• Tidak ada hasil yang ditemukan

System of Rice Intensification (SRI) di Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai

System of Rice Intensification (SRI) yang diterapkan petani di desa Pematang Setrak sudah dilakukan dengan baik, tetapi penerapannya sedikit berbeda dengan System of Rice Intensification (SRI) yang biasanya. Misalnya dalam penggunaan pupuk. Pada System of Rice Intensification (SRI) seharusnya tidak menggunakan pupuk kimia, melainkan hanya menggunakan pupuk organik saja, tetapi para petani di desa Pematang Setrak masih menggunakan pupuk kimia. Penyemaian bibit yang diterapkan di desa Pematang Setrak dilakukan pada saat bibit berumur antara 8-15 hari dan penggunaan jarak tanam yang digunakan yaitu 30 x 30 cm. Untuk penggunaan air Sistem pengairan padi sawah System of Rice Intensification (SRI) di desa Pematang Setrak petani hanya sedikit menggunakan air. Air tidak sampai menggenangi sawah seperti pada umumnya, air hanya digunakan untuk menjaga kelembaban tanah saja. Tetapi ± 1 bulan sebelum panen, sawah diairi seperti sistem tradisional

Sikap Petani terhadap System of Rice Intensification (SRI) di Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai

Sikap petani terhadap System of Rice Intensification (SRI) di Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai diperlihatkan oleh jawaban petani terhadap pernyataan-pernyataan yang diberikan. Dari jawaban petani terhadap setiap pernyataan akan diperoleh distribusi frekuensi responden bagi setiap kategori, kemudian secara kumulatif dilihat

masing-masing jawaban), kemudian skor terhadap masing-masing pernyataan dijumlahkan.

Interpretasi terhadap skor masing-masing responden dilakukan dengan mengubah skor tersebut ke dalam skor standar yang mana dalam hal ini digunakan Model Skala Likert (Skor T). Dengan mengubah skor pada skala sikap menjadi skor T, menyebabkan skor ini mengikuti distribusi skor yang mempunyai mean sebesar T = 50 dan standar deviasi S = 4.07 sehingga apabila skor standar ≥ 50, berarti mempunyai sikap yang positif. Jika skor standar < 50, berarti mempunyai sikap negatif. Sikap Petani terhadap System of Rice Intensification (SRI) di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 12 :

Tabel 12. Sikap Petani terhadap System of Rice Intensification (SRI) di Desa Pematang Setrak

No. Kategori Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Positif 19 63,33

2. Negatif 11 36,67

Jumlah 30 100

Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 4)

Berdasarkan data pada Tabel 12 dapat diketahui bahwa dari 30 petani sampel, jumlah petani yang menyatakan sikap positif sebanyak 19 orang (63,33%) dan yang menyatakan sikap negatif sebanyak 11 orang (36,67%). Mayoritas sikap petani sampel adalah positif sehingga, dapat dikatakan bahwa sikap petani terhadap System of Rice Intensification (SRI) di daerah penelitian adalah positif

Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi terhadap Sikap Petani dalam Penerapan Padi Sawah System of Rice Intensification (SRI)

Setelah dilakukan analisis data menggunakan SPSS 16 dengan variable independent (X) yang meliputi variabel umur, pendidikan, lamanya berusahatani, jumlah tanggungan dan pendapatan dan sikap petani sebagai variable dependent

(Y). Maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :

= 46,260 – 0,135 X1 + 0,633 X2 + 0,181 X3 - 4,619 X4 + 3.608.000 X5 Dari persamaan di atas dijelaskan besar pengaruh umur, pendidikan, lamanya berusahatani, jumlah tanggungan dan pendapatan terhadap sikap petani. Nilai konstanta sebesar 46,260 merupakan titik potong regresi dengan sumbu tegak Y. Koefisien regresi umur -0,135menyatakan bahwa setiap penurunan umur petani sebesar 1 tahun maka akan menaikan nilai skor standar sebesar 0,135. Hal ini berarti semakin muda umur petani akan menaikan jumlah skor standar yang menggambarkan kecenderungan bersikap positif terhadap System of Rice Intensification (SRI).

Koefisien pendidikan 0,633 menyatakan bahwa setiap kenaikan tingkat pendidikan sebesar 1 tahun maka akan menaikan nilai skor standar sebesar 0,633. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka nilai skor standar semakin tinggi, yang berarti petani akan bersikap positif terhadap System of Rice Intensification (SRI).

