• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku dan Pakan Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus, Raffles 1812) di Hutan Mangrove Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perilaku dan Pakan Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus, Raffles 1812) di Hutan Mangrove Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara."

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU DAN PAKAN LUTUNG KELABU

(Trachypithecus cristatus, Raffles 1812) DI HUTAN MANGROVE

KECAMATAN GEBANG KABUPATEN LANGKAT PROVINSI

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

MARLIN ANDIKA

061202026

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

Judul Skripsi : Perilaku dan Pakan Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus, Raffles 1812) di Hutan Mangrove Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara.

Nama : Marlin Andika

NIM : 061202026

Departemen : Kehutanan Program Studi : Budidaya Hutan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Onrizal, S.Hut, M.Si Pindi Patana, S.Hut, M.Sc Ketua Anggota

Mengetahui,

(3)

ABSTRACT

MARLIN ANDIKA: Behavior and Feeding of Leaf Grey Monkey (Trachypithecus

cristatus, Raffles 1812) at Mangrove Forests in Gebang Sub-District, Langkat District, North Sumatra Province

Under Supervision of ONRIZAL and PINDI PATANA

This research aims were to study the daily behavior of leaf grey monkey both female and male and to identify their feeding sources at mangrove forests in Gebang Sub-District, Langkat District, North Sumatra Province. Three individual of leaf grey monkey (1 male and 2 female) were selected. Focal method of animal sampling was applied in this observation which recorded all activity of samples at every 2 minutes. Observation of monkey activity was started from 06.00 am until 6.30 pm. Variables in this research included daily activity of monkey (eatings, moving, social, grooming, nesting, resting and elimination) and selection of feeding type. Vegetation analyse was used based on combination between transect and line compartment method to estimate the plant diversity as food of leaf grey monkey. Data analyses both quantitave and qualitative method were apllied. Result of research indicated that daily activities of monkey based on time-used were 28,03% for moving, 12,75% for eating, 14,34% for social activity, 33,61% for resting, 10,82% for grooming, 0,00% to nesting and 0,42% for elimination activity. Monkey were preferred young leaf or buds. Feeding types of leaf grey monkey were leaf, bark, insect and fruit. This research to feeding likes of fruit, leaf and bark prepat (Soneratia caseolaris), leaf and bark gendorusa (Morinda citrifolia), leaf of kimia/seruni (Wedelia biflora), leaf and bark of bakau (Rhizophora apiculata), leaf of ceplukan (Passiflora foetida), leaf of pedang-pedangan (Derris trifolia ), leaf and bark of nipah ( Nypa fructicans). Shannon-Wiener diversity index were classified low for all plant stage, 1,73 for seedling stage, 1,56 for sapling stage and 0,82 for tree stage.

(4)

ABSTRAK

MARLIN ANDIKA: Perilaku dan Pakan Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus, Raffles 1812) di Hutan Mangrove Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara.

Dibimbing oleh ONRIZAL dan PINDI PATANA

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perilaku harian lutung dan jenis pakan lutung kelabu jantan dan betina yang terdapat di hutan mangrove Kecamatan Gebang. Objek penelitian terdiri dari 3 ekor lutung kelabu yang terdiri dari 2 ekor lutung kelabu betina dan 1 lutung jantan. Metode pengamatan pada penelitian ini menggunakan metode focal animal sampling, yaitu mencatat data setiap 2 menit sebagai satu unit sampel. Waktu pengamatan aktivitas lutung dimulai dari pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul 18.30 WIB. Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah aktivitas harian lutung (makan, bergerak pindah, sosial, membersihkan diri, bersarang, istirahat dan eliminasi) dan pemilihan jenis pakan. Untuk menduga ketersediaan pakan dilakukan analisis vegetasi dengan menggunakan metode metode kombinasi antara metode jalur dengan metode garis berpetak, dimana petak yang diletakkan tegak lurus garis pantai menuju daratan dengan luas petak 120 m x 80 m dan didapatkan 95 plot. Data yang telah diamati dianalisis secara kuantitatif dan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lutung dalam satu hari, rata-rata menggunakan waktu untuk bergerak berpindah 28,03%, 12,75% untuk aktivitas makan, 14,34% untuk sosial, 33,61% untuk istirahat, 10,82% untuk membersihkan diri, 0% untuk bersarang dan 0,42% untuk kegiatan eliminasi. Lutung menyukai jenis pakan daun yang masih muda atau berupa pucuk. Jenis pakan yang diteliti adalah daun, kulit kayu, serangga dan buah. Pada penelitian menunjukkan lutung kelabu menyukai buah, daun dan kulit kayu prepat (Soneratia caseolaris), daun dan kulit kayu gendorusa (Morinda citrifolia), daun kimia/seruni (Wedelia biflora), daun dan kulit kayu bakau (Rhizophora apiculata), daun ceplukan (Passiflora foetida), daun pedang-pedangan (Derris trifolia), daun dan kulit kayu nipah (Nypa fructicans). Indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wiener tergolong rendah untuk seluruh tingkat pertumbuhan, yakni pada tingkat semai (1,73), pada tingkat pancang (1,56), dan pada tingkat pohon (0,82).

Kata kunci: aktivitas makan, pemilihan pakan, lutung kelabu, tingkah laku makan.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Marlin Andika yang lahir di Kisaran tanggal 29 Juli 1988 dari ayah bernama Sumaryadi dan Ibu bernama Naulina Daulay Penulis merupakan putra pertama dari dua bersaudara.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini. Judul penelitian ini adalah ”Perilaku dan Pakan Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus, Raffles 1812) di Hutan Mangrove Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara”. Lutung kelabu yang menjadi objek penelitian merupakan lutung kelabu yang berada di hutan mangove.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih sebesar-besarnya kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik

penulis selama ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Onrizal, S.Hut, M.Si dan Pindi Patana, S.Hut, M.Sc selaku komisi pembimbing

dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis.

Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Budidaya Hutan Departemen Kehutanan serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat di sebutkan satu per satu disini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian ini, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat.

Medan, Januari 2011

(7)

DAFTAR ISI

Habitat dan Penyebaran... 5

(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pola Aktivitas Harian ... 21

Aktivitas Membersihkan Diri (Grooming) ... 25

Aktivitas Sosial ... 27

Aktivitas Istirahat ... 28

Aktivitas Eliminasi ... 31

Aktivitas Bersarang ... 32

Aktivitas Bergerak Pindah ... 32

Aktivitas Makan ... 33

Kecepatan Makan ... 36

Ketersediaan Pakan ... 42

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 47

Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

(9)

DAFTAR TABEL

1. Contoh tabulasi perilaku harian lutung kelabu... 18 2. Contoh tabulasi perilaku makan lutung kelabu jantan dan betina ... 18 3. Contoh tabulasi perhitungan uji Mann-Whitney untuk aktivitas makan

antara lutung kelabu jantan dan betina ... 18 4. Contoh tabulasi perbandingan kecepatan makan lutung kelabu jantan

jantan dan betina ... 19 5. Contoh tabulasi persentase waktu makan yang dihabiskan untuk

berbagai golongan/jenis makanan ... 19 6. Contoh tabulasi perhitungan uji Mann-Whitney untuk kecepatan

makan antara lutung kelabu jantan dan betina ... 20 7. Karakteristik lutung kelabu jantan dan betina ... 21 8. Aktivitas makan lutung kelabu jantan dan betina selama

waktu penelitian ... 34 9. Perbandingan kecepatan makan lutung kelabu jantan dan betina ... 36 10. Waktu makan antara Janu dan Avi yang dihabiskan untuk berbagai

bagian pakan ... 39 11. Waktu makan antara Janu dan Becky yang dihabiskan untuk berbagai

bagian pakan ... 39 12. Ciri-ciri buah dan masa berbuah untuk jenis tumbuhan mangrove

yang ada di lokasi penelitian ... 41 13. Ciri-ciri buah dan masa berbuah untuk jenis tumbuhan mangrove

(10)

DAFTAR GAMBAR

1. Petak contoh analisis vegetasi ... 16

2. Persentase aktivitas harian lutung kelabu selama pengamatan ... 22

3. Persentase aktivitas harian lutung kelabu di penangkaran ... 24

4. Persentase aktivitas harian lutung kelabu berdasarkan jenis kelamin ... 25

5. Garfik suhu maksimum dan minimum di lokasi penelitian ... 29

6. Data curah hujan (mm) oleh BMKG untuk wilayah Kab. Langkat ... 29

7. Persentase jenis pakan yang dimakan pada tiap fokal ... 40

8. Persentase pakan lutung kelabu berdasarkan beberapa hasil penelitian ... 40

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Aktivitas harian lutung jantan dan betina... 52

2. Perhitungan uji Mann-Whitney untuk aktivitas makan antara lutung kelabu jantan dan betina ... 54

3. Kecepatan makan lutung kelabu berdasarkan jenis makanan ... 55

4. Perhitungan uji Mann-Whitney untuk kecepatan makan antara lutung kelabu jantan dan betina ... 54

5. Perhitungan uji Mann-Whitney untuk aktivitas bergerak pindah antara lutung kelabu jantan dan betina ... 59

6. Perhitungan uji Mann-Whitney untuk aktivitas sosial antara lutung kelabu jantan dan betina ... 60

7. Perhitungan uji Mann-Whitney untuk aktivitas membersihkan diri antara lutung kelabu jantan dan betina ... 61

8. Perhitungan uji Mann-Whitney untuk aktivitas istirahat antara lutung kelabu jantan dan betina ... 62

9. Perhitungan uji Mann-Whitney untuk aktivitas eliminasi antara lutung kelabu jantan dan betina ... 63

10. Waktu makan lutung jantan dan betina berdasarkan bagian tanaman .... 65

11. Analisis vegetasi di lokasi penelitian ... 66

12. Foto lutung kelabu dilokasi penelitian ... 68

13. Foto contoh makanan lutung kelabu ... 70

14. Data Curah Hujan oleh BMKG untuk wilayah Kab. Langkat 2010 ... 73

(12)

