• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Tanah Sebelum Pemadatan

Hasil analisis sifat kimia tanah Podsolik Jasinga disajikan pada Tabel 5. Berdasarkan kriteria Balai Penelitian Tanah (2005), tanah Podsolik Jasinga mempunyai N-total dan P-tersedia yang tergolong rendah yaitu sebesar 0,20% an 6,55 ppm. Selain itu, tanah Podsolik Jasinga mempunyai K+ sebesar 0,10 me/100g yang tergolong rendah. Kadar Al dapat ditukar pada tanah Podsolik Jasinga sebesar 20,76 me/100g. Hasil analisis Utomo (2011) menyebutkan bahwa tanah Podsolik Jasinga mempunyai kadar N-total dan P-tersedia yang tergolong rendah sebesar 0,22% dan 5,2 ppm. Tanah Podsolik jasinga mempunyai K+ yang tergolong rendah dan Al dapat ditukarkan sebesar 13,38 me/100g berdasarkan hasil analisis Melinda (2012). Kriteria penilaian hasil analisis tanah Balai Penelitian Tanah tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1.

Tabel 5. Hasil analisis sifat kimia tanah Podsolik Jasinga

Sifat Kimia Metode Hasil Kriteria*

N-Total (%) Kjeldahl 0,20 Rendah

P (ppm) Bray 1 6,55 Rendah

K (me/100g) NH4Oac 0,10 Rendah

Al (me/100g) KCl 20,76

*Keterangan: Pengkelasan berdasarkan kriteria Balai Penelitian Tanah (2005)

Karakteristik Tanah Setelah Pemadatan Kadar Air Kapasitas Lapang

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa kepadatan tanah memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap kadar air kapasitas lapang (Tabel 6). Grafik hubungan kepadatan tanah dengan kadar air kapasitas lapang tersaji dalam Gambar 3.

Tabel 6. Pengaruh kepadatan tanah terhadap kadar air kapasitas lapang Kepadatan tanah/BI (g/cm3) Kadar air (% vol)

0,80 70a 0,90 69a 1,00 71a 1,10 69a 1,20 70a 1,25 74a

Keterangan: angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. BI=Bobot Isi

Gambar 3. Grafik hubungan kepadatan tanah dengan kadar air kapasitas lapang

Tabel 6 menunjukkan bahwa kepadatan tanah tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air kapasitas lapang. Nilai kadar air kapasitas lapang pada bobot isi tanah yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda. Kadar air kapasias lapang semakin meningkat dengan bertambahnya kepadatan tanah. Hal ini disebabkan karena pada kondisi tanah yang padat, air tidak dapat bergerak melalui pori tanah sehingga terjerap oleh matriks tanah yang menyebabkan kadar air yang terukur tinggi pada tanah yang mempunyai kepadatan tinggi. Menurut Maryamah (2010) air tersebut tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman karena padatnya tanah yang menyebabkan air diikat kuat dalam pori mikro dan matriks tanah. Jumlah pori mikro meningkat dengan bertambahnya kepadatan tanah.

Hasil uji korelasi kepadatan tanah terhadap kadar air kapasitas lapang menunjukkan bahwa kepadatan tanah mempunyai korelasi terhadap kadar air

kapasitas lapang namun tidak erat kaitannya. Hal ini dapat dilihat dari besarnya koefisisen determinasi (R2) yang didapat sebesar 0,08.

Tabel 7. Perbandingan nilai kadar air kapasitas lapang metode pF 2,54 (Maryamah, 2010) dan Alhricks yang dipengaruhi oleh

kepadatan tanah

Kepadatan tanah/BI (g/cm3) metode pF 2,54

(Maryamah, 2010) metode Alhricks

0,80 39f 70a 0,90 45e 69a 1,00 51c 71a 1,10 57c 69a 1,20 61b 70a 1,25 65a 74a

Keterangan: angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. BI=Bobot Isi