Koefisien regresi lama berusahatani 0,181 menyatakan bahwa setiap kenaikan lama berusahatani sebesar 1 tahun maka akan menaikan nilai skor standar sebesar 0,181. Hal ini menggambarkan bertambahnya pengalaman bertani yang dilihat dari lamanya berusahatani akan membuat petani bersikap positif

Koefisien regresi pendapatan 59.590.000 menyatakan bahwa kenaikan pendapatan petani sebesar Rp. 1 maka akan menaikan nilai skor standar sebesar 59.590.000. Hal ini menggambarkan kenaikan pendapatan akan membuat petani bersikap positif terhadap System of Rice Intensification (SRI).

Koefisien determinasi (R square) dari hasil analisis adalah sebesar 0,320 atau 32%, yang berarti 32% variasi sikap petani mampu dijelaskan oleh variabel umur, pendidikan, lama berusahatani, jumlah tanggungan dan pendapatan. Sedangkan sisanya sebesar 68% mampu dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti.

Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis pengaruh variabel bebas yang terdiri dari : Umur (X1), Pendidikan (X2), Lamanya Berusahatani (X3), Jumlah tanggungan (X4), Pendapatan (X5) terhadap variabel terikat : Sikap Petani secara bersama – sama menggunakan uji F (F test atau ANOVA).

Keputusan dan kesimpulan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan dapat ditentukan dengan kriteria uji hipotesis sebagai berikut :

H0 : b1 = b2 = b3 = 0 , secara simultan variabel bebas (umur, pendidikan, lama berusahatani, jumlah tanggungan, pendapatan) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (sikap petani)

H1 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0 , secara simultan variabel bebas (umur, pendidikan, lama berusahatani, jumlah tanggungan dan pendapatan)

berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (sikap petani)

Hasil hipotesis menggunakan uji F simultan menunjukkan nilai Fhitung

adalah sebesar 2,225 sedangkan Ftabel = F 0,05 : 5, 24 = 2,62. Karena nilai Fhitung < Ftabel (2,225 < 2,62) dengan tingkat signifikansi sebesar 0,081 > 0,05

maka H1 tidak diterima atau H0 diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa umur, pendidikan, lama berusahatani, jumlah tanggungan, pendapatan secara bersama tidak berpengaruh nyata terhadap sikap petani.

Pengaruh Umur dengan Sikap Petani terhadap System of Rice Intensification (SRI)

Kegiatan petani sampel di desa Pematang Setrak dilakukan dari berbagai golongan umur. Untuk itu perlu diteliti apakah umur memiliki hubungan dengan sikap petani terhadap System of Rice Intensification (SRI)di daerah penelitian.

Berdasarkan hasil uji t menunjukkan nilai t-hitung untuk variabel umur

adalah sebesar -0,395 dan t-tabel dengan df= 24 adalah 1,711 maka t-hitung = -0,395 < t-tabel = 1,711 dengan signifikansi sebesar 0,697 > 0,05 maka

H1 tidak diterima atau H0 diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa secara parsial variabel bebas umur (X1) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat sikap petani (Y).

Petani yang memiliki umur yang semakin tua (> 50 tahun) biasanya makin lamban dalam mengadopsi ilmu baru atau inovasi baru yang dijelaskan penyuluh dan cenderung hanya melakukan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh masyarakat setempat. Akan tetapi di daerah penelitian dengan rata- rata umur

petani 47,87 tahun (48 tahun) 63,33 % atau 19 orang dari 30 sampel bersikap positif terhadap System of Rice Intensification (SRI). Di usia hampir 50 tahun ini petani mampu mengadopsi dan bersikap positif terhadap ilmu baru yang diberikan penyuluh.

Pengaruh Tingkat Pendidikan dengan Sikap Petani terhadap System of Rice Intensification (SRI)

Kegiatan petani sampel di desa Pematang Setrak dilakukan dari berbagai tingkat pendidikan. Untuk itu perlu diteliti apakah tingkat pendidikan memiliki hubungan dengan sikap petani terhadap System of Rice Intensification (SRI) di daerah penelitian.

Berdasarkan hasil uji t menunjukkan nilai t-hitung untuk variabel pendidikan adalah sebesar 0,560 dan t-tabel dengan df= 24 adalah 1,711 maka t-hitung = 0,560< t-tabel = 1,711 dengan signifikansi sebesar 0,581 > 0,05 maka H1 tidak diterima atau H0 diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa secara parsial varibel bebas pendidikan (X2) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat sikap petani (Y).

