• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Kelapa Sawit Berumur 8, 16 dan 19 Tahun di Kebun Bah Jambi PT Perkebunan Nusantara IV Persero

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Kelapa Sawit Berumur 8, 16 dan 19 Tahun di Kebun Bah Jambi PT Perkebunan Nusantara IV Persero"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH CURAH HUJAN DAN HARI HUJAN TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT BERUMUR 8, 16DAN19 TAHUN DI KEBUN

BAH JAMBI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV PERSERO

SKRIPSI

YOLAN SURYA BARUS / 110301203 BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PENGARUH CURAH HUJAN DAN HARI HUJAN TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT BERUMUR 8, 16DAN 19 TAHUN DI KEBUN

BAH JAMBI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV PERSERO

SKRIPSI

YOLAN SURYA BARUS / 110301203 BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul : Pengaruh Curah Hujan danHariHujanTerhadap Produksi Kelapa SawitBerumur 8, 16dan 19Tahun di Kebun Bah Jambi PT Perkebunan

Nusantara IV Persero Nama : Yolan Surya Barus NIM : 110301203

Minat : Budidaya Pertanian dan Perkebunan Program Studi : Agroekoteknologi

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing AnggotaKomisiPembimbing

(Ir. Irsal, M.P.) (Ir.Lisa Mawarni, M.P.)

Mengetahui,

KetuaDepartemen/Program Studi

(4)

ABSTRAK

YOLAN SURYA BARUS : Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Kelapa Sawit Berumur 8, 16, dan 19 Tahun di PTPN IV Unit Bah Jambi Kecamatan Bukit Maraja dan Jawa Maraja Kabupaten Simalungun, yang dibimbing oleh Ir. Irsal, M.P. dan Ir. Lisa Mawarni, M.P.

Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit. Curah hujan merupakan unsur iklim yang penting diperhatikan, dimana kelapa sawit merupakan tanaman yang membutuhkan air dalam jumlah banyak dibanding tanaman keras lainnya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh curah hujan dan hari hujan serta hubungan korelasi kedunya terhadap produksi kelapa sawit pada tanaman berumur 8, 16 dan 19 tahun. Penelitian ini dilaksanakan di PTPN IV Unit Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja dan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara pada bulan Mei 2015 sampai dengan Agustus 2015. Penelitian ini mengunakan data primer yang tersedia di administrasi kebun. Data primer untuk keperluan analisis meliputi data produksi tandan buah segar (TBS); data komponen produksi TBS berupa komponen jumlah janjang, berat janjang rata-rata, dan jumlah pokok produktif; data curah hujan; data hari hujan bulanan pada tahun 2011, 2012, dan 2013. Metode analisis yang digunakan ialah analisis regresi linear berganda dan analisis korelasi. Model diuji kelayakannya dengan uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas, serta uji autokorelasi dengan menggunakan alat bantu statistik SPSS.v.17 for windows.

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel curah hujan dan hari hujan berpengaruh nyata pada alpha 5% (Sig > α 0.05) terhadap peningkatan produksi TBS pada umur 16 tahun dan berpengaruh tidak nyata terhadap peningkatan produksi TBS umur 8 dan 19 tahun. Hal ini dikarenakan curah hujan yang tidak merata sepanjang tahun dan diduga kurang optimal untuk pertumbuhan dan produksi TBS. Dari hasil uji asumsi klasik yang dilakukan untuk mengetahui apakah persamaan regresi berganda layak atau tidak untuk digunakan disimpulkan bahwa persamaan regresi pada tanaman kelapa sawit berumur 8, 16, dan 19 tahun telah memenuhi syarat. Hasil korelasi pada tanaman berumur 8 16, dan 19 tahun dengan analisis dua arah pada taraf uji 1% menunjukkan variabel curah hujan dan hari hujan memiliki hubungan yang kuat, nyata dan (positif) searah. Nilai korelasi curah hujan dan hari hujan secara berturut ialah 0,848; 0,901; dan 0,851 dengan

nilai signifikansi < α 0.01.

(5)

ABSTRACT

YOLAN SURYA BARUS :The Influence of rainfall and rainy day on oil palm production 8, 16, and 19 Years Aged in PTPN IV Unit Bah Jambi Sub-district Bukit Maraja and Jawa Maraja District Simalungun, supervised by Ir. Irsal, M.P. and Ir. Lisa Mawarni, M.P.

The climate factor is very influential to the growth and productivity of oil palm. Rainfall is an important climatic element observed. The oil palm is a plant that requires large amounts of water than other crops. This research was to determine the effect of rainfall and rain day as well as the correlation of both on oil palm production in plants aged 8, 16 and 19 years. This research was held at PTPN IV Unit Bah Jambi Sub-district Jawa Maraja and Tanah Jawa District Simalungun Province of North Sumatera from May 2015 until August 2015. This research used primary data available in company administration. Primary data for the purposes of data analysis includes the production of fresh fruit bunches (FFB); componen production data as total bunches, average bunches weight, and total of productive trees; rainfall data and rain day monthly in 2011, 2012, and 2013. Analysis method used are double linier regression and correlation analysis. Model tested by classic asumption consists of normality test, heteroskedasticity test, multicollinearity, and autocorellations test by using statistic software SPSS.v.17 for windows.

The regression analysis shows that rain fall and rain day variables significanted with alpha 5% (Sig < α 0.05) to increase the production of FFB at the age of 16 years and unsignificanted to increase the production of FFB at the age 8 and 19 years. This is because the rainfall is not evenly distributed throughout the year and less than optimal for the growth and production of FFB. From the results of the classical assumption test conducted to determine whether the multiple regression equation feasible or not to use the regression equation to conclude that the oil palms aged 8, 16, and 19 years are qualified. Correlation results in plants was 8, 16, and 19 years with two-way analysis test at 1% level showed variable rainfall and rainy days have a strong relationship, and the real (positive) direction. Correlation values of rainfall and rainy days are 0.848; 0.901; and 0.851 each with significant level < α 0,01.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pematangsiantar pada tanggal 09 Juli 1993 dari ayah Robinson Barus dan ibu Almh. Magdalena Purba. Penulis merupakan putra

keempat dari empat bersaudara.

Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 4 Pematangsiantar dan pada tahun 2011 masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Ujian Masuk Bersama

(UMB) reguler. Penulis memilih minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan Program Studi Agroekoteknologi.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis ikut dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan yaitu Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (Himagrotek) periode 2014/2015.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Judul dari skripsi ini adalah “Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Kelapa Sawit Berumur 8, 16, dan 19 Tahun di Kebun Bah Jambi PT. Perkebunan Nusantara IV Persero” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua, bapak

Robinson Barus dan ibu Alm Magdalena Purba serta dosen pembimbing Ir. Irsal, M.P. selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Lisa Mawarni, M.P. selaku

anggota komisi pembimbing yang telah membimbing penulis dalam pembuatan skripsi ini. Penulis juga berterima kasih kepada seluruh staf pengajar, pegawai dan kerabat di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara serta seluruh staf, pegawai dan pimpinan PTPN IV Bah Jambi yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam membantu menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis meminta maaf apabila ada kekurangan atau kesalahan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Medan, Oktober 2015

(8)

DAFTAR ISI

Visi, Misi, dan Nilai Budaya Perusahaan ... 19

(9)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Pengumpulan data ... 23

Pengolahan data dan analisis data... 24

Uji asumsi klasik ... 25

Uji normalitas ... 25

Uji heteroskedastisitas ... 26

Uji multikolinearitas ... 26

Uji autokorelasi ... 26

Pengujian hipotesis ... 27

Penarikan Kesimpulan ... 28

HASIL DAN PEMBAHASAN Komponen produksi tandan buah segar ... 29

Produksi tandan buah segar (ton/ha), curah hujan (mm) dan hari hujan (hari) pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun ... 32

Hubungan curah hujan dan hari hujan terhadap produksi TBS pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun ... 36

Analisis data ... 38 TBS pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun ... 43

Produksi tandan buah segar (ton/ha), curah hujan (mm) dan hari hujan (hari) pada tanaman kelapa sawit berumur 16 tahun ... 45

Hubungan curah hujan dan hari hujan terhadap produksi TBS pada tanaman kelapa sawit berumur 16 tahun ... 50

Analisis data ... 51 TBS pada tanaman kelapa sawit berumur 16 tahun ... 56

(10)

Hubungan curah hujan dan hari hujan terhadap produksi TBS pada

tanaman kelapa sawit berumur 19 tahun ... 63

Analisis data ... 65

Analisis regresi linear berganda ... 65

Analisis korelasi ... 67

Uji asumsi klasik ... 68

Pengaruh curah hujan (mm) dan hari hujan (hari) terhadap produksi TBS pada tanaman kelapa sawit berumur 19 tahun ... 70