Hasil analisis yang dilakukan oleh Maryamah (2010) yang tersaji pada Tabel 7 menunjukkan bahwa kepadatan tanah memberikan pengaruh yang sangat nyata (Tabel Lampiran 2) terhadap kadar air pada pF 2,54. Kadar air yang dihasilkan oleh metode pF 2,54 cenderung lebih kecil jika dibandingkan dengan metode Alhricks. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Baskoro dan Tarigan (2007). Adanya perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah pengukuran kadar air kapasitas lapang yang dilakukan dengan metode Pressure plate dilakukan dengan menggunakan contoh tanah yang diberi tekanan setara pF 2,54 (1/3 Bar). Pemberian tekanan 1/3 bar ini sebenarnya hanya merupakan pendekatan (arbitrer).

Contoh tanah yang digunakan pada penetapan kadar air kapasitas lapang dengan metode Pressure Plate hanya setebal kurang lebih 1 cm sehingga air yang ada pada contoh tanah tersebut lebih mudah hilang dibandingkan dengan air dalam tanah dengan kolom yang lebih tebal seperti pada metode Alhricks. Pengukuran dengan metode Pressure Plate mengabaikan karakteristik profil tanah secara keseluruhan yang tentunya akan menyebabkan proses pelepasan air cenderung lebih mudah, sehingga kadar air yang dihasilkan oleh metode pF 2,54 cenderung lebih kecil jika dibandingkan dengan metode Alhricks.

Kapasitas lapang adalah kandungan air di dalam tanah setelah proses drainase berhenti. Jumlah air yang melebihi kapasitas lapang akan turun ke lapisan tanah lebih dalam karena gaya gravitasi. Kapasitas lapang suatu tanah adalah jumlah maksimum air yang dapat disimpan dalam tanah pada zona tidak jenuh melawan gaya gravitasi (Kurnia et al., 2007).

Hantaran Hidrolik

Hantarah hidrolik tanah menggambarkan bagaimana pergerakan air yang dapat dilewatkan atau dilalukan tanah. Pada penelitian ini dilakukan percobaan untuk mengetahui hantaran hidrolik pada kondisi tidak jenuh hingga kondisi kapasitas lapang tercapai. Nilai hantaran hidrolik pada berbagai tingkat kepadatan tanah disajikan pada Tabel 8 dan grafik hubungan antara kepadatan tanah dengan hantaran hidrolik tersaji dalam Gambar 4.

Tabel 8. Hantaran hidrolik tanah pada berbagai tingkat kepadatan tanah Kepadatan tanah/BI (g/cm3) Hantaran Hidrolik (cm/jam)

0,80 390,19a 0,90 334,93b 1,00 127,02c 1,10 57,31d 1,20 0,66e 1,25 0,44e

Keterangan: angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. BI=Bobot Isi

Dari Tabel 8 terlihat bahwa kepadatan tanah memberikan pengaruh yang sangat nyata (Tabel Lampiran 2) terhadap hantaran hidrolik. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa kepadatan tanah mempunyai korelasi yang nyata terhadap hantaran hidrolik. Hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai koefisien determinasi (R2) yang didapat yaitu 0,92.

Faktor yang mempengaruhi nilai hantaran hidrolik adalah struktur, pororitas, dan kepadatan tanah. Semakin meningkat nilai kepadatan tanah maka akan semakin lambat hantaran hidrolik. Hal ini disebabkan karena pemadatan tanah menyebabkan porositas tanah menjadi menurun. Porositas tanah yang menurun akan berakibat kepada tidak adanya hubungan kontinuitas pori yang baik, sehingga air yang bergerak di dalam tanah akan sulit dan terhambat. Menurut Sofyan (2011), pada lahan dengan pengolahan tanah intensif dengam bobot isi tinggi memiliki nilai hantaran hidrolik yang rendah.

Pengaruh Kepadatan Tanah Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah

Resistensi Tanah

Resistensi tanah merupakan salah satu parameter sifat fisik tanah yang menggambarkan kepadatan atau kekuatan suatu tanah. Pengaruh kepadatan tanah terhadap resistensi tanah sebelum dan setelah penanaman (saat panen) disajikan pada Tabel 9 dan grafik hubungan antara kepadatan tanah dengan nilai resistensi tanah dapat dilihat pada Gambar 5.