Menurut Soekartawi (1988) pendidikan merupakan sarana belajar, yang menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju pembangunan praktek pertanian yang lebih modern. Mereka yang berpendidikan tinggi akan lebih cepat menerapkan teknologi dan melaksanakan proses adopsi. Tetapi, hasil penelitian di desa Pematang Setrak, kecamatan Teluk Mengkudu, kabupaten Serdang Bedagai menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap sikap petani dalam penerapan System of Rice Intensification (SRI).

Rata – rata tingkat pendidikan petani di daerah penelitian hanya sampai di bangku SMP. dengan tingkat pendidikan yang masih tergolong rendah, sebesar 63,33% petani sudah mengadopsi dan melaksanakan System of Rice Intensification (SRI).

Pengaruh Lamanya Berusahatani dengan Sikap Petani terhadap System of Rice Intensification (SRI)

Berdasarkan hasil uji t menunjukkan nilai t-hitung untuk variabel lama berusahatani adalah sebesar 0,436 dan t-tabel dengan df= 24 adalah 1,711 maka t-hitung = 0,436 < t-tabel = 1,711 dengan signifikansi sebesar 0,667 > 0,05 maka H1 tidak diterima atau H0 diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa secara parsial variabel bebas lama berusahatani (X3) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat sikap petani (Y).

Menurut Soekartawi (1988) petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula. Hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan.. Di daerah penelitian dengan rata-rata pengalaman berusahatani yang sudah di atas 25 tahun masih ada sebesar 36,67 % atau 11 orang petani sampel yang bersikap negatif terhadap System of Rice Intensification (SRI).

Pengaruh Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Sikap Petani terhadap System of Rice Intensification (SRI)

Berdasarkan hasil uji t menunjukkan nilai t-hitung untuk variabel jumlah tanggungan adalah sebesar - 1,903 dan t-tabel dengan df= 24 adalah 1,711 maka t- = -1,903 < t- = 1,711 dengan signifikansi sebesar 0,069 > 0,05 maka

H1 tidak diterima atau H0 diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa secara parsial variabel bebas jumlah tanggungan (X4) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat sikap petani (Y).

Jumlah tanggungan keluarga petani akan mendorong petani untuk melakukan banyak aktivitas terutama untuk menambah pendapatan keluarga. Semakin banyak anggota keluarga akan semakin besar pula kebutuhan hidup yang harus dipenuhi petani. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga petani sampel di daerah penelitian adalah 2 jiwa. Dengan rata- rata jumlah tanggungan yang relatif sedikit, kebutuhan hidup yang harus dipenuhi juga tidak terlalu besar, akan tetapi petani sampel bersikap positif terhadap System of Rice Intensification (SRI)

dikarenakan sistem tanam ini dapat menghasilkan produksi yang besar. sehingga banyaknya jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh nyata dengan sikap petani terhadap System of Rice Intensification (SRI).

Pengaruh Tingkat Pendapatan dengan Sikap Petani terhadap System of Rice Intensification (SRI)

Berdasarkan hasil uji t menunjukkan nilai t-hitung untuk variabel pendapatan adalah sebesar 2,539 dan t-tabel dengan df= 24 adalah 1,711 maka t-hitung = 2,539> t-tabel = 1,711 dengan signifikansi sebesar 0,018 < 0,05 maka H1

diterima atau H0 tidak diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa secara

parsial variabel bebas pendapatan (X5) berpengaruh nyata terhadap variabel terikat sikap petani (Y).

Tuntutan pemenuhan kebutuhan membuat petani harus bekerja lebih giat dan kebutuhan ekonomi mempengaruhi segala aspek kehidupan petani, termasuk pula tingkat pendapatan petani yang berhubungan dengan sikap petani terhadap

System of Rice Intensification (SRI) di daerah penelitian. Dari hasil penelitian dengan menggunakan System of Rice Intensification (SRI) untuk 1 Ha akan menghasilkan produksi padi rata- rata sebesar 8 - 9 ton/Ha dengan harga gabah sekitar Rp.3.800/Kg. Produksi ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan sistem tanam yang lain yang rata- rata produksinya sebesar 6-7 ton/Ha. Hal ini otomatis akan membuat pendapatan petani lebih tinggi jika dibandingkan sistem tanam yang lain dan membuat petani akan menggunakan System of Rice Intensification (SRI) dalam berusahatani.