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 74

(11)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Grafik perkembangan produksi TBS (ton/bulan) pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun selama 3 tahun (2011-2013) ... 33 2. Grafik perkembangan curah hujan (mm/bulan) pada tanaman kelapa

sawit berumur 8 tahun ... 34 3. Grafik perkembangan hari hujan (hari/bulan) pada tanaman kelapa

sawit berumur 8 tahun ... 36 4. Grafik hubungan produksi TBS (ton/bulan) dan curah hujan (mm/bulan)

pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun ... 37 5. Grafik perkembangan produksi TBS (ton/bulan) pada tanaman kelapa

sawit berumur 16 tahun selama 3 tahun (2011-2013) ... 46 6. Grafik perkembangan curah hujan (mm/bulan) pada tanaman kelapa

sawit berumur 16 tahun ... 48 7. Grafik perkembangan hari hujan (hari/bulan) pada tanaman kelapa

sawit berumur 16 tahun ... 49 8. Grafik hubungan produksi TBS (ton/bulan) dan curah hujan (mm/bulan)

pada tanaman kelapa sawit berumur 16 tahun ... 51 9. Grafik perkembangan produksi TBS (ton/bulan) pada tanaman kelapa

sawit berumur 19 tahun selama 3 tahun (2011-2013) ... 60 10. Grafik perkembangan curah hujan (mm/bulan) pada tanaman kelapa

sawit berumur 19 tahun ... 61 11. Grafik perkembangan hari hujan (hari/bulan) pada tanaman kelapa

sawit berumur 19 tahun ... 63 12. Grafik hubungan produksi TBS (ton/bulan) dan curah hujan (mm/bulan)

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Data produksi tandan buah segar (ton/bulan) di PTPN II Unit SawitSeberang-Babalanpada umur 8, 16, dan 19 tahun selama 3 tahun (2011-2013) ... 78 2. Data total dan rataan produksi tandan buah segar (ton/tahun) pada tahun

2011-2013 ... 78 3. Data total dan rataan produksi tandan buah segar (ton/ha) pada tanaman

berumur 8, 16, dan 19 tahun ... 78 4. Ujikorelasipadakomponenproduksitandanbuahsegar (TBS) di PTPN IV

Unit Bah Jambipada umur 8, 16, dan 19 tahun selama 3 tahun (2011-2013) ... 79 5. Data curah hujan (mm/bulan) di PTPN IV Unit Bah Jambipada umur 8,

16, dan 19 tahun selama 3 tahun (2011-2013) ... 80 6. Data rataan curah hujan (mm/bulan) di 9afdelingPTPN IV Unit Bah

Jambipada tahun 2004-2013 ... 81 7. Klasifikasi tipe iklim scmidth-ferguson di PTPN IV Unit Bah Jambi ... 82 8. Data total dan rataan curah hujan (mm/bulan) pada tahun 2011-2013 ... 82 9. Data total dan rataan curah hujan (mm/bulan) pada tanaman berumur 8,

16, dan 19 tahun selama 3 tahun (2011-2013) ... 82 10. Data harihujan (hari/bulan) di PTPN IV Unit Bah Jambipadaumur 8, 16,

dan 19tahunselama 3 tahun (2011-2013) ... 83 11. Data total dan rataan hari hujan (hari/bulan) pada tahun 2011-2013 ... 83 12. Data total dan rataan hari hujan (hari/bulan) pada tanaman berumur 8,

16, dan 19 tahun selama 3 tahun (2011-2013) ... 83 13. Uji–t parsialanalisis linear berganda diPTPN IV Unit Bah Jambipada

umur 8, 16, dan 19 tahun selama 3 tahun (2011-2013) ... 84 14. Sidikragamanalisis linear berganda diPTPN IV Unit Bah Jambipada

umur 8, 16, dan 19 tahun selama 3 tahun (2011-2013) ... 85 15. Nilaikoefisienanalisis linear berganda diPTPN IV Unit Bah Jambipada

umur 8, 16, dan 19 tahun selama 3 tahun (2011-2013) ... 86 16. Model pengujiananalisisregresi linear berganda diPTPN IV Unit Bah

Jambipada umur 8, 16, dan 19 tahun selama 3 tahun (2011-2013) ... 87 17. Ujianalisiskorelasiantarvariabel diPTPN IV Unit Bah Jambipada umur

8, 16, dan 19 tahun selama 3 tahun (2011-2013) ... 88 18. Ujikolgomorov-smirnov di PTPN IV Unit Bah Jambipada umur 8, 16,

(14)

19. Nilaisignifikansiujiheteroskedastisitaspadaabsolute residual diPTPN IV Unit Bah Jambipada umur 8, 16, dan 19 tahun selama 3 tahun (2011-2013) ... 92 20. Ujiautokorelasi di PTPN IV Unit Bah Jambipada umur 8, 16, dan 19

tahun selama 3 tahun (2011-2013) ... 93 21. Tabel residual analisis linear bergandapadatanamanberumur 8, 16, dan

(15)

ABSTRAK

YOLAN SURYA BARUS : Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Kelapa Sawit Berumur 8, 16, dan 19 Tahun di PTPN IV Unit Bah Jambi Kecamatan Bukit Maraja dan Jawa Maraja Kabupaten Simalungun, yang dibimbing oleh Ir. Irsal, M.P. dan Ir. Lisa Mawarni, M.P.

Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit. Curah hujan merupakan unsur iklim yang penting diperhatikan, dimana kelapa sawit merupakan tanaman yang membutuhkan air dalam jumlah banyak dibanding tanaman keras lainnya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh curah hujan dan hari hujan serta hubungan korelasi kedunya terhadap produksi kelapa sawit pada tanaman berumur 8, 16 dan 19 tahun. Penelitian ini dilaksanakan di PTPN IV Unit Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja dan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara pada bulan Mei 2015 sampai dengan Agustus 2015. Penelitian ini mengunakan data primer yang tersedia di administrasi kebun. Data primer untuk keperluan analisis meliputi data produksi tandan buah segar (TBS); data komponen produksi TBS berupa komponen jumlah janjang, berat janjang rata-rata, dan jumlah pokok produktif; data curah hujan; data hari hujan bulanan pada tahun 2011, 2012, dan 2013. Metode analisis yang digunakan ialah analisis regresi linear berganda dan analisis korelasi. Model diuji kelayakannya dengan uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas, serta uji autokorelasi dengan menggunakan alat bantu statistik SPSS.v.17 for windows.

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel curah hujan dan hari hujan berpengaruh nyata pada alpha 5% (Sig > α 0.05) terhadap peningkatan produksi TBS pada umur 16 tahun dan berpengaruh tidak nyata terhadap peningkatan produksi TBS umur 8 dan 19 tahun. Hal ini dikarenakan curah hujan yang tidak merata sepanjang tahun dan diduga kurang optimal untuk pertumbuhan dan produksi TBS. Dari hasil uji asumsi klasik yang dilakukan untuk mengetahui apakah persamaan regresi berganda layak atau tidak untuk digunakan disimpulkan bahwa persamaan regresi pada tanaman kelapa sawit berumur 8, 16, dan 19 tahun telah memenuhi syarat. Hasil korelasi pada tanaman berumur 8 16, dan 19 tahun dengan analisis dua arah pada taraf uji 1% menunjukkan variabel curah hujan dan hari hujan memiliki hubungan yang kuat, nyata dan (positif) searah. Nilai korelasi curah hujan dan hari hujan secara berturut ialah 0,848; 0,901; dan 0,851 dengan

nilai signifikansi < α 0.01.

(16)

ABSTRACT

YOLAN SURYA BARUS :The Influence of rainfall and rainy day on oil palm production 8, 16, and 19 Years Aged in PTPN IV Unit Bah Jambi Sub-district Bukit Maraja and Jawa Maraja District Simalungun, supervised by Ir. Irsal, M.P. and Ir. Lisa Mawarni, M.P.

The climate factor is very influential to the growth and productivity of oil palm. Rainfall is an important climatic element observed. The oil palm is a plant that requires large amounts of water than other crops. This research was to determine the effect of rainfall and rain day as well as the correlation of both on oil palm production in plants aged 8, 16 and 19 years. This research was held at PTPN IV Unit Bah Jambi Sub-district Jawa Maraja and Tanah Jawa District Simalungun Province of North Sumatera from May 2015 until August 2015. This research used primary data available in company administration. Primary data for the purposes of data analysis includes the production of fresh fruit bunches (FFB); componen production data as total bunches, average bunches weight, and total of productive trees; rainfall data and rain day monthly in 2011, 2012, and 2013. Analysis method used are double linier regression and correlation analysis. Model tested by classic asumption consists of normality test, heteroskedasticity test, multicollinearity, and autocorellations test by using statistic software SPSS.v.17 for windows.