Tabel 9. Pengaruh kepadatan tanah terhadap resistensi tanah sebelum dan setelah penanaman

Kepadatan tanah/BI (g/cm3) Sebelum Tanam (kg/cm²) Saat Panen (kg/cm²)

0,80 0,27fA 0,14cB 0,90 0,85eA 0,256cB 1,00 1,46dA 0,61bcB 1,10 2,37cA 1,16bB 1,20 3,43bA 2,36aA 1,25 4,41aA 2,83aB

Keterangan: angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. Huruf besar sama dalam satu baris menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji t-student pada taraf 5%. BI=Bobot Isi

Gambar 5. Grafik hubungan antara kepadatan tanah dengan nilai resistensi tanah sebelum dan setelah ditanami kacang tanah

Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa peningkatan kepadatan tanah berpengaruh sangat nyata terhadap nilai resistensi tanah sebelum maupun setelah ditanami kacang tanah (Tabel Lampiran 2). Perbedaan nilai resistensi sebelum dan setelah tanam terlihat nyata berdasarkan analisis t-student (Tabel Lampiran 11). Dengan bertambahnya kepadatan tanah, nilai resistensi tanah akan meningkat. Dari Tabel 9 terlihat bahwa nilai resistensi tanah mengalami peningkatan dengan makin tingginya bobot isi. Namun terjadi penurunan nilai resistensi tanah setelah penanaman kacang tanah. Hal ini dikarenakan adanya aktivitas akar tanaman untuk menembus tanah. Menurut Simanjuntak (2005), ketika akar tanaman tumbuh pada lapisan gembur dan kemudian tertahan oleh lapisan padat maka akar akan membelok horizontal dan mungkin tumbuh dalam lapisan tersebut dengan ukuran yang pendek atau berkembang tidak sempurna. Perkembangan secara horizontal ini menyebabkan lapisan atas menjadi lebih gembur sehingga terjadi penurunan nilai resistensi tanah pada tanaman kacang tanah.

Meningkatnya kepadatan tanah mempunyai korelasi yang nyata terhadap nilai resistensi tanah baik sebelum maupun setelah ditanami kacang tanah. Nilai koefisisen determinasi (R2) yang didapat berturut-turut yaitu 0,94 dan 0,80.

Tinggi Tanaman

Tanaman kacang tanah mulai muncul kepermukaan tanah pada empat (4) hari setelah tanam (HST). Hasil pengamatan tinggi tanaman kacang tanah dapat dilihat pada Tabel 10 dan grafik hubungan antara kepadatan tanah terhadap tinggi tanaman tersaji dalam Gambar 6. Pengaruh kepadatan tanah terhadap tinggi tanaman kacang tanah dapat dilihat pada Gambar Lampiran 6.

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya umur tanaman maka tinggi tanaman akan mengalami peningkatan. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kepadatan tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 1 MST sampai 7 MST dan tidak berpengaruh lagi pada 8 MST sampai 16 MST (Tabel Lampiran 3).

Tabel 10. Pengaruh kepadatan tanah terhadap tinggi tanaman kacang tanah (cm) Umur Tanaman (MST) Kepadatan tanah/BI (g/cm3) 0,80 0,90 1,00 1,10 1,20 1,25 1 7,67a 7,50a 5,83b 5,83b 3,50b 4,67b

2 19,33a 17,00ab 17,67ab 17,67ab 13,67c 14,83bc 3 24,33a 24,67a 23,67ab 23,33ab 19,33c 20,17bc 4 25,33b 30,67a 25,67b 26,00b 23,33b 22,67b 5 28,67ab 33,00a 27,00b 28,00ab 25,33b 24,67b 6 35,67ab 41,67a 28,67b 33,67b 29,67b 29,67b 7 40,33ab 45,33a 34,67b 41,33ab 33,67b 33,33b

