• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL

Kemasaman Tanah (pH) setelah 4 Minggu Inkubasi

Hasil pengukuran pH tanah pada Tabel 5 dan Lampiran 6 memperlihatkan bahwa pemberian air setelah 4 minggu inkubasi berpengaruh nyata terhadap pH tanah.

Tabel 5. Rataan Nilai Kemasaman Tanah (pH) pada Beberapa Tingkat Kelembaban Tanah dan Dosis Kascing setelah 4 Minggu Inkubasi

Air (ml) Perlakuan T0 T1 T2 Rataan --- Kascing (Ton/Ha) K0 5,15 5,16 5,64 5,31 K1 5,22 5,07 5,59 5,29 K2 5,26 5,23 5,34 5,28 K3 5,13 5,11 5,52 5,25 Rataan 5,19 bB 5,14 bB 5,52 aA

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 % dan 1%

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan dengan pemberian air dapat meningkatkan pH tanah hal ini terlihat pada nilai pH tertinggi terdapat pada perlakuan air dengan perlakuan 1.5 x kapasitas lapang yang berbeda nyata dengan perlakuan 0.5 x kapasitas lapang. Nilai pH yang terendah terdapat pada pemberian air dengan 1 x kapasitas lapang yaitu sebesar 5.14

Daya Hantar Listrik

Hasil pengukuran daya hantar listrik pada Tabel 6 dan Lampiran 10

memperlihatkan bahwa pemberian air setelah 4 minggu inkubasi berpengaruh nyata terhadap nilai daya hantar listrik.

Tabel 6. Rataan Nilai Daya Hantar Listrik (DHL) Air Hasil Pencucian Tanah pada Beberapa Tingkat Kelembaban Tanah dan Dosis Kascing Setelah 4 minggu Inkubasi Air (ml) Perlakuan T0 T1 T2 Rataan --- mmhos/cm --- Kascing (Ton/Ha) K0 4,83 9,93 8,60 7,79 K1 3,10 6,20 9,50 6,27 K2 5,33 9,83 10,00 8,39 K3 5,83 10,00 13,00 9,61 Rataan 4,78 bB 8,99 aA 10,28 aA

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 % dan 1%

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa perlakuan dengan pemberian air dapat menurunkan daya hantar listrik hal ini terlihat pada daya hantar listrik yang tertinggi terdapat pada pemberian air dengan perlakuan 1.5 x kapasitas lapang yang berbeda nyata dengan perlakuan 1 x kapasitas lapang. Nilai daya hantar listrik yang terendah terdapat pada pemberian air dengan 0.5 x kapasitas lapang yaitu sebesar 4.78 mmhos/cm.

Karbon Organik

Hasil pengukuran C-organik pada Tabel 7 dan Lampiran 14 memperlihatkan bahwa aplikasi kascing dan pemberian air setelah 4 minggu inkubasi berpengaruh tidak nyata terhadap peningkatan bahan organik.

Tabel 7. Rataan Nilai C- organik pada Beberapa Tingkat Kelembaban Tanah dan Dosis Kascing Air (ml) Perlakuan T0 T1 T2 Rataan ---% --- Kascing (Ton/Ha) K0 3.18 3.12 2.79 3.03 K1 3.62 3.10 3.08 3.26 K2 3.30 3.28 2.67 3.08 K3 3.49 2.94 2.57 3.00 Rataan 3.40 3.11 2.78

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 % dan 1%

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa perlakuan dengan T0K1 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu dengan perlakuan kascing sebesar 3.26 % dan dengan perlakuan air sebesar 3.40 % . Perlakuan T2K3 lebih rendah

dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu dengan perlakuan air sebesar 2.78 % dan perlakuan kascing sebesar 3.00 %.

Kemasaman Tanah (pH) Tanah 4 Minggu setelah Panen

Hasil pengukuran pH tanah 4 minggu setelah panen pada Tabel 8 dan Lampiran 8 memperlihatkan bahwa aplikasi kascing dan pemberian air setelah panen berpengaruh tidak nyata terhadap peningkatan pH tanah.

