• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Sikap Petani Dalam Penerapan Padi Sawah SRI (System of Rice Intensification)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Sikap Petani Dalam Penerapan Padi Sawah SRI (System of Rice Intensification)"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI

TERHADAP SIKAP PETANI DALAM PENERAPAN PADI

SAWAH System of Rice Intensification (SRI)

(Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai)

SKRIPSI

OLEH:

MHD.RULLYANDA AZMI

080309018

PKP

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI

TERHADAP SIKAP PETANI DALAM PENERAPAN

PADI SAWAH System of Rice Intensification (SRI)

(Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu,

Kabupaten Serdang Bedagai)

SKRIPSI Oleh :

MHD.RULLYANDA AZMI

080309018

PKP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing,

Ketua Anggota

(Ir. H.Hasman Hasyim, M.Si) (Ir.Lily Fauziah, M.Si) NIP. 195411111981031001 NIP. 196308221988032003

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

MHD.RULLYANDA AZMI : “Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Sikap Petani Dalam Penerapan Padi Sawah SRI (System of Rice Intensification)”, yang dibimbing oleh Bapak Ir.H. Hasman Hasyim, M.Si. dan Ibu Ir. Lily Fauziah, M.Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis sikap petani terhadap SRI (System of Rice Intensification) di daerah penelitian, untuk menganalisis pengaruh karakteristik sosial ekonomi petani (umur, pendidikan, jumlah tanggungan, lamanya berusahatani dan pendapatan) terhadap sikap petani dalam penerapan SRI (System of Rice Intensification), untuk mengetahui pengaruh bantuan pemerintah terhadap sikap petani dalam penerapan SRI (System of Rice Intensification).

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan skala likert dan analisis regresi linier berganda. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Penelitian dilakukan pada bulan April s.d Mei 2013 di desa Pematang Setrak, kecamatan Teluk Mengkudu, kabupaten Serdang Bedagai.

Hasil penelitian di peroleh bahwa dari 30 petani sampel, jumlah petani yang menyatakan sikap positif sebanyak 19 orang (63,33%), dan yang menyatakan sikap negatif sebanyak 11 orang (36,67%). Dan berdasarkan hasil regresi linier berganda, umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, dan jumlah tanggungan secara bersama- sama tidak berpengaruh nyata terhadap sikap petani. Akan tetapi secara parsial variabel pendapatan berpengaruh nyata terhadap sikap petani di daerah penelitian.

(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Mhd. Rullyanda Azmi lahir di Binjai 27 Januari 1990 dari Bapak Chairul

Azwar dan Ibu Yusmaniar. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.

Penulis mengikuti pendidikan sebagai berikut:

1. Sekolah dasar di SDN 112198 Perkebunan Pangkatan, masuk tahun 1997

dan lulus tahun 2002.

2. Sekolah Menengah Pertama di SMP Swasta PGRI 19 Lohsari, masuk

tahun 2002 dan lulus tahun 2005.

3. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 9 Medan, masuk tahun 2005 dan

lulus tahun 2008.

4. Tahun 2008 masuk di Departemen Agribisnis jurusan Penyuluhan dan

Komunikasi Pertanian FP USU melalui jalur UMB.

5. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Juli 2012 di

desa Silo Baru, kecamatan Air Joman, kabupaten Asahan.

6. Melaksanakan penelitian pada bulan April sampai dengan bulan Mei 2013

di desa Pematang Setrak, kecamatan Teluk Mengkudu, kabupaten Serdang

Bedagai.

7. Selama mengikuti perkuliahan penulis mengikuti organisasi Ikatan

Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) USU, Badan Kenaziran

Mushola (BKM) Al-Mukhlisin FP USU, Forum Silaturahmi Mahasiswa

Muslim Sosial Ekonomi Pertanian (FSMM-SEP) USU dan menjadi asisten

praktikum Koperasi Pertanian dan praktikum Penyusunan Program

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, hidayah, dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Sikap Petani Dalam Penerapan Padi Sawah SRI (System of Rice Intensification)”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini

tidak akan berhasil tanpa dukungan, motivasi, bimbingan, pengarahan, serta

kritikan membangun yang disampaikan kepada penulis. Untuk itu dalam

kesempatan ini dengan setulus hati, penulis mengucapkan terima kasih yang

setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Ir.H.Hasman Hasyim, M.Si selaku ketua pembimbing skripsi, yang

mana telah banyak membimbing, mengarahkan, dan memotivasi agar

skripsi ini lebih cepat selesai.

2. Ibu Ir. Lily Fauziah, M.Si selaku anggota pembimbing skripsi, yang mana

telah banyak membimbing, mengarahkan dan memotivasi sehingga skripsi

ini cepat selesai.

3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis FP USU

dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku sekretaris Program

Studi Agribisnis FP USU.

4. Para dosen, staf pegawai Program Studi Agribisnis FP USU.

5. Ketua Gapoktan desa Pematang Setrak dan seluruh Instansi yang terkait

dengan penelitian ini yang membantu penulis dalam memperoleh data –

(6)

Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis ucapkan kepada

ayahanda tercinta Chairul Azwar dan ibunda Yusmaniar serta kakak dan abang

tercinta Nadia Wulanda Sari dan Nanda Yuchairan, atas kasih sayang,

keikhlasan, doa serta dukungan moril kepada penulis selama menjalani

pendidikan sampai saat ini.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Wiwied Hartanti SP yang telah

memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis, serta kepada teman-teman

Stambuk 2008 kepada Farwah Inal Abdi SP, Arif Maulana SP, Amiruddin

Panjaitan SP, Muhammad Fachri SP, Alfan Bachtar SP, Tumpak Manik SP, Deni

Kurniawan SP, Asni SP, Yani Harahap SP, Silvira SP, Rofiqoh Ahmad SP yang

telah banyak membantu dan memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga segala kebaikan mereka dibalas Allah SWT dengan pahala yang

berlipat ganda. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, untuk itu penulis menerima kritik, saran, dan masukan semua

pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini

bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Medan, Juli 2013

(7)

DAFTAR ISI

Karakteristik Sosial Ekonomi Petani. ... 17

Kerangka Pemikiran ... 20

Hipotesis Penelitian ... 22

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 23

Metode Penentuan Sampel ... 23

Metode Pengumpulan Data ... 24

Metode Analisis Data.. ... 25

Definisi dan Batasan Operasional ... 30

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis ... 32

Penggunaan Lahan ... 32

(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN

System of Rice Intensification (SRI) di Desa Pematang Setrak, Kecamatan

Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai. ... 41 Sikap Petani Terhadap System of Rice Intensification (SRI) ... 41 Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Sikap Petani ... 43

Pengaruh Umur dengan Sikap Petani terhadap System of Rice

Intensification (SRI) ... 45 Pengaruh Tingkat Pendidikan dengan Sikap Petani terhadap System of Rice Intensification (SRI) ... 46 Pengaruh Lamanya Berusahatani dengan Sikap Petani terhadap System of Rice Intensification (SRI) ... 47 Pengaruh Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Sikap Petani terhadap

System of Rice Intensification (SRI) ... 47 Pengaruh Tingkat Pendapatan dengan Sikap Petani terhadap System of Rice Intensification (SRI) . ... 48 Pengaruh Bantuan Pemerintah terhadap Sikap Petani ... 49

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 53 Saran ... 54

(9)

DAFTAR TABEL

No Keterangan Halaman

1. Kelompok Tani, Jumlah Anggota, Luas Lahan, Luas

Lahan SRI di desa Pematang Setrak 24

2. Pernyataan Positif dan Pernyataan Negatif 25

3. Luas Lahan Menurut Peruntukan di desa Pematang

Setrak 32

4. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah

Kepala Keluarga di desa Pematang Setrak, 2012. 33

5. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis

Kelamin di desa Pematang Setrak, Tahun 2012 34

6. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok

Umur di desa Pematang Setrak, 2012 35

7. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat

Pendidikan di desa Pematang Setrak, 2012 36

8. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Penganut

Agama di desa Pematang Setrak, 2012 37

9. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata

Pencaharian di desa Pematang Setrak, 2012 38

10. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

di desa Pematang Setrak, 2012 38

11. Prasarana Perhubungan di desa Pematang Setrak 39

12. Sikap Petani terhadap System of Rice Intensification

(SRI) di desa Pematang Setrak 42

13.

14.

