PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI
TERHADAP SIKAP PETANI DALAM PENERAPAN PADI
SAWAH System of Rice Intensification (SRI)
(Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai)
SKRIPSI
OLEH:
MHD.RULLYANDA AZMI
080309018
PKP
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI
TERHADAP SIKAP PETANI DALAM PENERAPAN
PADI SAWAH System of Rice Intensification (SRI)
(Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu,Kabupaten Serdang Bedagai)
SKRIPSI Oleh :
MHD.RULLYANDA AZMI
080309018
PKP
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing,
Ketua Anggota
(Ir. H.Hasman Hasyim, M.Si) (Ir.Lily Fauziah, M.Si) NIP. 195411111981031001 NIP. 196308221988032003
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
MHD.RULLYANDA AZMI : “Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Sikap Petani Dalam Penerapan Padi Sawah SRI (System of Rice Intensification)”, yang dibimbing oleh Bapak Ir.H. Hasman Hasyim, M.Si. dan Ibu Ir. Lily Fauziah, M.Si.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis sikap petani terhadap SRI (System of Rice Intensification) di daerah penelitian, untuk menganalisis pengaruh karakteristik sosial ekonomi petani (umur, pendidikan, jumlah tanggungan, lamanya berusahatani dan pendapatan) terhadap sikap petani dalam penerapan SRI (System of Rice Intensification), untuk mengetahui pengaruh bantuan pemerintah terhadap sikap petani dalam penerapan SRI (System of Rice Intensification).
Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan skala likert dan analisis regresi linier berganda. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Penelitian dilakukan pada bulan April s.d Mei 2013 di desa Pematang Setrak, kecamatan Teluk Mengkudu, kabupaten Serdang Bedagai.
Hasil penelitian di peroleh bahwa dari 30 petani sampel, jumlah petani yang menyatakan sikap positif sebanyak 19 orang (63,33%), dan yang menyatakan sikap negatif sebanyak 11 orang (36,67%). Dan berdasarkan hasil regresi linier berganda, umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, dan jumlah tanggungan secara bersama- sama tidak berpengaruh nyata terhadap sikap petani. Akan tetapi secara parsial variabel pendapatan berpengaruh nyata terhadap sikap petani di daerah penelitian.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Mhd. Rullyanda Azmi lahir di Binjai 27 Januari 1990 dari Bapak Chairul
Azwar dan Ibu Yusmaniar. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.
Penulis mengikuti pendidikan sebagai berikut:
1. Sekolah dasar di SDN 112198 Perkebunan Pangkatan, masuk tahun 1997
dan lulus tahun 2002.
2. Sekolah Menengah Pertama di SMP Swasta PGRI 19 Lohsari, masuk
tahun 2002 dan lulus tahun 2005.
3. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 9 Medan, masuk tahun 2005 dan
lulus tahun 2008.
4. Tahun 2008 masuk di Departemen Agribisnis jurusan Penyuluhan dan
Komunikasi Pertanian FP USU melalui jalur UMB.
5. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Juli 2012 di
desa Silo Baru, kecamatan Air Joman, kabupaten Asahan.
6. Melaksanakan penelitian pada bulan April sampai dengan bulan Mei 2013
di desa Pematang Setrak, kecamatan Teluk Mengkudu, kabupaten Serdang
Bedagai.
7. Selama mengikuti perkuliahan penulis mengikuti organisasi Ikatan
Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) USU, Badan Kenaziran
Mushola (BKM) Al-Mukhlisin FP USU, Forum Silaturahmi Mahasiswa
Muslim Sosial Ekonomi Pertanian (FSMM-SEP) USU dan menjadi asisten
praktikum Koperasi Pertanian dan praktikum Penyusunan Program
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, hidayah, dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Sikap Petani Dalam Penerapan Padi Sawah SRI (System of Rice Intensification)”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini
tidak akan berhasil tanpa dukungan, motivasi, bimbingan, pengarahan, serta
kritikan membangun yang disampaikan kepada penulis. Untuk itu dalam
kesempatan ini dengan setulus hati, penulis mengucapkan terima kasih yang
setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Ir.H.Hasman Hasyim, M.Si selaku ketua pembimbing skripsi, yang
mana telah banyak membimbing, mengarahkan, dan memotivasi agar
skripsi ini lebih cepat selesai.
2. Ibu Ir. Lily Fauziah, M.Si selaku anggota pembimbing skripsi, yang mana
telah banyak membimbing, mengarahkan dan memotivasi sehingga skripsi
ini cepat selesai.
3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis FP USU
dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku sekretaris Program
Studi Agribisnis FP USU.
4. Para dosen, staf pegawai Program Studi Agribisnis FP USU.
5. Ketua Gapoktan desa Pematang Setrak dan seluruh Instansi yang terkait
dengan penelitian ini yang membantu penulis dalam memperoleh data –
Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis ucapkan kepada
ayahanda tercinta Chairul Azwar dan ibunda Yusmaniar serta kakak dan abang
tercinta Nadia Wulanda Sari dan Nanda Yuchairan, atas kasih sayang,
keikhlasan, doa serta dukungan moril kepada penulis selama menjalani
pendidikan sampai saat ini.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Wiwied Hartanti SP yang telah
memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis, serta kepada teman-teman
Stambuk 2008 kepada Farwah Inal Abdi SP, Arif Maulana SP, Amiruddin
Panjaitan SP, Muhammad Fachri SP, Alfan Bachtar SP, Tumpak Manik SP, Deni
Kurniawan SP, Asni SP, Yani Harahap SP, Silvira SP, Rofiqoh Ahmad SP yang
telah banyak membantu dan memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga segala kebaikan mereka dibalas Allah SWT dengan pahala yang
berlipat ganda. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis menerima kritik, saran, dan masukan semua
pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Medan, Juli 2013
DAFTAR ISI
Karakteristik Sosial Ekonomi Petani. ... 17
Kerangka Pemikiran ... 20
Hipotesis Penelitian ... 22
METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 23
Metode Penentuan Sampel ... 23
Metode Pengumpulan Data ... 24
Metode Analisis Data.. ... 25
Definisi dan Batasan Operasional ... 30
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis ... 32
Penggunaan Lahan ... 32
HASIL DAN PEMBAHASAN
System of Rice Intensification (SRI) di Desa Pematang Setrak, Kecamatan
Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai. ... 41 Sikap Petani Terhadap System of Rice Intensification (SRI) ... 41 Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Sikap Petani ... 43
Pengaruh Umur dengan Sikap Petani terhadap System of Rice
Intensification (SRI) ... 45 Pengaruh Tingkat Pendidikan dengan Sikap Petani terhadap System of Rice Intensification (SRI) ... 46 Pengaruh Lamanya Berusahatani dengan Sikap Petani terhadap System of Rice Intensification (SRI) ... 47 Pengaruh Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Sikap Petani terhadap
System of Rice Intensification (SRI) ... 47 Pengaruh Tingkat Pendapatan dengan Sikap Petani terhadap System of Rice Intensification (SRI) . ... 48 Pengaruh Bantuan Pemerintah terhadap Sikap Petani ... 49
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 53 Saran ... 54
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
1. Kelompok Tani, Jumlah Anggota, Luas Lahan, Luas
Lahan SRI di desa Pematang Setrak 24
2. Pernyataan Positif dan Pernyataan Negatif 25
3. Luas Lahan Menurut Peruntukan di desa Pematang
Setrak 32
4. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah
Kepala Keluarga di desa Pematang Setrak, 2012. 33
5. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis
Kelamin di desa Pematang Setrak, Tahun 2012 34
6. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok
Umur di desa Pematang Setrak, 2012 35
7. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat
Pendidikan di desa Pematang Setrak, 2012 36
8. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Penganut
Agama di desa Pematang Setrak, 2012 37
9. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata
Pencaharian di desa Pematang Setrak, 2012 38
10. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa
di desa Pematang Setrak, 2012 38
11. Prasarana Perhubungan di desa Pematang Setrak 39
12. Sikap Petani terhadap System of Rice Intensification
(SRI) di desa Pematang Setrak 42
13.
14.