The regression analysis shows that rain fall and rain day variables significanted with alpha 5% (Sig < α 0.05) to increase the production of FFB at the age of 16 years and unsignificanted to increase the production of FFB at the age 8 and 19 years. This is because the rainfall is not evenly distributed throughout the year and less than optimal for the growth and production of FFB. From the results of the classical assumption test conducted to determine whether the multiple regression equation feasible or not to use the regression equation to conclude that the oil palms aged 8, 16, and 19 years are qualified. Correlation results in plants was 8, 16, and 19 years with two-way analysis test at 1% level showed variable rainfall and rainy days have a strong relationship, and the real (positive) direction. Correlation values of rainfall and rainy days are 0.848; 0.901; and 0.851 each with significant level < α 0,01.

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit adalah sumber bahan makanan dan bahan bakar yang memberikan hasil tinggi dan sangat efisien. Perkebunan kelapa sawit adalah cara efektif untuk memproduksi alternatif bahan bakar fosil dan menangkap karbon dari atmosfer. Kelapa sawit menyediakan jalan keluar dari kemiskinan bagi negara berkembang dan rakyat miskin. Mengembangkan pertanian yang efisien dan berkelanjutan seperti perkebunan kelapa sawit berarti menyediakan sarana bagi pemilik perkebunan besar maupun kecil untuk meningkatkan standar hidup mereka (World Growth, 2011).

Permintaan minyak kelapa sawit sebagai minyak nabati terus meningkat di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan minyak sawit tidak hanya untuk dikonsumsi oleh manusia, tetapi juga untuk digunakan sebagai bahan bakar dan sebagai bahan baku dalam industri kimia. Meningkatnya konsumsi global ini telah mengakibatkan terjadinya ekspansi atau perluasan lahan secara terus menerus (Voge dan Adams, 2014).

(18)

Eropa, yang masing-masing mengimpor 6,7 juta, 6,3 juta, dan 4,6 juta ton (World Growth, 2011).

Kebun Bah Jambi adalah salah satu unit usaha dari PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) berada di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara yang bergerak di bidang usaha perkebunan dan pengolahan minyak kelapa sawit. Lokasi kebun Bah Jambi berada di Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi dan Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun dengan luas 8.060,5 ha yang terdiri dari 9 afdeling tanaman kelapa sawit, emplasmen, pembibitan, pabrik dan kolam limbah. Jarak perkebunan ini dengan kota Medan berkisar 147 km, dan dari kota Pematang Siantar berkisar 19 km. Keadaan topografi perkebunan ini sedikit bergelombang dan berbukit dengan jenis tanah Podsolik Cokelat Kuning (PCK) dan Podsolik Coklat (PC) (PT. Perkebunan Nusantara 4, 2015).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman kelapa sawit, yaitu iklim, bentuk wilayah, kondisi tanah, bahan tanam, dan teknik budidaya (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006). Selanjutnya Risza (2009) menambahkan bahwa umur tanaman, jumlah populasi tanaman per hektar, sistem pengawetan tanah, sistem penyerbukan, sistem koordinasi panen-angkut-olah, sistem pengamanan produksi, serta sistem premi panen juga berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit.

(19)

Produktivitas tanaman kelapa sawit juga bergantung pada komposisi umur tanaman. Semakin luas komposisi umur tanaman remaja dan tanaman tua, semakin rendah produktivitas per hektarnya. Komposisi umur tanaman ini berubah setiap tahunnya sehingga berpengaruh terhadap pencapaian produktivitas per hektar per tahunnya. Produksi TBS yang dihasilkan akan terus bertambah seiring bertambahnya umur dan akan mencapai produksi yang optimal dan maksimal pada saat tanaman berumur 9–14 tahun, dan setelah itu produksi TBS yang dihasilkan akan mulai menurun. Umumnya, tanaman kelapa sawit akan optimal menghasilkan TBS hingga berumur 25–26 tahun. Sehingga dapat dikatakan bahwa faktor terbesar yang mempengaruhi fluktuasi TBS yang dihasilkan tanaman kelapa sawit adalah umur tanaman (Risza, 2009).

Kondisi musim penghujan dan umur tanaman merupakan beberapa penyebab utama terjadinya fluktuasi yang berpengaruh terhadap penyebaran produksi kelapa sawit. Pemahaman terhadap pengaruh unsur cuaca dan umur tanaman terhadap pertumbuhan dan produksi tandan kelapa sawit sangat diperlukan sebagai dasar untuk memprediksi dan evaluasi terhadap produktivitas TBS kelapa sawit. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pengaruh curah hujan dan hari hujan serta hubungan korelasi keduanya terhadap produksi kelapa sawit pada tanaman berumur 8, 16 dan 19 tahun di Kebun Bah Jambi PT Perkebunan Nusantara IV Persero.

Tujuan Penelitian

(20)

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh curah hujan dan hari hujan serta hubungan korelasi keduanya terhadap produksi kelapa sawit pada tanaman berumur 8, 16 dan 19 tahun di kebun Bah Jambi PT Perkebunan Nusantara IV Persero.

Kegunaan Penelitian

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Klasifikasi botani kelapa sawit adalah divisio Spermatophyta, dengan subdivisio Pteropsida, kelapa sawit tergolong dalam kelas Angiospermae, dan subkelas Monocotyledoneae, ordo dari kelapa sawit adalah Cocoidae, Famili dari kelapa sawit adalah Palmae, dan genusnya adalah Elaeis, serta spesies dari kelapa sawit adalah Elaeis guinensis (Hadi, 2004).

Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat karena tumbuh ke bawah dan ke samping, membentuk akar primer, sekunder, tertier, dan kuarter. Akar primer tumbuh ke bawah di dalam tanah sampai batas permukaan air tanah. Akar sekunder, tertier, dan kuarter tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah bahkan akar tertier dan kuarter menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang banyak mengandung zat hara. Di samping itu, tumbuh pula akar nafas yang muncul di atas permukaan atau di dalam air tanah. Penyebaran akar terkonsentrasi pada lapisan tanah atas. Dengan perakaran kuat tersebut, jarang ditemukan pohon kelapa sawit yang tumbang (Fauzi et al, 2002).

Pohon kelapa sawit tumbuh tegak lurus tidak bercabang. Diameter batang kelapa sawit adalah 35-60 cm. Setiap tahun batang kelapa sawit bertambah panjang 35-45 cm. Semakin lambat pertambahan panjang batang kelapa sawit semakin baik. Hal ini akan memudahkan perawatan, terutama untuk memanen buah dan memperpanjang masa produktifnya (Hadi, 2004).

(22)

daun memiliki dimensi serat sebagai berikut : panjang antara 70-150 cm, diameter serat 0,08- 0,8 mm (Intara dan Dyah, 2012).

Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Jumlah anak daun di setiap pelepah berkisar antara 250-400 helai. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga semakin efektif dalam melakukan fungsinya sebagai tempat berlangsugnya fotosintesis dan sebagai alat

respirasi. Daun kelapa sawit yang sehat dan segar berwarna hijau tua (Fauzi et al, 2002).

Pada kelapa sawit, letak bunga jantan dan bunga betina terpisah, masing-masing tersusun pada tandan yang berbeda tetapi masih satu pohon. Oleh karena itu kelapa sawit disebut tanaman berumah satu atau monoceous. Namun demikian, terkadang dalam satu tandan terdapat bunga jantan sekaligus bunga betina. Bunga ini disebut hermaprodit. Satu tandan bunga jantan terdiri dari 150-200 spinkelet atau manggar. Dalam satu spinkelet (manggar) terdapat 600-1.500 bunga jantan (Hadi, 2004).

(23)

Buah kelapa sawit secara umum terbagi dalam tiga bagian utama, yaitu epikarp atau kulit buah, mesokarp atau daging buah, dan endokarp yang terdiri dari tempurung dan inti buah atau kernel. Epikarp merupakan bagian terluar buah kelapa sawit. Epikarp biasanya mempunyai warna tertentu sesuai varietas dan umur buah. Dari warna epikarp inilah seseorang bisa menentukan tingkat kemasakan buah. Mesokarp merupakan bagian utama buah kelapa sawit karena dari bagian inilah minyak kelapa sawit mentah (CPO) akan diperoleh melalui proses ekstraksi atau penggilingan. Tempurung merupakan bagian buah kelapa sawit yang melindungi inti. Kernel merupakan bagian penting kedua setelah mesokarp karena dari iti inilah akan dihasilkan KPO sebagai produk unggulan kedua setelah CPO (Hadi, 2004).