Bantuan Input Produksi dari Pemerintah

Pelaksanaan System of Rice Intensification (SRI) di Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai

49

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

1. Skema Kerangka Pemikiran Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi terhadap Sikap Petani dalam Penerapan Padi Sawah System of

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1. Karakteristik Petani Sampel di desa Pematang Setrak

2. Pernyataan Positif dan Pernyataan Negatif Sikap Petani Terhadap System of Rice Intensification (SRI) di desa Pematang Setrak

3.

4.

Frekuensi Jawaban Pernyataan Sikap

Skor Sikap dan Interpretasinya

5. Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Sikap

6.

7.

Total Nilai Skala Kategori Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Sikap

(12)

ABSTRAK

MHD.RULLYANDA AZMI : “Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Sikap Petani Dalam Penerapan Padi Sawah SRI (System of Rice Intensification)”, yang dibimbing oleh Bapak Ir.H. Hasman Hasyim, M.Si. dan Ibu Ir. Lily Fauziah, M.Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis sikap petani terhadap SRI (System of Rice Intensification) di daerah penelitian, untuk menganalisis pengaruh karakteristik sosial ekonomi petani (umur, pendidikan, jumlah tanggungan, lamanya berusahatani dan pendapatan) terhadap sikap petani dalam penerapan SRI (System of Rice Intensification), untuk mengetahui pengaruh bantuan pemerintah terhadap sikap petani dalam penerapan SRI (System of Rice Intensification).

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan skala likert dan analisis regresi linier berganda. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Penelitian dilakukan pada bulan April s.d Mei 2013 di desa Pematang Setrak, kecamatan Teluk Mengkudu, kabupaten Serdang Bedagai.

Hasil penelitian di peroleh bahwa dari 30 petani sampel, jumlah petani yang menyatakan sikap positif sebanyak 19 orang (63,33%), dan yang menyatakan sikap negatif sebanyak 11 orang (36,67%). Dan berdasarkan hasil regresi linier berganda, umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, dan jumlah tanggungan secara bersama- sama tidak berpengaruh nyata terhadap sikap petani. Akan tetapi secara parsial variabel pendapatan berpengaruh nyata terhadap sikap petani di daerah penelitian.

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara pertanian yang artinya pertanian memegang

peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat

ditunjukkan dari banyaknya penduduk dan tenaga kerja yang hidup atau bekerja

dari sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian

(Mubyarto, 1994).

Sejarah dunia pertanian mengalami lompatan yang sangat berarti, dari

pertanian tradisional menuju pertanian modern. Para petani dan masyarakat umum

terpana dengan kemajuan yang berhasil dicapai oleh pertanian modern. Tingginya

produktivitas tanaman berkat adanya benih unggul, suburnya tanaman berkat

penggunaan pupuk dan terbasminya hama penyakit tanaman berkat keampuhan

pestisida sudah menempatkan manusia sebagai pemenang dalam pergulatannya

melawan alam (Andoko, 2010).

Namun ternyata dalam posisinya sebagai pemenang tersebut manusia

akhirnya menjadi kurang bijaksana. Tidak disadari bahwa dengan penguasaan

teknologi pertanian tersebut, akhirnya mereka pun menjadi tidak bersahabat lagi

dengan alam. Alam yang menjadi tempat tinggal manusia sudah dilupakan dan

diabaikan kelestariannya oleh ulah kecerobohan manusia. Padahal dari alam inilah

manusia mendapatkan segalanya untuk keperluan hidupnya. Akibat eksploitasi

tersebut alam kemudian kehilangan keseimbangan yang akhirnya berdampak

(14)

kembali ke hubungan harmonis manusia dengan alam demi kelangsungan hidup

manusia (Andoko, 2010).

System of Rice Intensification (SRI) merupakan salah satu metode

penanaman dari beberapa metode penanaman padi sawah yang ada di Indonesia.

System of Rice Intensification (SRI) adalah teknik budidaya tanaman padi yang

mampu meningkatkan produktivitas padi dengan cara mengubah pengelolaan

tanaman, tanah, air dan unsur hara, terbukti telah berhasil meningkatkan

produktivitas padi sebesar 50% bahkan dibeberapa tempat mencapai lebih dari

100% (Mutakin, 2005).

Metode ini pertama kali ditemukan secara tidak disengaja di Madagaskar

antara tahun 1983 -1984 oleh Fr. Henri de Laulanie, SJ, seorang Pastor Jesuit asal

Prancis yang lebih dari 30 tahun hidup bersama petani-petani di sana. Oleh

penemunya, metodologi ini selanjutnya dalam bahasa Prancis dinamakan

Ie Systme de Riziculture Intensive disingkat SRI. Dalam bahasa Inggris populer

dengan nama System of Rice Intensification disingkat SRI. Tahun 1990 dibentuk

Association Tefy Saina (ATS), sebuah LSM Malagasy untuk memperkenalkan

SRI. Empat tahun kemudian, Cornell International Institution for Food,

Agriculture and Development (CIIFAD), mulai bekerja sama dengan Tefy Saina

untuk memperkenalkan SRI di sekitar Ranomafana National Park di Madagaskar

Timur, didukung oleh US Agency for International Development. SRI telah diuji

di Cina, India, Indonesia, Filipina, Sri Langka, dan Bangladesh dengan hasil yang

positif.

SRI menjadi terkenal di dunia melalui upaya dari Norman Uphoff

(15)

Indonesia yang merupakan kesempatan pertama SRI dilaksanakan di luar

Madagaskar. Hasil metode SRI sangat memuaskan, di Madagaskar, pada beberapa

tanah tak subur yang produksi normalnya 2 ton/ha, petani yang menggunakan SRI

memperoleh hasil panen lebih dari 8 ton/ha, beberapa petani memperoleh 10 – 15

ton/ha, bahkan ada yang mencapai 20 ton/ha. Metode SRI minimal menghasilkan

panen dua kali lipat dibandingkan metode yang biasa dipakai petani. Hanya saja

diperlukan pikiran yang terbuka untuk menerima metode baru dan kemauan untuk

bereksperimen. Dalam SRI tanaman diperlakukan sebagai organisme hidup

sebagaimana mestinya, bukan diperlakukan seperti mesin yang dapat

dimanipulasi. Semua unsur potensi dalam tanaman padi dikembangkan dengan

cara memberikan kondisi yang sesuai dengan pertumbuhannya.

Pola tanam padi model SRI adalah cara bertanam padi kembali ke alam.

Artinya, petani tidak lagi menggunakan pupuk kimia, tapi memanfaatkan jerami,

sekam, pohon pisang, pupuk kandang yang diolah untuk pupuk tanahnya. Lalu

bibit yang disemai tidak lagi 20 hari, melainkan 7 hari tempat persemaian

sederhana seperti memanfaatkan besek kecil (Mutakin, 2005).

Desa Pematang Setrak merupakan salah satu desa yang ada di Provinsi

Sumatera Utara, tepatnya di Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang

Bedagai. Masyarakat di desa Pematang Setrak rata-rata memiliki mata

pencaharian sebagai petani padi sawah. Petani padi sawah di desa Pematang

Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai berjumlah 600

orang, yang terdiri dari 8 kelompok tani. Sistem penanaman padi sawah di desa

Pematang Setrak sudah menerapkan System of Rice Intensification (SRI). System

(16)

beberapa daerah saja yang sudah menerapkan sistem penanaman ini. Untuk

mengetahui hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi sikap petani agar tertarik

menerapkan sistem ini, maka dilakukan penelitian di desa Pematang Setrak,

Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai dengan judul

penelitian Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Sikap Petani Dalam

Penerapan Padi Sawah System of Rice Intensification (SRI).

Identifikasi Masalah

Dalam penelitian ini masalah-masalah yang akan diteliti adalah :

1. Bagaimana sikap petani terhadap SRI (System of Rice Intensification) ?

2. Bagaimana pengaruh karakteristik sosial ekonomi petani (umur, pendidikan,

jumlah tanggungan, lamanya berusahatani dan pendapatan) terhadap sikap

petani dalam penerapan SRI (System of Rice Intensification) ?

3. Apakah bantuan pemerintah berpengaruh terhadap sikap petani dalam

penerapan SRI (System of Rice Intensification) ?

Tujuan Penelitian

Ada pun tujuan penelitian adalah :

1. Untuk menganalisis sikap petani terhadap SRI (System of Rice Intensification)

di daerah penelitian.

