• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli 2011, dimana temperatur rata-rata pada saat penelitian adalah 25.90C dengan temperatur maksimal 31.80C dan temperatur minimal 22.70C yang merupakan temperatur sesuai untuk pertumbuhan Sansevieria. Henley et al. (2006) menyatakan bahwa Sansevieria dapat tumbuh dengan baik antara suhu 210C - 320C. Curah hujan rata-rata pada bulan Maret sampai dengan Juli adalah 251,3 mm, dengan kelembaban udara rata-rata selama penelitian adalah 81%, kondisi tersebut merupakan kondisi yang optimum untuk pertumbuhan stek daun Sansevieria. Stek memerlukan kelembaban yang tinggi untuk menstimulir pertumbuhan akar (Macdonald, 1986). Data iklim yang diperoleh merupakan data iklim lokasi penelitian secara makro, data tabel iklim makro pada Lampiran 2. diperoleh dari Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika, Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor.

Sansevieria merupakan tanaman yang dapat tumbuh dengan baik dalam cahaya penuh, dan tidak memerlukan banyak air, namun pada teknik perbanyakan vegetatif dengan metode stek daun, faktor eksternal seperti intensitas cahaya, air, temperatur dan kelembaban udara dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bahan stek pada awal penanaman, maka digunakan naungan paranet 55%. Penggunaan naungan paranet 55% ditujukan untuk mengurangi intensitas sinar matahari pada siang hari agar kondisi stek Sansevieria tidak terkena cahaya matahari langsung yang dapat menyebabkan stek menjadi kering, karena bahan stek daun yang baru ditanam sangat rentan terhadap kekeringan.

Penggunaan naungan paranet, seperti pada Gambar 3. ditujukan untuk menjaga kestabilan kondisi eksternal lingkungan tumbuh stek. Suhu dan pencahayaan yang tinggi dapat meningkatkan transpirasi pada stek, transpirasi yang tinggi dapat mematikan sel dan jaringan pada tanaman. Fungsi lain dari naungan paranet 55% adalah menahan derasnya curahan air hujan sehingga suplai air yang diterima stek daun tidak berlebih.

Suplai air sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan stek. Kekurangan suplai air pada tanaman dapat berpengaruh terhadap proses fisiologi dan biokimia pada sel tanaman. Menurut Campbell et al. (2003) transpirasi yang tinggi dapat membuat sel-sel kehilangan turgornya sehingga ukuran sel akan berkurang, stomata menutup, difusi CO2 menurun, fotosintesis menurun, sehingga

hasil fotosintat juga menurun yang berakibat kematian sel dan jaringan karena rendahnya hasil fotosintat. Kelebihan air juga dapat menyebabkan bahan stek mengalami cekaman aerasi, rentan terhadap serangan penyakit serta menjadi busuk karena kematian sel akibat kondisi anaerobik.

Menurut Henley et al. (2006) Sansevieria dapat tumbuh dengan baik pada media yang memiliki pH antara 4.5 – 8.5. Ketiga komposisi media tanam memiliki pH yang sesuai untuk pertumbuhan stek Sansevieria. Kandungan unsur nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) dalam media tanam yang digunakan pada penelitian telah dianalisis di Balai Penelitian Tanah, Kota Bogor. Ketiga komposisi media memiliki sifat fisik dan kimia yang berbeda. Komposisi media M1 mempunyai porositas yang baik dan mudah menyerap air. Komposisi media M2 merupakan media terberat dan mudah mengalami kekeringan. Media M3 merupakan media paling ringan dibandingkan dua media lainnya dan merupakan media yang mempunyai daya pegang air yang kuat, sehingga media M3 memiliki sifat selalu lembab. Analisis sifat kimia terhadap tiga komposisi media tanam menunjukkan hasil yang tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan NPK, Nilai EC dan pH pada Ketiga Komposisi Media Tanam Media N P K EC pH Sifat kemasaman (%) ppm mg/l M1 0.78 258 2408 45 6.2 Agak masam M2 0.48 176 1234 136 6 Agak masam M3 0.55 196 754 39 5.3 Masam

