• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Berdasarkan data hasil penelitian dan analisis sidik ragam diketahui bahwa radiasi sinar gamma berpengaruh nyata pada parameter umur panen dan perlakuan cekaman kekeringan pada tanaman berpengaruh nyata pada parameter jumlah polong berisi, bobot biji per sampel dan parameter volume akar. Sedangkan interaksi antara pemberian radiasi sinar gamma dengan cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap umur berbunga.

Persentase Perkecambahan (%)

Dari hasil uji perkecambahan diperoleh persentase perkecambahan dan jumlah kecambah abnormal untuk setiap dosis radiasi sinar gamma. Persentase perkecambahan dan jumlah kecambah abnormal dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Persentase perkecambahan dan jumlah kecambah normal dengan perlakuan radiasi sinar gamma

Radiasi Persentase Perkecambahan Jumlah Kecambah Normal

R0 (0 krad) 100% 2

R1 (10 krad) 100% 4

R3 (30 krad) 96% 7

Dari tabel 1 diketahui bahwa pada uji perkecambahan diperoleh data dari 30 benih kacang hijau yang ditanam pada bak kecambah semua benih berkecambah, kecuali pada dosis radiasi 30 krad (R3) terdapat 1 benih yang tidak tumbuh sehingga persentase perkecambahan sebesar 96%. Selain data persentase perkecambahan, diperoleh juga data jumlah kecambah abnormal dengan jumlah kecambah abnormal yang tertinggi adalah pada R3 (30 krad) yaitu 7 kecambah dan terendah pada dosis R0 (0 krad) yaitu 2 kecambah. Hal ini menunjukkan bahwa efek awal adanya mutasi ditunjukkan oleh perkecambahan, meskipun dari data persentase perkecambahan menunjukkan hampir semua benih berkecambah, tetapi ditunjukkan oleh jumlah kecambah abnormalnya. Sudrajat dan Zanzibar (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pada beberapa percobaan radiasi pada benih, radiasi dengan dosis rendah dapat meningkatkan persen perkecambahan. Pada benih pepaya, radiasi 10 Gy (dosis kematian 50% diperoleh pada dosis 42 Gy) meningkatkan persen perkecambahan dari kontrol 30% menjadi 50% . Pada benih kacang mete yang dosis kematian 50%-nya diperoleh pada dosis 300 Gy, radiasi dengan dosis 50 Gy meningkatkan persen perkecambahan sebanyak 5%. Penerapan teknologi radiasi pada benih-benih tersebut kemungkinan dapat diterapkan karena elektron dari radiasi dapat meningkatkan metabolisme yang diperlukan selama perkecambahan. Radiasi ionisasi juga dapat merubah struktur molekul lemak pada membran sel sehingga perkecambahan dapat diperbaiki.

Tinggi Tanaman (cm)

Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam pada parameter tinggi tanaman dapat dilihat pada Lampiran 4-11, diketahui bahwa pemberian radiasi sinar gamma dan pemberian cekaman kekeringan serta interaksi radiasi sinar gamma dengan cekaman kekeringan belum berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 2 MST, 3 MST, 4 MST, dan 5 MST.

Rataan tinggi tanaman dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan tinggi tanaman pada 2 MST, 3 MST, 4MST, 5MST dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

2 MST 3 MST 4 MST 5 MST Radiasi R0 (0 krad) 16,70 18,43 20,38 24,75 R1 (10 krad) 15,33 17,23 19,48 22,88 R2 (20 krad) 14,81 16,60 18,40 22,88 R3 (30 krad) 15,11 17,20 18,55 21,15 Cekaman C0 (100% Kapasitas Lapang) 15,22 17,40 19,65 24,10 C1 (80% Kapasitas Lapang) 13,96 15,60 17,33 21,40 C2 (60% Kapasitas Lapang) 16,49 18,10 20,23 23,73 C3 (40% Kapasitas Lapang) 16,28 18,35 19,60 22,43

Dari Tabel 2 diketahui perlakuan radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan serta interaksi keduanya belum berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman 2MST, 3MST, 4MST, dan 5MST, tetapi bloknya berpengaruh nyata, dengan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada blok ke III dan tinggi tanaman terendah terdapat pada blok ke II.