8 45,33 47,67 38,00 45,33 38,33 37,00 9 53,00 58,00 51,00 55,33 45,33 43,00 10 56,67 59,67 55,50 63,33 46,67 45,00 11 59,67 63,67 59,00 67,67 47,33 47,00 12 61,33 65,67 61,50 70,67 48,67 49,00 13 62,67 68,00 62,50 71,67 50,00 50,00 14 64,33 69,00 63,50 72,17 51,67 51,67 15 65,33 73,00 65,00 72,83 53,17 53,17 16 66,00 74,33 65,75 73,33 53,83 54,00 Keterangan: angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. BI = Bobot Isi, MST= Minggu Setelah Tanam

Menurut Damanik (2007) terhambatnya tinggi tanaman terjadi karena akar kacang tanah tidak dapat berkembang secara maksimum akibat adanya rintangan

dalam menembus tanah sehingga kemampuan akar untuk menyerap air, oksigen dan unsur hara terganggu. Pemadatan tanah akan mengurangi porositas dan permeabilitas sehingga menambah tekanan hisap matriks tanah dan pengurangan ketersediaan air bagi tanaman.

Gambar 6. Grafik hubungan antara kepadatan tanah dengan tinggi tanaman (cm)

Hasil penelitian yang dilakukan Abu-Hamdeh (2003) menyebutkan bahwa pemadatan tanah berpengaruh secara signifikan terhadap tinggi tanaman. Pemadatan tanah mengurangi infiltrasi tanah, aerasi tanah, dan membatasi perkembangan tanaman. Menurut Rahayu (1995), tanah yang memiliki bobot isi tinggi (padat) mengakibatkan tekanan turgor berkurang dan menyebabkan penutupan stomata sehingga mengurangi transpirasi. Penutupan stomata ini memotong suplai CO2 ke sel-sel mesofil, sehingga fotosistesis berkurang, yang

akhirnya menghambat diferensiasi sel dan laju perpanjangan sel. Dari grafik yang ditunjukan pada Gambar 6 dapat diketahui bobot isi tanah yang sesuai untuk kacang tanah dilihat dari parameter tinggi tanaman adalah 0,90 g/cm3.

Diameter Batang

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kepadatan tanah berpengaruh nyata terhadap diameter batang tanaman kacang tanah (Tabel Lampiran 4). Pengaruh kepadatan tanah terhadap diameter batang tanaman kacang tanah dapat

dilihat pada Tabel 11 dan grafik hubungan antara kepadatan tanah dan diameter batang tanaman kacang tanah tersaji pada Gambar 7.

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa kepadatan tanah berpengaruh nyata terhadap diameter batang tanaman kacang tanah pada 8 MST sampai 16 MST. Semakin tinggi tingkat kepadatan tanah maka porositas tanah akan semakin kecil, sehingga kemampuan tanah untuk mendistribusikan air serta nutrisi tanaman akan terganggu. Tanah yang padat mengurangi kapasitas menyerap air, mengurangi kandungan udara, dan memberikan hambatan fisik yang besar pada penerobosan akar sehingga mengendalikan kapasitas kemampuannya memanen air, udara dan hara yang menyebabkan pembesaran pangkal batang (Wilson, 2006)

Tabel 11. Pengaruh kepadatan tanah terhadap diameter batang tanaman kacang tanah (mm) Umur Tanaman (MST) Kepadatan tanah/BI (g/cm3) 0,80 0,90 1,00 1,10 1,20 1,25 1 2,37 2,40 2,30 2,10 2,20 2,27 2 2,77 2,93 2,53 2,43 2,47 2,50 3 2,90 3,07 2,77 2,50 2,83 2,90 4 3,13 3,20 2,90 2,87 3,10 3,10 5 3,27 3,33 3,03 3,10 3,23 3,43 6 3,40 3,60 3,20 3,27 3,63 3,77 7 3,60 3,77 3,43 3,43 3,97 4,17

