1
PENGARUH CURAH HUJAN DAN HARI HUJAN TERHADAP PRODUKSI TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI KEBUN KWALA MADU PT. PERKEBUNAN II
PERSERO KABUPATEN LANGKAT
SKRIPSI
OLEH :
M.ARIF HABIBI 120301003
BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
▸ Baca selengkapnya: hujan munggaran 1960 karangan
(2)PENGARUH CURAH HUJAN DAN HARI HUJAN TERHADAP PRODUKSI TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI KEBUN KWALA MADU PT. PERKEBUNAN II
PERSERO KABUPATEN LANGKAT
SKRIPSI OLEH :
M.ARIF HABIBI / 120301003
BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
Judul : Pengaruh Curah Hujan Dan Hari Hujan Terhadap Produksi Tebu (Saccharum officinarum L.) Di Kebun Kwala Madu PTPN II
Kabupaten Langkat Nama : M.Arif Habibi
NIM : 120301003 Program Studi : Agroekoteknologi
Disetujuioleh : KomisiPembimbing
(Ir. Asil Barus, M.S)
Ketua Anggota (Ir. Irsal,M.P)
Mengetahui :
Ketua Program Studi Agroekoteknologi
(Dr. Ir. Sarifuddin, MP)
Terhadap Produksi Tebu (Saccharum officinarum L.) di Kebun Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II Kabupaten Langkat. Dibimbing oleh ASIL BARUS dan IRSAL.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh curah hujan dan hari hujan serta hubungan korelasi keduanya terhadap produksi tebu di kebun Kwala Bingai PT. Perkebunan Nusantara II yang dilakukan pada November 2016, Penelitian ini mengunakan data primer administrasi kebun. Data primer digunakan meliputi data produksi tebu, data curah hujan dan data hari hujan.
Metode analisis yang digunakan ialah analisis regresi linear berganda dan analisis korelasi. Model diuji dengan uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas, serta uji autokorelasi dengan menggunakan alat bantu statistik SPSS.v.22 for windows. Berdasarkan hasil penelitian sidik ragam persamaan regresi linear berganda menunjukkan bahwa curah hujan dan hari hujan berpengaruh tidak nyata terhadap peningkatan produksi tebu di PTPN II Kebun Kwala Madu. Hasil uji korelasi antara variabel produksi tebu, curah hujan dan hari hujan pada tanaman tebu memiliki hubungan yang erat, nyata dan searah (positif) serta saling terkait terhadap pencapaiaan produksi tebu.
Kata Kunci : Curah Hujan, Hari Hujan, Produksi Tebu
PT. Perkebunan Nusantara II of Langkat Regency. Lectured by ASIL BARUS and IRSAL.
This study aims to determine the effects of rainfall and rainy days and their correlation to sugarcane production in the Kwala Madu Plantation of PT.
Perkebunan Nusantara II conducted in November 2016, This research uses the primary data of the plantation administration. Primary data used include sugarcane production data, rainfall data and rainy day data. The analysis method used is multiple linear regression analysis and correlation analysis. Model tested with classical assumption test include normality test, heteroscedasticity test, multicolinearity test, and autocorrelation test using statistical tool SPSS.v.22 for windows. Based on the result of research of multiple linear regression equation indicate that rainfall and rainy day have no significant effect due to increase sugar cane production in PTPN II Kwala Madu Plantation. The result of correlation test between sugarcane production variables, rainfall and rainy day on sugarcane plant has a close relationship, real and unidirectional (positive) and interrelated to sugar cane production capability.
Keyword : : rainfall, rainy day, sugar cane production
anak ke tiga dari 3 bersaudara, putra dari ayahanda Akhmad A.R. dan Ibunda Sumila.
Penulis menamatkan pendidikan di SD Negeri 122370 Pematang Siantar pada tahun 2006, SMPN-4 Pematang Siantar pada tahun 2009, MAN Pematang Siantar pada tahun 2012. Kemudian pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur undangan serta kemudian memilih konsentrasi Budidaya Pertanian Perkebunan.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Socfin Indonesia
Padang Pulo cq. Aek Loba pada Tahun 2015. Selama masa perkuliahaan penulis
penulis aktif pada Organisasi Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi sebagai
Anggota Bidang Kemahasiswaan.
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Judul dari skripsi ini adalah “Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Tebu (Saccharum officinarum L.) di Kebun Kwala Madu PT.
Perkebunan Nusantara II Kabupaten Langkat” sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua, bapak Akhmad A.R dan ibu Sumila serta dosen pembimbing Ir. Asil Barus, M.S. selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Irsal, M.P. selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing saya dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga berterima kasih kepada seluruh staf PTPN II Kebun Kwala Madu , staff pengajar, dan pegawai di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam membantu menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata penulis meminta maaf apabila ada kekurangan atau kesalahan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Medan, Agustus 2018
Penulis
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 2
Hipotesis Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 4
Syarat Tumbuh ... 8
Iklim ... 8
Tanah ... 9
Curah Hujan ... 10
Hari Hujan ... 11
METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 13
Metode Penelitian ... 13
Peubah Amatan ... 14
Produktifitas Tebu ... 14
Curah Hujan ... 15
Hari Hujan ... 15
PELAKSANAAN PENELITIAN Studi Kepustakaan ... 16
Pengumpulan Data ... 16
Pengolahan Data dan Analisis Data ... 16
Uji Asumsi Klasik ... 17
Uji Normalitas ... 18
Uji Heteroskedastisitas ... 18
Uji Multikoliniearitas ... 18
HASIL DAN PEMBAHASAN
Komponen Produksi Tebu ... 21
Produksi Tebu, Curah Hujan dan Hari Hujan Pada Tanaman Tebu Selama 5 Tahun ... 22
Uji Asumsi Klasik ... 28
Hubungan Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Tebu ... 31
Analisis Data ... 32
Analisis Regresi liniear Berganda ... 32
Analisis Korelasi ... 35
Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Tebu Selama 5 Tahun ... 36
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 40
Saran ... 40
DAFTAR PUSTAKA ... 41
1. Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt-Ferguson... 11 2. Komponen Produktivitas Tebu di PTPN-II Unit Kwala Madu Selama 5
tahun (2008- 2012) ... 21 3. Uji Korelasi Komponen Produktivitas Pada Tanaman Tebu. ... 21 4. Produksi tebu (ton) selama 5 tahun (2008-2012). ... 22 5. Produksi tebu (ton/ha) pada tahun 2008 di kebun PTPTN II Kwala
Madu ... 23 6. Produksi tebu (ton/ha) pada tahun 2009 di kebun PTPTN II Kwala
Madu ... 24 7. Produksi tebu (ton/ha) pada tahun 2010 di kebun PTPTN II Kwala
Madu ... 24 8. Produksi tebu (ton/ha) pada tahun 2011 di kebun PTPTN II Kwala
Madu ... 25 9. Produksi tebu (ton/ha) pada tahun 2012 di kebun PTPTN II Kwala
Madu ... 26 10. Data Rataan Curah Hujan (mm/Tahun) Selama 5 Tahun (2008-2012) Dari PTPN-II Kebun Kwala Madu Pada Tanaman Tebu... 27 11. Data Rataan Hari Hujan (mm/Tahun) Selama 5 Tahun (2008-2012)
Dari PTPN-II Kebun Kwala Madu Pada Tanaman Tebu... 28 12. Nilai Signifikasi Uji One-Sample Kolomogrov-Smirnov Test ... 28 13. Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Uji Glejser Pada Model
Persamaan Regresi Liniear Berganda Pada Tanaman Tebu Selama 5 Tahun (2008-2012)... 29 14. Uji Multikoliniearitas Nilai VIF dan Tolerance Pada Tanaman Tebu
Selama 5 tahun (2008-2012) ... 29
15. Nilai Hitung Durbin-Waston (d) ... 30
16. Hubungan Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Tebu. ... 31
19. Sidik Ragam Persamaan Regresi Liniear Berganda Pada Tanaman
Tebu Selama 5 Tahun (2008-2012)... 34 20. Hasil Model Pengujian Analisis Regresi Liniear Berganda Pada
Tanaman Tebu Selama 5 Tahun (2008-2012). ... 34
21. Interpretasi Nilai R Pada Analisis Korelasi ... 35
22. Uji Analisis Korelasi Pada Tanaman Tebu Selama 5 Tahun ... 36
1. Data Komponen Produksi Tebu (Ton/Ha) Kebun Kwala Madu Selama 5 Tahun (2008-2012) ... 43 2. Uji Korelasi Komponen Produksi Pada Tanaman Tebu ... 43 3. Data Produksi Tebu (Ton/Ha) Kebun Kwala Madu Selama 5 Tahun (2008-2012) ... 43 4. Data Curah Hujan (mm/Bulan) Kebun Kwala Madu Pada Tanaman
Tebu Selama 5 Tahun (2008-2012)... 44 5. Data Hari Hujan (mm/Bulan) Kebun Kwala Madu Pada Tanaman
Tebu Selama 5 Tahun (2008-2012)... 45 6. Uji t-Parsial Analisis Linear Berganda di PTPN-II Unit Kwala Madu Kabupaten Langkat Pada Tanaman Tebu Selama 5 Tahun (2008-2012) ... 45 7. Sidik Ragam Analisis Linear Berganda di PTPN-II Unit Kwala Madu Kabupaten Langkat Pada Tanaman Tebu Selama 5 Tahun (2008-2012) ... 45
8. Nilai Koefisien Analisis Linear Berganda di PTPN-II Unit Kwala
Madu Kabupaten Langkat Pada Tanaman Tebu Selama 5 Tahun (2008-2012) ... 46 9. Interpretasi Nilai r Pada Analisis Korelasi ... 46 10. Uji Analisis Korelasi Pada Tanaman Tebu Selama 5 Tahun ... 46 11. Uji multikolinearitas nilai VIF dan Tolerance Pada Tanaman Tebu
Selama 5 Tahun (2008-2012). ... 47 12. Nilai signifikasi uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 47 13. Uji Heteroskedasitas Signifikasi Pada Absolute Residual Pada
Tanaman Tebu ... 47
14. Nilai Durbin – Watson Pada Tanaman Tebu Selama 5 Tahun ... 48
15. Nilai Koefisien Pada Tanaman Tebu Selama 5 Tahun ... 48
Tebu adalah salah satu jenis tanaman penghasil gula dan menjadi sumber karbohidrat. Tanaman tebu sebagai penghasil gula sangat dibutuhkan sehingga terjadi peningkatan produksi seiring dengan pertambahan jumlah penduduk.
Namun demikian konsumsi gula oleh masyarakat belum dapat diimbangi oleh produksi gula dalam negeri. Hal tersebut terlihat pada tahun 2014, produksi gula hanya 2.575.39 ton dengan luas areal tanam 470.940 ha. Penyebab rendahnya produksi gula dalam negeri adalah berkurangnya luasan areal tebu, teknik penyiapan bibit masih terlambat serta kualitas bibit yang rendah (BPS, 2016).
Kondisi musim penghujan merupakan salah satu penyebab utama terjadinya fluktuasi yang berpengaruh terhadap produksi tebu. Pemahaman terhadap pengaruh unsur cuaca terhadap pertumbuhan dan produksi tebu sangat diperlukan sebagai dasar untuk memprediksi dan evaluasi terhadap produktivitas batang tebu yang merupakan bahan baku pembuatan gula putih. Curah hujan yang merupakan unsur iklim penting untuk menentukan neraca air tanaman yang dipengaruhi oleh perubahan iklim. Sementara itu, kejadian perubahan iklim di Indonesia telah terbukti dominan mempengaruhi produksi tanaman tebu. Sehingga
karakteristik perubahan iklim perlu dihitung jumlah besarannya agar
dampaknya dapat diantisipasi lebih dini dan diminimalkan resikonya (Estiningtyas et al., 2008).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi curah hujan di Indonesia antara
lain el nino/la nina, suhu perairan Indonesia, dan angin musim baratan/ timuran.
Faktor-faktor tersebut penting untuk dipantau dan dipelajari terkait dengan dampaknya terhadap produksi pertanian, khususnya tebu (Deptan, 2013).
Jumlah hari hujan yang diinginkan adalah 100 – 150 hari hujan (hh) per tahun. Jumlah hari hujan yang terlalu banyak akan menyulitkan pengelolaan produksi perkebunan dan kehilangan produksi sering terjadi. Hari hujan yang tidak merata menyebabkan hasil panen juga tidak merata.(Sianturi, 2001).
Perkembangan dan pertumbuhan tanaman tebu terdepat dua fase, yaitu fase vegetatif dan generatif. Fase vegetatif meliputi perkecambahan, pertumbuhan tunas, dan pemanjangan batang. Sedangkan fase generatif pada tanaman tebu meliputi fase pembungaan dan kematangan secara fisiologis.
Pada tanaman tebu, kebutuhan air berbeda tergantung setiap fase pertumbuhan. Pada fase perkecambahan kebutuhan air tanaman rendah, kemudian mulai meningkat saat fase kritis yaitu pembentukan tunas dan vegetatif (umur 1- 120 hari) sehingga jumlah air yang diberikan lebih besar dan mulai menurun pada fase pematangan sampai panen (Hanum, 2012).
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh curah hujan dan hari hujan terhadap produksi tebu di kebun Kwala Bingai PT. Perkebunan Nusantara II, dimana PT. Perkebunan Nusantara II Unit Kwala madu merupakan salah satu kebun yang mengusahakan produksi tanaman tebu.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh curah hujan dan hari hujan serta hubungan
korelasi keduanya terhadap produksi tebu di kebun Kwala Bingai PT. Perkebunan
Nusantara II.
Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh curah hujan dan hari hujan secara parsial maupun simultan terhadap produktivitas tebu di kebun Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara dan sebagai informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat
dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta, Class: Monocotyledoneae, Ordo: Graminales, Family: Graminaceae, Genus: Saccharum, Spesies: Saccharum officinarum.
Proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman tebu yang di lakukan di PT. Perkebunan Nusantara II (PTPN II) menggunakan metode bud set pada pembibitannya untuk meningkatkan produksi tebu.
Metode bud set yaitu batang tebu diperbanyak dengan cara stek yang terdiri dari satu mata tunas atau lebih. Tangkai tebu terdiri dari segmen disebut sendi, setiap yang terdiri dari sebuah bersama adalah node dan inter node. Node adalah tempat di mana daun menempel pada tangkai dan di mana tunas serta akar primordia hadir. Internode adalah organ penyimpanan gula dari tanaman dan memiliki variasi pada panjang, lebar dan luasnya dengan variasi yang berbeda dan kondisi pertumbuhan (Ganga, 2005).
Bibit tebu adalah bibit yang berasal dari batang tebu (stek, bagal, bud set).
Stek atau bagian dari batang tebu disebut “setts” atau bagian perbanyakan dari
tebu. Setiap set terdiri dari satu atau lebih mata tunas. Mata tunas terletak di
pangkal dari node yang merupakan tunas embryonik yang berisi batang dan daun
kecil. Bud set merupakan perbanyakan bibit tebu yang menggunakan satu mata
tunas yang dibibitkan selama 2 bulan (Duong, 2007).
Bibit tebu yang dihasilkan berasal dari kebun bibit yang ada di PTPN II Kwala Madu. Tanaman yang digunakan untuk bibit ditebang pada umur 6-8 bulan dimana merupakan kondisi terbaik untuk ditanam (Madawatul, 2014).
Bahan stek yang diambil dari tanaman muda akan lebih mudah berakar dari pada bahan stek dari tanaman tua karena kemampuan pembelahan sel jaringan tanaman yang tua telah menurun sehingga bahan stek yang diambil dari jaringan tua akan mengalami kesulitan dalam pembentukan akar
Bahan tanaman untuk bud set yang digunakan adalah bahan tanam berumur 6 bulan dengan pertimbangan pada umur tersebut jumlah mata tunas dianggap memadai dan daya tumbuhnya optimal karena masih muda atau meristematis sehingga masih aktif dalam pembentukan tunas. Tetapi kendala teknis di lapangan seperti lahan di lapangan belum siap, kendala transportasi dan kurangnya tenaga kerja untuk menanam bud set sehingga dipertimbangkan untuk menggunakan bibit berumur 6,7 dan 8 bulan (Madawatul, 2014).
primodia (Verawati, 2010).
Akar tanaman tebu adalah serabut yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu akar stek dan akar tunas. Akar stek di sebut pula akar bibit yang masa hidup nya tidak lama. Akar ini tumbuh pada cincin akar pada stek batang. Sedangkan akar tunas merupakan pengganti akar bibit. Pertumbuhan akar ada yang tegak lurus kebawah, ada yang mendatar dekat permukaan tanah Tanaman tebu memiliki akar serabut yang tumbuh dari cincin tunas anakan (Steenis, 2005).
Batang tanaman tebu lurus dan beruas-ruas yang dibatasi dengan buku-
buku. Pada setiap buku terdapat mata tunas. Batang tersebut berasal dari mata
tunas yang berada dibawah tanah yang tumbuh keluar dan berkembang
membentuk rumpun. Diameter batang antara 3 sampai 5 cm diukur dari garis
tengah dengan tinggi batang 2 sampai 5 m dan tidak bercabang (Indrawanto et al., 2010).
Daun tanaman tebu merupakan daun tidak lengkap, karna terdiri dari helai daun dan pelepah daun saja, sedangkan tangkai daun nya tidak ada. Panjang helaian daun adalah antara 1 samapai 2 meter, sedangkan lebarnya 4 sampai 7 cm, ujung helaian daun meruncing, diantara pelepah dan helaian terdapat sendi segitiga dan pada bagian sisi dalamnya terdapat lidah daun yang membatasi antara helai daun dan pelepah (King, 1965).
Tanaman tebu berbunga pada umur 160 hari atau sekitar 4 bulan setelah fase pemanjangan batang. Bunga berupa malai dengan panjang antara 50 sampai 80 cm. Cabang bunga pada tahap pertama berupa karangan bunga dan pada tahap selanjutnya berupa tandan dengan dua bulir yang panjangnya 3 sampai 4 mm.
Terdapat juga benang sari, bakal biji, dan putik dengan dua kepala putik (Junaidi, 2013).
Biji tebu di hasilkan dari penyerbukan silang, waktu yang dibutuhkan sekitar 21 sampai 25 hari untuk mencapai fase pematangan biji. Biji hasil pembungaan merupakan biji dari caryopsis dari satu karpel, perikapnya (ovarium) menyatu dengan testa, biji berbentuk ovale berwarna cokelat kekuning kuningan dan panjang nya. Biji tanaman tebu dapat kehilangan viabilitas nya apabila biji di simpan dalam ruangan yang suhu nya rendah (Duong, 2007).
Perkembangan dan pertumbuhan tanaman tebu terdepat dua fase, yaitu
fase vegetatif dan generatif. Fase vegetatif meliputi perkecambahan, pertumbuhan
tunas, dan pemanjangan batang. Sedangkan fase generatif pada tanaman tebu
meliputi fase pembungaan dan kematangan secara fisiologis. Fase perkecambahan pada tanaman tebu dimulai saat terjadinya pertumbuhan mata tunas tebu yang awalnya dorman menjadi tunas muda yang dilengkapi dengan daun, batang, dan akar. Fase perkecambahan sangat ditentukan faktor internal pada bibit seperti varietas, umur bibit, jumlah mata, panjang stek, cara meletakan bibit, jumlah mata, bibit terinfeksi hama penyakit, dan kebutuhan hara bibit. Selain itu, faktor eksternal seperti kualitas dan perlakuan bibit sebelum tanam, aerasi dan kelengasan tanah, kedalaman peletakan bibit (ketebalan cover), dan kualitas pengolahan tanah juga sedikit berpengaruh pada fase perkecambahan ini (Hunsigi, 2001).
Pada fase pertumbuhan tunas tunas terbentuk baru secara bertahap, mulai dari tunas primer sampai tunas tersier. Pada umur tanaman ini, pertumbuhan tunas terus terjadi hingga mencapai pertumbuhan jumlah tunas maksimum pada umur tebu sekitar 1 sampai 3 bulan. Proses pertunasan meskipun dominan terjadi munculnya anakan, namun pola petumbuhannya berupa fisik dicerminkan dengan pembentukan daun, akar, dan batang (King, 1965).
