• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kualitas Daun Murbei Morus alba Terhadap Indeks Nutrisi Ulat Sutera Bombyx mori L. (Lepidoptera:Bombicidae)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Kualitas Daun Murbei Morus alba Terhadap Indeks Nutrisi Ulat Sutera Bombyx mori L. (Lepidoptera:Bombicidae)"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KUALITAS DAUN MURBEI Morus alba TERHADAP

INDEKS NUTRISI ULAT SUTERA Bombyx mori L.

(LEPIDOPTERA:BOMBICIDAE)

SKRIPSI

SUSI SUSANTI

080805071

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH KUALITAS DAUN MURBEI Morus alba TERHADAP

INDEKS NUTRISI ULAT SUTERA Bombyx mori L.

(LEPIDOPTERA:BOMBICIDAE)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

SUSI SUSANTI

080805071

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ii

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH KUALITAS DAUN MURBEI Morus alba TERHADAP INDEKS NUTRISI ULAT SUTERA

Bombyx mori L. (LEPIDOPTERA:BOMBICIDAE)

Kategori : SKRIPSI

Nama : SUSI SUSANTI

Nomor Induk Mahasiswa : 080805071

Program Studi : SARJANA (S1) BIOLOGI

Departemen : BIOLOGI

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, April 2013 Komisi Pembimbing :

Pembimbing II Pembimbing I

Drs. Nursal, M. Si Masitta Tanjung, S.Si, M. Si

NIP. 19610903 199103 1 002 NIP. 19710910 200012 2 001

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Biologi FMIPA USU Ketua,

(4)

PERNYATAAN

PENGARUH KUALITAS DAUN MURBEI Morus alba TERHADAP INDEKS NUTRISI ULAT SUTERA Bombyx mori L. (LEPIDOPTERA:BOMBICIDAE)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, April 2013

(5)

iv

PENGHARGAAN

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas rahmat dan ridha-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kualitas Daun Murbei Morus alba Terhadap Indeks Nutrisi Ulat Sutera Bombyx mori L. (Lepidoptera:Bombicidae)”sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sains pada Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Masitta Tanjung, S.Si, M.Si selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Drs. Nursal, M.Si selaku Dosen Pembimbing II atas segala arahan, motivasi, dan atas segala waktu yang telah disediakan bagi penulis. Terima kasih juga kepada Bapak Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M.Biomed selaku Dosen Penguji I dan kepada Bapak Drs. M. Zaidun Sofyan, M.Si selaku Dosen Penguji II atas segala bimbingan dan masukan yang telah diberikan sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc selaku Ketua Departemen Biologi FMIPA USU, Bapak Drs. Kiki Nurtjahja, M.Sc selaku Sekretaris Departemen Biologi FMIPA USU dan Ibu Dra. Nunuk Priyani, M.Sc selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah banyak memberikan arahan dan motivasi mulai awal perkuliahan hingga penulisan skripsi ini, Ibu Nurhasni Muluk selaku laboran Departemen Biologi, Ibu Roslina Ginting dan Bang Erwin selaku staff pegawai di Departemen Biologi, dan kepada seluruh dosen di Departemen Biologi atas segala ilmu pengetahuan dan perkuliahan yang diberikan yang sangat bermanfaat sebagai bekal di masa depan. Kepada Bapak Drs. Firman Sebayang MS selaku kepala Laboratorium Biokimia dan bang Feri Susanto S.Si selaku asisten Laboratorium Biokimia Departemen Kimia FMIPA USU yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih khusus kepada Alm. Ayahanda H. Suhaimi Ritonga dan Ibunda Hj. Rumini yang selalu memberikan inspirasi, semangat dan doa yang tak hentinya kepada penulis. Kepada kakanda Mustafa, Sri Zuliani S.E, Rudi Syahputra S.T, Ali Armaya S.T, Fadli, Fitri Handa Yati S.Pd, Meida Wati A.Mk dan adik penulis Sapri dan Roby yang dengan tulus memberikan perhatian dan kasih sayang kepada penulis. Juga kepada kakanda Yudi Setiawan S.E yang telah memberikan perhatian dan motivasi kepada penulis.

(6)

asuh Yesvitha Ritonga S.Si dan adik asuh Dian Lestari Lubis , kepada kakak stambuk 2007 atas segala bantuan dan motivasinya.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap karya yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, penulis pada khususnya dan para pembaca serta bermanfaat bagi bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Amin Ya Robbal ‘alamin.

Medan, April 2013

(7)

vi

PENGARUH KUALITAS DAUN MURBEI Morus alba TERHADAP INDEKS

NUTRISI ULAT SUTERA Bombyx mori L. (LEPIDOPTERA:BOMBICIDAE)

ABSTRAK

Penelitian tentang pengaruh kualitas daun murbei Morus alba terhadap indeks nutrisi ulat sutera Bombyx mori L. telah dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan dan Laboratorium Genetika, Departemen Biologi serta Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 perlakuan, yaitu perlakuan dengan tanaman murbei Morus alba yang diberi pupuk dan yang tidak diberi pupuk. Masing-masing perlakuan terdiri dari 20 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk Urea, TSP dan NPK pada tanaman murbei Morus alba memberi pengaruh nyata (p<0,05). Pemberian pupuk Urea, TSP dan NPK hanya dapat meningkatkan nilai laju pertumbuhan (GR) dan Laju konsumsi (CR) pada instar III, efisiensi konversi pakan yang dicerna (ECD) pada instar V, efisiensi konversi pakan yang dimakan (ECI) pada instar IV dan V, dan perkiraan pakan yang dicerna (AD) pada instar IV. Masing-masing sebesar 36% dan 26%, 30%, 34% dan 67%, 24%.

(8)

DAFTAR ISI

2.1 Biologi Ulat Sutera (Bombyx mori L.) 4

2.2 Klasifikasi Ulat Sutera (Bombyx mori L. ) 5 2.3 Siklus Hidup Ulat Sutera (Bombyx mori L.) 6

2.4 Tanaman Murbei 8

2.5 Morus alba 9

2.6 Pemupukan dan Parameter Indeks Nutrisi 10

4.2 Laju Konsumsi (CR) Ulat Sutera (Bombyx mori L.)

Instar III, IV dan V 23

4.3 Efisiensi Konversi Pakan Yang Dicerna (ECD) Ulat Sutera

(Bombyx mori L.) Instar III, IV dan V 25

4.4 Efisiensi Konversi Pakan Yang Dimakan (ECI) Ulat Sutera

(Bombyx mori L.) Instar III, IV dan V 26

4.5 Perkiraan Pakan Yang Dicerna (AD) Ulat Sutera

(9)

viii

4.6 Pola Indeks Nutrisi Ulat Sutera Pada GR dan CR

Instar III, IV dan V 29

4.7 Pola Indeks Nutrisi Ulat Sutera Pada ECD, ECI dan AD

Instar III, IV dan V 30

Bab 5 kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 32

5.2 Saran 32

Daftar Pustaka 33

(10)

DAFTAR GAMBAR

Yang Diberi Pupuk dan Tanpa Pupuk Selama Instar III, IV dan V

Gambar 4.2 Rata-Rata Laju Konsumsi (CR) Ulat Sutera (Bombyx mori L.) 23 Yang Diberi Daun Murbei (Morus alba) Dengan Perlakuan

Yang Diberi Pupuk Dan Tanpa Pupuk Selama Instar III, IV dan V

Gambar 4.3 Rata-Rata Nilai ECD Ulat Sutera (Bombyx mori L.) 25 Yang Diberi Daun Murbei (Morus alba) Dengan Perlakuan

Yang Diberi Pupuk Dan Tanpa Pupuk Selama Instar III, IV dan V

Gambar 4.4 Rata-Rata Konversi Pakan Yang Dikonsumsi (ECI) 26 Ulat Sutera (Bombyx mori L.) Yang Diberi Daun Murbei

(Morus alba) Dengan Perlakuan Yang Diberi Pupuk Dan Tanpa Pupuk Selama Instar III, IV dan V

Gambar 4.5 Rata-Rata Perkiraan Pakan Yang Dicerna (AD) Ulat Sutera 28 (Bombyx mori L.) Yang Diberi Daun Murbei (Morus alba)

Dengan Perlakuan Yang Diberi Pupuk Dan Tanpa Pupuk Selama Instar III, IV dan V

Gambar 4.6 Pola Indeks Nutrisi Ulat Sutera Pada GR dan CR

Instar III, IV dan V 29

Gambar 4.7 Pola Indeks Nutrisi Ulat Sutera Pada ECD, ECI dan AD

(11)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A. Nilai Indeks Nutisi Laju Pertumbuhan (GR) 36 Lampiran B. Nilai Indeks Nutisi Laju Konsumsi (CR) 37 Lampiran C. Nilai Indeks Nutisi Efisiensi Dari Konversi Pakan 38

