• Tidak ada hasil yang ditemukan

Selama masa penelitian terhadap lutung kelabu (Trachypithecus cristatus, Raffles 1812) terdapat 10 dalam 1 populasi dan yang berhasil diamati sebanyak 3 individu, yang terdiri dari 2 betina dewasa dan 1 jantan dewasa (Tabel 7). Lama pengamatan tiap masing-masing individu yaitu 5 hari atau ± 60 jam. Seluruh individu tersebut dapat dibedakan satu sama lain dengan mengidentifikasi atau memperhatikan karekteristik khusus yang dimiliki masing-masing individu.

Tabel 7. Karakteristik lutung kelabu jantan dan betina yang diamati Nama lutung Jenis kelamin Estimasi taraf perkembangan

Ciri fisik dan perilaku

Avi Betina ( ♀ ) Dewasa Tubuh sedikit gemuk dan ekor

yang buntung

Becky Betina ( ♀ ) Dewasa Tubuh yang sedikit kurus dan memiliki bulu gelap

Janu Jantan ( ♂ ) Dewasa Tubuh besar, suara yang khas

dan memiliki bulu yang teratur

Pola Aktivitas Harian

Aktivitas harian lutung kelabu terdiri dari makan, bergerak pindah, istirahat, sosial, membersihkan diri (grooming) dan eliminasi. Lutung kelabu merupakan hewan yang aktif pada siang hari (diurnal) yang memiliki pola perilaku harian secara umum sama dengan jenis primata diurnal yang lain. Dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari kelompok lutung kelabu mempunyai jadwal tertentu, seperti yang biasanya dilakukan jenis satwa lainnya. Pemanfaatan waktu yang digunakan lutung kelabu cenderung sama dari hari ke hari (ritme harian) dengan asumsi tidak ada gangguan dari luar yang mempengaruhi aktivitas harian tersebut.

Selama pengamatan, lutung kelabu memulai aktivitas pada pagi hari yang dilanjutkan dengan bergerak mencari makan dan pada sore hari mencari tempat untuk tidur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prayogo (2006), bahwa lutung kelabu memulai aktivitas bergerak berpindah, sosial dan mencari makan setelah bangun pagi. Frekuensi dan persentase aktivitas harian lutung kelabu selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1. Persentase rata-rata aktivitas harian lutung kelabu paling besar yaitu aktivitas istirahat dari pada aktivitas yang lainnya. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh persentase rata-rata aktivitas lutung kelabu yang dapat dilihat pada Gambar 2.

0 5 10 15 20 25 30 35 28.03 12.7514.34 10.82 33.61 0 0.42 P e rs e n ta se   % Bergerak pindah Makan Sosial Membersihkan diri Istirahat Bersarang Eliminasi

Gambar 2. Persentase aktivitas harian lutung kelabu selama pengamatan

Penelitian ini dilakukan di Kawasan Hutan Mangrove Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat dengan kondisi penutupan lahan yang beragam seperti hutan mangrove, perkebunan kelapa sawit dan daerah tambak. Selama pengamatan, lutung kelabu lebih sering menetap dan bertempat tinggal di hutan mangrove yang sebagian telah terkonversi oleh perkebunan kelapa sawit dan tambak. Lutung tersebut sangat jarang meninggalkan tempat tersebut, ini dikhawatirkan karena

adanya gangguan dari luar baik dari manusia maupun predator lain seperti kelompok kera maupun kelompok lutung lainnya. Menurut Written, 1982 dalam Bismark (1983) bahwa luasnya daerah jelajah seringkali mengakibatkan daerah jelajah lutung tumpang tindih atau overlapping. Lutung soliter yang masuk ke dalam daerah jelajah atau daerah kekuasaan suatu kelompok terkadang diserang oleh jantan dominan.

Sudah menjadi teori umum bahwa sumber dan penyebaran pakan berkaitan erat dengan pola home range primata. Adanya keragaman struktur fisik tumbuhan dan keragaman jenisnya baik secara terpisah atau bersama-sama akan

menyediakan berbagai relung yang potensial dalam sebaran satwa (Oates, 1977 dalam Bismark, 1983). Dalam pemilihan ruang/strata hutan, lutung

mempunyai kebiasaan dan menempati ruang pada lapisan tajuk yang paling atas (arboreal). Kondisi di lokasi pengamatan yang rata-rata mempunyai jenis pohon yang cukup tinggi dengan tinggi 10-12 meter dan tajuk yang cukup rapat. Prepat (Soneratia caseolaris) merupakan jenis tumbuhan yang sering ditempati oleh lutung kelabu.