Proses pemanjangan batang pada dasarnya merupakan pertumbuhan yang
didukung dengan perkembangan beberapa bagian tanaman yaitu perkembangan
tajuk daun, perkembangan akar dan pemanjangan batang. Fase ini terjadi setelah
fase pertumbuhan tunas mulai melambat dan terhenti. Pemanjangan batang
merupakan proses paling dominan pada fase ini, sehingga stadia pertumbuhan
pada periode umur tanaman 3 – 8 bulan ini dikatakan sebagai stadia perpanjangan
batang (Hanum, 2012).
Fase terakhir pada proses pertumbuhan tanaman tebu adalah fase generative yaitu pemasakan secara visual. Fase ini diawali dengan semakin melambat bahkan terhentinya pertumbuhan vegetatif. Tebu yang memasuki fase kemasakan secara visual ditandai dengan pertumbuhan tajuk daun berwarna hijau kekuningan, pada helaian daun dijumpai bercak berwarna coklat. Pada kondisi tebu tertentu sering ditandai dengan keluarnya bunga. faktor lingkungan berpengaruh cukup dominan untuk memacu kemasakan tebu antara lain kondisi iklim yang normal seperti kelembaban tanah, kondisi air cukup, dan intensitas cahaya yang normal (Indrawanto et al., 2010).
Syarat Tumbuh Iklim
Tanaman tebu tumbuh didaerah tropika dan subtropika sampai batas garis isoterm 20ºC yaitu antara 19ºLU– 35ºLS. Kondisi tanah yang baik bagi tanaman tebu adalah yang tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah. Selain itu, akar tanaman tebu sangat sensitif terhadap kekurangan udara dalam tanah sehingga pengairan dan drainase harus diperhatikan. Drainase yang baik dengan kedalaman sekitar 1 m memberikan peluang akar tanaman untuk menyerap air dan unsur hara pada lapisan yang lebih dalam sehingga pertumbuhan tanaman pada musim kemarau tidak terganggu (Ditjenbun, 2013).
Tanaman tebu dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan intensitas curah hujan antara 1.000 – 1.300 mm/tahun dan memiliki 3 kali bulan kering dalam setahun. Suhu ideal bagi tanaman tebu berkisar antara 24ºC - 34ºC.
Pembentukan sukrosa terjadi pada siang hari dan akan berjalan optimal pada suhu
30ºC. Tanaman tebu membutuhkan penyinaran 12 – 14 jam setiap harinya. Proses
asimilasi akan berjalan optimal, apabila daun tanaman memperoleh radiasi penyinaran secara penuh sehingga cuaca berawan pada siang hari akan mempengaruhi intensitas penyinaran dan berakibat pada menurunnya fotosintesa (Deptan, 2013).
Tanah
Tanaman tebu dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki pH 6 ‐ 8,5. Pada pH yang tinggi ketersediaan unsur hara menjadi terbatas. Sedangkan pada pH < 5 akan menyebabkan keracunan Fe dan Al pada tanaman. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemberian kapur (CaCo
3Tekstur tanah yang ideal bagi pertumbuhan tanaman tebu adalah tanah yang memiliki kemampuan menahan air cukup dan porositas 30%. Struktur tanah yang baik untuk pertanaman tebu adalah tanah yang gembur sehingga aerasi udara dan perakaran berkembang sempurna.Tanaman tebu menghendaki solum tanah minimal 50 cm dengan tidak ada lapisan kedap air dan permukaan air 40 cm
) agar unsur Fe dan Al dapat dikurangi (Daljdoeni, 1986).
(Blackburn, 1984).
Tanaman tebu dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah seperti tanah
alluvial, grumosol, latosol dan regusol dengan ketinggian antara 200 – 1400 m
diatas permukaan laut. Akan tetapi lahan yang paling sesuai adalah kurang dari
500 m diatas permukaan laut. Sedangkan pada ketinggian lebih dari 1200 m
diatas permukaan laut pertumbuhan tanaman relatif lambat. Kondisi lahan terbaik
untuk tebu adalah berlereng panjang, rata dan melandai (Indrawanto et al., 2010).
Curah Hujan
Hujan merupakan proses hidrologi dimana terjadi kondensasi penguapan air di atmosfer menjadi butir air yang kemudian jatuh di daratan. Dua proses yang mungkin bersamaan dapat mendorong udara semakin jenuh menjelang hujan, yaitu pendinginan udara atau penambahan uap air ke udara (Hanum, 2013).
Curah hujan adalah rata rata jumlah hujan yang tercatat selama panjang bulan yang bersangkutan, akan tetapi dalam penelitian ini data curah hujan di
ambil dalam jangka waktu yang lama sekitar 5 sampai 30 tahun (Djaldjoeni, 1986).
Curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang sangat berpengaruh terhadap sektor pertanian. Besarnya curah hujan sangat menentukan aktivitas pertanian, contoh nya ketika proses panen dan pengangkutan buah ke pabrik, apabila terjadi hujan yang lebat maka semua kegiatan yang ada di kebun tersebut akan terhambat. (Estiningtyas, 2007).
Intensitas hujan adalah banyaknya curah hujan yang jatuh per satuan waktu, dinyatakan dalam mm/jam. Intensitas hujan menunjukkan lebat tidaknya hujan. Intensitas hujan yang besar artinya banyaknya jumlah air yang dicurahkan dalam waktu singkat, besarnya butiran air dan hal ini akan menyebabkan erosi lebih besar lagi karena limpasan permukaan yang besar, sementara resapan air akan terhambat (Hanafi, 1988).
Klasifikasi iklim di Indonesia menurut Schmidt-Ferguson (1951) dalam
Hanafi (1988) didasarkan pada perbandingan antara Bulan Kering (BK) dan Bulan
Basah (BB). BK yaitu bulan dengan curah hujan < 60 mm, BB yaitu bulan dengan
curah hujan > 100 mm, dan bulan lembab yaitu bulan dengan curah hujan antara
60-100 mm. Adapun persamaan penentuan tipe curah hujan (rainfall type) yang dinyatakan dalam nilai Q (quatient Q) adalah sebagai berikut:
Q = rata-rata bulan kering / rata-rata bulan basah x 100%
Besarnya nilai Q dapat ditentukan tipe curah hujan suatu tempat atau daerah. Kisaran nilai Q untuk menentukan tipe curah hujan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Tipe curah hujan menurut Schmidt-Ferguson
Nilai Q (%) Tipe Curah Hujan Sifat
0 < Q < 14,3 A Sangat basah
14,3 < Q < 33,3 B Basah
33,3 < Q < 60 C Agak basah
60 < Q < 100 D Sedang
100 < Q < 167 E Agak kering
167 < Q < 300 F Kering
300 < Q < 700 G Sangat kering
700 < Q H Luar biasa kering
Sumber: Hanafi, 1988.
Hari Hujan
Dalam bidang klimatologi pertanian dilakukan pencatatan hujan harian (jumlah curah hujan) setiap priode 24 jam dan jumlah hari hujan. Berdasarkan pengertian klimatologi hari hujan adalah priode 24 jam terkumpul curah hujan setinggi 0,5 mm atau lebih. Apabila kurang dari ketentuan tersebut, maka hari hujan dianggap nol meskipun curah hujan tetap di perhitungkan (Hanum, 2012).
