PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN
KONSENTRASI GA
3TERHADAP INISIASI DAN
PERTUMBUHAN TUNAS Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’
NAMIRA ANDIANI
A24070128
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
NAMIRA ANDIANI. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi GA3 terhadap Inisiasi dan Pertumbuhan Tunas Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ (Dibimbing oleh TATIEK KARTIKA SUHARSI).
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh terbaik yang dihasilkan
dari komposisi media tanam, konsentrasi GA3, serta interaksi antara keduanya
terhadap pertumbuhan tunas Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB, Darmaga pada bulan Maret
hingga Juli 2011.
Penelitian terdiri dari dua percobaan, percobaan pertama adalah stimulasi
pertumbuhan akar dan inisiasi tunas stek daun Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’, percobaan kedua adalah pengaruh komposisi media tanam dan
konsentrasi GA3 terhadap inisiasi dan pertumbuhan tunas Sansevieria trifaciata
Prain ‘Laurentii’.Terdapat dua jenis Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ yang digunakan pada penelitian ini yaitu jenis daun variegata dan jenis daun hijau.
Analisis data pada percobaan pertama menggunakan uji – t untuk membandingkan
respon pertumbuhan akar dan inisiasi tunas antara jenis daun variegata dan jenis
daun hijau. Percobaan kedua menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap
Teracak dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah komposisi media
tanam yang terdiri dari tiga komposisi media (M1) arang sekam: tanah: kompos
(1: 2: 1); (M2) pasir malang: tanah: sekam (2: 2: 1); dan (M3) cocopeat: tanah: kompos (3: 2: 1). Faktor kedua adalah konsentrasi GA3 yang terdiri dari 0 ppm
(G0) , 100 ppm (G1) dan 500 (G2) ppm.
Bahan stek daun yang digunakan pada percobaan pertama adalah stek daun
dengan panjang ±15 cm yang ditanam pada media campuran pupuk kandang :
tanah (1: 1). Stek daun yang telah bertunas pada 13 MST dan memiliki tinggi
tunas minimal ±3 cm, menjadi bahan tanam pada percobaan kedua. Stek daun
bertunas ditanam pada ketiga jenis komposisi media tanam, aplikasi GA3
dilakukan dengan cara disemprotkan pada tunas setiap pagi selama 6 minggu.
dibandingkan Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun variegata dengan parameter panjang akar, bobot basah dan kering akar. Jenis daun variegata
memiliki rata-rata bobot basah tunas lebih tinggi dibandingkan jenis daun hijau.
Parameter lain yang diamati seperti persentase stek hidup, persentase stek berakar,
persentase stek bertunas, jumlah tunas, panjang tunas dan bobot kering tunas tidak
berbeda nyata diantara kedua jenis stek daun Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’.
Hasil percobaan kedua menunjukkan bahwa komposisi media tanam arang
sekam: tanah: kompos perbandingan 1: 2: 1 (M1) dan media tanam pasir malang:
tanah: kompos perbandingan 2: 2: 1 (M2) memberikan pengaruh baik terhadap
pertumbuhan tunas kedua jenis Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii. Komposisi media tanam cocopeat: tanah: kompos perbandingan 3: 2: 1 (M3) cenderung menghasilkan nilai paling rendah pada semua parameter yang diamati
dibandingkan M1 dan M2 pada stek jenis daun variegata. Kecenderungan yang
sama terjadi pada stek jenis daun hijau, untuk parameter pertumbuhan tinggi
tunas, bobot basah dan kering akar, jumlah tunas, bobot basah dan bobot kering
tunas, dan jumlah daun dengan nilai terendah dihasilkan oleh media M3.
Aplikasi GA3 100 ppm dan 0 ppm pada Sansevieria trifaciata Prain
‘Laurentii’ jenis daun hijau menghasilkan persentase stek hidup lebih besar
dibandingkan persentase stek hidup pada aplikasi GA3 500 ppm. Aplikasi GA3
100 ppm dan 500 ppm pada Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun variegata menghasilkan bobot basah dan bobot kering akar yang lebih besar
dibandingkan dengan aplikasi GA3 0 ppm.
Interaksi antara komposisi media tanam dan konsentrasi GA3, arang sekam:
tanah: kompos (1: 2: 1) dan aplikasi GA3 500 ppm menghasilkan pertumbuhan
tunas tertinggi pada 4 MSP Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun variegata. Interaksi antara komposisi media pasir malang: tanah: kompos (2: 2: 1)
dan aplikasi GA3 100 ppm, menghasilkan panjang akar tertinggi pada Sansevieria
PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN
KONSENTRASI GA
3TERHADAP INISIASI DAN
PERTUMBUHAN TUNAS Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
NAMIRA ANDIANI
A24070128
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul :
PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN
KONSENTRASI GA
3TERHADAP INISIASI DAN
PERTUMBUHAN TUNAS Sansevieria trifaciata Prain
‘Laurentii’
Nama :
NAMIRA
ANDIANI
NIM :
A24070128
Menyetujui,
Pembimbing
Dr. Tatiek Kartika Suharsi, MS NIP. 19550324 198203 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr. NIP. 19611101 198703 1 003
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, Propinsi Jawa Barat pada tanggal 18 Mei 1989.
Penulis merupakan anak kedua dari Bapak Subiyantoro dan Ibu Tenny Supartini.
Tahun 2001 penulis lulus dari SD Negeri Polisi 5 Kota Bogor, kemudian
pada tahun 2004 penulis menyelesaikan pendidikannya di SMP Negeri 1 Kota
Bogor. Selanjutnya penulis lulus dari SMA Negeri 5 Kota Bogor pada tahun 2007.
Tahun 2007 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI). Selanjutnya tahun 2008 penulis diterima sebagai
mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.
Penulis aktif pada berbagai organisasi dan berbagai kegiatan mahasiswa.
Tahun 2008/2009 penulis aktif sebagai anggota divisi Komunikasi dan Informasi
Himpunan Mahasiswa Agronomi IPB (HIMAGRON). Tahun 2009/2010 penulis
aktif sebagai anggota divisi Seni dan Olah Raga Badan Eksekutif Mahasiswa
Fakultas Pertanian IPB (BEM-A). Tahun 2010-2011 penulis menjadi asisten mata
kuliah Tanaman Hias. Penulis menjadi salah satu mahasiswa penerima beasiswa
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah serta kekuatan sehingga penelitian yang berjudul ‘Pengaruh
Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi GA3 terhadap Inisiasi dan Pertumbuhan
Tunas Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’’ dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah pada Nabi Muhammad SAW dan para
sahabatnya.
Penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Dr. Tatiek Kartika Suharsi, MS selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan waktu luangnya selama kegiatan penelitian
serta penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Ani Kurniawati SP, MSi dan Ir. Andri Ernawati, MSc.Agr. selaku dosen
penguji, atas saran dan masukan yang membangun kepada penulis.
3. Dr. Dewi Sukma, SP, MSi selaku pembimbing akademik, yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama penulis menjalankan studi.
4. Keluarga tercinta Ibu Tenny Supartini dan Bapak Subiyantoro, Mba Risti, Fadhil,
Farhan, dan Emih yang telah memberikan dukungan, doa, semangat, dan kasih
sayangnya selama ini.
5. Sahabat–sahabat yang selama ini telah memberikan bantuan, dukungan, semangat
dan doanya.
6. Teman-teman Agronomi dan Hortikultura Angkatan 44, atas semangat dan
kebersamaannya.
7. Seluruh Staf Kebun Percobaan Leuwikopo Darmaga IPB, Pak Nana, Pak Maman
atas bantuan dan pengarahannya selama penelitian berlangsung.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas perhatian, dukungan,
doa serta bantuannya, penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya.
Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan ... 3
Hipotesis ... 3
TINJAUAN PUSTAKA ... 4
Tanaman Lidah Mertua (Sansevieria trifaciata Prain) ... 4
Perbanyakan Sansevieria secara Vegetatif ... 5
Media Tanam ... 6
Pasir ... 7
Pupuk Kandang ... 7
Tanah ... 8
Kompos ... 9
Arang Sekam ... 9
Cocopeat (Serbuk Sabut Kelapa) ... 10
Zat Pengatur Tumbuh ... 10
Giberelin ... 11
METODE PENELITIAN ... 13
Waktu dan Tempat ... 13
Bahan dan Alat ... 13
Metode Penelitian ... 13
Pelaksanaan Penelitian ... 15
Pengamatan ... 17
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20
Kondisi Umum Penelitian ... 20
Percobaan I. Stimulasi Pertumbuhan Akar dan Inisiasi Tunas Stek Daun Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ ... 24
Percobaan II. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi ZPT GA3 terhadap Pertumbuhan Tunas Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ ... 26
Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi ZPT GA3 terhadap Pertumbuhan Tunas Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ Jenis Daun Variegata ... 27
KESIMPULAN DAN SARAN ... 47
Kesimpulan ... 47
Saran ... 49
DAFTAR PUSTAKA ... 50
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Kandungan NPK, Nilai EC dan pH pada Ketiga Komposisi
Media Tanam ... 22
2. Perbandingan Nilai Pertumbuhan Akar dan Inisiasi Tunas Stek
Daun pada Dua Jenis Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ ... 26
3. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi GA3 terhadap Pertumbuhan Tunas Sansevieria
trifaciata Prain ‘Laurentii’ Jenis Daun Variegata ... 28
4. Interaksi antara Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi GA3
terhadap Pertambahan Tinggi Tunas (cm) Sansevieria trifaciata
Prain ‘Laurentii’ Jenis Daun Variegata pada 4 MSP ... 29
5. Pertumbuhan Tunas Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ Jenis
Daun Variegata pada Berbagai Jenis Komposisi Media Tanam ... 31
6. Pertumbuhan Tunas Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ Jenis
Daun Variegata pada Berbagai Taraf Konsentrasi GA3 ... 34
7. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi GA3 terhadap Pertumbuhan Tunas Sansevieria
trifaciata Prain ‘Laurentii’ Jenis Daun Hijau... 36
8. Interaksi Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi GA3
terhadap Panjang Akar (cm) Sansevieria trifaciata Prain
‘Laurentii’ Jenis Daun Hijau ... 37
9. Pertumbuhan Tunas Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ Jenis
Daun Hijau pada Berbagai Jenis Komposisi Media Tanam ... 39
10.Pertumbuhan Tunas Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ Jenis
Daun Hijau pada Berbagai Jenis Taraf Konsentrasi GA3 ... 44
11.Persentase Warna Daun yang Dihasilkan Tunas Hasil Stek Daun
Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ Jenis Daun Variegata dan
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ (A) Daun Hijau, dan
(B) Daun Variegata ... 5
2. Komposisi Media Tanam yang Digunakan dalam Percobaan II (A) Arang Sekam: Tanah: Kompos (1:2:1); (B) Pasir Malang:
Tanah: Kompos (2:2:1); (C) Cocopeat: Tanah: Kompos (3:2:1) ... 17
3. Kondisi Lingkungan Tumbuh Stek Daun yang Ternaungi Paranet
55% ... 21
4. Stek Daun yang Terserang Penyakit Busuk Lunak Akibat Bakteri
Erwinia carotovora ... 22 5. Tunas Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ yang Terserang
Penyakit dan Hama (A)Tunas Terserang Penyakit Busuk Basah;
(B)Tunas Terserang Penyakit Bercak Daun; (C) Hama Ulat Bulu ... 23
6. Perbandingan Jumlah Akar pada Dua Jenis Sansevieria trifaciata
Prain ‘Laurentii’ (A)Jenis Daun Variegata; (B)Jenis Daun Hijau ... 25
7. Bahan Stek Bertunas yang Digunakan pada Percobaan II (A)
Jenis Daun Variegata; (B) Jenis Daun Hijau ... 27
8. Grafik Perbandingan Keragaan Bentuk Daun yang Dihasilkan dari Stek Daun Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ Jenis
Daun Variegata dan Jenis Daun Hijau ... 46
9. Warna Daun Hasil Perbanyakan Stek Daun Sansevieria trifaciata
Prain ‘Laurentii’ (A) Mengalami Mutasi, Daun Berwarna Kuning;
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Denah Tata Letak Penelitian Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi GA3 terhadap Pertumbuhan Akar dan Inisiasi
Tunas Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ (A) Percobaan I;
(B) Percobaan II ... 55
2. Data Iklim Makro Wilayah Darmaga, Bogor Bulan Maret sampai
Juli 2011 ... 56
3. Keragaan Bentuk Daun (A) Daun Bergelombang; (B) Daun Lurus .... 56
4. Kondisi Tunas yang Dihasilkan dari Perlakuan Komposisi Media
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sansevieria atau yang biasa dikenal dengan nama lidah mertua, merupakan
salah satu tanaman dari famili Agavaceae yang memiliki ciri-ciri mempunyai
daun berdaging tebal serta bersifat sukulen. Sansevieria merupakan salah satu
tanaman hias yang memiliki nilai tambah, karena tanaman ini termasuk tanaman
yang resisten terhadap polutan dan mampu menyerap polutan. Penelitian yang
dilakukan oleh Badan Antariksa Amerika Serikat atau yang lebih dikenal dengan
nama NASA menunjukkan bahwa daun Sansevieria mampu menyerap 107 jenis
unsur berbahaya, beberapa jenis polutan yang bisa dihancurkan oleh Sansevieria
adalah kloroform, benzena, xylene, formaldehid, dan trichloetilen (Purwanto, 2006). Tanaman Sansevieria pada umumnya digunakan sebagai tanaman hias
indoor dan tanaman lanskap, namun Sansevieria dapat pula dimanfaatkan sebagai
tanaman obat, seratnya pun dapat digunakan sebagai bahan baku tekstil,
tergantung dari jenis atau spesiesnya.
Sansevieria memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dan mempunyai
prospek yang cukup bagus, karena telah menjadi salah satu komoditas eksport.
Tanaman Sansevieria banyak dicari oleh para kolektor baik dari dalam negeri
maupun luar negeri, karena kemampuannya sebagai tanaman penyerap polutan.
Korea Selatan merupakan salah satu negara pengimpor Sansevieria (Direktorat
Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2010). Permintaan akan
komoditas Sansevieria perlu diimbangi dengan teknik budidaya yang baik guna
memenuhi permintaan pasar domestik dan internasional.
Sansevieria merupakan tanaman yang mudah untuk dipelihara serta
diperbanyak, selain itu Sansevieria dapat tumbuh dengan baik di daerah kering
atau daerah dengan curah hujan yang cukup tinggi. Perbanyakan Sansevieria pada
umumnya dilakukan secara vegetatif, seperti: pisah anakan, stek daun, potong
pucuk, cacah daun, cabut pucuk, stek rimpang, dan kultur jaringan (Purwanto,
menghasilkan anakan dibandingkan perbanyakan dengan biji atau secara
generatif.
Budidaya tanaman Sansevieria memerlukan media tanam yang cocok
sehingga dapat memberikan pertumbuhan yang baik. Lingga (2005) menyatakan
bahwa media tanam yang baik bagi Sansevieria adalah media yang bersifat
porous, sedikit kandungan bahan organik dan tidak cepat melapuk. Penggunaan
media tanam yang tepat bagi Sansevieria perlu diteliti sehingga dapat
menghasilkan tanaman yang memiliki penampilan menarik dan pertumbuhan
yang baik. Menurut penelitian yang dilakukan Susilawati (2007) komposisi arang
sekam : tanah : kompos dengan perbandingan (1 : 2 : 1) menghasilkan pengaruh
yang baik terhadap pertumbuhan vegetatif yaitu tinggi tanaman pada tanaman hias
Zinnia elegans, dan menghasilkan jumlah daun paling banyak pada tanaman
Helichrysum bracteatum, selain itu komposisi media serbuk sabut kelapa : tanah :
kompos dengan perbandingan (3 : 2 : 1) menghasilkan pengaruh yang baik
terhadap pertumbuhan tanaman hias Helichrysum bracteatum.
Penampilan Sansevieria yang tinggi dan memilki daun yang banyak
merupakan suatu nilai utama dalam bisnis tanaman hias daun. Pertumbuhan daun
yang terhambat dan cenderung lambat pada Sansevieria terkadang menjadi
kendala yang dialami para pebisnis dibidang tanaman hias daun yang memiliki
banyak manfaat ini. Beberapa jenis ZPT seperti auksin (indolacetic acid = IAA), asam giberelat (gibberellic acids = GA3) dan benzyl adenine (BA) dapat
menstimulasi pertumbuhan vegetatif pada beberapa jenis tanaman. Harjadi (2009)
menyatakan bahwa giberelin adalah suatu golongan ZPT dengan rangka
ent-gibberellins yang berfungsi merangsang pembelahan sel, pemanjangan sel, dan
fungsi pengaturan lain. Sutisna (2010) mengemukakan dari hasil penelitiannya
bahwa aplikasi GA3 dapat menstimulasi pertumbuhan tunas lateral pada
Anthurium bunga potong. Penggunaan komposisi media tanam yang sesuai serta
aplikasi ZPT GA3 dengan konsentrasi yang tepat, diharapkan dapat menstimulasi
pertumbuhan vegetatif tanaman Sansevieria, mengingat Sansevieria merupakan
tanaman hias daun, maka pertumbuhan vegetatifnya lebih diutamakan
Tujuan
1. Mengetahui komposisi media tanam yang sesuai untuk pertumbuhan tunas
Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun variegata dan jenis daun
hijau.
2. Mengetahui pengaruh konsentrasi ZPT Giberelin (GA3) yang sesuai untuk
pertumbuhan tunas Sansevieria trifaciata Prain‘Laurentii’ jenis daun variegata dan jenis daun hijau.
3. Mengetahui interaksi antara komposisi media tanam dengan konsentrasi ZPT
Giberelin (GA3) terhadap pertumbuhan tunas Sansevieria trifaciata Prain
‘Laurentii’ jenis daun variegata dan jenis daun hijau
Hipotesis
1. Terdapat komposisi media tanam yang terbaik bagi pertumbuhan tunas
Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun variegata dan jenis daun
hijau.
2. Terdapat konsentrasi ZPT Giberelin (GA3) yang sesuai untuk merangsang
pertumbuhan tunas Sansevieria trifaciata Prain‘Laurentii’ jenis daun variegata dan jenis daun hijau.