2. Untuk menganalisis pengaruh karakteristik sosial ekonomi petani (umur,

pendidikan, lamanya berusahatani, jumlah tanggungan dan pendapatan)

terhadap sikap petani dalam penerapan SRI (System of Rice Intensification).

3. Untuk mengetahui pengaruh bantuan pemerintah terhadap sikap petani dalam

(17)

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah maupun lembaga lainnya dalam

mengambil kebijakan untuk menyusun program pertanian di masa mendatang.

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang terkait dan yang

membutuhkan, penelitian ini menambah pengetahuan dan wawasan peneliti

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Padi Sawah

Salah satu bahan pangan nasional adalah padi. Padi merupakan makanan

pokok masyarakat Indonesia dan sebagai tulang punggung perekonomian Bangsa

Indonesia (Budianto, 2002).

Tanaman padi merupakan tanaman semusim, termasuk golongan

rumput-rumputan dengan klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub division : Angiospermae

Class : Monocotyledoneae

Genus : Oriza Linn

Family : Gramineae

Species : Oryza sativa L.

(AAK, 1990).

Akar pertama yang timbul dari radikula tidaklah lama hidupnya, dalam

beberapa hari akar pertama itu akan mati dan fungsinya sebagai penyerap air

untuk kebutuhan kecambah, diambil alih oleh akar-akar yang bermunculan pada

buku-buku batang kecambah yang terbawah dari batang kecambah

(19)

Akar tanaman padi memiliki sistem perakaran serabut. Ada dua macam

akar, yaitu :

1. Akar seminal yang tumbuh dari akar primer radikula sewaktu berkecambah

dan bersifat sementara

2. Akar adventif sekunder yang bercabang dan tumbuh dari buku batang muda

bagian bawah. Akar adventif tersebut menggantikan akar seminal. Akar ini

disebut adventif/buku, karena tumbuh dari bagian tanaman yang bukan embrio

atau karena munculnya bukan dari akar yang tumbuh sebelumnya

(Anonim, 2010).

Batang padi terdiri dari susunan beberapa ruas. Tiap-tiap dimulai dan

diakhiri dengan buku. Pada setiap buku nampaklah satu mata atau sukma. Letak

mata itu pada batang tanaman adalah silih berganti. Fungsi mata ini adalah

penting karena setiap mata yang tampak pada batang akan menghasilkan satu

anakan. Anakan muncul pada batang utama dalam urutan yang bergantian.

Anakan primer tumbuh dari buku terbawah dan muncul anakan sekunder. Anakan

ini pada gilirannya akan menghasilkan anakan tersier (Siregar, 1981).

Daun kelopak pada daun pelepah yang terpanjang yaitu daun pelepah yang

disebut daun bendera (Flag-leaf). Tepat dimana daun pelepah teratas menjadi

ligulae dan daun bendera daun tanaman padi tumbuh pada batang dalam susunan

yang berselang saling terdapat satu daun pada tiap buku. Tiap daun terdiri atas :

1. Helaian daun yang menempel pada buku melalui pelepah daun

2. Pelepah daun yang membungkus ruas diatasnya dan kadang-kadang pelepah

daun dan helaian daun ruas berikutnya.

(20)

4. Lidah daun (ligula) yaitu struktur segitiga tipis tepat diatas telinga daun.

5. Daun bendera adalah daun teratas dibawah malai (Anonim, 2010).

Malai adalah suatu malai bunga determinit, yaitu bunga terletak pada

bagian ujung tajuk. Panjang malai dan bagian ruas teratas diatas pelepah daun

bendera menentukan pemanjangan malai. Pemanjangan malai berbeda untuk

setiap varietas padi, dan kondisi lingkungan dapat mengubah tingkat

pemanjangannya.

Sebuah bulir adalah bagian malai bunga, dan terdiri atas dua lemma steril,

rakhilla dan floret. Rakhilla adalah sumbu kecil antara sekam rudimenter dan

floret fertile. Floret meliputi lemma, palea dan bunga, yaitu :

1. Lemma yaitu bagian floret yang berurat lima dan keras yang sebagian

menutupi palea. Ia memiliki satu ekor, suatu pemanjangan filiform pada

panjang yang berlainan dari urat tengah lemma.

2. Palea yaitu bagian floret yang berurat tiga yang keras dan sangat pas dengan

lemma. Ia sama dengan lemma hanya lebih sempit.

3. Bunga terdiri atas 6 benang sari dan sebuah putik. Enam benang sari tersusun

atas dua kelompok kepala sari yang tumbuh pada tangkai benang sari. Putik

mengandung satu bakal biji.

Buahnya seperti buah batu (keras) dan terjurai pada tangkai. Setelah tua,

warna hijau akan menjadi kuning. Bijinya keras, berbentuk bulat telur, ada yang

berwarna putih atau merah. Butir-butir padi yang sudah lepas dari tangkainya

disebut gabah, dan yang sudah dibuang kulit luarnya disebut beras. Bila beras ini

dimasak, maka namanya menjadi nasi, yang merupakan bahan makanan utama

(21)

Tanaman padi dapat hidup dengan baik di daerah yang berhawa panas dan

banyak mengandung uap air. Dengan kata lain padi dapat hidup baik di daerah

beriklim panas yang lembab. Pengertian ini mencakup curah hujan, temperatur,

ketinggian tempat, sinar matahari, angin dan musim.

Curah hujan yang dikehendaki pertahun sekitar 1500-2000 mm. Tanaman

padi dapat tumbuh dengan baik pada suhu 230C keatas. Sedangkan di Indonesia

pengaruh suhu tidak terasa, sebab suhunya hampir konstan sepanjang tahun.

Ketinggian tempat untuk tanaman padi adalah 0-65 m diatas permukaan laut.

Tanaman padi memerlukan sinar matahari. Hal ini sesuai dangan syarat

tumbuh tanaman padi yang hanya dapat hidup didaerah berhawa panas. Angin

juga memberi pengaruh positif dalam proses penyerbukan dan pembuahan.

Musim berhubungan erat dengan hujan yang berperan dalam penyediaan air dan

hujan dapat berpengaruh terhadap pembentukan buah sehingga sering terjadi

bahwa penanaman padi pada musim kemarau mendapat hasil yang lebih tinggi

daripada penanaman padi pada musim hujan dengan catatan apabila pengairan

baik (AAK, 1990).

SRI mengembangkan praktek pengelolaan padi yang memperhatikan

kondisi pertumbuhan tanaman yang lebih baik, terutama di zona perakaran

dibandingkan teknik budidaya cara tradisional. Pada mulanya, praktek penerapan

SRI seperti “melawan arus”. SRI menentang asumsi dan praktek yang selama

ratusan tahun telah dilakukan. Kebanyakan petani padi menanam bibit yang telah

matang (umur 20-30 hari), dalam bentuk rumpun, secara serentak, dengan

penggenangan air di sawah seoptimal mungkin di sepanjang musim. Masuk akal

(22)

penanaman dalam bentuk rumpun akan menjamin beberapa tanaman tetap hidup

saat pindah tanam dan penanaman dalam air yang menggenang menjamin

kecukupan air dan gulma sulit tumbuh (Berkelaar, 2008).

Terlepas dari alasan tersebut, para petani yang menerapkan metode SRI

belum menemukan resiko yang lebih besar daripada metode tradisional.

Ada 6 penemuan kunci penerapan SRI :

1. Bibit transplantasi lebih awal

Bibit padi di transplantasi saat dua daun telah muncul pada batang muda,

biasanya saat berumur 8-15 hari. Benih harus disemai pada petakan khusus

dengan menjaga tanah tetap lembab dan tidak tergenang air. Saat transplantasi

dari petak semaian, harus hati-hati serta dijaga tetap lembab. Bibit harus

ditransplantasikan secepat mungkin setelah dipindahkan dari persemaian. Saat

menanam benih disawah, benamkan benih dalam posisi horizontal agar

ujung-ujung akar tidak menghadap keatas. Ujung akar membutuhkan keleluasaan untuk

tumbuh kebawah. Transplantasi saat bibit masih muda secara hati-hati dapat

mengurangi guncangan dan meningkatkan kemampuan tanaman dalam

memproduksi batang dan akar selama tahap pertumbuhan vegetatif. Bulir padi

dapat muncul pada malai.

