• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kelembaban Tanah Dan Pemberian Kascing Pada Lahan Rawa Pasang Surut Sungai Denai Pada Pertumbuhan Jagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Kelembaban Tanah Dan Pemberian Kascing Pada Lahan Rawa Pasang Surut Sungai Denai Pada Pertumbuhan Jagung"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KELEMBABAN TANAH DAN PEMBERIAN

KASCING PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT

SUNGAI DENAI PADA PERTUMBUHAN JAGUNG

S K R I P S I

Oleh :

CINTA MAGDALENA SILITONGA 050303016

ILMU TANAH

DEPARTEMEN ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PENGARUH KELEMBABAN TANAH DAN PEMBERIAN

KASCING PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT SUNGAI

DENAI PADA PERTUMBUHAN JAGUNG

S K R I P S I

Oleh :

CINTA MAGDALENA SILITONGA 050303016

ILMU TANAH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Judul Skripsi : Pengaruh Kelembaban Tanah Dan Pemberian Kascing Pada Lahan Rawa Pasang Surut Pada Sungai Denai Pada Pertumbuhan Jagung

Nama : Cinta Magdalena Silitonga NIM : 050303016

Departemen : Ilmu Tanah

Minat Studi : Konservasi Tanah dan Air

Disetujui, Komisi Pembimbing :

Ketua Anggota

Kemala Sari Lubis, SP, MP Ir. Bachtiar Effendi. Hasibuan, MS

Diketahui Ketua Departemen:

Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP

DEPARTEMEN ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

(4)

ABSTRACK

Rise and withdraw swamp has a low soil fertility degree and high salinity. Based on case, this research is aimed to know the function of giving casting as an organik fertilizer and soil moisture to efforts reclamation of rise and withdraw swamp Denai’s river for corn production (Zea mays).

This research was conducted in a greenhouse and chemistry and soil fertility laboratory in Agriculture faculty of Sumatera Utara University, Medan. This research used factorial category randomized design with twelve attitude and three replication with the result that 36 experiments unit. Attitude factors consisting of Factor I: The volume of freshwater T1 (0.5 x field capacity), T2 (1 x field capacity), T3 (1.5 x capacity of the field) Factor II: casting conducted K0(control),K1(50g/polibag),K2(100g/polibag).

The experiment results show that by aplicating casting show not real influence to increasing soil pH, soil electrical conductivity (EC), organic carbon, the SAR values, soil index plasticity, wet weight and the weight of the plant canopy corn production, however the real influence soil moisture lowers the pH after 4 weeks of incubation, lower electrical conductivity (DHL) soil after 4 weeks of incubation and after the harvest and increase the value of wet weight after harvest

.

(5)

ABSTRAK

Rawa pasang surut memiliki tingkat kesuburan tanah yang rendah, dan bahaya salinitas yang tinggi. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan pemberian pupuk organik kascing dan kelembaban tanah dalam upaya reklamasi lahan rawa pasang surut sungai Denai terhadap produksi tanaman jagung

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca dan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yaitu dengan menggunakan 12 perlakuan dan 3 ulangan sehingga terdapat 36 unit percobaan. Faktor perlakuan terdiri dari Faktor I : Volume Air

tawar terdiri dari T1(0.5 x kapasitas lapang), T2 (1 x kapasitas lapang), T3(1.5 x kapasitas lapang) Faktor II : kascing terdiri dari K0(control), K1(50

g/polibag), K2(100 g/polibag).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi kascing berpengaruh tidak nyata dalam meningkatkan pH tanah, daya hantar listrik (DHL), C-organik, nilai SAR, indeks plastisitas tanah, berat basah tajuk tanaman dan berat produksi buah cabai namun kelembaban tanah berpengaruh nyata menurunkan pH setelah 4 minggu inkubasi, menurunkan daya hantar listrik (DHL) tanah setelah 4 minggu inkubasi dan setelah panen dan meningkatkan nilai berat basah setelah panen.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Cinta Magdalena silitonga dilahirkan di Pematangsiantar tanggal 07 Juni 1987 dari ayah Ali Batara Silitonga dan Ibu Tiur Lina Samosir. Penulis merupakan putri ketujuh dari 7 bersaudara.

Tahun 2005 penulis lulus dari SMU Negeri 01 Pematangsiantar dan 2005 lulus seleksi masuk USU melalui jalur SPMB. Penulis memilih program

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Pengaruh Kelembaban Tanah Dan

Pemberian Kascing Pada Lahan Rawa Pasang Surut Sungai Denai Pada Pertumbuhan Jagung”, yang merupakan salah satu syarat untuk dapat

memperoleh gelar sarjana di Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Kemala Sari Lubis, SP, MP dan Bapak Ir. B. E. Hasibuan, MS selaku ketua dan anggota komisi pembimbing, dan terkhusus buat kedua orang tua yang selalu mendukung saya dan memberikan semangat bagi saya dan juga buat keluarga Jahoras Sidabutar, serta teman-teman stambuk 2005 yang turut membantu dan seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini di masa yang akan datang.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Medan, Febuari 2010

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Sifat-sifat umum dari tanah pasang surut ... 5 2. Kelas dan penjelasan cara penetapan plastisitas tanah di lapangan………... 13 3. Harkat Plastisitas Tanah ... 13 4. Keberadaan garam dalam tanah ... 17 5. Rataan Nilai Kemasaman Tanah (pH) pada Beberapa Tingkat

kelembaban tanah dan Dosis Kascing masa 4 minggu setelah

inkubasi ... 24 6. Rataan Nilai Daya Hantar Listrik Tanah pada Beberapa

Tingkat kelembaban tanah dan Dosis Kascing Setelah 4

Minggu Inkubasi ... 25

7. Rataan Nilai C-organik Tanah pada Beberapa Tingkat kelembaban tanah dan Dosis Kascing Setelah 4 Minggu

Inkubasi ... 26

8. Rataan Nilai Kemasaman Tanah (pH) pada Beberapa Tingkat

kelembaban tanah dan Dosis Kascing Masa Panen ... 26 9. Rataan Nilai Daya Hantar Listrik (DHL) pada Beberapa

Tingkat kelembaban tanah dan Dosis Kascing Masa Panen ... 27 10.Rataan Nilai SAR pada Beberapa Tingkat kelembaban tanah

dan Dosis Kascing Masa Panen ... 28 11.Rataan Nilai Indeks Plastisitas pada Beberapa Tingkat

kelembaban tanah dan Dosis Kascing Masa Panen ... 29 12.Rataan Nilai Berat Basah Tanaman pada Beberapa Tingkat

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Analisis Awal Tanah Sebelum Perlakuan ... 37 2. Analisis Awal Kascing Sebelum Perlakuan ... 37 3. Kriteria Sifat Tanah ... 38 4. Kelas Indeks Plastisitas Tanah Berdasarkan Angka-Angka