Biji pada kelapa sawit adalah bagian dari buah dan bisa diperoleh dengan membuang daging buah. Biji terdiri cangkang (endocarp), inti (endosperm), dan lembaga (embrio). Embrio kelapa sawit panjangnya 3 mm, berdiameter 1,2 mm, berbentuk silindris dengan 2 bagian utama. Bagian yang tumpul permukaannya berwarna kuning dan bagian lain yang berwarna putih bentuknya agak tajam. Bakal biji terdiri 3 ruang tetapi setelah penyerbukan dan menjadi buah, ruang yang berkembang hanya satu; kadang-kadang dijumpai dua ruang. Jika endosperm mendapat air yang mengembang dan kemudian lembaganya akan berkecambah (Soehardjo, 1999).

(24)

proporsional. Dura memiliki tempurung yang tebal sehingga sabut dan inti sangat kecil, sedangkan untuk psifera memiliki sabut yang besar sehingga inti amat kecil. Padahal bagian buah kelapa sawit yang dimanfaatkan tidak hanya sabutnya untuk menghasilkan crude palm oil (CPO), tetapi juga memanfaatkan bagian inti untuk menghasilkan kernel palm oil (KPO) yang berwarna putih (Widyawati, 2009). Syarat Tumbuh

Iklim

Iklim merupakan salah satu faktor pembatas pertumbuhan dan produksi tanaman yang dibudidayakan. Iklim merupakan faktor yang sulit, bahkan tidak dapat dikendalikan. Budidaya tanaman apapun pada areal terbuka sangat dipengaruhi iklim, demikian juga tanaman kelapa sawit. Kelapa sawit mudah mengalami stres akibat kekurangan air. Hal ini mengakibatkan menurunnya produksi dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, sebelum membudidayakan suatu tanaman, khususnya kelapa sawit, keadaan iklim setempat mutlak dipertimbangkan. Faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kelapa sawit meliputi curah hujan, radiasi sinar matahari, suhu, dan kelembaban udara (Hadi, 2004).

(25)

Produksi TBS per tahun juga dipengaruhi oleh jumlah jam efektif penyinaran matahari. Penyinaran efektif didefenisikan sebagai total jumlah penyinaran yang diterima sepanjang periode kelembaban air tanah yang mencukupi ditambah selama periode stres air dan dikurangi dengan lamanya stres air-tanah yang terjadi. Pada kondisi di daerah khatulistiwa yang menerima lebih dari 2.400 jam penyinaran efektif sepanjang tahun maka rata-rata pohon dapat menghasilkan minimal 125 kg TBS atau 18 ton/ha/tahun. Panjang penyinaran matahari yang diperlukan kelapa sawit yaitu 5-12 jam/hari dengan kondisi kelembaban udara 80 % (Pahan, 2006).

Suhu optimal rata-rata yang diperlukan oleh kelapa sawit adalah 27-320C. Tinggi rendahnya suhu berkaitan erat dengan ketinggian lahan dari permukaan air laut. Oleh karena itu, ketinggian lahan yang baik untuk perkebunan kelapa sawit adalah 0-400 m dpl,karena pada ketinggian tersebut temperatur udara diperkirakan 27-320C (Hadi, 2004).

Daerah pengembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai adalah daerah yang berada pada 150 LU-150 LS. Sedangkan bentuk wilayah merupakan faktor penentu produktivitas yang akan mempengaruhi kemudahan panen, pengawetan tanah dan air, pembuatan jaringan jalan, serta efektivitas pemupukan (Hartanto, 2011).

Tanah

(26)

sawit harus memenuhi standart atau persyaratan yang dapat menunjang pertumbuhan dan produksi yang optimal, yaitu tanah yang subur (Hadi, 2004).

Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase baik dan memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas. Tanaman kelapa sawit membutuhkan unsur hara dalam jumlah besar untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Karena itu, untuk mendapat produksi yang tinggi dibutuhkan kandungan unsur hara yang tinggi juga. Selain itu pH tanah sebaiknya bereaksi asam dengan kisaran nilai 4,0-6,0 dan ber-pH optimum 5,0-5,5. Secara umum kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik, kelabu, alluvial, atau regosol. Secara umum kelapa sawit berproduksi dengan baik pada jenis tanah ultisol, inceptisol, andisol, dan histosol (Hartanto,2011).

Sifat fisik tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit ialah memiliki solum yang dalam lebih dari 80 cm, karena baik untuk perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik. Tekstur tanah yang paling ideal untuk kelapa sawit adalah lempung atau lempung berpasir dengan komposisi 20-60% pasir, 10-40% lempung dan 20-50% liat. Struktur tanah yang paling ideal untuk kelapa sawit adalah perkembangannya kuat, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang. Selain itu, ketebalan gambut yang baik adalah 0-0,6 m dan tidak dijumpai laterite (Soehardjo, 1999).

(27)

%, kelapa sawit masih dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik melalui upaya pengelolaantertentu seperti pembuatan teras (Hartanto, 2011).

Curah Hujan dan Hari Hujan

Iklim sangat berpengaruh terhadap variasi pertumbuhan kelapa sawit. Salah satu faktor iklim yang sangat berpengaruh terhadap produktifitas kelapa sawit adalah air. Ketersediaan air ini sangat dipengaruhi oleh curah hujan, irigasi yang diberikan ke perkebunan serta kapasitas tanah dalam menahan air (Lubis, 1992).

Curah hujan adalah air hujan yang jatuh di permukaan tanah selama jangka waktu tertentu, diukur dalam satuan tinggi kolom di atas permukaan horizontal, apabila tidak terjadi penghilangan-penghilangan oleh proses penguapan, pengaliran dan peresapan ke dalam tanah. Curah hujan dinyatakan dalam tinggi air (mm) diukur dengan penakar hujan dengan luas moncong 100 cm2. Satu hari hujan adalah periode 24 jam terkumpulnya curah hujan setinggi 0.5 mm atau lebih dan curah hujan dengan tinggi kurang dari ketentuan tersebut, hari hujan dianggap nol tetapi curah hujan tetap diperhitungkan (Siregar et al, 2006).

(28)

Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tabaman kelapa sawit adalah di atas 2000 mm dan merata sepanjang tahun. Hujan yang tidak turun selama 3 bulan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat sampai hujan turun (anak daun atau janur tidak dapat memecah). Hujan yang lama tidak turun juga banyak berpengaruh terhadap produksi buah, karena buah yang sudah cukup umur tidak mau masak (brondol) sampai turun hujan (Sastrosayono, 2003).

Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) menyatakan bahwa kekurangan air pada tanaman kelapa sawit dapat mengakibatkan penurunan produksi tandan buah segar. Hadi (2004) menambahkan kekurangan air pada tanaman kelapa sawit dapat mengakibatkan buah terlambat masak, berat tandan buah berkurang, jumlah tandan buah menurun hingga sembilan bulan kemudian, serta meningkatkan jumlah bunga jantan dan menurunkan jumlah bunga betina.

Kelebihan air yang dikarenakan tingginya curah hujan dapat meneyebabkan kegagalan matang tandan pada bunga yang telah mengalami anthesis. Curah hujan yang tinggi biasanya diikuti dengan penambahan hari hujan. Hari hujan yang banyak mengakibatkan penurunan intensitas penyinaran matahari sehingga laju fotosintesis turun dan dapat menyebabkan turunnya produktivitas. Curah hujan yang tinggi mendorong peningkatan pembentukan bunga, tetapi di lain pihak dapat menghambat penyerbukan karena sebagian serbuk hilang terbawa aliran air hujan. Sedangkan curah hujan yang rendah akan menghambat pembentukan daun, yang akan menghambat pembentukan bunga di ketiak daun (Nugraheni, 2007).

(29)

karena rusaknya sarana transportasi dan kesulitan pemanen dalam pengumpulan berondolan karena bercampur dengan tanah. Curah hujan yang tinggi mendorong peningkatan pembentukan bunga, tetapi menghambat terjadinya penyerbukan karena serbuk sari hilang terbawa aliran air dan serangga penyerbuk tidak keluar dari sarangnya dan juga kegagalan matang tandan pada bunga yang telah mengalami anthesis. Proses pematangan buah dipengaruhi keadaan curah hujan, bila curah hujan tinggi buah kelapa sawit cepat memberondol (PPKS, 2006). Umur Tanaman

Tinggi rendahnya produktivitas tanaman kelapa sawit di suatu kebun dipengaruhi oleh komposisi umur tanaman yang ada di kebun tersebut. Semakin luas komposisi umur tanaman remaja dan tanaman tua, semakin rendah pula produktivitas per hektarnya. Komposisi umur tanaman berubah setiap tahunnya sehingga juga berpengaruh terhadap pencapaian produksi per hektar per tahunnya (Risza, 2009). Lubis (1992) menyatakan bahwa produktivitas maksimal tanaman kelapa sawit dapat dicapai ketika tanaman berumur 7 – 11 tahun.

