• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Tinggi Tanaman (cm)

Data hasil pengamatan tinggi tanaman dapat dilihat pada Lampiran 1 dan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan mikoriza vesikula arbuskula (MVA) berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 4 MST dan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2 MST, 3 MST, 5 MST. Sedangkan perlakuan mulsa berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 2 MST dan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 3 MST, 4 MST, 5 MST. Interaksi kedua perlakuan juga berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2-5 MST.

Data rataan tinggi tanaman pada perlakuan pengaruh mikoriza vesikula arbuskula dan penggunaan mulsa 2 – 5 MST dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman (cm) pada perlakuan pengaruh mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa 2 – 5 MST.

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Pada Umur (MST)

2 3 4 5 MVA (M) M0 13.06 19.33 25.51b 46.16 M1 13.25 19.53 25.74ab 46.30 M2 13.79 21.47 27.66ab 48.59 M3 13.09 20.02 28.75a 48.64 Mulsa (P) P0 12.43b 19.99 26.76 45.95 P1 15.04a 20.74 26.27 47.31 P2 12.43b 19.54 27.72 49.02

Tabel 1 menunjukkan pada umur 4 MST, tinggi tanaman tertinggi diperoleh pada M3 diikuti oleh M2, M1 yang berbeda tidak nyata , sedangkan M0 terendah dan berbeda nyata dari yang lainnya.

Dari tabel 1 juga menunjukkan perlakuan P1 berbeda nyata dengan perlakuan P1 dengan P2, P0. Sedangkan P2 berbeda tidak nyata dengan perlakuan P0.

Jumlah Cabang Primer (cabang)

Data hasil pengamatan jumlah cabang primer pada lampiran 9 dan analisis sidik ragamnya pada lampiran 10. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan perlakuan mulsa serta interaksi berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang primer.

Data rataan jumlah cabang primer pada perlakuan pengaruh mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan jumlah cabang primer (cabang) pada perlakuan pengaruh mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa.

Mikoriza (gr/tan) Mulsa Rataan P0 P1 P2 M0 1.55 1.55 1.55 1.55 M1 1.55 1.55 1.66 1.59 M2 1.55 1.66 1.66 1.62 M3 1.66 1.55 1.66 1.62 Rataan 1.68 1.58 1.63

Umur Berbunga (hari)

Data hasil pengamatan umur berbunga pada Lampiran 11 dan analisis sidik ragamnya pada Lampiran 12. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan perlakuan mulsa serta interaksi berpengaruh tidak nyata terhadap umur berbunga.

Data rataan umur berbunga pada perlakuan pengaruh mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Rataan umur berbunga (hari) pada perlakuan pengaruh mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa

Mikoriza (gr/tan) Mulsa Rataan P0 P1 P2 M0 32.00 31.67 32.67 32.11 M1 31.00 31.67 32.67 31.78 M2 31.33 33.67 33.33 32.78 M3 33.00 32.33 33.00 32.78 Rataan 31.83 32.33 32.92

Umur Panen (hari)

Data hasil pengamatan umur panen pada Lampiran 13 dan analisis sidik ragamnya pada Lampiran 14. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan perlakuan mulsa serta interaksi berpengaruh tidak nyata terhadap umur panen.

Data rataan umur panen pada perlakuan pengaruh mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Rataan umur panen (hari) pada perlakuan pengaruh mikoriza vesikula arbuskula dan penggunaan mulsa

Mikoriza (gr/tan) Mulsa Rataan P0 P1 P2 M0 56.00 57.00 54.00 55.67 M1 55.67 56.67 55.33 55.89 M2 54.67 54.67 58.00 55.78 M3 57.33 57.33 57.67 57.44 Rataan 55.92 56.42 56.25

Bobot Biji Perplot (g)

Data hasil pengamatan bobot biji perplot pada lampiran 15 dan analisis sidik ragamnya pada lampiran 16. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan perlakuan mulsa berpengaruh nyata terhadap bobot biji perplot, sedangkan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot biji perplot.

Data rataan bobot biji perplot pada perlakuan pengaruh mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Rataan bobot biji perplot (g) pada perlakuan pengaruh mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa

Mikoriza (gr/tan) Mulsa Rataan P0 P1 P2 M0 60.90 61.43 68.30 63.54d M1 71.73 76.37 75.84 74.98c M2 81.56 81.89 85.58 82.88ab M3 81.55 81.74 90.20 84.80a Rataan 73.84b 75.36ab 80.23a

Tabel 5. menunjukkan, bahwa rataan bobot biji perplot berkisar antara 63.54 dan 82.88 dimana bobot tertingggi pada perlakuan M3 dan terendah pada perlakuan M0.