Tidak tercapainya potensi produksi bukan hanya disebabkan oleh penyakit ulat penggerek tetapi akibat curah hujan tinggi dan merata sepanjang tahun. Oleh karena itu sebelum penempatan suatu klon perlu diketahui kondisi agroekosistem suatu kebun dimana tanaman tebu dikembangkan (Woelan et al., 1999).
Jumlah hari hujan yang diinginkan adalah 100 – 150 hari hujan (hh) per
tahun. Jumlah hari hujan yang terlalu banyak akan menyulitkan pengelolaan
produksi perkebunan dan kehilangan produksi sering terjadi. Hari hujan yang tidak merata menyebabkan hasil panen juga tidak merata sehingga kapasitas pabrik dan tenaga buruh tidak dapat dipertahankan secara maksimal (Sianturi, 2001).
Intersepsi adalah proses ketika air hujan jatuh pada permukaan vegetasi di
atas permukaan tanah yang tertahan beberapa saat kemudian diuapkan ke atmosfer
atau diserap oleh vegetasi yang bersangkutan. Air hujan yang jatuh pada
permukaan tajuk vegetasi akan mencapai permukaan lantai hutan melalui dua
proses mekanis, yaitu lolosan tajuk (throughfall) dan aliran batang (stemflow). Air
lolos jatuh langsung ke permukaan tanah melalui ruangan antar tajuk/daun atau
menetes melalui daun, batang, dan cabang. Sedangkan aliran batang adalah air
hujan yang dalam perjalanan mencapai permukaan tanah mengalir melalui batang
vegetasi. Dengan demikian, intersepsi hujan adalah beda antara curah hujan total
dan hasil pertambahan antara lolosan tajuk (throughfall) dan aliran batang
(stemflow) (Asdak, 2004).
METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kwala Madu di PT. Perkebunan Nusantara II Provinsi Sumatera Utara pada bulan November 2016 sampai dengan Desember 2016.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode dasar yakni metode deskriptif (descriptive analysis) kuantitatif maupun kualitatif. Data curah hujan, hari hujan, dan produksi dikumpulkan, disusun, dijelaskan, kemudian dianalisis dengan analisis regresi berganda dan korelasi yang diuraikan secara deskriptif. Alat bantu
yang digunakan untuk mengolah data tersebut adalah SPSS.v.22 (Statistical Package of Social Science) for windows. Metode analisis yang
digunakan dalam penelitian ini ialah analisis regresi berganda dan korelasi regresi.
Teknik analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh fungsional antar variabel terikat dan variabel bebas dan analisis korelasi berguna untuk melihat kuat-lemahnya hubungan antara variabel bebas dan terikat serta hubungan antar variabel komponen produksi. Variabel tidak bebas adalah variabel yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel bebas dan dinotasikan dengan Y.
Variabel tidak bebas dalam penelitian ini adalah produksi tebu, sedangkan
variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya variabel tidak bebas dan dinotasikan dengan X. Variabel bebas
pada penelitian ini adalah curah hujan dan hari hujan bulanan. Pengaruh
fungsional variabel curah hujan dan hari hujan bulanan terhadap produksi yang dianalisis dengan fungsi matematis sebagai berikut:
Y = a + b
1X
1+ b
2X
2Y : produktivitas tebu
+ €
a : intersep dari garis pada sumbu Y b : koefisien regresi linier
X
1X
: curah hujan bulanan
2
€ : error
: hari hujan bulanan
Peubah Amatan
Peubah amatan yang diamati adalah data primer berupa data-data dari kebun Kwala Madu di PT. Perkebunan Nusantara II Sumatera Utara terdiri atas:
Produktivitas Tebu (ton/ha)
Data produktivitas batang tebu (ton/ha) yang digunakan berdasarkan data produksi pertahun panen selama 5 tahun yakni dari 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012. Data ini dikumpulkan dari seluruh divisi kebun Kwala Madu di PT.
Perkebunan Nusantara II. Data produksi tebu dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dan analisis korelasi.
Produksi tebu banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut
tidak berdiri sendiri untuk memberikan pengaruh terhadap produksi yang
dihasilkan kebun. Berdasarkan ketersediaan data di kebun, maka data komponen
produksi yang digunakan yaitu data produksi batang tebu per tingkat tanam dan
data produksi gula yang dihasilkan. Komponen produksi ini dianalisis dengan
menggunakan analisis korelasi.
Curah Hujan (mm)
Data curah hujan yang digunakan berdasarkan data pengukuran curah hujan bulanan selama lima tahun yakni 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012. Data ini dikumpulkan dari seluruh divisi kebun Kwala Bingai di PT.Perkebunan Nusantara II. Data curah hujan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dan analisis korelasi.
Hari Hujan (mm)
Data hari hujan yang digunakan diperoleh dengan cara menjumlahkan hari
dimana turunnya hujan setiap bulannya selama lima tahun yakni 2008, 2009,
2010, 2011 dan 2012. Data ini dikumpulkan dari seluruh divisi kebun Kwala
Madu di PT. Perkebunan Nusantara II. Data hari hujan dianalisis dengan
menggunakan analisis regresi linear berganda dan analisis korelasi.
PELAKSANAAN PENELITIAN Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan dengan menelusuri dan menelaah studi pustaka yang berkaitan dengan curah hujan dan hari hujan, umur tanaman serta produksi atang tebu.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan terdiri dari data primer kebun.
Pengumpulan data tersebut adalah untuk laporan umum dan data primer untuk keperluan analisis. Metode pengambilan data sekunder ini diperoleh dari studi literatur tentang kebun Kwala Madu di kantor divisi. Data sekunder untuk analisis disesuaikan dengan kelengkapan data pada administrasi kebun. Data sekunder untuk laporan umum meliputi keadaan umum perusahaan, letak geografis, keadaan tanah dan iklim, struktur organisasi dan peta kebun. Data sekunder untuk keperluan analisis ini diambil data bulanan selama 5 tahun yakni pada tahun
2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012 meliputi curah hujan dan hari hujan serta produksi tebu.
Pengolahan Data dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear
berganda dan analisis korelasi. Regresi linear berganda berguna untuk menghitung
besarnya pengaruh hubungan dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel
terikat dan memprediksi variabel terikat dengan menggunakan dua atau lebih
variabel bebas. Analisis korelasi berguna untuk melihat kuat–lemahnya hubungan
antara variabel bebas dan terikat. Pengolahan data dibantu dengan software
SPSS.v.22 for windows.
Analisis data bersifat deskriptif dengan menggunakan bantuan statistik untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Analisis data dilakukan untuk memperoleh hasil pengolahan data. Data yang telah diperoleh tersebut dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi linear berganda untuk mengetahui pengaruh curah hujan dan hari hujan bulanan yang mempengaruhi produksi tebu dan hubungan kedua variabel bebas dan terikat pada tanaman, berdasarkan data yang diperoleh dari administrasi kebun.