Klorofil Daun (g/ml)

Dari data penelitian kandungan klorofil daun, dapat dilihat pada Lampiran 12-17, diketahui bahwa dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan serta interaksi radiasi

sinar gamma dengan cekaman kekeringan belum berpengaruh nyata terhadapa parameter klorofil daun.

Rataan kandungan klorofil daun dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan kandungan klorofil daun (g/ml) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan

Perlakuan Klorofil a Klorofil b Total Klorofil

Radiasi R0 (0 krad) 2,04 0,87 2,91 R1 (10 krad) 2,20 0,83 3,04 R2 (20 krad) 2,10 0,81 2,90 R3 (30 krad) 2,14 0,84 2,99 Cekaman C0 (100% Kapasitas Lapang) 2,03 0,75 2,78 C1 (80% Kapasitas Lapang) 2,05 0,84 2,89 C2 (60% Kapasitas Lapang) 2,22 0,93 3,15 C3 (40% Kapasitas Lapang) 2,17 0,85 3,02

Dari Tabel 3 diketahui bahwa perlakuan radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan serta interaksi keduanya belum berbeda nyata terhadap jumlah klorofil a, jumlah klorofil b dan total klorofil.

Dari hasil analisis data, rataan kandungan klorofil a lebih tinggi dari klorofil b karena pada tanaman hijau jumlah klorofil a terdapat sekitar 75% dari total klorofil dan pada proses fotosintesis, energi yang diserap oleh klorofil b dan karotenoid akan diteruskan ke klorofil a untuk digunakan dalam mengubah energi cahaya menjadi energi kimia. Hal ini sesuai literatur Nio dan Yunia (2001) yang menyatakan bahwa semua tanaman hijau mengandung klorofil a dan b. klorofil a terdapat sekitar 75% dari total klorofil. Klorofil a dan klorofil b

paling kuat menyerap cahaya di bagian merah (600-700 nm), dan paling sedikit menyerap cahaya hijau (500-600 nm). Sedangkan cahaya berwarna biru diserap oleh karotenoid. Karotenoid membantu menyerap cahaya, sehingga spektrum cahaya matahari dapat dimanfaatkan dengan lebih baik. Energi yang diserap oleh klorofil b dan karotenoid diteruskan kepada klorofil a untuk digunakan dalam proses fotosintesis fase I (reaksi terang) yang terdiri dari fotosistem I dan II, demikian pula dengan klorofil b. Klorofil a paling banyak terdapat pada fotosistem II sedangkan Klorofil b paling banyak terdapat pada fotosistem I.

Jumlah Cabang Produktif (Cabang)

Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam jumlah cabang produktif, dapat dilihat pada Lampiran 18-19, diketahui bahwa perlakuan radiasi sinar gamma, cekaman kekeringan dan interaksi antara radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan belum berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang produktif.

Rataan jumlah cabang produktif dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan jumlah cabang produktif (cabang) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan

Radiasi Cekaman Rataan

C0 C1 C2 C3 R0 2,00 2,00 1,30 1,30 1,65 R1 2,00 2,00 1,70 1,70 1,85 R2 2,00 2,00 2,00 1,70 1,93 R3 2,00 1,30 1,70 1,00 1,50 Rataan 2,00 1,83 1,68 1,43

Dari tabel 4 diketahui bahwa radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan serta interaksi keduanya belum berbeda nyata terhadap jumlah cabang produktif.

Luas Daun (cm2)

Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam luas daun, dapat dilihat pada Lampiran 20-21, diketahui bahwa perlakuan radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan serta interaksi keduanya belum berpengaruh nyata terhadap luas daun.