Yang Dicerna (ECD)

Lampiran D. Nilai Indeks Nutisi Efisiensi Dari Konversi Pakan 39 yang Dimakan Larva (ECI)

Lampiran E. Nilai Indeks Nutrisi Perkiraan Pakan Yang Dicerna (AD) 40 Lampiran F. Analisis Unsur Hara Tanaman Murbei Morus alba 41 Lampiran G. Pengukuan Kadar Protein Daun Murbei Morus alba 42 Lampiran H. Pengukuran Kadar Karbohidrat Daun Murbei Morus alba 43

Lampiran I. Pengukuran Kadar Lemak Daun Murbe Morus alba 44 Lampiran J. Pengukuran Kadar Air Daun Murbei Morus alba 45 Lampiran K. Pengukuan Kadar Abu Daun Murbei Morus alba 46 Lampiran L. Pengukuran Faktor Lingkungan 47 Lampiran M. Contoh Hasil Uji Statistik GR Ulat Sutera (Bombyx mori L.) 49

Yang Diberi Daun Murbei Morus alba Dengan Perlakuan Selama Instar III

(12)

PENGARUH KUALITAS DAUN MURBEI Morus alba TERHADAP INDEKS

NUTRISI ULAT SUTERA Bombyx mori L. (LEPIDOPTERA:BOMBICIDAE)

ABSTRAK

Penelitian tentang pengaruh kualitas daun murbei Morus alba terhadap indeks nutrisi ulat sutera Bombyx mori L. telah dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan dan Laboratorium Genetika, Departemen Biologi serta Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 perlakuan, yaitu perlakuan dengan tanaman murbei Morus alba yang diberi pupuk dan yang tidak diberi pupuk. Masing-masing perlakuan terdiri dari 20 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk Urea, TSP dan NPK pada tanaman murbei Morus alba memberi pengaruh nyata (p<0,05). Pemberian pupuk Urea, TSP dan NPK hanya dapat meningkatkan nilai laju pertumbuhan (GR) dan Laju konsumsi (CR) pada instar III, efisiensi konversi pakan yang dicerna (ECD) pada instar V, efisiensi konversi pakan yang dimakan (ECI) pada instar IV dan V, dan perkiraan pakan yang dicerna (AD) pada instar IV. Masing-masing sebesar 36% dan 26%, 30%, 34% dan 67%, 24%.

(13)

xi

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ulat sutera (Bombyx mori L.) merupakan salah satu jenis serangga yang mempunyai nilai ekonomis tinggi bagi manusia. Serangga ini adalah produsen serat sutera yang merupakan bahan baku sutera dibidang pertekstilan, benang bedah, parasut dengan kualitas tinggi, dan belum bisa dikalahkan oleh serat sutera buatan (Sampe et al, 1993). Kegiatan persuteraan alam merupakan salah satu upaya untuk mendukung program rehabilitasi lahan dengan meningkatkan daya dukung lahan melalui budidaya tanaman murbei yang dikombinasikan dengan pemeliharaan ulat sutera dan penanganan pasca panennya. Usaha sutera alam dipandang sebagai salah satu usaha yang mempunyai harapan untuk mensejahterakan masyarakat karena sifatnya yang padat karya dan dapat dengan memanfaatkan kawasan hutan yang masih terlantar (Fauziah, 2007).

Menurut Sunanto (1997), daun murbei merupakan pakan tunggal dengan tingkat palatabilitas tinggi bagi Bombyx mori L. Pada daun murbei terdapat suatu zat perangsang yaitu glukosida dan penolakan memakan daun tumbuhan lain karena tidak adanya zat perangsang tersebut. Menurut Sangaku (1975), bahwa ulat sutera menggunakan indera penciumnya dalam memilih-milih daun untuk dikonsumsi.

(14)

Untuk meningkatkan hasil industri persuteraan alam ini perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitas daun murbei, karena daun murbei merupakan pakan ulat sutera (Budisantoso, 1990). Kualitas daun murbei sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, baik oleh kesuburan tanah, derajat keasaman, bentuk pemangkasan, pengairan, tebal tipisnya daun dan lama mendapat sinar matahari. Untuk mempertahankan struktur tanah pada kebun murbei diperlukan humus yang cukup, karena itu sangat dianjurkan pemberian pupuk dan bahan organik lain (Samsijah, 1984).

Pupuk organik (pupuk kandang) merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dibanding bahan pembenah lainnya. Nilai pupuk yang dikandung pupuk organik pada umumnya rendah dan sangat bervariasi, misalkan unsur nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K) tetapi juga mengandung unsur mikro esensial lainnya. Sebagai bahan yang dapat memperbaiki struktur tanah, pupuk organik membantu dalam mencegah terjadinya erosi dan mengurangi terjadinya retakan tanah. Pemberian bahan organik mampu meningkatkan kelembapan tanah. Nitrogen dan unsur hara lain yang dikandung pupuk organik dilepaskan secara perlahan-lahan. Penggunaan secara berkesinambungan akan banyak membantu dalam kesuburan tanah (Sutanto, 2002).

1.2 Perumusan Masalah

(15)

xiii

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas daun murbei terhadap indeks nutrisi pada ulat sutera (Bombyx mori L.) yang diberi pakan daun murbei jenis Morus alba dan pengolahan lahan di pupuk dan tanpa pupuk.

1.4 Hipotesa penelitian

Pemberian pupuk pada daun murbei (Morus alba) akan meningkatkan indeks nutrisi pada ulat sutera (Bombyx mori L.).

1.5 Manfaat

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Ulat Sutera (Bombyx mori L.)

Ulat dari beberapa jenis ngengat diketahui dapat menghasilkan sutera. Salah satu jenis yang penting adalah Bombyx mori. Jenis ini merupakan satu dari kurang lebih100 anggota keluarga Bombycidae yang hidup didaerah tropis (Borror et al., 1992). Bombyx mori merupakan ulat sutera yang memakan daun murbei (Morus spp.) dan ditemukan pertama kali di cina 3000 tahun sebelum masehi. Nama Bombyx mori dapat ditafsirkan dari kata ”Bombyx” yaitu serangga penghasil serat dan ”mori” yang berasal dari morus (murbei) yang daunnya merupakan makanan ulat sutera (Samsijah dan andadari, 1995).

Ngengat Bombyx mori memilliki dua atau tiga garis coklat pada sayapnya, tubuh besar dengan sayap kecil, karena itu setelah menjadi dewasa tidak bisa terbang (Borror et al., 1992). Tubuh Ngengat terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kepala, dada dan perut. Kepala mempunyai bentuk oval. Anggota bagian kepala adalah anterna, mandibula. Maxilla, labium dan labrum. Bagian dada (thorax) terbagi atas tiga segmen, yaitu prothorax, mesothorax dan metathorax. Bagian pertama (prothorax) lebih berkembang, sedang bagian kedua (mesothorax) dan ketiga (metathorax) berfusi atau bergabung. Bagian perut (abdomen) terdiri dari delapan segmen untuk jantan dan tujuh segmen untuk betina. Bagian akhir segmen perut dari ngengat jantan dan betina termodifikasi secara sempurna sebagai organ kelamin (Setiana, 1997).

(17)

xv

yang disebut protohorax, mesothorax, dan metathorax, pada bagian dada terdapat sepasang kaki yang disebut kaki dada (”thorasix legs”). Perut terdiri dari 9 segmen. Bagian akhir dari segmen perut dibentuk oleh tiga segmen yang menjadi satu. Kulit betina terdapat sepasang bintik pada segmen ke 11 dan ke 12 yang disebut ” kuncup Imaginal ishiwata ” (Soo – Ho Lim et al., 1990).

Di dalam tubuh ulat sutera terdapat badan malphigi, susunan saraf, peredaran darah, usus, hati, otot, anus. Saluran pencernaan makanan terdiri dari usus bagian depan, usus bagian tengah dan usus bagian belakang. Usus bagian tengah menyusun sebagian besar saluran pencernaan dan mempunyai membran ”peritrophic” pada bagian dalamnya yang akan diganti pada waktu ulat tidur dan pada tahap tiap-tiap instar. Usus bagian belakang terdiri dari ileum, colon dan rektum. Membran dalamnya bersamaan dengan usus bagian depan diganti pada waktu ulat tidur. Saluran pencernaan makanan secara berangsur-angsur tidak berfungsi setelah ulat mengokon. Umumnya selama stadia larva ulat sutera, mengalami pergantian kulit sebanyak empat kali, tetapi beberapa jenis ada yang mengalami tiga atau lima kali pergantian kulit (Soo-Ho Lim et al., 1990).