Atterberg ... ...39

5. Tabel Rataan Analisis Kemasaman Tanah 4 minggu

Inkubasi ... 39 6. Daftar Sidik Ragam F 5% dan F 1% Analisis Kemasaman

Tanah ... 40 7. Tabel Rataan Analisis Kemasaman Tanah akhir masa

generatif ... 40 8. Daftar Sidik Ragam F 5% dan F 1% Analisis Kemasaman

Tanah akhir masa generatif ... 41 9. Tabel Rataan Analisis Daya Hantar Listrik Tanah 4 minggu

Inkubasi ... 41 10.Daftar Sidik Ragam F 5% dan F 1% Analisis Daya Hantar

Listrik Tanah 4 minggu Inkubasi ... 42 11.Tabel Rataan Indeks Plastisitas Tanah Akhir Masa Generatif ... 42 12. Daftar Sidik Ragam F 5% dan F 1% Indeks Plastisitas

Tanah Akhir Masa Generatif ... 43 13. Tabel Rataan Analisis Persen Kadar Karbon Organik Tanah

4 minggu Inkubasi... 43 14. Daftar Sidik Ragam F 5% dan F 1% Analisis Persen Kadar

Karbon Organik Tanah 4 minggu Inkubasi ... 44 15.Tabel Rataan Analisis Nilai SAR Akhir Masa Generatif ... 44 16. Daftar Sidik Ragam F 5% dan F 1% Nilai SAR Akhir Masa

(10)

17.Tabel Rataan Analisis Daya Hantar Listrik Akhir Masa

Generatif ... 45 18. Daftar Sidik Ragam F 5% dan F 1% Analisis Daya Hantar

Listrik Akhir Masa Generatif... 46 19.Tabel Rataan Analisis Berat Basah Tajuk Tanaman Akhir

Masa Generatif... ... 46 20. Daftar Sidik Ragam F 5% dan F 1% Analisis Berat Basah

(11)

DAFTAR ISI

Kegunaan Penelitian ... 4

Hipotesa Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Lahan Rawa Pasang Surut ... 5

Kascing ... 6

Air Hujan ... 9

Sifat Fisik Tanah Indeks Plastisitas Tanah ... 10

Sifat Kimia Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

Bahan dan Alat ... 19

MetodaPenelitian ... 20

Pelaksanaan Penelitian ... 21

(12)

ABSTRACK

Rise and withdraw swamp has a low soil fertility degree and high salinity. Based on case, this research is aimed to know the function of giving casting as an organik fertilizer and soil moisture to efforts reclamation of rise and withdraw swamp Denai’s river for corn production (Zea mays).

This research was conducted in a greenhouse and chemistry and soil fertility laboratory in Agriculture faculty of Sumatera Utara University, Medan. This research used factorial category randomized design with twelve attitude and three replication with the result that 36 experiments unit. Attitude factors consisting of Factor I: The volume of freshwater T1 (0.5 x field capacity), T2 (1 x field capacity), T3 (1.5 x capacity of the field) Factor II: casting conducted K0(control),K1(50g/polibag),K2(100g/polibag).

The experiment results show that by aplicating casting show not real influence to increasing soil pH, soil electrical conductivity (EC), organic carbon, the SAR values, soil index plasticity, wet weight and the weight of the plant canopy corn production, however the real influence soil moisture lowers the pH after 4 weeks of incubation, lower electrical conductivity (DHL) soil after 4 weeks of incubation and after the harvest and increase the value of wet weight after harvest

.

(13)

ABSTRAK

Rawa pasang surut memiliki tingkat kesuburan tanah yang rendah, dan bahaya salinitas yang tinggi. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan pemberian pupuk organik kascing dan kelembaban tanah dalam upaya reklamasi lahan rawa pasang surut sungai Denai terhadap produksi tanaman jagung

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca dan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yaitu dengan menggunakan 12 perlakuan dan 3 ulangan sehingga terdapat 36 unit percobaan. Faktor perlakuan terdiri dari Faktor I : Volume Air

tawar terdiri dari T1(0.5 x kapasitas lapang), T2 (1 x kapasitas lapang), T3(1.5 x kapasitas lapang) Faktor II : kascing terdiri dari K0(control), K1(50

g/polibag), K2(100 g/polibag).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi kascing berpengaruh tidak nyata dalam meningkatkan pH tanah, daya hantar listrik (DHL), C-organik, nilai SAR, indeks plastisitas tanah, berat basah tajuk tanaman dan berat produksi buah cabai namun kelembaban tanah berpengaruh nyata menurunkan pH setelah 4 minggu inkubasi, menurunkan daya hantar listrik (DHL) tanah setelah 4 minggu inkubasi dan setelah panen dan meningkatkan nilai berat basah setelah panen.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lahan rawa pasang surut adalah suatu wilayah rawa yang dipengaruhi oleh gerakan pasang surut air laut yang secara berkala mengalami luapan air pasang. Jadi lahan rawa pasang surut dapat dikatakan sebagai lahan yang memperoleh pengaruh pasang surut air laut atau sungai-sungai sekitarnya. Bila musim penghujan lahan-lahan ini tergenang air sampai satu meter di atas permukaan tanah, tetapi bila musim kering bahkan permukaan air tanah menjadi lebih besar 50 cm di bawah permukaan tanah. Bahwa lebak ialah lahan rawa yang tidak memperoleh pengaruh pasang surut air laut.

Dalam menjaga kelembaban tanah untuk memperbaiki sifat fisik tanah rawa pasang surut penelitian ini menggunakan faktor yang harus diperhatikan yakni air tawar serta mampu memberi respon positif terhadap peningkatan produktifitas lahan rawa pasang surut sebagai areal pertanian.

(15)

Pemberian kascing pada tanah dapat memperbaiki sifat fisik tanah, memperbaiki struktur tanah, porositas, permeabilitas, meningkatkan kemampuan untuk menahan air. Di samping itu kascing dapat memperbaiki sifat kimia tanah seperti meningkatkan kemampuan untuk menyerap kation sebagai sumber hara makro dan mikro, meningkatkan pH pada tanah asam dan sebagainya. Pemakaian kascing diharapkan mampu mengurangi penggunaan pupuk kimia dan meningkatkan penggunaan pupuk organik sehingga mengurangi pencemaran lingkungan.

Tanah salin adalah tanah yang mengandung cukup garam terlarut sehingga

dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Daya hantar listrik, DHL (electrical conductivity. E. C.) diukur pada tanah jenuh air lebih dari 4

milimhos/cm (0,4 siemen/meter), pH 8,5 atau lebih kecil, dan persentase Na-dd <15% (Musa, 2006). Tanah-tanah yang memiliki kadar garam terlarut

tinggi terjadi di wilayah iklim sangt kering (arid) akibat air irigasi. Nilai SAR merupakan cara mudah untuk mengetahui perbandingan konsentrasi dari Na+, Ca2+, Mg2+ dan solusi dalam tanah.

(16)

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian

untuk mengetahui tingkat kelembaban tanah dan pemberian kascing pada lahan rawa pasang surut pada pertumbuhan tanaman jagung pemberian kascing

pada tanah dapat memperbaiki sifat fisik tanah, memperbaiki struktur tanah, porositas, permeabilitas, meningkatkan kemampuan untuk menahan air. Di samping itu kascing dapat memperbaiki kimia tanah seperti meningkatkan kemampuan untuk meningkatkan pH padat tanah masam dan sebagainya.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kelembaban tanah dan pemberian kascing pada lahan rawa pasang surut Inceptisol di sungai Denai pada pertumbuhan tanaman jagung.