Rataan luas daun dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan luas daun (cm2) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan

Radiasi Cekaman Rataan

C0 C1 C2 C3 R0 107,65 100,09 88,77 65,05 90,39 R1 82,21 83,30 89,45 69,02 81,00 R2 112,14 80,11 73,58 81,71 86,89 R3 105,57 76,83 72,23 60,58 78,80 Rataan 101,89 85,08 81,01 69,09

Dari Tabel 5 diketahui bahwa radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan serta interaksi keduanya belum berbeda nyata terhadap parameter luas daun (cm2).

Bobot Kering Akar (g)

Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam bobot kering akar, dapat dilihat pada Lampiran 22-23, diketahui bahwa perlakuan radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan serta interaksi keduanya belum berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar.

Rataan bobot kering akar dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan bobot kering akar (g) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan

Radiasi Cekaman Rataan

C0 C1 C2 C3

R0 0,63 0,37 0,30 0,30 0,40

R2 0,43 0,43 0,37 0,37 0,40

R3 0,47 0,30 0,33 0,23 0,33

Rataan 0,56 0,35 0,37 0,30

Dari tabel 6 diketahui bahwa diketahui bahwa radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan serta interaksi keduanya belum berbeda nyata terhadap bobot kering akar.

Volume Akar (ml)

Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam volume akar, dapat dilihat pada Lampiran 24-25, diketahui bahwa cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap volume akar, sedangkan perlakuan radiasi sinar gamma dan interaksi antara radiasi dan cekaman kekeringan belum berpengaruh nyata terhadap volume akar.

Rataan volume akar dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan volume akar (ml) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan

Radiasi Cekaman Rataan

C0 C1 C2 C3 R0 19,33 10,33 21,67 7,67 14,75 R1 15,67 8,33 12,33 10,33 11,67 R2 21,33 11,67 10,00 17,33 15,08 R3 23,33 7,00 13,33 8,33 13,00 Rataan 19,92 a 9,33 b 14,33 ab 10,92 b

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama satu baris menunjukkan belum berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5 %

Dari tabel 7 diketahui bahwa rataan volume akar tertinggi terdapat pada perlakuan C0 sebesar 19,92 ml dan rataan terendah pada C1 sebesar 9,33 ml, dengan C0 berbeda nyata terhadap C1 dan C3, namun belum berbeda nyata terhadap C2 dan C1 tidak berbeda nyata dengan C3.

Bobot Kering Tajuk (g)

Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam bobot kering tajuk, dapat dilihat pada Lampiran 26-27, diketahui bahwa perlakuan radiasi sinar gamma, cekaman kekeringan dan interaksi antara radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan belum berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk.

Rataan bobot kering tajuk dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan bobot kering tajuk (g) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan

Radiasi Cekaman Rataan

C0 C1 C2 C3 R0 1,67 1,67 1,40 0,77 1,38 R1 2,07 0,77 1,50 0,97 1,33 R2 1,87 1,63 1,40 1,27 1,54 R3 1,33 1,13 0,90 0,83 1,05 Rataan 1,74 1,30 1,30 0,96

Dari tabel 8 diketahui bahwa diketahui bahwa radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan serta interaksi keduanya belum berbeda nyata terhadap bobot kering tajuk.

Nisbah Bobot Kering Tajuk - Akar

Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam nisbah bobot kering tajuk-akar, dapat dilihat pada Lampiran 28-29, diketahui bahwa perlakuan radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan serta interaksi keduanya belum berpengaruh nyata terhadap nisbah bobot kering tajuk-akar.

Rataan bobot kering tajuk-akar dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan nisbah bobot kering tajuk-akar dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan

C0 C1 C2 C3 R0 2,80 4,50 4,44 2,39 3,53 R1 2,81 3,09 3,04 3,75 3,17 R2 4,28 4,31 3,77 3,82 4,05 R3 2,93 3,83 3,61 3,50 3,47 Rataan 3,21 3,93 3,72 3,37

Dari Tabel 9 diketahui bahwa diketahui bahwa radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan serta interaksi keduanya belum berbeda nyata terhadap parameter nisbah bobot kering tajuk-akar..