Bantuan Input Produksi dari Pemerintah
Pelaksanaan System of Rice Intensification (SRI) di Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai
49
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
1. Skema Kerangka Pemikiran Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi terhadap Sikap Petani dalam Penerapan Padi Sawah System of
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul
1. Karakteristik Petani Sampel di desa Pematang Setrak
2. Pernyataan Positif dan Pernyataan Negatif Sikap Petani Terhadap System of Rice Intensification (SRI) di desa Pematang Setrak
3.
4.
Frekuensi Jawaban Pernyataan Sikap
Skor Sikap dan Interpretasinya
5. Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Sikap
6.
7.
Total Nilai Skala Kategori Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Sikap
ABSTRAK
MHD.RULLYANDA AZMI : “Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Sikap Petani Dalam Penerapan Padi Sawah SRI (System of Rice Intensification)”, yang dibimbing oleh Bapak Ir.H. Hasman Hasyim, M.Si. dan Ibu Ir. Lily Fauziah, M.Si.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis sikap petani terhadap SRI (System of Rice Intensification) di daerah penelitian, untuk menganalisis pengaruh karakteristik sosial ekonomi petani (umur, pendidikan, jumlah tanggungan, lamanya berusahatani dan pendapatan) terhadap sikap petani dalam penerapan SRI (System of Rice Intensification), untuk mengetahui pengaruh bantuan pemerintah terhadap sikap petani dalam penerapan SRI (System of Rice Intensification).
Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan skala likert dan analisis regresi linier berganda. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Penelitian dilakukan pada bulan April s.d Mei 2013 di desa Pematang Setrak, kecamatan Teluk Mengkudu, kabupaten Serdang Bedagai.
Hasil penelitian di peroleh bahwa dari 30 petani sampel, jumlah petani yang menyatakan sikap positif sebanyak 19 orang (63,33%), dan yang menyatakan sikap negatif sebanyak 11 orang (36,67%). Dan berdasarkan hasil regresi linier berganda, umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, dan jumlah tanggungan secara bersama- sama tidak berpengaruh nyata terhadap sikap petani. Akan tetapi secara parsial variabel pendapatan berpengaruh nyata terhadap sikap petani di daerah penelitian.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara pertanian yang artinya pertanian memegang
peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat
ditunjukkan dari banyaknya penduduk dan tenaga kerja yang hidup atau bekerja
dari sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian
(Mubyarto, 1994).
Sejarah dunia pertanian mengalami lompatan yang sangat berarti, dari
pertanian tradisional menuju pertanian modern. Para petani dan masyarakat umum
terpana dengan kemajuan yang berhasil dicapai oleh pertanian modern. Tingginya
produktivitas tanaman berkat adanya benih unggul, suburnya tanaman berkat
penggunaan pupuk dan terbasminya hama penyakit tanaman berkat keampuhan
pestisida sudah menempatkan manusia sebagai pemenang dalam pergulatannya
melawan alam (Andoko, 2010).
Namun ternyata dalam posisinya sebagai pemenang tersebut manusia
akhirnya menjadi kurang bijaksana. Tidak disadari bahwa dengan penguasaan
teknologi pertanian tersebut, akhirnya mereka pun menjadi tidak bersahabat lagi
dengan alam. Alam yang menjadi tempat tinggal manusia sudah dilupakan dan
diabaikan kelestariannya oleh ulah kecerobohan manusia. Padahal dari alam inilah
manusia mendapatkan segalanya untuk keperluan hidupnya. Akibat eksploitasi
tersebut alam kemudian kehilangan keseimbangan yang akhirnya berdampak
kembali ke hubungan harmonis manusia dengan alam demi kelangsungan hidup
manusia (Andoko, 2010).
System of Rice Intensification (SRI) merupakan salah satu metode
penanaman dari beberapa metode penanaman padi sawah yang ada di Indonesia.
System of Rice Intensification (SRI) adalah teknik budidaya tanaman padi yang
mampu meningkatkan produktivitas padi dengan cara mengubah pengelolaan
tanaman, tanah, air dan unsur hara, terbukti telah berhasil meningkatkan
produktivitas padi sebesar 50% bahkan dibeberapa tempat mencapai lebih dari
100% (Mutakin, 2005).
Metode ini pertama kali ditemukan secara tidak disengaja di Madagaskar
antara tahun 1983 -1984 oleh Fr. Henri de Laulanie, SJ, seorang Pastor Jesuit asal
Prancis yang lebih dari 30 tahun hidup bersama petani-petani di sana. Oleh
penemunya, metodologi ini selanjutnya dalam bahasa Prancis dinamakan
Ie Systme de Riziculture Intensive disingkat SRI. Dalam bahasa Inggris populer
dengan nama System of Rice Intensification disingkat SRI. Tahun 1990 dibentuk
Association Tefy Saina (ATS), sebuah LSM Malagasy untuk memperkenalkan
SRI. Empat tahun kemudian, Cornell International Institution for Food,
Agriculture and Development (CIIFAD), mulai bekerja sama dengan Tefy Saina
untuk memperkenalkan SRI di sekitar Ranomafana National Park di Madagaskar
Timur, didukung oleh US Agency for International Development. SRI telah diuji
di Cina, India, Indonesia, Filipina, Sri Langka, dan Bangladesh dengan hasil yang
positif.
SRI menjadi terkenal di dunia melalui upaya dari Norman Uphoff
Indonesia yang merupakan kesempatan pertama SRI dilaksanakan di luar
Madagaskar. Hasil metode SRI sangat memuaskan, di Madagaskar, pada beberapa
tanah tak subur yang produksi normalnya 2 ton/ha, petani yang menggunakan SRI
memperoleh hasil panen lebih dari 8 ton/ha, beberapa petani memperoleh 10 – 15
ton/ha, bahkan ada yang mencapai 20 ton/ha. Metode SRI minimal menghasilkan
panen dua kali lipat dibandingkan metode yang biasa dipakai petani. Hanya saja
diperlukan pikiran yang terbuka untuk menerima metode baru dan kemauan untuk
bereksperimen. Dalam SRI tanaman diperlakukan sebagai organisme hidup
sebagaimana mestinya, bukan diperlakukan seperti mesin yang dapat
dimanipulasi. Semua unsur potensi dalam tanaman padi dikembangkan dengan
cara memberikan kondisi yang sesuai dengan pertumbuhannya.
Pola tanam padi model SRI adalah cara bertanam padi kembali ke alam.
Artinya, petani tidak lagi menggunakan pupuk kimia, tapi memanfaatkan jerami,
sekam, pohon pisang, pupuk kandang yang diolah untuk pupuk tanahnya. Lalu
bibit yang disemai tidak lagi 20 hari, melainkan 7 hari tempat persemaian
sederhana seperti memanfaatkan besek kecil (Mutakin, 2005).
Desa Pematang Setrak merupakan salah satu desa yang ada di Provinsi
Sumatera Utara, tepatnya di Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang
Bedagai. Masyarakat di desa Pematang Setrak rata-rata memiliki mata
pencaharian sebagai petani padi sawah. Petani padi sawah di desa Pematang
Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai berjumlah 600
orang, yang terdiri dari 8 kelompok tani. Sistem penanaman padi sawah di desa
Pematang Setrak sudah menerapkan System of Rice Intensification (SRI). System
beberapa daerah saja yang sudah menerapkan sistem penanaman ini. Untuk
mengetahui hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi sikap petani agar tertarik
menerapkan sistem ini, maka dilakukan penelitian di desa Pematang Setrak,
Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai dengan judul
penelitian Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Sikap Petani Dalam
Penerapan Padi Sawah System of Rice Intensification (SRI).
Identifikasi Masalah
Dalam penelitian ini masalah-masalah yang akan diteliti adalah :
1. Bagaimana sikap petani terhadap SRI (System of Rice Intensification) ?
2. Bagaimana pengaruh karakteristik sosial ekonomi petani (umur, pendidikan,
jumlah tanggungan, lamanya berusahatani dan pendapatan) terhadap sikap
petani dalam penerapan SRI (System of Rice Intensification) ?
3. Apakah bantuan pemerintah berpengaruh terhadap sikap petani dalam
penerapan SRI (System of Rice Intensification) ?