Berdasarkan hipotesis yang diajukan, untuk menguji hipotesis digunakan Uji–T (parsial), Uji–F (serempak) dan R
2Y = a + b
. Uji hipotesis menggunakan uji dua arah dengan tingkat signifikan (α) sebesar 5%. Teknik analisis data dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan model persamaan berikut ini:
1
X
1+ b
2X
2Model yang digunakan dalam membuat suatu persamaan regresi linier berganda ini, dapat terjadi beberapa keadaan yang dapat menyebabkan estimasi koefisien regresi tidak lagi menjadi penduga koefisien tak bias terbaik, sehingga diperlukan beberapa asumsi mendasar yang perlu diperhatikan dengan melakukan uji asumsi klasik.
+ €
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik berguna untuk menguji apakah model regresi yang digunakan dalam penelitian ini layak diuji atau tidak. Kelayakan model regresi dapat terlihat dari data yang dihasilkan terdistribusi normal, dan tidak terdapat multikolinearitas, heteroskedastisitas, autokorelasi dalam model yang digunakan.
Jika keseluruhan syarat tersebut terpenuhi berarti model analisis telah layak
digunakan.
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel tidak bebas dan variabel bebas memiliki data yang terdistribusi normal atau tidak. Data yang terdistribusi normal menunjukkan bahwa tidak terdapat nilai ekstrim yang nantinya dapat mengganggu hasil data penelitian. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.
Dalam pembahasan ini akan digunakan uji One Sample Kolmogorov–Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi dan nilai One Sample Kolmogorov–Smirnov lebih besar dari 5% atau 0,05.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas atau biasa disebut homoskedastisitas. Metode pengujian yang yang digunakan ialah uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan meregresikan nilai absolute residual terhadap variabel independen lainnya. Jika nilai ß signifikan maka mengindikasikan terdapat heteroskedastisitas dalam model.
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi. Prasyarat yang
harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Uji
multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai varian inflation factor (VIF) dan
nilai Tolerance pada model regresi. Model regresi yang baik ialah tidak terjadi multikolinearitas yang dibuktikan dengan nilai VIF < 5 dan nilai Tolerance> 0.1.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Watson (d) dibandingkan dengan nilai Tabel Durbin Watson. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Metode uji Durbin–Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Jika d terletak antara 0 dan dL, maka ada autokorelasi positif.
2. Jika d terletak antara dL dan dU atau d terletak antara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak dapat disimpulkan.
3. Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka tidak ada autokorelasi.
4. Jika d terletak antara (4-dL) dan 4, maka ada autokorelasi negatif Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hipotesis yang diajukan, untuk menguji hipotesis digunakan
Uji–T (parsial), Uji–F (serempak) dan R
2. Pengujian hipotesis dilakukan dengan
uji dua arah dengan tingkat signifikan (α) sebesar 5% apakah diterima atau
ditolak. Nilai koefisien determinasi (R
2) digunakan untuk melihat besarnya
persentase pengaruh variabel bebas terhadap nilai variabel terikat. Nilai R
2semakin mendekati nol memperlihatkan semakin kecil pengaruh semua variabel
bebas terhadap nilai variabel terikat sedangkan nilai R
2semakin mendekati satu
memperlihatkan semakin besar pula pengaruh semua variabel bebas terhadap nilai
variabel terikat. Uji hipotesis secara parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh dari masing– masing variabel independen terhadap variabel dependen.
Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai T–hitung dengan nilai T–tabel. Uji hipotesis secara serempak digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel. Hipotesis yang diajukan dalam analisis ini ialah:
H
0H
: bi = 0
1
bi = koefisien regresi variabel ke–i : bi ≠ 0,
Pengambilan keputusan untuk melihat apakah hipotesis H
0diterima atau ditolak. Hipotesis H
0Penarikan Kesimpulan
ditolak membuktikan bahwa variabel bebas yang digunakan berpengaruh nyata terhadap produksi tebu.
Penarikan kesimpulan dilakukan untuk meringkas hasil pengolahan data
yang telah di analisis dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dan
analisis korelasi. Kesimpulan dapat menjelaskan kebenaran dari hipotesis yang
telah dibuat apakah diterima atau ditolak.
HASIL DAN PEMBAHASAN Komponen Produksi Tebu
Pencapaian produksi tebu yang diharapkan tidak terlepas dari pengaruh komponen-komponen produksi. Berdasarkan ketersediaan data pada PTPN-II Unit Kwala Madu, komponen-komponen produksi tanaman tebu ialah hablur, SHS (Superior Head Sugar) dan tetes.
Berikut di sajikan data komponen produksi tebu di PTPN-II unit Kwala Madu selama lima tahun (2008-2012) pada tabel 2.
Tabel 2. Komponen produksi tebu di PTPN-II Unit Kwala Madu selama 5 tahun (2008-2012)
Tahun Luas
Areal Produksi Hablur Tetes Shs
AFD 1-5 AFD 6-9 X1 X2 X3
2008 1745.2 32385.01 44454.7 5,489,425 5,753,581 5,472,982 2009 726.2 17109.89 41699.7 3,670,938 4,046,972 3,403,261 2010 1147.37 9429.72 14912 2,592,060 2,262,484 2,782,154 2011 1403.2 38523.56 45518.5 5,330,126 5,357,567 5,388,068 2012 1239 27850.36 34220.7 4.950.95 5,495,750 4,933,967 Hasil uji korelasi pada komponen-komponen produksi tebu di PTPN-II Unit Kwala Madu, Kabupaten Langkat, dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Uji korelasi komponen produktivitas pada tanaman tebu Correlations
SHS Tetes Hablur
SHS
Pearson Correlation 1 .951
*.357
Sig. (2-tailed) .013 .555
N 5 5 5
Tetes
Pearson Correlation .951
*1 .250
Sig. (2-tailed) .013 .685
N 5 5 5
Hablur
Pearson Correlation .357 .250 1
Sig. (2-tailed) .555 .685
N 5 5 5
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Keterangan : * = Berbeda nyata pada taraf uji 5 %
Dari tabel 3. diatas hasil uji kolerasi menunjukan bahwa terdapat hubungan yang erat antara komponen produksi SHS dengan tetes dilihat dari nilai korelasi sebesar 0,951 padan uji taraf 5% . Pada komponen SHS dengan hablur terdapat hubungan keeratan yang lemah dengan nilai korelasi sebesar 0,357 pada taraf uji α= 0,05 sedangkan perbandingan komponen produksi lainnya menunjukan hasil yang tidak berdeda nyata.
Dari hasil uji korelasi pada komponen (hablur, SHS, tetes) selama 5 tahun (2008, 2009, 2010, 2011, 2012) pada tanaman tebu menunjukkan hubungan yang erat nyata searah antara varibel shs dan tetes.