Semakin luas komposisi umur tanaman remaja dan renta, semakin rendah pula tingkat produktivitasnya. Sedangkan semakin banyak tanaman dewasa dan teruna semakin tinggi pula tingkat produktivitasnya. Menurut Bina Nusantara (2012) tanaman kelapa sawit biasanya dibagi atas 6 kelompok, yaitu :

(30)

6. 26 tahun ke atas – renta (sangat rendah)

Tingkat produktivitas tanaman kelapa sawit akan meningkat secara tajam dari umur 3–7 tahun (periode tanaman muda, young), mencapai tingkat produksi maksimal pada umur sekitar 15 tahun (periode tanaman remaja, prime) dan mulai menurun secara gradual pada periode tanaman tua sampai saat menjelang peremajaan (replanting) (Pahan, 2008).

Jumlah bunga betina pada tanaman muda lebih banyak sehingga buah yang dihasilkan lebih banyak, tetapi bobot yang dihasilkan hanya mencapai kurang 10–15 kg. Berikut ini disajikan pengaruh umur tanaman terhadap Berat Janjang Rata–Rata (BJR) pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh umur tanaman dan Berat Janjang Rata–Rata (BJR) Umur Tanaman (tahun) Berat Janjang Rata-rata (kg)

3 3-4 tanaman disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Bobot Tandan Rata–rata Menurut Umur Tanaman

Umur (tahun) Bobot Tandan (kg)

(31)

Umur tanaman berpengaruh pada pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman kelapa sawit. Peran umur tanaman jika ditinjau dari pertumbuhan vegetatif tanaman kelapa sawit yaitu berpengaruh dalam pembentukan pelepah yakni jumlah pelepah, panjang pelepah, dan jumlah anak daun. Tanaman yang berumur tua jumlah pelepah dan anak daun yang dihasilkan lebih banyak. Pelepah yang terbentuk juga lebih panjang dibandingkan dengan tanaman yang masih muda. Ini berkolerasi positif terhadap ketersediaan makanan bagi tanaman karena pelepah berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses fotosintesis. Peran umur tanaman jika ditinjau dari pertumbuhan generatif yakni berpengaruh terhadap organ reproduksi tanaman yaitu dalam proses pembentukan dan perkembangan buah. Kelapa sawit yang memiliki komposisi umur tanam muda akan memiliki jumlah janjang yang lebih banyak tetapi berat janjang yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang memiliki komposisi umur tanaman yang lebih tua. Kondisi ini berpengaruh pada BJR kebun yang berpengaruh terhadap pencapaian produksi TBS yang diharapkan (Prihutami, 2011).

(32)

Hubungan Curah Hujan, Hari Hujan dan Umur Tanaman Terhadap Produksi Tanaman Kelapa Sawit

Berdasarkan penelitian Yunita (2010) yang menyatakan bahwa penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit kebun Sei Lala PT Tunggal Perkasa Plantations Indragiri Hulu Riau, dipengaruhi oleh curah hujan. Produktivitas tanaman kelapa sawit terbesar diperoleh saat curah hujan terbesar pula (curah hujan > 100 mm/bulan). Akan tetapi pada curah hujan 60–100 mm/bulan produktivitas tanaman kelapa sawit yang dihasilkan lebih kecil daripada produktivitas tanaman pada curah hujan < 60 mm/bulan.

Menurut Bando (2012) di Morowali Sulawesi Tengah, data curah hujan tahunan di Kabupaten Morowali, tahun 1991 merupakan tahun dimana jumlah curah hujan paling tinggi, dengan curah hujan total mencapai 5220 mm, sedang curah hujan terendah terjadi pada tahun 2003 dengan total curah hujan mencapai 2115 mm. Produksi kelapa sawit tertinggi adalah pada tahun 2008 dengan total jumlah produksi sebesar 279.540 kg, sedang yang terendah pada tahun 1990 sebesar 440.328 kg. Produksi kelapa sawit mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan atau umur kelapa sawit serta perluasan wilayah perkebunan.

(33)

lolosan tajuk pada bulan ini hanya sebesar 2.2 mm. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit adalah di atas 2000 mm dan merata sepanjang tahun. Hujan yang tidak turun selama 3 bulan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat sampai hujan turun (anak daun atau janur tidak dapat memecah). Hujan yang lama tidak turun juga banyak berpengaruh terhadap produksi buah, karena buah yang sudah cukup umur tidak mau masak (brondol) sampai hujan turun.

Kekeringan dengan defisit air di atas 250 mm pertahun akan mengakibatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit terganggu yang berlangsung sampai 2–3 tahun ke depan. Sebagai contoh, produksi tandan buah segar di Kebun Bekri (Lampung) menurun akibat kekeringan pada musim kemarau panjang yang terjadi pada tahun 1982. Penurunan tersebut 5–11 % pada tahun berjalan, 14–55 % pada tahun 1983, dan 4–30 % pada tahun 1984 (Lubis, 1992).

(34)

Gambaran Umum PT. Perkebunan Nusantara IV Persero Kebun Bah Jambi Sejarah Singkat Perusahaan

PT Perkebunan Nusantara IV unit usaha Bah Jambi dalah salah satu unit usaha dari PT Perkebunan Nusantara IV berada di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara dan berkantor pusat di Jl. Letjend. Suprapto, Medan. Bergerak di bidang usaha perkebunan dan pengolahan kelapa sawit yang menghasilkan minyak (CPO) dan inti (PK).

Awalnya unit usaha Bah Jambi adalah milik swasta asing NV, HVA (Handle Veroniging Amsterdam) dari negeri Belanda, komoditinya budidaya sisal (Agave Sisalana).

Tanggal 02 Mei 1959 diambil alih oleh Pemerintah berdasarkan peraturan nomor 19 dalam lembaran Negara nomor 31, tahun 1959 dengan beralih status menjadi PPN Baru sampai dengan 1963.

Tahun 1963 berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 1963, perusahaan perkebunan Negara dibagi menurut wilayah dari PPN Aneka Tanaman (ANTAN) I s/d XIII dan Unit Usaha Bah Jambi masuk dalam PPN Sumut III selanjutnya berubah naman PPN Antan III sampai dengan tahun 1968.

Tahun 1968 sebagaimana Peraturan Pemerintah nomor 14 tahun 1968, dalam regrouping perkebunan dari PPN Aneka Tanaman III, IV, PPN karet VI dan PPN Serat Sumut menjadi perusahaan Negara Perkebunan VII (PN Perkebunan VII).

Tanggal 14 Januari 1985, PN. Perkebunan VII diperserokan menjadi Perusahaan Perseroan PT. Perkebunan VII (PTP VII).

(35)

Utara dan PT. Perkebunan VI, PT. Perkebunan VII, PT. Perkebunan VIII dilebur menjadi satu badan usaha PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).

Visi dan Misi Perusahaan

Visi : PT. Perkebunan Nusantara IV “Menjadi pusat keunggulan pengelolaan perusahaan agro industri kelapa sawit kelapa sawit dengan tata kelola perusahaan yang baik serta berwawasan lingkungan.

Misi :

 Menjamin Keberlanjutan usaha yang kompetitif

 Meningkatkan daya saing produk secara berkesinambungan

 Meningkatkan laba secara berkesinambungan  Mengelola usaha secara professional

 Meningkatkan tanggung jawab social lingkungan

 Melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program

pemerintah pusat/daerah. Letak Geografis Perusahaan

Lokasi kebun Bah Jambi berada di kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi dan Kecamatan tanah Jawa Kabupaten Simalungun. Jarak dengan kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara berkisar 147 Km, dan dari Kota Pematangsiantar 19 Km.

Keadaan Tanah

(36)

Luas Kebun

(37)

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT Perkebunan Nusantara IV Persero Kebun Bah Jambi, Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi dan Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara pada bulan Mei 2015 sampai dengan Agustus 2015 .

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metoda deskriptif (descriptive analysis) kuantitatif maupun kualitatif. Data dikumpulkan, disusun, dijelaskan, kemudian dianalisis dengan analisis regresi berganda dan korelasi yang diuraikan secara deskriptif. Alat bantu yang digunakan untuk mengolah data tersebut adalah SPSS.v.17 (Statistical Package of Social Science) for windows.

(38)

bulanan terhadap produksi TBS yang dianalisis dengan fungsi matematis sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + E

Keterangan :

Y : produksi TBS

a : intersep dari garis pada sumbu Y b : koefisien regresi linier

X1 : curah hujan bulanan

X2 : hari hujan bulanan

E : error Peubah Amatan

Peubah amatan yang diamati adalah data sekunder berupa data-data PT Perkebunan Nusantara IV Persero kebun Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi dan Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara.