Keterangan: Sifat kemasaman berdasarkan data kriteria sifat-sifat kimia tanah Pusat Penelitian

Tanah dan Agroklimat (1994)

M1 = arang sekam : tanah : kompos (1: 2: 1) M2 = pasir malang : tanah : kompos (2: 2: 1)

M3 = cocopeat : tanah : kompos (3: 2: 1)

Penyakit yang menyerang Sansevieria pada percobaan I. Stimulasi pertumbuhan akar dan inisiasi tunas stek daun Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ adalah busuk lunak. Penyakit busuk lunak disebabkan oleh bakteri

Erwinia carotovora yang menyerang stek daun Sansevieria dan menginfeksi

melalui bagian potongan stek. Sekitar 14.33 % bahan stek jenis daun variegata dan 10 % bahan stek jenis daun hijau terserang penyakit busuk basah. Menurut penelitian Hardiyanto (2010), bakteri Erwinia carotovora dapat menyebabkan penyakit busuk lunak pada daun bibit anggrek Phalaenopsis yang umumnya menyerang melalui pelukaan. Daun yang terserang tampak berwarna kuning kecoklatan dan terasa lunak berlendir serta mengeluarkan bau yang tidak sedap seperti pada Gambar 4. Penyakit busuk lunak disebabkan karena kondisi tanaman atau media yang lembab akibat curah hujan yang tinggi dan kurangnya cahaya.

Gambar 4. Stek Daun yang Terserang Penyakit Busuk Lunak Akibat Bakteri

Penyakit yang menyerang stek daun Sansevieria pada percobaan II. Pengaruh komposisi media tanam dan konsentrasi ZPT GA3 terhadap

pertumbuhan tunas Sansevieria trifaciata Prain‘Laurentii’, adalah penyakit busuk lunak yang menyerang daun muda Sansevieria (Gambar 5A.) dan penyakit bercak daun. Penyakit bercak daun yang disebabkan oleh jamur Fusarium moniliforme. Gejala bercak daun dapat dilihat pada Gambar 5B. penyakit ini biasanya menyerang daun muda, ditandai dengan munculnya bercak berwana cokelat kemerahan dan biasanya diikuti warna kuning disekitarnya akibat klorosis. Meluasnya infeksi pada daun yang terserang jamur Fusarium moniliforme ini dapat dicegah dengan menyemprotkan fungisida Dithane dengan konsentrasi 2 mg/L. Salah satu hama yang menyerang daun muda Sansevieria adalah ulat bulu (Gambar 5C.), ulat bulu merusak daun muda dengan memakan daun-daun muda. Hama yang menyerang daun muda Sansevieria antara lain rayap, belalang dan siput.

Tumbuhnya gulma merupakan salah satu kendala pada penelitian ini, karena tumbuhnya gulma disekitar area penanaman dan didalam polybag dapat menyebabkan persaingan mendapatkan unsur hara dan cahaya bagi pertumbuhan dan perkembangan stek. Gulma yang ditemui di area penelitian antara lain babadotan (Ageratum conizoides), putri malu (Mimosa pudica), cacabean

(Stachytarpheta indica), meniran (Phyllantus niruri), jukut pahit (Axonophus

compresus), Cyperus spp., patikan (Euphorbia hirta), Pengendalian gulma

dilakukan rutin setiap minggu secara manual.