2. Bibit ditanam satu per satu

Bibit ditanam satu per satu, tidak secara berumpun, yang terdiri dari dua

atau tiga tanaman. Ini di maksudkan agar tanaman memiliki ruang untuk

menyebar dan memperdalam perakaran. Sehingga tanaman tidak bersaing terlalu

(23)

3. Jarak tanam

Dibandingkan dengan baris yang sempit, bibit lebih baik di tanam dalam

pola luasan yang cukup luas dari segala arah. Ada beberapa ukuran jarak tanam

pada SRI, yaitu : 25 cm x 25 cm, 30 cm x 30 cm dan 35 cm x 35 cm.

Untuk membuat jarak tanam yang tepat, petani dapat meletakkan

tongkat-tongkat dipinggir sawah, lalu diantaranya diikatkan tali melintas sawah. Tali

diberi tanda interval yang sama, sehingga dapat menanam dalam pola segi empat.

Dengan jarak tanam yang lebar ini, memberi kemungkinan lebih besar kepada

akar untuk tumbuh leluasa, tanaman juga akan menyerap lebih banyak sinar

matahari, udara dan nutrisi.

4. Kondisi tanah

Secara tradisional penanaman padi biasanya selalu digenangi air. Namun,

sebenarnya air yang menggenang membuat sawah menjadi kekurangan oksigen

bagi akar dan tidak ideal untuk pertumbuhan. Akar padi akan mengalami

penurunan bila sawah digenangi air, hingga mencapai ¾ total akar saat tanaman

mencapai masa berbunga.

Dengan SRI, petani hanya memakai ½ dari kebutuhan air pada sistem

tradisional yang biasa menggenangi tanaman padi. Tanah cukup dijaga tetap

lembab selama tahap vegetatif, untuk memungkinkan lebih banyak oksigen bagi

pertumbuhan akar. Kondisi tidak tergenang yang dikombinasikan dengan

pendangiran mekanis, akan menghasilkan lebih banyak udara masuk kedalam

tanah dan akar berkembang lebih besar sehingga dapat menyerap nutrisi lebih

(24)

Pada tanaman padi sawah yang tergenang air, di akar padi akan terbentuk

kantung udara yang berfungsi untuk menyalurkan oksigen. Namun, karena

kantung udara ini mengambil 30-40 % korteks akar, maka dapat berpotensi

menghentikan penyaluran nutrisi dari akar ke seluruh bagian tanaman.

Penggenangan dapat dilakukan sebelum pendangiran untuk mempermudah

pendangiran. Selain itu penggenangan air paling baik dilakukan pada sore hari,

sehingga air yang berada di permukaan mulai mengering keesokan harinya.

Perlakuan ini membuat sawah mampu untuk menyerap udara dan tetap hangat

sepanjang hari. Sebaliknya sawah yang di genangi air justru akan memantulkan

kembali radiasi matahari yang berguna, dan hanya sedikit menyerap panas yang

diperlukan dalam pertumbuhan tanaman. Dengan SRI, kondisi tak tergenangi

hanya dipertahankan selama pertumbuhan vegetatif. Selanjutnya setelah

pembungaan, sawah digenangi air 1-3 cm seperti yang diterapkan di praktek

tradisional. Petak sawah diairi secara tuntas mulai 25 hari sebelum panen.

5. Pendangiran

Pendangiran adalah usaha menggemburkan tanah disekitar tanaman untuk

memperbaiki struktur tanah yang berguna untuk perkembangan tanaman.

Pendangiran dapat dilakukan dengan tangan atau alat sederhana. Para petani di

Madagaskar beruntung setelah menggunakan alat pendangiran yang

dikembangkan oleh International Rice Research Institute sejak tahun 1960an,

yang mampu mengurangi tenaga kerja dan meningkatkan hasil panen. Alat ini

mempunyai roda putar bergerigi yang berfungsi untuk mengaduk tanah saat

(25)

Pendangiran pertama dilakukan 10 atau 12 hari setelah transplantasi dan

pendangiran ke dua setelah 14 hari. Minimal disarankan 2-3 kali pendangiran,

namun jika ditambah sekali atau dua kali lagi akan mampu meningkatkan hasil

hingga satu atau 2 ton/ha. Hal ini disebabkan karena tidak hanya sekedar

membersihkan gulma, tetapi pengadukan tanah dapat memperbaiki struktur dan

meningkatkan aerasi tanah.

6. Asupan organik

Awalnya SRI dikembangkan dengan menggunakan pupuk kimia untuk

meningkatkan hasil panen pada tanah-tanah tandus di Madagaskar. Tetapi saat

subsidi pupuk dicabut pada akhir tahun 1980an, petani disarankan untuk

menggunakan kompos, dan ternyata hasilnya lebih bagus. Kompos dapat dibuat

dari macam-macam sisa tanaman, seperti jerami, serasah tanaman dan dari bahan

tanaman lainnya, dengan tambahan pupuk kandang bila ada. Daun pisang bisa

menambah unsur potassium, daun tanaman kacang-kacangan dapat menambah

unsur N. Kompos menambah nutrisi tanah secara perlahan-lahan dapat

memperbaiki struktur tanah (Berkelaar, 2008).

Landasan Teori Sikap

Sikap adalah determinan perilaku, karena mereka berkaitan dengan

persepsi, kepribadian, dan motivasi. Sebuah sikap merupakan suatu keadaan siap

mental, yang dipelajari dan diorganisasi menurut pengalaman, dan yang

menyebabkan timbulnya pengaruh khusus atas reaksi seseorang terhadap

(26)

tersebut tentang sikap menimbulkan implikasi-implikasi tertentu bagi seseorang

(Winardi, 2004).

Sikap lebih dipandang sebagai hasil belajar daripada sebagai hasil

perkembangan atau sesuatu yang diturunkan. Ini berarti bahwa sikap diperoleh

melalui interaksi dengan objek sosial atau peristiwa sosial. Sebagai hasil belajar,

sikap dapat diubah, diacuhkan, atau dikembalikan seperti semula, walaupun

memerlukan waktu yang cukup lama. Berdasarkan pandangan ini, maka sikap

sebenarnya merupakan produk dari hasil interaksi. Pandangan ini lebih bersifat

humanistik dimana kebebasan seseorang dapat ditentukan berdasarkan kondisi

lingkungan yang sedang berlaku saat itu (Mar’at, 1984).

Sikap seseorang terhadap suatu objek selalu berperan sebagai perantara

antara responnya dan objek yang bersangkutan. Respon diklasifikasikan dalam

tiga macam yaitu, respon kognitif (respon perseptual dan pernyataan mengenai

apa yang diyakini), respon afektif (respon syaraf simpatetik dan pernyataan

afeksi), serta respon perilaku atau konatif (respon berupa tindakan dan pernyataan

mengenai perilaku). Dengan melihat salah satu saja diantara ketiga bentuk respon

tersebut sikap seseorang sudah dapat diketahui. Walaupun begitu, deskripsi

lengkap mengenai sikap individu tentu harus diperoleh dengan melihat ketiga

macam respon secara lengkap (Azwar, 2007).

Sikap-sikap individu mungkin mengandung “surplus” nilai instrumental

baginya. Ia mengembangkan sikapnya sebagai tanggapan terhadap situasi

masalah, yakni dalam mencoba memenuhi keinginan khusus. Sejauh

sikap-sikapnya merupakan sistem yang bertahan (lestari), maka sikap tersebut tetap

(27)

masalah yang berbeda, yakni untuk memenuhi sejumlah keinginan yang berlainan

(Krech, dkk., 1996).

Menurut Ahmadi (1999), disamping pembagian sikap atas sosial dan

individual, sikap dapat pula dibedakan sebagai berikut :

1. Sikap Positif

Sikap positif yaitu sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan,

menerima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan norma-norma yang

berlaku dimana individu itu berada.

2. Sikap Negatif

Sikap negatif yaitu sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan

penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana

individu itu berada.

Sikap mempunyai arah, artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan

yaitu, apakah setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung,

apakah memihak atau tidak memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai

objek. Orang yang setuju, mendukung atau memihak terhadap suatu objek sikap

berarti memiliki sikap yang arahnya positif. Sebaliknya, mereka yang tidak setuju

atau tidak mendukung dikatakan sebagai memiliki sikap yang arahnya negatif

(Azwar, 2007).

