• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data rataan produksi tandan buah segar (ton/bulan) Lampiran 1, curah hujan (mm/bulan) Lampiran 5, dan hari hujan (hari/bulan) Lampiran 10 selama 3 tahun (2011-2013) dari kebun Bah Jambi PT. Perkebunan Nusantara IV Persero pada tanaman kelapa sawit berumur 8, 16, dan 19 tahun.

Hasil uji korelasi antar komponen tandan buah segar (TBS) pada beberapa tahun tanam pada tanaman kelapa sawit berumur 8, 16, dan 19 tahun selama 3 tahun (2011-2013) dapat dilihat pada lampiran 4. Hasil uji korelasi ini adalah tidak terjadi korelasi yang signifikan antara variabel jumlah janjang, beserta janjang rata-rata, dan jumlah pohon produktif.

Hasil uji analisis regresi linear berganda hubungan antara produksi TBS, curah hujan dan hari hujan dapat dilihat pada Lampiran 16 selama 3 tahun (2011- 2013) pada tanaman kelapa sawit berumur 8, 16 dan 19 tahun. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa jumlah curah hujan dan banyaknya hari hujan berpengaruh signifikan terhadap produksi TBS pada tanaman kelapa sawit berumur 16 tahun. Komponen Produksi Tandan Buah Segar

Produksi tandan buah segar (TBS) tidak terlepas dari komponen- komponen produksi yang mempengaruhinya yang berkaitan dengan pencapaian produksi yang diharapkan. Berdasarkan ketersediaan data pada kebun Bah Jambi, adapun komponen-komponen produksi tanaman kelapa sawit yang dapat mempengaruhi produksi TBS ialah jumlah janjang, berat janjang rata-rata (BJR) dan jumlah pohon produktif.

Berikut disajikan data komponen produksi kebun Bah Jambi pada beberapa tahun tanam pada tanaman kelapa sawit berumur 8, 16 dan 19 tahun pada Tabel 3.

Tabel 3. Komponen produksi TBS kebun Bah Jambi pada beberapa tahun tanam Tahun Tanam Jumlah Janjang (X1) Berat Janjang Rata-Rata (X2) Jumlah Pohon Produktif (X3) 1992 446.356 28,5 53.826 1993 378.129 28,54 38.908 1994 123.322 28,83 18.287 1995 278.488 28,09 28.894 1996 268.845 27,23 25.880 1997 208.996 25,89 27.146 2003 480.105 15,00 33.016 2004 481.902 14,62 31.385 2005 368.313 13,70 24.445

Hasil uji korelasi pada komponen-komponen produksi di kebun Bah Jambi PTPN IV dapat dilihat pada Lampiran 4. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang berbeda nyata antara variabel jumlah janjang dengan berat janjang rata-rata, jumlah janjang dengan jumlah pohon produktif, dan berat janjang rata-rata dengan jumlah pohon produktif. Hal tersebut dilihat dari nilai signifikansi komponen-komponen produksi pada taraf uji 1% dan 5%.

Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi yang menunjukkan hubungan keeratan yang cukup antara variabel jumlah janjang dengan berat janjang rata-rata dan jumlah janjang dengan jumlah pohon produktif yakni sebesar 59% dan 64%. Hubungan keeratan ini memperlihatkan berpengaruhnya komponen produksi terhadap pencapaian produksi TBS. Korelasi terlemah terdapat pada komponen berat janjang rata-rata dengan jumlah pohon produktif yakni sebesar 16%.

Analisis korelasi juga memperlihatkan arah korelasi yang searah atau berlawanan arah yang dapat dilihat dari nilai koefisien yang bernilai positif atau negatif . hubungan searah ditunjukkan oleh komponen jumlah janjang dengan jumlah pohon produktif dan berat janjang rata-rata dengan jumlah pohon produktif. Hasil ini menunjukkan jika semakin besar jumlah pohon produktif maka semakin besar juga jumlah janjang dan berat janjang rata-rata yang dihasilkan. Sementara jumlah janjang dengan berat janjang rata-rata bernilai negatif yang berarti bahwa hubungan antar komponen pembanding berlawanan arah. Jumlah populasi pohon per hektar diduga berpengaruh terhadap produksi total kebun, dan bobot janjang rata-rata.

Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa korelasi pada keempat komponen produksi yang memiliki hubungan yang searah adalah antara komponen jumlah pohon produktif dengan jumlah janjang dan berat janjang rata- rata. Hal ini menunjukkan semakin besar jumlah pohon produktif maka semakin besar pula pengaruh jumlah janjang dan berat janjang rata-rata terhadap pencapaian produksi TBS yang diharapkan. Pada komposisi umur tanaman muda jumlah janjang yang dihasilkan lebih banyak daripada tanaman dewasa namun berat janjang yang dihasilkan oleh tanaman muda lebih kecil dibandingkan dengan tanaman dewasa. Umur tanaman kelapa sawit berubah setiap tahunnya, dengan kata lain hal tersebut juga mempengaruhi pencapaian produksi per hektar per tahunnya. Jumlah janjang yang dihasilkan tanaman muda lebih banyak dikarenakan oleh pada tanaman muda produksi masih lebih optimal dan lebih sedikit jumlah tanaman yang terkena hama dan penyakit. Jumlah pohon produktif yang tinggi menyebabkan pencapaian produksi TBS yang besar pula.

Produksi Tandan Buah Segar (ton), Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan (hari) pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 8 Tahun

Data rataan produksi tandan buah segar (ton/bulan), curah hujan (mm/bulan), dan hari hujan (hari/bulan) selama 3 tahun (2011-2013) dari kebun Bah Jambi PTPN IV pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun.

Tabel 4. Rataan produksi TBS (ton/bulan) pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun selama 3 tahun (2011-2013)

Bulan Tahun Rataan

2011 2012 2013 Januari 111,35 185,91 159,67 152,31 Februari 135,39 147,42 152,67 145,16 Maret 165,21 196,40 135,10 165,57 April 189,09 283,67 147,23 206,66 Mei 210,32 293,63 189,76 231,23 Juni 217,47 314,25 225,28 252,33 Juli 258,69 402,54 329,29 330,17 Agustus 217,17 284,81 294,25 265,41 September 255,06 390,93 251,28 299,09 Oktober 243,09 314,80 264,69 274,19 November 223,89 305,13 257,39 262,13 Desember 195,07 309,92 136,36 213,78 Total 2421,80 3429,41 2542,97 2798,06

Tabel 4 menyatakan bahwa rataan produksi TBS tertinggi pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun, terdapat pada bulan Juli yakni sebesar 330,17 ton/bulan dan rataan terendah terdapat pada bulan Februari yakni sebesar145,16 ton/bulan. Berikut in disajikan grafik perkembangan produksi TBS dalam (ton) pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun selama 3 tahun (2011-2013) pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik perkembangan produksi TBS (ton/bulan) pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun (2011-2013)

Gambar 1 menyatakan bahwa tahun 2011 pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun, total produksi TBS tertinggi terdapat pada bulan Juli sebesar 258,69 ton/ bulan dan total terendah pada bulan Januari yakni sebesar 111,35 ton/bulan. Pada tahun 2012 total produksi TBS tertinggi terdapat pada bulan Juli sebesar 402,54 ton/bulan dan total terendah pada bulan Februari sebesar 147,42 ton/bulan. Pada tahun 2013 total produksi TBS tertinggi terdapat pada bulan juli sebesar 329,29 ton/bulan dan total terendah pada bulan Maret sebesar 135,10 ton/bulan.

Tabel 5 menyatakan bahwa rataan curah hujan tertinggi pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun terdapat pada bulan Oktober sebesar 297,44 mm/bulan dan rataan terendah terdapat pada bulan juni sebesar 80,72 mm/bulan.