Gambar 5. Tunas Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ yang Terserang Penyakit dan Hama (A) Tunas Terserang Penyakit Busuk Basah; (B) Tunas Terserang Penyakit Bercak Daun (C) Hama Ulat Bulu

Percobaan I. Stimulasi Pertumbuhan Akar dan Inisiasi Tunas Stek Daun Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’

Percobaan I berlangsung selama 13 minggu, pada stek daun Sansevieria, akar muncul terlebih dahulu kemudian diikuti dengan tunas. Stek daun

Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun variegata dan jenis daun hijau

mulai berakar pada 4 sampai 5 MST. Keberadaan akar tersebut menyebabkan penyerapan hara berlangsung lebih optimal sehingga pembentukan tunas pada bahan stek dapat tumbuh dengan baik, sesuai dengan pernyataan Hartman et al.,

(1997) bahwa pada hasil stek pada umumnya tunas akan terbentuk dan tumbuh setelah akar terbentuk dengan baik. Inisiasi tunas terjadi pada 8 sampai 10 MST, sementara itu sebagian besar bahan stek sudah memunculkan tunas pada 12 MST. Akar dan tunas muncul pada bagian basal daun yang terpotong, namun daun yang terpotong tidak berkembang menjadi tanaman baru, daun bahan stek berfungsi sebagai sumber cadangan makanan bagi pertumbuhan akar dan tunas baru.

Hasil uji-t menunjukkan bahwa pengaruh faktor tunggal jenis warna daun antara Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun variegata dan

Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun hijau berbeda sangat nyata pada

parameter panjang akar. Jenis daun hijau menghasilkan panjang akar rata-rata (8.66 cm) yang lebih panjang dibandingkan jenis daun variegata (7.39 cm).

Parameter bobot basah akar, bobot kering akar dan bobot basah tunas, antar kedua jenis warna daun Sansevieria memberikan hasil yang berbeda nyata. Bobot basah dan bobot kering akar rata-rata Sansevieria jenis daun hijau lebih besar dibandingkan jenis daun variegata. Jenis daun hijau memiliki bobot basah akar yaitu 14.05 g dan 1.20 g untuk bobot kering akar, sedangkan jenis daun variegata memiliki bobot basah akar 10.27 g dan 0.86 g untuk bobot kering akar. Hal ini dapat menggambarkan bahwa Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun hijau memiliki jumlah akar yang lebih banyak dibandingkan jumlah akar

Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun variegata. Akar Sansevieria

merupakan akar serabut dan memiliki akar dalam jumlah banyak, maka massa akar dapat dihitung dengan mengukur bobot basah dan kering akarnya. Perbandingan secara visual jumlah akar antar kedua jenis Sansevieria trifaciata

jumlah akar yang lebih banyak dibandingkan jenis daun variegata. Sansevieria

trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun variegata memiliki bobot basah tunas rata-

rata (12.35 g) lebih besar dibandingkan bobot basah tunas rata-rata jenis daun hijau (8.02 g). Hal yang sama terjadi pada bobot kering tunas, bobot kering tunas jenis daun variegata cenderung memiliki bobot kering tunas rata-rata (0.84 g) lebih besar dibandingkan dengan bobot kering tunas rata-rata jenis daun hijau (0.54 g).

Kedua jenis warna daun Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ tidak berbeda nyata pada parameter jumlah tunas, panjang tunas serta bobot kering tunas, persentase stek berakar, persentase stek bertunas, dan persentase stek hidup. Berdasarkan pengamatan di lapang, persentase stek berakar dan stek bertunas pada Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun variegata cenderung lebih besar dibandingkan Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun hijau, namun pada parameter persentase stek hidup, jenis daun hijau memilki nilai persentase yang cenderung lebih tinggi daripada jenis daun variegata.

Hasil pengamatan di lapang menunjukan bahwa kondisi stek daun

Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ untuk kedua jenis warna daun, memiliki

persentase hidup diatas 80%. Nilai perbandingan persentase antara kedua jenis Sansevieria dapat dilihat pada Tabel 2. yang menunjukkan perbandingan nilai pada parameter yang diamati pada percobaan stimulasi pertumbuhan akar dan inisiasi tunas stek daun Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ antara jenis daun variegata dengan jenis daun hijau.

Gambar 6. Perbandingan Jumlah Akar pada Dua Jenis Sansevieria trifaciata

Prain ‘Laurentii’ (A) Jenis Daun Variegata(B.) Jenis Daun Hijau.