8 3,73b 4,03ab 3,63b 3,73b 4,37a 4,40a

9 3,93d 4,20bc 4,30b 4,07cd 4,67a 4,80a 10 4,17c 4,44bc 4,50b 4,30bc 4,93a 5,07a 11 4,40b 4,60b 4,65b 4,43b 5,13a 5,27a 12 4,53b 4,83b 4,80b 4,57b 5,33a 5,43a 13 4,73b 5,00b 4,90b 4,70b 5,53a 5,57a 14 4,90b 5,10b 5,05b 5,03b 5,67a 5,73a 15 5,10b 5,23b 5,30b 5,17b 5,83a 5,87a 16 5,27b 5,33b 5,40b 5,37b 6,00a 6,00a

Keterangan: angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. BI=Bobot Isi, MST=Minggu Setelah Tanam

Gambar 7. Grafik hubungan antara kepadatan tanah dengan diameter batang tanaman (mm)

Pembesaran batang yang terlihat nyata pada umur tanaman kacang tanah 8 MST. Hal ini disebabkan oleh adanya produksi hormon etilen. Produksi etilen meningkat ketika tanaman mulai berbunga dan berbuah. Selain itu stres fisiologis seperti kurangnya kapasitas serapan air akibat adanya pemadatan tanah dapat memicu biosintesis etilen. Hormon etilen menghambat pemanjangan batang dan akar. Bila pemanjangan terhambat, batang dan akar menjadi lebih tebal, karena pemelaran sel ke samping lebih terpacu (Salisbury et al., 1992).

Jumlah Daun

Tanaman kacang tanah memiliki daun majemuk bersirip genap (tertrafoliat). Setiap helai daun terdiri dari empat helai anak daun. Pengaruh tingkat kepadatan tanah terhadap jumlah daun tanaman kacang tanah dapat dilihat pada Tabel 12 dan grafik hubungan antara kepadatan tanah dan jumlah daun tanaman kacang tanah tersaji pada Gambar 8.

Tabel 12. Pengaruh kepadatan tanah terhadap jumlah daun tanaman kacang tanah Umur Tanaman (MST) Kepadatan tanah/BI (g/cm3) 0,80 0,90 1,00 1,10 1,20 1,25 1 1,00 0,00 0,00 0,00 1,00 1,00

2 8,00a 7,33a 7,67a 7,33a 7,00a 4,33b

3 11,33a 12,67a 10,67ab 11,00a 11,33a 8,67b

4 12,67ab 15,67a 10,33b 10,67b 10,00b 9,33b

5 17,33ab 20,33a 14,67b 14,33b 12,67b 15,00b

6 26,67b 38,33a 18,67b 24,67b 18,00b 19,33b

7 37,00b 55,67a 26,33b 35,00b 26,67b 26,33b

8 49,00 68,00 35,00 54,33 38,67 31,00

9 60,67ab 77,00a 50,00bc 62,67ab 44,33bc 36,00c 10 65,33b 85,33a 54,00bc 70,33ab 43,33c 36,00c 11 80,67a 87,33a 62,00c 74,33ab 50,00cd 43,33d 12 77,33a 70,67ab 56,00bc 84,00a 44,33c 48,67c 13 82,00ab 91,00a 66,00abc 87,00a 49,67bc 46,33c

14 88,67 92,33 68,00 83,67 49,33 46,33

15 91,33 76,33 67,50 56,67 94,00 51,67

16 118,00 75,33 81,50 113,00 58,33 58,67

Keterangan: angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. BI=Bobot Isi, MST=Minggu Setelah Tanam

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kepadatan tanah tidak berpengaruh nyata pada awal pertumbuhan (1 MST). Kepadatan tanah memberikan pengaruh yang nyata pada 2 MST sampai 13 MST, tetapi pada pertengahan pertumbuhan (8 MST) kepadatan tanah tidak berpengaruh nyata, begitupun di akhir pertumbuhan yaitu pada 14 – 16 MST (Tabel Lampiran 5). Pada awal pertumbuhan tanaman yaitu pada 4 – 7 hari setelah tanam (HST), suplai makanan untuk kecambah tanaman diambil dari kotiledon sehingga pengaruhnya tidak nyata. Setelah 7 HST (1 MST) akar tanaman mulai efektif mengambil unsur hara dalam tanah, sehingga terhambatnya pertumbuhan akar akan mengahambat pertumbuhan tanaman (baik tinggi maupun daun). Hal ini diduga karena akar tanaman kacang tanah tidak dapat berkembang secara maksimum akibat padatnya tanah, sehingga akar tidak mampu mengambil air dan oksigen secara maksimum (Maryamah, 2010).