Tabel 8. Rataan Nilai Kemasaman Tanah (pH) pada Beberapa Tingkat Kelembaban Tanah dan Dosis Kascing

Air (ml) Perlakuan T0 T1 T2 Rataan ---% --- Kascing (Ton/Ha) K0 5,53 5,79 5,83 5,72 K1 5,48 5,47 5,81 4,98 K2 5,42 5,76 5,81 5,66 K3 5,55 5,78 5,92 5,75 Rataan 5.04 5.70 5.84

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa perlakuan dengan T2K3 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu dengan perlakuan kascing sebesar 5.75 dan dengan perlakuan air sebesar 70.10 . Dan perlakuan T0K1 lebih rendah

dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu dengan perlakuan air sebesar 60.44 dan perlakuan kascing sebesar 4.98.

Daya Hantar Listrik Tanah setelah Panen

Hasil pengukuran daya hantar listrik tanah 4 minggu setelah panen pada Tabel 9 dan Lampiran 18 memperlihatkan bahwa aplikasi kascing dan pemberian air setelah panen berpengaruh nyata terhadap penurunan nilai daya hantar listrik. Tabel 9. Rataan Nilai Daya Hantar Listrik (DHL) pada Beberapa Tingkat

Kelembaban Tanah dan Dosis Kascing Air (ml) Perlakuan T0 T1 T2 Rataan ---% --- Kascing (Ton/Ha) K0 11,10 16,17 5,00 10,76 K1 11,83 10,23 6,17 9,41 K2 10,17 9,00 11,33 10,17 K3 10,83 11,18 7,46 9,83 Rataan 10,98 ab 11,65 a 7,49 b

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 % dan 1%

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan dengan pemberian air dapat menurunkan daya hantar listrik hal ini terlihat pada DHL yang tertinggi terdapat

pada pemberian air dengan perlakuan T1 yaitu sebesar 11.65 mmhos/cm yang berbeda nyata dengan perlakuan T0 yaitu sebesar 10.98 mmhos/cm. Nilai

daya hantar listrik yang terendah terdapat pada pemberian air dengan perlakuan T2 yaitu sebesar 7.49 mmhos/cm.

Nilai SAR Tanah setelah panen

Hasil pengukuran nilai SAR tanah 4 minggu setelah panen pada Tabel 10 dan Lampiran 16 memperlihatkan bahwa aplikasi kascing dan pemberian air setelah panen berpengaruh tidak nyata terhadap nilai SAR.

Tabel 10. Rataan Nilai SAR pada Beberapa Tingkat Kelembaban Tanah dan Dosis Kascing Air (ml) Perlakuan T0 T1 T2 Rataan ---% --- Kascing (Ton/Ha) K0 7,20 8,25 6,43 7,30 K1 6,83 7,89 7,59 7,44 K2 7,26 7,35 7,63 7,41 K3 7,42 6,69 7,04 7,05 Rataan 7,18 7,55 7,17

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa perlakuan dengan T1K3 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu dengan perlakuan kascing sebesar 7.55 dan dengan perlakuan air sebesar 29.20. Perlakuan T2K2 lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu dengan perlakuan air sebesar 7.17 dan perlakuan kascing sebesar 9.51 .

Nilai Indeks Plastisitas Tanah setelah Panen

Hasil pengukuran nilai indeks plastisitas tanah 4 minggu setelah panen pada Tabel 11 dan Lampiran 12 memperlihatkan bahwa aplikasi kascing dan pemberian air setelah panen berpengaruh tidak nyata terhadap nilai SAR.

Tabel 11. Rataan Nilai Indeks Plastisitas pada Beberapa Tingkat Kelembaban Tanah dan Dosis Kascing

Air (ml) Perlakuan T0 T1 T2 Rataan ---% --- Kascing (Ton/Ha) K0 3,77 4,03 3,33 3,71 K1 4,80 4,57 4,27 4,54 K2 6,13 3,07 3,57 4,26 K3 4,60 5,27 5,37 5,08 Rataan 4,83 4,23 4,13

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa perlakuan dengan T0K3 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu dengan perlakuan kascing sebesar 5.08 dan dengan perlakuan air sebesar 4.83. Perlakuan T2K0 lebih rendah

dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu dengan perlakuan air sebesar 4.13 dan perlakuan kascing sebesar 3.71.