Tabel 2. Perbandingan Nilai Pertumbuhan Akar dan Inisiasi Tunas Stek Daun pada Dua Jenis Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’.

Parameter Jenis warna daun Uji-t

Variegata Hijau

Persentase Stek Hidup (%) 85.67 90.00 tn

Persentase Stek Berakar (%) 80.33 76.67 tn

Panjang Akar (cm) 7.39 8.66 **

Bobot Basah Akar (g) 10.27 14.05 *

Bobot Kering Akar (g) 0.86 1.20 *

Persentase Stek Bertunas (%) 66.00 53.67 tn

Jumlah Tunas 1.34 1.89 tn

Panjang Tunas (cm) 7.15 7.48 tn

Bobot Basah Tunas (g) 12.35 8.02 *

Bobot Kering Tunas (g) 0.84 0.54 tn

Keterangan: * : Berbeda nyata pada α = 5%

**

: Berbeda sangat nyata pada α = 1%

tn

: Tidak berbeda nyata

Tabel 2. menunjukkan bahwaSansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ daun hijau memiliki panjang akar, bobot kering akar dan bobot kering tunas lebih tinggi dibandingkan Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun variegata. Hal ini diduga karena bahan stek daun Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun hijau memiliki kandungan klorofil lebih banyak dibandingkan jenis daun variegata, sehingga daun hijau lebih optimal dalam melakukan proses fotosintesis dan suplai fotosintat pada bagian perakaran.

Percobaan II. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi ZPT GA3 terhadap Pertumbuhan Tunas Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’

Percobaan berlangsung selama tujuh minggu, percobaan dimulai pada saat stek berumur 14 MST, dimana hampir sebagian besar stek sudah memuculkan tunas. Tunas yang digunakan sebagai bahan percobaan II merupakan tunas yang memiliki ukuran panjang minimal 3 cm seperti pada Gambar 7. Keragaan tunas yang dihasilkan dari percobaanpengaruh komposisi media tanam dan konsentrasi ZPT GA3 terhadap pertumbuhan dari stek daun Sansevieria trifaciata Prain

Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi ZPT GA3 terhadap Pertumbuhan Tunas Sansevieria trifaciata Prain LaurentiiJenis Daun

Variegata

Berdasarkan hasil analisis ragam yang tercantum pada Tabel 3, dapat terlihat bahwa interaksi antara faktor komposisi media tanam dan faktor konsentrasi GA3 berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tunas pada 4

MSP (Minggu Setelah Perlakuan), namun tidak berpengaruh nyata terhadap parameter lain yang diamati. Faktor tunggal komposisi media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap parameter pertambahan tinggi tunas pada 4 MSP, serta berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tunas. Faktor komposisi media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap sebagian besar parameter pengamatan lain, hal ini diduga karena ketiga jenis komposisi media tanam memiliki kesamaan yaitu terdiri dari beberapa jenis media yang mengadung bahan organik dan baik untuk pertumbuhan tanaman pada umumnya, sehingga respon pertumbuhan tunas yang dihasilkan dari stek daun Sansevieria trifaciata Prain 'Laurentii' jenis daun variegata pada ketiga jenis komposisi media tanam tidak memberikan pengaruh secara nyata.

Gambar 7. Bahan Stek Bertunas yang Digunakan pada Percobaan II (A) Jenis Daun Variegata ; (B) Jenis Daun Hijau

Tabel 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi GA3 terhadap Pertumbuhan Tunas Sansevieria

trifaciata Prain 'Laurentii' Jenis Daun Variegata.