2.2Klasifikasi Ulat Sutera (Bombyx mori L.)

Menurut Borror et al., (1992), klasifikasi dari Bombyx mori L. adalah sebagai berikut:

(18)

Genus : Bombyx

Spesies : Bombyx mori L.

Ulat sutera termasuk serangga yang selama hidupnya mengalami metamorfosis sempurna (holometabola) yaitu dimulai dari telur, ulat (larva), kepompong (pupa) dan ngengat (imago). Bombyx mori L. Tergolong Endopterigota yaitu serangga yang perkembangan sayapnya terjadi di dalam badan dan fase pradewasa berbeda dengan fase dewasa, baik dalam prilaku, makanan maupun bentuknya. (Samsijah 1992 dalam Sampe et al, 2003).

Larva ulat sutera (Bombyx mori L.) mempunyai tanduk anal yang pendek dan memakan daun murbei (Morus sp.). Larva ulat sutera ini tumbuh dan memintal kokon dalam waktu kira-kira enam minggu. (Borror et al., 1992).

2.3 Siklus Hidup Ulat Sutera (Bombyx mori L.)

Menurut Jumar (2000), siklus hidup adalah suatu rangkaian berbagai stadia yang terjadi pada seekor serangga selama pertumbuhannya, sejak dari telur sampai menjadi dewasa. Perkembangan pasca-embrionik atau perkembangan insekta setelah menetas dari telur akan mengalami serangkaian perubahan bentuk dan ukuran hingga mencapai serangga dewasa.

Perubahan bentuk dan ukuran yang bertahap disebut dengan metamorfosis. Ulat sutera merupakan salah satu serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Sepanjang hidupnya, ulat sutera mengalami empat fase, yaitu fase telur, larva, pupa dan imago. Pada fase larva terdiri dari beberapa tahap yaitu instar I sampai instar V (Borror et al., 1992).

a. Telur

(19)

xvii

menyebabkan telur menjadi tidak aktif, maka telur dapat menetas setelah 4-10 bulan, bila suhu normal telur akan menetas setelah 9-12 hari (Mujiono, 2000).

Gambar 1. Siklus hidup ulat sutera (Bombyx mori L.) (sumber. http://img11.imagesha ck.us/img11/1928/silkworm.jpg)

b. Larva

Menurut Wyman (1974) perkembangan ulat sutera terjadi perubahan instar dimana pada setiap perubahan instar ditandai dengan adanya molting. Lamanya dalam tahapan instar adalah instar I berlangsung selama 3-4 hari, instar II lamanya 2-3 hari, instar III selama 3-4 hari, instar IV selama 5-6 hari dan instar V selama 6-8 hari.

(20)

c. Imago

Pada tahapan imago berlangsung selama 5-7 hari. Pada tahap imago merupakan tahapan yang reproduktif dimana terjadi perkawinan, dan betina mengeluarkan telur-telurnya. Kupu-kupu ini tidak dapat terbang dan kehilangan fungsional dari bagian mulutnya, sehingga tidak dapat mengkonsumsi makanan. Atmosoedarjo et al., (2000) dalam Subandy (2008), menyatakan bahwa pertumbuhan ulat sutera sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim di lokasi pemeliharaan, yaitu suhu, kelembaban nisbi, kualitas udara, aliran udara, cahaya, dan sebagainya.

d. Pupa

Perubahan dari larva menjadi pupa ditandai dengan berhentinya aktivitas makan. Proses pergantian kulit larva menjadi pupa akan terjadi di dalam kokon. Pembentukan pupa berlangsung 4-5 hari setelah ulat selesai mengeluarkan serat sutera untuk membentuk kokon. Lama masa pupa 9-14 hari. Menurut Siregar (2009), dalam bentuk pupa tidak tampak gejala hidup, pada hal terjadi perubahan besar yang sukar dilukiskan. Tungkai tambahan yang terdapat disepanjang perut ulat menghilang. Pada bagian dada muncul tiga pasang tungkai baru berbentuk tungkai dewasa. Bentuk tungkai baru ini lebih panjang dan lebih langsing. Selain itu disusun pula sayap, sistem otot baru dan semua bagian tubuh dewasanya.

2.4 Tanaman Murbei (Morus)

(21)

xix

Daun murbei merupakan salah satunya pakan bagi ulat sutera jenis Bombyx mori L, dimana produksi dan kualitasnya 38% berpengaruh terhadap produksi dan kualitas kokon yang dihasilkan. Tanaman murbei merupakan tanaman tahunan yang dapat dimanfaatkan lebih dari 10 tahun. Jenis pohon murbei yang dibudidayakan saat ini berasal dari varietas unggul, antara lain yang dikenal sampai saat ini varietas Morus cathayana, M.multicaulis dan M. alba van kanva-2. Penanaman pohon murbei dilakukan dengan sistem kebun murni atau tumpangsari. Pada umur 9 bulan tanaman mulai dipangkas dan pemanfaatan daun dimulai dari 2-3 bulan berikutnya. Berat daun yang dihasilkan pohon sekitar 0,7-1kg yang mencukupi pakan sekitar 40 ekor ulat.

Tanaman murbei berbentuk semak (perdu) yang tingginya sekitar 5-6 meter. atau berbentuk pohon yang tingginya mencapai 20-50 meter. Batangnya memiliki warna yang bermacam – macam, yaitu hijau, hijau kecoklatan dan hijau agak kelabu. Tanaman ini memiliki banyak percabangan yang arahnya tegak, mendatar atau menggantung. Tanaman murbei berdaun tunggal dan terletak pada cabang spiral, tulang daun sebelah bawah tampak jelas (Sunanto, 1997).

2.5 Morus alba

(22)

a. Deskripsi tanaman

Dibudidaya di berbagai tempat baik daerah dengan iklim subtropis maupun tropis. Tanaman ini tergolong tanaman yang cepat tumbuh, berumur pendek dan memiliki tinggi 10-20 m. Pada saat masa pertumbuhan, panjang daunnya dapat mencapai 30 cm dan terdapat banyak lobus sedangkan pada saat dewasa, panjang daunnya hanya mencapai 5-15 cm serta tidak memiliki lobus. Daunnya selalu gugur di musim gugur serta selalu hijau di daerah beriklim tropis.

b. Habitat dan penyebaran

Murbei (Morus alba) merupakan tanaman asli dari Cina yang tersebar luas hampir di seluruh tempat baik di daerah dengan iklim tropis maupun sub tropis. Murbei dapat tumbuh baik pada ketinggian lebih dari 100 mdpl dan cukup matahari. Pohon murbei relatif besar dengan ketinggian 9-12 m serta diameter 0,5 cm.

c. Kandungan dan manfaat tanaman

Murbei dikenal juga sebagai tumbuhan sutra karena dapat dijadikan tempat hidup ulat sutra. Selain bermanfaat dalam memproduksi sutra, secara empiris masyarakat telah memanfaatkan murbei sebagai obat tradisional untuk flu, malaria, hipertensi, asma, obat hipertensi, palpitasi, diabetes, insomnia, vertigo, anemia, hepatitis dan diabetes melitus (Hariana, 2008).

2.6 Pemupukan dan Parameter Indeks Nutrisi

(23)

xxi

produksinya. Pupuk dapat dibuat dari bahan organik ataupun non-organik (sintetis). Pupuk organik bisa dibuat dalam bermacam-macam bentuk meliputi cair, curah, tablet, pelet, briket, atau granul. Pemilihan bentuk ini tergantung pada penggunaan, biaya, dan aspek-aspek pemasaran (Suteja et al., 2008). Unsur hara N merupakan hara makro yang banyak diserap oleh tanaman, kemudian K dan P. Keseimbangan unsur hara terutama N dan K sangat menentukan terhadap produksi dan mutu tanaman (Rahardjo dan Pribadi, 2008).

Perlakuan terhadap tanaman murbei diperlukan untuk tujuan mendapatkan produksi daun yang optimal dan kualitas yang baik. Perlakuannya antara lain pembersihan gulma secara periodik, pembuatan serta pemeliharaan saluran drainase, pemberian pupuk, baik pupuk organik maupun pupuk kimia (NPK) secara periodik dengan porsi yang sesuai. Pengendalian hama dan penyakit (PHP) perlu dilakukan dengan cepat setelah serangan terjadi pada tanaman murbei. Pengambilan daun dilakukan pada pagi dan sore hari dan daun harus dijaga agar tetap segar misalnya menggunakan kain basah sebagai penutup.