Produksi Tebu (ton), Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan (hari) pada Tanaman Tebu Selama 5 Tahun
Data produksi tebu (ton) selama 5 tahun (2008-2012) dari PTPN-II Kebun Kwala Madu pada tanaman tebu dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Produksi tebu (ton) selama 5 tahun (2008-2012)
Total
Afd Luas Areal (ha) Produksi tebu (ton)
2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012
A 167.60 82.00 119.59 146.9 139.90 7608.16 3697.21 8075.37 8059.15 6201.24 B 166.10 55.50 94.09 154.5 139.50 6760.36 2780.77 6408.22 8596.81 6181.25 C 188.00 74.00 141.00 186 179.50 7841.90 4444.06 11320.15 12851.59 9587.93 D 125.60 65.50 119.20 143.5 113.50 4273.01 3887.03 9429.72 9016.01 5879.94 E 206.00 58.70 0.00 0 0.00 5901.59 2300.82 0.00 0.00 0.00 F 210.90 49.30 129.00 183.4 127.50 8288.88 2685.10 11144.88 10133.10 6558.20 G 210.00 49.80 165.30 181.9 151.90 7040.54 3440.90 13573.62 10504.43 7112.73 H 241.70 160.00 209.00 231.4 222.20 14658.04 10267.97 18409.77 14182.58 11791.67
I 229.30 131.40 170.19 175.6 165.00 14467.24 8195.84 14911.95 11698.36 8758.03
Tabel 4. menyatakan bahwa produksi tebu tertinggi terdapat pada tahun
2010 di Afdeling H yakni sebesar 18409.77 ton dan terendah terdapat pada tahun
2009 di Afdeling E yakni sebesar 2300.82 ton.
Tabel 5. Produksi tebu (ton/ha) pada tahun 2008 di kebun PTPN II Kwala Madu Tahun Afdeling
Luas Areal (ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (ton/ha)
Curah Hujan (mm/ tahun)
Hari Hujan (hari/ tahun)
2008
A 167,60 7608,16 45,39
1753.9 88
B 166,10 6760,36 40,7
C 188,00 7841,90 41,7
D 125,60 4273,01 34,02
E 206,00 5901,59 28,65
F 210,90 8288,88 39,3
G 210,00 7040,54 33,53
H 241,70 14658,04 60,65 I 229,30 14467,24 63,09
Tabel 5. menyatakan bahwa produksi tebu (ton) tertinggi pada tahun 2008 terdapat di Afdeling H yakni sebesar 14658.04 ton dengan luas lahan 241.70 ha dan terendah pada Afdeling D yakni sebesar 4273.01 ton dengan luas lahan 125.60 ha. Produktivitas tertinggi terdapat pada Afdeling I yakni sebesar 63.09 ton/ha dan terendah terdapat pada Afdeling E yakni sebesar 28.65 ton/ha.
Curah hujan pada tahun 2008 yakni sebesar 1753.9 mm/tahun, dan hari
hujan pada tahun yakni sebesar 88 hari. Produksi tebu tertinggi pada tahun 2008
di pengaruhi oleh curah hujan yang tinggi, hal ini sesuai literatur deptan (2013)
yang menyatakan bahwa curah hujan yang di inginkan adalah sebesar 1000 –
1300 mm/tahun dan hari hujan yang rendah sebesar 88 hari, hal ini sesuai literatur
Sianturi (2001) yang menyatakan bahwa hari hujan yang di kehendaki tanaman
tebu adalah sebesar 100 – 150 hari/ tahun.
Tabel 6. Produksi tebu (ton/ha) pada tahun 2009 di kebun PTPN II Kwala Madu Tahun Afdeling
Luas Areal (ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (ton/ha)
Curah Hujan (mm/ tahun)
Hari Hujan (hari/ tahun)
2009
A 82,00 3697,21 50,37
2291.8 114
B 55,50 2780,77 50,10
C 74,00 4444,06 60,05
D 65,50 3887,03 59,34
E 58,70 2300,82 39,20
F 49,30 2685,10 54,46
G 49,80 3440,90 69,09
H 160,00 10267,97 64,17
I 131,40 8195,84 62,37
Tabel 6. menyatakan bahwa produksi tebu (ton) tertinggi pada tahun 2009 terdapat di Afdeling H yakni sebesar 10267.97 ton dengan luas lahan 160 ha dan terendah pada Afdeling E yakni sebesar 2300.82 ton dengan luas lahan 58.70 ha.
Produktivitas tertinggi terdapat pada Afdeling G yakni sebesar 69.09 ton/ha dan terendah terdapat pada Afdeling E yakni sebesar 39.20 ton/ha.
Curah hujan pada tahun 2009 yakni sebesar 2291.8 mm/tahun, dan hari hujan pada tahun 2009 yakni sebesar 114 hari. Produksi tebu tertinggi pada tahun 2009 di pengaruhi oleh curah hujan yang tinggi, hal ini sesuai literatur Deptan (2013) yang menyatakan bahwa curah hujan yang di inginkan adalah sebesar 1000 – 1300 mm/tahun.
Tabel 7. Produksi tebu (ton/ha) pada tahun 2010 di kebun PTPN II Kwala Madu Tahun Afdeling
Luas Areal (ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (ton/ha)
Curah Hujan (mm/ tahun)
Hari Hujan (hari/tahun)
2010
A 119,59 8075,37 67,52
1535.4 73
B 94,09 6408,22 68,17
C 141,00 11320,15 88,28
D 119,20 9429,72 79,11
F 129,00 11144,88 86,13
G 165,30 13573,62 82,12
H 209,00 18409,77 88,09
I 170,19 14911,95 87,66
Tabel 7. menyatakan bahwa produksi tebu (ton) tertinggi pada tahun 2010 terdapat di Afdeling H yakni sebesar 18409.77 ton dengan luas lahan 209 ha dan terendah pada Afdeling B yakni sebesar 6408.22 ton dengan luas lahan 94.09 ha.
Produktivitas tertinggi terdapat pada Afdeling C yakni sebesar 88.28 ton/ha dan terendah terdapat pada Afdeling A yakni sebesar 67.52 ton/ha.
Curah hujan pada tahun 2010 yakni sebesar 1535.4 mm/tahun, dan hari hujan sebesar 73. Produksi tebu tertinggi di pengaruhi oleh curah hujan yang tinggi, hal ini sesuai literatur Deptan (2013) yang menyatakan bahwa curah hujan yang di inginkan adalah sebesar 1000 – 1300 mm/ tahun dan hari hujan yang rendah sebesar 73 hari, hal ini sesuai literatur Sianturi (2001) yang menyatakan bahwa hari hujan yang di kehendaki tanaman tebu adalah sebesar 100 – 150 hari Tabel 8. Produksi tebu (ton/ha) pada tahun 2011 di kebun PTPN II Kwala Madu
Tahun Afdeling
Luas Areal (ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (ton/ha)
Curah Hujan (mm/ tahun)
Hari Hujan (hari/ tahun)
2011
A 146,9 8059,15 54,86
1448.8 92
B 154,5 8596,81 55,64
C 186 12851,59 69,09
D 143,5 9016,01 62,83
F 183,4 10133,10 55,25
G 181,9 10504,43 57,75
H 231,4 14182,58 61,29
I 175,6 11698,36 66,62
Tabel 8. menyatakan bahwa produksi tebu (ton) tertinggi pada tahun 2011 terdapat di Afdeling H yakni sebesar 14182.58 ton dengan luas lahan 231.4 ha dan terendah pada Afdeling A yakni sebesar 8059.15 ton dengan luas lahan 146.9 ha.