Parameter MSP

Hasil

KK  Komposisi

media GA3 Interaksi

Pertambahan Tinggi Tunas 1 tn tn tn 21.21

2 tn tn tn 20.99 3 tn tn tn 26.11 4 ** tn * 22.05

5 tn tn tn 14.60a)

6 tn tn tn 25.43

Persentase Stek Hidup 7 tn tn tn 14.01

Panjang Akar 7 tn tn tn 13.29

Bobot Basah Akar 7 tn ** tn 20.17

Bobot Kering Akar 7 tn * tn 25.10

Jumlah Tunas 7 tn tn tn 20.89

Tinggi Tunas 7 * tn tn 6.05

Bobot Basah Tunas 7 tn tn tn 19.21

Bobot Kering Tunas 7 tn tn tn 20.80

Jumlah Daun 7 tn tn tn 15.28

Keterangan: MSP = Minggu Setelah Perlakuan

*

: Berpengaruh nyata pada α = 5%

**

: Berpengaruh sangat nyata pada α = 1%

tn

: Tidak berbeda nyata

a)

: Angka perhitungan didapatkan setelah data ditransformasi (√x + 0.5)

Faktor tunggal konsentrasi ZPT GA3 berpengaruh sangat nyata terhadap

parameter bobot basah dan berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar, namun tidak berpengaruh nyata terhadap sebagian besar parameter lain yang diamati. Hal ini diduga karena GA endogen dalam bahan stek sudah mencukupi untuk pertumbuhan tunas Sansevieria trifaciata Prain 'Laurentii' jenis daun variegata, sehingga aplikasi GA secara eksogen yaitu dengan penambahan dua jenis taraf konsentrasi GA3, tidak memberikan pengaruh secara nyata.

Pengaruh Interaksi antara Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi ZPT GA3 terhadap Pertambahan Tinggi Tunas Stek Daun Sansevieria trifaciata

Prain LaurentiiJenis Daun Variegata

Berdasarkan Tabel 3. Interaksi faktor komposisi media tanam dan konsentrasi GA3 berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tunas pada 4

MSP. Pengaruh interaksi kedua faktor terhadap pertambahan tinggi tunas dicantumkan pada Tabel 4. Pertambahan tinggi tunas tertinggi dihasilkan dari interaksi antara faktor komposisi media M1 dan konsentrasi G2 (3.14 cm) tidak berbeda nyata dengan yang dihasilkan interaksi antara faktor komposisi media M1 dan konsentrasi G0 (2.97 cm) dan interaksi yang terjadi antara komposisi media M2 dan konsentrasi G1 (2.81 cm). Pertambahan tinggi tunas terendah dihasilkan dari interaksi antara faktor komposisi media M3 dan konsentrasi G0 (1.49 cm) tidak berbeda nyata dengan pertambahan tinggi tunas yang dihasilkan dari interaksi antara interaksi komposisi M3 dan konsentrasi G2 (1.65 cm).

Tabel 4. Interaksi antara Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi GA3

terhadap Pertambahan Tinggi Tunas (cm) Sansevieria trifaciata

Prain 'Laurentii' Jenis Daun Variegata pada 4 MSP. Komposisi media tanam Konsentrasi GA3 (ppm) Rataan KK G0 (0) G1 (100) G2 (500) M1 1.76bc 2.69ab 3.14a 2.53 22.05 M2 2.97a 2.81a 2.32abc 2.70 M3 1.49c 2.35abc 1.65c 1.83 Rataan 2.07 2.62 2.37

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata pada uji uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5% M1 = Arang sekam : tanah : kompos (1: 2: 1)

M2 = Pasir malang : tanah : kompos (2: 2: 1)

M3 = Cocopeat : tanah : kompos (3: 2: 1)

Berdasarkan Tabel 4. stek daun yang ditanam pada komposisi media M1 (2.53 cm) dan M2 (2.70 cm) memiliki pertambahan tinggi tunas yang lebih tinggi dibandingkan pertambahan tinggi tunas yang ditanam pada komposisi media M3 (1.83 cm). Rata-rata pertambahan tinggi tunas pada komposisi media M3 merupakan pertambahan tinggi tunas terendah dibandingkan kedua media lain.