Hipotesis Penelitian

1. Kelembaban tanah dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia lahan rawa pasang surut pada pertumbuhan tanaman jagung.

2. Pemberian kascing dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia lahan rawa pasang surut pada pertumbuhan tanaman jagung.

(17)

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Lahan Rawa Pasang Surut

Lahan rawa pasang surut berbeda dengan lahan irigasi atau lahan kering yang sudah dikenal masyarakat. Perbedaannya menyangkut kesuburan tanah, sumber air tersedia, dan teknik pengelolaannya. Lahan ini tersedia sangat luas dan dapat dimanfaatkan untuk usaha pertanian. Hasil yang diperoleh sangat tergantung pada cara pengelolaannya. Untuk itu, petani perlu memahami sifat dan kondisi tanah dan air di lahan pasang surut. (Tan, 1995). Sifat-sifat umum dari tanah pasang surut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Sifat-Sifat Umum dari Tanah Pasang Surut

No Karakteristik Tanah Keterangan

1.

Tekstur tanah umumnya tekstur berat/liat 3.5 – 6.3

(19)

Tanaman yang yang mempunyai kelebihan kadar garam dalam tanah baik secara fisik maupun kimia. Tanah dengan akumulasi sodium sering dicirikan oleh miskin unsur hara dan permeabilitas. Tanah tersebut membuat tidak baik bagi

pertumbuhan tanah. Sodium adsorption ratio (SAR), bersama dengan pH, terkena pengaruh pada ciri garam tanah.. Nilai SAR merupakan cara mudah untuk mengetahui perbandingan konsentrasi dari Na +, Ca2+, Mg2+ dan solusi dalam tanah. Persamaan yang digunakan untuk menghitung SAR yang diberikan sebagai berikut:

(Simandjuntak, 2005)

Kascing

Dewasa ini, pemanfaatan pupuk organik atau yang dikenal dengan istilah pertanian alami (back to nature farming) dan pupuk hayati banyak dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan pupuk anorganik sekaligus untuk mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan pupuk anorganik yang beranalisis tinggi. Salah satu pupuk organik yang banyak digunakan adalah pupuk kascing (Siagian dan Putu, 2006).

(20)

kemampuan untuk menyerap kation sebagai sumber hara makro dan mikro, meningkatkan pH pada tanah asam dan sebagainya (Mulyati dan Sinwin, 2003).

Penggunaan kascing atau kotoran cacing tanah untuk tanaman pot dapat

dipergunakan kascing dengan campuran tanah, dengan kascing antara 25-75 persen. Hasil yang terbaik adalah campuran sekitar 50 persen, walaupun hal

ini banyak dipengaruhi oleh kualitas tanah yang dipergunakan. Kascing mengandung Calsium 40%, Magnesium 204%, Nitrogen 366%, Fosfor 644% dan Kalium 1019%, lebih tinggi yang dikandung tanah biasa. Semua unsur ini siap

diserap oleh tanaman, dan sangat diperlukan tanaman untuk pertumbuhannya (Simanjuntak dan Walujo, 1982).

Cacing tanah dapat memakan bahan organik sebesar badannya selama 24 jam. Cacing tanah mampu mempercepat proses penghancuran bahan organik sisa menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Cacing tanah mempu menguraikan sampah organik 2-5 kali lebih cepat dari mikroorganisme pembusuk. Limbah bahan organik yang diuraikan dapat mengalami penyusutan 40-60 persen. Pupuk organik yang dihasilkan dari percampuran antara media cacing tanah dengan kotoran cacing tanah disebut dengan bekas cacing atau kascing. Kascing merupakan salah satu pupuk organik yang memiliki kelebihan dari pupuk organik yang lain karena unsur haranya dapat langsung tersedia, mengandung mikroorganisme yang lengkap dan juga mengandung hormon tubuh sehingga dapat mempercepat pertumbuhan tanaman (Buckman, 1982)

(21)

juga dapat menurunkan pH pada tanah yang berkadar garam tinggi. Selain perbaikan sifat kimia dan biologi tanah, pemberian kascing pada tanah dapat memperbaiki kondisi fisik tanah. Cacing mampu menggali lubang di sekitar permukaan tanah sampai kedalaman dua meter dan aktivitasnya meningkatkan kadar oksigen tanah sampai 30 persen, memperbesar pori-pori tanah, memudahkan pergerakan akar tanaman, serta meningkatkan kemampuan tanah untuk menyerap dan menyimpan air. Zat-zat organik dan fraksi liat yang dihasilkan cacing bisa memperbaiki daya ikat antar partikel tanah sehingga menekan terjadinya proses pengikisan/erosi hingga 40 persen (Kartini, 2008).

Dari hasil penelitian Nurmayani (2007) diketahui bahwa pemberian kascing dan limbah tembakau serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah setelah dua minggu inkubasi dan pada akhir masa vegetatif, namun secara umum menunjukkan terjadinya peningkatan pH tanah.

Dari hasil penelitian Purba (2008) diketahui bahwa pemberian kascing setelah inkubasi 4 minggu berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah, KTK tanah, C-organik dan N-total tanah dan setelah panen berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah, KTK tanah, N-total tanah namun berpengaruh nyata terhadap C-organik.

(22)

Air Hujan

Air menjadi kendala utama sebagai penyebab rendahnya produktivitas pada lahan-lahan pasang surut yang sudah direklamasi menjadi lahan budidaya pertanian, dimana proses ameliorisasi (kematangan tanah ) telah tercapai dengan baik. Pada analisis kebutuhan air tanaman, ketersediaan air hanya diperhitungkan dari air hujan, sedangkan aliran /imbuhan dari saluran yang akan mempengaruhi kelengasan tanah disebabkan fluktuasi gerak pasang surut air tanah (water table) masih diabaikan. Sebagai konsekuensi dari anggapan ini adalah penanaman hanya dilakukan pada musim hujan sedangkan pada musim kemarau lahan dibiarkan bera, sehingga produksi pertanian sangat rendah (Budiwati dkk, 2008).

Komponen laut seperti Mg2+, K+ dan Na+ adalah tinggi di musim hujan dibandingkan musim lainnya. Seperti diketahui bahwa Mg2+, Na+ dan K+ merupakan komponen yang berasal dari sumber laut, maka ada suatu kecenderungan dipengaruhi oleh laut untuk Jakarta dan Surabaya mengingat letak Jakarta di tepi laut utara dan Surabaya yang dekat Selat Madura. Konsentrasi Cl -cukup tinggi untuk Jakarta dan Surabaya adalah signifikan dengan letak kedua kota yang dekat laut. Sehingga pada waktu proses pencucian akan terlarutkan dan menyebabkan asam atau basa tergantung komponen mana yang dominan dalam air hujan (Noor dan Tejuyuwono, 2003).