Produksi Tandan Buah Segar (ton)

(39)

Produksi kelapa sawit banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut tidak berdiri sendiri untuk memberikan pengaruh terhadap produksi yang dihasilkan kebun. Berdasarkan ketersediaan data di kebun, maka data komponen produksi yang digunakan yaitu data komponen jumlah janjang, berat janjang rata-rata (BJR), jumlah pokok produktif, berat brondolan. Komponen produksi ini dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi.

Curah Hujan (mm)

Data curah hujan yang digunakan berdasarkan data pengukuran curah hujan bulanan selama tiga tahun yakni 2011, 2012, dan 2013. Data diperoleh dari PT Perkebunan Nusantara IV Persero kebun Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi dan Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara.

Hari Hujan (hari)

Data hari hujan yang digunakan diperoleh dengan cara menjumlahkan hari dimana turunnya hujan setiap bulannya selama tiga tahun yakni 2011, 2012, dan 2013. Data diperoleh dari PT.Perkebunan Nusantara IV Persero kebun Bah Jambi, Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi dan Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara.

Pelaksanaan Penelitian

Pengumpulan Data

(40)

kebun. Data sekunder untuk laporan umum meliputi keadaan umum perusahaan, letak geografis, keadaan tanah dan iklim, luas tata guna kebun, keadaan produksi dan produktivitas tanaman. Data sekunder untuk keperluan analisis ini diambil data bulanan selama 3 tahun yakni pada tahun 2011, 2012, dan 2013 meliputi data curah hujan, data hari hujan, data produksi, data umur tanaman berumur 8, 16 dan 19 tahun setelah tanam berdasarkan umur tahun tanam di lapangan.

Pengolahan Data dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dan analisis korelasi. Regresi linear berganda berguna untuk menghitung besarnya pengaruh hubungan dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat dan memprediksi variabel terikat dengan menggunakan dua atau lebih variabel bebas. Analisis korelasi berguna untuk melihat kuat–lemahnya hubungan antara variabel bebas dan terikat. Pengolahan data dibantu dengan software SPSS.v.18 for windows.

Analisis data bersifat deskriptif dengan menggunakan bantuan statistik untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Analisis data dilakukan untuk memperoleh hasil pengolahan data. Data yang telah diperoleh tersebut dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi linear berganda untuk mengetahui pengaruh curah hujan dan hari hujan bulanan yang mempengaruhi produksi kelapa sawit dan hubungan kedua variabel bebas dan terikat pada tanaman berumur 8, 16 dan 19 tahun berdasarkan data yang diperoleh dari administrasi kebun.

(41)

dengan tingkat signifikan (α) sebesar 5%. Teknik analisis data dengan

menggunakan analisis regresi berganda dengan model persamaan berikut ini: Y = a + b1X1 + b2X2 + E

Model yang digunakan dalam membuat suatu persamaan regresi linier berganda ini, dapat terjadi beberapa keadaan yang dapat menyebabkan estimasi koefisien regresi tidak lagi menjadi penduga koefisien tak bias terbaik, sehingga diperlukan beberapa asumsi mendasar yang perlu diperhatikan dengan melakukan uji asumsi klasik.

Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik berguna untuk menguji apakah model regresi yang digunakan dalam penelitian ini layak diuji atau tidak. Kelayakan model regresi dapat terlihat dari data yang dihasilkan terdistribusi normal, dan tidak terdapat multikolinearitas, heteroskedastisitas, autokorelasi dalam model yang digunakan. Jika keseluruhan syarat tersebut terpenuhi berarti model analisis telah layak digunakan.

Uji Normalitas

(42)

normal jika signifikansi dan nilai One Sample Kolmogorov–Smirnov lebih besar dari 5% atau 0,05.

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas atau biasa disebut homoskedastisitas. Metode pengujian yang yang digunakan ialah uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan meregresikan nilai absolute residual terhadap variabel independen lainnya. Jika nilai ß signifikan maka mengindikasikan terdapat heteroskedastisitas dalam model. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai varian inflation factor (VIF) dan nilai Tolerance pada model regresi. Model regresi yang baik ialah tidak terjadi multikolinearitas yang dibuktikan dengan nilai VIF < 5 dan nilai Tolerance > 0.1. Uji Autokorelasi

(43)

model regresi. Metode uji Durbin–Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jika d terletak antara 0 dan dL, maka ada autokorelasi positif.

2. Jika d terletak antara dL dan dU atau d terletak antara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak dapat disimpulkan.

3. Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka tidak ada autokorelasi. 4. Jika d terletak antara (4-dL) dan 4, maka ada autokorelasi negatif. Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hipotesis yang diajukan, untuk menguji hipotesis digunakan Uji–T (parsial), Uji–F (serempak) dan R2. Pengujian hipotesis dilakukan dengan

uji dua arah dengan tingkat signifikan (α) sebesar 5% apakah diterima atau

(44)

H0: bi = 0

H1: bi ≠ 0,

bi = koefisien regresi variabel ke–i

Pengambilan keputusan untuk melihat apakah hipotesis H0 diterima atau

ditolak. Hipotesis H0 ditolak membuktikan bahwa variabel bebas yang digunakan

berpengaruh nyata terhadap produksi TBS. Penarikan Kesimpulan

(45)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data rataan produksi tandan buah segar (ton/bulan) Lampiran 1, curah hujan (mm/bulan) Lampiran 5, dan hari hujan (hari/bulan) Lampiran 10 selama 3 tahun (2011-2013) dari kebun Bah Jambi PT. Perkebunan Nusantara IV Persero pada tanaman kelapa sawit berumur 8, 16, dan 19 tahun.

Hasil uji korelasi antar komponen tandan buah segar (TBS) pada beberapa tahun tanam pada tanaman kelapa sawit berumur 8, 16, dan 19 tahun selama 3 tahun (2011-2013) dapat dilihat pada lampiran 4. Hasil uji korelasi ini adalah tidak terjadi korelasi yang signifikan antara variabel jumlah janjang, beserta janjang rata-rata, dan jumlah pohon produktif.

Hasil uji analisis regresi linear berganda hubungan antara produksi TBS, curah hujan dan hari hujan dapat dilihat pada Lampiran 16 selama 3 tahun (2011-2013) pada tanaman kelapa sawit berumur 8, 16 dan 19 tahun. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa jumlah curah hujan dan banyaknya hari hujan berpengaruh signifikan terhadap produksi TBS pada tanaman kelapa sawit berumur 16 tahun. Komponen Produksi Tandan Buah Segar

(46)

Berikut disajikan data komponen produksi kebun Bah Jambi pada beberapa tahun tanam pada tanaman kelapa sawit berumur 8, 16 dan 19 tahun pada Tabel 3.

Tabel 3. Komponen produksi TBS kebun Bah Jambi pada beberapa tahun tanam Tahun Tanam

Hasil uji korelasi pada komponen-komponen produksi di kebun Bah Jambi PTPN IV dapat dilihat pada Lampiran 4. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang berbeda nyata antara variabel jumlah janjang dengan berat janjang rata-rata, jumlah janjang dengan jumlah pohon produktif, dan berat janjang rata-rata dengan jumlah pohon produktif. Hal tersebut dilihat dari nilai signifikansi komponen-komponen produksi pada taraf uji 1% dan 5%.

(47)

Analisis korelasi juga memperlihatkan arah korelasi yang searah atau berlawanan arah yang dapat dilihat dari nilai koefisien yang bernilai positif atau negatif . hubungan searah ditunjukkan oleh komponen jumlah janjang dengan jumlah pohon produktif dan berat janjang rata-rata dengan jumlah pohon produktif. Hasil ini menunjukkan jika semakin besar jumlah pohon produktif maka semakin besar juga jumlah janjang dan berat janjang rata-rata yang dihasilkan. Sementara jumlah janjang dengan berat janjang rata-rata bernilai negatif yang berarti bahwa hubungan antar komponen pembanding berlawanan arah. Jumlah populasi pohon per hektar diduga berpengaruh terhadap produksi total kebun, dan bobot janjang rata-rata.

(48)

Produksi Tandan Buah Segar (ton), Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan (hari) pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 8 Tahun

Data rataan produksi tandan buah segar (ton/bulan), curah hujan (mm/bulan), dan hari hujan (hari/bulan) selama 3 tahun (2011-2013) dari kebun Bah Jambi PTPN IV pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun.