Penambahan GA3 konsentrasi 100 ppm (G1) rata-rata cenderung memberikan

pertambahan tinggi tunas tertinggi dibandingkan dengan dua konsentrasi lain (2.62 cm). Pertambahan tinggi tunas yang dihasilkan dengan penambahan konsentrasi G2 (2.37 cm) cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi G0 (2.07 cm).

Interaksi antara faktor komposisi media tanam dan konsentrasi GA3 yang

menghasilkan pertambahan tinggi tunas tertinggi adalah interaksi antara komposisi media M1 yang terdiri dari media tanam arang sekam: tanah: kompos dengan ZPT GA3 dengan konsentrasi 500 ppm. Hal ini diduga karena komposisi

media tanam M1 memiliki kandungan nitrogen yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua komposisi media tanam lain (Tabel 1.). Nitrogen merupakan salah satu unsur yang sangat diperlukan pada pertumbuhan vegetatif tanaman. Penambahan GA3 konsentrasi 500 ppm diduga dapat menstimulasi pertambahan

tinggi tunas stek daun, Abidin (1985) mengemukakan bahwa GA3 dapat

menstimulasi pemanjangan sel (cell elongation). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sari (2010), menyatakan bahwa semakin tinggi konsentasi GA3 dapat

menyebabkan pertumbuhan vegetatif seperti jumlah cabang, tinggi tanaman dan panjang ruas tanaman cabai hias meningkat.

Komposisi media M2 yang terdiri dari media pasir malang: tanah: kompos (2: 2: 1) memberikan pengaruh baik pula terhadap pertambahan tinggi tunas

Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun variegata. Husniati (2010) yang

menyatakan bahwa pada pembibitan stek basal daun mahkota nanas, media yang paling tepat digunakan adalah campuran media pasir dan kompos yang memberikan nilai rataan tertinggi pada tolok ukur tinggi tunas.

Pengaruh Faktor Tunggal Komposisi Media Tanam terhadap Pertumbuhan Tunas Sansevieria trifaciata Prain LaurentiiJenis Daun Variegata.

Faktor tunggal komposisi media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap parameter pertambahan tinggi tunas pada 4 MSP, dan berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tunas. Faktor tunggal komposisi media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap sebagian besar parameter lain yang diamati. Tabel 5. menunjukkan

hasil pengaruh komposisi media tanam terhadap parameter pertumbuhan tunas

Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun variegata.

Tabel 5.   Pertumbuhan Tunas Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ Jenis Daun Variegata pada Berbagai Jenis Komposisi Media Tanam. 

Parameter MSP Komposisi media

M1 M2 M3

Pertambahan Tinggi Tunas 1 1.96 1.94 2.34

2 1.98 1.93 2.05 3 2.24 2.29 1.71 4 2.53a 2.70a 1.83b 5 1.82 2.04 1.60 6 1.50 1.56 1.31 Rata-rata 2.00 2.08 1.81

Persentase Stek Hidup (%) 7 88.89 88.22 84.44

Panjang Akar (cm) 7 11.00 11.72 12.50

Bobot Basah Akar (g) 7 4.73 4.41 4.30

Bobot Kering Akar (g) 7 0.86 0.80 0.76

Jumlah Tunas 7 1.40 1.58 1.44

Tinggi Tunas (cm) 7 18.80a 18.66a 17.43b

Bobot Basah Tunas (g) 7 39.08 43.08 34.20

Bobot Kering Tunas (g) 7 3.43 3.92 3.39

Jumlah Daun 7 2.91 3.11 2.71

Keterangan: MSP = Minggu Setelah Perlakuan

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

M1 = Arang sekam : tanah : kompos (1: 2: 1) M2 = Pasir malang : tanah : kompos (2: 2: 1)

M3 = Cocopeat : tanah : kompos (3: 2: 1)

Stek yang ditanam pada komposisi media M1, cenderung menghasilkan persentase stek hidup, bobot basah dan bobot kering akar yang lebih tinggi dibandingkan komposisi media M2 dan M3. Rata–rata pertambahan tinggi tunas, jumlah tunas, bobot basah dan bobot kering tunas, serta jumlah daun tertinggi cenderung dihasilkan dari stek yang ditanam pada komposisi media M2. Berdasarkan data pada Tabel 5. dapat terlihat bahwa komposisi media M1 berpengaruh baik bagi parameter perakaran, sedangkan komposisi media M2 berpengaruh baik bagi parameter pertumbuhan tunas Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun variegata.

