi batang primer.

Harjadi (1982) menyatakan bahwa pembentukan cabang pada tanaman ubi jalar seiring dengan pembentukan daun. Karena dari setiap tangkai daun akan membentuk suatu cabang, tetapi tidak semua cabang tersebut dapat memanjang. Pembentukan cabang akan berhenti bila tanaman ubi jalar membentuk bunga.

Penyimpanan bahan setek berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi. Perlakuan teretinggi terdapat pada B1(3.83) dan terendah pada B4(2.56) yang

berarti semakin lama bahan tanaman disimpan maka akan mempengaruhi jumlah umbi yang dihasilkan tanaman tersebut. Bahan setek pada langsung tanam lebih cepat membentuk umbi karena akar yang tumbuh langsung berfungsi untuk calon akar umbi sedangkan pada perlakuan disimpan 12 hari akar yang sudah terbentuk pada saat penyimpanan tidak berfungsi untu pembentukan umbi karena akar-akar yang terbentuk terkena cahaya. Menurut Juanda dan Cahyono (2000) akar yang terkena cahaya tidak akan membentuk umbi sehingga akar-akar yang terbentuk pada saat penyimpanan tidak mempengaruhi jumlah umbi.

Menurut Goldsworthy dan Fisher (1992) akar-akar adventif berkembang pada tahap awal pada buku-buku dekat penempelan daun pertama yang berkembang sempurna. Jumlah akar total yang terbentuk maksimum pada 10 - 15 hari setelah penanaman. Kondisi lingkungan selama pertumbuhan awal mempengaruhi bagian akar yang terbentuk dalam masing-masing golongan.

Perbedaan lama penyimpanan memberi pengaruh yang tidak nyata terhadap berat umbi pertanaman sampel dan berat umbi perplot. Hal ini diduga karena pada perlakuan langsung tanam jumlah umbi lebih banyak (3.83) sedangkan pada perlakuan disimpan 12 hari jumlah umbi yang terbentuk lebih sedikit (2.56). Sehingga diperoleh pada perlakuan berat umbi pertanaman sampel pada perlakuan B1 lebih tinggi (1.07) dan terrendah pada perlakuan B3 (0.84) Menurut Goldsworthy dan Fisher (1992) perkembangan akar-akar umbi tergantung jumlah dan ukuran sel. Peningkatan jumlah dan ukuran sel lebih cepat pada umur 40 sampai 60 hari setelah penanaman.

Lama penyimpanan tidak berpengaruh terhadap diameter dan panjang umbi, diameter umbi tertinggi pada B4 (7.24 cm) dan terrendah B2 (6.60cm)dan

panjang umbi yang tertinggi B4 11.00 cm) dan terrendah B1 (8.47 cm) yang berarti semakin lama penyimpanan maka mempengaruhi ukuran dari umbi tersebut. Penyimpanan bahan tanaman akan mempengaruhi kualitas dari umbi. Hal ini diduga karena pada perlakuan B4 jumlah umbi lebih sedikit sehingga diperoleh umbi lebih besar dan panjang.

Pengaruh Media Penyimpanan Bahan Setek Ubi Jalar Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Ubi Jalar.

Perlakuan media penyimpanan berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan panjang tanaman 2, 4, 6 dan 8 MST, tumbuhnya tunas, umur berbunga, jumlah cabang,, jumlah umbi pertanaman sample, berat umbi pertanaman sample, berat umbi perplot, panjang umbi dan diameter umbi.

Perlakuan media penyimpanan tidak mempengaruhi setiap parameter hal ini diduga karena pertumbuhan tanaman tersebut terganggu bukan karena media dimana bahan setek tersebut disimpan tetapi karena stressnya tanaman akibat penyimpanan yang lama.

Pertambahan panjang tanaman tertinggi terdapat pada taraf perlakuan T1

(62.80 cm), tumbuhnya tunas tercepat terdapat pada taraf perlakuan T1 (5.92 hari). Hal ini diduga karena keadaan lingkungan yang mana pada perlakuan tanpa penyimpanan tidak mengalami gangguan pertumbuhan. Hal ini diduga karena pada saat penyimpanan hasil fotosintesis mengalami penumpukan sehingga dapat digunakan untuk proses pertumbuhan setelah ditanam. Selain itu juga pertumbuhan tanaman dipengaruhi keadaan lingkungan. Menurut Nyakpa, dkk (1988) faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman

adalah suhu, ketersediaan air, cahaya, komposisi udara. Menurut Lakitan (1996) faktor lingkungan yang besar pengaruhnya dalam pemanjangan batang adalah suhu dan intensitas cahaya. Suhu optimum untuk pemanjangan batang bervariasi gangguan jenis tanaman.

Umur berbunga terlama pada taraf perlakuan T2 (79.67 hari) yaitu dibungkus dengan daun pisang dan yang tercepat pada tanpa dibungkus (T1) sebesar 75.42. Penyimpanan menutup dengan daun pisang akan membuat daun ubi jalar dan batangnya lebih cepat layu dibanding yang disimpan pada gedebok pisang yang mana bahan setek lebih segar tetapi daun lebih sedikit. Hal ini diduga pada perlakuan T2 aktivitas hormon terganggu. Menurut Lakitan perubahan tunas apical dari vegetatif menjadi tunas bunga merupakan hasil dari aktivitas hormonal yang langsung pada tanaman tersebut yang umumnya dirangsang oleh kondisi lingkungan tertentu, misalnya suhu dan perubahan panjang hari.

Jumlah cabang terbanyak pada perlakuan T1 dan B4 (3.21 cabang),jumlah umbi pertanaman sample tertinggi terdapat pada taraf perlakuan T2 (3.29 buah), berat umbi pertanaman sampel tertinggi pada perlakuan T2 (0.98 kg), berat umbi perplot tertinggi pada perlakuan T3 (10.35 kg), jumlah cabang dapat menguntungkan dan dapat pula merugikan dalam upaya meningkatkan hasil tanaman. Secara umum pembentukan cabang jika pada cabang-cabang tersebut akan dibentuk organ hasilnya; Sebaliknya akan merugikan jika cabang-cabang

Dokumen terkait