• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1 Laju Pertumbuhan (GR) Ulat Sutera (Bombyx mori L.) Instar III, IV dan V. Hasil perhitungan laju pertumbuhan (GR) ulat sutera instar III, IV dan V yang diberi tanaman murbei Morus alba yang diperlakukan dengan pupuk dan tanpa pupuk dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini.

Gambar 4.1 Rata-Rata Laju Pertumbuhan Ulat Sutera (Bombyx mori L.) Yang Diberi Daun Murbei (Morus alba) Dengan Perlakuan Yang Diberi Pupuk dan Tanpa Pupuk Selama Instar III, IV dan V. Huruf Yang Sama Pada Pengamatan Berbeda Adalah Tidak Berbeda Nyata Pada Taraf 5% (p>0,05).

Dari Gambar 4.1 terlihat bahwa laju pertumbuhan (GR) ulat sutera instar III yang mengkonsumsi daun murbei Morus alba tanpa pupuk adalah 0,33 mg/hari lebih rendah dibandingkan ulat sutera yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk dengan nilai laju pertumbuhan sebesar 0,52 mg/hari dan secara analisis statistik berbeda nyata (p<0,05). Laju pertumbuhan (GR) ulat sutera instar IV untuk yang mengkonsumsi daun murbei tanpa pupuk sebesar 0,22 mg/hari lebih rendah dibandingkan ulat sutera yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk nilai laju pertumbuhan sebesar 0,30 mg/hari dan secara analisis statistik tidak berbeda nyata (p>0,05). Laju pertumbuhan (GR) ulat sutera instar V untuk yang mengkonsumsi daun

a a a b a a 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8

Instar III Instar IV Instar V

Nilai G R (m g/H ar i) Instar Tanpa Pupuk Pupuk

murbei tanpa pupuk sebesar 0,11 mg/hari lebih rendah dibandingkan ulat sutera yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk nilai laju pertumbuhan sebesar 0,16 mg/hari dan secara analisis statistik tidak berbeda nyata (p>0,05).

Dari hasil penelitian yang diperoleh bahwa laju pertumbuhan ulat sutera yang mengkonsumsi daun murbei Morus alba yang diberi pupuk lebih tinggi dari pada yang tanpa pupuk. Hal ini dikarenakan tanaman murbei yang diberi pupuk NPK memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi berupa protein dan kandungan air yang tinggi (Lampiran G dan J) . Menurut Lingga (1985), pemberian pupuk merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan unsur-unsur hara, sehingga ulat lebih banyak mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk. Banyaknya ulat mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk, maka laju pertumbuhan ulat tersebut semakin meningkat. Menurut Soeparno (1994), pertambahan bobot badan yang berbeda disebabkan karena konsumsi pakan yang berbeda. Konsumsi pakan merupakan salah satu faktor untuk mempengaruhi laju pertumbuhan ulat.

Dari data terlihat bahwa laju pertumbuhan pada Instar III berbeda nyata (p<0,05). Hal tersebut disebabkan karena pada instar III laju konsumsi pakan dibutuhkan lebih banyak, sehingga berpengaruh terhadap laju pertumbuhan. Menurut Rahmayanti & Sunarto (2008), kandungan nutrisi pada daun murbei merupakan hal yang perlu diketahui untuk keperluan pemberian makan pada ulat kecil maupun ulat besar. Di antara kandungan gizi yang penting diketahui pada daun murbei adalah air, protein, karbohidrat, dan kalsium. Kandungan air yang tinggi di dalam daun murbei diperlukan agar daun tidak keras dan dapat dimakan ulat sutera untuk mendorong pertumbuhan terutama pada instar I-III. Menurut Dewi & Setiohadi (2010), karbohidrat merupakan sumber energi untuk pertumbuhan dan kesehatan terutama ulat kecil (instar I-III). Konsumsi pakan dipengaruhi beberapa faktor, antara lain umur, ukuran tubuh, dan kualitas pakan yang diberikan, sedangkan instar IV dan V tidak berpengaruh nyata. Hal tersebut disebabkan karena pada instar tersebut laju konsumsi meningkat, tetapi laju pertumbuhan menurun. Menurut Tabashnik & Slanksy (1987), variasi jumlah dan proporsi nutrisi dalam makanannya (misalnya protein, karbohidrat, dan berbagai elemen lainnya) yang secara langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan maupun reproduksinya. Daun yang diberikan pada larva kecil (instar

I-xxxiii

III) adalah daun yang muda sedangkan daun yang diberikan pada larva besar (instar IV dan V) adalah daun tua. Menurut Rangaswami et al., (1976) dan Ekastuti et al., (1995), berat ringannya tubuh ulat sutera tergantung pada sedikit banyaknya menyimpan cadangan pakan.

4.2 Laju Konsumsi (CR) Ulat Sutera Instar III, IV dan V

Hasil perhitungan laju konsumsi (CR) ulat sutera instar III, IV dan V yang diberi tanaman murbei Morus alba yang diperlakukan dengan pupuk dan tanpa pupuk dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut ini.

Gambar 4.2Rata-Rata Laju Konsumsi (CR) Ulat Sutera (Bombyx mori L.) Yang Diberi Daun Murbei (Morus alba) Dengan Perlakuan Yang Diberi Pupuk Dan Tanpa Pupuk Selama Instar III, IV dan V. Huruf Yang Sama Pada Pengamatan Berbeda Adalah Tidak Berbeda Nyata Pada Taraf 5% (p>0,05).

Dari Gambar 4.2 terlihat bahwa rata-rata laju konsumsi (CR) ulat sutera instar III yang mengkonsumsi daun murbei Morus alba tanpa pupuk sebesar 0,67 mg/hari lebih rendah dibandingkan ulat sutera yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk dengan nilai rata-rata laju konsumsi (CR) sebesar 0,91 mg/hari dan secara analisis statistik tidak berbeda nyata (p>0,05). Rata-rata laju konsumsi (CR) ulat sutera instar IV untuk yang mengkonsumsi daun murbei tanpa pupuk sebesar 0,51 mg/hari lebih rendah dibandingkan ulat sutera yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk

a a a a a b 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4

Instar III Instar IV Instar V

Nilai CR ( m g/H ar i) Instar Tanpa Pupuk Pupuk

dengan nilai rata-rata laju konsumsi (CR) sebesar 0,56 mg/hari dan secara analisis statistik tidak berbeda nyata (p>0,05). Rata-rata laju konsumsi (CR) ulat sutera instar V untuk yang mengkonsumsi daun murbei tanpa pupuk sebesar 0,34 mg/hari lebih rendah dibandingkan ulat sutera yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk nilai laju konsumsi sebesar 0,50 mg/hari tetapi secara analisis statistik berbeda nyata (p<0,05). Hal ini dikarenakan tanaman murbei yang diberi pupuk NPK memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi berupa protein dan dan kadar air yang tinggi (Lampiran G dan J). Menurut Budisantoso et al., (1994), pupuk NPK mengandung unsur hara yang lebih banyak sehingga pertumbuhan luas daun tanaman murbei lebih besar dan menghasilkan daun yang lebih berkualitas.

Pada instar III dan IV laju konsumsi pada daun murbei Morus alba yang diberi pupuk tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan murbei tanpa pemberian pupuk., sedangkan pada instar V berbeda nyata (p<0,05). Menurut Gilmour (1965), ulat sutera akan makan sebanyak-banyaknya pada periode ulat besar, kemudian akan menimbun kelebihan energinya dalam lemak yang akan disimpan dalam fat body. Cadangan ini sangat penting untuk persiapan saat pengokonan. Menurut Slansky dan Scriber (1985), nilai CR akan menurun bila organisme tidak menyukai makanan yang disediakan untuk dimakan atau di dalam bahan makanan terdapat materi yang berbahaya untuk dimakan. Hal ini terjadi sebagai respon adaptif oleh ulat dimana organisme berusaha mereduksi masuknya racun yang berpotensi.

4.3 Efisiensi Konversi Pakan Yang Dicerna (ECD) Ulat Sutera Instar III, IV dan V

Hasil perhitungan efisiensi konversi pakan yang dicerna (ECD) ulat sutera instar III, IV dan V yang diberi tanaman murbei Morus alba yang diperlakukan dengan pupuk dan tanpa pupuk dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut ini.

xxxv

Gambar 4.3 Rata-Rata Nilai ECD Ulat Sutera (Bombyx mori L.) Yang Diberi Daun Murbei (Morus alba) Dengan Perlakuan Yang Diberi Pupuk

Dan Tanpa Pupuk Selama Instar III, IV dan V.

Huruf Yang Sama Pada Pengamatan Berbeda Adalah Tidak Berbeda Nyata Pada Taraf 5% (p>0,05).

Dari Gambar 4.3 terlihat bahwa konversi pakan yang dicerna (ECD) ulat sutera instar III yang mengkonsumsi daun murbei Morus alba tanpa pupuk sebesar 62,6% lebih rendah dibandingkan ulat sutera yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk dengan nilai konversi pakan yang dicerna (ECD). Konversi pakan yang dicerna (ECD) ulat sutera instar IV untuk yang mengkonsumsi daun murbei tanpa pupuk sebesar 56,55% lebih rendah dibandingkan ulat sutera yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk konversi pakan yang dicerna (ECD) sebesar 71% dan secara analisis statistik tidak berbeda nyata (p>0,05). Konversi pakan yang dicerna (ECD) ulat sutera instar V untuk yang mengkonsumsi daun murbei tanpa pupuk sebesar 36,05% lebih rendah dibandingkan ulat sutera yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk dengan nilai konversi pakan yang dicerna sebesar 51,8% dan berbeda nyata (p<0,05).

Dari hasil penelitian yang didapat bahwa nilai efisiensi konversi pakan yang dicerna (ECD) pada daun murbei Morus alba yang diberi pupuk lebih tinggi dibandingkan dengan daun murbei Morus alba tanpa pupuk walaupun secara statistik pada instar III dan IV tidak berbeda nyata (p>0,05). Menurut Beament et al., (1968), besarnya energi metabolisme yang dibutuhkan oleh ulat sutera tercermin dari rendahnya efisiensi konversi pakan yang dicerna, sedangkan pada instar V berbeda

a a a a a b 0 20 40 60 80 100 120

Instar III Instar IV Instar V

Nilai E CD ( % ) Instar Tanpa pupuk Pupuk

nyata (p<0,05). Menurut Waldbauer dan Friedman (1984), nilai ECD dipengaruhi oleh faktor-faktor berupa laju metabolisme, defisiensi vitamin, dan ketidakseimbangan nutrisi lainnya. Nilai ECD juga dipengaruhi oleh pertambahan bobot badan, bahan kering pakan yang dikonsumsi dan berat kering feses yang diekskresikan.

4.4 Efisiensi Konversi Pakan Yang Dimakan (ECI) Ulat Sutera Instar III, IV dan V

Hasil perhitungan efisiensi konversi pakan yang dikonsumsi (ECI) ulat sutera instar III, IV dan V yang diberi tanaman murbei Morus alba yang diperlakukan dengan pupuk dan tanpa pupuk dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut ini.

Gambar 4.4 Rata-Rata Konversi Pakan Yang Dikonsumsi (ECI) Ulat Sutera

(Bombyx mori L.) Yang Diberi Daun Murbei (Morus alba) Dengan Perlakuan Yang Diberi Pupuk Dan Tanpa Pupuk Selama Instar III, IV dan V. Huruf Yang Sama Pada Pengamatan Berbeda Adalah Tidak Berbeda Nyata Pada Taraf 5% (p>0,05).

Dari Gambar 4.4 di atas terlihat bahwa efisiensi konversi pakan yang dimakan (ECI) ulat sutera instar III untuk yang mengkonsumsi daun murbei tanpa pupuk sebesar 66,95% lebih rendah dibandingkan ulat sutera yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk dengan nilai konversi pakan yang dimakan sebesar 70%. Efisiensi konversi pakan yang dimakan (ECI) ulat sutera instar IV untuk yang mengkonsumsi daun murbei yang tanpa pupuk sebesar 35,05% lebih rendah dibandingkan ulat sutera

a a a a b b 0 20 40 60 80 100 120

Instar III Instar IV Instar V

Nilai E CI (% ) Instar Tanpa Pupuk Pupuk

xxxvii

yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk dengan nilai konversi pakan yang dimakan sebesar 53,85%. Efisiensi konversi pakan yang dimakan (ECI) ulat sutera instar V untuk yang mengkonsumsi daun murbei yang tanpa pupuk sebesar 15,75% lebih rendah dibandingkan ulat sutera yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk dengan nilai konversi pakan yang dimakannya sebesar 48,4%.

Dari hasil penelitian yang didapat bahwa nilai efisiensi konversi pakan yang dimakan (ECI) pada daun murbei Morus alba yang diberi pupuk lebih tinggi dibandingkan dengan daun murbei Morus alba tanpa pupuk walaupun secara statistik pada instar III tidak berbeda nyata (p>0,05), sedangkan pada instar IV dan V berbeda nyata (p<0,05). Menurut Katsumata (1964), pada setiap instar, mula-mula makanannya sedikit lalu semakin bertambah, sedangkan lamanya waktu yang digunakan larva-larva itu makin berangsur-angsur menjadi panjang. Banyaknya daun yang dimakan ulat sutera berangsur-angsur bertambah sesuai dengan perkembangan hidupnya.

Menurut Samsijah & Kusumaputra (1978), menyatakan bahwa konsumsi pakan larva meningkat pesat dari instar IV ke instar V, hal ini dihubungkan dengan pembentukan kelenjar sutera. Menurut Scriber & Slansky (1981), nilai efisiensi konversi pakan yang dimakan (ECI) bervariasi tergantung pada makanan yang dicerna dan proporsi jumlah bagian makanan yang diubah menjadi massa tubuh, dan dimetabolisme untuk menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

4.5 Perkiraan Pakan Yang Dicerna (AD) Ulat Sutera Instar III, IV dan V

Hasil perhitungan perkiraan pakan yang dicerna (AD) ulat sutera instar III, IV dan V yang diberi tanaman murbei Morus alba yang diperlakukan dengan pupuk dan tanpa pupuk dapat dilihat pada Gambar 4.5 berikut ini

Gambar 4.5 Rata-Rata Perkiraan Pakan Yang Dicerna (AD) Ulat Sutera

(Bombyx mori L.) Yang Diberi Daun Murbei (Morus alba) Dengan Perlakuan Yang Diberi Pupuk Dan Tanpa Pupuk Selama Instar III, IV dan V. Huruf Yang Sama Pada Pengamatan Berbeda Adalah Tidak Berbeda Nyata Pada Taraf 5% (p>0,05).

Dari Gambar 4.5 terlihat bahwa perkiraan pakan yang dicerna (AD) ulat sutera instar III untuk yang mengkonsumsi daun murbei tanpa pupuk sebesar 70,1% lebih rendah dibandingkan ulat sutera yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk dengan nilai perkiraan pakan yang dicernanya sebesar 70,3%. Perkiraan pakan yang dicerna (AD) ulat sutera instar IV untuk yang mengkonsumsi daun murbei tanpa pupuk sebesar 51,55% lebih rendah dibandingkan ulat sutera yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk dengan nilai perkiraan pakan yang dicernanya sebesar 68,35%. Perkiraan pakan yang dicerna (AD) ulat sutera instar V untuk yang mengkonsumsi daun murbei tanpa pupuk sebesar 48,8% lebih rendah dibandingkan ulat sutera yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk dengan nilai perkiraan pakan yang dicernanya sebesar 61,75%.

Dari hasil penelitian yang didapat bahwa nilai perkiraan pakan yang dicerna (AD) pada daun murbei Morus alba yang diberi pupuk lebih tinggi dibandingkan dengan daun murbei Morus alba tanpa pupuk. Menurut Budisantoso et al., (1994), pemberian pupuk memberikan pertumbuhan tanaman yang optimal, dimana pertumbuhan tanaman murbei yang optimal dinyatakan dalam produktifitas daun yang dihasilkan. Menurut Purwanti (2007), semakin besar tahap instar larva maka semakin

a a a a b a 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Instar III Instar IV Instar V

Nilai AD ( % ) Instar Tanpa Pupuk Pupuk

xxxix

tinggi nilai konversi pakanya, yang berarti bahwa larva tersebut semakin tidak efisien dalam menggunakan pakan.

Dari data terlihat bahwa pada instar III dan V tidak berbeda nyata, (p>0,05), sedangkan pada instar IV berbeda nyata (p<0,05). Menurut Waldbauer dan Friedman (1984), nilai perkiraan pencernaan (AD) dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu laju perjalanan makanan melalui usus dan kandungan materi yang dapat dicerna.

4.6 Pola Nilai Indeks Nutrisi Ulat Sutera pada GR dan CR Instar III, IV dan V Yang Diberi Daun Murbei Morus alba Yang Diperlakukan Dengan Pupuk dan Tanpa Pupuk

Gambar 4.6 Rata-rata pola nilai indeks nutrisi ulat sutera pada GR dan CR yang diberi daun murbei (Morus alba) selama instar III, IV dan V yang diperlakukan dengan pupuk dan tanpa pupuk

Dari Gambar 4.6 terlihat bahwa indeks nutrisi pada Bombyx mori L. dengan pemberian Morus alba yang diberi pupuk lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pupuk. Secara umum terlihat bahwa indeks nutrisi yang terdiri dari GR dan CR lebih tinggi pada larva instar III dibandingkan larva instar IV dan V. Hal ini disebabkan larva instar III membutuhkan pertumbuhan yang lebih optimal dibandingkan dengan larva instar IV dan V, sehingga larva instar III lebih banyak membutuhkan makanan. Menurut Samsijah & Andadari (1992), larva instar III memerlukan daun yang tidak begitu keras, banyak mengandung air, karbohidrat, dan protein yang akan mendorong laju pertumbuhan. Larva IV-V memerlukan pakan dengan kandungan protein yang

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,91 GR CR GR CR

tanpa pupuk pupuk

Nilai In d ek s Nutr isi ( m g/H ar i)

Parameter Nilai Indeks Nutrisi

instar III instar IV instar V

tinggi berguna untuk mempercepat pertumbuhan kelenjar sutera namun dengan kadar air yang rendah.

Pemberian pupuk Urea, TSP dan NPK pada tanaman murbei menyebabkan kandungan nutrisi berupa protein dan kandungan air pada daun murbei menjadi tinggi sehingga ulat sutera lebih banyak mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk. Menurut Herliana et al., (2008), hal ini berhubungan dengan kemampuan ulat sutera untuk mengenali pakannya. Dengan banyaknya ulat mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk pertumbuhan ulat juga semakin besar sehingga ulat tersebut semakin efisien dalam memanfaatkan makanan. Menurut Ahmad et al., (1995), pertumbuhan ulat sutera akan tetap optimal walaupun sumber makanannya dibatasi, karena pada tanaman yang sudah diberi pupuk mempunyai kandungan berupa protein dan kandungan air yang tinggi sebagai sumber nutrisi, maka walaupun makanannya sedikit tetapi mencukupi untuk pertumbuhan ulat sutera.

4.7 Pola Nilai Indeks Nutrisi Ulat Sutera pada ECD, ECI dan AD Instar III, IV dan V Yang Diberi Daun Murbei Morus alba Yang Diperlakukan Dengan Pupuk dan Tanpa Pupuk

Gambar 4.7 Rata-rata pola nilai indeks nutrisi ulat sutera pada ECD, ECI dan AD yang diberi daun murbei (Morus alba) selama instar III, IV dan V yang diperlakukan dengan pupuk dan tanpa pupuk

Dari Gambar 4.7 terlihat bahwa indeks nutrisi pada Bombyx mori L. yang terdiri dari ECD, ECI dan AD dengan pemberian Morus alba yang diberi pupuk lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pupuk. Menurut Kusumaputera (1975), pemupukan

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

ECD ECI AD ECD ECI AD

Tanpa Pupuk Pupuk

Nilai In d ek s Nutr isi ( % )

Parameter Nilai Indeks Nutrisi

Instar III Instar IV Instar V

xli

merupakan salah satu faktor yang menentukan mutu daun disamping faktor-faktor yang lain seperti varietas, cuaca dan sebagainya.

Nilai ECD pada perlakuan pupuk dan tanpa pupuk yang paling besar yaitu pada ulat sutera instar III sedangkan nilai ECD terkecil yaitu pada ulat sutera instar V. Efisiensi konversi pakan yang dicerna menunjukkan pakan diasimilasi untuk tumbuh sebagai energi metabolisme. Menurut Scriber dan Slansky (1981), nilai ECD menggambarkan proporsi dari asimilasi makanan antara produksi biomassa dan nilai respirasi serta faktor-faktor lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi nilai ECD termasuk jumlah dan laju metabolisme yang berhubungan dengan (1) laju pertumbuhan dan lamanya perkembangan, (2) taraf penyimpanan makanan terhadap pertumbuhan, (3) katabolisme dari kelebihan nutrisi, (4) produksi, pemeliharaan dan penggunaan enzim detoksifikasi, (5) produksi air metabolik dan panas metabolik, dan aktivitas metabolik lainnya, disamping aktivitas tingkah laku seperti makan, berlari, merayap, terbang, dan menghasilkan suara.

Nilai ECI pada perlakuan pupuk dan tanpa pupuk yang paling besar yaitu pada ulat sutera instar III sedangkan nilai ECI terkecil yaitu pada ulat sutera instar V. Hal ini dikarenakan ulat sutera instar III memanfaatkan makanan untuk pertumbuhan ke tahapan ulat dewasa sedangkan ulat sutera instar V sebagian besar pakan digunakan untuk proses metabolisme dan untuk sintesis sutera. Nilai AD pada perlakuan pupuk dan tanpa pupuk yang paling besar yaitu pada ulat sutera instar III sedangkan nilai AD terkecil yaitu pada ulat sutera instar V. Hal ini diduga karena ulat sutera instar III memilih daun yang muda untuk dimakan sedangkan instar IV dan V lebih suka makan daun yang tua atau agak tua.

BAB 5

Dokumen terkait