3. Terdapat interaksi antara komposisi media tanam dan konsentrasi ZPT
Giberelin (GA3) terhadap pertumbuhan tunas Sansevieria trifaciata Prain
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Lidah Mertua (Sansevieria trifaciata Prain)
Sansevieria trifasciataPrain termasuk dalam famili Agavaceae yang
memiliki habitat asli daerah tropis kering dan mempunyai iklim gurun yang panas.
Famili Agavaceae memiliki sekitar 60 spesies yang tersebar di Afrika dan
sebagian spesies dari genus Sansevieria merupakan tanaman hias yang komersial
(Henley et al., 2006). Tanaman Sansevieria termasuk tanaman yang bersifat sukulen, karena secara morfologi Sansevieria dicirikan dengan daun yang tebal
dan memiliki kandungan air yang tinggi (Arnold, 2004).
Sansivieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ merupakan salah satu jenis
Sansevieria yang mudah ditemukan. Sansivieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ memiliki ciri khas daun seperti pedang, kaku dan berdaging. Purwanto (2006)
menjelaskan bahwa jenis Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ pada umumnya paling banyak memiliki enam daun per roset, dan memiliki tinggi daun maksimal
sekitar 1.25 – 1.5 m dengan lebar daun 5 – 7.5 cm.
Henley et al. (2006) menyatakan bahwa Sansevieria dapat tumbuh pada rentang suhu yang luas dan dapat bertahan hidup di daerah panas seperti gurun,
pertumbuhan optimal dicapai pada siang hari dengan temperatur 24-290C dan
pada malam hari 18-210C. Sansevieria dapat beradaptasi pada ruangan dengan
suhu dan kelembaban yang rendah seperti pada ruangan berpendingin (Air
Conditioner). Sansevieria dapat tumbuh dengan baik pada kondisi pencahayaan
penuh maupun pencahayaan yang kurang, namun Sansevieria lebih menyenangi
kondisi sinar matahari langsung untuk pertumbuhannya.
Penelitian yang telah dilakukan Badan Antarikasa Amerika Serikat (NASA)
menunjukkan bahwa daun Sansevieria mampu menyerap 107 jenis unsur
berbahaya, maka dari itu Sansevieria digunakan sebagai tanaman hias indoor dan tanaman lanskap. Purwanto (2006) pada bukunya mengemukakan riset yang
trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun hijau, serta jenis daun variegata yaitu daun berwarna hijau dan memiliki warna kuning dibagian pinggir daun, seperti terlihat
pada Gambar 1.
Beberapa kultivar dari jenis yang banyak kita temui antara lain Sansevieria
trifaciata ‘Laurentii’, ‘Lilian True’, ‘Golden Hahnii’, dan ‘Tiger Stripe’.
Sansivieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ yang memiliki warna kuning di bagian
pinggir daunnya, atau berdaun variegata merupakan jenis Sansevieria yang paling
populer di pasaran.
Perbanyakan Sansevieria secara Vegetatif
Perbanyakan tanaman Sanseviera pada umumnya dilakukan secara
vegetatif. Sansevieria dapat diperbanyak menggunakan stek, pemisahan anakan.
teknik cabut pucuk, dan kultur jaringan (Purwanto, 2006). Teknik perbanyakan
tanaman Sansevieria secara vegetatif yang sering dilakukan antara lain
perbanyakan dengan stek daun dan pemisahan anakan, pada umumnya tunas akan
terbentuk dan tubuh setelah akar terbentuk dengan baik (Hartman et al., 1997). Tanaman yang dapat diperbanyak dengan stek daun antara lain Sansevieria,
Begonia, Peperomia dan Kalanchoe. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Lestari (2007) bahan stek daun Sansevieria trifaciata ‘Laurentii’ yang dipotong mendatar pada bagian tengah dan ujung daun menghasilkan tunas, jumlah daun,
tinggi tanaman, serta lebar daun yang lebih baik dibandingkan bahan stek daun
A
Gambar 1. Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ (A) Jenis Daun Hijau; (B) Jenis Daun Variegata.
Sansevieria trifaciata ‘Laurentii’ setengah bagian daun. Bentuk potongan pangkal stek dibuat miring, karena dengan permukaan irisan yang miring akan memiliki
permukaan irisan yang lebih luas dibandingkan permukaan irisan yang dipotong
datar. Permukaan irisan yang lebih luas akan menghasilkan jumlah akar yang
lebih banyak, selain itu akan menghasilkan satu akar yang besar diujung stek,
karena pada ujung stek terjadi akumulasi zat tumbuh (Wudianto, 1994).
Media Tanam
Media tanam merupakan komponen penting dalam budidaya tanaman hias
sebagai tempat tanaman tumbuh, berakar dan berkembang. Pemilihan media
tanam harus sesuai tujuannya, sebagai media semai dan perbanyakan atau sebagai
tempat tumbuh sampai produksi. Media tanam yang akan digunakan harus
disesuaikan dengan jenis tanaman, biasanya jenis media tanam disesuaikan
dengan habitat asal tanaman yang akan dibudidayakan. Tanaman hias pada
umumnya memerlukan media yang gembur, porous, subur, mengadung bahan organik, bebas dari organisme pengganggu tanaman, dan memiliki aerasi serta
drainese yang baik (Wuryaningsih, 2008).
Media tumbuh sangat penting untuk pertumbuhan dan produksi tanaman
optimal. Kondisi media tanam yang ideal bisa didapatkan dari kombinasi antara
bahan organik dan bahan anorganik. Bahan organik dapat berupa cacahan pakis,
kompos, humus, serbuk gergaji, arang sekam, dan cocopeat. Bahan anorganik dapat berupa tanah, pasir, pasir malang, batu kerikil, dan hydrogel. Media tanam terdiri dari dua tipe yaitu campuran tanah (soil-mixes) yang mengandung tanah alami dan campuran tanpa tanah (soilles-mixes) yang tidak mengandung tanah (Harjadi, 1989).
Bahan campuran media tanam harus memiliki peranan khusus di dalam
campuran tersebut. Faktor yang harus diperhatikan dalam memilih media untuk
dijadikan campuran adalah kualitas dari bahan tersebut, sifat kimia atau fisiknya,
tersedia di pasaran, murah, mudah cara penggunaanya, dapat digunakan untuk
berbagai macam tanaman, tidak membawa hama dan penyakit, mempunyai
tanaman dan mengandung unsur hara yang mendukung pertumbuhan tanaman
(Acquaah, 2002).
Sansevieria membutuhkan media tanam yang sama dengan jenis tanaman
sukulen lainnya. Tanaman sukulen pada umumnya tidak menyukai media yang
basah atau mengandung banyak air. Tanaman sukulen akan mudah terserang
penyakit dan jamur terutama pada media yang lembab, maka dibutuhkan media
yang bersifat porous dan tidak terlalu lembab sesuai dengan habitat aslinya daerah tropis kering dan mempunyai iklim gurun yang panas.
Pasir
Pasir adalah silika murni dengan ukuran partikel antara 0.5 – 2 mm.
Umumnya pasir digunakan sebagai media campuran (mixes) sebagai salah satu bahan komposisi media tanam. Pasir ditambahkan ke dalam media tanam untuk
meningkatkan porositas media, tetapi pasir yang terlalu halus dapat menghalangi
lubang-lubang drainase (Poerwanto, 2003)
Pasir seharusnya difumigasi dan dipasteurisasi sebelum digunakan karena
mengandung biji rumput liar dan berbagai patogen yang berbahaya. Pasir tidak
menyediakan banyak unsur hara dan secara kimia pasir merupakan bagian dari
media yang tidak bereaksi (Acquaah, 2002). Pasir sangat bagus digunakan sebagai
media tanam Sansevieria karena selain porositasnya tinggi, pasir mempunyai
kapasitas tukar kation yang rendah sehingga sangat lambat dalam melepaskan
unsur hara. Komposisi media tanam campuran pasir dan kompos memberikan
pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan vegetatif pada pembibitan tanaman
asparagus (Hanum, 2010). Pasir malang merupakan salah satu media tanam yang
banyak digunakan pada tanaman yang menyukai iklim kering seperti Adenium,
Euphorbia dan Sansevieria.
Pupuk Kandang
Pupuk kandang merupakan bahan organik yang berasal dari kotoran hewan,
yang mempunyai unsur hara yang lengkap, mulai dari unsur N (Natrium), P
tanam dapat menjamin ketersediaan unsur hara bagi tanaman karena dalam pupuk
kandang terkandung unsur N, P, K yang berguna bagi tanaman.
Pemakaian pupuk kandang sebagai media tanam harus dalam keadaan sudah
matang serta steril. Pupuk kandang yang belum matang, akibat belum tuntasnya
proses fermentasi berakibat timbul banyak bakteri sehingga tanaman mudah rusak
serta akar yang membusuk. Pupuk kandang yang akan digunakan harus yang
sudah matang. Pupuk kandang yang sudah matang memiliki ciri-ciri warna yang
cenderung kehitaman, dan teksturnya lebih remah. Beberapa jenis pupuk kandang
yang umum digunakan di bidang pertanian adalah pupuk kandang dari kotoran
sapi, kotoran kambing, dan kotoran ayam.