Pengaruh Bantuan Pemerintah Terhadap Sikap Petani

Bantuan-bantuan yang diberikan pemerintah kepada petani di desa Pematang Setrak, kecamatan Teluk Mengkudu, kabupaten Serdang Bedagai merupakan bantuan input produksi seperti : benih, pupuk organik, serta biaya penanaman.

Tabel 13. Bantuan Input Produksi dari Pemerintah

No Jenis Bantuan Jumlah

1. 2. 3. Benih Pupuk Organik Biaya Tanam 5 Kg/Ha 500 Kg/Ha Rp. 375.000/Ha

Dari tabel 13 dapat dilihat bahwa bantuan pemerintah yang diberikan berupa benih berjumlah 5 Kg/Ha, pupuk organik sebanyak 500 Kg/Ha dan bantuan biaya tanam yang diberikan berjumlah Rp.375.000/Ha setiap 1 musim tanam.

Untuk mendapatkan bantuan input produksi tersebut, para petani diwajibkan untuk menerapkan System of Rice Intensification (SRI) pada usahatani padi sawah nya. Apabila petani tersebut tidak menerapkan System of Rice Intensification (SRI), maka bantuan input produksi tidak akan diberikan. Untuk mengetahui petani yang menerapkan System of Rice Intensification (SRI), maka petugas PPL Dinas Pertanian Daerah dibantu oleh ketua kelompok tani untuk memonitoring atau mengawasi pelaksanaan System of Rice Intensification (SRI) di desa Pematang Setrak.

Bantuan input produksi yang diberikan pemerintah berpengaruh terhadap sikap petani, karena bantuan tersebut dapat membantu petani mengurangi biaya produksi dalam berusahatani, sehingga petani di daerah penelitian bersikap positif dengan adanya bantuan tersebut. Tetapi, bantuan yang diberikan pemerintah selalu datang terlambat. Hal ini menyebabkan petani harus mengeluarkan biaya yang dimiliki terlebih dahulu untuk melanjutkan usahataninya.

System of Rice Intensification (SRI) yang mampu meningkatkan hasil produksi memiliki beberapa perbedaan dengan sistem penanaman padi sawah yang konvensional, yaitu : penyemaian, jarak tanam, penggunaan pupuk dan pengairan.

Tabel 14. Pelaksanaan System of Rice Intensification di Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai

No System of Rice Intensification

di Daerah Penelititan Keterangan 1 2 3 4 Penyemaian Jarak Tanam Penggunaan Pupuk Pengairan Sesuai Anjuran Sesuai Anjuran Sesuai Anjuran

Belum Sesuai Anjuran

Sumber : Hasil Wawancara dengan Petani

Dari tabel 14 dapat dilihat bahwa penyemaian dilakukan sesuai anjuran yaitu pada saat benih berumur antara 8-15 hari, tidak lagi berumur 20 hari. Selain itu benih juga ditanam satu per satu tidak secara berumpun, yang terdiri dari dua atau tiga tanaman. Ini di maksudkan agar tanaman memiliki ruang untuk menyebar dan memperdalam perakaran. Jarak tanam padi sawah System of Rice Intensification (SRI) yang diterapkan di desa Pematang Setrak sudah sesuai anjuran, yaitu 30 x 30 cm, dengan jarak tanam yang lebar ini, memberi kemungkinan lebih besar kepada akar untuk tumbuh leluasa, tanaman juga akan menyerap lebih banyak sinar matahari, udara dan nutrisi. Untuk penggunaan pupuk, petani di desa Pematang Setrak tidak hanya menggunakan pupuk organik saja, melainkan menggunakan pupuk kimia juga. Untuk padi sawah System of Rice Intensification (SRI) sebaiknya menggunakan pupuk organik saja. Sistem pengairan padi sawah System of Rice Intensification (SRI) di desa Pematang Setrak petani hanya sedikit menggunakan air. Air tidak sampai menggenangi sawah seperti pada umumnya, air hanya digunakan untuk menjaga kelembaban tanah saja. Tetapi ± 1 bulan sebelum panen, sawah diairi seperti sistem

tradisional. Sistem pengairan untuk System of Rice Intensification (SRI) di daerah penelitian sudah sesuai anjuran.

Dokumen terkait