Skala Likert

Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku

manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran

(measurement) sikap. Pengungkapan sikap dengan menggunakan skala sikap

(28)

dikarenakan selain praktis, skala sikap yang dirancang dengan baik pada

umumnya memiliki reliabilitas yang memuaskan. Skala sikap berwujud kumpulan

pernyataan-pernyataan sikap yang ditulis, disusun, dan dianalisis sedemikian rupa

sehingga respon seseorang terhadap pernyataan tersebut dapat diberi angka (skor)

dan kemudian dapat diinterpretasikan (Azwar, 2007).

Menurut Suryabrata (2002), Skala Likert tergolong skala untuk orang,

pada rancangan dasarnya untuk mengukur sikap. Berkenaan dengan pengukuran

sikap, maka ada dua hal yang selalu harus diingat mengenai sikap yaitu sebagai

berikut.

1. Sikap selalu mempunyai objek, objek sikap yaitu sesuatu yang menjadi

sasaran sikap.

2. Sikap itu digambarkan dalam satu kontinum dari negatif, lewat daerah netral

ke positif.

Menurut Azwar (2007), metode rating yang dijumlahkan populer dengan

nama penskalaan Model Likert, merupakan metode penskalaan pernyataan sikap

yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya.

Prosedur penskalaan dengan Metode Likert didasari oleh dua asumsi yaitu

sebagai berikut :

1. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai termasuk

pernyataan yang favorable (disukai) atau pernyataan yang nonfavorable

(tak disukai).

2. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus

diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan

(29)

Untuk melakukan penskalaan dengan metode ini, sejumlah pernyataan

telah ditulis berdasarkan kaidah penulisan pernyataan dan didasarkan pada

rancangan skala yang ditetapkan. Responden akan diminta untuk menyatakan

kesetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap isi pernyataan dalam lima macam

kategori jawaban yaitu, “sangat tidak setuju” (STS), “tidak setuju” (TS), “tidak

dapat menentukan” atau “ragu-ragu” (R), “setuju” (S), dan “sangat setuju” (SS).

Salah satu skor standar yang biasanya digunakan dalam skala Model Likert

adalah skor T, yaitu :

Keterangan :

T = skor standar

X = skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T

X = mean skor kelompok

S = deviasi standar kelompok

(Azwar, 2007).

Karakteristik Sosial Ekonomi Petani

Karakteristik sosial ekonomi petani yang dapat mempengaruhi sikap

petani terhadap sistem tanam SRI di Desa Pematang Setrak, kecamatan Teluk

Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai yang di teliti yaitu : umur, pendidikan,

(30)

1. Umur

Petani yang memiliki umur yang semakin tua (> 50 tahun) biasanya makin

lamban dalam mengadopsi ilmu baru atau inovasi baru yang dijelaskan penyuluh

dan cenderung hanya melakukan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa diterapkan

oleh masyarakat setempat.

Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut.

Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin

turun pula prestasinya. Namun, dalam hal tanggung jawab semakin tua umur

tenaga kerja tidak akan berpengaruh karena justru semakin berpengalaman

(Suratiyah, 2009).

2. Pendidikan

Pendidikan merupakan sarana belajar yang menanamkan pengertian sikap

yang menguntungkan menuju penggunaan praktek-praktek pertanian yang lebih

modern. Mereka yang berpendidikan tinggi akan lebih cepat menerapkan

teknologi dan melaksanakan proses adopsi (Soekartawi, 1988).

Menurut Hasyim (2006), tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani

akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani

menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya.

Pendidikan merupakan sarana belajar, yang menanamkan pengertian sikap

yang menguntungkan menuju pembangunan praktek pertanian yang lebih modern.

Mereka yang berpendidikan tinggi adalah yang relatif lebih cepat dalam

melaksanakan adopsi. Begitu pula sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah,

(31)

3. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan merupakan beban yang harus dipikul atau ditanggung

oleh petani dalam keluarga, seperti menurut Lubis (2000). Maksud dari jumlah

tanggungan disini adalah berapa banyak beban tanggungan petani dalam satuan

jiwa.

Menurut Hasyim (2006), jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu

faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi

kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani

untuk melakukan banyak aktivitas terutama dalam mencari dan menambah

pendapatan keluarganya.

Jumlah tanggungan keluarga semakin banyak (anggota keluarga) akan

semakin meningkat pula beban hidup yang harus dipenuhi. Jumlah anggota

keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani. Keluarga

yang memiliki sebidang lahan tetap saja jumlahnya semakin sempit dengan

bertambahnya anggota keluarga, sementara kebutuhan akan produksi terutama

pangan semakin bertambah (Daniel, 2002).

4. Lamanya Berusahatani

Menurut Soekartawi (1988), petani yang sudah lebih lama bertani akan

lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula. Hal ini dikarenakan

pengalaman yang lebih banyak dapat membuat perbandingan dalam mengambil

keputusan.

5. Pendapatan

Pendapatan bersih adalah selisih antara pendapatan kotor dengan

(32)

usahatani yang dapat digunakan untuk membandingkan beberapa penampilan

usahatani (Soekartawi, dkk., 1984).

Kerangka Pemikiran

Indonesia adalah Negara berlatar belakang agraris, artinya pertanian

memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional, hal ini dapat

ditunjukkan dari banyaknya penduduk yang hidup atau bekerja pada sektor

pertanian dan dari produk yang berasal dari pertanian. Untuk meningkatkan

produksi padi telah banyak dilakukan penelitian untuk menemukan metode

budidaya yang dapat meningkatkan hasil produksi padi. Salah satu metode

tersebut adalah System of Rice Intensification (SRI). Dalam rangka menumbuhkan

minat petani untuk mengadopsi SRI ini, pemerintah telah memberikan bantuan

berupa input produksi kepada petani yang ingin menerapkan SRI pada usahatani

padi sawah mereka.

Metode SRI yang diperkenalkan oleh pemerintah tentunya akan

mengundang respon atau tanggapan dari petani, respon tersebut adalah sikap

petani terhadap metode System of Rice Intensification (SRI). Pemberian bantuan

input produksi kepada petani akan mempengaruhi sikap petani terhadap metode

SRI itu sendiri. Selain pemberian bantuan input produksi, faktor karakteristik

sosial ekonomi petani juga akan mempengaruhi sikap petani. Sikap petani

terhadap metode System of Rice Intensification (SRI) dapat berupa sikap positif

dan sikap negatif. Sikap positif yaitu sikap yang menerima, mendukung dan

melaksanakan metode SRI, sedangkan sikap negatif adalah sikap yang tidak

(33)

Sikap petani dalam menanggapi program tersebut dapat dipengaruhi oleh

karakteristik sosial ekonomi petani itu sendiri yang meliputi : umur, tingkat

pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, lamanya berusahatani dan jumlah

pendapatan.

Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan : Pengaruh

Hubungan

Gambar 1. Skema kerangka pemikiran pengaruh karakteristik sosial

ekonomi terhadap sikap petani dalam penerapan padi sawah System of Rice Intensification (SRI).

Petani

System of Rice Intensification

Sikap Petani Bantuan

Pemerintah

Positif Negatif

Karakteristik Sosial Ekonomi Petani - Umur

- Tingkat Pendidikan - Lamanya

Berusahatani

- Jumlah Tanggungan Keluarga

(34)

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah maka yang menjadi hipotesis penelitian

adalah :

1. Sikap petani terhadap SRI (System of Rice Intensification) di daerah

penelitian adalah positif.

2. Terdapat pengaruh karakteristik sosial ekonomi petani (umur, pendidikan,

lamanya berusahatani, jumlah tanggungan, dan pendapatan ) dan bantuan

pemerintah terhadap sikap petani dalam penerapan SRI (System of Rice

(35)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian ditentukan berdasarkan pertimbangan dan

alasan tertentu yaitu, di desa Pematang Setrak, kecamatan Teluk Mengkudu,

kabupaten Serdang Bedagai. Desa Pematang Setrak dipilih karena petani di desa

tersebut menerapkan penanaman padi sawah menggunakan SRI (System of Rice

Intensification).

Metode Penentuan Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap dapat

menggambarkan populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang

melakukan penanaman padi sawah sistem SRI (System of Rice Intensification) di

desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang

Bedagai. Penetapan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

Simple Random Sampling dimana cara pengambilan sampel dari angggota

populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan)

dalam anggota populasi tersebut (Riduan, 2010).

Jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 petani sampel. Roscoe dalam

buku Research Methods for Business memberikan saran tentang penelitian salah

satunya adalah ukuran sampel yang layak dalam penelitian antara 30 sampai

dengan 500 (Sugiyono, 2010).