Satwa menyeleksi habitat yang sesuai dengan kehidupannya. Satwa melakukan seleksi terhadap apa yang disukainya, hal demikian disebabkan karena 2 (dua) hal yaitu, (1) secara genetik, dimana setiap individu dapat bereaksi terhadap keadaan lingkungan sehingga dapat menimbulkan upaya pemilihan, (2) adanya hubungan antar jenis atau kelompok serta proses belajar yang dimulai sejak dari satwa masih muda atau belajar dari pengalaman yang didapat dari individu yang lebih tua (Written, 1982 dalam Bismark, 1983). Bila dibandingkan dengan lutung kelabu yang tinggal di penangkaran terdapat perbedaan rata-rata

persentase aktivitas harian dengan lutung kelabu yang tinggal di habitat aslinya. Rata-rata persentase aktivitas harian lutung kelabu di penangkaran dapat dilihat pada Gambar 3. 0 5 10 15 20 25 30 19.77 10.51 3.87 23.05 28.19 14.62 P e rs e n ta se   %

Lokomosi (bergerak dan bermain) Makan

Minum

Membersihkan diri Istirahat

Eliminasi

Gambar 3. Persentase aktivitas harian lutung kelabu di penangkaran (Sumber: Wirdateti et al., 2009) 

Berdasarkan grafik di atas aktivitas istirahat merupakan aktivitas yang paling tinggi dari aktivitas lainnya dengan capaian 28,19% dan terendah pada aktivitas minum sebesar 3,87%, meskipun demikian untuk persentase aktivitas

harian secara umum tidak terlalu jauh dengan aktivitas lutung yang berada di habitat aslinya, tetapi ada aktivitas yang memiliki perbedaan nilai yang cukup

besar dari kedua tempat tinggal tersebut, yakini aktivitas membersihkan diri (grooming).

Untuk aktivitas membersihkan diri (grooming), lutung kelabu yang berada di habitatnya memiliki persentase yang rendah yakni 10,82% dari pada di penangkaran 23,05%, ini disebabkan lutung kelabu yang berada di penangkaran

memiliki ruang gerak yang sempit dan terisolasi sehingga lutung kelabu lebih banyak melakukan kegiatan membersihkan diri dari pada aktivitas lokomosi,

eliminasi, makan dan minum. Lutung kelabu yang hidup di habitatnya memiliki persentase rendah untuk aktivitas membersihkan diri, ini disebabkan ruang gerak lutung kelabu yang luas dan tidak terisolasi dihabitat aslinya sehingga dapat memudahkan untuk melakukan aktivitas lainnya.

Aktivitas harian lutung kelabu dapat bervariasi setiap hari dan bahkan setiap bulan, namun perbedaan antar individu pada jenis kelamin yang berbeda tidak terdapat perbedaan nyata. Aktivitas makan, eliminasi dan istirahat pada lutung jantan memiliki persentase yang tinggi dari pada kedua lutung kelabu betina. Untuk kedua lutung kelabu betina aktivitas bergerak pindah, sosial dan membersihkan diri memiliki persentase yang tinggi dari pada lutung kelabu jantan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Bergerak pindah Makan Sosial Membersihkan diri Istirahat Bersarang Eliminasi Janu  (♂) 25.73 13.89 13.85 9.61 36.45 0 0.44 Avi (♀) 27.44 12.28 14.58 11.64 33.63 0 0.41 Becky (♀) 30.92 12.07 14.6 11.21 30.77 0 0.4 P e r s e n t a s e   %   Gambar 4. Persentase aktivitas harian lutung kelabu berdasarkan jenis kelamin Aktivitas Membersihkan Diri (grooming)

Aktivitas membersihkan diri (grooming) merupakan kegiatan membersihkan diri dari segala macam kotoran dan parasit yang dapat dilakukan sendiri maupun dilakukan oleh lutung kelabu lainnya seperti induk keanaknya

maupun sebaliknya. Lutung kelabu membersihkan diri dengan cara mengusap, meraba, menelisik, menggaruk, menjilat dan menggigit. Kegiatan ini biasanya dilakukan diantara waktu aktivitas istirahat sehingga aktivitas istirahat akan berpengaruh terhadap aktivitas membersihkan diri. Aktivitas membersihkan diri dilakukan sambil berjemur dibawah sinar matahari dan dilakukan pada bagian tangan, kaki dan ekor.

Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan uji Mann-Whitney dengan pengujian satu arah pada taraf nyata 0,05 diperoleh uji hitung (u = 15) antara Janu dan Avi lebih besar dari pada uji tabel (u = 4) maka Ho diterima, yang berarti tidak ada perbedaan yang nyata untuk aktivitas membersihkan diri antara Janu dan Avi. Untuk Janu dan Becky diperoleh uji hitung (u= 6) lebih besar dari pada uji tabel (u= 4) maka Ho diterima, yang berarti tidak ada perbedaan yang nyata untuk aktivitas membersihkan diri antara Janu dan Becky. Untuk perhitungan uji Mann-Whitney dapat dilihat pada Lampiran 7. Tidak ada perbedaan yang nyata antara lutung kelabu jantan dan betina untuk aktivitas membersihkan diri. Aktivitas membersihkan diri memiliki nilai 10,82%. Dari persentase tersebut sebesar 9,61% lutung kelabu jantan (janu), 11,64% lutung kelabu betina (Avi) dan 11,21% lutung kelabu betina (Becky) sehingga dapat dilihat tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap aktivitas membersihkan diri berdasarkan jenis kelamin.

Lutung kelabu sering membersihkan dirinya sendiri dari pada melakukannya kepada lutung kelabu lain seperti ke anaknya maupun sebaliknya. Ini dapat dilihat dari persentase lutung kelabu membersihkan diri sendiri sebesar

77,59%, 16,22% untuk membersihkan atau mengambil kutu anaknya dan 6,18% sebaliknya, anak membersihkan atau mengambil kutu induknya.

Aktivitas Sosial

Bermain, bergelantungan dan bersuara merupakan salah satu aktivitas sosial sehingga ini menyebabkan aktivitas sosial mempunyai nilai persentasenya cukup besar yaitu 14,34%, yang berada diurutan ketiga dari persentase aktivitas harian tertinggi setelah istirahat dan bergerak berpindah. Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan uji Mann-Whitney dengan pengujian satu arah pada taraf nyata 0,05 diperoleh uji hitung (u = 12) antara Janu dan Avi lebih besar dari pada uji tabel (u = 4) maka Ho diterima, yang berarti tidak ada perbedaan yang nyata untuk aktivitas sosial antara Janu dan Avi. Untuk Janu dan Becky diperoleh uji hitung (u= 10) lebih besar dari pada uji tabel (u= 4) maka Ho diterima, yang berarti tidak ada perbedaan yang nyata untuk aktivitas sosial antara Janu dan Becky. Untuk perhitungan uji Mann-Whitney dapat dilihat pada Lampiran 6. Tidak ada perbedaan yang nyata antara lutung kelabu jantan dan betina untuk aktivitas sosial.

Aktivitas sosial paling banyak dilakukan oleh lutung kelabu betina, ini disebabkan lutung kelabu betina merupakan makhluk sosial yang sering melakukan kegiatan sosial bersama anaknya terutama aktivitas bermain. Untuk aktivitas sosial lutung kelabu betina (Avi) 14,58%, (Becky) 14,60% dan lutung kelabu jantan (Janu) 13,89% sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa lutung kelabu betina merupakan makluk sosial. Bermain dengan lutung kelabu lain merupakan aktivitas yang sering dilakukan oleh lutung kelabu, terutama pada lutung kelabu betina yakni sebesar 55,91% dan lutung kelabu bermain sendiri

sebesar 30,98% yang diikuti dengan bermain dengan objek atau bermain dengan makanan yakni 13,10%.