Tujuan Penelitian
Ada pun tujuan penelitian adalah :
1. Untuk menganalisis sikap petani terhadap SRI (System of Rice Intensification)
di daerah penelitian.
2. Untuk menganalisis pengaruh karakteristik sosial ekonomi petani (umur,
pendidikan, lamanya berusahatani, jumlah tanggungan dan pendapatan)
terhadap sikap petani dalam penerapan SRI (System of Rice Intensification).
3. Untuk mengetahui pengaruh bantuan pemerintah terhadap sikap petani dalam
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah maupun lembaga lainnya dalam
mengambil kebijakan untuk menyusun program pertanian di masa mendatang.
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang terkait dan yang
membutuhkan, penelitian ini menambah pengetahuan dan wawasan peneliti
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Padi Sawah
Salah satu bahan pangan nasional adalah padi. Padi merupakan makanan
pokok masyarakat Indonesia dan sebagai tulang punggung perekonomian Bangsa
Indonesia (Budianto, 2002).
Tanaman padi merupakan tanaman semusim, termasuk golongan
rumput-rumputan dengan klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub division : Angiospermae
Class : Monocotyledoneae
Genus : Oriza Linn
Family : Gramineae
Species : Oryza sativa L.
(AAK, 1990).
Akar pertama yang timbul dari radikula tidaklah lama hidupnya, dalam
beberapa hari akar pertama itu akan mati dan fungsinya sebagai penyerap air
untuk kebutuhan kecambah, diambil alih oleh akar-akar yang bermunculan pada
buku-buku batang kecambah yang terbawah dari batang kecambah
Akar tanaman padi memiliki sistem perakaran serabut. Ada dua macam
akar, yaitu :
1. Akar seminal yang tumbuh dari akar primer radikula sewaktu berkecambah
dan bersifat sementara
2. Akar adventif sekunder yang bercabang dan tumbuh dari buku batang muda
bagian bawah. Akar adventif tersebut menggantikan akar seminal. Akar ini
disebut adventif/buku, karena tumbuh dari bagian tanaman yang bukan embrio
atau karena munculnya bukan dari akar yang tumbuh sebelumnya
(Anonim, 2010).
Batang padi terdiri dari susunan beberapa ruas. Tiap-tiap dimulai dan
diakhiri dengan buku. Pada setiap buku nampaklah satu mata atau sukma. Letak
mata itu pada batang tanaman adalah silih berganti. Fungsi mata ini adalah
penting karena setiap mata yang tampak pada batang akan menghasilkan satu
anakan. Anakan muncul pada batang utama dalam urutan yang bergantian.
Anakan primer tumbuh dari buku terbawah dan muncul anakan sekunder. Anakan
ini pada gilirannya akan menghasilkan anakan tersier (Siregar, 1981).
Daun kelopak pada daun pelepah yang terpanjang yaitu daun pelepah yang
disebut daun bendera (Flag-leaf). Tepat dimana daun pelepah teratas menjadi
ligulae dan daun bendera daun tanaman padi tumbuh pada batang dalam susunan
yang berselang saling terdapat satu daun pada tiap buku. Tiap daun terdiri atas :
1. Helaian daun yang menempel pada buku melalui pelepah daun
2. Pelepah daun yang membungkus ruas diatasnya dan kadang-kadang pelepah
daun dan helaian daun ruas berikutnya.
4. Lidah daun (ligula) yaitu struktur segitiga tipis tepat diatas telinga daun.
5. Daun bendera adalah daun teratas dibawah malai (Anonim, 2010).
Malai adalah suatu malai bunga determinit, yaitu bunga terletak pada
bagian ujung tajuk. Panjang malai dan bagian ruas teratas diatas pelepah daun
bendera menentukan pemanjangan malai. Pemanjangan malai berbeda untuk
setiap varietas padi, dan kondisi lingkungan dapat mengubah tingkat
pemanjangannya.
Sebuah bulir adalah bagian malai bunga, dan terdiri atas dua lemma steril,
rakhilla dan floret. Rakhilla adalah sumbu kecil antara sekam rudimenter dan
floret fertile. Floret meliputi lemma, palea dan bunga, yaitu :
1. Lemma yaitu bagian floret yang berurat lima dan keras yang sebagian
menutupi palea. Ia memiliki satu ekor, suatu pemanjangan filiform pada
panjang yang berlainan dari urat tengah lemma.
2. Palea yaitu bagian floret yang berurat tiga yang keras dan sangat pas dengan
lemma. Ia sama dengan lemma hanya lebih sempit.
3. Bunga terdiri atas 6 benang sari dan sebuah putik. Enam benang sari tersusun
atas dua kelompok kepala sari yang tumbuh pada tangkai benang sari. Putik
mengandung satu bakal biji.
Buahnya seperti buah batu (keras) dan terjurai pada tangkai. Setelah tua,
warna hijau akan menjadi kuning. Bijinya keras, berbentuk bulat telur, ada yang
berwarna putih atau merah. Butir-butir padi yang sudah lepas dari tangkainya
disebut gabah, dan yang sudah dibuang kulit luarnya disebut beras. Bila beras ini
dimasak, maka namanya menjadi nasi, yang merupakan bahan makanan utama
Tanaman padi dapat hidup dengan baik di daerah yang berhawa panas dan
banyak mengandung uap air. Dengan kata lain padi dapat hidup baik di daerah
beriklim panas yang lembab. Pengertian ini mencakup curah hujan, temperatur,
ketinggian tempat, sinar matahari, angin dan musim.
Curah hujan yang dikehendaki pertahun sekitar 1500-2000 mm. Tanaman
padi dapat tumbuh dengan baik pada suhu 230C keatas. Sedangkan di Indonesia
pengaruh suhu tidak terasa, sebab suhunya hampir konstan sepanjang tahun.
Ketinggian tempat untuk tanaman padi adalah 0-65 m diatas permukaan laut.
Tanaman padi memerlukan sinar matahari. Hal ini sesuai dangan syarat
tumbuh tanaman padi yang hanya dapat hidup didaerah berhawa panas. Angin
juga memberi pengaruh positif dalam proses penyerbukan dan pembuahan.
Musim berhubungan erat dengan hujan yang berperan dalam penyediaan air dan
hujan dapat berpengaruh terhadap pembentukan buah sehingga sering terjadi
bahwa penanaman padi pada musim kemarau mendapat hasil yang lebih tinggi
daripada penanaman padi pada musim hujan dengan catatan apabila pengairan
baik (AAK, 1990).
SRI mengembangkan praktek pengelolaan padi yang memperhatikan
kondisi pertumbuhan tanaman yang lebih baik, terutama di zona perakaran
dibandingkan teknik budidaya cara tradisional. Pada mulanya, praktek penerapan
SRI seperti “melawan arus”. SRI menentang asumsi dan praktek yang selama
ratusan tahun telah dilakukan. Kebanyakan petani padi menanam bibit yang telah
matang (umur 20-30 hari), dalam bentuk rumpun, secara serentak, dengan
penggenangan air di sawah seoptimal mungkin di sepanjang musim. Masuk akal
penanaman dalam bentuk rumpun akan menjamin beberapa tanaman tetap hidup
saat pindah tanam dan penanaman dalam air yang menggenang menjamin
kecukupan air dan gulma sulit tumbuh (Berkelaar, 2008).
Terlepas dari alasan tersebut, para petani yang menerapkan metode SRI
belum menemukan resiko yang lebih besar daripada metode tradisional.
Ada 6 penemuan kunci penerapan SRI :
1. Bibit transplantasi lebih awal
Bibit padi di transplantasi saat dua daun telah muncul pada batang muda,
biasanya saat berumur 8-15 hari. Benih harus disemai pada petakan khusus
dengan menjaga tanah tetap lembab dan tidak tergenang air. Saat transplantasi
dari petak semaian, harus hati-hati serta dijaga tetap lembab. Bibit harus
ditransplantasikan secepat mungkin setelah dipindahkan dari persemaian. Saat
menanam benih disawah, benamkan benih dalam posisi horizontal agar
ujung-ujung akar tidak menghadap keatas. Ujung akar membutuhkan keleluasaan untuk
tumbuh kebawah. Transplantasi saat bibit masih muda secara hati-hati dapat
mengurangi guncangan dan meningkatkan kemampuan tanaman dalam
memproduksi batang dan akar selama tahap pertumbuhan vegetatif. Bulir padi
dapat muncul pada malai.
2. Bibit ditanam satu per satu
Bibit ditanam satu per satu, tidak secara berumpun, yang terdiri dari dua
atau tiga tanaman. Ini di maksudkan agar tanaman memiliki ruang untuk
menyebar dan memperdalam perakaran. Sehingga tanaman tidak bersaing terlalu
3. Jarak tanam
Dibandingkan dengan baris yang sempit, bibit lebih baik di tanam dalam
pola luasan yang cukup luas dari segala arah. Ada beberapa ukuran jarak tanam
pada SRI, yaitu : 25 cm x 25 cm, 30 cm x 30 cm dan 35 cm x 35 cm.
Untuk membuat jarak tanam yang tepat, petani dapat meletakkan
tongkat-tongkat dipinggir sawah, lalu diantaranya diikatkan tali melintas sawah. Tali
diberi tanda interval yang sama, sehingga dapat menanam dalam pola segi empat.
Dengan jarak tanam yang lebar ini, memberi kemungkinan lebih besar kepada
akar untuk tumbuh leluasa, tanaman juga akan menyerap lebih banyak sinar
matahari, udara dan nutrisi.
4. Kondisi tanah
Secara tradisional penanaman padi biasanya selalu digenangi air. Namun,
sebenarnya air yang menggenang membuat sawah menjadi kekurangan oksigen
bagi akar dan tidak ideal untuk pertumbuhan. Akar padi akan mengalami
penurunan bila sawah digenangi air, hingga mencapai ¾ total akar saat tanaman
mencapai masa berbunga.
Dengan SRI, petani hanya memakai ½ dari kebutuhan air pada sistem
tradisional yang biasa menggenangi tanaman padi. Tanah cukup dijaga tetap
lembab selama tahap vegetatif, untuk memungkinkan lebih banyak oksigen bagi
pertumbuhan akar. Kondisi tidak tergenang yang dikombinasikan dengan
pendangiran mekanis, akan menghasilkan lebih banyak udara masuk kedalam
tanah dan akar berkembang lebih besar sehingga dapat menyerap nutrisi lebih
Pada tanaman padi sawah yang tergenang air, di akar padi akan terbentuk
kantung udara yang berfungsi untuk menyalurkan oksigen. Namun, karena
kantung udara ini mengambil 30-40 % korteks akar, maka dapat berpotensi
menghentikan penyaluran nutrisi dari akar ke seluruh bagian tanaman.
Penggenangan dapat dilakukan sebelum pendangiran untuk mempermudah
pendangiran. Selain itu penggenangan air paling baik dilakukan pada sore hari,
sehingga air yang berada di permukaan mulai mengering keesokan harinya.
Perlakuan ini membuat sawah mampu untuk menyerap udara dan tetap hangat
sepanjang hari. Sebaliknya sawah yang di genangi air justru akan memantulkan
kembali radiasi matahari yang berguna, dan hanya sedikit menyerap panas yang
diperlukan dalam pertumbuhan tanaman. Dengan SRI, kondisi tak tergenangi
hanya dipertahankan selama pertumbuhan vegetatif. Selanjutnya setelah
pembungaan, sawah digenangi air 1-3 cm seperti yang diterapkan di praktek
tradisional. Petak sawah diairi secara tuntas mulai 25 hari sebelum panen.
5. Pendangiran
Pendangiran adalah usaha menggemburkan tanah disekitar tanaman untuk
memperbaiki struktur tanah yang berguna untuk perkembangan tanaman.
Pendangiran dapat dilakukan dengan tangan atau alat sederhana. Para petani di
Madagaskar beruntung setelah menggunakan alat pendangiran yang
dikembangkan oleh International Rice Research Institute sejak tahun 1960an,
yang mampu mengurangi tenaga kerja dan meningkatkan hasil panen. Alat ini
mempunyai roda putar bergerigi yang berfungsi untuk mengaduk tanah saat
Pendangiran pertama dilakukan 10 atau 12 hari setelah transplantasi dan
pendangiran ke dua setelah 14 hari. Minimal disarankan 2-3 kali pendangiran,
namun jika ditambah sekali atau dua kali lagi akan mampu meningkatkan hasil
hingga satu atau 2 ton/ha. Hal ini disebabkan karena tidak hanya sekedar
membersihkan gulma, tetapi pengadukan tanah dapat memperbaiki struktur dan
meningkatkan aerasi tanah.
6. Asupan organik
Awalnya SRI dikembangkan dengan menggunakan pupuk kimia untuk
meningkatkan hasil panen pada tanah-tanah tandus di Madagaskar. Tetapi saat
subsidi pupuk dicabut pada akhir tahun 1980an, petani disarankan untuk
menggunakan kompos, dan ternyata hasilnya lebih bagus. Kompos dapat dibuat
dari macam-macam sisa tanaman, seperti jerami, serasah tanaman dan dari bahan
tanaman lainnya, dengan tambahan pupuk kandang bila ada. Daun pisang bisa
menambah unsur potassium, daun tanaman kacang-kacangan dapat menambah
unsur N. Kompos menambah nutrisi tanah secara perlahan-lahan dapat
memperbaiki struktur tanah (Berkelaar, 2008).
Landasan Teori Sikap
Sikap adalah determinan perilaku, karena mereka berkaitan dengan
persepsi, kepribadian, dan motivasi. Sebuah sikap merupakan suatu keadaan siap
mental, yang dipelajari dan diorganisasi menurut pengalaman, dan yang
menyebabkan timbulnya pengaruh khusus atas reaksi seseorang terhadap
tersebut tentang sikap menimbulkan implikasi-implikasi tertentu bagi seseorang
(Winardi, 2004).
Sikap lebih dipandang sebagai hasil belajar daripada sebagai hasil
perkembangan atau sesuatu yang diturunkan. Ini berarti bahwa sikap diperoleh
melalui interaksi dengan objek sosial atau peristiwa sosial. Sebagai hasil belajar,
sikap dapat diubah, diacuhkan, atau dikembalikan seperti semula, walaupun
memerlukan waktu yang cukup lama. Berdasarkan pandangan ini, maka sikap
sebenarnya merupakan produk dari hasil interaksi. Pandangan ini lebih bersifat
humanistik dimana kebebasan seseorang dapat ditentukan berdasarkan kondisi
lingkungan yang sedang berlaku saat itu (Mar’at, 1984).
Sikap seseorang terhadap suatu objek selalu berperan sebagai perantara
antara responnya dan objek yang bersangkutan. Respon diklasifikasikan dalam
tiga macam yaitu, respon kognitif (respon perseptual dan pernyataan mengenai
apa yang diyakini), respon afektif (respon syaraf simpatetik dan pernyataan
afeksi), serta respon perilaku atau konatif (respon berupa tindakan dan pernyataan
mengenai perilaku). Dengan melihat salah satu saja diantara ketiga bentuk respon
tersebut sikap seseorang sudah dapat diketahui. Walaupun begitu, deskripsi
lengkap mengenai sikap individu tentu harus diperoleh dengan melihat ketiga
macam respon secara lengkap (Azwar, 2007).
Sikap-sikap individu mungkin mengandung “surplus” nilai instrumental
baginya. Ia mengembangkan sikapnya sebagai tanggapan terhadap situasi
masalah, yakni dalam mencoba memenuhi keinginan khusus. Sejauh
sikap-sikapnya merupakan sistem yang bertahan (lestari), maka sikap tersebut tetap
masalah yang berbeda, yakni untuk memenuhi sejumlah keinginan yang berlainan
(Krech, dkk., 1996).
Menurut Ahmadi (1999), disamping pembagian sikap atas sosial dan
individual, sikap dapat pula dibedakan sebagai berikut :
1. Sikap Positif
Sikap positif yaitu sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan,
menerima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan norma-norma yang
berlaku dimana individu itu berada.
2. Sikap Negatif
Sikap negatif yaitu sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan
penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana
individu itu berada.
Sikap mempunyai arah, artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan
yaitu, apakah setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung,
apakah memihak atau tidak memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai
objek. Orang yang setuju, mendukung atau memihak terhadap suatu objek sikap
berarti memiliki sikap yang arahnya positif. Sebaliknya, mereka yang tidak setuju
atau tidak mendukung dikatakan sebagai memiliki sikap yang arahnya negatif
(Azwar, 2007).
Skala Likert
Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku
manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran
(measurement) sikap. Pengungkapan sikap dengan menggunakan skala sikap
dikarenakan selain praktis, skala sikap yang dirancang dengan baik pada
umumnya memiliki reliabilitas yang memuaskan. Skala sikap berwujud kumpulan
pernyataan-pernyataan sikap yang ditulis, disusun, dan dianalisis sedemikian rupa
sehingga respon seseorang terhadap pernyataan tersebut dapat diberi angka (skor)
dan kemudian dapat diinterpretasikan (Azwar, 2007).
Menurut Suryabrata (2002), Skala Likert tergolong skala untuk orang,
pada rancangan dasarnya untuk mengukur sikap. Berkenaan dengan pengukuran
sikap, maka ada dua hal yang selalu harus diingat mengenai sikap yaitu sebagai
berikut.
1. Sikap selalu mempunyai objek, objek sikap yaitu sesuatu yang menjadi
sasaran sikap.
2. Sikap itu digambarkan dalam satu kontinum dari negatif, lewat daerah netral
ke positif.
Menurut Azwar (2007), metode rating yang dijumlahkan populer dengan
nama penskalaan Model Likert, merupakan metode penskalaan pernyataan sikap
yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya.
Prosedur penskalaan dengan Metode Likert didasari oleh dua asumsi yaitu
sebagai berikut :
1. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai termasuk
pernyataan yang favorable (disukai) atau pernyataan yang nonfavorable
(tak disukai).
2. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus
diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan
Untuk melakukan penskalaan dengan metode ini, sejumlah pernyataan
telah ditulis berdasarkan kaidah penulisan pernyataan dan didasarkan pada
rancangan skala yang ditetapkan. Responden akan diminta untuk menyatakan
kesetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap isi pernyataan dalam lima macam
kategori jawaban yaitu, “sangat tidak setuju” (STS), “tidak setuju” (TS), “tidak
dapat menentukan” atau “ragu-ragu” (R), “setuju” (S), dan “sangat setuju” (SS).
Salah satu skor standar yang biasanya digunakan dalam skala Model Likert
adalah skor T, yaitu :
Keterangan :
T = skor standar
X = skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T
X = mean skor kelompok
S = deviasi standar kelompok
(Azwar, 2007).
Karakteristik Sosial Ekonomi Petani
Karakteristik sosial ekonomi petani yang dapat mempengaruhi sikap
petani terhadap sistem tanam SRI di Desa Pematang Setrak, kecamatan Teluk
Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai yang di teliti yaitu : umur, pendidikan,
1. Umur
Petani yang memiliki umur yang semakin tua (> 50 tahun) biasanya makin
lamban dalam mengadopsi ilmu baru atau inovasi baru yang dijelaskan penyuluh
dan cenderung hanya melakukan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa diterapkan
oleh masyarakat setempat.
Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut.
Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin
turun pula prestasinya. Namun, dalam hal tanggung jawab semakin tua umur
tenaga kerja tidak akan berpengaruh karena justru semakin berpengalaman
(Suratiyah, 2009).
2. Pendidikan
Pendidikan merupakan sarana belajar yang menanamkan pengertian sikap
yang menguntungkan menuju penggunaan praktek-praktek pertanian yang lebih
modern. Mereka yang berpendidikan tinggi akan lebih cepat menerapkan
teknologi dan melaksanakan proses adopsi (Soekartawi, 1988).
Menurut Hasyim (2006), tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani
akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani
menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya.
Pendidikan merupakan sarana belajar, yang menanamkan pengertian sikap
yang menguntungkan menuju pembangunan praktek pertanian yang lebih modern.
Mereka yang berpendidikan tinggi adalah yang relatif lebih cepat dalam
melaksanakan adopsi. Begitu pula sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah,
3. Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan merupakan beban yang harus dipikul atau ditanggung
oleh petani dalam keluarga, seperti menurut Lubis (2000). Maksud dari jumlah
tanggungan disini adalah berapa banyak beban tanggungan petani dalam satuan
jiwa.
Menurut Hasyim (2006), jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu
faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi
kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani
untuk melakukan banyak aktivitas terutama dalam mencari dan menambah
pendapatan keluarganya.
Jumlah tanggungan keluarga semakin banyak (anggota keluarga) akan
semakin meningkat pula beban hidup yang harus dipenuhi. Jumlah anggota
keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani. Keluarga
yang memiliki sebidang lahan tetap saja jumlahnya semakin sempit dengan
bertambahnya anggota keluarga, sementara kebutuhan akan produksi terutama
pangan semakin bertambah (Daniel, 2002).
4. Lamanya Berusahatani
Menurut Soekartawi (1988), petani yang sudah lebih lama bertani akan
lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula. Hal ini dikarenakan
pengalaman yang lebih banyak dapat membuat perbandingan dalam mengambil
keputusan.
5. Pendapatan
Pendapatan bersih adalah selisih antara pendapatan kotor dengan
usahatani yang dapat digunakan untuk membandingkan beberapa penampilan
usahatani (Soekartawi, dkk., 1984).
Kerangka Pemikiran
Indonesia adalah Negara berlatar belakang agraris, artinya pertanian
memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional, hal ini dapat
ditunjukkan dari banyaknya penduduk yang hidup atau bekerja pada sektor
pertanian dan dari produk yang berasal dari pertanian. Untuk meningkatkan
produksi padi telah banyak dilakukan penelitian untuk menemukan metode
budidaya yang dapat meningkatkan hasil produksi padi. Salah satu metode
tersebut adalah System of Rice Intensification (SRI). Dalam rangka menumbuhkan
minat petani untuk mengadopsi SRI ini, pemerintah telah memberikan bantuan
berupa input produksi kepada petani yang ingin menerapkan SRI pada usahatani
padi sawah mereka.
Metode SRI yang diperkenalkan oleh pemerintah tentunya akan
mengundang respon atau tanggapan dari petani, respon tersebut adalah sikap
petani terhadap metode System of Rice Intensification (SRI). Pemberian bantuan
input produksi kepada petani akan mempengaruhi sikap petani terhadap metode
SRI itu sendiri. Selain pemberian bantuan input produksi, faktor karakteristik
sosial ekonomi petani juga akan mempengaruhi sikap petani. Sikap petani
terhadap metode System of Rice Intensification (SRI) dapat berupa sikap positif
dan sikap negatif. Sikap positif yaitu sikap yang menerima, mendukung dan
melaksanakan metode SRI, sedangkan sikap negatif adalah sikap yang tidak
Sikap petani dalam menanggapi program tersebut dapat dipengaruhi oleh
karakteristik sosial ekonomi petani itu sendiri yang meliputi : umur, tingkat
pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, lamanya berusahatani dan jumlah
pendapatan.
Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :
Keterangan : Pengaruh
Hubungan
Gambar 1. Skema kerangka pemikiran pengaruh karakteristik sosial
ekonomi terhadap sikap petani dalam penerapan padi sawah System of Rice Intensification (SRI).
Petani
System of Rice Intensification
Sikap Petani Bantuan
Pemerintah
Positif Negatif
Karakteristik Sosial Ekonomi Petani - Umur
- Tingkat Pendidikan - Lamanya
Berusahatani
- Jumlah Tanggungan Keluarga
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah maka yang menjadi hipotesis penelitian
adalah :
1. Sikap petani terhadap SRI (System of Rice Intensification) di daerah
penelitian adalah positif.
2. Terdapat pengaruh karakteristik sosial ekonomi petani (umur, pendidikan,
lamanya berusahatani, jumlah tanggungan, dan pendapatan ) dan bantuan
pemerintah terhadap sikap petani dalam penerapan SRI (System of Rice
METODE PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian ditentukan berdasarkan pertimbangan dan
alasan tertentu yaitu, di desa Pematang Setrak, kecamatan Teluk Mengkudu,
kabupaten Serdang Bedagai. Desa Pematang Setrak dipilih karena petani di desa
tersebut menerapkan penanaman padi sawah menggunakan SRI (System of Rice
Intensification).
Metode Penentuan Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap dapat
menggambarkan populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang
melakukan penanaman padi sawah sistem SRI (System of Rice Intensification) di
desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang
Bedagai. Penetapan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
Simple Random Sampling dimana cara pengambilan sampel dari angggota
populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan)
dalam anggota populasi tersebut (Riduan, 2010).
Jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 petani sampel. Roscoe dalam
buku Research Methods for Business memberikan saran tentang penelitian salah
satunya adalah ukuran sampel yang layak dalam penelitian antara 30 sampai
dengan 500 (Sugiyono, 2010).
Di daerah penelitian terdapat 600 petani, yang terdiri dari 8 kelompok tani.
Dari jumlah 600 petani tersebut kemudian diambil sampel sebanyak 30 orang
pertimbangan kelompok tani ini yang menjalankan usahatani padi sawah
menggunakan System of Rice Intensification dengan luas lahan paling besar di
desa Pematang Setrak. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini :
Tabel 1. Kelompok Tani, Jumlah Anggota, Luas Lahan, Luas Lahan SRI Desa Pematang Setrak
Sumber:Ketua Gapoktan Desa Pematang Setrak
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, terdiri atas : data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada responden,
yaitu petani dengan menggunakan kuesioner yang dibuat terlebih dahulu.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi atau dinas yang terkait dengan
penelitian seperti BPS, Kantor Kepala desa Pematang Setrak kecamatan Teluk
Mengkudu kabupaten Serdang Bedagai, kantor kepala Dinas Pertanian Serdang
Bedagai dan ketua Gapoktan desa Pematang Setrak. Selain itu dikumpulkan juga
Metode Analisis Data
Semua data yang diperoleh ditabulasi terlebih dahulu, kemudian di analisis
dengan metode analisis yang sesuai.
Untuk Hipotesis 1 dianalisis dengan metode skala sikap Model Likert,
yaitu pengelompokan variabel dengan menjumlahkan skor dari nilai seperangkat
variabel yang bersangkutan berupa pernyataan positif dan pernyataan negatif.
Adapun skor untuk pernyataan positif adalah SS = 5, S = 4, R = 3, TS = 2,
dan STS = 1; sedangkan untuk pernyataan negatif adalah SS = 1, S = 2, R = 3, TS
= 4, dan STS = 5.
Pada Tabel 2 berikut ini dapat dilihat seperangkat variabel berupa
pernyataan positif dan pernyataan negatif yang akan dijawab oleh responden
Tabel 2. Pernyataan Positif dan Pernyataan Negatif
No. Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
1. Program System of Rice Intensification (SRI) sangat berperan penting dalam pengembangan usahatani padi sawah.
Program System of Rice Intensification (SRI) tidak memberikan keuntungan bagi petani padi sawah.
2. Program System of Rice Intensification (SRI) memotivasi (mendorong) petani untuk meningkatkan dan mengembangkan usahanya.
.
Program System of Rice Intensification (SRI) yang berjalan tidak sesuai dengan harapan petani.
3. Program System of Rice Intensification
(SRI) membantu mengembangkan
potensi masyarakat petani padi sawah.
Pengadaan bantuan membuat petani menjadi ketergantungan.
4. Program System of Rice Intensification (SRI ) membantu petani mengurangi biaya produksi, terutama pupuk kimia.
5. Program System of Rice Intensification (SRI) membantu memecahkan masalah petani dalam meningkatkan produktivitas.
Bantuan yang diberikan tidak memenuhi standar operasional.
6. Program System of Rice Intensification
(SRI) sudah sesuai dengan potensi
daerah setempat.
Dengan System of Rice Intensification (SRI) petani harus lebih intensif dalam mengusahakan usahatani nya.
7. Program System of Rice Intensification (SRI) mampu membantu meningkatkan pendapatan petani padi sawah .
Bantuan-bantuan yang diberikan tidak sesuai dengan
kondisi yang ada di lapangan.
8. Program System of Rice Intensification
(SRI) sangat dibutuhkan oleh para
petani padi sawah.
Penyaluran bantuan berjalan lambat.
.
9. Program System of Rice Intensification (SRI) membantu meningkatkan hasil panen.
Prosedur dalam penyaluran bantuan memberatkan petani untuk memperoleh bantuan.
10. Program System of Rice Intensification (SRI) yang diberikan sudah sesuai dengan kebutuhan petani padi sawah.
Para petani tidak peduli dengan
System of Rice Intensification (SRI).
11. Pemberian bantuan sudah tepat sasaran.
12. Bantuan-bantuan yang diberikan kepada petani telah dimanfaatkan dengan baik.
13. Antara petani dengan Penyuluh Pertanian terjadi interaksi (hubungan) yang baik.
15. Dengan adanya program System of Rice Intensification (SRI), petani padi sawah termotivasi untuk mengembangkan usahatani nya.
Menurut Azwar (2007), dalam analisis ini responden akan diminta untuk
memilih salah satu dari sejumlah kategori yang tersedia dari variabel yang
bersangkutan yaitu, Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-Ragu (R), Tidak Setuju
(TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Kemudian diukur dengan skala pengukuran
sikap Likert dengan rumus:
Keterangan:
T = skor standar
X = skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T
X = mean skor kelompok
S = deviasi standar kelompok
Kriteria uji :
• jika T ≥ 50, maka sikap positif
Untuk Hipotesis 2, dianalisis dengan menggunakan metode analisis
Regresi Linear Berganda, dengan rumus :
Y= a + b1X1 + b2X2 +b3X3 + b4X4 + b5X5 + µ
Dimana :
Y = Sikap Petani
X1 = Umur (Tahun)
X2 = Pendidikan (Tahun)
X3 = Lamanya Berusahatani (Tahun)
X4 = Jumlah Tanggungan (Jiwa)
X5 = Pendapatan petani (Rupiah)
a = Koefisien intersep
b = Koefisien regresi untuk masing-masing variabel
Untuk menguji variabel-variabel tersebut berpengaruh secara serempak
terhadap sikap petani digunakan analisis uji F, yaitu:
Dimana :
r2 = Koefisien determinasi
n = Jumlah sampel
k = Derajat bebas pembilang
Kriteria uji untuk uji serempak adalah:
Fhitung > Ftabel : maka H0 ditolak (H1 diterima)
H1 diterima artinya variabel bebas secara bersama – sama berpengaruh
nyata terhadap variabel terikat pada tingkat kepercayaan tertentu.
Fhitung≤ Ftabel : maka H0 diterima (H1 ditolak)
H0 diterima, artinya variabel bebas secara bersama – sama tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel terikat pada tingkat kepercayaan tertentu.
Untuk menguji variabel-variabel tersebut secara parsial terhadap sikap
petani, maka digunakan analisis uji t dengan rumus:
Dimana:
b1 = Parameter b (i = 1,2)
Sb1 = Standar error parameter (i = 1,2)
Sy12 = Standar error of estimate
X = Variabel yang diuji
r12 = Koefisien korelasi sederhana antara X1 dan X2
Kriteria untuk uji t adalah:
thitung > ttabel... H0 ditolak
thitung≤ ttabel... H0 diterima
Definisi dan Batasan Operasional
Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman mengenai
pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian, maka dibuat definisi dan
batasan operasional sebagai berikut :
Definisi
1. Petani sampel adalah petani yang menerapkan penanaman padi sawah SRI
(System of Rice Intensification).
2. SRI (System of Rice Intensification) adalah teknik budidaya tanaman padi
yang mampu meningkatkan produktivitas padi dengan cara mengubah
pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara, terbukti telah berhasil
meningkatkan produktivitas padi sebesar 50% bahkan dibeberapa tempat
mencapai lebih dari 100%.
3. Umur sampel adalah usia petani sejak dilahirkan hingga saat penelitian
dilakukan yang dinyatakan dalam tahun.
4. Tingkat pendidikan sampel adalah pendidikan formal petani terakhir yang
pernah ditempuh.