Di daerah penelitian terdapat 600 petani, yang terdiri dari 8 kelompok tani.

Dari jumlah 600 petani tersebut kemudian diambil sampel sebanyak 30 orang

(36)

pertimbangan kelompok tani ini yang menjalankan usahatani padi sawah

menggunakan System of Rice Intensification dengan luas lahan paling besar di

desa Pematang Setrak. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini :

Tabel 1. Kelompok Tani, Jumlah Anggota, Luas Lahan, Luas Lahan SRI Desa Pematang Setrak

Sumber:Ketua Gapoktan Desa Pematang Setrak

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, terdiri atas : data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada responden,

yaitu petani dengan menggunakan kuesioner yang dibuat terlebih dahulu.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi atau dinas yang terkait dengan

penelitian seperti BPS, Kantor Kepala desa Pematang Setrak kecamatan Teluk

Mengkudu kabupaten Serdang Bedagai, kantor kepala Dinas Pertanian Serdang

Bedagai dan ketua Gapoktan desa Pematang Setrak. Selain itu dikumpulkan juga

(37)

Metode Analisis Data

Semua data yang diperoleh ditabulasi terlebih dahulu, kemudian di analisis

dengan metode analisis yang sesuai.

Untuk Hipotesis 1 dianalisis dengan metode skala sikap Model Likert,

yaitu pengelompokan variabel dengan menjumlahkan skor dari nilai seperangkat

variabel yang bersangkutan berupa pernyataan positif dan pernyataan negatif.

Adapun skor untuk pernyataan positif adalah SS = 5, S = 4, R = 3, TS = 2,

dan STS = 1; sedangkan untuk pernyataan negatif adalah SS = 1, S = 2, R = 3, TS

= 4, dan STS = 5.

Pada Tabel 2 berikut ini dapat dilihat seperangkat variabel berupa

pernyataan positif dan pernyataan negatif yang akan dijawab oleh responden

Tabel 2. Pernyataan Positif dan Pernyataan Negatif

No. Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

1. Program System of Rice Intensification (SRI) sangat berperan penting dalam pengembangan usahatani padi sawah.

Program System of Rice Intensification (SRI) tidak memberikan keuntungan bagi petani padi sawah.

2. Program System of Rice Intensification (SRI) memotivasi (mendorong) petani untuk meningkatkan dan mengembangkan usahanya.

.

Program System of Rice Intensification (SRI) yang berjalan tidak sesuai dengan harapan petani.

3. Program System of Rice Intensification

(SRI) membantu mengembangkan

potensi masyarakat petani padi sawah.

Pengadaan bantuan membuat petani menjadi ketergantungan.

4. Program System of Rice Intensification (SRI ) membantu petani mengurangi biaya produksi, terutama pupuk kimia.

(38)

5. Program System of Rice Intensification (SRI) membantu memecahkan masalah petani dalam meningkatkan produktivitas.

Bantuan yang diberikan tidak memenuhi standar operasional.

6. Program System of Rice Intensification

(SRI) sudah sesuai dengan potensi

daerah setempat.

Dengan System of Rice Intensification (SRI) petani harus lebih intensif dalam mengusahakan usahatani nya.

7. Program System of Rice Intensification (SRI) mampu membantu meningkatkan pendapatan petani padi sawah .

Bantuan-bantuan yang diberikan tidak sesuai dengan

kondisi yang ada di lapangan.

8. Program System of Rice Intensification

(SRI) sangat dibutuhkan oleh para

petani padi sawah.

Penyaluran bantuan berjalan lambat.

.

9. Program System of Rice Intensification (SRI) membantu meningkatkan hasil panen.

Prosedur dalam penyaluran bantuan memberatkan petani untuk memperoleh bantuan.

10. Program System of Rice Intensification (SRI) yang diberikan sudah sesuai dengan kebutuhan petani padi sawah.

Para petani tidak peduli dengan

System of Rice Intensification (SRI).

11. Pemberian bantuan sudah tepat sasaran.

12. Bantuan-bantuan yang diberikan kepada petani telah dimanfaatkan dengan baik.

13. Antara petani dengan Penyuluh Pertanian terjadi interaksi (hubungan) yang baik.

(39)

15. Dengan adanya program System of Rice Intensification (SRI), petani padi sawah termotivasi untuk mengembangkan usahatani nya.

Menurut Azwar (2007), dalam analisis ini responden akan diminta untuk

memilih salah satu dari sejumlah kategori yang tersedia dari variabel yang

bersangkutan yaitu, Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-Ragu (R), Tidak Setuju

(TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Kemudian diukur dengan skala pengukuran

sikap Likert dengan rumus:

Keterangan:

T = skor standar

X = skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T

X = mean skor kelompok

S = deviasi standar kelompok

Kriteria uji :

• jika T ≥ 50, maka sikap positif

(40)

Untuk Hipotesis 2, dianalisis dengan menggunakan metode analisis

Regresi Linear Berganda, dengan rumus :

Y= a + b1X1 + b2X2 +b3X3 + b4X4 + b5X5 + µ

Dimana :

Y = Sikap Petani

X1 = Umur (Tahun)

X2 = Pendidikan (Tahun)

X3 = Lamanya Berusahatani (Tahun)

X4 = Jumlah Tanggungan (Jiwa)

X5 = Pendapatan petani (Rupiah)

a = Koefisien intersep

b = Koefisien regresi untuk masing-masing variabel

Untuk menguji variabel-variabel tersebut berpengaruh secara serempak

terhadap sikap petani digunakan analisis uji F, yaitu:

Dimana :

r2 = Koefisien determinasi

n = Jumlah sampel

k = Derajat bebas pembilang

(41)

Kriteria uji untuk uji serempak adalah:

Fhitung > Ftabel : maka H0 ditolak (H1 diterima)

H1 diterima artinya variabel bebas secara bersama – sama berpengaruh

nyata terhadap variabel terikat pada tingkat kepercayaan tertentu.

Fhitung≤ Ftabel : maka H0 diterima (H1 ditolak)

H0 diterima, artinya variabel bebas secara bersama – sama tidak

berpengaruh nyata terhadap variabel terikat pada tingkat kepercayaan tertentu.

Untuk menguji variabel-variabel tersebut secara parsial terhadap sikap

petani, maka digunakan analisis uji t dengan rumus:

Dimana:

b1 = Parameter b (i = 1,2)

Sb1 = Standar error parameter (i = 1,2)

Sy12 = Standar error of estimate

X = Variabel yang diuji

r12 = Koefisien korelasi sederhana antara X1 dan X2

Kriteria untuk uji t adalah:

thitung > ttabel... H0 ditolak

thitung≤ ttabel... H0 diterima

(42)

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman mengenai

pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian, maka dibuat definisi dan

batasan operasional sebagai berikut :

Definisi

1. Petani sampel adalah petani yang menerapkan penanaman padi sawah SRI

(System of Rice Intensification).

2. SRI (System of Rice Intensification) adalah teknik budidaya tanaman padi

yang mampu meningkatkan produktivitas padi dengan cara mengubah

pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara, terbukti telah berhasil

meningkatkan produktivitas padi sebesar 50% bahkan dibeberapa tempat

mencapai lebih dari 100%.

3. Umur sampel adalah usia petani sejak dilahirkan hingga saat penelitian

dilakukan yang dinyatakan dalam tahun.

4. Tingkat pendidikan sampel adalah pendidikan formal petani terakhir yang

pernah ditempuh.

5. Lamanya berusahatani adalah berapa lama petani telah bekerja sebagai

petani (tahun)

6. Jumlah tanggungan keluarga adalah semua anggota keluarga yang masih

menjadi beban tanggungan petani sampel.

7. Pendapatan bersih adalah selisih antara pendapatan kotor dengan

pengeluaran total usahatani.

8. Sikap positif adalah sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan,

(43)

9. Sikap negatif adalah sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan

penolakan atau tidak menyetujui terhadap program.

Batasan Operasional

1. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Pematang Setrak Kecamatan Teluk

Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Penelitian dilaksanakan pada bulan April s.d Mei 2013.