Aktivitas Istirahat

Pada saat lutung kelabu melakukan aktivitas istirahat diasumsikan lutung kelabu tersebut tidak bergerak dan apabila melakukan aktivitas lain (makan, eliminasi, sosial, dan bergerak berpindah) lutung kelabu diasumsikan melakukan pergerakan. Waktu istirahat penting dilakukan oleh lutung dan primata lainnnya untuk mencerna dedaunan yang telah dikonsumsinya (Alikodra, 1990). Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan uji Mann-Whitney dengan pengujian satu arah pada taraf nyata 0,05 diperoleh uji hitung (u = 7) antara Janu dan Avi lebih besar dari pada uji tabel (u = 4) maka Ho diterima, yang berarti tidak ada perbedaan yang nyata antara aktivitas istirahat Janu dan Avi. Sedangkan antara Janu dan Becky diperoleh uji hitung (u = 3) lebih besar dari pada uji tabel (u = 4) maka Ho ditolak, yang berarti ada perbedaan yang nyata antara aktivitas istirahat Janu dan Becky. Selama pengamatan lutung kelabu betina (Becky), lutung kelabu tersebut lebih aktif dan lebih sering melakukan kegiatan sosial terutama kegiatan bermain dengan anaknya dari pada lutung kelabu betina (Avi). Hal tersebut didukung dengan persentase aktivitas istirahat Avi lebih besar yakni 33,63% dari pada Becky 30,77%. Untuk perhitungan uji Mann-Whitney dapat dilihat pada Lampiran 8.

Aktivitas istirahat biasa dilakukan lutung kelabu setelah selesai melakukan aktivitas makan, ketika suhu udara tinggi dan pada waktu sore hari. Suhu dapat diduga sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas harian lutung kelabu. Pada musim kering atau disiang hari terjadi peningkatan waktu

istirahat serta penurunan makan dan bergerak berpindah dan kembali mencari makan hingga sore. Data mengenai suhu dan curah hujan dapat dilihat pada Gambar 5 dan 6. 19 20 22 21 22 23 23 22 22 21 22 23 21 23 22 33 35 41 40 40 40 38 40 37 41 39 41 39 39 37 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Suhu Minimum Suhu Maksimum

Gambar 5. Grafik suhu maksimum dan minimum di lokasi penelitian

0 20 40 60 80 100 120 140 20 133

Cu

ra

h

 

hu

ja

n

 

(m

m

)

April Mei

Gambar 6. Data curah hujan (mm) *(Sumber : BMKG untuk wilayah Kab. Langkat , 2010)

Untuk aktivitas istirahat lutung kelabu di habitat aslinya memiliki persentase sangat besar dari aktivitas harian lainnya yaitu 33,61%. Tingginya aktivitas istirahat disebabkan di lokasi penelitian beberapa waktu mengalami suhu yang tinggi, curah hujan yang rendah dan musim kering. Suhu tertinggi di lokasi penelitian antara 330C – 410C dengan rataan suhu pada pagi hari 21,70C, siang hari 38,6 0 dan sore hari 30,6 0C.

Berdasarkan penelitian Wirdateti et al., (2009), lutung kelabu yang berada di penangkaran memiliki persentase aktivitas istirahat yang tinggi dari aktivitas lainnya yakni 28,19%. Hal serupa dengan lutung kelabu yang tinggal di habitat aslinya yang berdasarkan hasil penelitian, di mana lutung kelabu memiliki aktivitas istirahat yang tinggi pula. Dalam penelitian Wirdateti et al., (2009), lutung kelabu memiliki aktivitas istirahat yang tinggi disebabkan pada waktu tersebut kondisi suhu udara yang tinggi dengan rataan suhu 31,90C. Untuk kisaran suhu maksimum di habitat alami lutung sebesar 300C (Sukandar, 2004). Aktivitas istirahat satwa primata di habiat alaminya sebesar 320C, (Duma 2007). Hasil penelitian Prayogo (2006) pada lutung kelabu di penangkaran juga menunjukkan bahwa aktivitas istirahat merupakan presentase tertinggi yaitu sebesar 25,94%. Ini membuktikan bahwa suhu yang tinggi merupakan faktor yang menyebakan aktivitas istirahat menjadi tinggi, selain itu faktor jenis primata juga mempengaruhi aktivitas harian. Untuk jenis primata folivorus seperti lutung kelabu (Trchypithecus cristatus) dan bekantan (Nasalis larvatus) memiliki aktivitas istirahat yang tinggi daari pada jenis primata frugivora seperti orang utan (Pongo Pygmeus) yang memiliki aktivitas istirahat yang rendah dari pada aktivitas lain (Galdikas, 1978).