Secara alami, sebenarnya unsur hara makro sudah tersedia dalam tanah, namun dalam keadaan tertentu perlu campur tangan manusia agar ketersediaanya menjadi cukup, dan perlu adanya pemupukan pada tanaman. Unsur hara yang penting yaitu nitrogen yang memiliki peran utama bagi tanaman untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, terutama batang, cabang, dan daun. Nitrogen juga berperan penting dalam hal pembentukan hijau daun, yang berperan penting dalam proses fotosintesis. Nitrogen dapat membentuk protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik yang lain.

(24)

Unsur makro memegang peranan penting dalam pertumbuhan, sehingga hampir semua pupuk akan mengambil unsur ini sebagai poin penting. Hanya yang membedakan adalah jumlah komposisi dan kandungan zat terlarut yang dimasukkan. Kondisi perbedaan komposisi NPK memang harus dilakukan untuk menyesuaikan dengan tahapan usia tanaman. Pada saat bibit, remaja, dewasa, dan indukan punya kebutuhan unsur makro yang tidak sama. Jadi untuk perkembangan maksimal, membutuhkan pupuk yang seimbang, agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan keinginan.

Pertumbuhan tanaman diupayakan untuk menghasilkan tanaman yang sehat dan mampu mengeluarkan karakter warna. kebutuhan kedua faktor itu bisa dipenuhi dengan mengandalkan unsur P dan K yang mempunyai komposisi lebih besar, namun bukan berarti Nitrogen (N) tidak diperlukan, karena unsur ini tetap dibutuhkan, kebutuhan unsur ini tak terlalu besar. Unsur P dalam bentuk H2PO4- sangat penting untuk proses respirasi yang ada di bawah permukaan daun melalui stomata, selanjutnya untuk regenerasi, yaitu membentuk pembelahan sel.

Fosfor berperan penting dalam penyusunan asam nukleat dan molekul ATP untuk transfer energi, bila terjadi proses di permukaan daun, seperti respirasi dan transfer energi, maka otomatis struktur yang dimiliki juga mengikutinya, dengan membuat daun terlihat lebih mengkilat dan warna lebih mencolok. Unsur P juga mendukung proses fotosintesis sebagai pabrik pengolahan makanan di tanaman. Gejala kekurangan unsur P akan menyebabkan warna hijau daun lebih gelap dari yang normal, selain itu daun di bagian bawah sering berwarna keunguan terutama diantara tulang-tulang daun. Pada tahap kritis daun akan terlihat rapuh dan mudah layu (Sutanto, 2002).

(25)

xxiii

(Growth rate/GR), perkiraan jumlah pakan yang dicerna (Approximate digestibility/AD), efisiensi konversi pakan yang dicerna (Efficiency of conversion of ingested food/ECD), dan efisiensi konvesi makanan yang dimakan (efficiency of conversion of digested food/ECI). Efisiensi penggunaan makanan yang tinggi dapat dilihat sebagai indikator kualitas nutisi dari suatu makanan yang dapat berupa suatu makanan.

Laju pertumbuhan (GR) menggambarkan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai berakhir. Jika nilai GR berada di bawah nilai ideal maka ada kemungkinan kondisi fisik organisme tereduksi yang berimbas pada tereduksinya pula kesintasan nimfa. Pereduksian ini terjadi akibat dari perpanjangan periode kerentanan organisme terhadap predator atau parasitoid, juga karena gangguan dalam sinkronisasi antara siklus hidup dengan perubahan lingkungan abiotik, waktu kawin, fenologi tanaman inang, dan faktor lainnya (Herlina, 2008). Nilai GR dipengaruhi oleh beberapa interaksi yaitu nilai laju konsumsi (CR), perkiraan pencernaan (AD), dan nilai efisiensi konversi makanan yang dicerna (ECD) (Slansky dan Scriber, 1985).

Efisiensi konversi dari makanan yang dicerna (ECD) merupakan nilai yang mengukur proporsi dari asimilasi nutrisi yang dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Nilai ini dipengaruhi oleh faktor-faktor berupa laju metabolisme, defisiensi vitamin, dan ketidakseimbangan nutrisi lainnya (Waldbauer dan Friedman, 1991).

(26)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di lapangan dan di laboratorium. Persiapan di lapangan dilaksanakan dari bulan Mei 2011 sampai dengan Juni 2012 di depan Hutan Tridarma Universitas Sumatera Utara dan dilakukan penanaman murbei Morus alba sedangkan penelitian di laboratorium dilaksanakan dari bulan Juli 2012 sampai dengan November 2012 di Laboratorium Fisiologi Hewan dan Laboratorium Genetika, Departemen Biologi serta Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah peralatan kebun, cawan petri, kuas, keranjang plastik, timbangan digital, oven, botol selai dan botol aquadest.

Bahan yang digunakan adalah daun murbei Morus alba, telur ulat sutera, kertas karbon, kertas pembungkus makanan (kertas alas), kertas HVS, pupuk anorganik (Urea, TSP dan NPK), alumunium Foil dan aquadest.

3.3 Metodologi Penelitian

(27)

xxv

perlakuan dengan 20 kali ulangan. Perlakuan terdiri dari tanaman murbei Morus alba yang diberi pupuk dan tanpa diberi pupuk dengan simbol sebagai berikut:

P1 = Diberi pupuk, P2 = Tanpa diberi pupuk

3.4 Prosedur Kerja 3.4.1 Di lapangan

a. Persiapan Lahan (Pembersihan dan Pengolahan Lahan)

Sebelum lahan diolah terlebih dahulu dilakukan analisis kandungan unsur hara di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (Lampiran F). Lahan penanaman murbei (Morus alba) seluas 10 x 3 m yang berada di depan Hutan Tridarma Universitas Sumatera

Utara terlebih dahulu dibersihkan dari rerumputan. Lahan yang telah dibersihkan dibagi menjadi 2 yaitu lahan yang dipupuk dan lahan tanpa pupuk masing- masing seluas 5 x 3 m. Dari masing-masing lahan tersebut diolah menggunakan cangkul sedalam 30-50 cm dan kemudian dibuat bedengan setinggi 5-10 cm. Setiap perlakuan yang dipupuk dan tanpa pupuk dibuat masing-masing 5 bedengan. Fungsi bedengan adalah agar pertumbuhan murbei lebih merata, mempermudah pemeliharaan dan pemanenan daun. Setiap bedengan dibuat parit sedalam ±30 cm. Fungsi parit-parit adalah tempat menampung genangan air karena perakaran murbei tidak tahan terhadap genangan air (Balai Persuteraan Alam, 2007).

b. Penanaman murbei Morus alba

(28)

c. Pemeliharaan Tanaman murbei Morus alba

Stek tanaman murbei telah ditanam, dipelihara dan dirawat. Apabila ada stek yang mati, maka segera diganti dengan stek yang baru. Selain itu stek di bersihkan dari gulma-gulma yang mengganggu pertumbuhan tanaman murbei dan dilakukan penyiraman tiga kali dalam seminggu. Tanah selalu digemburkan untuk menjaga aerasi tanah.

d. Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan menaburkan pupuk disekeliling tanaman murbei. Dosis pemupukan untuk tanaman murbei dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini:

Tabel 3.1 Dosis Pemupukan Tanaman Murbei Jenis

a. Penetasan telur ulat Sutera Bombyx mori L.

(29)

xxvii

b. Pemeliharaan Ulat Sutera Bombyx mori L.

Ulat sutera yang baru menetas (instar I) dibagi menjadi dua kelompok perlakuan yaitu ulat sutera yang diberi pakan daun murbei Morus alba yang tanamannya diberi pupuk dan tidak diberi pupuk dimana masing-masing terdiri dari 20 ulat dan dimasukkan ke dalam cawan petri yang sebelumnya sudah dilapisi dengan tisu basah dan kertas alas. Daun murbei Morus alba yang diberikan dipotong kecil-kecil. Pemberian pakan diberikan tiga kali sehari yaitu pagi, siang dan sore. Pada akhir instar I yang ditandai dengan ulat berhenti makan dan berganti kutikula (molting) tempat pemeliharaan ulat sutera dibersihkan dengan cara mengganti kertas alas, mengangkat feses dan sisa pakan. Hal yang sama dilakukan pada awal dan akhir instar II sampai instar V, namun pada instar III-V daun murbei Morus alba yang diberikan tidak lagi dipotong-potong melainkan secara utuh atau bersama cabangnya.

c. Pertumbuhan dan Efisiensi Makan Ulat Sutera Bombyx mori L.

(30)

diberikan selama instar IV adalah 2,01 g/hari dan instar V pada pagi hari sebesar 1,33 g/hari, siang hari 1,33 g/hari dan sore hari 1,33 g/hari dan jumlah pakan yang diberikan selama instar Vadalah 3,99 g/hari.

d.Pengukuran Konsumsi Makan dan Pertumbuhan Ulat Sutera Bombyx mori L.