Menurut Muslihat (2003) menyatakan dari hasil penelitiannya bahwa
pemberian pupuk kandang pada tanah, akan membentuk agregat tanah yang
mantap, keadaan ini besar pengaruhnya terhadap porositas dan aerasi persediaan
air dalam tanah, yang berpengaruh terhadap perkembangan akar. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian pukan 20 ton/ha akan menunjang ketersediaan
unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh
dengan subur, namun pemberian pupuk kandang berlebihan tidak meningkatkan
pertumbuhan tanaman. Oyo (2010) menyatakan bahwa pupuk kandang
merupakan penyangga biologis yang berfungsi memperbaiki sifat fisik, kimia dan
biologi tanah, sehingga tanah dapat menyediakan hara dalam jumlah yang
berimbang.
Tanah
Tanah merupakan sistem dispersi tiga fase yang selalu berada dalam
keseimbangan dinamis. Ketiga fase tersebut adalah padat, cair dan gas.
Pertumbuhan tanaman membutuhkan kondisi material yang optimal, maka
proporsi material harus tepat (Poerwanto, 2003). Porsi padat pada tanah terdapat
dalam bentuk organik dan anorganik, bagian organik berasal dari hasil
dekomposisi organisme, sedangkan bagian anorganik merupakan residu dari
batuan induk hasil pelapukan secara kimia atau fisika. Porsi cair dalam tanah
merupakan larutan tanah yang merupakan akibat dari air yang melarutkan mineral,
oksigen dan karbondioksida. Bagian gas penting untuk pertumbuhan tanaman,
menggantikan udara sehingga pertumbuhan akar teganggu dan menghilangkan
mikroorganisme aerobik yang diiginkan (Poerwanto, 2003).
Tanah mengandung unsur hara makro (C, H, O, N, P, K, Ca, Mg dan S) dan
unsur hara mikro (Fe, Mn, Zn, B, Cu, Mo dan Cl). Tanah adalah jenis media yang
lazim digunakan untuk tanaman. Tanah untuk budidaya Sansevieria biasanya jenis
tanah yang berporositas tinggi diantaranya adalah tanah merah (latosol).
Kompos
Kompos merupakan media organik dari hasil pelapukan jaringan atau
bahan-bahan tanaman atau limbah organik pengolahan pabrik atau sampah
organik yang sengaja dibuat manusia, tingkat kandungan hara kompos sangat
ditentukan oleh bahan dasar, cara pengomposan, dan cara penyimpanan
(Musnamar, 2004).
Kompos berperan sebagai materi humus pengikat kelembaban bila
dicampur dengan tanah, kompos akan menambah bahan organik sehingga dapat
meningkatkan sifat fisik tanah, meningkatkan infiltrasi air, meningkatkan aerasi
tanah, menurunkan erosi, dan menyediakan hara bagi tanaman (Poerwanto, 2003).
Arang Sekam
Arang sekam merupakan media yang diperoleh dari pembakaran sekam
yang tidak sempurna (sebelum berubah menjadi abu). Hasil analisis Japanese
Society dalam Krisantini et al. (1993), jenis arang sekam paling banyak ditempati
oleh SiO2 (52%) dan C (31%), komponen lain adalah Fe2O3, K2O, MgO, CaO,
MnO dan CuO dalam jumlah sedikit serta bahan-bahan organik.
Arang sekam digunakan dalam campuran media sangat ringan (berat jenis =
0.2 kg/l), kasar sehingga sirkulasi udara tinggi (banyak pori), berwarna coklat
kehitaman sehingga dapat mengabsorpsi sinar matahari dengan efektif, dapat
mengurangi pengaruh penyakit khususnya bakteri (Wuryaningsih, 1994). Media
arang sekam merupakan media terbaik untuk pengakaran stek tanaman krisan.
pada planlet Anthurium hasil aklimatisasi (Marliana dan Rusnandi, 2007). Media
tanam arang sekam berfungsi sebagai deodorizer, yaitu penyerap bau tidak sedap dan racun dari hasil dekomposisi pada ruang perakaran, di samping itu arang
mempunyai daya serap air yang tinggi.
Cocopeat (Serbuk Sabut Kelapa)
Serbuk sabut kelapa (cocopeat) merupakan media hasil penghancuran sabut kelapa. Sabut kelapa adalah bagian mesokarp dari buah kelapa yang sudah matang. Sabut kelapa dapat dimanfaatkan sebagai media tanam karena
mengandung unsur kalium dan fosfor. Serbuk sabut kelapa banyak diproduksi
terutama di Sri Langka, Philipina, Indonesia, Meksiko, Costa Rica dan Guyana.
Serbuk sabut kelapa merupakan hasil dari limbah pertanian, yang dapat
digunakan sebagai media tanam pengganti pakis dan moss yang merupakan hasil hutan. Hasil penelitian Muhit (2010) serbuk sabut kelapa dapat menggantikan
media pakis dan moss sebagai media pembesaran bibit kompot anggrek bulan. Serbuk sabut kelapa banyak digunakan untuk media tanam, karena
mempunyai kapasitas memegang air yang baik, dapat mempertahankan
kelembaban (80%), kaya akan unsur hara, akan tetapi mudah terdekomposisi jika
terus menerus terkena air (Sulianta dan Yonathan, 2009). Serbuk sabut kelapa
memiliki kapasitas tukar kation dan porositas yang baik, mempunyai C/N ratio
rendah yang mempercepat N tersedia dan mereduksi karbon.
Zat Pengatur Tumbuh
ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) menstimulasi pertumbuhan dengan memberi
isyarat kepada sel target untuk membelah atau memanjang, beberapa ZPT
menghambat pertumbuhan dengan cara menghambat pembelahan atau
pemanjangan sel. Sebagian besar molekul ZPT dapat mempengaruhi metabolisme
dan perkembangan sel-sel tumbuhan. ZPT digunakan secara luas di dunia
pertanian dengan berbagai tujuan diantaranya penundaan atau peningkatan
(Harjadi, 2009). Terdapat lima jenis zat pengatur tumbuh yaitu auksin, sitokinin,
giberelin, inhibitor atau asam absisat dan etilen.
Menurut penelitian yang dilakukan Hayashi (1961) dalam Arteca (1996)
menunjukkan bahwa pemberian giberelin(GA3) melalui daundapat meningkatkan
pertumbuhan karena terjadi peningkatan luas daun efektif sehingga fotosintesis
meningkat. Berdasarkan hasil penelitian Kusumawardana (2008), penambahan
hormon auksin dalam aplikasi 0.1% IBA, 0.03 % NAA, NAM, NAD, fungisida
thiram dapat meningkatkan nilai persentase stek hidup, persentase stek bertunas,
jumlah daun, panjang akar dan jumlah akar stek panili di pembibitan.
Giberelin
Giberelin merupakan salah satu jenis zat pengatur tumbuh yang pada
prinsipnya digunakan untuk pertumbuhan vegetatif. Abidin (1985)
mengemukakan bahwa giberelin menstimulasi perpanjangan sel karena adanya
hidrolisa pati yang dihasilkan dari giberelin yang akan mendukung terbentuknya α
amylse. Sebagai akibat dari terbentuknya α amylase, maka konsentrasi gula akan
meningkat yang akan mengakibatkan tekanan osmotik didalam sel akan menjadi
naik, sehingga ada kecenderungan sel tersebut berkembang. Menurut Berrie et al.
(1987) pengaruh giberelin adalah mempercepat pemanjangan batang dengan
mekanisme pembelahan sel.
Giberelin merupakan hormon yang mempercepat perkecambahan biji,
kuncup tunas, pemanjangan batang, pertumbuhan daun, merangsang pembungaan,
perkembangan buah, mempengaruhi pertumbuhan dan deferensiasi akar
(Campbell et al., 2003). Giberelin adalah suatu golongan ZPT dengan rangka
ent-gibberellins yang berfungsi merangsang pembelahan sel, pemanjangan sel, dan
fungsi pengaturan lain (Harjadi, 2009). Semakin tinggi konsentasi GA3
menyebabkan pertumbuhan vegetatif seperti jumlah cabang, tinggi tanaman dan
panjang ruas tanaman cabai hias meningkat (Sari, 2010).
Hormon giberelin berperan dalam hampir seluruh kegiatan perkembangan
tanaman, giberelin merupakan hormon tumbuhan yang terdapat pada jaringan –
jaringan tanaman yang muda. Giberelin merupakan zat pengatur tumbuh endogen
mata tunas, daun, bunga, bintil akar, buah dan jaringan halus (Wattimena, 1988).
Hormon Giberelin yang diberikan di daerah apek tajuk dapat meningkatan
pembelahan sel dan pertumbuhan sel yang mengarah pada pemanjangan batang
serta (pada beberapa spesies) perkembangan daun yang berlangsung lebih cepat,
sehingga laju fotosintesisnya lebih terpacu dan menghasilkan peningkatan
keseluruhan pertumbuhan, termasuk akar (Salisbury dan Ross, 1995). Terdapat
bermacam-macam asam giberelin, saat ini sudah 136 macam giberelin yang telah
diidentifikasi dan berasal dari tanaman fungi, dan bakteri, GA3 merupakan yang
pertama kali dikenal dan diidentifikasi serta paling banyak digunakan (Sengbusch,
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli 2011, di
Kebun Percobaan Leuwikopo IPB, Darmaga Bogor. Analisis media tanam
dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Tanah Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah stek daun
Sanseviera trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun variegata dan jenis daun hijau.