Aktivitas Eliminasi

Aktivitas eliminasi merupakan aktivitas mengeluarkan kotoran (sisa makanan) berupa feces atau air seni yang berada dalam tubuh primata. Aktivitas eliminasi meliputi defekasi dan urinasi serta memiliki nilai persentase sebesar 0,42%. Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan uji Mann-Whitney dengan pengujian satu arah pada taraf nyata 0,05 diperoleh uji hitung (u = 11) antara Janu dan Avi lebih besar dari pada uji tabel (u = 4) maka Ho diterima, yang berarti tidak ada perbedaan yang nyata untuk aktivitas eliminasi Janu dan Avi. Untuk Janu dan Becky diperoleh uji hitung (u= 13) lebih besar dari pada uji tabel (u= 4) maka Ho diterima, yang berarti tidak ada perbedaan yang nyata aktivitas eliminasi Janu dan Becky. Untuk perhitungan uji Mann-Whitney dapat dilihat pada Lampiran 9. Tidak ada perbedaan nyata antara lutung kelabu jantan dan betina untuk aktivitas eliminasi. Lutung kelabu jantan memiliki persentase aktivitas eliminasi yang tinggi yakini 0,44% dari pada kedua lutung kelabu betina (Avi) yakni 0,41% dan (Becky) 0,40%. Selama pengamatan, lutung kelabu melakukan defekasi semenjak lutung memulai aktivitasnya pada pagi hari dan hampir bersamaan dengan aktivitas urinasi.

Tingkah laku dan posisi tubuh lutung kelabu saat melakukan defekasi mirip seperti posisi ketika lutung melakukan urinasi, yaitu dilakukan dengan cara setengah duduk atau jongkok. Kebiasaan lain yang ditemukan pada aktivitas defekasi lutung kelabu adalah ketika feses sudah keluar, tangan lutung kelabu memegang dan menggaruk-garuk bagian anusnya, kemudian didekatkan hidung lutung kelabu.

Akktivitas Bersarang

Untuk aktivitas bersarang selama penelitian lutung kelabu tidak terlihat membuat sarang untuk beristirahat. Lutung kelabu menghabiskan waktu beristirahat atau tidur dilakukan diatas pohon dari pada di bawah pohon. Jenis pohon yang disukai lutung untuk beristirahat dan tidur mempunyai ciri-ciri yang meliputi; (1) pohon yang mempunyai buah dan bisa dimakan, (2) mempunyai tajuk yang rindang, cabangnya kuat, tingginya 9-12 meter. Menurut (Supriatna dan Wahyono, 2000) lutung kelabu adalah hewan aboreal yaitu hewan hidup di atas pepohonan, sehinnga jarang lutung kelabu meninggalkan pohon-pohon besar tempatnya tinggal secara alami. Perilaku ini akan memudahkan terhindar dari predator seperti ular dan satwa lainnya.

Aktivitas Bergerak Pindah

Seperti halnya jenis lutung lainnya, lutung kelabu menggunakan keempat anggota tubuhnya (quadropedal) dengan arah horizontal ataupun vertikal saat melalui cabang pohon yang cukup besar, namun sering meloncat saat akan pindah pohon (Fleagle,1978). Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan uji Mann-Whitney dengan pengujian satu arah pada taraf nyata 0,05 diperoleh uji hitung (u = 8) antara Janu dan Avi lebih besar dari pada uji tabel (u = 4) maka Ho diterima, yang berarti tidak ada perbedaan yang nyata untuk aktivitas bergerak pindah Janu dan Avi. Untuk Janu dan Becky diperoleh uji hitung (u= 13) lebih besar dari pada uji tabel (u= 5) maka Ho diterima, yang berarti tidak ada perbedaan yang nyata aktivitas bergerak pindah Janu dan Becky. Untuk perhitungan uji Mann-Whitney dapat dilihat pada Lampiran 9. Tidak ada

perbedaan nyata antara lutung kelabu jantan dan betina untuk aktivitas bergerak pindah.