Parameter pertumbuhan dan konsumsi makan, serta efisiensi makan ulat diukur berdasarkan metoda gravimetric Waldbauer (1968) yang telah dimodifikasi oleh Scriber dan Slansky (1981). Pada saat ulat memasuki awal dan akhir instar III-V, ulat digulung dengan menggunakan alumunium foil dan dikeringkan di dalam oven dengan suhu 60°C hingga beratnya konstan untuk setiap perlakuan.

Untuk mengetahui berat kering pakan yang diberikan kepada setiap larva adalah dengan mengambil suatu bagian daun yang akan digunakan untuk penelitian dan mengeringkannya dalam oven bersuhu 60°C sampai berat daun konstan.

e. Perhitungan Indeks Nutrisi Ulat Sutera Bombyx mori L.

Indeks nutrisi dari Waldbauer (1968) yang sudah dimodifikasi oleh Scriber dan Slansky (1981) yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Laju pertumbuhan larva (Growth rate/GR).

Laju pertumbuhan larva dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: GR = (mg/hari)

TW G

b. Laju konsumsi larva (Consumption Rate/CR)

Laju konsumsi larva dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: CR = (mg/hari)

TW F

(31)

xxix

Efisiensi konversi pakan yang dicerna dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Efisiensi konversi pakan yang dimakan larva dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

ECI = 100%

F G

e. Perkiraan pakan yang dicerna (Approximate Digestibility/AD)

Perkiraan pakan yang dicerna dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: AD = (  )100%

F E F

Keterangan:

G = Pertambahan berat larva selama instar III-V, dihitung berdasarkan berat akhir larva dikurangi berat awal larva.

(beratawalulatberatakhirulat Semua perhitungan di atas dihitung dalam berat kering.

f. Pengukuran kadar Protein dan karbohidrat Daun

(32)

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan (Lampiran G dan H).

g. Pengukuran Faktor Lingkungan

Kondisi yang dicatat dalam laboratorium adalah suhu kamar dan kelembaban ruangan pengukuran dilakukan dengan alat hygrometer dan thermometer (Lampiran L).

3.5 Analisis Data

(33)

xxxi

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Laju Pertumbuhan (GR) Ulat Sutera (Bombyx mori L.) Instar III, IV dan V. Hasil perhitungan laju pertumbuhan (GR) ulat sutera instar III, IV dan V yang diberi tanaman murbei Morus alba yang diperlakukan dengan pupuk dan tanpa pupuk dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini.

Gambar 4.1 Rata-Rata Laju Pertumbuhan Ulat Sutera (Bombyx mori L.) Yang Diberi Daun Murbei (Morus alba) Dengan Perlakuan Yang Diberi Pupuk dan Tanpa Pupuk Selama Instar III, IV dan V. Huruf Yang Sama Pada Pengamatan Berbeda Adalah Tidak Berbeda Nyata Pada Taraf 5% (p>0,05).

Dari Gambar 4.1 terlihat bahwa laju pertumbuhan (GR) ulat sutera instar III yang mengkonsumsi daun murbei Morus alba tanpa pupuk adalah 0,33 mg/hari lebih rendah dibandingkan ulat sutera yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk dengan nilai laju pertumbuhan sebesar 0,52 mg/hari dan secara analisis statistik berbeda nyata (p<0,05). Laju pertumbuhan (GR) ulat sutera instar IV untuk yang mengkonsumsi daun murbei tanpa pupuk sebesar 0,22 mg/hari lebih rendah dibandingkan ulat sutera yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk nilai laju pertumbuhan sebesar 0,30 mg/hari dan secara analisis statistik tidak berbeda nyata (p>0,05). Laju pertumbuhan (GR) ulat sutera instar V untuk yang mengkonsumsi daun

(34)

murbei tanpa pupuk sebesar 0,11 mg/hari lebih rendah dibandingkan ulat sutera yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk nilai laju pertumbuhan sebesar 0,16 mg/hari dan secara analisis statistik tidak berbeda nyata (p>0,05).

Dari hasil penelitian yang diperoleh bahwa laju pertumbuhan ulat sutera yang mengkonsumsi daun murbei Morus alba yang diberi pupuk lebih tinggi dari pada yang tanpa pupuk. Hal ini dikarenakan tanaman murbei yang diberi pupuk NPK memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi berupa protein dan kandungan air yang tinggi (Lampiran G dan J) . Menurut Lingga (1985), pemberian pupuk merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan unsur-unsur hara, sehingga ulat lebih banyak mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk. Banyaknya ulat mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk, maka laju pertumbuhan ulat tersebut semakin meningkat. Menurut Soeparno (1994), pertambahan bobot badan yang berbeda disebabkan karena konsumsi pakan yang berbeda. Konsumsi pakan merupakan salah satu faktor untuk mempengaruhi laju pertumbuhan ulat.

(35)

I-xxxiii

III) adalah daun yang muda sedangkan daun yang diberikan pada larva besar (instar IV dan V) adalah daun tua. Menurut Rangaswami et al., (1976) dan Ekastuti et al., (1995), berat ringannya tubuh ulat sutera tergantung pada sedikit banyaknya menyimpan cadangan pakan.

4.2 Laju Konsumsi (CR) Ulat Sutera Instar III, IV dan V

Hasil perhitungan laju konsumsi (CR) ulat sutera instar III, IV dan V yang diberi tanaman murbei Morus alba yang diperlakukan dengan pupuk dan tanpa pupuk dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut ini.

Gambar 4.2Rata-Rata Laju Konsumsi (CR) Ulat Sutera (Bombyx mori L.) Yang Diberi Daun Murbei (Morus alba) Dengan Perlakuan Yang Diberi Pupuk Dan Tanpa Pupuk Selama Instar III, IV dan V. Huruf Yang Sama Pada Pengamatan Berbeda Adalah Tidak Berbeda Nyata Pada Taraf 5% (p>0,05).

Dari Gambar 4.2 terlihat bahwa rata-rata laju konsumsi (CR) ulat sutera instar III yang mengkonsumsi daun murbei Morus alba tanpa pupuk sebesar 0,67 mg/hari lebih rendah dibandingkan ulat sutera yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk dengan nilai rata-rata laju konsumsi (CR) sebesar 0,91 mg/hari dan secara analisis statistik tidak berbeda nyata (p>0,05). Rata-rata laju konsumsi (CR) ulat sutera instar IV untuk yang mengkonsumsi daun murbei tanpa pupuk sebesar 0,51 mg/hari lebih rendah dibandingkan ulat sutera yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk

(36)

dengan nilai rata-rata laju konsumsi (CR) sebesar 0,56 mg/hari dan secara analisis statistik tidak berbeda nyata (p>0,05). Rata-rata laju konsumsi (CR) ulat sutera instar V untuk yang mengkonsumsi daun murbei tanpa pupuk sebesar 0,34 mg/hari lebih rendah dibandingkan ulat sutera yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk nilai laju konsumsi sebesar 0,50 mg/hari tetapi secara analisis statistik berbeda nyata (p<0,05). Hal ini dikarenakan tanaman murbei yang diberi pupuk NPK memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi berupa protein dan dan kadar air yang tinggi (Lampiran G dan J). Menurut Budisantoso et al., (1994), pupuk NPK mengandung unsur hara yang lebih banyak sehingga pertumbuhan luas daun tanaman murbei lebih besar dan menghasilkan daun yang lebih berkualitas.

Pada instar III dan IV laju konsumsi pada daun murbei Morus alba yang diberi pupuk tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan murbei tanpa pemberian pupuk., sedangkan pada instar V berbeda nyata (p<0,05). Menurut Gilmour (1965), ulat sutera akan makan sebanyak-banyaknya pada periode ulat besar, kemudian akan menimbun kelebihan energinya dalam lemak yang akan disimpan dalam fat body. Cadangan ini sangat penting untuk persiapan saat pengokonan. Menurut Slansky dan Scriber (1985), nilai CR akan menurun bila organisme tidak menyukai makanan yang disediakan untuk dimakan atau di dalam bahan makanan terdapat materi yang berbahaya untuk dimakan. Hal ini terjadi sebagai respon adaptif oleh ulat dimana organisme berusaha mereduksi masuknya racun yang berpotensi.

4.3 Efisiensi Konversi Pakan Yang Dicerna (ECD) Ulat Sutera Instar III, IV dan V

(37)

xxxv

Gambar 4.3 Rata-Rata Nilai ECD Ulat Sutera (Bombyx mori L.) Yang Diberi Daun Murbei (Morus alba) Dengan Perlakuan Yang Diberi Pupuk

Dan Tanpa Pupuk Selama Instar III, IV dan V.