Berikut ini data rataan curah hujan (mm) pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun di kebun Bah Jambi PTPN IV.

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 P ro d u ks i T B S ( to n /h a ) Bulan 2011 2012 2013

Tabel 5. Rataan curah hujan (mm/bulan) pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun selama 3 tahun (2011-2013)

Bulan Tahun Rataan

2011 2012 2013 Januari 216,33 103,50 328,00 215,94 Februari 99,33 97,00 205,50 133,94 Maret 236,66 154,50 186,50 192,55 April 186,33 267,50 265,00 239,61 Mei 281,33 150,50 269,00 233,61 Juni 120,66 62,50 59,00 80,72 Juli 65,00 153,00 129,50 115,83 Agustus 289,66 78,50 160,50 176,22 September 146,66 219,00 231,00 198,88 Oktober 233,33 283,00 376,00 297,44 November 201,66 328,00 334,00 287,88 Desember 114,66 132,00 464,00 236,88 Total 2191,66 2029,00 3008,00

Berikut disajikan grafik perkembangan curah hujan (mm) pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun selama 3 tahun (2011-2013) pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik perkembangan curah hujan (mm/bulan) pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun

Gambar 2 menyatakan bahwa tahun 2011 pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun total curah hujan tertinggi terdapat pada bulan Agustus sebesar 289,66 mm/bulan dan total curah hujan terendah terdapat pada bulan Juli sebesar 65,00 mm/bulan. Tahun 2012 pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun total curah hujan tertinggi terdapat pada bulan November sebesar 328,00 mm/bulan dan total curah hujan terendah terdapat pada bulan Juni sebesar 62,50 mm/bulan.

0 100 200 300 400 500 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 C u ra h H u ja n ( m m ) Bulan 2011 2012 2013

Tahun 2013 pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun total curah hujan tertinggi terdapat pada bulan Desember sebesar 464,00 mm/bulan dan total curah hujan terendah terdapat pada bulan Juni sebesar 80,72 mm/tahun.

Berikut ini data rataan hari hujan (hari) pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun kebun Bah Jambi PTPN IV.

Tabel 6. Rataan hari hujan (hari/bulan) pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun selama 3 tahun (2011-2013)

Bulan Tahun Rataan

2011 2012 2013 Januari 8,33 5,50 15,00 9,61 Februari 4,66 5,00 9,50 6,38 Maret 8,00 7,50 5,00 6,83 April 5,33 12,50 13,50 10,44 Mei 8,00 6,00 10,00 8,00 Juni 6,00 3,50 6,00 5,16 Juli 3,66 11,00 9,00 7,88 Agustus 9,66 6,00 9,50 8,38 September 8,66 11,00 13,50 11,05 Oktober 9,66 9,00 18,50 12,38 November 8,00 14,00 15,50 12,50 Desember 5,33 8,00 14,00 9,11 Total 85,29 99,00 139,00

Tabel 6 menyatakan bahwa rataan hari hujan tertinggi pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun terdapat pada bulan November sebesar 12,50 hari/bulan dan rataan terendah terdapat pada bulan Juni yakni sebesar 5,16 hari/bulan. Berikut disajikan grafik perkembangan hari hujan (hari) pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun selama 3 Tahun (2011-2013) pada Gambar 3.

Gambar 3 menunjukkan bahwa tahun 2011 pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun, total hari hujan tertinggi terdapat pada bulan Agustus dan Oktober yakni sebesar 9,66 hari/bulan dan total hari hujan terendah terdapat pada bulan Juli yakni sebesar 3,66 hari/bulan. Pada tahun 2012 total hari hujan tertinggi terdapat pada bulan November yakni sebesar 14,00 hari/bulandan total hari hujan

terendah terdapat pada bulan Juni yakni sebesar 3,50 hari/bulan. Pada tahun 2013 total hari hujan tertinggi terdapat pada bulan Oktober yakni sebesar 18,50 hari/bulan dan total hari hujan terendah terdapat pada bulan Maret yakni sebesar 5,00 hari/bulan.