Gambar 8. Grafik hubungan antara kepadatan tanah dengan jumlah daun tanaman kacang tanah

Harsono et al. (2006) menyatakan bahwa tanaman dengan pertumbuhan akar yang lebih panjang akan mampu memanfaatkan air tanah di daerah perakaran sehingga kandungan air relatif daun meningkat. Peran kandungan air relatif daun penting dalam mengatur turgiditas stomata yang berperan dalam pengaturan pembukaan stomata. Dengan adanya pemadatan tanah, akar tidak mampu menyerap air sehingga dapat menyebabkan kandungan air relatif daun menurun, penurunan konduktivitas stomata dan menghambat pertukaran gas melalui stomata yang berperan penting dalam fotosintesis yang selanjutnya akan menghambat perkembangan daun.

Pada 8 MST kepadatan tanah tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman kacang tanah. Hal ini diduga karena adanya serangan hama terhadap tanaman kacang tanah (Gambar Lampiran 3 dan 4). Tanaman kacang tanah terserang hama kutu aphis (Aphis craccivora) dan tungau merah (Tetranychus sp). Aphis menghisap cairan sel sehingga pertumbuhan tanaman terganggu. Disamping menghisap cairan sel, aphis juga memasukkan toksin ke dalam daun sehingga daun menguning dan permukaannya mengerut. Selain menyerang tanaman, hama ini juga berperan sebagai vektor virus, yaitu virus belang ataupun virus kerdil. Sama halnya dengan aphis, hama tungau merah menghisap cairan sel dan menempel pada bagian pucuk tanaman. Serangan pada tanaman kacang tanah menyebabkan daun muda menjadi keputih-putihan dan

mudah gugur (Pitojo, 2005). Selain berhubungan dengan hama dan penyakit, terjadinya gugur daun ada hubungannya dengan umur tanaman. Daun kacang tanah mulai berguguran dan mengering diakhir masa pertumbuhan. Gugurnya daun kacang tanah merupakan tanda dari kenampakan fisik bahwa kacang tanah sudah masak dan siap panen (Tim Bina Karya Tani, 2009). Hal ini menyebabkan kepadatan tanah tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman kacang tanah di akhir pertumbuhan (14 – 16 MST).

Jumlah Bunga

Bunga tanaman kacang tanah mulai muncul pada 27 HST. Hasil analisis statistik menunjukkan pada minggu awal pembungaan (4 MST), kepadatan tanah tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga. Kepadatan tanah berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga pada 5 – 11 MST dan tidak berpengaruh lagi pada 12 – 16 MST (Tabel Lampiran 6). Hasil pengamatan jumlah bunga tanaman kacang tanah dapat dilihat pada Tabel 13 dan grafik hubungan antara kepadatan tanah dan jumlah bunga tersaji pada Gambar 9.

Munculnya bunga kacang tanah sejalan dengan pertumbuhan jumlah daun. Tanaman kacang tanah pada bobot isi 0,90 g/cm3 yang rimbun ternyata memunculkan bunga lebih besar dalam waktu yang lebih awal. Hal ini dikarenakan daun yang jumlahnya lebih banyak akan mampu menghasilkan lebih banyak fotosintat yang digunakan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman dan pembentukkan bunga. Namun dengan adanya pemadatan tanah, dapat mengurangi kandungan aerasi tanah, mengurangi ketersediaan air bagi tanaman dan menghambat pertumbuhan akar tanaman (Damanik, 2007). Menurut Purnomo et al. (2006), respon kacang tanah terhadap lingkungan kurang air diekspresikan melalui perubahan beberapa komponen pertumbuhan dan hasil yakni pengurangan ukuran helai daun dan pengurangan jumlah bunga.