(23)

Hujan asam didefinisikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6. Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena karbondioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk

sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang. Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur dioksida dan nitrogen dioksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam tersebut akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan yang terbukti berbahaya bagi kehidupan ikan dan tanaman. Usaha untuk mengatasi hal ini saat ini sedang gencar dilaksanakan. (Budiwati dkk, 2008).

Sifat Fisika Tanah

Indeks Plastisitas Tanah

(24)

4 tingkatan berdasarkan nilai indeks plastisitasnya yang ada dalam selang antara 0 % dan 17 % (Wiqoyah, 2006).

Batas cair tanah adalah kandungan lengas maksimum suatu massa tanah yang tidak menyebabkan mengalir jika dikenai tekanan. Batas cair ini kira-kira setara dengan kakas menahan air. Tanah-tanah yang mempunyai batas cair tinggi akan mempunyai kakas menahan air yang tinggi. Tanah yang berada pada batas cairnya mempunyai kandungan air tertinggi yang dapat digunakan tanaman. Batas plastis tanah adalah kelengasan minimum sebelum massa tanah menunjukkan gejala meretak, tapi tidak patah jika diuli diatas suatu alas berpermukaan rata. Indeks keplastisan tanah adalah selisih antara nilai batas cair dan batas plastis tanah, yang dihitung dengan persamaan:

Indeks keplastisan = Batas Cair – Batas Plastis (Poerwowidodo, 1992).

Dalam cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas tanah ini metode penggelengan terdiri dari 2 prosedur yaitu penggelengan menggunakan telapak tangan dan penggelengan menggunakan alat geleng batas cair (sebagai prosedur alternatif). Batas cair (liquid limit/LL) adalah kadar air ketika sifat tanah pada batas dari keadaan cair menjadi plastis. Batas plastis (plastic limit/PL) merupakan batas terendah kondisi kadar air ketika tanah masih pada kondisi plastis. Indeks plastisitas (plasticity index/PI) adalah selisih antara batas cair tanah dan batas plastis tanah. Indeks plastisitas (PI) = batas cair (LL) – batas plastis (PL) a) jika batas cair atau batas plastis tidak dapat ditentukan, indeks plastisitas

(25)

b) jika batas plastis sama atau lebih besar dari batas cair, indeks plastisitas dinyatakan juga dengan: NP (non plastis).

(Standar Nasional Indonesia, 1990).

Kadar air dinyatakan dalam persen, dari tanah yang dibutuhkan untuk menutup goresan yang berjarak 0,5 in (12,7 mm) sepanjang dasar contoh tanah di dalam mangkok (lihat gambar 2.3c dan 2.3d) sesudah 25 pukulan didefinisikan sebagai batas cair (liquid limit). Batas plastis didefinisikan sebagai kadar air, dinyatakan dalam persen, dimana tanah apabila digulung sampai dengan diameter 1/8 in (3,2 mm) menjadi retak-retak. Batas plastis adalah batas terendah dari tingkat keplastisan suatu tanah. Indeks Plastisitas (plasticity index (PI)) adalah perbedaan antara batas cair dan batas plastis suatu tanah

Plastisitas (plasticity) adalah derajat kohesi tanah atau kemampuan tanah berubah di bawah pengaruh tekanan dan meninggalkan bentuk setelah tekanan dihentikan. Plastisitas ditentukan dengan cara menggulung tanah dengan tangan sampai terbentuk suatu benang atau semacam kawat berdiameter ±3 cm. Kelas dan penjelasan cara penetapan plastisitas tanah di lapangan pada Tabel 2.

Tabel 2. Kelas dan Penjelasan Cara Penetapan Plastisitas Tanah di Lapangan.

Plastisitas Penjelasan

Tidak plastis Apabila dibentuk dengan 4 cm panjang dan 6 mm tebal, dipegang ujungnya, bentuk tersebut akan hancur.

Agak plastis Lempeng 4 cm panjang dan 6 mm tebal dapat dibentuk, dipegang pada ujungnya masih dapat terbentuk, tetapi bila tebalnya dibuat 4 mm bentuk tersebut akan hancur.

Plastis Lempeng 4 cm panjang dan 4 mm tebal dapat terbentuk

(26)

Sangat plastis Lempeng 4 cm panjang dan 2 mm tebal dapat terbentuk, bila dipegang pada ujungnya tidak akan rusak bentuknya.

(Balai Penelitian Tanah, 2004).

Untuk penyiapan tanah, kisaran jangka olah merupakan hal yang sangat penting. Tanah yang baik harus mudah diolah pada kondisi lengas yang cukup lebar tanpa menimbulkan masalah dalam pengolahan maupun pengaruhnya terhadap tanah yang diolah. Harkat plastisitas tanah pada Tabel 3.

Tabel 3. Harkat Plastisitas Tanah

Harkat Plastisitas

Luar Biasa Tinggi >43 >40 >100 Sangat Berat

(Sutanto, 2005).

(27)

Sifat Kimia Tanah

pH Tanah

Reaksi Tanah merupakan ukuran keasamaan dan kebasaan larutan tanah, pH = - log (H+). pH tanah merupakan indikator pelapukan tanah, kandungan

mineral dalam batuan induk, lama waktu dan intensitas pelapukan, terutama

pelindihan kation-kation basa dari tanah. Tanah asam banyak mengandung H yang dapat ditukar, sedang tanah alkalis banyak mengandung basa dapat ditukar

pH>7 Ca dan Mg bebas; pH>8.5 pasti terdapat Na tertukar. Kandungan unsur-unsur hara seperti besi, copper, fosfor, Zn, dan hara lainnya serta substansi

toksik (Al3+, Pb2+) dikontrol oleh pH. Kandungan Al3+, Pb2+ akan berpengaruh sedikit bagi pertumbuhan tanaman pada tanah alkali calcareous tapi akan sangat serius pada tanah asam. Nutrient seperti P banyak tersedia (optimum) pada pH asam sampai netral, dan akan sedikit pada pH dibawah atau diatas nilai optimum tersebut (Agus, 2008).

Keasaman (pH) tanah diukur dengan nisbah tanah:air, 1:2,5 (10 g tanah dilarutkan dengan 25 ml air) dan ditulis dengan pH2,5 (H2O).

Di beberapa laboratorium, pengukuran pH tanah dilakukan dengan perbandingan tanah dan air 1 : 1 atau 1 : 5. Pengukuran pada nisbah ini agak berbeda dengan pengukuran pH2,5 karena pengaruh pengenceran terhadap konsentrasi ion H. Untuk tujuan tertentu, misalnya pengukuran pH tanah basa, dilakukan terhadap pasta jenuh air. Hasil pengukuran selalu lebih rendah daripada pH2,5 karena lebih kental dan konsentrasi ion H+ lebih tinggi (Viklund, 2009).

(28)

dengan natrium mempunyai nilai pH lebih tinggi daripada yang didominasi oleh Ca dan Mg. Jadi pada persentase kejenuhan basa, katakan 90, adanya ion-ion Ca, Mg, K, dan Na dengan perbandingan 10-3-1-1 mengasilkan nilai pH yang lebih rendah daripada jika perbandingannya 4-1-1-9. Pada kejadian yang pertama kalsium dominan, pada keadaan kedua kita mempunyai tanah dengan kompleks natrium-kalsium didominasi oleh natrium (Buckman and Brady, 1982).