Gambar 3. Grafik perkembangan hari hujan (hari/bulan) pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun

Hubungan Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi TBS pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 8 Tahun

Produksi tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh besarnya curah hujan yang terjadi. Besarnya curah hujan yang terjadi pada saat ini akan mempengaruhi besarnya produksi tanaman kelapa sawit pada beberapa waktu ke depan karena berhubungan dengan proses pembungaan dan pematangan buah pada tanaman kelapa sawit. Untuk melihat hubungan curah hujan dan hari hujan terhadap

produksi TBS pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun selama 3 tahun (2011-2013) dilihat pada Tabel 7.

0 5 10 15 20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 H a ri H u ja n ( H a ri ) Bulan 2011 2012 2013

Tabel 7. Rataan produksi TBS, curah hujan dan hari hujan pada tanaman berumur 8 tahun selama 3 tahun (2011-2013)

Bulan Rataan Produksi TBS (ton) Curah hujan (mm) Hari hujan (hari) Januari 152,31 215,94 9,61 Februari 145,16 133,94 6,38 Maret 165,57 192,55 6,83 April 206,66 239,61 10,44 Mei 231,23 233,61 8,00 Juni 252,33 80,72 5,16 Juli 330,17 115,83 7,88 Agustus 265,41 176,22 8,38 September 299,09 198,88 11,05 Oktober 274,19 297,44 12,38 November 262,13 287,88 12,50 Desember 213,78 236,88 9,11 Total 2798,03 2409,50 107,72

Tabel 7 menyatakan bahwa total rataan produksi TBS pada tanaman berumur 8 tahun selama 3 tahun (2011-2013) sebesar 2798,03 ton, sedangkan total rataan curah hujan (mm) sebesar 2409,50 mm dan total rataan hari hujan (hari) sebesar 107,72 hari. Berikut disajikan grafik hubungan antara curah hujan dengan produksi TBS pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun selama 3 tahun (2011-2013) pada Gambar 4.

Gambar 4. Grafik hubungan curah hujan (mm/bulan) dan produksi TBS (ton/bulan) pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun

0 50 100 150 200 250 300 350 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 R a ta a n Bulan Produksi TBS Curah Hujan

Gambar 4 menunjukkan bahwa rataan produksi tertinggi pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun selama 3 tahun (2011-2013) terdapat pada bulan Juli yakni sebesar 330,17 ton/bulan dan rataan produksi terendah terdapat pada bulan Februari sebesar 145,16 ton/bulan. Rataan curah hujan tertinggi terdapat pada bulan Oktober yakni sebesar 297,44 mm/bulan dan rataan curah hujan terendah terdapat pada bulan Juni sebesar 80,72 mm/bulan.

Analisis Data

Analisis produksi tandan buah segar pada tahun 2011, 2012 dan 2013 di kebun Bah Jambi PTPN IV dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dan analisis korelasi. Analisis linear berganda untuk mengetahui apakah variabel curah hujan dan hari hujan akan memberikan pengaruh terhadap produksi kelapa sawit. Analisis korelasi berguna untuk melihat kuat-lemahnya hubungan antara variabel bebas dan terikat. Alat bantu untuk mengolah data menggunakan SPSS.v.17 for windows.

Analisis Regresi Linear Berganda

Dalam uji regresi berganda dikenal nilai koefisien korelasi (R), koefisien determinasi (R2), dan koefisien determinasi terkoreksi (Adjusted R2). Koefisien korelasi (R) digunakan untuk melihat besarnya hubungan antar variabel bebas dan variabel terikat. Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh serentak variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat.

