• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan parameter yang diamati untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak sambiloto dengan pelarut metanol dosis bertingkat didapat hasil sebagai berikut.

Perkembangan Pertambahan Bobot Badan

Tabel 1. Perkembangan pertambahan bobot badan ayam pedaging hingga hari ke- 36 setelah dinfeksi Eimeria tenella dan diberi ekstrak sambiloto (Androgaphis paniculata, Nees) dengan pelarut metanol dosis bertingkat.

Umur ayam (hari) Perlakuan

3 7 11 15

KN 21.700a 20.033a 26.300 aYZ 48.533HIJKLMNOPQRSTU

KP 21.133a 28.333aVWXYZ 0.000b 96.733A

KO 29.067aVWXYZ 27.067aXYZ 38.067aPQRSTUVWXYZ 61.167EFGHIJKLMN

Ksb 30.967aUVWXYZ 21.133a 47.600IJKLMNOPQRSTUV 71.677BCDEFG

M1 27.767aWXYZ 27.400aXYZ 34.133 aRSTUVWXYZ 59.738EFGHIJKLMN

M2 32.567aTUVWXYZ 23.800aZ 42.383NOPQRSTUVWXYZ 60.817EFGHIJKLMN

M3 33.267aSTUVWXYZ 20.833a 39.133aOPQRSTUVWXYZ 56.033FGHIJKLMNOP

Umur ayam (hari) Perlakuan

18 22 25

KN 33.467aSTUVWXYZ 41.821NOPQRSTUVWXYZ 55.221GHIJKLMNOPQ

KP 27.800aWXYZ 63.400DEFGHIJKLM 58.967EFGHIJKLMN

KO 47.167JKLMNOPQRSTUW 82.267ABC 59.233EFGHIJKLMN

Ksb 45.833LMNOPQRSTUVX 81.800ABCD 88.833AB

M1 43.933MNOPQRSTUVWXY 74.800BCDEF 43.100NOPQRSTUVWXY

M2 47.133JKLMNOPQRSTUVW 67.100CDEFGHI 76.667BCDE

M3 46.800KLMNOPQRSTUVW 64.500CDEFGHIJKL 65.933CDEFGHIJK

Umur ayam (hari) Perlakuan

28 32 36

KN 51.707HIJKLMNOPQRST 46.364LKMNOPQRSTUVWX 35.736aQRSTUVWXYZ

KP 50.433HIJKLMNOPQRSTU 66.636CDEFGHIJ 58.318EFGHIJKLMNO

KO 57.533FGHIJKLMNOP 67.417CDEFGH 85.625AB

Ksb 55.433GHIJKLMNOP 53.893GHIJKLMNOPQ 66.071CDEFGHIJK

M1 42.933NOPQRSTUVWYZ 52.571GHIJKLMNOPQRS 51.107HIJKLMNOPQRST

M2 53.600GHIJKLMNOPQR 44.846LMNOPQRSTUVWXY 48.962HIJKLMNOPQRSTU

M3 48.767HIJKLMNOPQRTU 59.458EFGHIJKLMN 50.542HIJKLMNOPQRST

Ket : Huruf yang sama pada baris dan kolom menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (P>0,05)

M1 : Ekstrak sambiloto dengan dosis rendah KO : Kontrol obat

M2 : Ekstrak sambiloto dengan dosis sedang Ksb : Kontrol Sambiloto

M3 : Ekstrak sambiloto dengan dosis tinggi KN : Kontrol Negatif

Pertambahan bobot badan - 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 3 7 11 15 18 22 25 28 32 36

Umur ayam (hari)

P e rt a m ba ha n bobo t ba da n ( gr a m ) KN KP KO KSB M1 M2 M3

Gambar 8. Perkembangan pertambahan bobot badan ayam pedaging hingga hari ke-36 setelah dinfeksi Eimeria tenella dan diberi ekstrak sambiloto (Androgaphis paniculata, Nees) dengan pelarut metanol dosis bertingkat.

Pertambahan bobot badan ayam pada ayam umur 3 hari sampai umur 11 hari menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Pada ayam umur 3 hari sampai umur 11 hari belum diberikan perlakuan apapun baik diinfeksi oleh Eimeria tenella atau diberikan sambiloto. Pada ayam umur 11 hari, kelompok perlakuan KP berbeda nyata dengan kelompok lain. Kelompok KP mengalami stagnasi sehingga tidak mengalami pertambahan bobot badan, namun hal ini tidak disebabkan oleh infeksi Eimeria tenella.

Pada ayam umur 15 hari (1 hari setelah infeksi) menunjukan hasil yang sama dengan ayam umur 11 hari yaitu KP berbeda nyata dengan kelompok perlakuan yang lain, namun KN dan Ksb tidak berbeda nyata dengan KO, M1, M2, M3. Hal ini menunjukan pada kelompok M1, M2, dan M3 belum ada pengaruh infeksi Eimeria tenella terhadap pertambahan bobot badan ayam. Menurut Soulsby (1982), dinding ookista yang bersporulasi akan pecah oleh faktor mekanik dan kimiawi di dalam perut ayam yang kemudian melepaskan sporozoit pada saluran pencernaan pada 1 hari setelah infeksi. Proses ini disebut sebagai proses ekskistasi. Menurut Levine (1985), anak ayam yang berumur 1-2 minggu lebih tahan terhadap pengaruh koksidiosis, walaupun anak ayam umur sehari dapat terinfeksi.