ABSTRACT

MARLIN ANDIKA: Behavior and Feeding of Leaf Grey Monkey (Trachypithecus

cristatus, Raffles 1812) at Mangrove Forests in Gebang Sub-District, Langkat District, North Sumatra Province

Under Supervision of ONRIZAL and PINDI PATANA

This research aims were to study the daily behavior of leaf grey monkey both female and male and to identify their feeding sources at mangrove forests in Gebang Sub-District, Langkat District, North Sumatra Province. Three individual of leaf grey monkey (1 male and 2 female) were selected. Focal method of animal sampling was applied in this observation which recorded all activity of samples at every 2 minutes. Observation of monkey activity was started from 06.00 am until 6.30 pm. Variables in this research included daily activity of monkey (eatings, moving, social, grooming, nesting, resting and elimination) and selection of feeding type. Vegetation analyse was used based on combination between transect and line compartment method to estimate the plant diversity as food of leaf grey monkey. Data analyses both quantitave and qualitative method were apllied. Result of research indicated that daily activities of monkey based on time-used were 28,03% for moving, 12,75% for eating, 14,34% for social activity, 33,61% for resting, 10,82% for grooming, 0,00% to nesting and 0,42% for elimination activity. Monkey were preferred young leaf or buds. Feeding types of leaf grey monkey were leaf, bark, insect and fruit. This research to feeding likes of fruit, leaf and bark prepat (Soneratia caseolaris), leaf and bark gendorusa (Morinda citrifolia), leaf of kimia/seruni (Wedelia biflora), leaf and bark of bakau (Rhizophora apiculata), leaf of ceplukan (Passiflora foetida), leaf of pedang-pedangan (Derris trifolia ), leaf and bark of nipah ( Nypa fructicans). Shannon-Wiener diversity index were classified low for all plant stage, 1,73 for seedling stage, 1,56 for sapling stage and 0,82 for tree stage.

(13)

ABSTRAK

MARLIN ANDIKA: Perilaku dan Pakan Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus, Raffles 1812) di Hutan Mangrove Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara.

Dibimbing oleh ONRIZAL dan PINDI PATANA

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perilaku harian lutung dan jenis pakan lutung kelabu jantan dan betina yang terdapat di hutan mangrove Kecamatan Gebang. Objek penelitian terdiri dari 3 ekor lutung kelabu yang terdiri dari 2 ekor lutung kelabu betina dan 1 lutung jantan. Metode pengamatan pada penelitian ini menggunakan metode focal animal sampling, yaitu mencatat data setiap 2 menit sebagai satu unit sampel. Waktu pengamatan aktivitas lutung dimulai dari pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul 18.30 WIB. Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah aktivitas harian lutung (makan, bergerak pindah, sosial, membersihkan diri, bersarang, istirahat dan eliminasi) dan pemilihan jenis pakan. Untuk menduga ketersediaan pakan dilakukan analisis vegetasi dengan menggunakan metode metode kombinasi antara metode jalur dengan metode garis berpetak, dimana petak yang diletakkan tegak lurus garis pantai menuju daratan dengan luas petak 120 m x 80 m dan didapatkan 95 plot. Data yang telah diamati dianalisis secara kuantitatif dan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lutung dalam satu hari, rata-rata menggunakan waktu untuk bergerak berpindah 28,03%, 12,75% untuk aktivitas makan, 14,34% untuk sosial, 33,61% untuk istirahat, 10,82% untuk membersihkan diri, 0% untuk bersarang dan 0,42% untuk kegiatan eliminasi. Lutung menyukai jenis pakan daun yang masih muda atau berupa pucuk. Jenis pakan yang diteliti adalah daun, kulit kayu, serangga dan buah. Pada penelitian menunjukkan lutung kelabu menyukai buah, daun dan kulit kayu prepat (Soneratia caseolaris), daun dan kulit kayu gendorusa (Morinda citrifolia), daun kimia/seruni (Wedelia biflora), daun dan kulit kayu bakau (Rhizophora apiculata), daun ceplukan (Passiflora foetida), daun pedang-pedangan (Derris trifolia), daun dan kulit kayu nipah (Nypa fructicans). Indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wiener tergolong rendah untuk seluruh tingkat pertumbuhan, yakni pada tingkat semai (1,73), pada tingkat pancang (1,56), dan pada tingkat pohon (0,82).

Kata kunci: aktivitas makan, pemilihan pakan, lutung kelabu, tingkah laku makan.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lutung kelabu adalah salah satu satwa liar yang dilindungi, sesuai dengan SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 733/kpts-II/1999. CITES (Convention on International Trade in Endangered Species) merupakan satu-satunya perjanjian atau traktat (treaty) global dengan fokus pada perlindungan spesies tumbuhan dan satwa liar terhadap perdagangan internasional yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yang mungkin akan membahayakan kelestarian tumbuhan dan satwa liar tersebut. Lutung kelabu (Trachypithecus cristatus, Raffles 1812) termasuk Appendix II, yang memuat daftar dari spesies yang tidak terancam kepunahan, tetapi mungkin akan terancam punah apabila perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan (CITES, 2007). Populasi lutung kelabu di alam mengalami penurunan setiap tahun yang disebabkan oleh tingginya tingkat perburuan yang nantinya akan diperdagangkan.

Lutung kelabu tersebar di Sumatera Utara, Kalimantan Utara dan Semenanjung Malaysia. Lutung kelabu sering dijumpai pada hutan hujan tropis,

hutan bakau dan di tepi sungai, namun kadang-kadang lutung kelabu ini dijumpai di daerah perkebunan karet, hutan primer pegunungan atau hutan sekunder daerah

(15)

sehingga jarang sekali lutung kelabu meninggalkan pohon-pohon besar tempatnya tinggal secara alami.

Shaw (1985) dalam Napitu et al., (2007) menjelaskan bahwa komponen habitat yang mengendalikan kehidupan satwa liar terbagi dalam 4 (empat) hal meliputi pakan, ruang, air dan pelindung. Diantara empat hal tersebut, salah satunya yang sangat penting adalah pakan (food). Pakan merupakan komponen habitat yang paling nyata. Tiap jenis satwa mempunyai kesukaan untuk memilih pakannya, kesukaan pakan ini berhubungan dengan selera.

Hutan mangrove merupakan formasi hutan yang tumbuh dan berkembang pada daerah landai di muara sungai dan pesisir pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Oleh karena itu, kawasan hutan mangrove secara rutin digenangi oleh pasang surut air laut, maka lingkungan (tanah dan air) hutan mangrove bersifat salin dan tanahnya jenuh air. Hutan mangrove merupakan habitat bagi berbagai fauna, baik fauna khas mangrove maupun fauna yang berasosiasi dengan mangrove. Berbagai fauna tersebut menjadikan mangrove sebagai tempat tinggal, mencari makan, bermain atau tempat berkembang biak.

(16)

tersebut mengalami sedikit kerusakan akibat pembukaan perkebunan kelapa sawit, pertanian dan tambak. Mengingat data perilaku dan ketersediaan pakan lutung kelabu di Sumatera Utara belum tersedia sebelumnya sebagai salah satu dasar pengelolaan kawasan, sehingga penelitian ini penting untuk dilakukan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi tumbuhan atau

organisme lain yang menjadi sumber pakan lutung kelabu jantan dan betina, (2) membandingkan aktivitas makan dan kecepatan makan lutung kelabu jantan

dan betina berdasarkan perilaku harian dan (3) menduga ketersediaan pakan di lokasi penelitian.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data perilaku dan pakan lutung kelabu (Trachypithecus cristatus, Raffles 1812) yang diharapkan dapat berguna dalam meningkatkan usaha pengelolaan dan pelestarian lutung kelabu di Hutan Mangrove Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

Hipotesis Penelitian

1. Ada perbedaan aktivitas makan antara lutung kelabu jantan dan lutung betina dalam perilaku harian.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Ilmiah

Pengklasifikasian primata berdasarkan 3 (tiga) tingkatan taksonomi, yaitu (1) secara ilmiah nama spesies dan sub-spesies yang dikenali yang disahkan secara terang-terangan, (2) secara ilmiah populasi yang tidak memiliki nama yang terdapat di daerah tersebut dengan bukti terpercaya yang taksonominya dikenali

secara terpisah kemungkinan benar, (3) secara ilmiah nama spesies dan sub-spesies yang dikenali belum pasti dan memerlukan investigasi lebih lanjut

(Jones, 2004). Berdasarkan tingkatan tersebut, lutung kelabu diklasifikasikan menjadi:

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Primates Famili : Cercopithecidae Genus : Trachypithecus

Spesies : Trachypithecus cristatus, Raffles (1812). (Supriatna dan Wahyono, 2000).

Status Dilindungi

(18)

perkembangan populasinya. CITES (Convention on International Trade in Endangered Species) merupakan satu-satunya perjanjian atau traktat (treaty) global dengan fokus pada perlindungan spesies tumbuhan dan satwa liar terhadap perdagangan internasional yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yang mungkin akan membahayakan kelestarian tumbuhan dan satwa liar tersebut. Lutung kelabu (Trachypithecus cristatus, Raffles 1812) termasuk Appendix II, yang memuat daftar dari spesies yang tidak terancam kepunahan, tetapi mungkin akan terancam punah apabila perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan (CITES, 2007).