Tabel 4. Rataan produksi TBS (ton/bulan) pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun selama 3 tahun (2011-2013)

Bulan Tahun Rataan

2011 2012 2013

Januari 111,35 185,91 159,67 152,31

Februari 135,39 147,42 152,67 145,16

Maret 165,21 196,40 135,10 165,57

April 189,09 283,67 147,23 206,66

Mei 210,32 293,63 189,76 231,23

Juni 217,47 314,25 225,28 252,33

Juli 258,69 402,54 329,29 330,17

Agustus 217,17 284,81 294,25 265,41

September 255,06 390,93 251,28 299,09

Oktober 243,09 314,80 264,69 274,19

November 223,89 305,13 257,39 262,13

Desember 195,07 309,92 136,36 213,78

Total 2421,80 3429,41 2542,97 2798,06

(49)

Gambar 1. Grafik perkembangan produksi TBS (ton/bulan) pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun (2011-2013)

Gambar 1 menyatakan bahwa tahun 2011 pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun, total produksi TBS tertinggi terdapat pada bulan Juli sebesar 258,69 ton/ bulan dan total terendah pada bulan Januari yakni sebesar 111,35 ton/bulan. Pada tahun 2012 total produksi TBS tertinggi terdapat pada bulan Juli sebesar 402,54 ton/bulan dan total terendah pada bulan Februari sebesar 147,42 ton/bulan. Pada tahun 2013 total produksi TBS tertinggi terdapat pada bulan juli sebesar 329,29 ton/bulan dan total terendah pada bulan Maret sebesar 135,10 ton/bulan.

Tabel 5 menyatakan bahwa rataan curah hujan tertinggi pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun terdapat pada bulan Oktober sebesar 297,44 mm/bulan dan rataan terendah terdapat pada bulan juni sebesar 80,72 mm/bulan.

Berikut ini data rataan curah hujan (mm) pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun di kebun Bah Jambi PTPN IV.

(50)

Tabel 5. Rataan curah hujan (mm/bulan) pada tanaman kelapa sawit berumur 8

Berikut disajikan grafik perkembangan curah hujan (mm) pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun selama 3 tahun (2011-2013) pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik perkembangan curah hujan (mm/bulan) pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun

(51)

Tahun 2013 pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun total curah hujan tertinggi terdapat pada bulan Desember sebesar 464,00 mm/bulan dan total curah hujan terendah terdapat pada bulan Juni sebesar 80,72 mm/tahun.

Berikut ini data rataan hari hujan (hari) pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun kebun Bah Jambi PTPN IV.

Tabel 6. Rataan hari hujan (hari/bulan) pada tanaman kelapa sawit berumur 8 hari/bulan. Berikut disajikan grafik perkembangan hari hujan (hari) pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun selama 3 Tahun (2011-2013) pada Gambar 3.

(52)

terendah terdapat pada bulan Juni yakni sebesar 3,50 hari/bulan. Pada tahun 2013 total hari hujan tertinggi terdapat pada bulan Oktober yakni sebesar 18,50 hari/bulan dan total hari hujan terendah terdapat pada bulan Maret yakni sebesar 5,00 hari/bulan.

Gambar 3. Grafik perkembangan hari hujan (hari/bulan) pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun

Hubungan Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi TBS pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 8 Tahun

(53)

Tabel 7. Rataan produksi TBS, curah hujan dan hari hujan pada tanaman berumur 8 tahun selama 3 tahun (2011-2013)

Bulan (hari) sebesar 107,72 hari. Berikut disajikan grafik hubungan antara curah hujan dengan produksi TBS pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun selama 3 tahun (2011-2013) pada Gambar 4.

Gambar 4. Grafik hubungan curah hujan (mm/bulan) dan produksi TBS (ton/bulan) pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun

(54)

Gambar 4 menunjukkan bahwa rataan produksi tertinggi pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun selama 3 tahun (2011-2013) terdapat pada bulan Juli yakni sebesar 330,17 ton/bulan dan rataan produksi terendah terdapat pada bulan Februari sebesar 145,16 ton/bulan. Rataan curah hujan tertinggi terdapat pada bulan Oktober yakni sebesar 297,44 mm/bulan dan rataan curah hujan terendah terdapat pada bulan Juni sebesar 80,72 mm/bulan.

Analisis Data

Analisis produksi tandan buah segar pada tahun 2011, 2012 dan 2013 di kebun Bah Jambi PTPN IV dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dan analisis korelasi. Analisis linear berganda untuk mengetahui apakah variabel curah hujan dan hari hujan akan memberikan pengaruh terhadap produksi kelapa sawit. Analisis korelasi berguna untuk melihat kuat-lemahnya hubungan antara variabel bebas dan terikat. Alat bantu untuk mengolah data menggunakan SPSS.v.17 for windows.

Analisis Regresi Linear Berganda

Dalam uji regresi berganda dikenal nilai koefisien korelasi (R), koefisien determinasi (R2), dan koefisien determinasi terkoreksi (Adjusted R2). Koefisien korelasi (R) digunakan untuk melihat besarnya hubungan antar variabel bebas dan variabel terikat. Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh serentak variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat.

(55)

terkoreksi (Adjusted R2) sebesar 28,6%. Nilai koefisien (R) sebesar 64,5% menunjukkan besarnya hubungan variabel curah hujan dan hari hujan terhadap variabel produksi TBS pada umur 8 tahun ialah cukup (dilihat pada Tabel 8). Koefisien determinasi (R2) menandakan bahwa 41,6% variasi produksi kelapa sawit dapat dijelaskan oleh variasi variabel curah hujan dan hari hujan yang terjadi dan sisanya sebesar 58,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan ke dalam model. Nilai koefisien pada model persamaan regresi linear berganda pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun selama 3 tahun (2011-2013) di Kebun Bah Jambi disajikan pada Lampiran 15.

Uji t-parsial dilakukan dengan membandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel. Hasil uji t-parsial menunjukkan bahwa nilai signifikansi curah hujan pada

tanaman berumur 8 tahun lebih besar dari alpha 5% (sig > α 5%), maka dapat

dikatakan t hitung berbeda tidak nyata pada taraf kepercayaan 95% dengan nilai t tabel sebesar 2,262. Variabel yang berpengaruh secara nyata ialah hari hujan dengan nilai t hitung sebesar 2,526 dan nilai signifikansi 0,032. Uji t-parsial pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun selama 3 tahun (2011-2013) disajikan pada Lampiran 13.

Berdasarkan pendugaan model produksi pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun di tahun 2011-2013, diperoleh nilai F-hitung sebesar 3,201 dengan nilai F-tabel sebesar 4,26 dan nilai signifikansi pada uji ini adalah 0,089

Nilai signifikansi pada uji F lebih besar dari alpha 5% (Sig > α 0,05), maka dapat

(56)

sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda variabel curah hujan dan hari hujan pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun selama 3 tahun (2011-2013) disajikan pada Lampiran 14.

Hasil model pengujian analisis regresi linear berganda pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun (2011-2013) disajikan pada Lampiran 16. Berdasarkan hasil analisis, dapat dibentuk persamaan regresi yang dihasilkan oleh variabel curah hujan dan hari hujan dalam memprediksi produksi TBS pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun berikut ini:

Y = 148,230 – 0,945 X1 + 30,589 X2 + E

Model persamaan untuk umur 8 tahun dapat diartikan bahwa setiap penambahan satu satuan nilai curah hujan akan menurunkan nilai produksi TBS sebesar 0,945 satuan dan setiap penambahan satu satuan nilai hari hujan akan menaikkan nilai produksi TBS sebesar 30,589 satuan.

Analisis Korelasi

Analisis korelasi berguna untuk melihat kuat-lemahnya hubungan antara variabel bebas dan terikat. Berikut disajikan interpretasi nilai R pada analisis korelasi pada Tabel 8.

Tabel 8. Interpretasi nilai R pada analisis korelasi

Nilai R Interpretasi 0,00 Tidak ada korelasi 0,01-0,20 Sangat lemah

0,21-0,40 Lemah

0,41-0,60 Agak lemah

0,61-0,80 Cukup

0,81-0,99 Kuat

1,00 Sangat Kuat

Sumber: Husain dan Setiadi, 1995

(57)

hari hujan yaitu 0,848. Hubungan yang kuat memperlihatkan berpengaruhnya antara variabel curah hujan dan hari hujan terhadap pencapaian produksi TBS. Hal

ini terlihat dari nilai signifikansi lebih kecil dari 1% (Sig < α 0,01) dan korelasi

lainnya memperlihatkan hubungan berpengaruh tidak nyata terhadap pencapaian produksi TBS yang disebabkan nilai signifikansi lebih besar dari 1% (Sig > α 0,01). Korelasi terlemah terjadi pada variabel produksi TBS dengan curah hujan terdapat pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun yaitu sebesar 0,037. Hasil analisis korelasi antara variabel produksi TBS, curah hujan dan hari hujan pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun selama 3 tahun (2011-2013) disajikan pada Lampiran 17.

Uji Asumsi Klasik

Dilakukan untuk mengetahui apakah persamaan regresi berganda layak atau tidak untuk digunakan. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas, dan uji autokorelasi.