Pada ayam umur 18 hari (4 hari setelah infeksi), terlihat tidak ada perbedaan yang nyata (P>0,05) pada semua kelompok. Bila dilihat (gambar 6) semua kelompok perlakuan ini mengalami penurunan pertambahan bobot badan bila dibandingkan dengan hari pertama setelah infeksi. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan siklus Eimeria tenella mulai memberikan pengaruh terhadap berat badan ayam. Menurut Soulsby (1982) pada hari ke-4 setelah infeksi, skizon generasi II akan berkembang dan mengeluarkan merozoit generasi II, sehingga menyebabkan kerusakan mukosa. Hal ini ditandai dengan adanya hemoragi pada sekum. Levine (1985) menyatakan pada hari ke-4 setelah infeksi, ayam akan kelihatan terkulai, tidak aktif, dan makan sedikit, meskipun mereka masih minum.

Pertambahan bobot badan pada ayam umur 22 hari (8 hari setelah infeksi), kelompok M1, M2, M3 tidak berbeda nyata (P< 0,05) dengan kelompok KO, Ksb, dan KP. Sedangkan KN berbeda nyata dengan semua kelompok. Hal ini disebabkan kondisi kandang yang lebih sempit bila dibandingkan dengan kandang lain. Ukuran dari kandang KN yaitu panjang 75 cm dan lebar 40 cm untuk 15 ekor ayam sedangkan kepadatan kandang untuk ayam pedaging di Indonesia adalah 10 ekor/m2 (Rasyaf 1995). Kondisi ini yang menyebabkan kelompok KN menjadi kurang nyaman dan suhu yang menjadi lebih panas. Pada kondisi panas, hewan ini akan membutuhkan banyak air dan mengurangi makan untuk membantu proses pembuangan panas dari tubuhnya sehingga tidak terjadi peningkatan suhu tubuh yang berlebihan (Rasyaf 1995). Hal ini menyebabkan terjadinya pertambahan bobot badan pada kelompok KN yang lebih rendah dari kelompok lain. Namun pada ayam umur 22 hari, kelompok M1, M2, M3 mengalami peningkatan pertambahan bobot badan peningkatan pertambahan bobot badan. Hal ini diduga adanya efek imunostimulan dari zat anrografolid pada sambiloto (Prapanza dan Marianto 2003)., sehingga merangsang daya fagositosis sel darah putih untuk mengeliminasi Eimeria tenella. Jumlah E.tenella yang sedikit diduga dapat mengurangi hemoragi pada sekum, sehingga nafsu makan dan pertambahan bobot badan menjadi lebih baik

Pada ayam umur 25 hari (11 hari setelah infeksi), kelompok Ksb memiliki pertambahan bobot badan yang paling tinggi. Hal ini disebabkan karena

kelompok tersebut tidak diinfeksi oleh Eimeria tenella, namun diberikan ekstrak sambiloto. Pertambahan bobot badan tersebut disebabkan oleh sambiloto yang mampu meningkatkan nafsu makan dengan cara merangsang vili-vili lidah untuk mengekskresikan enzim-enzim perncernaan. Pada ayam umur 28 hari (14 hari setelah infeksi), terjadi penurunan pertambahan bobot badan pada semua kelompok. Diduga pada hari ke- 28 ini terjadi puncak infeksi dari Eimeria tenella. Menurut Saif et al. (2003) efek yang maksimum terhadap penurunan bobot badan terlihat pada hari ke-7 setelah infeksi. Bila dibandingkan dengan literatur, maka terjadi perlambatan siklus Eimeria tenella dari 7 hari setelah infeksi menjadi 14 hari setelah infeksi. Menurut Levine (1985) anak ayam paling peka pada umur 4 minggu.

Pada ayam umur 32 hari, terjadi peningkatan pertambahan bobot badan pada kelompok KP, KO, M1 dan M3. Koksidiosis bersifat self limiting yaitu bila tidak terjadi reinfeksi, Eimeria tenella dapat membatasi sendiri perkembangannya (Levine (1985). Jika ayam dapat hidup sampai hari ke 8 dan 9 setelah infeksi, ayam tersebut umumnya dapat sembuh (Levine 1985). Ayam yang mengalami self limiting dapat menjadi ”carrier” coccidia (Farmer 1980). Kelompok perlakuan KO menunjukkan nilai pertambahan bobot badan yang paling tinggi diantara kelompok lainnya, tetapi hal ini tetap tidak berbeda nyata jika dibandingkan dengan KN, KP, Ksb, M1, dan M3. Pada kelompok perlakuan M1, M2 dan M3 tidak terdapat perbedaan yang nyata (P>0,05), tetapi kelompok M3 memiliki pertambahan bobot badan yang lebih tinggi dibandingkan M1 dan M2.

Hal yang hampir sama juga terjadi pada ayam umur 36 hari dimana KO menunjukkan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya. Hal ini disebabkan oleh cara kerja sulfonamide yaitu mencegah perkembangan sejumlah besar material nukleus berupa DNA selama perkembangan skizon generasi kedua dengan cara menghalangi jalur paraaminobenzoic acid (PABA) dan folic acid (Jones et al. 1977). Pada kelompok perlakuan KP, Ksb, M1, M2, dan M3 tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0,05), tetapi M1 menunjukkan nilai pertambahan bobot badan yang lebih tinggi dibandingkan dua perlakuan lainnya yaitu M2 dan M3.

Konversi Pakan

Tabel 2. Konversi pakan pada ayam pedaging hingga umur 36 hari yang diinfeksi Eimeria tenella dan diberi ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata, Nees) dengan pelarut metanol dosis bertingkat.

PBB

Dokumen terkait