Produktivitas tertinggi terdapat pada Afdeling C yakni sebesar 69.09 ton/ha dan terendah terdapat pada Afdeling A yakni sebesar 54.86 ton/ha.
Curah hujan pada tahun 2011 yakni sebesar 1448.8 mm/tahun, dan hari
hujan sebesar 92 hari. Produksi tebu tertinggi di pengaruhi oleh curah hujan yang
tinggi, hal ini sesuai literatur Deptan (2013) yang menyatakan bahwa curah hujan yang di inginkan adalah sebesar 1000 – 1300 mm/tahun dan hari hujan yang rendah sebesar 92 hari, hal ini sesuai literatur Sianturi (2001) yang menyatakan bahwa hari hujan yang di kehendaki tanaman tebu adalah sebesar 100 – 150 hari/ tahun.
Tabel 9. Produksi tebu (ton/ha) pada tahun 2012 di kebun PTPN II Kwala Madu Tahun Afdeling
Luas Areal (ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (ton/ha)
Curah Hujan (mm/ tahun)
Hari Hujan (hari/ tahun)
2012
A 139,90 6201,24 44,33
2025.1 87
B 139,50 6181,25 44,31
C 179,50 9587,93 53,41
D 113,50 5879,94 51,81
F 127,50 6558,20 51,44
G 151,90 7112,73 46,83
H 222,20 11791,67 53,07
I 165,00 8758,03 53,08
Tabel 9. menyatakan bahwa produksi tebu (ton/) tertinggi pada tahun 2012 terdapat di Afdeling H yakni sebesar 11791.67 ton dengan luas lahan 222.20 ha dan terendah pada Afdeling D yakni sebesar 5879.94 ton dengan luas lahan 113.50 ha. Produktivitas tertinggi terdapat pada Afdeling C yakni sebesar 53.41 ton/ha dan terendah terdapat pada Afdeling B 44.31 ton/ha.
Curah hujan pada tahun 2012 yakni sebesar 2025.1 mm/tahun, dan hari
hujan sebesar 87 hari. Produksi tebu tertinggi di pengaruhi oleh curah hujan yang
tinggi, hal ini sesuai literatur Deptan (2013) yang menyatakan bahwa curah hujan
yang di inginkan adalah sebesar 1000 – 1300 mm/tahun dan hari hujan sebesar 87
hari, hal ini sesuai literatur Sianturi (2001) yang menyatakan bahwa hari hujan
yang di kehendaki tanaman tebu adalah sebesar 100 – 150 hari/ tahun.
Tabel 10. Data rataan curah hujan (mm/tahun) selama 5 tahun (2008-2012) dari PTPN-II Kebun Kwala Madu pada tanaman tebu
Bulan Tahun Rataan
2008 2009 2010 2011 2012
Januari 150.3 97.1 56.6 107.1 102.78
Februari 22.2 28.5 12.9 14.4 92.1 34.02
Maret 157.3 257.3 73.1 112.4 91.4 138.30
April 123.4 231.7 68.2 77.9 189.5 138.14
Mei 168.7 406.2 145.4 90.2 410.2 244.14
Juni 56.6 48.3 143.1 150 42.6 88.12
Juli 245.1 217 178.5 93.7 46.9 156.24
Agustus 115.9 214.6 134.3 105.6 115 137.08 September 241.3 231.5 123.6 90 283.5 193.98 Oktober 390 274.9 225.9 350.8 244.9 297.30
November 115 123.5 174 127.2 268.6 161.66
Desember 118.4 108 159.3 180 133.3 139.80
Total 1753.9 2291.8 1535.4 1448.8 2025.1 1831.56 Tabel 10. menyatakan bahwa rataan curah hujan tertinggi terdapat pada bulan oktober sebesar 297.30 mm dan curah hujan tertinggi terdapat pada tahun 2009 yakni sebesar 2291.8 mm/tahun, sedangkan rataan curah hujan terendah terdapat pada bulan Februari yakni sebesar 34.02 mm dan rataan curah hujan terendah terdapat pada tahun 2011 yakni sebesar 1448.8 mm / tahun.
Tabel 11. Data rataan hari hujan (hari/bulan) selama 5 tahun (2008-2012) dari PTPN-II Kebun Kwala Madu pada tanaman tebu.
BULAN TAHUN
RATAAN
2008 2009 2010 2011 2012
Januari 6 7 6 4 5.75
Februari 1 1 2 11 6 4.20
Maret 7 13 4 7 6 7.40
April 6 10 2 4 9 6.20
Mei 11 17 4 7 12 10.20
Juni 4 4 7 7 3 5.00
Juli 8 8 4 6 3 5.80
Agustus 6 9 6 5 7 6.60
September 16 10 6 5 9 9.20
Oktober 12 16 11 14 10 12.60
November 8 14 11 9 12 10.80
Desember 9 6 9 11 6 8.20
TOTAL 88 114 73 92 87 91.95
Tabel 11. menyatakan bahwa rataan hari hujan tertinggi terdapat pada bulan oktober yakni sebesar 12.60 mm, dan total hari hujan tertinggi terdapat pada tahun 2009 yakni sebesar 114 mm, sedangkan rataan hari hujan terendah terdapat pada bulan februari yakni sebesar 4.20 mm, dan total hari hujan terendah terdapat pada tahun 2008 yakni sebesar 88 mm.
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah persamaan regresi berganda layak atau tidak untuk digunakan. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas dan uji autokorelasi.
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Persyaratan uji normalitas adalah data berdistribusi normal. Data dianalisis dengan uji One Sample Kolmogoro-Smirnov pada taraf uji 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (sig > α 0,05). Untuk persamaan regresi pada tanaman tebu diproleh nilai Kolmogoro-Smirnov dan nilai signifikansi yaitu 0,821 (α = 0,600) (Lampiran 6) yang berarti data terdistribusi dengan normal.
Tabel 12. Nilai signifikasi uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
Standardized
Residual Produksi Ch Hh
N 5 5 5 12 12
Normal Parameters
Mean
a,b
.0000000 .0000000 280.9260 1540.5542 74.9875 Std. Deviation 259.33624954 .70710678 361.15337 683.64562 28.29741 Most Extreme
Differences
Absolute .231 .231 .334 .188 .119
Positive .231 .231 .334 .188 .119
Negative -.181 -.181 -.258 -.152 -.100
Test Statistic .231 .231 .334 .188 .119
Asymp. Sig. (2-tailed) .200 .200 .071 .200 .200