Bahan lain yang digunakan adalah pupuk kandang, kompos, arang sekam, serbuk
serabut kelapa (cocopeat), tanah, pasir malang, ZPT GA3, fungisida Dithane.
Rumah paranet dengan naungan 55% berukuran 10 m x 5 m digunakan
sebagai bagunan tanam. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
seperangkat alat budidaya, polybag ukuran 20 cm x 25 cm, ukuran 15 cm x 15 cm,
sprayer, penggaris dan timbangan digital.
Metode Penelitian
Penelitian terdiri dari dua jenis percobaan, percobaan pertama adalah
stimulasi pertumbuhan akar dan inisiasi tunas stek daun Sansevieria trifaciata
Prain ‘Laurentii’. Percobaan kedua adalah mengetahui pengaruh komposisi media
tanam serta konsentrasi ZPT GA3 terhadap pertumbuhan tunas dari stek daun
Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’.
Percobaan I. Stimulasi Pertumbuhan Akar dan Inisiasi Tunas Stek Daun Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’
Perlakuan yang diberikan adalah jenis daun Sansevieria trifaciata
Prain’Laurentii’ jenis daun variegata dan jenis daun hijau, pada setiap peubah
pengamatan dilakukan analisis uji t untuk membandingkan respon kedua jenis
inisiasi tunas pada media campuran pupuk kandang : tanah, dengan perbandingan
1 : 1 (v/v).
Model matematika dari uji-t adalah :
Thitung = dengan Sp = 2
) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 1 − + − + − n n S n S n Keterangan : 2 1,X
X = nilai tengah contoh 1 dan 2
S12, S22 = ragam contoh 1 dan 2
n1, n2 = jumlah contoh 1 dan 2
Sp = simpangan baku gabungan
Nilai berbeda nyata apabila thit > ttabel dan tidak berbeda nyata apabila thit <
ttabel. ttabel diperoleh dari nilai sebaran t pada taraf 5% dan db (n1 + n2 -2).
Percobaan II. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi ZPT GA3 terhadap Pertumbuhan Tunas Sansevieria trifaciataPrain ‘Laurentii’
Rancangan yang digunakan dalam percobaan kedua adalah Rancangan
Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dua faktor untuk masing-masing jenis warna
daun, yaitu Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun variegata dan jenis daun hijau. Faktor pertama adalah jenis komposisi media tanam dan faktor kedua
adalah konsentrasi ZPT GA3.
Komposisi media tanam yang digunakan dalam penelitian terdiri dari tiga
jenis komposisi yaitu (M1) arang sekam : tanah : kompos (1:2:1); (M2) pasir
malang : tanah : kompos (2:2:1); (M3) serbuk sabut kelapa (cocopeat) : tanah : kompos dengan perbandingan (3:2:1). Konsentrasi ZPT GA3 yang digunakan
terdiri dari tiga taraf yaitu (G0) konsentrasi 0 ppm, (G1) konsentrasi 100 ppm,
(G2) konsentrasi 500 ppm. Percobaan II terdiri dari 3 ulangan, dalam satu ulangan
terdapat 9 satuan percobaan, maka terdapat 27 satuan percobaan untuk
masing jenis warna daun, maka jumlah seluruh satuan percobaan terdiri dari 54
satuan percobaan.
Model rancangan yang digunakan pada percobaan kedua adalah:
Yij = µ + γi +Mj +Gk + (MG)jk + εij
dengan:
Yij = nilai pengamatan dari pengaruh kelompok ke-i. faktor jenis
komposisi media ke-j. dan faktor konsentrasi GA3 ke-k
µ = nilai tengah umum
γi = pengaruh kelompok ke-i (i = 1, 2, 3)
Mj = pengaruh faktor jenis komposisi media ke-j (j= 1, 2, 3)
Gk = pengaruh faktor konsentrasi GA3 ke-k (k= 1, 2, 3)
(MG)jk = pengaruh interaksi jenis komposisi ke-j dan konsentrasi GA3 ke-k
εij = pengaruh galat percobaan pada jenis komposisi media ke-i.
kelompok ke-j dan konsentrasi GA3 ke-k.
Uji statistik pada data yang ada diperoleh dari percobaan kedua adalah
dengan menggunakan uji-F sedangkan uji lanjut yang digunakan adalah uji
wilayah berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5% apabila dalam uji-F
menunjukkan pengaruh nyata.
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian terdiri dari dua percobaan, percobaan I merupakan stimulasi
pertumbuhan akar dan inisiasi tunas stek daun Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’. Percobaan I dimulai dari penanaman bahan stek daun, hingga secara
keseluruhan stek daun telah membentuk tunas pada 13 MST. Percobaan II
ditujukan untuk mengetahui pengaruh komposisi media tanam dan konsentrasi
ZPT GA3 terhadap pertumbuhan tunas Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’.
Percobaan II merupakan percobaan lanjutan dari percobaan I. Bahan tanam yang
digunakan pada percobaan II merupakan stek yang sudah bertunas hasil dari
percobaan I kemudian diberi perlakuan sampai stek berumur 21 MST.
Percobaan I. Stimulasi Pertumbuhan Akar dan Inisiasi Tunas Stek Daun Sansevieria trifaciata Prain‘Laurentii’
Percobaan dimulai dengan pemilihan bahan stek dari kedua jenis tanaman
Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’. Panjang bahan stek daun yang digunakan
adalah sekitar 15 cm. Bahan stek daun Sansevieria yang telah dipotong, pada
bagian pangkal bahan stek diolesi dengan pasta zat perangsang pertumbuhan akar
dengan dosis 10 gr untuk 10 bahan stek, hal ini ditujukan untuk mempercepat
proses pembentukan akar. Bahan stek kemudian dikering anginkan selama 2-3
menit.
Stek daun yang telah diolesi zat perangsang pertumbuhan akar 0.1% IBA,
0.03 % NAA, NAM, NAD kemudian ditanam dalam polybag yang telah diisi campuran media tanam pupuk kandang kanbing yang sudah matang dan tanah
dengan perbandingan 1:1 (v/v) sebagai media inisiasi perakaran dan pertumbuhan
tunas pada stek daun Sansevieria. Bahan stek daun dibenamkan sekitar 1.5 cm
pada campuran media pupuk kandang dan tanah.
Percobaan II. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi ZPT GA3 terhadap Pertumbuhan Tunas Sansevieria trifaciata Prain‘Laurentii’
Stek daun Sansevieria yang berusia sekitar 13 MST akan membentuk akar
kemudian memunculkan tunas, pada fase ini dilakukan pindah tanam terhadap
bibit Sansevieria yang telah bertunas kedalam polybag pada komposisi media yang telah ditentukan. Terdapat tiga jenis komposisi media tanam yang digunakan
yaitu, (M1) arang sekam : tanah : kompos (1:2:1); (M2) pasir malang : tanah :
kompos (2:2:1); (M3) serbuk sabut kelapa (cocopeat) : tanah : kompos dengan perbandingan (3:2:1), perbedaan warna dan tekstur dapat dilihat pada Gambar 2.
Komposisi media M1 berwarna hitam kecoklatan, memiliki tekstur agak kasar
karena terdapat campuran arang sekam. Komposisi media M2 merupakan media
terberat, berwarna hitam kecoklatan, dan memiliki tekstur yang kasar, karena
terdapat campuran media pasir malang yang memiliki ukuran partikel sekitar 1-2
memiliki warna coklat terang, dan memilki tekstur yang lebih halus, dibandingkan
media M1 dan M2.
Perlakuan penambahan hormon Giberelin (ZPT GA3) dilakukan setelah stek
daun Sansevieria berada dalam komposisi media perlakuan. Aplikasi ZPT GA3
dilakukan setiap satu minggu sekali dengan cara menyemprotkan pada tunas muda
dari stek daun Sansevieria dengan konsentrasi 100 ppm untuk perlakuan G1 dan
500 ppm untuk perlakuan G2, dengan volume semprot 5 ml dan diaplikasikan
pada pagi hari.
Pengendalian gulma dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut gulma
yang ada disekitar polybag yang dilakukan tiap satu minggu sekali. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan apabila terdapat Sansevieria yang terserang hama
atau terkena penyakit, pencegahan penyakit dilakukan dengan aplikasi fungisida
Dithane setiap satu minggu sekali dengan dosis 2mg/L.
Pengamatan
Pengamatan pada percobaan I stimulasi pertumbuhan akar dan inisiasi tunas
stek daun Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ dilakukan pada 13 MST yaitu setelah stek daun bertunas. Pengamatan percobaan II yaitu pengaruh komposisi
media tanam dan konsentrasi ZPT GA3 terhadap pertumbuhan tunas stek daun
Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’, dilakukan setelah stek daun Sansevieria
yang telah bertunas berada dalam komposisi media perlakuan dan diberi
perlakuan penambahan ZPT GA3 pada 14 MST.