C-organik

Karbon merupakan bahan organik yang utama. Karbon ditangkap tanaman berasal dari CO2 udara. Kemudian bahan organik didekomposisikan kembali dan

membebaskan sejumlah karbon. Pengaruh bahan organik pada ciri fisika tanah : a. Kemampuan menahan air meningkat

b. Warna tanah menjadi cokelat hingga hitam

c. Merangsang granulasi agregat dan memantapkannya

d. Menurunkan plastisitas, kohesi dan sifat buruk lainnya dari liat Pengaruh bahan organik pada kimia tanah:

a. Meningkatkan daya jerap dak Kapasitas Tukar Kation b. Kation yang mudah dipertukarkan meningkat

c. Unsur N,P,S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh

mikroorganisme, sehingga terhindar dari pencucian, kemudian tersedia kembali

(29)

Daya Hantar Listrik (DHL)

Konduktivitas atau daya hantar listrik dan salinitas atau konsentrasi garam kascing juga menurun, setelah 12 minggu. Konduktivitas pada minggu kedua adalah 2,05, turun menjadi 0,80 Ms/CM. Salinitas turun dari 1,31 pada minggu kedua menjadi 0,51 pada minggu ke-12. Penurunan salinitas ini membuktikan bahwa kascing cocok sebagai bahan penyubur tanah dan media tanam, tanpa menyebabkan keracunan (Mulat, 2003).

Nilai SAR

Tanaman yang yang mempunyai kelebihan kadar garam dalam tanah baik secara fisik maupun kimia. Tanah dengan akumulasi ditukar sodium sering dicirikan oleh miskin unsur hara dan permeabilitas. Tanah tersebut membuat tidak

baik bagi pertumbuhan tanah. Sodium adsorption ratio (SAR), bersama dengan pH, terkena pengaruh pada ciri garam tanah.. Nilai SAR merupakan cara mudah

untuk mengetahui perbandingan konsentrasi dari Na +, Ca2 +, Mg2 + dan solusi dalam tanah. Persamaan yang digunakan untuk menghitung SAR yang diberikan sebagai berikut:

(Simandjuntak, 2005)

Natrium dapat ditukar (Na-dd)

(30)

berpengaruh terhadap kualitas produksi, baik yang bersifat positif maupun negatif. Keberadaan garam dalam tanah pada Tabel 4.

Tabel 4. Keberadaan Garam Dalam Tanah

Kadar Garam Harkat

< 4 (mmhos/cm) Bebas garam

4-8 (mmhos/cm) Sedikit bergaram

8-16 (mmhos/cm) Bergaram

> 16 (mmhos/cm) Sangat bergaram

(Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Tanaman Jagung

Tanaman jagung umumnya tidak toleran terhadap kemasaman tanah yang tinggi. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa kejenuhan Al merupakan parameter yang lebih tepat untuk memperkirakan pengurangan hasil jagung pada tanah masam. Tanaman jagung akan berproduksi di bawah 90% dari maksimum apabila kejenuhan Al melebihi 12%. Bila kejenuhan Al > 40% pertumbuhan tanaman jagung akan menurun secara tajam (Indrasari dan Abdul,2006).

Tanaman jagung toleran terhadap reaksi keasaman tanaman pada pada kisaran pH 5,5-7. Tingkat kemasaman tanah yang paling baik untuk tanaman jagung adalah pada pH 6,8. Pada tanah yang memiliki keadaan pH 7,5-8,7

produksi jagung cenderung mulai turun. Bila lahan kering ber-pH masam (pH kurang dari 5,5) dialokasikan untuk pertanaman jagung, perlu dilakukan

pengapuran lebih dahulu (A.A.K, 1993).

(31)

berkisar antara 5,5 – 6,5 dan temperatur optimal berkisar antara 23 0C – 270C.

(32)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Laboratorium Kesuburan

Tanah dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, yang dimulai pada bulan Mei 2009 sampai

Oktober 2009.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah Inceptisol pada lahan rawa pasang surut dari Sungai Denai Kecamatan Percut Sei Tuan sebagai bahan penelitian, benih jagung sebagai tanaman indikator, pupuk kascing sebagai bahan organik, air sebagai air tawar, pupuk dasar sebagai pupuk dasar untuk mendukung pertumbuhan tanaman jagung serta bahan-bahan kimia untuk keperluan analisis di laboratorium, label nama untuk menandai tiap perlakuan dan bahan-bahan lain yang mendukung penelitian.

(33)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial

dengan 3 ulangan yang terdiri dari 12 faktor perlakuan sehingga diperoleh 3 x 12 = 36 unit percobaan. Unit percobaan yaitu:

Faktor I : Volume Air tawar

T1 : 0.5 x 300 ml (0.5 x kapasitas lapang) T2 : 1 x 300 ml (1 x kapasitas lapang) T3 : 1.5 x 300 ml (1.5 x kapasitas lapang) Faktor II : kascing

K0 : kontrol

K1 : 50 g/polibag (setara dengan 20 ton/ha) K2 : 100 g/polibag (setara dengan 40 ton/ha) K3 : 150 g/polibag (setara dengan 60 ton/ha) Model linier Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial: Yijk = µ + αi + βj + γk + (αβ)ij + єijk

Dimana : Yijk = Respon tanaman yang diamati µ = Nilai tengah umum

αi = Pengaruh taraf ke-i dari faktor kascing

βj = Pengaruh taraf ke-j dari faktor air tawar

γk = Pengaruh Blok

(αβij) = Pengaruh interaksi taraf ke-i dan taraf j

(34)

Denah percobaan pada gambar 1. Berikut denah percobaan

T1K1 T2K1 T2K3

T2K1 T2K3 T1K0

T1K0 T1K0 T3K3

T3K0 T1K1 T1K3

T1K2 T3K0 T2K1

T1K3 T2K2 T1K2

T2K2 T3K2 T2K0

T2K3 T3K3 T3K0

T3K2 T1K2 T2K2

T3K0 T3K1 T3K2

T3K3 T2K0 T1K1

T2K0 T1K3 T3K1

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Tanah

Pengambilan contoh tanah dilakukan secara komposit pada kedalaman 0 – 20 cm, kemudian dikering udarakan dan diayak dengan ayakan agar homogen.

Analisis Awal Tanah dan Kascing

Tanah yang telah kering udara dan diayak dilakukan analisis % KL dan % KA nya untuk menentukan berat tanah yang akan dimasukkan ke tiap polibag

(35)

yaitu analisis pH tanah, C-organik, Na-dd, DHL dan analisis awal kascing adalah pH, C-organik.