Huruf Yang Sama Pada Pengamatan Berbeda Adalah Tidak Berbeda Nyata Pada Taraf 5% (p>0,05).

Dari Gambar 4.3 terlihat bahwa konversi pakan yang dicerna (ECD) ulat sutera instar III yang mengkonsumsi daun murbei Morus alba tanpa pupuk sebesar 62,6% lebih rendah dibandingkan ulat sutera yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk dengan nilai konversi pakan yang dicerna (ECD). Konversi pakan yang dicerna (ECD) ulat sutera instar IV untuk yang mengkonsumsi daun murbei tanpa pupuk sebesar 56,55% lebih rendah dibandingkan ulat sutera yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk konversi pakan yang dicerna (ECD) sebesar 71% dan secara analisis statistik tidak berbeda nyata (p>0,05). Konversi pakan yang dicerna (ECD) ulat sutera instar V untuk yang mengkonsumsi daun murbei tanpa pupuk sebesar 36,05% lebih rendah dibandingkan ulat sutera yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk dengan nilai konversi pakan yang dicerna sebesar 51,8% dan berbeda nyata (p<0,05).

Dari hasil penelitian yang didapat bahwa nilai efisiensi konversi pakan yang dicerna (ECD) pada daun murbei Morus alba yang diberi pupuk lebih tinggi dibandingkan dengan daun murbei Morus alba tanpa pupuk walaupun secara statistik pada instar III dan IV tidak berbeda nyata (p>0,05). Menurut Beament et al., (1968), besarnya energi metabolisme yang dibutuhkan oleh ulat sutera tercermin dari rendahnya efisiensi konversi pakan yang dicerna, sedangkan pada instar V berbeda

(38)

nyata (p<0,05). Menurut Waldbauer dan Friedman (1984), nilai ECD dipengaruhi oleh faktor-faktor berupa laju metabolisme, defisiensi vitamin, dan ketidakseimbangan nutrisi lainnya. Nilai ECD juga dipengaruhi oleh pertambahan bobot badan, bahan kering pakan yang dikonsumsi dan berat kering feses yang diekskresikan.

4.4 Efisiensi Konversi Pakan Yang Dimakan (ECI) Ulat Sutera Instar III, IV dan V

Hasil perhitungan efisiensi konversi pakan yang dikonsumsi (ECI) ulat sutera instar III, IV dan V yang diberi tanaman murbei Morus alba yang diperlakukan dengan pupuk dan tanpa pupuk dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut ini.

Gambar 4.4 Rata-Rata Konversi Pakan Yang Dikonsumsi (ECI) Ulat Sutera

(Bombyx mori L.) Yang Diberi Daun Murbei (Morus alba) Dengan Perlakuan Yang Diberi Pupuk Dan Tanpa Pupuk Selama Instar III, IV dan V. Huruf Yang Sama Pada Pengamatan Berbeda Adalah Tidak Berbeda Nyata Pada Taraf 5% (p>0,05).

Dari Gambar 4.4 di atas terlihat bahwa efisiensi konversi pakan yang dimakan (ECI) ulat sutera instar III untuk yang mengkonsumsi daun murbei tanpa pupuk sebesar 66,95% lebih rendah dibandingkan ulat sutera yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk dengan nilai konversi pakan yang dimakan sebesar 70%. Efisiensi konversi pakan yang dimakan (ECI) ulat sutera instar IV untuk yang mengkonsumsi daun murbei yang tanpa pupuk sebesar 35,05% lebih rendah dibandingkan ulat sutera

(39)

xxxvii

yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk dengan nilai konversi pakan yang dimakan sebesar 53,85%. Efisiensi konversi pakan yang dimakan (ECI) ulat sutera instar V untuk yang mengkonsumsi daun murbei yang tanpa pupuk sebesar 15,75% lebih rendah dibandingkan ulat sutera yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk dengan nilai konversi pakan yang dimakannya sebesar 48,4%.

Dari hasil penelitian yang didapat bahwa nilai efisiensi konversi pakan yang dimakan (ECI) pada daun murbei Morus alba yang diberi pupuk lebih tinggi dibandingkan dengan daun murbei Morus alba tanpa pupuk walaupun secara statistik pada instar III tidak berbeda nyata (p>0,05), sedangkan pada instar IV dan V berbeda nyata (p<0,05). Menurut Katsumata (1964), pada setiap instar, mula-mula makanannya sedikit lalu semakin bertambah, sedangkan lamanya waktu yang digunakan larva-larva itu makin berangsur-angsur menjadi panjang. Banyaknya daun yang dimakan ulat sutera berangsur-angsur bertambah sesuai dengan perkembangan hidupnya.

Menurut Samsijah & Kusumaputra (1978), menyatakan bahwa konsumsi pakan larva meningkat pesat dari instar IV ke instar V, hal ini dihubungkan dengan pembentukan kelenjar sutera. Menurut Scriber & Slansky (1981), nilai efisiensi konversi pakan yang dimakan (ECI) bervariasi tergantung pada makanan yang dicerna dan proporsi jumlah bagian makanan yang diubah menjadi massa tubuh, dan dimetabolisme untuk menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

4.5 Perkiraan Pakan Yang Dicerna (AD) Ulat Sutera Instar III, IV dan V

(40)

Gambar 4.5 Rata-Rata Perkiraan Pakan Yang Dicerna (AD) Ulat Sutera

(Bombyx mori L.) Yang Diberi Daun Murbei (Morus alba) Dengan Perlakuan Yang Diberi Pupuk Dan Tanpa Pupuk Selama Instar III, IV dan V. Huruf Yang Sama Pada Pengamatan Berbeda Adalah Tidak Berbeda Nyata Pada Taraf 5% (p>0,05).

Dari Gambar 4.5 terlihat bahwa perkiraan pakan yang dicerna (AD) ulat sutera instar III untuk yang mengkonsumsi daun murbei tanpa pupuk sebesar 70,1% lebih rendah dibandingkan ulat sutera yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk dengan nilai perkiraan pakan yang dicernanya sebesar 70,3%. Perkiraan pakan yang dicerna (AD) ulat sutera instar IV untuk yang mengkonsumsi daun murbei tanpa pupuk sebesar 51,55% lebih rendah dibandingkan ulat sutera yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk dengan nilai perkiraan pakan yang dicernanya sebesar 68,35%. Perkiraan pakan yang dicerna (AD) ulat sutera instar V untuk yang mengkonsumsi daun murbei tanpa pupuk sebesar 48,8% lebih rendah dibandingkan ulat sutera yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk dengan nilai perkiraan pakan yang dicernanya sebesar 61,75%.

Dari hasil penelitian yang didapat bahwa nilai perkiraan pakan yang dicerna (AD) pada daun murbei Morus alba yang diberi pupuk lebih tinggi dibandingkan dengan daun murbei Morus alba tanpa pupuk. Menurut Budisantoso et al., (1994), pemberian pupuk memberikan pertumbuhan tanaman yang optimal, dimana pertumbuhan tanaman murbei yang optimal dinyatakan dalam produktifitas daun yang dihasilkan. Menurut Purwanti (2007), semakin besar tahap instar larva maka semakin

(41)

xxxix

tinggi nilai konversi pakanya, yang berarti bahwa larva tersebut semakin tidak efisien dalam menggunakan pakan.

Dari data terlihat bahwa pada instar III dan V tidak berbeda nyata, (p>0,05), sedangkan pada instar IV berbeda nyata (p<0,05). Menurut Waldbauer dan Friedman (1984), nilai perkiraan pencernaan (AD) dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu laju perjalanan makanan melalui usus dan kandungan materi yang dapat dicerna.

4.6 Pola Nilai Indeks Nutrisi Ulat Sutera pada GR dan CR Instar III, IV dan V Yang Diberi Daun Murbei Morus alba Yang Diperlakukan Dengan Pupuk dan Tanpa Pupuk

Gambar 4.6 Rata-rata pola nilai indeks nutrisi ulat sutera pada GR dan CR yang diberi daun murbei (Morus alba) selama instar III, IV dan V yang diperlakukan dengan pupuk dan tanpa pupuk

Dari Gambar 4.6 terlihat bahwa indeks nutrisi pada Bombyx mori L. dengan pemberian Morus alba yang diberi pupuk lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pupuk. Secara umum terlihat bahwa indeks nutrisi yang terdiri dari GR dan CR lebih tinggi pada larva instar III dibandingkan larva instar IV dan V. Hal ini disebabkan larva instar III membutuhkan pertumbuhan yang lebih optimal dibandingkan dengan larva instar IV dan V, sehingga larva instar III lebih banyak membutuhkan makanan. Menurut Samsijah & Andadari (1992), larva instar III memerlukan daun yang tidak begitu keras, banyak mengandung air, karbohidrat, dan protein yang akan mendorong laju pertumbuhan. Larva IV-V memerlukan pakan dengan kandungan protein yang

(42)

tinggi berguna untuk mempercepat pertumbuhan kelenjar sutera namun dengan kadar air yang rendah.

Pemberian pupuk Urea, TSP dan NPK pada tanaman murbei menyebabkan kandungan nutrisi berupa protein dan kandungan air pada daun murbei menjadi tinggi sehingga ulat sutera lebih banyak mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk. Menurut Herliana et al., (2008), hal ini berhubungan dengan kemampuan ulat sutera untuk mengenali pakannya. Dengan banyaknya ulat mengkonsumsi daun murbei yang diberi pupuk pertumbuhan ulat juga semakin besar sehingga ulat tersebut semakin efisien dalam memanfaatkan makanan. Menurut Ahmad et al., (1995), pertumbuhan ulat sutera akan tetap optimal walaupun sumber makanannya dibatasi, karena pada tanaman yang sudah diberi pupuk mempunyai kandungan berupa protein dan kandungan air yang tinggi sebagai sumber nutrisi, maka walaupun makanannya sedikit tetapi mencukupi untuk pertumbuhan ulat sutera.

4.7 Pola Nilai Indeks Nutrisi Ulat Sutera pada ECD, ECI dan AD Instar III, IV dan V Yang Diberi Daun Murbei Morus alba Yang Diperlakukan Dengan Pupuk dan Tanpa Pupuk

Gambar 4.7 Rata-rata pola nilai indeks nutrisi ulat sutera pada ECD, ECI dan AD yang diberi daun murbei (Morus alba) selama instar III, IV dan V yang diperlakukan dengan pupuk dan tanpa pupuk

Dari Gambar 4.7 terlihat bahwa indeks nutrisi pada Bombyx mori L. yang terdiri dari ECD, ECI dan AD dengan pemberian Morus alba yang diberi pupuk lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pupuk. Menurut Kusumaputera (1975), pemupukan

(43)

xli

merupakan salah satu faktor yang menentukan mutu daun disamping faktor-faktor yang lain seperti varietas, cuaca dan sebagainya.

Nilai ECD pada perlakuan pupuk dan tanpa pupuk yang paling besar yaitu pada ulat sutera instar III sedangkan nilai ECD terkecil yaitu pada ulat sutera instar V. Efisiensi konversi pakan yang dicerna menunjukkan pakan diasimilasi untuk tumbuh sebagai energi metabolisme. Menurut Scriber dan Slansky (1981), nilai ECD menggambarkan proporsi dari asimilasi makanan antara produksi biomassa dan nilai respirasi serta faktor-faktor lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi nilai ECD termasuk jumlah dan laju metabolisme yang berhubungan dengan (1) laju pertumbuhan dan lamanya perkembangan, (2) taraf penyimpanan makanan terhadap pertumbuhan, (3) katabolisme dari kelebihan nutrisi, (4) produksi, pemeliharaan dan penggunaan enzim detoksifikasi, (5) produksi air metabolik dan panas metabolik, dan aktivitas metabolik lainnya, disamping aktivitas tingkah laku seperti makan, berlari, merayap, terbang, dan menghasilkan suara.

(44)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan yaitu:

1. Pemberian pupuk Urea, TSP dan NPK pada tanaman murbei Morus alba dapat meningkatkan indeks nutrisi pada ulat sutera (Bombyx mori L.)

2. Secara analisis statisitik berbeda nyata (p<0,05) pada nilai laju pertumbuhan (GR), Laju konsumsi (CR) pada instar III, efisiensi konversi pakan yang dicerna (ECD) pada instar V, efisiensi konversi pakan yang dimakan (ECI) pada instar IV dan V, dan perkiraan pakan yang dicerna (AD) pada instar IV. Masing-masing sebesar 36% dan 26%, 30%, 34% dan 67%, 24%.

5.2 Saran

(45)

xliii

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, I., Ameiria D. L., dan Soelaksono S. 1995. Food utilization parameters could be used to indicate food suitability in the silkworm, Bombyx mori. Jurnal Biosains. 1(1): 6.

Atmoseodarjo, S., Kartasubrata J., Kaomini M., Saleh W., Moerdopo W., Pramoedibyo dan Ranoeprawiro S. 2000. Sutera Alam Indonesia. Yogyakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. hlm. 337.

Balai Persuteraan Alam. 2007. Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Murbei (Morus spp.). Departemen Kehutanan Sulawesi Selatan. hlm. 1, 6-12.

Beament, J. W. L., Treherne J. E. And Wiglesworth V. B. 1968. Advances in Insect Phyisiology. Volume 5. London and New York: Academy Press.

Pages 142-145.

Boror, D. J., Charles. S. T, & Norman. F. J. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi keenam, Alih Bahasa. Soetiyono Partosoedjono. Yogjakarta: Gadjah Mada University Press. hal. 11&733.

Budisantoso, H. 1990, Budidaya Murbei. Departemen kehutanan. Balai Persuteraan Alam (15) (Mimeograf)

Ekastuti, D,R., 1995. Penggunaan Air Bertitrium Dalam Kajian Pengaruh Kandungan Air Pakan Terhadap Pertumbuhan Ulat Sutera (Bombyx mori) Laporan Masalah Khusus. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Fauziyah, E. 2007. Pengaruh faktor utama terhadap perkembangan Usaha Persuteraan Alam di Kabubaten Sukabumi, Jawa Barat. Jurnal Penelitian dan Konservasi Alam. 6(4): 603.

Gilmour, D. 1966. The Metobolism of Insect. London : Oliver A body Edinburg Herliana, E. 2008. Pengaruh pupuk terhadap kualitas kokon ulat sutera (Bombyx

mori L.). Skripsi. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. hal. 3-6.

(46)

http/gambar%20murbei.htm?biw=1024&bih=487. Diakes pada tanggal 23 Pebruari 2012

Jumar. 2000.Entomologi Pertanian. Jakarta: Rineka cipta. Hal 68, 91

Katsumata, 1964. Petunjuk Sederhana Bagi Pemelihara Ulat Sutera. Tokyo.

Kusumaputera As dan Samsijah. 1975. Pengaruh pupuk tunggal dan majemuk terhadap produksi daun murbei dan efeknya untuk pemeliharaan ulat sutera. Lembaga Penelitian Hutan. Bogor

Lamangandjo, C. J. 2003. Pengembangan populasi ulat sutera (bombyx mori L.) dan kualitas ulat sutera pada beberapa jenis murbei (Morus sp.). Jurnal Eugenia. 9(1): 47-55

Mujiono. 2000. Budidaya tanaman murbei Morus sp. Dan Pemeliharaan Ulat Sutera (Bombyx mori L.) Serta Pengelolaan Kokon di PT. Ira Widya Utama dan Group Sumatera Utara. Laporan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa. Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Universitas Andalas, Payakumbuh. hal. 25-26, 32-33.

Nasreen, A, G.M. Cheema and M. ashfaq. 1999. Rearing Of Silkworm Bombyx Mori L. on alternate food plants. Pakistan Journal Of Biological

Nazaruddin dan Nurcahyo. 1992. Ulat sutera. Penebar Swadaya. Jakarta

Pudjiono, S. & Na’iem. M. 2007. Pengaruh pemberian pakan murbei hibrid terhadap produktivitas dan kualitas kokon. Balai besar penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Fakultas Kehutanan. Jurnal pemuliaan tanaman hutan .Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 1 (2): hlm.1.

Purwanti, R. 2007. Respon Pertumbuhan dan Kualitas Kokon Ulat Sutera (Bombyx mori L.) Dengan Rasio Pemberian Pakan Yang Berbeda. IPB. Bogor

Rahardjo, M & Pribadi E. 2008. Efisiensi pemupukan NPK. Jurnal Littri. 14 (4): 162-164

Rahmayanti, S & Sunarto. 2008. Pengaruh pemberian limbah ulat sutera terhadap daun murbei. Jurnal Peneltian & Konsevasi Alam (5). hal.451-459

Rangaswami, G., M. N. Narasimhanna, K. Kasuiswanathan, C.R. Sastry dan M.S. Yolly. 1976. Manual on sericulture. FAO Agriculture Services Bulletin (15):1-10.

Samsijah, 1984. Pengaruh pupuk nitrogen pada tanaman murbei. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan. Bogor

Samsijah dan A. S. Kusumaputra. 1978. Pembibitan Ulat Sutera (Bombyx mori L.). Lembaga Penelitian Hutan. Bogor.

(47)

xlv

Scriber, J. M. dan F. Jr. Slansky. 1981. The nutritional ecology of immature insect. Ann. Rev. Entomol. (26): 184

Siregar, A. Z. 2009. Serangga Pengguna Pertanian. Medan: USU Press. hlm.87-88 Soo-Ho Lim, In-Jun Rhee, Jung-Sung Lim and Byung-Ho Lim. 1990. Sericulture

training manual. FAO Agricultural Services Bulletin Rome.

Sunanto. H. 1997. Budidaya Murbei dan usaha persuteraan alam. Kanisius. Yogyakarta

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta: Kanisus. hal. 6-7. Suteja H, Irawan D & Mulyadiana A. 2008. Pengaruh pupuk organic M-tdext &

pupuk organic urea. IP B. Bogor

Tazima. 1978. The Silkworm: An Important Laboratory Tool. Tokyo: Kodansha. Pages 31-35.

(48)

Lampiran A. Nilai Indeks Nutrisi Laju Pertumbuhan (GR) Bombyx mori L.

(49)

xlvii

Lampiran B. Nilai Indeks Nutrisi Laju Konsumsi (CR) Bombyx mori L.

Data Laju Konsumsi (CR) Ulat Sutera (Bombyx mori L.) Yang Diberi Daun Murbei (Morus alba) Dengan Perlakuan Yang Diberi Pupuk Dan Tanpa Pupuk Selama Instar III, IV dan V

Ulangan Instar III Instar IV Instar V

Rata-Rata Laju Konsumsi (CR) Ulat Sutera (Bombyx mori L.) Yang Diberi Daun Murbei (Morus alba) Dengan Perlakuan Yang Diberi Pupuk Dan Tanpa Pupuk Selama Instar III, IV, dan V

Instar Perlakuan

Tanpa Pupuk Pupuk

Instar III 0,67 ± 0,24 0,91± 0,46

Instar IV 0,51± 0,56 0,56 ± 0,28

(50)

Lampiran C. Nilai Indeks Nutrisi Efisiensi Konversi Pakan Yang Dicerna (ECD) Bombyx mori L.

Data Efisiensi Konversi Pakan Yang Dicerna (ECD) Ulat Sutera (Bombyx mori

L.) Yang Diberi Daun Murbei (Morus alba) Dengan Perlakuan Yang Diberi Pupuk Dan Tanpa Pupuk Selama Instar III, IV dan V

Ulangan Instar III Instar IV Instar V

Rata-Rata Efisiensi Konversi Pakan Yang Dicerna (ECD) Ulat Sutera (Bombyx mori L.) Yang Diberi Daun Murbei (Morus alba) Dengan Perlakuan Yang Diberi Pupuk Dan Tanpa Pupuk Selama Instar III, IV, dan V

Instar Perlakuan

Tanpa Pupuk Pupuk

Instar III 62,6 ± 21,74 77,1 ± 30,30

(51)

xlix

Instar V 36,05 ± 19,17 51,8 ± 18,63

Lampiran D. Nilai Indeks Nutrisi Efisiensi Konversi Pakan Yang Dimakan (ECI) Bombyx mori L.

Data Efisiensi Konversi Pakan Yang Dimakan (ECI) Ulat Sutera (Bombyx mori

L.) Yang Diberi Daun Murbei (Morus alba) Dengan Perlakuan Yang Diberi Pupuk Dan Tanpa PupukSelama Instar III, IV dan V

Ulangan Instar III Instar IV Instar V

Rata-Rata Efisiensi Konversi Pakan Yang Dimakan (ECI) Ulat Sutera (Bombyx mori L.) Yang Diberi Daun Murbei (Morus alba) Dengan Perlakuan Yang Diberi Pupuk Dan Tanpa Pupuk Selama Instar III, IV, dan V

Instar Perlakuan

Tanpa Pupuk Pupuk

Instar III 66,95 ± 30,30 70 ± 24,51

(52)

Instar V 15,75 ± 19,17 48,4 ± 25,62

Lampiran E. Nilai Indeks Nutrisi Data Perkiraan Pakan Yang Dicerna (AD) Bombyx mori L.

Data Perkiraan Pakan Yang Dicerna (AD) Ulat Sutera (Bombyx mori L.) Yang Diberi Daun Murbei (Morus alba) Dengan Perlakuan Yang Diberi Pupuk Dan Tanpa Pupuk Selama Instar III, IV dan V

Ulangan Instar III Instar IV Instar V Dan Tanpa Pupuk Selama Instar III, IV, dan V

Instar Perlakuan

Tanpa Pupuk Pupuk

Instar III 70,1 ± 13,72 70,3 ± 14,09

(53)

li

Instar V 48,8 ± 10,72 61,75 ± 24,81

(54)
(55)

liii

(56)
(57)

lv

(58)
(59)

lvii

Lampiran K. Pengukuan Kadar Abu Daun Murbei Morus alba

(60)
(61)

lix

Tanggal Suhu Kelembaban

Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore

11-10-2012 25ºC 28ºC 25ºC 75% 63% 82%

12-10-2012 25ºC 26ºC 29ºC 91% 75% 63%

13-10-2012 24ºC 26ºC 29ºC 91% 75% 63%

14-10-2012 25ºC 27ºC 25ºC 83% 75% 83%

15-10-2012 25ºC 27ºC 26ºC 91% 75% 75%

16-10-2012 25ºC 27ºC 28ºC 91% 75% 63%

17-10-2012 25ºC 28ºC 27ºC 91% 63% 75%

18-10-2012 25ºC 27ºC 28ºC 91% 75% 75%

19-10-2012 24ºC 27ºC 29ºC 91% 75% 63%

20-10-2012 25ºC 27ºC 28ºC 83% 75% 63%

21-10-2012 25ºC 27ºC 25ºC 83% 75% 83%

22-10-2012 25ºC 26ºC 27ºC 91% 75% 63%

23-10-2012 26ºC 26ºC 25ºC 82% 68% 75%

24-10-2012 25ºC 25ºC 25ºC 91% 83% 83%

25-10-2012 25ºC 26ºC 25ºC 82% 82% 82%

26-10-2012 25ºC 26ºC 25ºC 82% 83% 82%

27-10-2012 25ºC 25ºC 26ºC 91% 83% 75%

28-10-2012 24ºC 26ºC 26ºC 91% 83% 75%

29-10-2012 25ºC 25ºC 26ºC 91% 83% 75%

30-10-2012 24ºC 25ºC 26ºC 91% 75% 75%

31-10-2012 25ºC 28ºC 27ºC 91% 75% 75%

(62)

NPar Tests

Mann-Whitney Test

Lampiran N. Alat dan Bahan Penelitian Tests of Normality

(63)

lxi

Keranjang Plastik Cawan Petri

Oven Botol Selai

Kertas Pembungkus Makanan Kuas

(64)

Alumunium Foil Timbangan digital

Bombyx mori L. Instar I Bombyx mori L. Instar II

Bombyx mori L. Instar III Bombyx mori L. Instar IV

(65)

lxiii

Sisa Pakan Bombyx mori L. Feses Bombyx mori L.

Gambar

Gambar 1. Siklus hidup ulat sutera (Bombyx mori L.) (sumber. http://img11.imageshack.us/img11/1928/silkworm.jpg)
Gambar 2. Morus alba ( sumber : http/gambar%20murbei.htm?biw=1024&bih=487)
Tabel 3.1 Dosis Pemupukan Tanaman Murbei
Gambar 4.1  Rata-Rata Laju Pertumbuhan Ulat Sutera  (Bombyx mori L.) Yang Diberi Daun Murbei (Morus alba) Dengan Perlakuan Yang Diberi Pupuk dan Tanpa Pupuk Selama Instar III, IV dan V
+7

Referensi

Dokumen terkait

Demikianlah kami sarnpaikan kepada Saudara,

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan selama tiga tahun terakhir (Tahun 2014- 2016) dengan menggunakan analisis rasio kemandirian, efektifitas dan efisiensi PAD, rasio

Dengan melihat kelemahan yang ada maka perusahaan akan dapat merencanakan pelatihan apa yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan karyawan di bidang

Prinsip memudahkan di sini bermaksud memberi kemudahan dalam perkara-perkara furu’ sahaja, manakala dalam perkara usul yang merupakan asas-asas agama, aliran wasatiyah

Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau

Berdasarkan hasil pembahasan : (1) Mortar air pencampur air tawar dengan perendaman air tawar, air laut, air kulong spritus, dan air kulong rebo pada umur 14 hari kuat tekan

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kandungan kimia minyak atsiri daun salam menggunakan metode Kromatografi gas/ spektrometri massa (KG-SM) dan potensi minyak

e. PKIP Laiwoi dengan pusat kawasan Kolaka Utara yang meliputi Kabupaten Kolaka Utara dan Kabupaten Konawe bagian utara. Untuk operasionalisasi RTRW Provinsi Sulawesi