Gambar 2. Komposisi Media Tanam yang Digunakan dalam Percobaan II, (A) Arang Sekam: Tanah: Kompos (1: 2: 1); (B) Pasir Malang: Tanah: Kompos (2: 2: 1); (C) Cocopeat: Tanah: Kompos (3: 2: 1)
Pengamatan percobaan I. Stimulasi pertumbuhan akar dan inisiasi tunas stek
daun Sansevieria trifaciata Prain‘Laurentii’ dilakukan dengan mengamati :
a. Persentase stek hidup (%) : persentase stek hidup dilihat dari jumlah stek
yang masih segar baik yang sudah bertunas maupun yang belum bertunas,
diamati pada 13 MST.
Persentase stek hidup Σ Stek yang ditanam – Σ Σ Stek mati
Stek yang ditanam x %
b. Persentase stek berakar (%) : dilihat dari jumlah stek yang masih segar dan
memiliki akar, diamati pada 13 MST.
Persentase stek berakar
Σ Stek yang ditanam – Σ Stek tak berakar
Σ Stek yang ditanam x %
c. Panjang akar stek (cm), pengamatan dilakukan pada akhir percobaan I yaitu
pada 13 MST, dengan mengukur akar terpanjang.
d. Bobot basah akar (g) diamati pada akhir percobaan I yaitu pada 13 MST.
e. Bobot kering akar (g) diamati pada akhir percobaan I yaitu pada 13 MST.
f. Persentase stek bertunas (%) : dilihat dari jumlah stek yang bertunas, diamati
pada 13 MST.
Persentase stek bertunas
Σ Stek yang ditanam – Σ Stek tak bertunas
Σ Stek yang ditanam x %
g. Jumlah tunas, pengamatan dilakukan pada tunas yang memiliki ukuran ≥3cm. h. Panjang tunas (cm), pengukuran dilakukan pada tunas yang sudah memiliki
panjang tunas ≥ 3 cm, pengamatan ini dilakukan pada akhir percobaan I yaitu pada 13 MST.
i. Bobot basah tunas (g) diamati pada akhir percobaan I yaitu pada 13 MST.
j. Bobot kering tunas (g) diamati pada akhir percobaan I yaitu pada 13 MST.
Pengamatan percobaan II pengaruh komposisi media tanam dan konsentrasi
ZPT GA3 terhadap pertumbuhan tunas Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’,
dilakukan dengan mengamati pengamatan pertumbuhan tunas stek daun dan
pengamatan keragaan daun yang merupakan hasil dari perbanyakan vegetatif
Pengamatan pertumbuhan tunas stek daun meliputi:
a. Pengamatan terhadap persentase stek hidup (%).
Persentase stek hidup Σ Stek yang ditanam – Σ Stek yang ditanamΣ Stek mati x %
b. Panjang akar (cm), pengamatan dilakukan pada akhir percobaan II yaitu pada
21 MST, dengan mengukur akar terpanjang.
c. Bobot basah akar (g), diamati pada akhir percobaan II yaitu pada 21 MST.
d. Bobot kering akar (g), diamati pada akhir percobaan II yaitu pada 21 MST.
e. Pertambahan tinggi tunas (cm), tunas diamati 0.5 cm dari permukaan tanah,
pengamatan dilakukan setiap minggu selama 7 minggu setelah pindah tanam
hingga tunas berumur 21 MST. Nilai yang didapat merupakan selisih antara
minggu pengamatan dikurangi minggu selanjutnya.
f. Tinggi tunas (cm), diamati 0.5 cm dari permukaan tanah dan dilakukan pada
akhir pengamatan diamati pada akhir pengamatan yaitu 21 MST.
g. Jumlah tunas, pengamatan dilakukan pada tunas yang memiliki panjang ≥3 cm, dilakukan pada akhir percobaan II yaitu pada 21 MST.
h. Jumlah daun, rata-rata jumlah daun yang tumbuh disetiap tunas pada satu
bahan stek, pengamatan dilakukan pada akhir percobaan II yaitu pada 21
MST.
i. Bobot basah tunas (g), diamati pada akhir percobaan II yaitu pada 21 MST.
j. Bobot kering tunas (g), diamati pada akhir percobaan II yaitu pada 21 MST.
Pengamatan terhadap keragaan tanaman meliputi :
k. Warna daun. Pengamatan warna daun tanaman dilakukan secara visual,
dengan tiga kriteria penilaian: daun berwana hijau, daun berwarna kuning
dan daun variegata yang berwarna kuning-hijau.
l. Bentuk daun. Pengamatan bentuk daun dilakukan secara visual, dengan dua
kriteria penilaian: daun lurus dan daun bergelombang. Kriteria bentuk daun
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli
2011, dimana temperatur rata-rata pada saat penelitian adalah 25.90C dengan
temperatur maksimal 31.80C dan temperatur minimal 22.70C yang merupakan
temperatur sesuai untuk pertumbuhan Sansevieria. Henley et al. (2006) menyatakan bahwa Sansevieria dapat tumbuh dengan baik antara suhu 210C -
320C. Curah hujan rata-rata pada bulan Maret sampai dengan Juli adalah 251,3
mm, dengan kelembaban udara rata-rata selama penelitian adalah 81%, kondisi
tersebut merupakan kondisi yang optimum untuk pertumbuhan stek daun
Sansevieria. Stek memerlukan kelembaban yang tinggi untuk menstimulir
pertumbuhan akar (Macdonald, 1986). Data iklim yang diperoleh merupakan data
iklim lokasi penelitian secara makro, data tabel iklim makro pada Lampiran 2.
diperoleh dari Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika, Stasiun
Klimatologi Darmaga Bogor.
Sansevieria merupakan tanaman yang dapat tumbuh dengan baik dalam
cahaya penuh, dan tidak memerlukan banyak air, namun pada teknik perbanyakan
vegetatif dengan metode stek daun, faktor eksternal seperti intensitas cahaya, air,
temperatur dan kelembaban udara dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan bahan stek pada awal penanaman, maka digunakan naungan
paranet 55%. Penggunaan naungan paranet 55% ditujukan untuk mengurangi
intensitas sinar matahari pada siang hari agar kondisi stek Sansevieria tidak
terkena cahaya matahari langsung yang dapat menyebabkan stek menjadi kering,
karena bahan stek daun yang baru ditanam sangat rentan terhadap kekeringan.
Penggunaan naungan paranet, seperti pada Gambar 3. ditujukan untuk
menjaga kestabilan kondisi eksternal lingkungan tumbuh stek. Suhu dan
pencahayaan yang tinggi dapat meningkatkan transpirasi pada stek, transpirasi
yang tinggi dapat mematikan sel dan jaringan pada tanaman. Fungsi lain dari
naungan paranet 55% adalah menahan derasnya curahan air hujan sehingga suplai
Suplai air sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan stek.
Kekurangan suplai air pada tanaman dapat berpengaruh terhadap proses fisiologi
dan biokimia pada sel tanaman. Menurut Campbell et al. (2003) transpirasi yang tinggi dapat membuat sel-sel kehilangan turgornya sehingga ukuran sel akan
berkurang, stomata menutup, difusi CO2 menurun, fotosintesis menurun, sehingga
hasil fotosintat juga menurun yang berakibat kematian sel dan jaringan karena
rendahnya hasil fotosintat. Kelebihan air juga dapat menyebabkan bahan stek
mengalami cekaman aerasi, rentan terhadap serangan penyakit serta menjadi
busuk karena kematian sel akibat kondisi anaerobik.
Menurut Henley et al. (2006) Sansevieria dapat tumbuh dengan baik pada media yang memiliki pH antara 4.5 – 8.5. Ketiga komposisi media tanam
memiliki pH yang sesuai untuk pertumbuhan stek Sansevieria. Kandungan unsur
nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) dalam media tanam yang digunakan pada
penelitian telah dianalisis di Balai Penelitian Tanah, Kota Bogor. Ketiga
komposisi media memiliki sifat fisik dan kimia yang berbeda. Komposisi media
M1 mempunyai porositas yang baik dan mudah menyerap air. Komposisi media
M2 merupakan media terberat dan mudah mengalami kekeringan. Media M3
merupakan media paling ringan dibandingkan dua media lainnya dan merupakan
media yang mempunyai daya pegang air yang kuat, sehingga media M3 memiliki
sifat selalu lembab. Analisis sifat kimia terhadap tiga komposisi media tanam
[image:33.595.159.418.108.272.2]menunjukkan hasil yang tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan NPK, Nilai EC dan pH pada Ketiga Komposisi Media Tanam
Media
N P K EC
pH Sifat
kemasaman (%) ppm mg/l
M1 0.78 258 2408 45 6.2 Agak masam
M2 0.48 176 1234 136 6 Agak masam
M3 0.55 196 754 39 5.3 Masam
Keterangan: Sifat kemasaman berdasarkan data kriteria sifat-sifat kimia tanah Pusat Penelitian
Tanah dan Agroklimat (1994)
M1 = arang sekam : tanah : kompos (1: 2: 1) M2 = pasir malang : tanah : kompos (2: 2: 1)
M3 = cocopeat : tanah : kompos (3: 2: 1)
Penyakit yang menyerang Sansevieria pada percobaan I. Stimulasi
pertumbuhan akar dan inisiasi tunas stek daun Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ adalah busuk lunak. Penyakit busuk lunak disebabkan oleh bakteri
Erwinia carotovora yang menyerang stek daun Sansevieria dan menginfeksi
melalui bagian potongan stek. Sekitar 14.33 % bahan stek jenis daun variegata
dan 10 % bahan stek jenis daun hijau terserang penyakit busuk basah. Menurut
penelitian Hardiyanto (2010), bakteri Erwinia carotovora dapat menyebabkan penyakit busuk lunak pada daun bibit anggrek Phalaenopsis yang umumnya menyerang melalui pelukaan. Daun yang terserang tampak berwarna kuning
kecoklatan dan terasa lunak berlendir serta mengeluarkan bau yang tidak sedap
seperti pada Gambar 4. Penyakit busuk lunak disebabkan karena kondisi tanaman
atau media yang lembab akibat curah hujan yang tinggi dan kurangnya cahaya.