Aplikasi Kelembaban Tanah

Tanah dimasukkan ke dalam pot kemudian kemudian diberikan air tawar sesuai dengan dosis masing-masing yang telah ditentukan

Aplikasi Perlakuan

Setelah tanah dimasukkan ke dalam polibag yang setara dengan 5 kg BTKO dilakukan penyusunan sesuai taraf perlakuan dan dosis masing-masing dan kemudian tanah diinkubasi selama 4 minggu, kemudian diberikan pupuk dasar ke masing-masing pot untuk membantu pertumbuhan tanaman jagung

Penanaman dan Pemeliharaan

Setelah 4 minggu inkubasi lalu dilakukan penanaman benih jagung. Kemudian dilakukan penjarangan dengan hanya memilih tanaman yang dianggap paling baik. Pemeliharaan dilakukan dengan menyiram tanaman setiap hari bila diperlukan, sampai tanah dalam keadaan kapasitas lapang dan dilakukan penyiangan gulma yang tumbuh di sekitar tanaman dan dilakukan pengukuran tinggi tanaman setiap minggu sampai pada akhir masa vegetatif.

Pemanenan

(36)

Analisis Akhir

Setelah pemanenan dilakukan analisis akhir pada tanah meliputi pH, C-organik, nilai SAR, DHL. Untuk sifat fisik nya dihitung kerapatan indeks

plastis.

Peubah yang Diukur

Sifat kimia tanah sebagai berikut:

• pH tanah H2O dengan metode Elektrometri diukur pada 4 minggu inkubasi

dan akhir masa generatif

• C-organik (%)dengan metode Walkley and Black diukur pada masa 4 minggu setelah inkubasi

• DHL (mmhos/cm) dengan metode Conductivitymeter diukur pada 4 minggu inkubasi dan akhir masa generatif

• Na+, Mg2+ dan Ca2+ untuk menghitung nilai SAR

Sifat fisika tanah sebagai berikut:

• Indeks Plastisitas tanah dengan metode Atterberg diukur pada akhir masa generatif

Tanaman jagung sebagai berikut:

(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Kemasaman Tanah (pH) setelah 4 Minggu Inkubasi

Hasil pengukuran pH tanah pada Tabel 5 dan Lampiran 6 memperlihatkan bahwa pemberian air setelah 4 minggu inkubasi berpengaruh nyata terhadap pH tanah.

Tabel 5. Rataan Nilai Kemasaman Tanah (pH) pada Beberapa Tingkat Kelembaban Tanah dan Dosis Kascing setelah 4 Minggu Inkubasi

Air (ml)

Perlakuan T0 T1 T2 Rataan ---

Kascing (Ton/Ha)

K0 5,15 5,16 5,64 5,31

K1 5,22 5,07 5,59 5,29

K2 5,26 5,23 5,34 5,28

K3 5,13 5,11 5,52 5,25

Rataan 5,19 bB 5,14 bB 5,52 aA

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 % dan 1%

(38)

Daya Hantar Listrik

Hasil pengukuran daya hantar listrik pada Tabel 6 dan Lampiran 10

memperlihatkan bahwa pemberian air setelah 4 minggu inkubasi berpengaruh nyata terhadap nilai daya hantar listrik.

Tabel 6. Rataan Nilai Daya Hantar Listrik (DHL) Air Hasil Pencucian Tanah pada Beberapa Tingkat Kelembaban Tanah dan Dosis Kascing Setelah 4 minggu Inkubasi

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 % dan 1%

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa perlakuan dengan pemberian air dapat menurunkan daya hantar listrik hal ini terlihat pada daya hantar listrik yang tertinggi terdapat pada pemberian air dengan perlakuan 1.5 x kapasitas lapang yang berbeda nyata dengan perlakuan 1 x kapasitas lapang. Nilai daya hantar listrik yang terendah terdapat pada pemberian air dengan 0.5 x kapasitas lapang yaitu sebesar 4.78 mmhos/cm.

Karbon Organik

(39)

Tabel 7. Rataan Nilai C- organik pada Beberapa Tingkat Kelembaban Tanah dan

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 % dan 1%

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa perlakuan dengan T0K1 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu dengan perlakuan kascing sebesar 3.26 % dan dengan perlakuan air sebesar 3.40 % . Perlakuan T2K3 lebih rendah

dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu dengan perlakuan air sebesar 2.78 % dan perlakuan kascing sebesar 3.00 %.

Kemasaman Tanah (pH) Tanah 4 Minggu setelah Panen

Hasil pengukuran pH tanah 4 minggu setelah panen pada Tabel 8 dan Lampiran 8 memperlihatkan bahwa aplikasi kascing dan pemberian air setelah panen berpengaruh tidak nyata terhadap peningkatan pH tanah.

Tabel 8. Rataan Nilai Kemasaman Tanah (pH) pada Beberapa Tingkat Kelembaban Tanah dan Dosis Kascing

Air (ml)

(40)

dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu dengan perlakuan air sebesar 60.44 dan perlakuan kascing sebesar 4.98.

Daya Hantar Listrik Tanah setelah Panen

Hasil pengukuran daya hantar listrik tanah 4 minggu setelah panen pada Tabel 9 dan Lampiran 18 memperlihatkan bahwa aplikasi kascing dan pemberian air setelah panen berpengaruh nyata terhadap penurunan nilai daya hantar listrik. Tabel 9. Rataan Nilai Daya Hantar Listrik (DHL) pada Beberapa Tingkat

Kelembaban Tanah dan Dosis Kascing Air (ml)

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 % dan 1%

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan dengan pemberian air dapat menurunkan daya hantar listrik hal ini terlihat pada DHL yang tertinggi terdapat

pada pemberian air dengan perlakuan T1 yaitu sebesar 11.65 mmhos/cm yang berbeda nyata dengan perlakuan T0 yaitu sebesar 10.98 mmhos/cm. Nilai

daya hantar listrik yang terendah terdapat pada pemberian air dengan perlakuan T2 yaitu sebesar 7.49 mmhos/cm.

Nilai SAR Tanah setelah panen

(41)

Tabel 10. Rataan Nilai SAR pada Beberapa Tingkat Kelembaban Tanah dan Dosis

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa perlakuan dengan T1K3 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu dengan perlakuan kascing sebesar 7.55 dan dengan perlakuan air sebesar 29.20. Perlakuan T2K2 lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu dengan perlakuan air sebesar 7.17 dan perlakuan kascing sebesar 9.51 .

Nilai Indeks Plastisitas Tanah setelah Panen

Hasil pengukuran nilai indeks plastisitas tanah 4 minggu setelah panen pada Tabel 11 dan Lampiran 12 memperlihatkan bahwa aplikasi kascing dan pemberian air setelah panen berpengaruh tidak nyata terhadap nilai SAR.

Tabel 11. Rataan Nilai Indeks Plastisitas pada Beberapa Tingkat Kelembaban Tanah dan Dosis Kascing

Air (ml)

(42)

dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu dengan perlakuan air sebesar 4.13 dan perlakuan kascing sebesar 3.71.

Nilai Berat Basah Tanaman setelah Panen

Hasil pengukuran nilai berat basah tanaman setelah panen pada Tabel 12 dan Lampiran 20 memperlihatkan bahwa pemberian air setelah panen berpengaruh nyata terhadap nilai berat basah tanaman.