Komposisi media M1 diduga dapat memberikan pengaruh baik terhadap perakaran stek daun Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun variegata

karena komposisi media yang terdiri dari komposisi arang sekam: tanah: kompos (1:2:1) ini memiliki pH yang lebih tinggi dibandingkan kedua media lain (Tabel 1.). Keadaan pH yang lebih tinggi pada media yang mengandung arang sekam menyebabkan kondisi lingkungan disekitar perakaran lebih baik untuk menyerap unsur hara (Gunadi et al., 2008). Komposisi media M2 diduga dapat memberikan pengaruh baik terhadap pertumbuhan tunas stek daun Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun variegata karena media M2 yang terdiri dari komposisi pasir malang: tanah: kompos (2:2:1) memiliki nilai EC (Electrical Conductivity) nilai tertinggi dibandingkan pada dua komposisi media lain (Tabel 1.). Cavins et al. (2002) dalam Susilawati (2007) menyatakan bahwa EC dari larutan media memberi gambaran mengenai status hara tanaman. Semakin tinggi nilai EC suatu media maka semakin mudah ion-ion bergerak dalam larutan, apabila ion-ion tersebut dapat mudah bergerak maka ketersediaanya semakin tinggi untuk tanaman, sehingga tanaman mudah untuk menyerap ion-ion tersebut dan pertumbuhan tunas Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun variegata dapat tumbuh dengan optimal.

Stek yang ditanam pada komposisi media M3 cenderung memberikan nilai terendah untuk semua parameter yang diamati, kecuali pada parameter panjang akar. Hal ini diduga karena komposisi media M1 yang mengandung arang sekam dan komposisi media M2 yang mengandung pasir malang menghasilkan media tanam yang bersifat porous, sehingga menyebabkan kondisi kedua media tersebut tidak lembab, sedangkan media M3 yang mengandung cocopeat memiliki sifat daya pegang air yang kuat, sehingga kondisi media lebih lembab dibanding kedua jenis media lain, selain itu cocopeat juga memiliki sifat cepat melapuk.

Menurut Lingga (2005) media tanam yang baik bagi Sansevieria adalah media yang bersifat porous, sedikit kandungan bahan organik dan tidak cepat melapuk. Yuhasnita (2007) menyatakkan media yang mempunyai aerasi dan drainase baik dapat memperlancar pertukaran udara yang menyebabkan pertumbuhan akar dan tunas pada bibit salam (Eugenia polyantha. Wight) lebih baik.

Pertambahan Tinggi Tunas

Berdasarkan nilai pada Tabel 4. faktor komposisi media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan tinggi tunas pada 4 MSP. Pertambahan tinggi tunas mengalami peningkatan setiap minggunya pada komposisi media tanam M1 dan M2, namun terjadi penurunan setelah 4 MSP. Pola ini tidak terjadi pada stek bertunas yang ditanam pada komposisi media tanam M3, penurunan pertambahan tinggi tunas terjadi dari 2 MSP hingga 6 MSP. Penurunan ini diduga karena sifat media M3 yang lebih lembab dibandingkan kedua media lainnya. Menurut Purwanto (2006) Sansevieria merupakan tanaman yang dapat tumbuh dengan baik pada media yang kering dan porous. Sifat media M3 yang lembab diduga dapat menjadi faktor penghambat pertumbuhan tunas.

Dokumen terkait