Nilai koefisien persamaan regresi linear berganda pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun menunjukkan bahwa nilai koefisien (R) sebesar 64,5%, koefisien determinasi (R2) sebesar 41,6% dan nilai koefisien determinasi

terkoreksi (Adjusted R2) sebesar 28,6%. Nilai koefisien (R) sebesar 64,5% menunjukkan besarnya hubungan variabel curah hujan dan hari hujan terhadap variabel produksi TBS pada umur 8 tahun ialah cukup (dilihat pada Tabel 8). Koefisien determinasi (R2) menandakan bahwa 41,6% variasi produksi kelapa sawit dapat dijelaskan oleh variasi variabel curah hujan dan hari hujan yang terjadi dan sisanya sebesar 58,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan ke dalam model. Nilai koefisien pada model persamaan regresi linear berganda pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun selama 3 tahun (2011-2013) di Kebun Bah Jambi disajikan pada Lampiran 15.

Uji t-parsial dilakukan dengan membandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel. Hasil uji t-parsial menunjukkan bahwa nilai signifikansi curah hujan pada

tanaman berumur 8 tahun lebih besar dari alpha 5% (sig > α 5%), maka dapat

dikatakan t hitung berbeda tidak nyata pada taraf kepercayaan 95% dengan nilai t tabel sebesar 2,262. Variabel yang berpengaruh secara nyata ialah hari hujan dengan nilai t hitung sebesar 2,526 dan nilai signifikansi 0,032. Uji t-parsial pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun selama 3 tahun (2011-2013) disajikan pada Lampiran 13.

Berdasarkan pendugaan model produksi pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun di tahun 2011-2013, diperoleh nilai F-hitung sebesar 3,201 dengan nilai F-tabel sebesar 4,26 dan nilai signifikansi pada uji ini adalah 0,089

Nilai signifikansi pada uji F lebih besar dari alpha 5% (Sig > α 0,05), maka dapat dikatakan F-hitung berbeda tidak nyata pada taraf kepercayaan 95%. Hal tersebut mengartikan bahwa variabel curah hujan dan hari hujan dalam model secara bersama-sama berpengaruh tidak nyata terhadap produksi kelapa sawit. Analisis

sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda variabel curah hujan dan hari hujan pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun selama 3 tahun (2011-2013) disajikan pada Lampiran 14.

Hasil model pengujian analisis regresi linear berganda pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun (2011-2013) disajikan pada Lampiran 16. Berdasarkan hasil analisis, dapat dibentuk persamaan regresi yang dihasilkan oleh variabel curah hujan dan hari hujan dalam memprediksi produksi TBS pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun berikut ini:

Y = 148,230 – 0,945 X1 + 30,589 X2 + E

Model persamaan untuk umur 8 tahun dapat diartikan bahwa setiap penambahan satu satuan nilai curah hujan akan menurunkan nilai produksi TBS sebesar 0,945 satuan dan setiap penambahan satu satuan nilai hari hujan akan menaikkan nilai produksi TBS sebesar 30,589 satuan.

Analisis Korelasi

Analisis korelasi berguna untuk melihat kuat-lemahnya hubungan antara variabel bebas dan terikat. Berikut disajikan interpretasi nilai R pada analisis korelasi pada Tabel 8.

Tabel 8. Interpretasi nilai R pada analisis korelasi

Nilai R Interpretasi 0,00 Tidak ada korelasi 0,01-0,20 Sangat lemah 0,21-0,40 Lemah 0,41-0,60 Agak lemah 0,61-0,80 Cukup 0,81-0,99 Kuat 1,00 Sangat Kuat