Tabel 12. Rataan Nilai Berat Basah Tanaman pada Beberapa Tingkat Kelembaban Tanah dan Dosis Kascing

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa perlakuan dengan pemberian air dapat dengan nyata meningkatkan produksi tanaman. Pada nilai berat basah tanaman yang tertinggi terdapat pada perlakuan T1 yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya yaitu sebesar 302.92. dan yang terendah terdapat pada perlakuan T0 yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya yaitu 192.

Pembahasan

Hasil analisis kemasaman tanah setelah 4 minggu inkubasi menunjukkan

bahwa pemberian air berpengauh nyata. Perlakuan dangan perlakuan T2 (1 x kapasitas lapang) ini berbeda nyata dengan perlakuan lainnya terhadap

(43)

nya. Hal ini sesuai dengan literatur (Budiwati dkk, 2008) yang menyatakan bahwa air hujan yang asam tersebut akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan yang terbukti berbahaya bagi kehidupan ikan dan tanaman. Usaha untuk mengatasi hal ini saat ini sedang gencar dilaksanakan.

Hasil analisis kemasaman tanah setelah panen menunjukkan bahwa pengaruh tingkat pemberian air dan pemberian kascing berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah panen. Hal ini dapat disebabkan karena kascing dan pemberian air tidak terdekomposisi sempurna di dalam tanah sehingga tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pH tanah. Hal ini mendukung penelitian Purba (2008) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemberian kascing juga berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah, KTK tanah, C-organik dan N-total tanah setelah inkubasi 4 minggu dan juga mendukung penelitian Nurmayani (2007) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemberian kascing dan limbah tembakau serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah.

Hasil yang diperoleh dari analisis kemasaman tanah setelah panen berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan pH tanah. Hal ini disebabkan karena kascing mengandung kalsium karbonat (CaCO3) atau dolomit. Seperti

yang dikemukakan oleh Kartini (2008) bahwa aktivitas cacing tanah ini secara konstan dapat meningkatkan pH pada tanah asam. Ini karena, cacing dapat mengeluarkan kapur dalam bentuk kalsium karbonat (CaCO3) atau dolomit pada

(44)

Hasil analisis Daya Hantar Listrik yang telah dilakukan 4 minggu setelah inkubasi menunjukkan dan setelah akhir masa panen menunjukkan pengaruh nyata dalam pemberian air. Perlakuan air dengan dosis 1.5 x kapasitas lapang berbeda sangat nyata dengan perlakuan air lainnya. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya jumlah air yang digunakan maka semakin tinggi pencucian yang terjadi sehingga mengurangi nilai salinitas yang terdapat didalam tanah.

Hasil analisis daya hantar listrik juga dapat dilihat bahwa dengan pemberian banyak air dapat mengurangi nilai pencucian kadar garam pada tanah hal ini sesuai dengan literatur (Budiwati dkk, 2008) yang menyatakan bahwa tanaman yang tergolong pada semi sensitif cukup banyak baik dari tanaman serealia maupun sayuran. Langkah lain yang bisa diambil adalah pemberian bahan ameliorant, terutama pupuk organik atau penambahan kapur untuk menurunkan

nilai ESP, serta pencucian kadar garam dengan air hujan serta air segar (bila tersedia) .

(45)

Hasil analisis kadar karbon organik tanah setelah akhir masa generatif menunjukkan bahwa pemberian kascing dan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar karbon organik tanah. Hal ini kemungkinan disebabkan karena sebagian besar karbon organik dalam tanah dipergunakan oleh tumbuhan untuk mendukung pertumbuhan dan produksi dari tumbuhan tersebut. Hal ini mendukung penelitian Syafwan (2009) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemberian kascing setelah panen berpengaruh tidak nyata terhadap P-tersedia, C-organik dan N-total tanah.

Setelah dilakukan juga analisis terhadap indeks plastisitasnya dapat diketahui bahwa indeks plastisitasnya tergolong sangat rendah. Hal ini disebabkan karena kascing dapat menjadikan tanah gembur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tim Penulis yang menyatakan bahwa cacing tanah juga berperan dalam memperbaiki dan mempertahankan struktur tanah. Lubang-lubang cacing, kascing dan humus secara langsung menjadikan tanah gembur.

Hasil analisis pengukuran nilai SAR cenderung mengalami penurunan. Hal ini disebabkan semakin banyak air yang diberikan kedalam tanah maka nilai SAR mengalami penurunan. Nilai SAR diketahui untuk mengetahui perbandingan antara Na+, Ca2+, Mg2+. Hal ini sesuai dengan literatur (Simandjuntak, 2005) yang menyatakan bahwa Sodium adsorption ratio (SAR), bersama dengan pH, terkena pengaruh pada ciri garam tanah.. Nilai SAR merupakan cara mudah untuk

mengetahui perbandingan konsentrasi dari Na+, Ca2+, Mg2+ dan solusi dalam tanah.

(46)
(47)

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

1.

Pemberian air dengan dosis 1 x kapasitas lapang pada 4 minggu inkubasi menurunkan nilai pH.

2.

Pemberian air dengan dosis 1x kapasitas lapang dapat menurunkan nilai DHL inkubasi.

3.

Pemberian air dengan dosis 1x kapasitas lapang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung

SARAN

• Sebaiknya perlu dilakukan penelitian lanjut untuk mengkaji dosis kascing

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Aak. 1993. Jagung. Kanisius, Yogyakarta

Agus, C., 2008. Reaksi Tanah (pH)

Balai Penelitian Tanah, 2004. Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Buckman, H.O and N. C. Brady., 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan: Soegiman.

Penerbit Bhratara Karya Aksara, Jakarta. 765 Hal

Budiwati Tuti Sri Kaloka Prabotosari, Tuti Mulyani H.W, M. Pariyatmo dan Mulyono Karakteristik Kimia air hujan di Pulau Jawa. Surabaya.

Effendi Bachtiar Hasibuan. 2006. Pengelolaan Tanah Dan Air Lahan Marginal. Universitas Sumatera Utara Fakultas Pertanian, Medan.Hal 40

Hakim, N; M. Y. Nyakpa; A.M. Lubis; S.G. Nugroho; M.R. Saul; M.A. Diha; G.B. Hong; H.H. Bailey., 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung, Lampung.

Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi tanah dan Pedogenesis. Akademi pressindo, Jakarta.

2008. Modul 1.

Review Mektan 1. Sifat – sifat Indeks Tanah. Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana.

Indrasari, A dan Abdul, S. 2006. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Dan Unsur Hara Mikro Terhadap Pertumbuhan Jagung Pada Ultisol Yang Dikapur.

FP UGM. Yogyakarta.

(49)

Kimpraswil In Cooperation With Rijkwaterstaat. 2008. System usaha tani dan pengelolaan paska panen rawa pasang surut, evaluasi pedoman

pengembangan.

Mulyati dan R. M. Sinwin. 2004. Kontribusi Pemanfaatan Pupuk Organik Kascing dan Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan Dan Serapan Fosfor Pada Tanaman.

Noor, M., A. Mass dan Tejuyuwono., 2003. Pengaruh Pelindian dan Perbaikan Aerasi Terhadap Sifat Kimia Tanah Sulfat Masam Kalimantan. http://soil. faperta. ugm. ac.id/jilt/4.1%202003%2001-14%20noor.pdf. (2008).