Umur Berbunga (HST)

Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam umur berbunga, dapat dilihat pada Lampiran 30-31, diketahui bahwa perlakuan radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan belum berpengaruh nyata terhadap umur berbunga, sedangkan interaksi antara radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap umur berbunga.

Rataan umur berbunga dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan umur berbunga (HST) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan

Radiasi Cekaman Rataan

C0 C1 C2 C3

R0 32,00 c 36,33 abc 32,00 c 36,33 abc 34,17 R1 37,00 abc 36,33 abc 35,67 abc 36,33 abc 36,33 R2 33,67 abc 39,00 ab 33,67 abc 34,00 abc 35,08 R3 33,00 bc 34,00 abc 39,33 a 39,33 a 36,42

Rataan 33,92 36,42 35,17 36,50

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom menunjukkan belum berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5 %

Dari Tabel 10 diketahui bahwa interaksi antara perlakuan radiasi sinar gamma dengan cekaman kekeringan berbeda nyata dengan umur berbunga tercepat pada perlakuan R0C0 dan

R0C2 yaitu 32,00 HST, sedangkan yang terlama terdapat pada perlakuan R3C2 dan R3C3 yaitu 39,33 HST.

Untuk menduga apakah umur berbunga pada generasi M1 dengan deskripsi varietas sama atau berbeda dilakukan uji progenitas dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Uji progenitas umur berbunga generasi M1 dengan deskripsi varietas Perlakuan Rataan |F2-F1| Sy2-Sy1 t hitung t.05

F2 F1 R0 34,17 33,00 1,17 1,16 1,00 2,04 R1 36,33 33,00 3,33 2,87* R2 35,08 33,00 2,08 1,79 R3 36,42 33,00 3,42 2,94* Rataan 35,50 33,00 2,50 2,15*

Ket: F1: Deskripsi F2: Hasil penelitian *nyata

Pada tabel 11 dapat diketahui bahwa bila dibandingkan umur berbunga pada generasi M1 dengan deskripsi varietas, menunjukkan perbedaan yang nyata dimana umur berbunga pada generasi M1 lebih lama dibandingkan dengan umur berbunga pada deskripsi varietas. Umur Panen (HST)

Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam umur panen, dapat dilihat pada Lampiran 32-33, diketahui bahwa perlakuan radiasi sinar gamma berpengaruh nyata terhadap umur panen, sedangkan perlakuan cekaman kekeringan dan interaksi antara radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan belum berpengaruh nyata terhadap umur panen.

Rataan umur panen dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Rataan umur panen (HST) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan

Radiasi Cekaman Rataan

C0 C1 C2 C3

R1 56,00 55,67 58,00 55,00 56,17 a

R2 52,00 55,33 51,00 55,00 53,33 b

R3 53,00 55,00 58,67 58,00 56,17 a

Rataan 53,00 54,25 54,75 55,58

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama satu kolom menunjukkan belum berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5 %

Dari Tabel 12 diketahui bahwa rataan umur panen tercepat pada perlakuan R0 yaitu 51,92 HST dan terlama pada R1 dan R3 yaitu 56,17 HST, dengan R2 berbeda nyata terhadap R1 dan R3, namun belum berbeda nyata terhadap R0.

Untuk menduga apakah umur panen pada generasi M1 dengan deskripsi varietas sama atau berbeda dilakukan uji progenitas dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13. Uji progenitas umur panen generasi M1 dengan deskripsi varietas Perlakuan Rataan |F2-F1| Sy2-Sy1 t.hit t.05

F2 F1 R0 51,92 57,00 5,08 0,99 5,12* 2,04 R1 56,17 57,00 0,83 0,84 R2 53,33 57,00 3,67 3,70* R3 56,17 57,00 0,83 0,84 Rataan 54,40 57,00 2,60 2,62*

Ket: F1: Deskripsi F2: Hasil penelitian *nyata

Pada tabel 13 dapat diketahui bahwa bila dibandingkan umur panen pada generasi M1 dengan deskripsi varietas, menunjukkan perbedaan yang nyata dimana umur panen pada generasi M1 lebih cepat dibandingkan dengan umur panen pada deskripsi varietas.

Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong)

Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam jumlah polong berisi per tanaman, dapat dilihat pada Lampiran 34-35, diketahui bahwa perlakuan cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap jumlah polong berisi per tanaman, sedangkan perlakuan radiasi sinar gamma dan interaksi antara radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan belum berpengaruh nyata terhadap jumlah polong berisi per tanaman.

Rataan jumlah polong per tanaman dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Rataan jumlah polong berisi per tanaman (polong) dengan perlakuan radiasi dan cekaman kekeringan

Radiasi Cekaman Rataan

C0 C1 C2 C3 R0 3,33 3,33 2,67 2,00 2,83 R1 3,67 2,33 1,33 2,00 2,33 R2 4,33 4,00 3,67 2,00 3,50 R3 4,00 2,33 2,67 2,00 2,75 Rataan 3,83 a 3,00 a 2,58 a 2,00 b

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama satu baris menunjukkan belum berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5 %

Dari tabel 14 diketahui bahwa cekaman kekeringan menunjukkan beda yang nyata terhadap jumlah polong per tanaman dengan rataan jumlah polong tertinggi adalah pada perlakuan C0 yaitu 3,83 polong dan terendah adalah pada C3 yaitu 2 polong. Rataan jumlah polong pada perlakuan C0 berbeda tidak nyata terhadap C1 dan C2, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan C3.

Bobot Biji per Tanaman (g)

Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam bobot biji per tanaman, dapat dilihat pada Lampiran 36-37, diketahui bahwa perlakuan cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap bobot biji per tanaman, sedangkan perlakuan radiasi sinar gamma dan interaksi antara radiasi sinar gamma dengan cekaman kekeringan belum berpengaruh nyata terhadap bobot biji per tanaman.

Rataan bobot biji per tanaman dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Rataan bobot biji per tanaman (g) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan

Radiasi Cekaman Rataan

C0 C1 C2 C3 R0 2,17 1,30 1,53 1,43 1,61 R1 1,77 1,23 0,67 0,97 1,16 R2 2,10 2,37 1,57 0,83 1,72 R3 3,13 0,47 0,97 0,67 1,31 Rataan 2,29 a 1,34 a 1,19 a 0,98 b

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama satu baris menunjukkan belum berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5 %

Dari tabel 15 diketahui bahwa cekaman kekeringan menunjukkan beda yang nyata dengan rataan bobot biji tertinggi adalah C0 sebesar 2,29 g dan terendah pada C3 sebesar 0,98 g. Perlakuan C0 berbeda nyata terhadap perlakuan C3, tetapi belum berbeda nyata terhadap perlakuan C1 dan C2.

Bobot 100 Biji (g)

Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam bobot 100 biji, dapat dilihat pada Lampiran 38-39, diketahui bahwa perlakuan radiasi sinar gamma, cekaman kekeringan dan interaksi keduanya belum berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji.

Rataan bobot 100 biji dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan dapat dilihat pada Tabel 16.

\

Tabel 16. Rataan bobot 100 biji (g) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan

Radiasi Cekaman Rataan

C0 C1 C2 C3 R0 5,80 5,27 5,83 5,40 5,58 R1 6,13 5,80 6,73 6,47 6,28 R2 6,37 6,23 6,87 6,57 6,51 R3 7,10 4,53 6,20 4,80 5,66 Rataan 6,35 5,46 6,41 5,81

Dari Tabel 16 diketahui bahwa diketahui bahwa radiasi sinar gamma dan cekaman kekeringan serta interaksi keduanya belum berbeda nyata terhadap bobot 100 biji.

Pembahasan

Pengaruh dosis radiasi sinar gamma terhadap pertumbuhan dan produksi kacang hijau hasil radiasi sinar gamma (M0)

Dari hasil analisis statistik diperoleh data bahwa perlakuan dosis radiasi sinar gamma berbeda nyata pada parameter umur panen.