Tabel 13. Pengaruh kepadatan tanah terhadap jumlah bunga tanaman kacang tanah Umur Tanaman (MST) Kepadatan tanah/BI (g/cm3) 0,80 0,90 1,00 1,10 1,20 1,25 4 1,50 1,67 2,00 1,50 1,50 0,00 5 8b 23,33a 8,67b 12,33b 10,00b 9,00b 6 16,33b 43,33a 15,67b 23,00b 17,00b 18,33b 7 25,33b 61,67a 24,33b 32,67b 24,67b 24,33b 8 40,67b 73,33a 27,33b 48,33b 30,00b 29,67b 9 76,33ab 116,00a 55,50b 77,67ab 42,00b 38,33b 10 94,00ab 125,00a 56,00b 89,33ab 43,33b 41,67b 11 107,33ab 125,67a 56,00b 96,00ab 43,33b 44,33b 12 117,00 126,67 59,00 99,33 44,67 52,00 13 126,00 127,67 65,00 102,00 51,00 61,00 14 135,00 129,00 82,00 106,33 65,00 70,00 15 149,33 137,33 100,50 117,00 80,00 80,00 16 160,00 149,00 117,00 132,00 92,67 93,67 17 166,00 155,67 127,00 146,33 106,00 105,33 Keterangan: angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. BI=Bobot Isi, MST=Minggu Setelah Tanam

Gambar 9. Grafik hubungan antara kepadatan tanah dengan jumlah bunga tanaman kacang tanah

Bunga diharapkan muncul pada saat fase pembentukkan ginofor yaitu 6 – 8 MST, sehingga polong yang terbentuk akan memiliki waktu yang cukup untuk

pengisian. Bunga yang muncul saat fase pengisian polong sampai akhir pertumbuhan tidak diinginkan. Hal ini disebabkan pembentukkan bunga membutuhkan asimilat sehingga akan berkompetisi dengan pengisian polong (Kusumaputri VS, 2010).

Akar

Hasil analisi statistik menunjukkan bahwa kepadatan tanah berpengaruh nyata terhadap panjang akar. Akan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap biomassa akar baik basah maupun kering (Tabel Lampiran 7). Tabel 14 menunjukkan pengaruh kepadatan tanah terhadap perkembangan akar tanaman kacang tanah. Perbandingan panjang akar tanaman kacang tanah pada setiap perlakuan kepadatan tanah dapat dilihat pada Gambar Lampiran 7.

Tabel 14. Pengaruh kepadatan tanah terhadap akar tanaman kacang tanah Kepadatan tanah/BI (g/cm3) Panjang Akar (cm) Biomassa Basah Akar (g) Biomassa Kering Akar (g) 0,80 50,00a 2,59 1,58 0,90 43,00ab 1,90 1,20 1,00 20,33c 1,04 0,66 1,10 39,67ab 2,21 1,32 1,20 25,00bc 2,12 1,31 1,25 24,67bc 2,19 1,31

Keterangan: angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. BI=Bobot Isi

Perkembangan akar sangat dipengaruhi oleh keadaan tanah sebagai tempat tumbuhnya. Berpengaruhnya kepadatan tanah terhadap panjang akar berhubungan dengan daya tembus akar terhadap tanah. Makin tinggi tingkat kepadatan tanah maka makin berkurang presentasi pori makro. Akar tidak bisa menembus pori-pori yang sempit bila diameter pori-pori kurang dari diameter ujung akar itu sendiri. Menurut Abu-Hamdeh (2003) pemadatan tanah akan membatasi distribusi akar. Karena itu pada tanah yang padat pertumbuhan akar akan tetap berlangsung ke arah samping. Akar tanaman yang terhambat pertumbuhannya akan menjadi lebih pendek dan lebih besar diameternya (Satyagraha, 2005).