3. Sikap dalam penelitian ini adalah Sikap Petani terhadap penerapan SRI

(44)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Kondisi Geografis

Penelitian ini dilakukan di desa Pematang Setrak masuk dalam wilayah

Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai. Berjarak ± 7 Km arah

Barat Daya Kantor Camat Teluk Mengkudu, dengan batas – batas sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan : desa Pekan Sialang Buah

Sebelah Selatan berbatasan dengan : Perkebunan PT. SOCFINDO

Sebelah Barat berbatasan dengan : desa Liberia

Sebelah Timur berbatasan dengan : desa Pasar Baru

Desa Pematang Setrak berada pada ketinggian antara ± 150 m – 180 m

diatas permukaan laut.

Sebagian besar lahan yang ada di desa Pematang Setrak dimanfaatkan oleh

penduduk untuk kegiatan pertanian dan permukiman. Secara rinci pemanfaatan

lahan di desa Pematang Setrak dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :

Tabel 3. Luas Lahan Menurut Peruntukan di Desa Pematang Setrak No. Peruntukan Lahan Luas (Ha) Persentase

1 Persawahan 265 39,51 %

2 Tegal / Perladangan 103 15,35 %

3 Perkebunan 96,23 14,34 %

4 Perumahan / Permukiman 202,92 30,25 %

(45)

6 Perkantoran / Sarana Sosial

a. Kantor / Balai Desa

b. Puskesmas / Puskesdes

c.

q. Saluran Irigasi Tersier

r. Saluran Pembuangan

Sumber : Kantor Kepala Desa Pematang Setrak, 2012

Kondisi Demografis

Keadaan Penduduk

a. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah Kepala Keluarga

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan jumlah kepala keluarga dapat

dilihat pada Tabel 4 :

(46)

Tabel 4. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah Kepala Keluarga di Desa Pematang Setrak, 2012.

Nama Wilayah Jumlah Penduduk (Jiwa)

Sumber : Kantor Kepala Desa Pematang Setrak, 2012

Dari tabel 4 dapat dilihat jumlah penduduk di desa Pematang Setrak

adalah 4.083 Jumlah penduduk yang terbesar terdapat pada dusun V yaitu 823

jiwa atau 216 kepala keluarga dengan persentase sebesar 20,99 %, dan jumlah

penduduk yang terkecil terdapat pada dusun IV yaitu 282 jiwa atau 79 kepala

keluarga dengan persentase sebesar 7,68 %.

b. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di desa Pematang

(47)

Tabel 5. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Pematang Setrak, Tahun 2012

Nama Wilayah

Jenis Kelamin (Jiwa) Jumlah Persentase (%) Laki laki Perempuan

Dusun I

Sumber : Kantor kepala Desa Pematang Setrak, 2012

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk laki laki di desa

Pematang Setrak adalah sebanyak 2.043 jiwa dan perempuan sebanyak 2.039

jiwa, dengan jumlah penduduk sebesar 4.082 jiwa. Penduduk terbesar berdasarkan

jenis kelamin terdapat di dusun V dengan jumlah laki laki sebanyak 415 jiwa dan

jumlah perempuan sebesar 408 jiwa dengan total keseluruhan adalah 823 jiwa

atau sebesar 20,17 %. Dan jumlah penduduk yang terkecil menurut jenis kelamin

terdapat pada dusun IV dengan jumlah laki laki sebanyak 134 jiwa dan jumlah

perempuan 148 jiwa dengan total keseluruhan adalah 282 jiwa atau sebesar 6,91

(48)

c. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur di desa

Pematang Setrak dapat dilihat pada Tabel 6 :

Tabel 6. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Pematang Setrak, 2012

Nama Wilayah

Umur (Tahun) Jumlah

0 - 5 6-12 13-16 17-59 >60

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan kelompok

umur yaitu jumlah usia non produktif yaitu balita (kelompok umur 0 – 5 tahun)

sebesar 449 jiwa (12,22 %), anak anak (kelompok umur 6 – 12 tahun) sebesar 598

jiwa (14,65 %), dan remaja (kelompok umur 13 – 16 tahun) sebesar 486 jiwa

(11,91 %), jumlah usia produktif (kelompok umur 17 – 59 tahun) sebesar 2.237

jiwa (54,80 %), dan jumlah penduduk manula (kelompok umur 60 tahun keatas)

sebesar 262 jiwa (6,42 %). Hal ini menunjukkan bahwa penduduk desa Pematang

Setrak adalah tergolong produktif yaitu usia dimana orang memiliki nilai ekonomi

yang tinggi sehingga dapat menghasilkan barang dan jasa dengan tersedianya

(49)

d. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di desa

Pematang Setrak dapat dilihat pada Tabel 7:

Tabel 7. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Pematang Setrak, 2012

Nama Wilayah

Tingkat Pendidikan Jumlah

TK SD SMP SMA D1 D3 S1

Sumber : Kantor Kepala Desa Pematang Setrak, 2012

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan yang ditempuh oleh

penduduk di desa Pematang Setrak, masih terdapat penduduk dengan tingkat

pendidikan terbesar didominasi pada Sekolah Dasar yakni 1.594 jiwa (44,46 %)

dari jumlah keseluruhan. Sedangkan jumlah penduduk yang tingkat

pendidikannya perguruan tinggi berjumlah 79 jiwa (2,20 %). Dari jumlah

penduduk 4082 jiwa, 497 jiwa termasuk yang tidak tamat Sekolah Dasar serta

yang tidak/belum bersekolah. Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan di desa

(50)

e. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Penganut Agama

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan penganut agama di desa

Pematang Setrak dapat dilihan dari Tabel 8 :

Tabel 8. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Penganut Agama di Desa Pematang Setrak, 2012

Agama Jumlah Persentase (%)

Islam

Sumber : Kantor Kepala Desa Pematang Setrak, 2012

Daritabel 8 dapat dilihat bahwa agama yang dianut oleh penduduk di desa

Pematang Setrak adalah agama Islam, Katolik, Protestan. Jumlah penduduk

berdasarkan penganut agama terbesar yaitu penganut agama Islam sebanyak 3.837

jiwa atau sebesar 94,00%, dan penganut agama terkecil yaitu penganut agama

Protestan sebanyak 107 jiwa atau sebesar 2,62%, di desa Pematang Setrak tidak

terdapat penganut agama Hindu dan agama Budha. Berdasarkan persentase

tersebut, hal ini menunjukkan penduduk desa Pematang Setrak mayoritas adalah

(51)

f. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di desa

Pematang Setrak dapat dilihat pada Tabel 9 :

Tabel 9. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Pematang Setrak, 2012

Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)

Tani

Sumber : Kantor Kepala Desa Pematang Setrak, 2012

Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk bermata pencaharian

terbanyak di desa Pematang Setrak adalah sebagai tani sebanyak 743 jiwa

(37,83%), dan jumlah penduduk bermata pencaharian terkecil adalah sebagai

TNI/POLRI sebanyak 7 jiwa (0,36%). Dan dari jumlah penduduk 4.082 jiwa

(52)

g. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan suku bangsa di desa Pematang

Setrak dapat dilihat pada Tabel 10 :

Tabel 10. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa di Desa Pematang Setrak, 2012

Sumber : Kantor Kepala Desa Pematang Setrak, 2012

Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan suku

bangsa yang ada desa Pematang Setrak memiliki beragam suku atau ethnis, akan

tetapi desa Pematang Setrak termasuk desa yang aman, nyaman, dan cinta akan

perdamaian adapun suku yang berada di desa Pematang Setrak adalah suku Jawa,

(53)

Tapanuli/Mandailing sebanyak 287 jiwa (7,03%), suku Karo 11 jiwa (0,26%),

suku Toba sebanyak 241 jiwa (5,90%), suku Minang 25 jiwa (0,61%), suku

Melayu sebanyak 53 jiwa (1,29%), suku Banjar 142 jiwa (3,47%), suku Banten 30

jiwa (0,73%), suku Aceh 8 jiwa (0,19%), suku Arab 1 jiwa (0,02%), suku

Tionghoa 2 jiwa (0,05%). Berdasarkan persentase tersebut, menunjukkan bahwa

penduduk desa Pematang Setrak adalah mayoritas suku Jawa.

Sarana dan Prasarana

Di desa Pematang Setrak kabupaten Teluk Mengkudu telah terhubung

dengan daerah lain melalui jalan desa. Keadaan jalan desa secara umum cukup

baik, namun apabila musim hujan tiba di beberapa tempat mengalami kerusakan

jalan. Jalan beraspal sudah ada di desa.