Umur panen tercepat terdapat pada perlakuan R2 (20 krad) (51,92 hari setelah tanam) dan umur panen terlama terdapat pada perlakuan R1 dan R3 (dosis 20 krad dan 30 krad) (56,17 HST), tetapi saat dilakukan uji progenitas rataan umur panen M1 berbeda nyata dengan umur panen pada deskripsi varietas. Hal itu mungkin saja terjadi akibat adanya mutasi yang dialami oleh tanaman tersebut, tetapi dapat juga diketahui bahwa pemberian mutasi pada bidang pertanian dengan dosis yang tepat memberikan pengaruh yang baik dan kenyataan dilapangan tidak semuanya memenuhi harapan. Sesuai dengan literatur Suryowinoto (1987) yang menyatakan bahwa penggunaan energi seperti sinar gamma pada tanaman akan

memberikan pengaruh yang baik di bidang pertanian, dengan perlakuan dosis radiasi sinar gamma dengan dosis yang tepat diperoleh tanaman yang mempunyai sifat-sifat yang seperti hasil tinggi, umur pendek, tahan terhadap penyakit tetapi kenyataan yang ditimbulkan tidak semuanya memenuhi harapan. Mugiono (2001) juga menyatakan bahwa mutasi tidak dapat diamati pada generasi M1, kecuali yang termutasi adalah gamet haploid. Adanya mutasi dapat ditentukan pada generasi M2 dan seterusnya. Semakin tinggi dosis, maka semakin banyak terjadi mutasi dan makin banyak pula kerusakannya. Hubungan antara tinggi bibit dan kemampuan hidup tanaman M1 dengan frekuensi mutasi, membuktikan bahwa penilaian kuantitatif terhadap kerusakan tanaman M1 dapat digunakan sebagai indikator dalam permasalahan pengaruh dosis pada timbulnya mutasi.

Pengaruh cekaman kekeringan terhadap pertumbuhan dan produksi kacang hijau hasil radiasi sinar gamma (M0)

Dari hasil analisis statistik diperoleh data bahwa tingkat cekaman kekeringan berbeda nyata pada parameter volume akar, jumlah polong per tanaman, dan bobot biji per tanaman.

Volume akar tertinggi yang terdapat pada perlakuan cekaman kekeringan yaitu pada C0 (100% kapasitas lapang) sebesar 19,92 ml sedangkan yang terendah terdapat pada C1 (80% kapasitas lapang) sebesar 9,33 ml. Ini disebabkan karena pada penyiraman air pada 100% kapasitas lapang sangat sesuai dengan kebutuhan tanaman sehingga perkembangan akar berkembang dengan baik. Namun ketika kebutuhan air diturunkan menjadi 80% kapasitas lapang dapat menghambat aktivitas akar dalam mentranslokasi zat hara ke bagian tanaman dan akar kurang berkembang dengan baik. Sesuai dengan literatur Sufianto (2004) yang menyatakan bahwa fungsi air bagi tanaman memegang peranan penting dalam aktivitas tanaman. Jika kebutuhan air terpenuhi maka aktivitas tanaman dapat maksimal, namun kebutuhan air tidak terpenuhi maka menurunkan atau menghambat aktivitas atau bagian tertentu. Taiz dan Zeiger (1991) juga menyatakan bahwa pertahanan tanaman dalam

menghadapi cekaman kekeringan: (1) membatasi perkembangan luas daun, (2) perkembangan akar untuk mencapai daerah yang masih basah, (3) penutupan stomata untuk mengurangi transpirasi.

Jumlah polong berisi per tanaman tertinggi yang terdapat pada perlakuan cekaman kekeringan adalah pada C0 (100% kapasitas lapang) sebesar 3,84 polong sedangkan yang terendah terdapat pada C3 (40% kapasitas lapang) sebesar 2,0 polong. Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat cekaman kekeringan yang tinggi produksi tanaman kacang hijau mengalami penurunan akibat terganggunya proses fisiologis dan metabolisme tanaman karena jumlah air tersedia cukup sedikit. Mapegau (2006) menyatakan bahwa pengaruh cekaman air terhadap pertumbuhan tanaman tergantung pada tingkat cekaman yang dialami dan jenis atau kultivar yang ditanam. Pengaruh awal dari tanaman yang mendapat cekaman air adalah terjadinya hambatan terhadap pembukaan stomata daun yang kemudian berpengaruh besar terhadap proses fisiologis dan metabolisme dalam tanaman.