Biomassa

Dari hasil analisis statistik, terlihat bahwa kepadatan tanah memberikan pengaruh yang nyata terhadap biomassa tajuk basah (Tabel Lampiran 8), akan tetapi tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap biomassa tajuk kering (Tabel Lampiran 8). Hasil pengukuran biomassa tajuk tanaman kacang tanah tersaji dalam Tabel 15.

Tabel 15. Pengaruh kepadatan tanah terhadap biomassa tajuk tanaman kacang tanah (gram)

Kepadatan tanah/BI (g/cm3) Biomassa Basah (g) Biomassa Kering (g)

0,80 166,31a 36,75 0,90 136,18ab 33,35 1,00 85,89b 21,05 1,10 186,47a 41,87 1,20 83,21b 26,38 1,25 82,29b 27,52

Keterangan: angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.BI=Bobot Isi

Damanik (2007) menyatakan bahwa, pemadatan tanah memberikan hambatan mekanik bagi pertumbuhan tanaman, sehingga dapat mencegah sistem perakaran yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman (perkembangan daun) yang berakibat pada turunnya bobot tajuk kacang tanah.

Ginofora dan Polong

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa kepadatan tanah berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah polong total, jumlah ginofor yang menembus tanah, bobot polong basah, bobot polong kering, bobot biji basah, dan bobot biji kering ( Tabel Lampiran 9). Hasil pengukuran jumlah polong total, jumlah ginofora yang menembus tanah, bobot polong basah, bobot polong kering, bobot biji basah, dan bobot biji kering tersaji pada Tabel 16 dan perbandingan hasil polong kacang tanah pada setiap perlakuan kepadatan tanah tersaji pada Gambar Lampiran 8.

Tabel 16. Pengaruh kepadatan tanah terhadap ginofora dan polong tanaman kacang tanah

Kepadatan tanah/BI (g/cm3) Jumlah Ginofora yang Menembus Tanah Jumlah Polong Total Bobot Biji Basah (g) Bobot Biji Kering (g) Bobot Polong Basah (g) Bobot Polong Kering (g) 0,80 23,67ab 23,67a 26,62bc 18,24bc 38,76b 23,81b

0,90 32,67a 32,67a 45,73a 31,59a 64,99a 40,05a

1,00 18,00b 19,50ab 21,62cd 14,42cd 34,82bc 19,49bc

1,10 25,33ab 30,00a 38,78ab 25,63ab 53,74ab 32,54ab

1,20 3,67c 10,33b 11,45d 6,86d 16,40cd 9,14cd

1,25 4,67c 8,67b 7,36d 4,43d 10,78d 6,14d

Keterangan: angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.BI=Bobot Isi

Ginofor muncul pada 38 HST, kemudian akan memanjang serta menuju dan menembus tanah untuk memulai pembentukkan polong. Pada kondisi tanah yang gembur, ginofora akan mudah menembus tanah dan membentuk polong, sedangkan pada kondisi tanah yang padat, ginofora akan sulit bahkan tidak mampu menembus tanah (Lubis et al., 2005). Menurut Damanik (2007), tanah yang lebih padat akan menghambat perkembangan kacang tanah.

Pemadatan tanah menyebabkan sulitnya penetrasi akar, sehingga mengurangi ketersediaan air bagi tanaman. Pada tanaman kacang tanah, periode pembentukkan dan pengisian polong merupakan masa yang paling kritis terhadap air. Respon tanaman kacang tanah terhadap kurangnya ketersediaan air diekspresikan melalui perubahan komponen pertumbuhan dan hasil yaitu jumlah daun, bunga, jumlah polong, dan kualitas biji (penurunan hasil) (Purnomo et al., 2006).

Selain itu diamati pula produktivitas kacang tanah. Nilai produktivitas adalah dalam bentuk polong kering dan dikalkulasikan dalam jumlah hektar. Hasil analisis statistik menyatakan bahwa kepadatan tanah berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas kacang tanah (Tabel Lampiran 9). Pengaruh kepadatan tanah terhadap produktivitas kacang tanah tersaji pada Table 17.

Tabel 17. Pengaruh kepadatan tanah terhadap produktivitas tanaman

Dokumen terkait