Aktivitas bergerak pindah lutung kelabu memliki persentase sebesar 28,03% dari aktivitas harian. Aktivitas bergerak pindah paling sering dilakukan oleh lutung kelabu betina dari pada lutung kelabu jantan, ini dapat dilihat dari persentase aktivitas bergerak pindah lutung kelabu betina (Avi) yakni 27,44%, (Becky) yakni 30,92% dan lutung kelabu jantan (Janu) yakni 25,73%. Hal ini didukung oleh pernyataan Supriatna dan Wahyono (2000), bahwa lutung kelabu jantan yang nampak cenderung lebih banyak porsi istirahatnya dibandingkan lutung kelabu betina.

Aktivitas Makan

Berdasarkan penelitian, persentase aktivitas makan tergolong rendah sebesar 12,75%. Rendahnya aktivitas makan ini disebabkan beberapa faktor seperti ketersediaan pakan, kondisi lutung sendiri (sehat atau sakit), kondisi habitat dan suhu. Hal ini didukung oleh Sutardi (1980), bahwa suhu yang rendah akan menyebabkan nafsu makan bertambah dan begitu juga sebaliknya apabila suhu tinggi maka aktivitas makan akan menurun. Selama penelitian suhu sangat tinggi dengan rataan suhu pada pagi hari 21,70C, siang hari 38,6 0C dan sore hari 30,6 0C. Umumnya aktivitas makan berkurang pada sore hari. Hasil penelitian ini didukung oleh pernyataan Prayogo (2006) bahwa aktivitas makan primata pada umumnya akan meningkat pada pagi hari, dimana hewan lutung butuh energi untuk beraktivitas pada siang hari. Pada pagi hari satwa diurnal akan merasa lapar karena kehilangan energi yang dibutuhkan untuk tidur pada malam hari.

Hasil penelitian lain menunjukkan tidak semua primata mempunyai aktivitas makan yang sama, salah satu contohnya pada jenis monyet ekor panjang (Macaca nigra) yang mempunyai persentase aktivitas makan lebih besar dibandingkan aktivitas lainnya yang mencapai 59% (O'Brien dan Kinnaird, 1997), selain itu orangutan (Pongo pygmaeus) mempunyai aktivitas makan yang tinggi juga sebesar 62,14% (Galdikas, 1978). Pada jenis primata folivorus seperti pada lutung kelabu aktivitas makan cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan aktivitas yang lain (Prayogo, 2006). Hal yang serupa jenis bekantan (Nasalis larvatus) dengan aktivitas makan sebesar 13,10% yang merupakan salah satu jenis primata folivorus (Bismark, 1986).

Aktivitas makan lutung kelabu jantan dan betina nilai persentasenya tidak terlalu banyak perbedaan. Hasil persentase untuk aktivitas makan tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Aktivitas makan lutung kelabu jantan dan betina selama waktu penelitian

Nama Lutung

Aktivitas makan hari ke-

Rata-rata aktivitas makan I II III IV V Fr % Fr % Fr % Fr % Fr % Fr % Janu ( ♂) 72 14 65 11,5 85 16 77 12,6 80 15,2 379 13,8 Avi (♀) 61 11,5 69 13,5 57 10,7 73 13,5 65 11,9 325 12,2 Becky (♀) 66 11,8 68 12,6 70 13,6 54 9,7 68 12,4 326 12 Keterangan : Fr = frekuensi, % = persentase

Persentase aktivitas makan lutung kelabu jantan tertinggi adalah pada hari ketiga pengamatan yaitu sebesar 16% dan terendah pada hari kedua sebesar 11,5%. Aktivitas harian tertinggi lutung kelabu jantan pada hari kedua adalah istirahat. Persentase aktivitas makan lutung kelabu betina pertama (Avi) tertinggi adalah hari kedua sebesar 13,5% dan persentase terendah dihari ketiga sebesar 10,7% karena lebih banyak istirahat. Persentase aktivitas makan lutung kelabu

betina kedua (Becky) tertinggi adalah hari ketiga sebesar 13,6% dan persentase terendah dihari keempat sebesar 9,7% karena lebih banyak melakukan aktivitas bergerak berpindah. Pada saat penelitian salah satu faktor yang mempengaruhi lutung kelabu betina kedua mempunyai aktivitas bergerak paling besar pada hari keempat disebabkan adanya pengusiran dilakukan kelompok kera yang datang ditempat lutung kelabu berada sehingga mereka merasa terganggu dan pergi sedikit menjauhi gangguan tersebut.