Sumber: Husain dan Setiadi, 1995

Uji analisis korelasi pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun menunjukkan hubungan keeratan yang sangat erat antara variabel curah hujan dan

hari hujan yaitu 0,848. Hubungan yang kuat memperlihatkan berpengaruhnya antara variabel curah hujan dan hari hujan terhadap pencapaian produksi TBS. Hal

ini terlihat dari nilai signifikansi lebih kecil dari 1% (Sig < α 0,01) dan korelasi lainnya memperlihatkan hubungan berpengaruh tidak nyata terhadap pencapaian produksi TBS yang disebabkan nilai signifikansi lebih besar dari 1% (Sig > α 0,01). Korelasi terlemah terjadi pada variabel produksi TBS dengan curah hujan terdapat pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun yaitu sebesar 0,037. Hasil analisis korelasi antara variabel produksi TBS, curah hujan dan hari hujan pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun selama 3 tahun (2011-2013) disajikan pada Lampiran 17.

Uji Asumsi Klasik

Dilakukan untuk mengetahui apakah persamaan regresi berganda layak atau tidak untuk digunakan. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas, dan uji autokorelasi.

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Persyaratan uji normalitas adalah data berdistribusi normal. Data di analisis dengan uji One Sample Kolmogorov- Smirnov pada taraf uji 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika nilai

signifikansi lebih besar dari 0,05 (Sig > α 0,05). Untuk persamaan regresi pada

tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun diperoleh nilai Kolmogorov-Smirnov dan nilai signifikansi yaitu 0,867 (α = 0,598) (Lampiran 18) yang berarti data telah terdistribusi dengan normal.

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan

varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas atau biasa disebut homoskedastisitas. Metode pengujian yang digunakan ialah uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan meregresikan nilai absolute residual terhadap variabel independen lainnya. Jika nilai ß signifikan maka mengindikasikan terdapat heteroskedastisitas dalam model. Uji heteroskedastisitas menggunakan uji Glejser pada model persamaan regresi linear berganda pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun selama 3 tahun (2011-2013) disajikan pada Lampiran 19.

Hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa variabel curah hujan memiliki nilai signifikansi pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun yaitu sebesar 0,896 sedangkan variabel hari hujan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,565. Variabel curah hujan dan hari hujan memiliki nilai signifikansi diatas 0,01 dalam model ini sehingga memiliki sebaran varian yang sama (homogen). Dengan kata lain, tidak terdapat heteroskedastisitas dalam model ini.

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai varian inflation factor (VIF) dan nilai Tolerance pada model regresi. Model regresi yang baik ialah tidak terjadi multikolinearitas yang dibuktikan dengan nilai VIF < 5 dan nilai Tolerance > 0,1. Nilai VIF dan Tolerance model regresi linear berganda pada produksi TBS tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun selama 3 tahun (2011-2013) di kebun Bah Jambi disajikan pada Lampiran 16.

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Watson (d) yang dibandingkan dengan nilai dari tabel Durbin Watson (Lampiran 20). Untuk model persamaan regresi pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun di atas, diperoleh nilai Durbin Watson (d) ialah 0,828 dengan nilai dL = 0,8122 dan nilai dU = 1,5794 dari tabel Durbin Watson.

Berdasarkan kriteria pada uji autokorelasi, jika d terletak antara 0 dan dL, maka ada autokorelasi positif, jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4- dU) dan (4-dL), maka tidak dapat disimpulkan, jika d terletak antara dU dan 4-dU, maka tidak ada autokorelasi, jika d terletak antara 4-dL dan 4, maka ada autokorelasi negatif. Oleh karena itu, pada persamaan regresi pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun tidak dapat disimpulkan karena d terletak antara dL dan dU. Dari keempat uji asumsi tersebut menyatakan bahwa persamaan regresi pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun telah memenuhi syarat.

Pengaruh Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan (hari) Terhadap Produksi TBS pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 8 Tahun

Menurut Siregar et al, (2006) mengatakan bahwa hujan berpengaruh besar terhadap produksi kelapa sawit. Pertumbuhan kelapa sawit memerlukan curah hujan > 1250 mm/tahun dengan penyebaran hujan sepanjang tahun merata.