Dari tabel 5. juga menunjukkan perlakuan P2 berbeda tidak nyata dengan perlakuan P1 tetapi berbeda nyata dengan P0, P1 berbeda tidak nyata dengan P0.

Hubungan antara mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dengan bobot biji perplot (g) dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan antara perlakuan mikoriza dengan bobot biji perplot (g)

Gambar 1 menunjukkan terdapat hubungan kuadratik antara antara bobot produksi perplot dengan perlakuan mikoriza dengan persamaan Ŷ = 63.43 + 3.6108 - 0.1534x2 r 2= 0.9986.

Bobot 100 Biji (g)

Data hasil pengamatan bobot 100 biji pada lampiran 17 dan analisis sidik ragamnya pada lampiran 18. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan perlakuan mulsa berpengaruh tidak nyata, sedangkan interaksinya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100 biji .

Data rataan bobot 100 biji pada perlakuan pengaruh mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa dapat dilihat pada tabel 6.

Hubungan Antara Mikoriza dengan Bobot Bijii Perplot Ŷ = 63.43 + 3.6108 - 0.1534x2 r2 = 0.9986 0 20 40 60 80 100 0 2 4 6 8 10 12 14 Mikoriza (gr)

Tabel 6. Rataan Bobot 100 biji (g) pada perlakuan pengaruh mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa

Mikoriza (gr/tan) Mulsa Rataan P0 P1 P2 M0 6.37 6.20 6.30 6.29 M1 6.53 6.30 6.23 6.36 M2 6.27 6.50 6.53 6.43 M3 6.37 6.47 6.43 6.42 Rataan 6.38 6.37 6.38

Bobot Basah Akar (g)

Data hasil pengamatan bobot basah akar pada lampiran 19 dan analisis sidik ragamnya pada lampiran 20. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan perlakuan mulsa berpengaruh nyata,

sedangkan interaksinya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar

Data rataan bobot basah akar pada perlakuan pengaruh mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Rataan bobot basah akar (g) pada perlakuan pengaruh mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa

Mikoriza (gr/tan) Mulsa Rataan P0 P1 P2 M0 7.48 10.32 10.75 9.52c M1 9.31 10.60 11.14 10.35abc M2 11.07 11.30 12.37 11.58ab M3 10.36 12.08 12.43 11.62a Rataan 9.55c 11.07ab 11.67a

Tabel 7. menunjukkan, bobot terberat diperoleh pada M3 diikuti oleh M2, M1, M0. Dimana M3 tidak berbeda nyata dengan M2 dan M1, tetapi berbeda nyata dengan M0, M0 terendah berbeda tidak nyata dengan M1..

Dari tabel 7. juga terlihat perlakuan P2 berbeda tidak nyata dengan perlakuan P1 tetapi berbeda nyata dengan P0, P1 berbeda nyata dengan P0.

Hubungan antara perlakuan mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dengan bobot basah akar (g) dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Hubungan antara perlakuan mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dengan bobot basah akar (g)

Gambar 2 menunjukkan terdapat hubungan linier positif antara antara bobot basah akar dengan perlakuan mikoriza dengan persamaan Ŷ = 9.638 + 0.1882x r 2 = 0.9094.

Bobot Kering Akar (g)

Data hasil pengamatan bobot kering akar pada lampiran 21 dan analisis sidik ragamnya pada lampiran 22. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan perlakuan mulsa berpengaruh nyata,

sedangkan interaksinya berpengaruh tidak nyata terhadap

Hubungan Antara Mikoriza Dengan Bobot Basah Akar (g)

Ŷ = 0.1883x + 9.638 r2 = 0.9094 0 5 10 15 0 2 4 6 8 10 12 14 Mikoriza (g)

Data rataan bobot kering akar pada perlakuan pengaruh mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Rataan bobot kering akar (g) pada perlakuan pengaruh mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa

Mikoriza (gr/tan) Mulsa Rataan P0 P1 P2 M0 2.59 3.05 3.47 3.04b M1 3.19 3.21 3.61 3.33ab M2 3.36 3.41 3.58 3.45ab M3 3.45 3.55 4.30 3.77a

Rataan 3.15b 3.31ab 3.74a

Tabel 8. menunjukkan, bobot terberat diperoleh pada M3 diikuti oleh M2, M1, M0. Dimana M3 tidak berbeda nyata dengan M2 dan M1, tetapi berbeda nyata dengan M0, M0 terendah berbeda tidak nyata dengan M1 dan M2.