Tabel 11. Prasarana Perhubungan Desa Pematang Setrak No. Jenis Prasarana Kuantitas /

Panjang

Keterangan

1 Jalan Kabupaten - Tidak Ada

2 Jalan Desa 8,5 Km Pengerasan

3 Jalan Dusun 18 Km 750 m Aspal dan 17 Km

Pengerasan

4 Jembatan 2 Unit Baik

Sumber : Kantor Kepala Desa Pematang Setrak, 2012

Sarana transportasi yang paling banyak digunakan warga masyarakat

adalah sepeda motor. Di desa Pematang Setrak belum ada sarana transportasi

umum seperti bus, mikrolet, atau sejenisnya.

Jaringan listrik dari PLN sudah tersedia, sehingga hampir semua rumah

(54)

kebutuhan rumah tangga lainnya. Beberapa rumah tangga bahkan semakin banyak

yang menggunakan pompa listrik untuk mengambil air sumur.

Di seluruh wilayah desa Pematang Setrak air bersih dapat diperoleh dari

sumur gali (sumur bor), sehingga masalah air bersih di desa Pematang Setrak

(55)

HASIL DAN PEMBAHASAN

System of Rice Intensification (SRI) di Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai

System of Rice Intensification (SRI) yang diterapkan petani di desa

Pematang Setrak sudah dilakukan dengan baik, tetapi penerapannya sedikit

berbeda dengan System of Rice Intensification (SRI) yang biasanya. Misalnya

dalam penggunaan pupuk. Pada System of Rice Intensification (SRI) seharusnya

tidak menggunakan pupuk kimia, melainkan hanya menggunakan pupuk organik

saja, tetapi para petani di desa Pematang Setrak masih menggunakan pupuk kimia.

Penyemaian bibit yang diterapkan di desa Pematang Setrak dilakukan pada saat

bibit berumur antara 8-15 hari dan penggunaan jarak tanam yang digunakan yaitu

30 x 30 cm. Untuk penggunaan air Sistem pengairan padi sawah System of Rice

Intensification (SRI) di desa Pematang Setrak petani hanya sedikit menggunakan

air. Air tidak sampai menggenangi sawah seperti pada umumnya, air hanya

digunakan untuk menjaga kelembaban tanah saja. Tetapi ± 1 bulan sebelum

panen, sawah diairi seperti sistem tradisional

Sikap Petani terhadap System of Rice Intensification (SRI) di Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai

Sikap petani terhadap System of Rice Intensification (SRI) di Desa

Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai

diperlihatkan oleh jawaban petani terhadap pernyataan-pernyataan yang diberikan.

Dari jawaban petani terhadap setiap pernyataan akan diperoleh distribusi

(56)

masing-masing jawaban), kemudian skor terhadap masing-masing pernyataan

dijumlahkan.

Interpretasi terhadap skor masing-masing responden dilakukan dengan

mengubah skor tersebut ke dalam skor standar yang mana dalam hal ini digunakan

Model Skala Likert (Skor T). Dengan mengubah skor pada skala sikap menjadi

skor T, menyebabkan skor ini mengikuti distribusi skor yang mempunyai mean

sebesar T = 50 dan standar deviasi S = 4.07 sehingga apabila skor standar ≥ 50,

berarti mempunyai sikap yang positif. Jika skor standar < 50, berarti mempunyai

sikap negatif. Sikap Petani terhadap System of Rice Intensification (SRI) di daerah

penelitian dapat dilihat pada Tabel 12 :

Tabel 12. Sikap Petani terhadap System of Rice Intensification (SRI) di Desa Pematang Setrak

No. Kategori Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Positif 19 63,33

2. Negatif 11 36,67

Jumlah 30 100

Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 4)

Berdasarkan data pada Tabel 12 dapat diketahui bahwa dari 30 petani

sampel, jumlah petani yang menyatakan sikap positif sebanyak 19 orang (63,33%)

dan yang menyatakan sikap negatif sebanyak 11 orang (36,67%). Mayoritas sikap

petani sampel adalah positif sehingga, dapat dikatakan bahwa sikap petani

(57)

Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi terhadap Sikap Petani dalam Penerapan Padi Sawah System of Rice Intensification (SRI)

Setelah dilakukan analisis data menggunakan SPSS 16 dengan variable

independent (X) yang meliputi variabel umur, pendidikan, lamanya berusahatani,

jumlah tanggungan dan pendapatan dan sikap petani sebagai variable dependent

(Y). Maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :

= 46,260 – 0,135 X1 + 0,633 X2 + 0,181 X3 - 4,619 X4 + 3.608.000 X5 Dari persamaan di atas dijelaskan besar pengaruh umur, pendidikan,

lamanya berusahatani, jumlah tanggungan dan pendapatan terhadap sikap petani.

Nilai konstanta sebesar 46,260 merupakan titik potong regresi dengan sumbu

tegak Y. Koefisien regresi umur -0,135menyatakan bahwa setiap penurunan umur

petani sebesar 1 tahun maka akan menaikan nilai skor standar sebesar 0,135. Hal

ini berarti semakin muda umur petani akan menaikan jumlah skor standar yang

menggambarkan kecenderungan bersikap positif terhadap System of Rice

Intensification (SRI).

Koefisien pendidikan 0,633 menyatakan bahwa setiap kenaikan tingkat

pendidikan sebesar 1 tahun maka akan menaikan nilai skor standar sebesar 0,633. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka nilai skor standar

semakin tinggi, yang berarti petani akan bersikap positif terhadap System of Rice

Intensification (SRI).

Koefisien regresi lama berusahatani 0,181 menyatakan bahwa setiap

kenaikan lama berusahatani sebesar 1 tahun maka akan menaikan nilai skor

standar sebesar 0,181. Hal ini menggambarkan bertambahnya pengalaman bertani

(58)

Koefisien regresi pendapatan 59.590.000 menyatakan bahwa kenaikan

pendapatan petani sebesar Rp. 1 maka akan menaikan nilai skor standar sebesar

59.590.000. Hal ini menggambarkan kenaikan pendapatan akan membuat petani

bersikap positif terhadap System of Rice Intensification (SRI).

Koefisien determinasi (R square) dari hasil analisis adalah sebesar 0,320

atau 32%, yang berarti 32% variasi sikap petani mampu dijelaskan oleh variabel

umur, pendidikan, lama berusahatani, jumlah tanggungan dan pendapatan.

Sedangkan sisanya sebesar 68% mampu dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

diteliti.

Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis pengaruh variabel bebas yang terdiri dari : Umur

(X1), Pendidikan (X2), Lamanya Berusahatani (X3), Jumlah tanggungan (X4),

Pendapatan (X5) terhadap variabel terikat : Sikap Petani secara bersama – sama

menggunakan uji F (F test atau ANOVA).

Keputusan dan kesimpulan pengaruh variabel bebas terhadap variabel

terikat secara simultan dapat ditentukan dengan kriteria uji hipotesis sebagai

berikut :

H0 : b1 = b2 = b3 = 0 , secara simultan variabel bebas (umur, pendidikan, lama

berusahatani, jumlah tanggungan, pendapatan) tidak

berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (sikap

petani)

Gambar

Gambar 1. Skema kerangka pemikiran pengaruh karakteristik sosial
Tabel 3. Luas Lahan Menurut Peruntukan di Desa Pematang Setrak
Tabel 4. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah Kepala Keluarga  di Desa Pematang Setrak, 2012
Tabel 5. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dalam rangka pelaksanaan layanan jaminan kesehatan bagi penduduk miskin di Kabupaten Bantul melalui program JAMKESOS yang diselenggarakan oleh Badan

 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai bidang tugasnya.  Bidang Bina Mutu, Usaha

Maka dalam penulisan skripsi ini penulis akan membahas tentang bagaimana sebuah program computer dapat mengenali atau mendeteksi sebuah pola citra digital yang berupa

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PBHS) dikategorikan baik yaitu sebanyak 22 orang (73,33%), hampir seluruh responden dikategorikan

“Pengajian Griya Qur’an Tartiila dulunya hanya terdapat satu kelas yang kemudian dengan murid yang semakin bertambah dan datangnya murid tidak sama sehingga pembelajaran

Secara statistik, pelaksanaan konseling gizi (menggunakan media leaflet maupun tanpa media) tersebut mempunyai pengaruh positif dalam menurunkan kadar kolesterol dalam

[r]

Model mesin pemilah kayu secara otomatis berdasarkan panjang kayu terdiri dari rangka; rangkaian catu daya, rangkaian sensor panjang, sistem pendorong kayu, sistem konveyor