Bobot biji per tanaman tertinggi pada perlakuan cekaman kekeringan adalah pada C0 (100% kapasitas lapang) sebesar 2,29 g sedangkan yang terendah adalah pada perlakuan C3 (40% kapasitas lapang) sebesar 0,98 g. Hal ini menunjukkan bahwa pada pemberian air secara optimal meningkatkan produktivitas tanaman. Pada tingkat cekaman kekeringan yang tinggi, tanaman kacang hijau masih mampu tumbuh dan beradaptasi dengan baik, namun produksinya rendah. Sesuai literatur Toruan dkk (2001) yang menyatakan bahwa ketahanan tanaman terhadap kekeringan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain sifat dan kemampuan akar tanaman untuk mengekstrak air dari dalam tanah secara maksimal. Rendahnya potensi air tanah dan terjadinya cekaman kekeringan menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat dan produktivitasnya rendah. Kekurangan air sangat berpengaruh terhadap proses fisiologis dan metabolisme tanaman. Pengaruh awal dari kekurangan air pada

tanaman adalah terhambatnya pembukaan stomata daun serta terjadinya perubahan morfologis (pertumbuhan tanaman) dan fisiologis daun.

Pengaruh interaksi antara dosis radiasi sinar gamma dan tingkat cekaman kekeringan Dari hasil analisis data penelitian diperoleh bahwa interaksi antara dosis radiasi sinar gamma dengan cekaman kekeringan berbeda nyata terhadap pengamatan parameter umur berbunga. Umur berbunga yang tercepat terdapat pada perlakuan R0C0 (radiasi 0 krad, disiram dengan 100% KL) dan R0C2 (radiasi 0 krad, disiram dengan 60% KL) yaitu 32,00 HST. Sedangkan yang terlama terdapat pada perlakuan R3C2 (radiasi 30 krad dan disiram 60% KL) dan R3C3 (radiasi 30 krad dan disiram 40% KL) yaitu 39,33 HST. Pada saat pengujian progenitas menunjukkan rataan umur berbunga yang berbeda nyata, artinya bahwa umur berbunga generasi M1 lebih lama dibandingkan dengan deskripsi varietas. Hal ini disebabkan karena mekanisme toleransi tanaman terhadap cekaman kekeringan berbeda-beda tergantung kemampuan genetiknya, kekurangan air yang parah dapat ditunjukkan oleh perkembangan sistem pembungaan, dengan pemberian air per hari sesuai dengan kebutuhannya maka waktu bunga muncul lebih cepat dibandingkan dengan jika hanya diberikan sepertiga dari kebutuhan setiap harinya. Hal ini sesuai pernyataan Nurhayati (2007) yang menyatakan bahwa mekanisme toleransi tanaman terhadap cekaman kekeringan berbeda-beda tergantung kemampuan genetiknya, kekurangan (defisit) air yang parah ditunjukkan dengan perkembangan sistem pembungaan, toleransi dengan potensial air jaringan yang tinggi yaitu kemampuan tanaman tetap menjaga potensial jaringan dengan meningkatkan penyerapan air atau menekan kehilangan air, dan dalam penelitian Sufianto (2004) mengatakan bahwa jika kebutuhan air terpenuhi maka aktivitas tanaman dapat maksimal, namun kebutuhan air tidak terpenuhi maka menurunkan atau menghambat

aktivitas atau bagian tertentu. Peranan air dalam proses pembungaan dapat mempercepat munculnya bunga. Pemberian air per hari sesuai dengan kebutuhannya maka waktu bunga muncul lebih cepat dibandingkan dengan jika hanya baik diberikan setengah atau sepertiga dari kebutuhan setiap harinya.

Dokumen terkait