Dari tabel 8. juga terlihat perlakuan P2 berbeda tidak nyata dengan perlakuan P1 tetapi berbeda nyata dengan P0, P1 berbeda tidak nyata dengan P0.

Hubungan antara perlakuan mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dengan bobot kering akar (g) dapat dilihat pada gambar 3.

Hubungan Antara Mikoriza dengan Bobot Kering Akar (g)

Ŷ = 3.051 + 0.0578x r2 = 0.9742 0 1 2 3 4 0 2 4 6 8 10 12 14 Mikoriza (g)

Gambar 3. Hubungan antara dengan perlakuan mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dengan bobot kering akar (g)

Gambar 5 menunjukkan terdapat hubungan linier positif antara antara bobot kering akar dengan perlakuan mikoriza dengan persamaan Ŷ = 3.051 + r 2 = 0.9742.

Pembahasan

Pengaruh Mikoriza Vesikula Arbuskula (MVA) Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Hijau.

Hasil analisa data secara statistik menunjukkan bahwa pemberian mikoriza vesikula arbuskula (MVA) berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman 2 MST, 3 MST, 5 MST, umur berbunga, umur panen, jumlah cabang primer, bobot 100 biji. Tetapi berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 4 MST, bobot basah akar, bobot kering akar dan bobot biji perplot.

Pemberian mikoriza vesikula arbuskula (MVA) berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2 MST, 3 MST, 5 MST. Hal ini diduga pertumbuhan tinggi tanaman lebih dipengaruhi lingkungan seperti nitrogen, air, cahaya. Gardner dan Pierce (1991) menyatakan nitrogen, air dan cahaya mempunyai pengaruh nyata terhadap pertumbuhan batang, penyinaran yang gelap dapat meningkatkan auksin sehingga dapat terjadi etiolasi sedangkan penyinaran kuat dapat menurunkan auksin sehingga mengurangi tinggi tanaman.

Pemberian mikoriza vesikula arbuskula (MVA) berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang primer. Sutedjo (1987) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah sifat genetis tanaman tersebut misalnya varietas faktor lingkungan seperti temperatur, drainase, udara, serangan hama dan

penyakit serta faktor tanah yang menyangkut fisik kimia dan biologi. Purwono dan Hartono (2005) menyatakan bahwa pengolahan tanah dan pemeliharaan

tanaman seperti pemupukan, penyiangan, pengairan merupakan hal yang harus diperhatikan dalam budidaya kacang hijau karena akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman tersebut.

Mikoriza Vesikula Arbuskula (MVA) berpengaruh tidak nyata terhadap umur berbunga dan umur panen. Kekurangan unsur P dapat menyebabkan lamanya umur berbuah dan umur panen. Ashari (1995) menyatakan umur panen dipengaruhi oleh usia tanaman sedangkan umur berbunga dipengaruhi oleh kelebihan oleh nitrogen sehingga dapat memperlambat umur berbunga dan umur panen tersebut.

Perlakuan mikoriza vesikula arbuskula (MVA) juga berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100 biji. Adanya pengaruh tidak nyata tersebut diduga karena unsur hara yang berfungsi dalam pengisisan biji tidak dapat diserap oleh tanaman kacang hijau secara optimal, hal ini disebabkan unsur hara N dalam tanah rendah. Jumin (2002) menyatakan nitrogen berfungsi dalam pengisian biji pada tanaman biji-bijian, Hal ini juga diduga dipengaruhi oleh stress air yang menyebabkan berkurangnya transportasi zat terlarut organik dan anorganik yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan pengissian biji. Hakim (1986) menyatakan bahwa air diperlukan oleh tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya antara lain untuk transpirasi dalam asimilasi dalam proses asimilasi untuk pembentukan karbohidrat serta mengangkut hasil-hasil fotosintesis kejaringan tumbuhan.