Morfologi

Lutung kelabu memiliki warna rambut yang hampir semuanya didominasi hitam keperakan, warna kulit muka hitam atau abu-abu tua, panjang tubuh jantan dan betina dewasa berkisar antara 470-550 mm, panjang ekor antara 600-750 mm. lutung ini memiliki berat tubuh baik jantan atau betina dewasa berkisar antara 4,5- 15 Kg. Di Sumatera, warna hitam makin berkurang untuk individu-individu yang terdapat dibagian utara, sehingga warna kelabu tampak semakin jelas (Supriatna dan Wahyono, 2000). Rumus gigi dari spesies ini adalah 2:1:2:3 pada kedua rahang atas dan bawah (Simons, 2000).

Habitat dan Penyebarannya

(19)

dengan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung kehidupannya. Habitat yang sesuai untuk satu jenis belum tentu sesuai untuk jenis yang lain, karena setiap satwa liar menghendaki kondisi habitat yang berbeda-beda

(Dasman, 1981 dalam Napitu et al., 2007).

Shaw (1985) dalam Napitu et al., (2007) menjelaskan bahwa komponen habitat yang mengendalikan kehidupan satwa liar terbagi dalam 4 (empat) hal sebagai berikut:

1. Pakan (food)

Pakan merupakan komponen habitat yang paling nyata. Ketersediaan pakan berhubungan erat dengan perubahan musim terutama di daerah temperate dan kutub. Tiap jenis satwa mempunyai kesukaan untuk memilih pakannya. Kesukaan pakan ini berhubungan dengan palatabilitas dan selera.

2. Pelindung (cover)

Pelindung diartikan sebagai segala tempat dalam habitat yang mampu memberikan perlindungan dari cuaca, predator atau kondisi yang lebih baik dan menguntungkan.

3. Air (water)

Air dibutuhkan dalam proses metabolisme tubuh satwa. Kebutuhan satwa akan air bervariasi, ada yang tergantung air dan ada yang tidak. Ketersediaan air akan mengubah kondisi habitat sehingga langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan satwa.

4. Ruang (space)

(20)

ukuran populasi. Ukuran populasi tergantung besarnya satwa, jenis pakan, produktivitas dan keragaman habitat

Menurut Supriatna dan Wahyono (2000) bahwa lutung kelabu sering dijumpai pada hutan-hutan dataran rendah, rawa-rawa dan daerah pasang surut, terutama di sepanjang tepian sungai, namun kadang-kadang lutung kelabu ini dijumpai di daerah perkebunan karet, hutan primer pegunungan atau hutan sekunder daerah perbukitan hingga 600 meter di atas permukaan laut. Lutung

kelabu merupakan endemik di Indonesia yang tersebar dan ditemukan di Sumatera Utara, Kalimantan Utara dan Semenanjung Malaysia.

Perilaku

Perilaku satwa, termasuk primata, dapat dikelompokkan atau dibagi kedalam kategori-kategori yang didasarkan pada fungsinya yang meliputi perilaku pemeliharaan, perilaku makan, orientasi dan navigasi dan beberapa perilaku sosial

baik interspesifik maupun intraspesifik yang juga disebut sosiobiologi (Slater, 1990 dalam Setyawan, 1996).

(21)

menggunakan keempat anggota tubuhnya (quadropedal) saat melalui cabang pohon yang cukup besar, namun sering meloncat saat akan pindah pohon. Jelajah hariannya dapat menempuh jarak 300-600 meter sehari. Mereka mempunyai daerah teritorialnya antara 5-20 hektar. Lutung kelabu jantan sering mengeluarkan suara sebagai tanda bahaya (alarm) kepada anggota kelompoknya. Suara ini juga dikeluarkan untuk memperlihatkan kekuatannya, khususnya jantan. Selain itu suaranya yang keras patah-patah (ghek ghok…ghek ghok…) dan diulang berkali-kali sering terdengar saat mengusir kelompok lain agar menjauh dari anggota kelompoknya (Supriatna dan Wahyono, 2000).

Lutung kelabu hidup dalam kelompok yang terdiri atas 10-20 individu dengan beberapa jantan. Kelompok ini memiliki daerah teritorial dan mempertahankan daerahnya terhadap kelompok lainnya. Lutung kelabu jantan mampu melakukan teriakan keras yang diikuti lompatan. Lutung kelabu jantan sering melompat ke cabang-cabang pohon dan menggucangkannya. Perilaku ini sering ditemukan ketika dua kelompok saling bertemu sehingga konfrontasi antar kelompok dapat dihindarkan. Lutung kelabu betina biasanya mempunyai satu anak setiap melahirkan dan saling bantu membesarkan anak-anak lutung. Terkadang lutung kelabu betina bersifat sangat agresif terhadap lutung kelabu betina kelompok lain (Nowalk dan Paradiso, 1983 dalam Setyawan, 1996).

Makanan dan Perilaku Makan

(22)

bakteri untuk membantu mencerna makanan dan mineral (Supriatna dan Wahyono, 2000).

Cara mengambil makanan dilakukan oleh lutung kelabu dengan beberapa cara:

a. Memakan langsung dengan mulutnya jika makanan berupa pucuk daun yang langsung dapat digigit.

b. Meraih anak ranting/tangkai daun dengan tungkai dengan kemudian mamasukkan kedalam mulut.

c. Memetik dahulu untuk makanan berupa buah.

d. Lutung dikenal sebagai monyet pemakan daun. Jenis makanannya terdiri dari buah, daun, dan biji-bijian serta tunas daun.

Aktivitas makan primata pada umumnya akan meningkat pada pagi hari, dimana hewan lutung butuh energi untuk beraktivitas pada siang hari. Pada pagi hari satwa diurnal akan merasa lapar karena kehilangan energi yang dibutuhkan untuk tidur pada malam hari. Kegiatan makan ini dilakukan dengan cara duduk diatas tempat pakan sampai pakan tersebut hampir semuanya habis. Lutung kelabu memulai aktivitas bergerak berpindah, sosial dan mencari makan setelah bangun pagi (Prayogo, 2006).

Hutan Mangrove

(23)

dengan hutan mangrove adalah tipe hutan yang terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut, yaitu tergenang air laut pada waktu pasang dan bebas dari genangan pada waktu surut.

Fungsi Hutan Mangrove

Fungsi hutan mangrove mencakup fungsi fisik, yang meliputi; menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari erosi laut (abrasi) dan intruisi air laut, dan mengolah bahan limbah. Fungsi biologis sebagai tempat pembenihan ikan, udang, dan tempat pemijahan beberapa biota air, tempat sarang burung, habitat alami beberapa jenis biota. Fungsi ekonomi sebagai sumber bahan bakar (arang kayu bakar), pertambakan, pembuatan garam, dan bahan bangunan (Saenger et al., 1983).

Kabupaten Langkat

(24)

Kecamatan Gebang

Kawasan hutan mangrove desa Pulau Banyak Kecamatan gebang yang menjadi objek penelitian terletak antara Lintang Utara : 030 14 00’’ − 040 13’ 00’’ dan Bujur Timur: 970 52’ 00’’ − 980 45’ 00’’ dan terletak pada 0 − 4 meter di atas permukaan laut. Dengan luas wilayah 16.299 Ha (162.99Km2). Sebelah utara kawasan ini berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Hinai, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Padang Tualang dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Secanggang. Kawasan kuala gebang sebagai lokasi penelitian memiliki luas wilayah sekitar 7,50 Km2,

(25)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanaan di kawasan hutan mangrove Kwala Gebang Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat. Penelitian ini dilakukan mulai Maret sampai Mei 2010. Pengamatan terhadap fokal selama 15 hari dengan ketentuan masing-masing individu baik lutung kelabu jantan dan betina diberi waktu selama 5 hari. Untuk analisis vegetasi dilakukan setelah dilakukannya pengamatan terhadap fokal, yakni 12 sampai dengan 16 Mei 2010.

Alat dan Bahan

Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam mengidentifikasi pakan lutung kelabu meliputi; buku identifikasi tumbuhan mangrove (Giesen et al., 2006) maupun organisme lain sebagai pakan, peta lokasi, kantung plastik, counter, Global Positioning System (GPS), tali rafia, pita ukur, phiband, hagahypsometer, hidrometer, kalkulator dan alat tulis.

Metode Penelitian Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berdasarkan : 1. Data Primer

Data primer yang diperoleh berdasarkan data yang berasal dari lapangan atau lokasi penelitian yang dicatat dalam tabulasi data.

2. Data sekunder

(26)

Objek pengamatan (fokal) adalah lutung kelabu berdasarkan jenis kelamin (sex class) yaitu jantan dan betina dewasa. Tahap-tahap penelitian yang dilakukan adalah: (1) perilaku makan meliputi data aktivitas harian lutung yang didalamnya bergerak pindah (M = moving), istirahat (R = resting), makan (F = feeding),

membuat sarang (N = nesting), sosial (S = social), membersihkan diri (G = grooming), eliminasi (E = elimination), (2) kecepatan makan lutung kelabu

jantan dan betina, (3) komposisi makanan meliputi identifikasi jenis tumbuhan ditemukan dan bagian tumbuhan yang mana yang dimakan, (4) Analisis vegetasi, melihat ketersediaan pakan.

Perilaku Makan

Metode yang digunakan dalam pengambilan data untuk mengetahui perilaku makan lutung adalah focal animal sampling dengan mencatat data setiap 2 menit sebagai satu unit sampel (Altman, 1974 dalam Basalamah, 2006).