5. Lamanya berusahatani adalah berapa lama petani telah bekerja sebagai
petani (tahun)
6. Jumlah tanggungan keluarga adalah semua anggota keluarga yang masih
menjadi beban tanggungan petani sampel.
7. Pendapatan bersih adalah selisih antara pendapatan kotor dengan
pengeluaran total usahatani.
8. Sikap positif adalah sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan,
9. Sikap negatif adalah sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan
penolakan atau tidak menyetujui terhadap program.
Batasan Operasional
1. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Pematang Setrak Kecamatan Teluk
Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Penelitian dilaksanakan pada bulan April s.d Mei 2013.
3. Sikap dalam penelitian ini adalah Sikap Petani terhadap penerapan SRI
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
Kondisi Geografis
Penelitian ini dilakukan di desa Pematang Setrak masuk dalam wilayah
Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai. Berjarak ± 7 Km arah
Barat Daya Kantor Camat Teluk Mengkudu, dengan batas – batas sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan : desa Pekan Sialang Buah
Sebelah Selatan berbatasan dengan : Perkebunan PT. SOCFINDO
Sebelah Barat berbatasan dengan : desa Liberia
Sebelah Timur berbatasan dengan : desa Pasar Baru
Desa Pematang Setrak berada pada ketinggian antara ± 150 m – 180 m
diatas permukaan laut.
Sebagian besar lahan yang ada di desa Pematang Setrak dimanfaatkan oleh
penduduk untuk kegiatan pertanian dan permukiman. Secara rinci pemanfaatan
lahan di desa Pematang Setrak dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :
Tabel 3. Luas Lahan Menurut Peruntukan di Desa Pematang Setrak No. Peruntukan Lahan Luas (Ha) Persentase
1 Persawahan 265 39,51 %
2 Tegal / Perladangan 103 15,35 %
3 Perkebunan 96,23 14,34 %
4 Perumahan / Permukiman 202,92 30,25 %
6 Perkantoran / Sarana Sosial
a. Kantor / Balai Desa
b. Puskesmas / Puskesdes
c.
q. Saluran Irigasi Tersier
r. Saluran Pembuangan
Sumber : Kantor Kepala Desa Pematang Setrak, 2012
Kondisi Demografis
Keadaan Penduduk
a. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah Kepala Keluarga
Distribusi jumlah penduduk berdasarkan jumlah kepala keluarga dapat
dilihat pada Tabel 4 :
Tabel 4. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah Kepala Keluarga di Desa Pematang Setrak, 2012.
Nama Wilayah Jumlah Penduduk (Jiwa)
Sumber : Kantor Kepala Desa Pematang Setrak, 2012
Dari tabel 4 dapat dilihat jumlah penduduk di desa Pematang Setrak
adalah 4.083 Jumlah penduduk yang terbesar terdapat pada dusun V yaitu 823
jiwa atau 216 kepala keluarga dengan persentase sebesar 20,99 %, dan jumlah
penduduk yang terkecil terdapat pada dusun IV yaitu 282 jiwa atau 79 kepala
keluarga dengan persentase sebesar 7,68 %.
b. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di desa Pematang
Tabel 5. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Pematang Setrak, Tahun 2012
Nama Wilayah
Jenis Kelamin (Jiwa) Jumlah Persentase (%) Laki laki Perempuan
Dusun I
Sumber : Kantor kepala Desa Pematang Setrak, 2012
Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk laki laki di desa
Pematang Setrak adalah sebanyak 2.043 jiwa dan perempuan sebanyak 2.039
jiwa, dengan jumlah penduduk sebesar 4.082 jiwa. Penduduk terbesar berdasarkan
jenis kelamin terdapat di dusun V dengan jumlah laki laki sebanyak 415 jiwa dan
jumlah perempuan sebesar 408 jiwa dengan total keseluruhan adalah 823 jiwa
atau sebesar 20,17 %. Dan jumlah penduduk yang terkecil menurut jenis kelamin
terdapat pada dusun IV dengan jumlah laki laki sebanyak 134 jiwa dan jumlah
perempuan 148 jiwa dengan total keseluruhan adalah 282 jiwa atau sebesar 6,91
c. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
Distribusi jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur di desa
Pematang Setrak dapat dilihat pada Tabel 6 :
Tabel 6. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Pematang Setrak, 2012
Nama Wilayah
Umur (Tahun) Jumlah
0 - 5 6-12 13-16 17-59 >60
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan kelompok
umur yaitu jumlah usia non produktif yaitu balita (kelompok umur 0 – 5 tahun)
sebesar 449 jiwa (12,22 %), anak anak (kelompok umur 6 – 12 tahun) sebesar 598
jiwa (14,65 %), dan remaja (kelompok umur 13 – 16 tahun) sebesar 486 jiwa
(11,91 %), jumlah usia produktif (kelompok umur 17 – 59 tahun) sebesar 2.237
jiwa (54,80 %), dan jumlah penduduk manula (kelompok umur 60 tahun keatas)
sebesar 262 jiwa (6,42 %). Hal ini menunjukkan bahwa penduduk desa Pematang
Setrak adalah tergolong produktif yaitu usia dimana orang memiliki nilai ekonomi
yang tinggi sehingga dapat menghasilkan barang dan jasa dengan tersedianya
d. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Distribusi jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di desa
Pematang Setrak dapat dilihat pada Tabel 7:
Tabel 7. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Pematang Setrak, 2012
Nama Wilayah
Tingkat Pendidikan Jumlah
TK SD SMP SMA D1 D3 S1
Sumber : Kantor Kepala Desa Pematang Setrak, 2012
Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan yang ditempuh oleh
penduduk di desa Pematang Setrak, masih terdapat penduduk dengan tingkat
pendidikan terbesar didominasi pada Sekolah Dasar yakni 1.594 jiwa (44,46 %)
dari jumlah keseluruhan. Sedangkan jumlah penduduk yang tingkat
pendidikannya perguruan tinggi berjumlah 79 jiwa (2,20 %). Dari jumlah
penduduk 4082 jiwa, 497 jiwa termasuk yang tidak tamat Sekolah Dasar serta
yang tidak/belum bersekolah. Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan di desa
e. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Penganut Agama
Distribusi jumlah penduduk berdasarkan penganut agama di desa
Pematang Setrak dapat dilihan dari Tabel 8 :
Tabel 8. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Penganut Agama di Desa Pematang Setrak, 2012
Agama Jumlah Persentase (%)
Islam
Sumber : Kantor Kepala Desa Pematang Setrak, 2012
Daritabel 8 dapat dilihat bahwa agama yang dianut oleh penduduk di desa
Pematang Setrak adalah agama Islam, Katolik, Protestan. Jumlah penduduk
berdasarkan penganut agama terbesar yaitu penganut agama Islam sebanyak 3.837
jiwa atau sebesar 94,00%, dan penganut agama terkecil yaitu penganut agama
Protestan sebanyak 107 jiwa atau sebesar 2,62%, di desa Pematang Setrak tidak
terdapat penganut agama Hindu dan agama Budha. Berdasarkan persentase
tersebut, hal ini menunjukkan penduduk desa Pematang Setrak mayoritas adalah
f. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Distribusi jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di desa
Pematang Setrak dapat dilihat pada Tabel 9 :
Tabel 9. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Pematang Setrak, 2012
Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)
Tani
Sumber : Kantor Kepala Desa Pematang Setrak, 2012
Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk bermata pencaharian
terbanyak di desa Pematang Setrak adalah sebagai tani sebanyak 743 jiwa
(37,83%), dan jumlah penduduk bermata pencaharian terkecil adalah sebagai
TNI/POLRI sebanyak 7 jiwa (0,36%). Dan dari jumlah penduduk 4.082 jiwa
g. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa
Distribusi jumlah penduduk berdasarkan suku bangsa di desa Pematang
Setrak dapat dilihat pada Tabel 10 :
Tabel 10. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa di Desa Pematang Setrak, 2012
Sumber : Kantor Kepala Desa Pematang Setrak, 2012
Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan suku
bangsa yang ada desa Pematang Setrak memiliki beragam suku atau ethnis, akan
tetapi desa Pematang Setrak termasuk desa yang aman, nyaman, dan cinta akan
perdamaian adapun suku yang berada di desa Pematang Setrak adalah suku Jawa,
Tapanuli/Mandailing sebanyak 287 jiwa (7,03%), suku Karo 11 jiwa (0,26%),
suku Toba sebanyak 241 jiwa (5,90%), suku Minang 25 jiwa (0,61%), suku
Melayu sebanyak 53 jiwa (1,29%), suku Banjar 142 jiwa (3,47%), suku Banten 30
jiwa (0,73%), suku Aceh 8 jiwa (0,19%), suku Arab 1 jiwa (0,02%), suku
Tionghoa 2 jiwa (0,05%). Berdasarkan persentase tersebut, menunjukkan bahwa
penduduk desa Pematang Setrak adalah mayoritas suku Jawa.