Nurhayati; Amrizal, S, dan Junaidi. 2006. Pengaruh Zeolit Dan Bahan Humik Pada Ultisol Terhadap Ketersediaan Hara Dan Produksi Jagung (Zea mays L.). BPTP Kep. Bangka Belitung dan Staf Dosen Jurusan Tanah Faperta Unand. Bangka Belitung.

Nurmayani., 2007. Uji Pemberian Kascing dan Limbah Tembakau (Pabrik Rokok) Terhadap Beberapa Sifat Kimia Ultisol dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays, L). Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Hlm. 40.

Poerwowidodo., 1992. Metode Selidik Tanah. Penerbit Usaha Nasional, Surabaya. Purba., 2008. Kajian Beberapa Sifat Fisika dan Kimia Entisol Asal Tanjung

Morawa Serta Produksi Sawi (Brassica juncea, L) Akibat Pemberian Kascing dan Zeolit. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Hlm. 24-25.

Rosmarkam, A dan N. Y. Yuwono., 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Rukmana, H. R. 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius, Yogyakarta.

Siagian, D. R; Delima, N dan I Putu, C. P. A., 2006. Kajian Teknologi Pemberian Bahan Organik Dalam Perbaikan Lahan Pertanian Pasca Tsunami Di Desa Botohilitano Kabupaten Nias Selatan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara.

(50)

Tan, K. H (1995). Dasar-dasar Kimia Tanah. Gadjah Mada University Press :

Yogyakarta.

Simanjuntak, A.K dan D. Walujo., 1982. Cacing Tanah, Budidaya dan Pemanfaatannya. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.

Standar Nasional Indonesia, 1990. Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas tanah. Revisi SNI 03-1966-1990.

Sutanto, R., 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. 219 Hal

Syafwan, F., 2009. Kajian Sifat Fisik dan Kimia Serta Produksi Kedelai (Glycine max, L) Akibat Pemberian Kascing dan Zeolit Pada Ultisol

Asal Mancang. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Hlm. 28-29.

Viklund, A., 2009. Pengukuran pH Tanah. Agrica. WordPress.com.

Wiqoyah, Q., 2006. Pengaruh Kadar Kapur, Waktu Perawatan dan Perendaman terhadap Kuat Dukung Tanah Lempung. Jurusan Teknik Sipil. Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

(51)

LAMPIRAN

Analisis Awal Tanah

Lampiran 1. Analisis Awal Tanah *

No. Keterangan Parameter Hasil Analisis Keterangan**

1 pH H2O 5,33 Masam

2 DHL (mmhos/cm) 4,00 Tinggi

3 K-dd (me/100 g) 0,897 Tinggi

4 Na-dd (me/100 g) 0,043 Sangat Rendah

5 C-Organik (%) 2,05 Sedang

6 N-Total (%) 0,17 Rendah

7 P-tersedia 2,57 Sangat Rendah

* Dianalisis di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian USU, Medan

** Berdasarkan Kriteria BPP Medan, 1982

Analisis Awal Kascing

Lampiran 2. Analisis Awal Kascing *

No. Keterangan Parameter Hasil Analisis Keterangan**

1 pH H2O 6,79 Netral

2 C-Organik (%) 17,32 Sangat Tinggi

* Dianalisis di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian USU, Medan

(52)

Lampiran 3. Kriteria Sifat Tanah

Sifat Tanah Satuan Sangat

Rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat

Tinggi

(53)

Lampiran 4. Kelas Indeks Plastisitas Tanah Berdasarkan Angka-Angka Atterberg (Sutanto, 2005)

No. Indeks Plastisitas (BC-BP)

%

Keterangan

1. 0-5 Sangat rendah

2. 6-10 Rendah

3. 11-17 Sedang

4. 18-30 Tinggi

5. 31-43 Sangat Tinggi

6. >43 Luar Biasa Tinggi

(54)

Lampiran 5. Tabel Rataan Analisis Kemasaman Tanah 4 minggu inkubasi dengan Metode Elektrometri

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(55)

Lampiran 7. Tabel Rataan Analisis Daya Hantar Listrik 4 minggu inkubasi

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(56)

Lampiran 9. Tabel Rataan C-organik 4 minggu inkubasi

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II II

Lampiran 10. Daftar Sidik Ragam F 5% dan F 1%

(57)

Lampiran 11. Tabel Rataan Analisis Kemasaman Tanah Akhir Masa Generatif

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II II

Lampiran 12. Daftar Sidik Ragam F 5% dan F 1%

(58)

Lampiran 13. Tabel Rataan Daya Hantar Listrik pada masa akhir masa generatif

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II II

Lampiran 14. Daftar Sidik Ragam F 5% dan F 1%

(59)

Lampiran 15. Tabel Rataan Nilai SAR pada masa akhir masa generatif

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II II

Lampiran 16. Daftar Sidik Ragam F 5% dan F 1%

(60)

Lampiran 17. Tabel Rataan Analisis Indeks Plastisitas akhir masa generatif

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II II

Lampiran 18. Daftar Sidik Ragam F 5% dan F 1%

(61)

Lampiran 19. Tabel Rataan Berat Basah Tanaman pada masa akhir masa generatif

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II II

Lampiran 20. Daftar Sidik Ragam F 5% dan F 1%

Gambar

Tabel Rataan Analisis Daya Hantar Listrik Tanah 4 minggu Inkubasi .....................................................................................................
Tabel 1. Sifat-Sifat Umum dari Tanah Pasang Surut
Tabel 3. Harkat Plastisitas Tanah  Plastisitas
Tabel 4. Keberadaan Garam Dalam Tanah Kadar Garam
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sistem transmisi adalah suatu sitem penyaluran energi listrik dari suatu tempat ketempat lain seperti dari stasiun pembangkitan ke gardu induk. Tenaga listrik

Jamalludin dan Zaidatun (2002) menyatakan bahawa pautan atau links membolehkan suatu navigasi tidak linear berbentuk hypermedia dapat dihasilkan. Ini dapat

Latar Belakang : Industri Indonesia masih banyak menggunakan tenaga manusia dalam hal produksi. Pada penanganan kerja secara manual, manusia dituntut mempunyai kemampuan

Untuk mengetahui kapasitas daya listrik yang dihasilkan oleh turbin kaplan. Untuk menghitung daya dan efisiensi turbin kaplan

Penyelesaian Tunggakan perkara dengan cepat yang diukur berdasarkan persentase dari jumlah sisa perkara tahun sebelumnya yang telah diselesaikan /diputus baik perkara

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru SMK Swasta “X” Pekanbaru, maka berikut ini

'dasarkan beberapa syarat. lain itu, keputusan akhir bagi setiap strategi juga periu diambil kira. Dalam ilmu mantik, :urang-kurangnya terdapat empat kayu ukur ke atas

Metodologi yang digunakan penulis dalam pengembangan sistem ini adalah metodologi ITERASI, dimana tahapan dalam motedologi iterasi ini yaitu fase survei sistem