Jika dilihat dari persentase aktivitas makan total, lutung kelabu jantan (janu) (13,89%) lebih banyak dari pada lutung kelabu betina (Avi) (12,28%) dan lutung betina (Becky) (12,07%). Hal serupa pada penelitian jenis orangutan, dimana dalam penelitiannya membandingkan antara orangutan jantan dan betina yang memiliki persentase aktivitas makan jantan lebih besar dari pada betina ini terbukti sebesar (47,82%) pada jantan dan (44,85%) betina (Kuncoro et al.,2008). Umumnya primata jantan lebih banyak melakukan aktivitas makan dari pada lutung betina ini terbukti pada kedua penelitian ini.

Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan uji

Mann-Whitney dengan pengujian satu arah pada taraf nyata 0,05 diperoleh uji hitung (u = 5) antara Janu dan Avi lebih besar dari pada uji tabel (u = 4) maka

Ho diterima, yang berarti tidak ada perbedaan nyata antara aktivitas makan Janu dan Avi. Untuk Janu dan Becky diperoleh uji hitung (u = 6) lebih besar dari pada uji tabel (u = 4) maka Ho diterima, yang berarti tidak ada perbedaan nyata antara aktivitas makan Janu dan Becky. Tidak ada perbedaan nyata antara lutung kelabu jantan dan betina untuk aktivitas makan. Untuk perhitungan uji Mann-Whitney dapat dilihat pada Lampiran 2.

Kecepatan Makan

Komposisi makanan lutung kelabu di lokasi penelitian terdiri dari daun (daun muda dan daun tua), buah, kulit kayu dan serangga. Daun merupakan pakan utama, hal ini terbukti sebesar 88,10% dari aktivitas makan dipergunakan untuk mengkonsumsi daun, selebihnya dipergunakan untuk mengkonsumsi buah, kulit kayu dan serangga yang merupakan makanan tambahan. Jenis pakan yang dimakan lutung kelabu jantan dan betina tidak berbeda jauh. Keanekaragaman jenis pakan di lokasi penelitian ditemukan Janu dan Becky sedikit lebih banyak jika dibandingkan lutung Avi, perbedaan ini disebabkan jenis pakan yang disukai masing-masing yang berbeda dan selama penelitian jelajah Janu sedikit lebih luas dan memiliki lebih banyak jenis pohon atau tumbuhan. Kecepatan makan per bagian yang dibandingkan adalah jenis pakan yang sama antara lutung kelabu jantan dan betina disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Perbandingan kecepatan makan lutung kelabu jantan dan betina

Nama lokal Nama latin Bagian

Kecepatan makan/bagian (detik) janu (jantan) Avi (betina) Becky (betina)

Prepat Soneratia caseolaris Daun 19,1 19,7 18,7

Prepat Soneratia caseolaris Buah 64,1 50 51,8

Prepat Soneratia caseolaris Kulit 71,6 18 43,6

Gendorusa Morinda citrifolia Daun 17,3 16 18,4

Nipah Nypa fructicans Kulit 65 87 67,7

Duri kait Caesalpinia bonduc Daun 13,4 10,6 13,9

Kimia/ Seruni Wedelia biflora Daun 14,4 14,8 14,3

Nasi-nasian Dalbergia menoeides Daun 15,2 12,8 12,6

Bakau Rhizophora apiculata Daun 23,4 26,1 39,5

Air-airan Ryssopterys timoriensis Daun 16,7 16,4 16,7

Anggur rotan Glochidion littorale Daun 20,2 37 14,3

Berdasarkan Tabel 9 jenis pakan yang diambil merupakan jenis pakan yang memang dimakan oleh ketiga lutung kelabu tersebut sehingga dapat dibandingkan. Jenis pakan yang paling lama untuk satu bagian adalah kulit nipah

Dokumen terkait