Sarana dan Prasarana
Di desa Pematang Setrak kabupaten Teluk Mengkudu telah terhubung
dengan daerah lain melalui jalan desa. Keadaan jalan desa secara umum cukup
baik, namun apabila musim hujan tiba di beberapa tempat mengalami kerusakan
jalan. Jalan beraspal sudah ada di desa.
Tabel 11. Prasarana Perhubungan Desa Pematang Setrak No. Jenis Prasarana Kuantitas /
Panjang
Keterangan
1 Jalan Kabupaten - Tidak Ada
2 Jalan Desa 8,5 Km Pengerasan
3 Jalan Dusun 18 Km 750 m Aspal dan 17 Km
Pengerasan
4 Jembatan 2 Unit Baik
Sumber : Kantor Kepala Desa Pematang Setrak, 2012
Sarana transportasi yang paling banyak digunakan warga masyarakat
adalah sepeda motor. Di desa Pematang Setrak belum ada sarana transportasi
umum seperti bus, mikrolet, atau sejenisnya.
Jaringan listrik dari PLN sudah tersedia, sehingga hampir semua rumah
kebutuhan rumah tangga lainnya. Beberapa rumah tangga bahkan semakin banyak
yang menggunakan pompa listrik untuk mengambil air sumur.
Di seluruh wilayah desa Pematang Setrak air bersih dapat diperoleh dari
sumur gali (sumur bor), sehingga masalah air bersih di desa Pematang Setrak
HASIL DAN PEMBAHASAN
System of Rice Intensification (SRI) di Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai
System of Rice Intensification (SRI) yang diterapkan petani di desa
Pematang Setrak sudah dilakukan dengan baik, tetapi penerapannya sedikit
berbeda dengan System of Rice Intensification (SRI) yang biasanya. Misalnya
dalam penggunaan pupuk. Pada System of Rice Intensification (SRI) seharusnya
tidak menggunakan pupuk kimia, melainkan hanya menggunakan pupuk organik
saja, tetapi para petani di desa Pematang Setrak masih menggunakan pupuk kimia.
Penyemaian bibit yang diterapkan di desa Pematang Setrak dilakukan pada saat
bibit berumur antara 8-15 hari dan penggunaan jarak tanam yang digunakan yaitu
30 x 30 cm. Untuk penggunaan air Sistem pengairan padi sawah System of Rice
Intensification (SRI) di desa Pematang Setrak petani hanya sedikit menggunakan
air. Air tidak sampai menggenangi sawah seperti pada umumnya, air hanya
digunakan untuk menjaga kelembaban tanah saja. Tetapi ± 1 bulan sebelum
panen, sawah diairi seperti sistem tradisional
Sikap Petani terhadap System of Rice Intensification (SRI) di Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai
Sikap petani terhadap System of Rice Intensification (SRI) di Desa
Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai
diperlihatkan oleh jawaban petani terhadap pernyataan-pernyataan yang diberikan.
Dari jawaban petani terhadap setiap pernyataan akan diperoleh distribusi
masing-masing jawaban), kemudian skor terhadap masing-masing pernyataan
dijumlahkan.
Interpretasi terhadap skor masing-masing responden dilakukan dengan
mengubah skor tersebut ke dalam skor standar yang mana dalam hal ini digunakan
Model Skala Likert (Skor T). Dengan mengubah skor pada skala sikap menjadi
skor T, menyebabkan skor ini mengikuti distribusi skor yang mempunyai mean
sebesar T = 50 dan standar deviasi S = 4.07 sehingga apabila skor standar ≥ 50,
berarti mempunyai sikap yang positif. Jika skor standar < 50, berarti mempunyai
sikap negatif. Sikap Petani terhadap System of Rice Intensification (SRI) di daerah
penelitian dapat dilihat pada Tabel 12 :
Tabel 12. Sikap Petani terhadap System of Rice Intensification (SRI) di Desa Pematang Setrak
No. Kategori Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. Positif 19 63,33
2. Negatif 11 36,67
Jumlah 30 100
Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 4)
Berdasarkan data pada Tabel 12 dapat diketahui bahwa dari 30 petani
sampel, jumlah petani yang menyatakan sikap positif sebanyak 19 orang (63,33%)
dan yang menyatakan sikap negatif sebanyak 11 orang (36,67%). Mayoritas sikap
petani sampel adalah positif sehingga, dapat dikatakan bahwa sikap petani
Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi terhadap Sikap Petani dalam Penerapan Padi Sawah System of Rice Intensification (SRI)
Setelah dilakukan analisis data menggunakan SPSS 16 dengan variable
independent (X) yang meliputi variabel umur, pendidikan, lamanya berusahatani,
jumlah tanggungan dan pendapatan dan sikap petani sebagai variable dependent
(Y). Maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :
= 46,260 – 0,135 X1 + 0,633 X2 + 0,181 X3 - 4,619 X4 + 3.608.000 X5 Dari persamaan di atas dijelaskan besar pengaruh umur, pendidikan,
lamanya berusahatani, jumlah tanggungan dan pendapatan terhadap sikap petani.
Nilai konstanta sebesar 46,260 merupakan titik potong regresi dengan sumbu
tegak Y. Koefisien regresi umur -0,135menyatakan bahwa setiap penurunan umur
petani sebesar 1 tahun maka akan menaikan nilai skor standar sebesar 0,135. Hal
ini berarti semakin muda umur petani akan menaikan jumlah skor standar yang
menggambarkan kecenderungan bersikap positif terhadap System of Rice
Intensification (SRI).
Koefisien pendidikan 0,633 menyatakan bahwa setiap kenaikan tingkat
pendidikan sebesar 1 tahun maka akan menaikan nilai skor standar sebesar 0,633. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka nilai skor standar
semakin tinggi, yang berarti petani akan bersikap positif terhadap System of Rice
Intensification (SRI).
Koefisien regresi lama berusahatani 0,181 menyatakan bahwa setiap
kenaikan lama berusahatani sebesar 1 tahun maka akan menaikan nilai skor
standar sebesar 0,181. Hal ini menggambarkan bertambahnya pengalaman bertani
Koefisien regresi pendapatan 59.590.000 menyatakan bahwa kenaikan
pendapatan petani sebesar Rp. 1 maka akan menaikan nilai skor standar sebesar
59.590.000. Hal ini menggambarkan kenaikan pendapatan akan membuat petani
bersikap positif terhadap System of Rice Intensification (SRI).
Koefisien determinasi (R square) dari hasil analisis adalah sebesar 0,320
atau 32%, yang berarti 32% variasi sikap petani mampu dijelaskan oleh variabel
umur, pendidikan, lama berusahatani, jumlah tanggungan dan pendapatan.
Sedangkan sisanya sebesar 68% mampu dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
diteliti.
Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis pengaruh variabel bebas yang terdiri dari : Umur
(X1), Pendidikan (X2), Lamanya Berusahatani (X3), Jumlah tanggungan (X4),
Pendapatan (X5) terhadap variabel terikat : Sikap Petani secara bersama – sama
menggunakan uji F (F test atau ANOVA).
Keputusan dan kesimpulan pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat secara simultan dapat ditentukan dengan kriteria uji hipotesis sebagai
berikut :
H0 : b1 = b2 = b3 = 0 , secara simultan variabel bebas (umur, pendidikan, lama
berusahatani, jumlah tanggungan, pendapatan) tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (sikap
petani)