Perlakuan mikoriza vesikula arbuskula (MVA) berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar, bobot kering akar, dan bobot biji perplot. Hal ini diakibatkan pemberian mikoriza vesikula arbuskula (MVA) membantu meningkatkan penyerapan unsur hara P, dan unsur hara lainnya yang meningkatkan pembentukan agregat tanah disekitar perakaran tanaman sehingga sifat-sifat tanah lebih baik.Unsur hara P yang diserap oleh tanamant tersebut membantu tanaman dalam perkembangan akar,

arbuskula (MVA) adalah penyerapan unsur P, K, S, Mn, Cu, Zn akan lebih efisien. Tanaman akan lebih tahan terhadap kekeringan karena mampu menyerap air yang ada di luar jangkauan rambut akar. Perakaran tanaman akan lebih terhadap serangan patogen akar karena disamping mengeluarkan senyawa anti biotik, hifa mikoriza vesikula arbuskula (MVA) juga berfungsi sebagai pelindung secara fisik dan peningkatan pembentukan agregat tanah disekitar perakaran tanaman sehingga sifat-sifat tanah lebih baik

Pengaruh Mulsa Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Hijau.

Penggunaan mulsa berpengaruh tidak nyata terhadapa parameter tinggi tanaman 3 MST, 4 MST, 5 MST, jumlah cabang primer, umur berbunga, umur panen, bobot 100 biji. Tetapi berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 2 MST, bobot basah akar, bobot kering akar, bobot biji perplot.

Penggunaan mulsa berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 3 MST, 4 MST, 5 MST, jumlah cabang primer. Hal ini diduga karena rendahnya unsur N yang tersedia dalam tanah yang dapat memicu pertumbuhan pegetativ tanaman yakni pertambahan luas dan perkembangan tajuk tanaman. Hasibuan (2005) menyatakan bahwa unsur N berpengaruh dalam merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman

Mulsa yang digunakan berpengaruh tidak nyata terhadap umur berbunga dan umur panen. Ada banyak faktor yang mempengaruhi umur berbunga dan umur panen suatu tanaman, antara lain adalah ketersediaan unsur hara yang diserap tanaman, suhu rendah dapat menyebabkan lamanya sistem metabolisme tanaman sehingga memperlama umur berbungan dan umur panen. Ketersediaan air yang berlebihan dapat jaga menyebabkan tanah menjadi masam sehingga unsur hara yang ada di dalam tanah

tidak dapat diserap secara minimal. Sutedjo (1987) menyatakan bahwa unsur hara dapat diserap tanaman secara optimal pada kisaran pH netral.

Penggunaan mulsa berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar, bobot basah akar. Hal ini diakibatkan penggunaan mulsa yang berfungsi memperbaiki sifat fisik tanah, struktur tanah, sifat fisika tanah dan kimia tanah sehingga memudahkan akar dapat berkembang secara leluasa. Porwowidodo (1983) menyatakan bahwa penggunaan mulsa dapat memperbaiki sifat fisik tanah, kimia tanah, kestabilan agregat tanah.

Mulsa juga berpengaruh nyata terhadap bobot biji perplot. Pengaruh nyata tersebut diduga karna mulsa yang digunakan dapat memperbaiki sifat fisik tanah, menjaga kelembaban tanah, menekan pertumbuhan gulma sehingga minimnya kompetisi unsur hara dan air yang meningkatkan pertumbuhan generatif tanaman,

sehingga meningkatkan produksi biji-bijian dan produksi tanaman. Ruijter dan Agus (2004) menyatakan mulsa berfungsi untuk melindungi permukaan

tanah, mencegah erosi, menjaga kelembaban tanah, memperbaiki struktur tanah dan menekan pertumbuhan gulma sehingga meningkatakan produksi tanaman.

Interaksi Antara Pemberian Mikoriza Vesikula Arbuskula (MVA) Dan Penggunaan Mulsa Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Hijau.

Hasil analisa secara statistik menunjukkan bahwa pengaruh mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter. Hal ini diduga karna salah satu faktor yang lebih dominan dari faktor lainnya atau kedua faktor ini tidak saling mendukung untuk produksi pertumbuhan kacang hijau.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pemberian mikoriza vesikula arbuskula (MVA) berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman 2 MST, 3 MST, 5 MST, jumlah cabang primer, umur berbunga, umur panen , bobot 100 biji, tetapi berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 4 MST, bobot basah akar, bobot kering akar, bobot biji perplot.

2. Penggunaan mulsa berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman 3 MST, 4 MST, 5 MST, jumlah cabang primer, umur berbunga, umur panen, bobot 100 biji, tetapi berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman 2 MST, bobot basah akar, bobot kering akar dan bobot biji perplot.

3. Interaksi antara mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui dosis yang tepat mikoriza vesikula arbuskula (MVA) pada tanaman kacang hijau.

Dokumen terkait