Berdasarkan data curah hujan di kebun Bah Jambi klasifikasi iklim menurut Schimidth-Ferguson termasuk ke dalam tipe iklim A yaitu daerah sangat basah (Lampiran 7). Berdasarkan data total curah hujan pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun selama 3 tahun (2011-2013) kebun Bah Jambi sebesar

7.228,66 mm dan data total produksi TBS sebesar 8.394,18 ton. Total curah hujan tertinggi terdapat pada tahun 2013 sebesar 3.008 mm/tahun dan total curah hujan terendah terdapat pada tahun 2012 sebesar 2.029 mm/tahun dengan rataan bulan basah sebanyak 10 bulan dan rataan bulan kering sebanyak tidak ada (0 bulan) bulan (Lampiran 6). Data rataan curah hujan pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun di Bah Jambi ialah 2.409,55 mm (Lampiran 9) sedangkan data rataan hari hujan tahunan ialah 107,77 hari (Lampiran 12). Oleh karna itu, jumlah curah hujan sudah sesuai dengan kebutuhan dan syarat tumbuh kelapa sawit pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun.

Berdasarkan hasil analisis regresi, diperoleh nilai koefien regresi curah hujan selama 3 tahun (2011-2013) pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun memiliki tanda negatif sebesar 0,945 (Lampiran 16). Hal tersebut mengartikan bahwa setiap penambahan satu milimeter curah hujan maka akan menurunkan produksi TBS sebesar 0,945 ton dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Sedangkan nilai koefisien regresi hari hujan memiliki tanda positif sebesar 30,589 (Lampiran 16). Hal tersebut mengartikan bahwa setiap penambahan satu hari hujan maka akan menaikkan produksi TBS sebesar 30,589 ton dengan asumsi variabel lain dianggap konstan.

Hasil analisis secara serempak (uji-F) memperlihatkan bahwa variabel curah hujan dan hari hujan yang berpengaruh tidak nyata pada taraf uji 5% terhadap produksi TBS pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun. Nilai F- hitung pada analisis ini lebih kecil daripada nilai F-tabelnya yakni sebesar 3,201 (3,201<4,26) dengan signifikansi 0,089 (Sig > α 0,05). Ini membuktikan bahwa

curah hujan dan hari hujan secara bersama-sama (serempak) berpengaruh tidak nyata terhadap produksi TBS pada umur 8 tahun di PTPN IV Sawit Bah Jambi.

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa curah hujan secara statistik berpengaruh tidak nyata terhadap produksi TBS pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun di kebun Bah Jambi PTPN IV sementara hari hujan berpengaruh nyata terhadap produksi TBS. Hal ini diduga disebabkan karena curah hujan terlalu tinggi juga akan berpengaruh kurang baik karena pertumbuhan vegetatif lebih dominan daripada pertumbuhan generatif sehingga bunga atau buah yang terbentuk relatif lebih sedikit. Selain itu, jumlah curah hujan yang terlalu tinggi akan mengganggu kegiatan kebun seperti pemeliharaan tanaman, kelancaran transportasi, dan terjadinya erosi. Namun demikian, tingginya curah hujan tidak akan menimbulkan efek negatif jika drainase tanah dan penyinaran matahari cukup baik. Hari Hujan Pada tanaman Kelapa sawit berumur 8 tahun di kebun Bah Jambi PTPN IV memenuhi kebutuhan air kelapa sawit setiap harinya.

Produksi Tandan Buah Segar (ton), Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan (hari) pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 16 Tahun

Tabel 9 menunjukkan bahwa rataan produksi tertinggi pada tanaman kelapa sawit berumur 16 tahun terdapat pada bulan Juli sebesar 234,38 ton/bulan dan rataan produksi terendah terdapat pada bulan Februari yakni sebesar 134,27 ton/bulan.

Data rataan produksi tandan buah segar (ton/bulan), selama 3 tahun (2011-

Dokumen terkait