Prosedur yang digunakan dalam mengikuti aktivitas/perilaku harian lutung, antara lain :

1. Mencatat nama fokal (objek pengamatan), tanggal, dan cuaca pada tabulasi data.

2. Kegiatan dicatat setiap 2 (dua) menit sekali dan aktivitas dicatat apabila dilakukan selama lebih dari 5 (lima) detik.

3. Kegiatan yang bersamaan dilakukan pencatatan data meliputi bergerak pindah (M = moving), istirahat (R = resting), membuat sarang (N = nesting),

(27)

4. Mencatat pohon makan (Patch) : kalau fokal tetap makan dalam suatu tempat dan satu jenis makanan, kita beri tanda pada kolom ‘item’ dengan garis vertikal kebawah ( / )selama dia makan. Pada saat fokal keluar dari tempat itu, kita beri tanda horizontal ( _ ). Pohon lain tapi masih spesies/jenis yang sama dalam radius 10 m ditulis tetap sebagai 1 pohon makan.

5. Untuk aktivitas makan dicatat frekuensi dan presentase yang terdaftar pada tabel waktu makan lutung kelabu jantan dan betina.

Data yang dicatat untuk perilaku harian terhadap lutung kelabu tersebut dilakukan sesuai dengan batas yang telah ditentukan, yaitu :

1. Bergerak pindah (moving) : yaitu segala aktivitas yang dilakukan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

2. Istirahat (resting) : yaitu kegiatan istirahat termasuk duduk atau tidur diatas pohon

3. Makan (feeding) : yaitu kegiatan mengambil, mengerjakan makanan sebelum masuk kedalam mulut.

4. Membuat sarang (nesting) : yaitu seluruh waktu yang digunakan individu target dalam membuat sarang.

5. Sosial (social) : yaitu interaksi sosial, yang terbagi menjadi kategori bermain sosial termasuk bergulat, bermain sendiri atau main-main sambil bergerak. 6. Memberihkan diri (grooming) : yaitu aktivitas membersihkan diri atau

merawat diri kotoran dan parasit.

(28)

Kecepatan Makan

Metode yang digunakan dalam pengambilan data untuk mengetahui perilaku makan lutung adalah focal animal sampling (Altman, 1974 dalam Basalamah, 2006).

Cara kerja untuk kecepatan makan antara lain :

1. Untuk kecepatan makan cara pengambilan datanya sama dengan perilaku harian atau pada kegiatan fokal dengan waktu makan harus sama.

2. Mencatat nama fokal dan waktu makan.

3. Kecepatan makan diperoleh dari data yang berasal dari jenis pohon/makanan, bagian yang dimakan, banyaknya yang dimakan, lamanya waktu makan. 4. Jenis makanan diidentifikasi, untuk buah dihitung perbuah atau per biji, untuk

daun per helai, sedangkan untuk kulit batang per pohon.

Ketersediaan Pakan

Melihat ketersediaan pakan lutung dengan cara menganalisis vegetasi. Analisis vegetasi yang akan dilakukan dengan metode jalur dengan metode garis berpetak. Adapun kegiatannya sebagai berikut:

1. Analisis vegetasi hutan mangrove dalam kegiatan ini dilakukan dengan metoda kombinasi antara metoda jalur dan metoda garis berpetak (yang diletakkan tegak lurus garis pantai menuju daratan dengan lebar 10 m dan panjangnya tergantung kondisi lapangan. Ukuran permudaan yang digunakan dalam kegiatan analisis vegetasi hutan mangrove adalah sebagai berikut: a. Semai : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan setinggi

(29)

b. Pancang : Permudaan dengan setinggi lebih dari 1,5 m sampai anakan berdiamter kurang dari 10 cm.

c. Pohon : Pohon berdiameter 10 cm atau lebih.

Selanjutnya ukuran sub-petak untuk setiap tingkat permudaan adalah: a. Semai : 2 x 2 m

b. Pancang : 5 x 5 m c. Pohon : 10 x 10 m

Arah rintis

2 m

5m

10 m

Gambar 1. Petak contoh analisis vegetasi

Keterangan: = Semai = Pancang = Pohon

(30)

Analisa Data

Ketersediaan Pakan

Analisis vegetasi

Struktur vegetasi dan komposisi jenis: a. Kerapatan = ∑ individu spesies

Luas petak contoh

Kerapatan Relatif (KR) = K suatu jenis x 100% K total seluruh jenis

b. Frekuensi

Frekuensi (F) = ∑ sub petak ditemukan suatu jenis ∑ seluruh sub petak contoh

Frekuensi Relatif (FR) = F suatu jenis x 100% F total seluruh jenis

c. Dominasi

Dominasi (D) = Luas bidang dasar suatu jenis Luas petak contoh

Dominasi Relatif (DR) = D suatu jenis x 100% D total seluruh jenis

d. Indeks Nilai Penting (INP)

INP = KR + FR + DR (untuk tingkat pohon)

INP = KR + FR ( untuk tingkat semai dan pancang) e. Indeks Keanekaragaman

Untuk menegetahui keanekaragaman vegetasi dapat dipergunakan beberapa indeks sebagai berikut:

- Indeks Shannon-Wienner (H’) = -∑ (pi ln pi)

(31)

ln = Logaritma natural

Hasil dari data perilaku harian yang diperoleh dilakukan pengolahan dalam bentuk persentase yang dapat disajikan pada tabel dan untuk perilaku makan lutung kelabu jantan dan betina disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Perilaku harian lutung kelabu

Fokal

Tabel 2. Perilaku makan lutung kelabu jantan dan betina

Nama Fokal Jumlah waktu makan hari ke- (%)

1 2 3 4 5

Fr % Fr % Fr % Fr % Fr %

Jantan ( ♂ )

Betina ( ♀ )

Analisis data perilaku makan yang diperoleh akan menggunakan uji statistik non-parametrik. Hal ini untuk melihat perbandingan antara lutung kelabu jantan dan betina dengan rumus:

Tabel 3. Perhitungan Uji Mann-Whitney untuk aktivitas makan antara lutung kelabu jantan dan betina

No Jantan ( ♂ ) Betina ( ♀ )

% aktivitas makan Rangking % aktivitas makan Rangking

1

2

3

(32)

u1 = n1. n2 + n1(n1+1) – R1

n1 = Banyak aktivitas makan jantan n2 = Banyak aktivitas makan betina R1 = Jumlah rangking jantan

R2 = Jumlah rangking betina

Ho : Tidak ada perbedaan aktivitas makan antara lutung kelabu jantan dan betina. H1 : Ada perbedaan aktivitas makan antara lutung kelabu jantan dan betina.

u

hitung >

u

tabel = Ho diterima, dan jika

u

hitung <

u

tabel = Ho ditolak dan H1 diterima.

Kecepatan Makan

Hasil yang diperoleh untuk kecepatan makan merupakan perbandingan kecepatan makan antara lutung kelabu jantan dan betina yang disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Perbandingan kecepatan makan lutung kelabu jantan dan betina

Jenis makanan Nama latin Bagian

Jumlah

Kecepatan makanan/bagian (detik)

Jantan ( ♂ ) Betina ( ♀)

Data jenis makanan yang diperoleh dari perilaku dan kecepatan makan ditabulasikan kedalam Tabel 5.

(33)

Tabel 6. Perhitungan Uji Mann-Whitney untuk kecepatan makan antara lutung kelabu jantan dan betina

No Jantan ( ♂ ) Rangking Betina ( ♀ ) Rangking

1 2 3 4

R1 R2

Analisis kecepatan makan akan menggunakan uji statistik non-parametrik dengan melihat perbandingan antara lutung kelabu jantan dan betina dengan rumus:

u1 = n1.n2 + n1(n1+1) – R1 2

u2 = n2.n1 + n2(n2+1) – R2

2 Dimana:

u1 = Jenis fokal jantan u2 = Jenis fokal betina

n1 = Banyak kecepatan makan jantan n2 = Banyak kecepatan makan betina R1 = Jumlah rangking jantan

R2 = Jumlah rangking betina

Ho : Tidak ada perbedaan kecepatan makan antara lutung kelabu jantan dan betina.

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Selama masa penelitian terhadap lutung kelabu (Trachypithecus cristatus, Raffles 1812) terdapat 10 dalam 1 populasi dan yang berhasil diamati sebanyak 3 individu, yang terdiri dari 2 betina dewasa dan 1 jantan dewasa (Tabel 7). Lama pengamatan tiap masing-masing individu yaitu 5 hari atau ± 60 jam. Seluruh individu tersebut dapat dibedakan satu sama lain dengan mengidentifikasi atau memperhatikan karekteristik khusus yang dimiliki masing-masing individu.

Tabel 7. Karakteristik lutung kelabu jantan dan betina yang diamati Nama

dan memiliki bulu yang teratur

Pola Aktivitas Harian

(35)

Selama pengamatan, lutung kelabu memulai aktivitas pada pagi hari yang dilanjutkan dengan bergerak mencari makan dan pada sore hari mencari tempat untuk tidur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prayogo (2006), bahwa lutung kelabu memulai aktivitas bergerak berpindah, sosial dan mencari makan setelah bangun pagi. Frekuensi dan persentase aktivitas harian lutung kelabu selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1. Persentase rata-rata aktivitas harian lutung kelabu paling besar yaitu aktivitas istirahat dari pada aktivitas yang lainnya. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh persentase rata-rata aktivitas lutung kelabu yang dapat dilihat pada Gambar 2.