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Persyaratan uji normalitas adalah data berdistribusi normal. Data di analisis dengan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov pada taraf uji 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika nilai

signifikansi lebih besar dari 0,05 (Sig > α 0,05). Untuk persamaan regresi pada

tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun diperoleh nilai Kolmogorov-Smirnov dan nilai signifikansi yaitu 0,867 (α = 0,598) (Lampiran 18) yang berarti data telah terdistribusi dengan normal.

(58)

varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas atau biasa disebut homoskedastisitas. Metode pengujian yang digunakan ialah uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan meregresikan nilai absolute residual terhadap variabel independen lainnya. Jika nilai ß signifikan maka mengindikasikan terdapat heteroskedastisitas dalam model. Uji heteroskedastisitas menggunakan uji Glejser pada model persamaan regresi linear berganda pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun selama 3 tahun (2011-2013) disajikan pada Lampiran 19.

Hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa variabel curah hujan memiliki nilai signifikansi pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun yaitu sebesar 0,896 sedangkan variabel hari hujan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,565. Variabel curah hujan dan hari hujan memiliki nilai signifikansi diatas 0,01 dalam model ini sehingga memiliki sebaran varian yang sama (homogen). Dengan kata lain, tidak terdapat heteroskedastisitas dalam model ini.

(59)

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Watson (d) yang dibandingkan dengan nilai dari tabel Durbin Watson (Lampiran 20). Untuk model persamaan regresi pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun di atas, diperoleh nilai Durbin Watson (d) ialah 0,828 dengan nilai dL = 0,8122 dan nilai dU = 1,5794 dari tabel Durbin Watson.

Berdasarkan kriteria pada uji autokorelasi, jika d terletak antara 0 dan dL, maka ada autokorelasi positif, jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak dapat disimpulkan, jika d terletak antara dU dan 4-dU, maka tidak ada autokorelasi, jika d terletak antara 4-dL dan 4, maka ada autokorelasi negatif. Oleh karena itu, pada persamaan regresi pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun tidak dapat disimpulkan karena d terletak antara dL dan dU. Dari keempat uji asumsi tersebut menyatakan bahwa persamaan regresi pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun telah memenuhi syarat.

Pengaruh Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan (hari) Terhadap Produksi TBS pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 8 Tahun

Menurut Siregar et al, (2006) mengatakan bahwa hujan berpengaruh besar terhadap produksi kelapa sawit. Pertumbuhan kelapa sawit memerlukan curah hujan > 1250 mm/tahun dengan penyebaran hujan sepanjang tahun merata.

(60)

7.228,66 mm dan data total produksi TBS sebesar 8.394,18 ton. Total curah hujan tertinggi terdapat pada tahun 2013 sebesar 3.008 mm/tahun dan total curah hujan terendah terdapat pada tahun 2012 sebesar 2.029 mm/tahun dengan rataan bulan basah sebanyak 10 bulan dan rataan bulan kering sebanyak tidak ada (0 bulan) bulan (Lampiran 6). Data rataan curah hujan pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun di Bah Jambi ialah 2.409,55 mm (Lampiran 9) sedangkan data rataan hari hujan tahunan ialah 107,77 hari (Lampiran 12). Oleh karna itu, jumlah curah hujan sudah sesuai dengan kebutuhan dan syarat tumbuh kelapa sawit pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun.

Berdasarkan hasil analisis regresi, diperoleh nilai koefien regresi curah hujan selama 3 tahun (2011-2013) pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun memiliki tanda negatif sebesar 0,945 (Lampiran 16). Hal tersebut mengartikan bahwa setiap penambahan satu milimeter curah hujan maka akan menurunkan produksi TBS sebesar 0,945 ton dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Sedangkan nilai koefisien regresi hari hujan memiliki tanda positif sebesar 30,589 (Lampiran 16). Hal tersebut mengartikan bahwa setiap penambahan satu hari hujan maka akan menaikkan produksi TBS sebesar 30,589 ton dengan asumsi variabel lain dianggap konstan.

(61)

curah hujan dan hari hujan secara bersama-sama (serempak) berpengaruh tidak nyata terhadap produksi TBS pada umur 8 tahun di PTPN IV Sawit Bah Jambi.

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa curah hujan secara statistik berpengaruh tidak nyata terhadap produksi TBS pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun di kebun Bah Jambi PTPN IV sementara hari hujan berpengaruh nyata terhadap produksi TBS. Hal ini diduga disebabkan karena curah hujan terlalu tinggi juga akan berpengaruh kurang baik karena pertumbuhan vegetatif lebih dominan daripada pertumbuhan generatif sehingga bunga atau buah yang terbentuk relatif lebih sedikit. Selain itu, jumlah curah hujan yang terlalu tinggi akan mengganggu kegiatan kebun seperti pemeliharaan tanaman, kelancaran transportasi, dan terjadinya erosi. Namun demikian, tingginya curah hujan tidak akan menimbulkan efek negatif jika drainase tanah dan penyinaran matahari cukup baik. Hari Hujan Pada tanaman Kelapa sawit berumur 8 tahun di kebun Bah Jambi PTPN IV memenuhi kebutuhan air kelapa sawit setiap harinya.

Produksi Tandan Buah Segar (ton), Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan (hari) pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 16 Tahun

Tabel 9 menunjukkan bahwa rataan produksi tertinggi pada tanaman kelapa sawit berumur 16 tahun terdapat pada bulan Juli sebesar 234,38 ton/bulan dan rataan produksi terendah terdapat pada bulan Februari yakni sebesar 134,27 ton/bulan.

(62)

Tabel 9. Rataan produksi TBS (ton/bulan) pada tanaman kelapa sawit berumur 16

Berikut disajikan grafik perkembangan TBS (ton) pada tanaman kelapa sawit berumur 16 tahun selama 3 tahun (2011-2013) pada Gambar 5.

Gambar 5. Grafik perkembangan produksi TBS (ton/bulan) pada tanaman kelapa sawit berumur 16 tahun (2008-2010)

Gambar 5 menunjukkan bahwa tahun 2011 pada tanaman kelapa sawit berumur 16 tahun, total produksi tertinggi terdapat pada bulan November yakni sebesar 166,33 ton/bulan dan total produksi terendah terdapat pada bulan Januari

(63)

yakni sebesar 146,12 ton/bulan. Untuk tahun 2012 total produksi tertinggi terdapat pada bulan September yakni sebesar 245,26 ton/bulan dan total produksi terendah terdapat pada bulan Januari yakni sebesar 146,12 ton/bulan. Tahun 2013 total produksi tertinggi terdapat pada bulan Juli yakni sebesar 320,95 ton/bulan dan total produksi terendah terdapat pada bulan Desember yakni sebesar 160,04 ton/bulan.

Berikut ini data rataan curah hujan (mm) pada tanaman kelapa sawit berumur 16 tahun kebun Bah Jambi PTPN IV Persero.

Gambar

Tabel 2. Bobot Tandan Rata–rata Menurut Umur Tanaman  Umur (tahun) Bobot Tandan (kg)
Tabel 3. Komponen produksi TBS kebun Bah Jambi pada beberapa tahun tanam Jumlah Berat Janjang Jumlah Pohon
Tabel 4. Rataan produksi TBS (ton/bulan) pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun selama 3 tahun (2011-2013) Tahun
Gambar 1. Grafik perkembangan produksi TBS (ton/bulan) pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun (2011-2013)
+7

Referensi

Dokumen terkait

YOLAN SURYA BARUS : Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Kelapa Sawit Berumur 8, 16, dan 19 Tahun di PTPN IV Unit Bah Jambi Kecamatan Bukit Maraja dan

Ada pengaruh curah hujan dan hari hujan serta hubungan korelasi keduanya terhadap produksi kelapa sawit pada tanaman berumur 8, 16 dan 19. tahun di kebun Bah

Produksi tanaman kelapa sawit bergantung pada hujan dan komposisi umur tanaman.Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh curah hujan dan hari hujan serta hubungan korelasi

Hubungan Curah Hujan, Hari Hujan dan Umur Tanaman Terhadap Produksi Tanaman Kelapa Sawit. Menurut penelitian Manalu (2008) Di Kebun Kelapa Sawit

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh curah hujan dan hari hujan serta hubungan korelasi kedunya terhadap produksi kelapa sawit pada tanaman berumur 8, 16 dan

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh curah hujan dan hari hujan serta hubungan korelasi keduanya terhadap produksi kelapa sawit pada tanaman berumur 8, 12 dan

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh curah hujan dan hari hujan serta hubungan korelasi keduanya terhadap produksi kelapa sawit pada tanaman berumur 8, 12 dan

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pengaruh curah hujan dan hari hujan serta hubungan korelasi keduanya terhadap produksi kelapa sawit pada tanaman