Gambar 4. Stek Daun yang Terserang Penyakit Busuk Lunak Akibat Bakteri
Penyakit yang menyerang stek daun Sansevieria pada percobaan II.
Pengaruh komposisi media tanam dan konsentrasi ZPT GA3 terhadap
pertumbuhan tunas Sansevieria trifaciata Prain‘Laurentii’, adalah penyakit busuk lunak yang menyerang daun muda Sansevieria (Gambar 5A.) dan penyakit bercak
daun. Penyakit bercak daun yang disebabkan oleh jamur Fusarium moniliforme. Gejala bercak daun dapat dilihat pada Gambar 5B. penyakit ini biasanya
menyerang daun muda, ditandai dengan munculnya bercak berwana cokelat
kemerahan dan biasanya diikuti warna kuning disekitarnya akibat klorosis.
Meluasnya infeksi pada daun yang terserang jamur Fusarium moniliforme ini dapat dicegah dengan menyemprotkan fungisida Dithane dengan konsentrasi 2 mg/L. Salah satu hama yang menyerang daun muda Sansevieria adalah ulat bulu
(Gambar 5C.), ulat bulu merusak daun muda dengan memakan daun-daun muda.
Hama yang menyerang daun muda Sansevieria antara lain rayap, belalang dan
siput.
Tumbuhnya gulma merupakan salah satu kendala pada penelitian ini,
karena tumbuhnya gulma disekitar area penanaman dan didalam polybag dapat menyebabkan persaingan mendapatkan unsur hara dan cahaya bagi pertumbuhan
dan perkembangan stek. Gulma yang ditemui di area penelitian antara lain
babadotan (Ageratum conizoides), putri malu (Mimosa pudica), cacabean
(Stachytarpheta indica), meniran (Phyllantus niruri), jukut pahit (Axonophus
compresus), Cyperus spp., patikan (Euphorbia hirta), Pengendalian gulma
dilakukan rutin setiap minggu secara manual.
Gambar 5. Tunas Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ yang Terserang Penyakit dan Hama (A) Tunas Terserang Penyakit Busuk Basah; (B) Tunas Terserang Penyakit Bercak Daun (C) Hama Ulat Bulu
Percobaan I. Stimulasi Pertumbuhan Akar dan Inisiasi Tunas Stek Daun Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’
Percobaan I berlangsung selama 13 minggu, pada stek daun Sansevieria,
akar muncul terlebih dahulu kemudian diikuti dengan tunas. Stek daun
Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun variegata dan jenis daun hijau
mulai berakar pada 4 sampai 5 MST. Keberadaan akar tersebut menyebabkan
penyerapan hara berlangsung lebih optimal sehingga pembentukan tunas pada
bahan stek dapat tumbuh dengan baik, sesuai dengan pernyataan Hartman et al.,
(1997) bahwa pada hasil stek pada umumnya tunas akan terbentuk dan tumbuh
setelah akar terbentuk dengan baik. Inisiasi tunas terjadi pada 8 sampai 10 MST,
sementara itu sebagian besar bahan stek sudah memunculkan tunas pada 12 MST.
Akar dan tunas muncul pada bagian basal daun yang terpotong, namun daun yang
terpotong tidak berkembang menjadi tanaman baru, daun bahan stek berfungsi
sebagai sumber cadangan makanan bagi pertumbuhan akar dan tunas baru.
Hasil uji-t menunjukkan bahwa pengaruh faktor tunggal jenis warna daun
antara Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun variegata dan
Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun hijau berbeda sangat nyata pada
parameter panjang akar. Jenis daun hijau menghasilkan panjang akar rata-rata
(8.66 cm) yang lebih panjang dibandingkan jenis daun variegata (7.39 cm).
Parameter bobot basah akar, bobot kering akar dan bobot basah tunas,
antar kedua jenis warna daun Sansevieria memberikan hasil yang berbeda nyata.
Bobot basah dan bobot kering akar rata-rata Sansevieria jenis daun hijau lebih
besar dibandingkan jenis daun variegata. Jenis daun hijau memiliki bobot basah
akar yaitu 14.05 g dan 1.20 g untuk bobot kering akar, sedangkan jenis daun
variegata memiliki bobot basah akar 10.27 g dan 0.86 g untuk bobot kering akar.
Hal ini dapat menggambarkan bahwa Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun hijau memiliki jumlah akar yang lebih banyak dibandingkan jumlah akar
Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun variegata. Akar Sansevieria
merupakan akar serabut dan memiliki akar dalam jumlah banyak, maka massa
akar dapat dihitung dengan mengukur bobot basah dan kering akarnya.
Perbandingan secara visual jumlah akar antar kedua jenis Sansevieria trifaciata
jumlah akar yang lebih banyak dibandingkan jenis daun variegata. Sansevieria
trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun variegata memiliki bobot basah tunas
rata-rata (12.35 g) lebih besar dibandingkan bobot basah tunas rata-rata-rata-rata jenis daun
hijau (8.02 g). Hal yang sama terjadi pada bobot kering tunas, bobot kering tunas
jenis daun variegata cenderung memiliki bobot kering tunas rata-rata (0.84 g)
lebih besar dibandingkan dengan bobot kering tunas rata-rata jenis daun hijau
(0.54 g).
Kedua jenis warna daun Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ tidak berbeda nyata pada parameter jumlah tunas, panjang tunas serta bobot kering
tunas, persentase stek berakar, persentase stek bertunas, dan persentase stek hidup.
Berdasarkan pengamatan di lapang, persentase stek berakar dan stek bertunas
pada Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun variegata cenderung lebih besar dibandingkan Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun hijau, namun pada parameter persentase stek hidup, jenis daun hijau memilki nilai
persentase yang cenderung lebih tinggi daripada jenis daun variegata.
Hasil pengamatan di lapang menunjukan bahwa kondisi stek daun
Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ untuk kedua jenis warna daun, memiliki
persentase hidup diatas 80%. Nilai perbandingan persentase antara kedua jenis
Sansevieria dapat dilihat pada Tabel 2. yang menunjukkan perbandingan nilai
pada parameter yang diamati pada percobaan stimulasi pertumbuhan akar dan
inisiasi tunas stek daun Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ antara jenis daun variegata dengan jenis daun hijau.
Gambar 6. Perbandingan Jumlah Akar pada Dua Jenis Sansevieria trifaciata
Prain ‘Laurentii’ (A) Jenis Daun Variegata(B.) Jenis Daun Hijau.
Tabel 2. Perbandingan Nilai Pertumbuhan Akar dan Inisiasi Tunas Stek Daun pada Dua Jenis Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’.
Parameter Jenis warna daun Uji-t
Variegata Hijau
Persentase Stek Hidup (%) 85.67 90.00 tn
Persentase Stek Berakar (%) 80.33 76.67 tn
Panjang Akar (cm) 7.39 8.66 **
Bobot Basah Akar (g) 10.27 14.05 *
Bobot Kering Akar (g) 0.86 1.20 *
Persentase Stek Bertunas (%) 66.00 53.67 tn
Jumlah Tunas 1.34 1.89 tn
Panjang Tunas (cm) 7.15 7.48 tn
Bobot Basah Tunas (g) 12.35 8.02 *
Bobot Kering Tunas (g) 0.84 0.54 tn
Keterangan: * : Berbeda nyata pada α = 5%
**
: Berbeda sangat nyata pada α = 1%
tn
: Tidak berbeda nyata
Tabel 2. menunjukkan bahwaSansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ daun hijau memiliki panjang akar, bobot kering akar dan bobot kering tunas lebih tinggi
dibandingkan Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun variegata. Hal ini diduga karena bahan stek daun Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun hijau memiliki kandungan klorofil lebih banyak dibandingkan jenis daun
variegata, sehingga daun hijau lebih optimal dalam melakukan proses fotosintesis
dan suplai fotosintat pada bagian perakaran.