0

Gambar 2. Persentase aktivitas harian lutung kelabu selama pengamatan

(36)

adanya gangguan dari luar baik dari manusia maupun predator lain seperti kelompok kera maupun kelompok lutung lainnya. Menurut Written, 1982 dalam Bismark (1983) bahwa luasnya daerah jelajah seringkali mengakibatkan daerah jelajah lutung tumpang tindih atau overlapping. Lutung soliter yang masuk ke dalam daerah jelajah atau daerah kekuasaan suatu kelompok terkadang diserang oleh jantan dominan.

Sudah menjadi teori umum bahwa sumber dan penyebaran pakan berkaitan erat dengan pola home range primata. Adanya keragaman struktur fisik tumbuhan dan keragaman jenisnya baik secara terpisah atau bersama-sama akan

menyediakan berbagai relung yang potensial dalam sebaran satwa (Oates, 1977 dalam Bismark, 1983). Dalam pemilihan ruang/strata hutan, lutung

mempunyai kebiasaan dan menempati ruang pada lapisan tajuk yang paling atas (arboreal). Kondisi di lokasi pengamatan yang rata-rata mempunyai jenis pohon yang cukup tinggi dengan tinggi 10-12 meter dan tajuk yang cukup rapat. Prepat (Soneratia caseolaris) merupakan jenis tumbuhan yang sering ditempati oleh lutung kelabu.

(37)

persentase aktivitas harian dengan lutung kelabu yang tinggal di habitat aslinya. Rata-rata persentase aktivitas harian lutung kelabu di penangkaran dapat dilihat pada Gambar 3.

Lokomosi (bergerak dan bermain)

Makan

Minum

Membersihkan diri

Istirahat

Eliminasi

Gambar 3. Persentase aktivitas harian lutung kelabu di penangkaran (Sumber: Wirdateti et al., 2009) 

Berdasarkan grafik di atas aktivitas istirahat merupakan aktivitas yang paling tinggi dari aktivitas lainnya dengan capaian 28,19% dan terendah pada aktivitas minum sebesar 3,87%, meskipun demikian untuk persentase aktivitas

harian secara umum tidak terlalu jauh dengan aktivitas lutung yang berada di habitat aslinya, tetapi ada aktivitas yang memiliki perbedaan nilai yang cukup

besar dari kedua tempat tinggal tersebut, yakini aktivitas membersihkan diri (grooming).

Untuk aktivitas membersihkan diri (grooming), lutung kelabu yang berada di habitatnya memiliki persentase yang rendah yakni 10,82% dari pada di penangkaran 23,05%, ini disebabkan lutung kelabu yang berada di penangkaran

(38)

eliminasi, makan dan minum. Lutung kelabu yang hidup di habitatnya memiliki persentase rendah untuk aktivitas membersihkan diri, ini disebabkan ruang gerak lutung kelabu yang luas dan tidak terisolasi dihabitat aslinya sehingga dapat memudahkan untuk melakukan aktivitas lainnya.

Aktivitas harian lutung kelabu dapat bervariasi setiap hari dan bahkan setiap bulan, namun perbedaan antar individu pada jenis kelamin yang berbeda tidak terdapat perbedaan nyata. Aktivitas makan, eliminasi dan istirahat pada lutung jantan memiliki persentase yang tinggi dari pada kedua lutung kelabu betina. Untuk kedua lutung kelabu betina aktivitas bergerak pindah, sosial dan membersihkan diri memiliki persentase yang tinggi dari pada lutung kelabu jantan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.

0

Bergerak pindah Makan Sosial Membersihkan diri Istirahat Bersarang Eliminasi Janu  (♂) 25.73 13.89 13.85 9.61 36.45 0 0.44 Gambar 4. Persentase aktivitas harian lutung kelabu berdasarkan jenis kelamin

Aktivitas Membersihkan Diri (grooming)

(39)

maupun sebaliknya. Lutung kelabu membersihkan diri dengan cara mengusap, meraba, menelisik, menggaruk, menjilat dan menggigit. Kegiatan ini biasanya dilakukan diantara waktu aktivitas istirahat sehingga aktivitas istirahat akan berpengaruh terhadap aktivitas membersihkan diri. Aktivitas membersihkan diri dilakukan sambil berjemur dibawah sinar matahari dan dilakukan pada bagian tangan, kaki dan ekor.

Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan uji Mann-Whitney dengan pengujian satu arah pada taraf nyata 0,05 diperoleh uji hitung (u = 15) antara Janu dan Avi lebih besar dari pada uji tabel (u = 4) maka Ho diterima, yang berarti tidak ada perbedaan yang nyata untuk aktivitas membersihkan diri antara Janu dan Avi. Untuk Janu dan Becky diperoleh uji hitung (u= 6) lebih besar dari pada uji tabel (u= 4) maka Ho diterima, yang berarti tidak ada perbedaan yang nyata untuk aktivitas membersihkan diri antara Janu dan Becky. Untuk perhitungan uji Mann-Whitney dapat dilihat pada Lampiran 7. Tidak ada perbedaan yang nyata antara lutung kelabu jantan dan betina untuk aktivitas membersihkan diri. Aktivitas membersihkan diri memiliki nilai 10,82%. Dari persentase tersebut sebesar 9,61% lutung kelabu jantan (janu), 11,64% lutung kelabu betina (Avi) dan 11,21% lutung kelabu betina (Becky) sehingga dapat dilihat tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap aktivitas membersihkan diri berdasarkan jenis kelamin.

(40)

77,59%, 16,22% untuk membersihkan atau mengambil kutu anaknya dan 6,18% sebaliknya, anak membersihkan atau mengambil kutu induknya.

Aktivitas Sosial

Bermain, bergelantungan dan bersuara merupakan salah satu aktivitas sosial sehingga ini menyebabkan aktivitas sosial mempunyai nilai persentasenya cukup besar yaitu 14,34%, yang berada diurutan ketiga dari persentase aktivitas harian tertinggi setelah istirahat dan bergerak berpindah. Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan uji Mann-Whitney dengan pengujian satu arah pada taraf nyata 0,05 diperoleh uji hitung (u = 12) antara Janu dan Avi lebih besar dari pada uji tabel (u = 4) maka Ho diterima, yang berarti tidak ada perbedaan yang nyata untuk aktivitas sosial antara Janu dan Avi. Untuk Janu dan Becky diperoleh uji hitung (u= 10) lebih besar dari pada uji tabel (u= 4) maka Ho diterima, yang berarti tidak ada perbedaan yang nyata untuk aktivitas sosial antara Janu dan Becky. Untuk perhitungan uji Mann-Whitney dapat dilihat pada Lampiran 6. Tidak ada perbedaan yang nyata antara lutung kelabu jantan dan betina untuk aktivitas sosial.

(41)

sebesar 30,98% yang diikuti dengan bermain dengan objek atau bermain dengan makanan yakni 13,10%.

Aktivitas Istirahat

Pada saat lutung kelabu melakukan aktivitas istirahat diasumsikan lutung kelabu tersebut tidak bergerak dan apabila melakukan aktivitas lain (makan, eliminasi, sosial, dan bergerak berpindah) lutung kelabu diasumsikan melakukan pergerakan. Waktu istirahat penting dilakukan oleh lutung dan primata lainnnya untuk mencerna dedaunan yang telah dikonsumsinya (Alikodra, 1990). Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan uji Mann-Whitney dengan pengujian satu arah pada taraf nyata 0,05 diperoleh uji hitung (u = 7) antara Janu dan Avi lebih besar dari pada uji tabel (u = 4) maka Ho diterima, yang berarti tidak ada perbedaan yang nyata antara aktivitas istirahat Janu dan Avi. Sedangkan antara Janu dan Becky diperoleh uji hitung (u = 3) lebih besar dari pada uji tabel (u = 4) maka Ho ditolak, yang berarti ada perbedaan yang nyata antara aktivitas istirahat Janu dan Becky. Selama pengamatan lutung kelabu betina (Becky), lutung kelabu tersebut lebih aktif dan lebih sering melakukan kegiatan sosial terutama kegiatan bermain dengan anaknya dari pada lutung kelabu betina (Avi). Hal tersebut didukung dengan persentase aktivitas istirahat Avi lebih besar yakni 33,63% dari pada Becky 30,77%. Untuk perhitungan uji Mann-Whitney dapat dilihat pada Lampiran 8.

(42)

istirahat serta penurunan makan dan bergerak berpindah dan kembali mencari makan hingga sore. Data mengenai suhu dan curah hujan dapat dilihat pada Gambar 5 dan 6.

Suhu Minimum Suhu Maksimum

Gambar 5. Grafik suhu maksimum dan minimum di lokasi penelitian

(43)

Untuk aktivitas istirahat lutung kelabu di habitat aslinya memiliki persentase sangat besar dari aktivitas harian lainnya yaitu 33,61%. Tingginya aktivitas istirahat disebabkan di lokasi penelitian beberapa waktu mengalami suhu yang tinggi, curah hujan yang rendah dan musim kering. Suhu tertinggi di lokasi penelitian antara 330C – 410C dengan rataan suhu pada pagi hari 21,70C, siang hari 38,6 0 dan sore hari 30,6 0C.

(44)

Aktivitas Eliminasi

Aktivitas eliminasi merupakan aktivitas mengeluarkan kotoran (sisa makanan) berupa feces atau air seni yang berada dalam tubuh primata. Aktivitas eliminasi meliputi defekasi dan urinasi serta memiliki nilai persentase sebesar 0,42%. Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan uji Mann-Whitney dengan pengujian satu arah pada taraf nyata 0,05 diperoleh uji hitung (u = 11) antara Janu dan Avi lebih besar dari pada uji tabel (u = 4) maka Ho diterima, yang berarti tidak ada perbedaan yang nyata untuk aktivitas eliminasi Janu dan Avi. Untuk Janu dan Becky diperoleh uji hitung (u= 13) lebih besar dari pada uji tabel (u= 4) maka Ho diterima, yang berarti tidak ada perbedaan yang nyata aktivitas eliminasi Janu dan Becky. Untuk perhitungan uji Mann-Whitney dapat dilihat pada Lampiran 9. Tidak ada perbedaan nyata antara lutung kelabu jantan dan betina untuk aktivitas eliminasi. Lutung kelabu jantan memiliki persentase aktivitas eliminasi yang tinggi yakini 0,44% dari pada kedua lutung kelabu betina (Avi) yakni 0,41% dan (Becky) 0,40%. Selama pengamatan, lutung kelabu melakukan defekasi semenjak lutung memulai aktivitasnya pada pagi hari dan hampir bersamaan dengan aktivitas urinasi.

(45)

Akktivitas Bersarang

Untuk aktivitas bersarang selama penelitian lutung kelabu tidak terlihat membuat sarang untuk beristirahat. Lutung kelabu menghabiskan waktu beristirahat atau tidur dilakukan diatas pohon dari pada di bawah pohon. Jenis pohon yang disukai lutung untuk beristirahat dan tidur mempunyai ciri-ciri yang meliputi; (1) pohon yang mempunyai buah dan bisa dimakan, (2) mempunyai tajuk yang rindang, cabangnya kuat, tingginya 9-12 meter. Menurut (Supriatna dan Wahyono, 2000) lutung kelabu adalah hewan aboreal yaitu hewan hidup di atas pepohonan, sehinnga jarang lutung kelabu meninggalkan pohon-pohon besar tempatnya tinggal secara alami. Perilaku ini akan memudahkan terhindar dari predator seperti ular dan satwa lainnya.

Aktivitas Bergerak Pindah

(46)

perbedaan nyata antara lutung kelabu jantan dan betina untuk aktivitas bergerak pindah.

Aktivitas bergerak pindah lutung kelabu memliki persentase sebesar 28,03% dari aktivitas harian. Aktivitas bergerak pindah paling sering dilakukan oleh lutung kelabu betina dari pada lutung kelabu jantan, ini dapat dilihat dari persentase aktivitas bergerak pindah lutung kelabu betina (Avi) yakni 27,44%, (Becky) yakni 30,92% dan lutung kelabu jantan (Janu) yakni 25,73%. Hal ini didukung oleh pernyataan Supriatna dan Wahyono (2000), bahwa lutung kelabu jantan yang nampak cenderung lebih banyak porsi istirahatnya dibandingkan lutung kelabu betina.

Aktivitas Makan

(47)

Hasil penelitian lain menunjukkan tidak semua primata mempunyai aktivitas makan yang sama, salah satu contohnya pada jenis monyet ekor panjang (Macaca nigra) yang mempunyai persentase aktivitas makan lebih besar dibandingkan aktivitas lainnya yang mencapai 59% (O'Brien dan Kinnaird, 1997), selain itu orangutan (Pongo pygmaeus) mempunyai aktivitas makan yang tinggi juga sebesar 62,14% (Galdikas, 1978). Pada jenis primata folivorus seperti pada lutung kelabu aktivitas makan cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan aktivitas yang lain (Prayogo, 2006). Hal yang serupa jenis bekantan (Nasalis larvatus) dengan aktivitas makan sebesar 13,10% yang merupakan salah satu jenis primata folivorus (Bismark, 1986).

Aktivitas makan lutung kelabu jantan dan betina nilai persentasenya tidak terlalu banyak perbedaan. Hasil persentase untuk aktivitas makan tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Aktivitas makan lutung kelabu jantan dan betina selama waktu penelitian

Nama Lutung

Aktivitas makan hari ke-

Rata-rata Keterangan : Fr = frekuensi, % = persentase

(48)

betina kedua (Becky) tertinggi adalah hari ketiga sebesar 13,6% dan persentase terendah dihari keempat sebesar 9,7% karena lebih banyak melakukan aktivitas bergerak berpindah. Pada saat penelitian salah satu faktor yang mempengaruhi lutung kelabu betina kedua mempunyai aktivitas bergerak paling besar pada hari keempat disebabkan adanya pengusiran dilakukan kelompok kera yang datang ditempat lutung kelabu berada sehingga mereka merasa terganggu dan pergi sedikit menjauhi gangguan tersebut.

Jika dilihat dari persentase aktivitas makan total, lutung kelabu jantan (janu) (13,89%) lebih banyak dari pada lutung kelabu betina (Avi) (12,28%) dan lutung betina (Becky) (12,07%). Hal serupa pada penelitian jenis orangutan, dimana dalam penelitiannya membandingkan antara orangutan jantan dan betina yang memiliki persentase aktivitas makan jantan lebih besar dari pada betina ini terbukti sebesar (47,82%) pada jantan dan (44,85%) betina (Kuncoro et al.,2008). Umumnya primata jantan lebih banyak melakukan aktivitas makan dari pada lutung betina ini terbukti pada kedua penelitian ini.

Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan uji

Mann-Whitney dengan pengujian satu arah pada taraf nyata 0,05 diperoleh uji hitung (u = 5) antara Janu dan Avi lebih besar dari pada uji tabel (u = 4) maka

(49)

Kecepatan Makan

Komposisi makanan lutung kelabu di lokasi penelitian terdiri dari daun (daun muda dan daun tua), buah, kulit kayu dan serangga. Daun merupakan pakan utama, hal ini terbukti sebesar 88,10% dari aktivitas makan dipergunakan untuk mengkonsumsi daun, selebihnya dipergunakan untuk mengkonsumsi buah, kulit kayu dan serangga yang merupakan makanan tambahan. Jenis pakan yang dimakan lutung kelabu jantan dan betina tidak berbeda jauh. Keanekaragaman jenis pakan di lokasi penelitian ditemukan Janu dan Becky sedikit lebih banyak jika dibandingkan lutung Avi, perbedaan ini disebabkan jenis pakan yang disukai masing-masing yang berbeda dan selama penelitian jelajah Janu sedikit lebih luas dan memiliki lebih banyak jenis pohon atau tumbuhan. Kecepatan makan per bagian yang dibandingkan adalah jenis pakan yang sama antara lutung kelabu jantan dan betina disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Perbandingan kecepatan makan lutung kelabu jantan dan betina

Nama lokal Nama latin Bagian

Kecepatan

Prepat Soneratia caseolaris Daun 19,1 19,7 18,7

Prepat Soneratia caseolaris Buah 64,1 50 51,8

Prepat Soneratia caseolaris Kulit 71,6 18 43,6

Gendorusa Morinda citrifolia Daun 17,3 16 18,4

Nipah Nypa fructicans Kulit 65 87 67,7

Duri kait Caesalpinia bonduc Daun 13,4 10,6 13,9

Kimia/ Seruni Wedelia biflora Daun 14,4 14,8 14,3

Nasi-nasian Dalbergia menoeides Daun 15,2 12,8 12,6

Bakau Rhizophora apiculata Daun 23,4 26,1 39,5

Air-airan Ryssopterys timoriensis Daun 16,7 16,4 16,7

Anggur rotan Glochidion littorale Daun 20,2 37 14,3

(50)

(Nypa fructicans) yaitu sekitar 65-87 detik, sedangkan jenis pakan yang paling cepat dimakan adalah daun duri kait (Caesalpinia bonduc) yaitu sekitar 10,6-13,9 detik. Data kecepatan makan untuk semua jenis pakan yang dimakan dapat dilihat pada Lampiran 3. Perbedaan waktu makan ini dipengaruhi ukuran pakan, bagian yang dimakan, sifat makanan tersebut (lembut, sedikit keras hingga keras) dan cara makan.

Hasil perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan uji Mann-Whitney dengan pengujian satu arah pada taraf nyata 0,05 diperoleh uji hitung (u = 57) antara Janu dan Avi lebih besar dari pada uji tabel (u = 34) maka Ho diterima, yang berarti tidak ada perbedaan yang nyata antara waktu makan Janu dan Avi. Sedangkan antara Janu dan Becky diperoleh uji hitung (u =86) lebih besar daripada uji tabel (u = 61) maka Ho diterima, yang berarti tidak ada perbedaan yang nyata antara waktu makan Janu dan Becky. Untuk perhitungan uji Mann-Whitney dapat dilihat pada Lampiran 4.

(51)

citrifolia) dan anggur rotan (Glochidion littorale) dimakan dengan cara mengambil dan memakannya satu persatu ini disebabkan daun tersebut berukuran besar dan sedikit keras.

Untuk buah seperti prepat (Soneratia caseolaris) yang berukuran sedikit besar, lutung kelabu memakan satu persatu buah dan cara memakannya dengan memakan bagian kulit bersamaan dengan daging buahnya. Untuk kulit kayu, lutung kelabu menggigit kulit kayu kemudian menarik dan mengunyah kulit kayu atau menghisap sari-sari pakan tersebut dan membuang ampasnya. Bagian kulit kayu yang dimakan oleh lutung kelabu adalah bagian yang mengandung sari-sari pakan dan kambium.

Lutung kelabu melakukan aktivitas makan dengan cara duduk di atas pohon atau tumbuhan lain dan memakan pakan dengan cara mengambil pakan dengan kedua tangan dan memasukkannya kedalam mulut sampai pakan tersebut hampir semuanya habis. Hasil penelitian Nurwulan (2002), yang menyatakan bahwa lutung kelabu biasanya makan dengan posisi tubuh bergelantungan diatas pohon. Pakan yang dimakan lutung kelabu biasanya langsung dimakan ditempat atau dekat tempat meletakkan pakan, jarang sekali pakan dibawa ke tempat lain untuk dimakan, kecuali saat makan dekat dengan individu yang dianggap akan membahayakan.

(52)

Tabel 10. Waktu makan antara Janu dan Avi yang dihabiskan untuk berbagai bagian

Tabel 11. Waktu makan antara Janu dan Becky yang dihabiskan untuk berbagai bagian pakan

Waktu makan antara Janu dan Avi untuk daun mempunyai persentase tertinggi yaitu 92,91% dari total waktu makan 51730 detik dan 88,61% untuk jumlah waktu makan dari total frekuensi aktivitas harian. Waktu makan yang terendah adalah buah yaitu 2,32% dan 3,63% untuk jumlah waktu makan dari total frekuensi aktivitas harian. Waktu makan antara Janu dan Becky untuk daun mempunyai persentase tertinggi yaitu 93% dari total waktu makan 51256 detik dan 88,92% untuk jumlah waktu makan dari total frekuensi aktivitas harian. Waktu makan yang terendah adalah buah yaitu 2,11% dan 3,10% untuk jumlah waktu makan dari total frekuensi aktivitas harian.

(53)

0

Buah Daun Kulit kayu Serangga

Janu 1.27 32.25 3.14 0.39

Gambar 7. Persentase jenis pakan yang dimakan pada tiap fokal

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lutung kelabu secara umum lebih banyak memakan daun dari pada buah, kulit kayu, maupun serangga. Hasil penelitian ini didukung oleh Supriatna dan Wahyono (2000) bahwa umumnya lutung kelabu lebih banyak memakan daun dari pada yang lainnya. Berikut hasil persentase pakan yang dimakan lutung kelabu berdasarkan hasil penelitian dan hasil penelitian Supriatna dan Wahyono (2000) yang dapat dilihat pada Gambar 8.

0

Supriatna dan Wahyono 

(2000)

(54)

Pada jenis primata lain yang mempunyai komposisi pakan yang hampir sama adalah bekantan (Nasalis larvatus) yang memiliki komposisi pakan yaitu

daun 80,90%, bunga 11,30%, buah 6,77% dan kulit kayu 0,95% (Soendjoto et al., 2006) ini disebabkan bekantan (Nasalis larvatus) termasuk jenis

primata folivorus yang jenis yang sama dengan lutung kelabu. Sementara pada orangutan (Pongo pygmaeus) untuk buah 61%, daun 20%, serangga 4%, kulit kayu 11% dan lain-lain 4% ini disebabkan karena orangutan termasuk jenis primata frugivora (Galdikas, 1978). Data mengenai waktu makan lutung kelabu jantan dan betina berdasarkan bagian tanaman dapat dilihat pada Lampiran 5.

Perbedaan jenis pakan yang dimakan ini disebabkan faktor ketersediaan makanan, khusus pada buah yang memiliki niliai persentase rendah, ini dikarenakan pada saat penelitian kebanyakan jenis pakan atau pohon sedang tidak berbuah dan lutung kelabu sendiri merupakan jenis primata folivorus yang

termasuk pemakan daun. Masa berbuah jenis pohon mangrove yang berada di lokasi peneilitian dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Ciri-ciri buah dan masa berbuah untuk jenis tumbuhan mangrove yang ada di lokasi penelitian.

Jenis tumbuhan Ciri-ciri buah Masa berbuah

Bakau (Rhizophora apiculata) Kotiiledon berwarna merah, kekuningan, panjang minimal hipokotil 20 cm

Desember – Maret

Prepat (Soneratia caseolaris) Diameter buah minimal 40 mm, terapung diair

Waru (Hibiscus tiliaceus) – –

(55)

Tabel 13. Ciri-ciri buah dan masa berbuah untuk jenis tumbuhan mangrove yang ada di luar lokasi penelitian.

Jenis tumbuhan Ciri-ciri buah Masa berbuah

Api-api (Avicennia marina) Warna buah hijau kekuningan, berat 1,5 gr

Januari

.Pedada (Sonneratia alba) Diameter minimal buah: 40 mm terapung di air

September– Desember Tengal (Ceriops tagal) Kotiledon telah tumbuh sepanjang 1–

1,5 cm, panjang minimal hipokotil: 20cm

Agustus

*Sumber : Iwan et al (2006)

Ketersediaan Pakan

(56)

Tabel 14. Indeks nilai penting (INP) pada tingkat pertumbuhan Semai Air-airan Ryssopterys timoriensis 8,97 17.84 26,82

Kimia/ Seruni Wedelia biflora 8,67 15,44 24,12

Tris-trisan Phragmites karka 10,09 2,39 12,48

Paku laut Acrostichum aureum 5,27 14,38 19,65

Pancang Bakau Rhizophora apiculata 9.09 5 16.70 30,80

Anggur rotan Glochidion littorale 11.36 20 3.01 34,38

Prepat Soneratia caseolaris 11.36 20 13.3 44,70

Gendorusa Morinda citrifolia 9.09 10 2.46 21,55

Kirai Allophylus cobbe 9.09 10 3.85 22,94

Waru Hibiscus tiliaceus 27.27 10 42.8 80,11

Buta-buta Excoecaria agallocha 13.63 10 14.1 37,76

Nipah Nypa frucyicans 29.35 30 41.4 96,71

Putat laut Baringtonia astatica 9.09 15 3.64 27,73

Total 100 100 100 300

Pohon Bakau Rhizophora apiculata 14.12 8.69 18.1 40,93

Anggur rotan Glochidion littorale 9.41 26.08 6.54 42,05

Prepat Soneratia caseolaris 59.32 34.78 61.2 155,3

Gendorusa Morinda citrifolia 5.65 8.69 3.13 17,47

Buta-buta Excoecaria agallocha 11.30 17.39 10.8 39,51

Waru Hibiscus tiliaceus 0.17 4.34 0.18 4,70

(57)

1.73

Gambar 9. Grafik indeks keanekaragaman jenis pada tingkat pertumbuhan

Indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wiener pada tingkat semai adalah 1,73 yang artinya keanekaragaman jenis pada semai adalah rendah. Pada tingkat pancang adalah 1,56 yang artinya keanekaragaman jenisnya rendah dan pada tingkat pohon adalah 0,82 yang artinya keanekaragaman jenisnya rendah pula. Menurut Barbour et al (1987) dalam Onrizal (2007) yang menyatakan bahwa nilai H’ berkisar antara 0-7 dengan kriteria: (a) 0-2 tergolong rendah, (b) 2-3 tergolong sedang, dan (c) 3 atau lebih tergolong tinggi.

(58)

mendominasi dilokasi penelitian tersebut dari pada jenis pohon maupun pancang seperti prepat (Soneratia caseolaris).

Hasil perhitungan INP dan Shannon-Wiener menunjukan bahwa dilokasi lutung kelabu berada memiliki ketersediaan pakan yang tergolong mencukupi namun memiliki tingkat keanekaragaman jenis yang rendah. Berdasarkan hasil penelitian, untuk pemanfaatan bagian tumbuhan sebagai pakan lutung kelabu yang diperoleh berdasarkan analisis vegetasi dan aktivitas makan disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Nama tumbuhan dan bagian tumbuhan yang dimakan lutung

No Nama latin Bagian yang dimakan

1 Soneratia caseolaris Buah, daun dan kulit kulit 2 Morinda citrifolia Daun dan kulit kayu 3 Nypa fructicans Daun dan kulit kayu 4 Caesalpinia bonduc Daun

5 Wedelia biflora Daun

6 Dalbergia menoeides Daun

7 Rhizophora apiculata Daun dan kulit kayu 8 Ryssopterys timoriensis Daun

9 Passiflora foetida Daun 10 Ipomoea gracilis Daun 11 Derris trifolia Daun 12 Glochidion littorale Daun

13 Hibiscus tiliaceus Daun dan kulit kayu 14 Acroctichum aureum Daun

15 Baringtonia astatica Daun

(59)

pengamatan dimana untuk daun yang masih muda biasanya dimakan habis, dan apabila daunnya sudah cukup tua maka yang dimakan hanya bagian ujung daun saja.

Disamping memakan tumbuhan lutung kelabu juga memakan serangga seperti semut, meskipun waktu makan serangga tersebut jarang terjadi. Memakan serangga adalah upaya lutung kelabu untuk mendapatkan protein hewani. Pada primata, gigi taring berperan untuk menunjukkan pengancaman dan tingkat hirarki dalam sistem sosial, serta sebagai alat mekanik untuk menggigit dan mencabik-cabik sumber protein hewani (Swindle, 1998).

(60)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Jenis pakan lutung kelabu yang teridentifikasi di lokasi penelitian meliputi Prepat (Soneratia caseolaris), Gendorusa (Morinda citrifolia), Nipah (Nypa fructicans), Duri kait (Caesalpinia bonduc), Kimia/ Seruni (Wedelia biflora),

Nasi-nasian (Dalbergia menoeides), Bakau (Rhizophora apiculata), Air-airan (Ryssopterys timoriensis), Ceplukan (Passiflora foetida), Rumput nipon (Ipomoea gracilis), Pedang-pedangan (Derris trifolia), Anggur rotan

(Glochidion littorale), Waru (Hibiscus tiliaceus), Paku laut (Acroctichum aureum) dan Putat laut (Baringtonia astatica). Bagian pakan

yang dimakan lutung mencakup daun 88,10%, buah 3,40% dan kulit kayu 7,27% serta jenis pakan lain berupa serangga sebesar 1,17%.

2. Tidak terdapat perbedaan nyata terhadap aktivitas makan dan kecepatan makan lutung kelabu jantan dan betina.

(61)

Saran

(62)

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H.S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar. Jilid 1. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Basalamah, F. 2006. Studi Perilaku, Daerah Jelajah dan Aktivitas Harian pada Orangutan Sumatera (Pongo Pygmaeus Abelli) di Stasiun Penelitian Ketambe Aceh Tenggara [skripsi]. Jakarta : Fakultas Biologi, Universitas Nasional.

Bennett, E.L. and F. Gombek. 1993. Proboscis Monkeys of Borneo. Kuala Lumpur: Natural History Publications (Borneo) Sdn. Bhd. and Koktas Sabah Berhad.

Bismark, M. 1993. Ekologi Makan Primata. Program Studi Pengelolaan Satwa Liar. Pasca Sarjana. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Bismark. 1986. Perilaku Bekantan (Nasalis larvatus) Dalam Memanfaatkan Lingkungan Hutan Bakau di Taman Nasional Kutai. Kalimantan Timur. [Tesis] IPB. Bogor.

BPS. 2008. Kecamatan Tanjung Pura Dalam Angka. Biro Pusat Statistik Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

BMKG. 2010. Kabupaten Langkat Dalam Angka. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geeofisika Balai Besar Wilayah I Medan.

CITES. 2007. Appendices I, II and III.

http://international.fws.gov/cites.html [ 16 Januari 2010].

Duma, Y.2007. Kajian Habitat, Tingkah Laku dan Populasi Kalawet (Hylobats agilis albibarbis) di Taman Nasional Sebangau Kalimantan Tengah. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Galdikas, B.M.F. 1978. Adaptasi Orangutan di Suaka Tanjung Puting Kalimantan Tengah. Penterjemah C. Sugiarto. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Giesen, W., Wulffraat, S., Zieren, M., Scholten, L. 2006. Mangrove Guidebook

For Southeast Asia. FAO and Wetlands International.

Jones DB. 2004. Asian Primate Classification. International Journal of Primatology 25: 99,153.

(63)

Napitu, J.P., Rahayuningtyas., Ekasari, I., Basuki, T., Basori, A.F., Amri ,U., Kurniawan, D. 2007. Konservasi Satwa Liar. Program Pasca Sarjana. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Nurwulan, N. 2002. Pola pemberian pakan lutung perak Kalimantan (Trachypithecus villosus) di Taman Margasatwa Ragunan. Laporan Magang. Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

O'Brien, T. G., and Kinnaird, M. F. 1997. Behavior, Diet, and Movements of the Sulawesi Crested Black Macaque (Macaca nigra). International Journal of Primatology, Vol. 18, No. 3, 1997.

Onrizal. 2005. Evaluasi Kerusakan Kawasan Mangrove dan Alternatif Rehabilitasinya di Jawa Barat dan Banten. Medan: Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian USU.

Onrizal. 2007. Teknik Pengenalan & Analisis Vegetasi Hutan Mangrove. Didalam Affandi O (editor). Buku Panduan Praktek Pengenalan dan

Pengelolaan Hutan (P3H). Medan: Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian USU.

Onrizal. 2008. Teknik Survey & Analisa Data Sumberdaya Mangrove. Medan: Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian USU.

Prayogo, H. 2006. Kajian tingkah laku dan analisis pakan lutung perak (Trachypithecus cristatus) di Pusat Primata Schmutzer Taman Margasatwa Ragunan. Tesis. Program Studi Primatologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rijksen, H.D. 1978. A Field Study on Sumatran Orangutan (Pongo pygmaeus). H. Veenmanzonen. Wagenigen.

Rusila, Y., Khazali, M., Suryadiputra, I.N.N. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Bogor: PKA & Wetlands International-Indonesia Programme

Saenger, P.E.J., Hegerl., Davie, J.D.S. 1983. Global status of mangrove ecosystems. IUCN. Commision on Ecology Number 3.

Simons, A.F. 2000. Primata Anatomy. Academic Press: San Diego.

Setyawan, K. 1996. Interaksi Antara Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) dan Lutung (Presbytis cristata) di TN Baluran FMIPA. Universitas Brawijaya.

(64)

Soendjoto, M.A., Alikodra, H.S.,Bismark, M., Setijanto, H. 2006. Jenis dan Komposisi Pakan Bekantan (Nasalis larvatus) di Hutan Karet Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Biodiversitas 7 (1) : 34-38.

Supriatna, J & Wahyono. 2000. Panduan Lapangan Primata Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Swindler, D.R. 1998. Introduction to the Primates. Seattle: Washington Press. Wibisono, I.T.C., Priyanto, E.B., Suryadiputra, I.N.N. 2006. Panduan Praktis

Rehabilitasi Pantai: Bogor. Wetlands International.

(65)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Aktivitas harian lutung jantan dan betina

Frekuensi aktivitas harian lutung (Trachypithecus cristatus) jantan dan betina selama pengamatan

Nama lutung

Frekuensi aktivitas harian

I II III IV V

M F S G R N E M F S G R N E M F S G R N E M F S G R N E M F S G R N E

Janu (♂) 108 72 72 50 206 0 3 140 65 82 57 218 0 2 142 85 69 55 177 0 2 181 77 106 53 192 0 2 138 80 54 48 202 0 3

Avi (♀) 171 61 98 40 158 0 2 148 69 60 56 174 0 1 186 57 62 55 166 0 2 77 73 93 92 200 0 3 143 65 74 66 193 0 3

Becky (♀) 197 66 82 45 163 0 2 171 68 68 59 170 0 2 147 70 92 56 146 0 3 190 54 75 57 175 0 2 133 68 77 86 179 0 2

Total frekuensi aktivitas harian

M F S G R N E

709 379 383 263 995 0 12

725 325 387 309 891 0 11

838 326 394 303 833 0 11

(66)

Lampiran 1. (lanjutan)

Persentase aktivitas harian lutung jantan dan betina selama pengamatan

Nama lutung

Persentase aktivitas harian (%)

I II III IV

M F S G R N E M F S R N E M F S G R N E M F S G R N E

Janu (♂) 21,1 14 14 9,7 40,3 0 0,5 24,8 11,5 14,5 10,1 38,6 0 0,3 26,7 16 13 10,3 33,3 0 0,3 29,6 12,6 17,3 8,6 31,4 0 0,3

Avi (♀) 32,2 11,5 18,4 7,5 29,8 0 0,3 29,1 13,5 11,8 11 34,2 0 0,1 35,2 10,7 11,7 10,4 31,4 0 0,3 14,3 13,5 17,2 17,1 37,1 0 0,5

Becky (♀) 35,4 11,8 14,7 8,1 29,3 0 0,3 31,7 12,6 12,6 10,9 31,5 0 0,3 28,5 13,6 17,8 10,8 28,4 0 0,5 34,3 9,7 13,5 10,3 31,6 0 0,3

Persentase aktivitas harian (%)

Rata-rata persentase aktivitas harian (%) V

M F S G R N E M F S G R N E

26,2 15,2 10,2 9,1 38,4 0 0,5 25,7 13,8 13,8 9,6 36,4 0 0,4

26,2 11,9 13,6 12,1 35,4 0 0,5 27,4 12,2 14,5 11,6 33.6 0 0,4

24,4 12,4 14,1 15,7 32,8 0 0,3 30,9 12 14,6 11,2 30,7 0 0,4

Gambar

Gambar 1. Petak contoh analisis vegetasi
Tabel 2.  Perilaku makan lutung kelabu jantan dan betina
Tabel 4. Perbandingan kecepatan makan lutung kelabu jantan dan betina  Kecepatan makanan/bagian
Tabel 6. Perhitungan Uji Mann-Whitney untuk kecepatan makan antara lutung kelabu jantan dan betina
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dapat dimulai dengan menjalankan usaha kecil‐kecilan dengan menjadi distributor maupun agen sah dari Cv.Surga Bisnis ﴾Surga Pewangi Laundry﴿.. BERIKUT INI JENIS 

Robandi, “Desain Pitch Angle Controller Turbin Angin Dengan Permanent Magnetic Synchronous Generator (PMSG) Menggunakan Imperialist Competitive Algorithm (ICA),” in

Untuk memberikan gambaran yang jelas terhadap pembahasan, serta agar analisis terhadap penelitian menjadi terarah dan sesuai dengan masalah yang ada, maka penulis membatasi

‘ perbandingan antara harga saham dengan laba bersih perusahaan’ , dimana harga saham sebuah emiten dibandingkan dengan laba bersih yang dihasilkan oleh emiten tersebut

Upaya penyelesaian yang kedua yang dilakukan oleh pihak Dinas Koperasi UKM dan Pusat Koperasi Pegawai Negeri (PKPRI) Kota Malang berkaitan dengan KOURUM yang kurang pada saat

Mengatasi permasalahan moralitas siswa, pihak sekolah berusaha mengimplementasikan PAK untuk membina moral siswa/i yakni dengan cara menggunakan pribadi Yesus

Tidak hanya gedung-gedung perkantoran saja, rumah sakit, hotel, bahkan ruko- ruko juga perlu instalasi listrik demi kenyamanan penghuninya khususnya adalah pasien-pasien yang

No Subbidang, Program, dankegiatan Frek &amp; Durasi Mh syg terlibat Rencana Pelaksana an A.. Penyelenggaraan Praktik memanfaatkan barang bekaskepada anak-anak di Dusun