Nilai Berat Basah Tanaman setelah Panen

Hasil pengukuran nilai berat basah tanaman setelah panen pada Tabel 12 dan Lampiran 20 memperlihatkan bahwa pemberian air setelah panen berpengaruh nyata terhadap nilai berat basah tanaman.

Tabel 12. Rataan Nilai Berat Basah Tanaman pada Beberapa Tingkat Kelembaban Tanah dan Dosis Kascing

Air (ml) Perlakuan T0 T1 T2 Rataan ---% --- Kascing (Ton/Ha) K0 216,67 336,67 158,33 177,92 K1 186,67 330,00 238,33 188,75 K2 126,67 268,33 281,67 169,17 K3 240,00 276,67 166,67 170,83 Rataan 192,50 bB 302,92 aA 211,25 bAB

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa perlakuan dengan pemberian air dapat dengan nyata meningkatkan produksi tanaman. Pada nilai berat basah tanaman yang tertinggi terdapat pada perlakuan T1 yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya yaitu sebesar 302.92. dan yang terendah terdapat pada perlakuan T0 yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya yaitu 192.

Pembahasan

Hasil analisis kemasaman tanah setelah 4 minggu inkubasi menunjukkan

bahwa pemberian air berpengauh nyata. Perlakuan dangan perlakuan T2 (1 x kapasitas lapang) ini berbeda nyata dengan perlakuan lainnya terhadap

peningkatan pH tanah. Berdasarkan perlakuan dapat dilihat bahwa banyaknya pemberian air yang diberikan ke dalam tanah dapat mempengaruhi pH tanah dengan kata kain semakin banyak air yang diberikan maka semakin meningkat pH

nya. Hal ini sesuai dengan literatur (Budiwati dkk, 2008) yang menyatakan bahwa air hujan yang asam tersebut akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan yang terbukti berbahaya bagi kehidupan ikan dan tanaman. Usaha untuk mengatasi hal ini saat ini sedang gencar dilaksanakan.

Hasil analisis kemasaman tanah setelah panen menunjukkan bahwa pengaruh tingkat pemberian air dan pemberian kascing berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah panen. Hal ini dapat disebabkan karena kascing dan pemberian air tidak terdekomposisi sempurna di dalam tanah sehingga tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pH tanah. Hal ini mendukung penelitian Purba (2008) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemberian kascing juga berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah, KTK tanah, C-organik dan N-total tanah setelah inkubasi 4 minggu dan juga mendukung penelitian Nurmayani (2007) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemberian kascing dan limbah tembakau serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah.

Hasil yang diperoleh dari analisis kemasaman tanah setelah panen berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan pH tanah. Hal ini disebabkan karena kascing mengandung kalsium karbonat (CaCO3) atau dolomit. Seperti yang dikemukakan oleh Kartini (2008) bahwa aktivitas cacing tanah ini secara konstan dapat meningkatkan pH pada tanah asam. Ini karena, cacing dapat mengeluarkan kapur dalam bentuk kalsium karbonat (CaCO3) atau dolomit pada lapisan di bawah permukaan tanah. Cacing juga dapat menurunkan pH pada tanah yang berkadar garam tinggi. Selain perbaikan sifat kimia dan biologi tanah, pemberian kascing pada tanah dapat memperbaiki kondisi fisik tanah.

Hasil analisis Daya Hantar Listrik yang telah dilakukan 4 minggu setelah inkubasi menunjukkan dan setelah akhir masa panen menunjukkan pengaruh nyata dalam pemberian air. Perlakuan air dengan dosis 1.5 x kapasitas lapang berbeda sangat nyata dengan perlakuan air lainnya. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya jumlah air yang digunakan maka semakin tinggi pencucian yang terjadi sehingga mengurangi nilai salinitas yang terdapat didalam tanah.

Hasil analisis daya hantar listrik juga dapat dilihat bahwa dengan pemberian banyak air dapat mengurangi nilai pencucian kadar garam pada tanah hal ini sesuai dengan literatur (Budiwati dkk, 2008) yang menyatakan bahwa tanaman yang tergolong pada semi sensitif cukup banyak baik dari tanaman serealia maupun sayuran. Langkah lain yang bisa diambil adalah pemberian bahan ameliorant, terutama pupuk organik atau penambahan kapur untuk menurunkan

nilai ESP, serta pencucian kadar garam dengan air hujan serta air segar (bila tersedia) .

Hasil analisis kadar karbon organik tanah setelah 4 minggu inkubasi menunjukkan bahwa pemberian kascing dan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar karbon organik tanah setelah 4 minggu inkubasi. Hal ini bisa disebabkan karena karbon organik kascing belum dapat terdekomposisi secara sempurna sehingga belum menunjukkan hasil yang nyata terhadap kadar karbon organik tanah namun secara umum menunjukkan terjadinya peningkatan karbon organik tanah. Hal tersebut juga mendukung penelitian Purba (2008) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemberian kascing menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap pH tanah, KTK tanah, C-organik dan N-total tanah setelah 4 minggu inkubasi.

Hasil analisis kadar karbon organik tanah setelah akhir masa generatif menunjukkan bahwa pemberian kascing dan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar karbon organik tanah. Hal ini kemungkinan disebabkan karena sebagian besar karbon organik dalam tanah dipergunakan oleh tumbuhan untuk mendukung pertumbuhan dan produksi dari tumbuhan tersebut. Hal ini mendukung penelitian Syafwan (2009) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemberian kascing setelah panen berpengaruh tidak nyata terhadap P-tersedia, C-organik dan N-total tanah.

Setelah dilakukan juga analisis terhadap indeks plastisitasnya dapat diketahui bahwa indeks plastisitasnya tergolong sangat rendah. Hal ini disebabkan karena kascing dapat menjadikan tanah gembur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tim Penulis yang menyatakan bahwa cacing tanah juga berperan dalam memperbaiki dan mempertahankan struktur tanah. Lubang-lubang cacing, kascing dan humus secara langsung menjadikan tanah gembur.

Hasil analisis pengukuran nilai SAR cenderung mengalami penurunan. Hal ini disebabkan semakin banyak air yang diberikan kedalam tanah maka nilai SAR mengalami penurunan. Nilai SAR diketahui untuk mengetahui perbandingan antara Na+, Ca2+, Mg2+. Hal ini sesuai dengan literatur (Simandjuntak, 2005) yang menyatakan bahwa Sodium adsorption ratio (SAR), bersama dengan pH, terkena pengaruh pada ciri garam tanah.. Nilai SAR merupakan cara mudah untuk mengetahui perbandingan konsentrasi dari Na+, Ca2+, Mg2+ dan solusi dalam tanah.

Hasil analisis berat basah tanaman berpengaruh nyata dalam perlakuan tingkat pemberian air. Hasil analisis dapat dilihat bahwa produksi tanaman jagung

dengan perlakuan T1 dengan nyata dapat meningkat hal ini disebabkan perlakuan air yang dapat menurunkan pH tanah sehingga memungkinkan untuk pertumbuhan tanaman jagung hal ini sesuai dengan literatur (Rukmana, 1997) yang menyatakan bahwa tanaman jagung (Zea mays L.) tidak memerlukan persyaratan yang khusus. Hampir berbagai macam tanah dapat diusahakan untuk tanaman jagung. Namun demikian, tanaman jagung (Zea mays L.) akan tumbuh dengan baik pada ketinggian 800 – 1300 m dpl, kemiringan lereng dibawah 8%, memiliki pH tanah berkisar antara 5,5 – 6,5 dan temperatur optimal berkisar antara 23 0C – 270C. Secara umum kebutuhan hara tanaman jagung (Zea mays L.) adalah 180 - 200 ppm N, 90 - 150 ppm P2O5, dan 100 – 150 ppm K2O .

Dokumen terkait