Percobaan II. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi ZPT GA3 terhadap Pertumbuhan Tunas Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’
Percobaan berlangsung selama tujuh minggu, percobaan dimulai pada saat
stek berumur 14 MST, dimana hampir sebagian besar stek sudah memuculkan
tunas. Tunas yang digunakan sebagai bahan percobaan II merupakan tunas yang memiliki ukuran panjang minimal 3 cm seperti pada Gambar 7. Keragaan tunas
yang dihasilkan dari percobaanpengaruh komposisi media tanam dan konsentrasi
ZPT GA3 terhadap pertumbuhan dari stek daun Sansevieria trifaciata Prain
[image:38.595.112.510.121.310.2]Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi ZPT GA3 terhadap Pertumbuhan Tunas Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ Jenis Daun
Variegata
Berdasarkan hasil analisis ragam yang tercantum pada Tabel 3, dapat
terlihat bahwa interaksi antara faktor komposisi media tanam dan faktor
konsentrasi GA3 berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tunas pada 4
MSP (Minggu Setelah Perlakuan), namun tidak berpengaruh nyata terhadap
parameter lain yang diamati. Faktor tunggal komposisi media tanam berpengaruh
sangat nyata terhadap parameter pertambahan tinggi tunas pada 4 MSP, serta
berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tunas. Faktor komposisi media
tanam tidak berpengaruh nyata terhadap sebagian besar parameter pengamatan
lain, hal ini diduga karena ketiga jenis komposisi media tanam memiliki kesamaan
yaitu terdiri dari beberapa jenis media yang mengadung bahan organik dan baik
untuk pertumbuhan tanaman pada umumnya, sehingga respon pertumbuhan tunas
yang dihasilkan dari stek daun Sansevieria trifaciata Prain 'Laurentii' jenis daun variegata pada ketiga jenis komposisi media tanam tidak memberikan pengaruh
[image:39.595.129.458.86.256.2]secara nyata.
Gambar 7. Bahan Stek Bertunas yang Digunakan pada Percobaan II (A) Jenis Daun Variegata ; (B) Jenis Daun Hijau
Tabel 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi GA3 terhadap Pertumbuhan Tunas Sansevieria
trifaciata Prain 'Laurentii' Jenis Daun Variegata.
Parameter MSP
Hasil
KK Komposisi
media GA3 Interaksi
Pertambahan Tinggi Tunas 1 tn tn tn 21.21
2 tn tn tn 20.99 3 tn tn tn 26.11 4 ** tn * 22.05
5 tn tn tn 14.60a)
6 tn tn tn 25.43
Persentase Stek Hidup 7 tn tn tn 14.01
Panjang Akar 7 tn tn tn 13.29
Bobot Basah Akar 7 tn ** tn 20.17
Bobot Kering Akar 7 tn * tn 25.10
Jumlah Tunas 7 tn tn tn 20.89
Tinggi Tunas 7 * tn tn 6.05
Bobot Basah Tunas 7 tn tn tn 19.21
Bobot Kering Tunas 7 tn tn tn 20.80
Jumlah Daun 7 tn tn tn 15.28
Keterangan: MSP = Minggu Setelah Perlakuan
*
: Berpengaruh nyata pada α = 5%
**
: Berpengaruh sangat nyata pada α = 1%
tn
: Tidak berbeda nyata
a)
: Angka perhitungan didapatkan setelah data ditransformasi (√x + 0.5)
Faktor tunggal konsentrasi ZPT GA3 berpengaruh sangat nyata terhadap
parameter bobot basah dan berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar, namun
tidak berpengaruh nyata terhadap sebagian besar parameter lain yang diamati. Hal
ini diduga karena GA endogen dalam bahan stek sudah mencukupi untuk
pertumbuhan tunas Sansevieria trifaciata Prain 'Laurentii' jenis daun variegata, sehingga aplikasi GA secara eksogen yaitu dengan penambahan dua jenis taraf
Pengaruh Interaksi antara Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi ZPT GA3 terhadap Pertambahan Tinggi Tunas Stek Daun Sansevieria trifaciata
Prain ‘Laurentii’ Jenis Daun Variegata
Berdasarkan Tabel 3. Interaksi faktor komposisi media tanam dan
konsentrasi GA3 berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tunas pada 4
MSP. Pengaruh interaksi kedua faktor terhadap pertambahan tinggi tunas
dicantumkan pada Tabel 4. Pertambahan tinggi tunas tertinggi dihasilkan dari
interaksi antara faktor komposisi media M1 dan konsentrasi G2 (3.14 cm) tidak
berbeda nyata dengan yang dihasilkan interaksi antara faktor komposisi media M1
dan konsentrasi G0 (2.97 cm) dan interaksi yang terjadi antara komposisi media
M2 dan konsentrasi G1 (2.81 cm). Pertambahan tinggi tunas terendah dihasilkan
dari interaksi antara faktor komposisi media M3 dan konsentrasi G0 (1.49 cm)
tidak berbeda nyata dengan pertambahan tinggi tunas yang dihasilkan dari
interaksi antara interaksi komposisi M3 dan konsentrasi G2 (1.65 cm).
Tabel 4. Interaksi antara Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi GA3
terhadap Pertambahan Tinggi Tunas (cm) Sansevieria trifaciata
Prain 'Laurentii' Jenis Daun Variegata pada 4 MSP.
Komposisi media tanam
Konsentrasi GA3 (ppm)
Rataan KK G0
(0)
G1 (100)
G2 (500)
M1 1.76bc 2.69ab 3.14a 2.53 22.05
M2 2.97a 2.81a 2.32abc 2.70
M3 1.49c 2.35abc 1.65c 1.83
Rataan 2.07 2.62 2.37
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata pada uji uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5% M1 = Arang sekam : tanah : kompos (1: 2: 1)
M2 = Pasir malang : tanah : kompos (2: 2: 1)
M3 = Cocopeat : tanah : kompos (3: 2: 1)
Berdasarkan Tabel 4. stek daun yang ditanam pada komposisi media M1
(2.53 cm) dan M2 (2.70 cm) memiliki pertambahan tinggi tunas yang lebih tinggi
dibandingkan pertambahan tinggi tunas yang ditanam pada komposisi media M3
(1.83 cm). Rata-rata pertambahan tinggi tunas pada komposisi media M3
Penambahan GA3 konsentrasi 100 ppm (G1) rata-rata cenderung memberikan
pertambahan tinggi tunas tertinggi dibandingkan dengan dua konsentrasi lain
(2.62 cm). Pertambahan tinggi tunas yang dihasilkan dengan penambahan
konsentrasi G2 (2.37 cm) cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi
G0 (2.07 cm).
Interaksi antara faktor komposisi media tanam dan konsentrasi GA3 yang
menghasilkan pertambahan tinggi tunas tertinggi adalah interaksi antara
komposisi media M1 yang terdiri dari media tanam arang sekam: tanah: kompos
dengan ZPT GA3 dengan konsentrasi 500 ppm. Hal ini diduga karena komposisi
media tanam M1 memiliki kandungan nitrogen yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kedua komposisi media tanam lain (Tabel 1.). Nitrogen merupakan salah
satu unsur yang sangat diperlukan pada pertumbuhan vegetatif tanaman.
Penambahan GA3 konsentrasi 500 ppm diduga dapat menstimulasi pertambahan
tinggi tunas stek daun, Abidin (1985) mengemukakan bahwa GA3 dapat
menstimulasi pemanjangan sel (cell elongation). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sari (2010), menyatakan bahwa semakin tinggi konsentasi GA3 dapat
menyebabkan pertumbuhan vegetatif seperti jumlah cabang, tinggi tanaman dan
panjang ruas tanaman cabai hias meningkat.
Komposisi media M2 yang terdiri dari media pasir malang: tanah: kompos
(2: 2: 1) memberikan pengaruh baik pula terhadap pertambahan tinggi tunas
Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun variegata. Husniati (2010) yang
menyatakan bahwa pada pembibitan stek basal daun mahkota nanas, media yang
paling tepat digunakan adalah campuran media pasir dan kompos yang
memberikan nilai rataan tertinggi pada tolok ukur tinggi tunas.
Pengaruh Faktor Tunggal Komposisi Media Tanam terhadap Pertumbuhan Tunas Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ Jenis Daun Variegata.
Faktor tunggal komposisi media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap
parameter pertambahan tinggi tunas pada 4 MSP, dan berpengaruh nyata terhadap
parameter tinggi tunas. Faktor tunggal komposisi media tanam tidak berpengaruh
hasil pengaruh komposisi media tanam terhadap parameter pertumbuhan tunas
Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun variegata.
Tabel 5. Pertumbuhan Tunas Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’ Jenis Daun Variegata pada Berbagai Jenis Komposisi Media Tanam.
Parameter MSP Komposisi media
M1 M2 M3
Pertambahan Tinggi Tunas 1 1.96 1.94 2.34
2 1.98 1.93 2.05
3 2.24 2.29 1.71
4 2.53a 2.70a 1.83b
5 1.82 2.04 1.60
6 1.50 1.56 1.31
Rata-rata 2.00 2.08 1.81
Persentase Stek Hidup (%) 7 88.89 88.22 84.44
Panjang Akar (cm) 7 11.00 11.72 12.50
Bobot Basah Akar (g) 7 4.73 4.41 4.30
Bobot Kering Akar (g) 7 0.86 0.80 0.76
Jumlah Tunas 7 1.40 1.58 1.44
Tinggi Tunas (cm) 7 18.80a 18.66a 17.43b
Bobot Basah Tunas (g) 7 39.08 43.08 34.20
Bobot Kering Tunas (g) 7 3.43 3.92 3.39
Jumlah Daun 7 2.91 3.11 2.71
Keterangan: MSP = Minggu Setelah Perlakuan
Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada