• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Mikoriza Vesikula Arbuskula (MVA) dan Pengunaan Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Hijau (Vigna radiata L. )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Mikoriza Vesikula Arbuskula (MVA) dan Pengunaan Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Hijau (Vigna radiata L. )"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MIKORIZA VESIKULA ARBUSKULA (MVA) DAN

PENGGUNAAN MULSA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

PRODUKSI KACANG HIJAU (Vigna radiata L)

SKRIPSI

OLEH :

RAJANI SIRAIT 030301028 BDP- AGR

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH MIKORIZA VESIKULA ARBUSKULA (MVA) DAN

PENGUNAAN MULSA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

PRODUKSI KACANG HIJAU (Vigna radiata L) )

SKRIPSI

OLEH :

RAJANI SIRAIT 030301028 BDP- AGR

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara , Medan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Judul Skripsi : Pengaruh Mikoriza Vesikula Arbuskula (MVA) dan Pengunaan Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Hijau (Vigna radiata L. ) Nama : Rajani Sirait

NIM : 030301028 Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Agronomi

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

( Ir. O.K. Nazaruddin Hisyam, MS ) ( Ir. T. Irmansyah, MP ) Ketua Anggota

Mengetahui :

( Ir. Edison Purba, Ph. D )

(4)

ABSTRACT

The research was to examined the effect of vesicular arbuscular micorrhizae and by using mulch for the growth and production of mung bean. The experiment has done at Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara, Medan. The experiment used Randomized Block Design (RDB) Factorial with two treatment factors and three replication. First factor was vesicular arbuscular michorrrizae with four level, 0 g/plant, 4 g/plant, 8 g/plant, 12 g/plant. Second factor was mulch with three thype, without mulch (control), organic mulch (straw), anorganic mulch (MPHP). The research result indicate that vesicular arbuscular micorrhizae was not significant for height on plant 2 MST, 3 MST, 5 MST, flowering ages, harvet ages, sum of branch primary, weihgt 100 seed. But was significant for weight root wet, weight root dry, weight seed of plot. Mulch indicated that was not significant for height on plant 3 MST, 4 MST, 5 MST, flowering ages, harvest ages, sum of branch primary, weihgt 100 seed. But was significant for weight root wet, weight root dry, weight seed of plot. The interaction between both of tretments was signifant for all parameter.

(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa terhadap pertumbuhan dan produksi kacang hijau. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.. Penelitian ini menggunakan Rancanagan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan. Faktor pertama yaitu mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dengan 4 taraf, 0 g/tan, 4 g/tan, 8 g/tan,12 g/tan. Faktor kedua penggunaan mulsa dengan 3 jenis, tanpa mulsa (kontrol), mulsa organik (jerami), mulsa anorganik (MPHP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan mikoriza vesikula arbuskula (MVA) berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman 2 MST, 3 MST, 5 MST. umur berbunga, umur panen, jumlah cabang primer, bobot 100 biji, tetapi berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar, bobot kering akar, bobot biji perplot. Penggunaan mulsa berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman. 3 MST, 4 MST, 5 MST, umur berbunga, umur panen, jumlah cabang primer, bobot 100 bij, tetapi berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah akar, bobot kering akar, bobot biji perplot. Interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Rajani Sirait dilahirkan di Sirait Holbung, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 28 Desember 1984 dari Ayahanda S. Sirait dan Ibunda H Br. Silalahi. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara.

Pendidikan formal yang ditempuh adalah SD Negeri 175815 Lumban Julu lulus tahun 1996, SLTP Budi Murni - 4 Medan lulus tahun 1999, SMU Methodist - 8 Medan lulus tahun 2002. Pada tahun 2003 terdaftar sebagai mahasiswa program studi Agronomi, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat kasih karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Mikoriza Vesikula Arbuskula (MVA) dan Penggunaan Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang

Hijau (Vigna radiata L.)” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ir. O.K. Nazaruddin Hisyam, MS. selaku ketua pembimbing dan Bapak Ir. T. Irmansyah, MP selaku anggota pembimbing yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Ayahanda S.Sirait dan Ibunda H. Silalahi serta adik – adikku yang telah memberikan

dukungan dan semangat baik secara materil dan moril selama masa pendidikan hingga penyelesaian pendidikan di Fakultas Pertanian, USU.

Penulis juga berterimakasih kepada temanku satu pelayanan Jerry dan Bahtera. Buat Hasudungan, Andrew, Surya, Hendro, Doddy, Arnold, Tetty, Hakimudin atas dukungan dan persahabatannya yang indah.

(8)

teman-teman BDP 03 - 07 serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis selama penelitian dan hingga terselesainya skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna baik dari segi isi maupun formatnya. Untuk itu penulis mengharapkan saran kritik yang membangun demi kesmpurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan semoga skripsi berguna bagi kita semua.

Medan, Maret 2009

(9)
(10)

Penyiangan ... 17

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 17

Panen ... 18

Pengamatan Parameter ... 18

Tinggi Tanaman(cm) ... 19

Jumlah Cabang Primer (cabang) ... 19

Umur Berbunga (hari) ... 19

Umur Panen (hari) ... 19

Bobot Biji Perplot (g) ... 19

Bobot 100 Biji (g) ... 20

Bobot Basah Akar (g) ... 20

Bobot Kering Akar (g) ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

Hasil ... 21

Pembahasan ... 39

KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

Kesimpulan ... 48

Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal.

1. Rataan tinggi tanaman (cm) pada perlakuan pengaruh mikoriza

vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa 2 – 5 MST ... 18 2. Rataan jumlah cabang primer (cabang) pada perlakuan pengaruh

mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa ... 19 3. Rataan umur berbunga (hari) pada perlakuan mikoriza vesikula

arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa ... 20 4. Rataan umur panen (hari) pada perlakuan mikoriza vesikula

arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa ... 20 5. Rataan bobot biji perplot (g) pada perlakuan mikoriza vesikula

arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa ... 21 6. Rataan bobot 100 biji (g) pada perlakuan mikoriza vesikula

arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa ... 23 7. Rataan bobot basah akar (g) pada perlakuan mikoriza vesikula

arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa ... 24 8. Rataan bobot kering akar (g) pada perlakuan mikoriza vesikula

arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa ... 26 mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa ... 19

9. Rataan umur berbunga (hari) pada perlakuan mikoriza vesikula

arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa ... 20

10.Rataan umur panen (hari) pada perlakuan mikoriza vesikula

arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa ... 20

11.Rataan bobot biji perplot (g) pada perlakuan mikoriza vesikula

arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa ... 21

12.Rataan bobot 100 biji (g) pada perlakuan mikoriza vesikula

arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa ... 23

13.Rataan bobot basah akar (g) pada perlakuan mikoriza vesikula

arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa ... 24

14.Rataan bobot kering akar (g) pada perlakuan mikoriza vesikula

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal.

15.Hubungan antara perlakuan mikoriza dengan bobot biji perplot (g) .... 18 16.Hubungan antara perlakuan mikoriza dengan bobot basah akar (g) .... 19 17.Hubungan antara perlakuan mikoriza dengan bobot kering akar (g) ... 20 mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa ... 19

18.Rataan umur berbunga (hari) pada perlakuan mikoriza vesikula

arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa ... 20

19.Rataan umur panen (hari) pada perlakuan mikoriza vesikula

arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa ... 20

20.Rataan bobot biji perplot (g) pada perlakuan mikoriza vesikula

arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa ... 21

21.Rataan bobot 100 biji (g) pada perlakuan mikoriza vesikula

arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa ... 23

22.Rataan bobot basah akar (g) pada perlakuan mikoriza vesikula

arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa ... 24

23.Rataan bobot kering akar (g) pada perlakuan mikoriza vesikula

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

29.Daftar sidik ragam tinggi tanaman 4 MST ... 36

30.Data tinggi tanaman 5 MST ... 37

31.Daftar sidik ragam tinggi tanaman 5 MST ... 37

32.Data jumlah cabang primer (cabang)... 38

33.Daftar sidik ragam jumlah cabang primer (cabang) ... 38

34.Data umur berbunga (hari) ... 39

35.Daftar sidik ragam umur berbunga (hari) ... 39

36.Data umur panen (hari) ... 40

37.Daftar sidik ragam umur panen (hari) ... 40

38.Data bobot biji perplot (g) ... 41

39.Daftar sidik ragam bobot biji perplot (g) ... 41

40.Data bobot 100 biji (g) ... 42

41.Daftar sidik ragam bobot 100 biji (g) ... 42

42.Data bobot basah akar (g) ... 43

43.Data daftar sisdik ragam bobot basah akar (g) ... 43

44.Data bobot kering akar (g) ... 44

45.Data daftar sisdik ragam bobot kering akar (g) ... 44

(14)

24. Deskripsi Kacang Hijau V. Kutilang ... 47

25. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 48

26. Bagan Penelitian ... 49

27. Analisa Tanah Penelitian ... 50

28. Gambar Tanaman Kacang Hijau ... 51

(15)

ABSTRACT

The research was to examined the effect of vesicular arbuscular micorrhizae and by using mulch for the growth and production of mung bean. The experiment has done at Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara, Medan. The experiment used Randomized Block Design (RDB) Factorial with two treatment factors and three replication. First factor was vesicular arbuscular michorrrizae with four level, 0 g/plant, 4 g/plant, 8 g/plant, 12 g/plant. Second factor was mulch with three thype, without mulch (control), organic mulch (straw), anorganic mulch (MPHP). The research result indicate that vesicular arbuscular micorrhizae was not significant for height on plant 2 MST, 3 MST, 5 MST, flowering ages, harvet ages, sum of branch primary, weihgt 100 seed. But was significant for weight root wet, weight root dry, weight seed of plot. Mulch indicated that was not significant for height on plant 3 MST, 4 MST, 5 MST, flowering ages, harvest ages, sum of branch primary, weihgt 100 seed. But was significant for weight root wet, weight root dry, weight seed of plot. The interaction between both of tretments was signifant for all parameter.

(16)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa terhadap pertumbuhan dan produksi kacang hijau. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.. Penelitian ini menggunakan Rancanagan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan. Faktor pertama yaitu mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dengan 4 taraf, 0 g/tan, 4 g/tan, 8 g/tan,12 g/tan. Faktor kedua penggunaan mulsa dengan 3 jenis, tanpa mulsa (kontrol), mulsa organik (jerami), mulsa anorganik (MPHP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan mikoriza vesikula arbuskula (MVA) berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman 2 MST, 3 MST, 5 MST. umur berbunga, umur panen, jumlah cabang primer, bobot 100 biji, tetapi berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar, bobot kering akar, bobot biji perplot. Penggunaan mulsa berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman. 3 MST, 4 MST, 5 MST, umur berbunga, umur panen, jumlah cabang primer, bobot 100 bij, tetapi berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah akar, bobot kering akar, bobot biji perplot. Interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan.

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kacang hijau merupakan salah satu tanaman leguminosae yang cukup penting di Indonesia. Posisinya menduduki tempat ketiga setelah kedelai dan kacang tanah dalam budiaya tanaman leguminosae. Permintaan terhadap kacang hijau cukup tinggi dan cenderung meningkat ( Marzuki dan Soeprapto, 2004).

Konsumsi kacang hijau penduduk Indonesia pada tahun 1999 adalah 0.55 g perkapita / hari, tahun 2002 meningkat 0,85g perkapita / hari, tahun 2003 sebesar 0,72 g perkapiat / hari, tahun 2004 sebesar 0,74 g perkapita / hari, dan tahun 2005, mencapai 0,75 g perkapita / hari. Sementara produksi kacang hijau pada tahun 2001 adalah 301 ton / ha, tahun 2002 adalah 288 ton / ha, 2003 adalah 335 ton / ha, 2004 adalah 310 ton / ha dan pada tahun 2005 adalah 310 ton / ha (BPS, 2006).

Rendahnya produksi kacang hijau yang dicapai oleh petani diakibatkan karena praktek budidaya yang kurang baik seperti penggunaan lahan pertanian secara terus-menerus sehingga lahan menjadi tandus atau miskin unsur hara dan juga membuat tekstur tanah menjadi keras sehingga tanaman tidak dapat berproduksi maksimum sehingga dilakukan pemupukan ( Hasibuan, 2005).

(18)

karena lemak yang dikandungnya adalah lemak tidak jenuh (Purwono dan Hartono, 2005).

Didalam tanah P tersedia bagi tanaman kurang dari 1% P total tanah. Kecepatan pengambilan unsur hara oleh tanaman tergantung kecepatan hara tanah mencapai permukaan tanaman. Di dalam tanah unsur P bergerak secara difusi. Semua faktor yang berperan dalam menentukan ketersediaan P bagi tanaman. Faktor-faktor tersebut antara lain : faktor tanah (suhu, kelembaban, kapasitas penyangga) dan faktor tanaman (panjang akar, kerapatan) sehingga penggunaan mikoriza di harapkan dapat meningkatkan P tersedia dalam tanah (Bolan, 1991).

Jamur mikoriza vesikula arbuskula (MVA) adalah salah satu tipe jamur pembentuk mikoriza yang akhir-akhir ini cukup populer mendapat perhatian para ahli lingkungan dan biologis. Jamur ini diperkirakan di masa mendatang dapat dijadikan sebagai salah satu alternative teknolgi untuk membantu pertumbuhan, meningkatkan produktivitas, dan kualitas tanaman, terutama yang ditanam pada lahn-lahan marginal yang kurang subur (Setiadi, 1999).

(19)

Untuk tanaman leguminosae keberadaan mikoriza vesikula arbuskula (MVA) sangat dibutuhkan karena pembentukan bintil akar dan efektifitas penambatan nitrogen oleh bakteri rhizobium yang terdapat di dalamnya dapat ditingkatkan. Keberadaannya juga dapat juga bersifat sinergis dengan mikroba potensial lainnya seperti bakteri penambat nitrogen N bebas dan bakteri pelarut P lainnya (Hasairin, 2007)

Mulsa merupakan sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, menjaga kelembaban, struktur, mengurangi kisaran suhu tanah, menghambat pertumbuhan gulma (rumput liar). meningkatkan kesuburan tanah karena menambah bahan organik, meningkatkan peresapan air serta meningkatkan kehidupan jasad mikro dan makro di dalam tanah (Ruijter dan Agus, 2004)

Mulsa pada umumnya disebar secara merata di permukaan tanah. Tetapi mulsa vertikal adalah mulsa sisa tanaman yang dibenamkan ke dalam tanah secara vertikal untuk mengisi retak-retak dan rengkah pada penampang tanah. Mulsa vertikal cocok untuk tanah yang sering mengalami rengkah di musim kemarau, seperti tanah Vertisols (Grumusol) yang banyak dijumpai pada daerah beriklim kering. Tanah liat Grumusol pada umumnya sulit dan berat diolah. Pada musim hujan tanah ini menjadi liat dan lengket, dan pada musim kemarau mejadi keras dan retak-retak (.Umboh, 2000).

Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana pengaruh pemberian mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan

(20)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan panggunaan mulsa terhadap pertumbuhan dan produksi kacang hijau

(Vigna radiata L.).

Hipotesa Penelitian

1. Ada pengaruh mikoriza vesikula arbuskula (MVA) terhadap pertumbuhan dan produksi kacang hijau ( Vigna radiata L. ).

2. Ada pengaruh penggunaan mulsa terhadap pertumbuhan dan produksi kacang hijau ( Vigna radiata L. ).

3. Ada pengaruh interaksi antara mikoiza vesikula arbuskula (MVA) dan

penggunaan mulsa terhadap pertumbumbuhan dan produksi kacang hijau (Vigna radiata L.).

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat membuat skripsi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Klasifikasi tanaman kacang hijau menurut Purwono dan Hartono ( 2005) adalah sebagai berikut :

Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Leguminales Family : Leguminaseae Genus : Vigna

Spesies : Vigna radiata L.

Tanaman kacang hijau berakar tunggang. Sistem perakarannya dibagi menjadi dua yaitu mesophytes dan xerophytes. Mesophytes mempunyai banyak cabang akar pada permukaan tanah dan tipe pertumbuhannya menyebar, sementara xerophytes memilikiakar cabang lebih sedikit dan memenjang kearah bawah (Purwono dan Hartono, 2005).

(22)

Daun tanaman kacang hijau terdiri dari 3 helaian (trifoliat) dan letaknya bersilang. Tangkai daunnya cukup panjang dari daun. Daunnya berwarna hijau muda sampai hijau tua ( Andrianto dan Indiarto, 2004).

Bunga kacang hijau berkelamin sempurna (hermaprodite), berbentuk kupu-kupu dan berwarna kuning. Proses penyerbukan terjadi pada malam hari sehingga pada pagi harinya bunga akan mekar dan pada sore hari menjadi layu ( Rukmana, 1997).

Kacang hiaju memiliki buah yang berbentuk polong, yang panjangnya 5-16 cm. setiap polong berisi 10-15 biji. Polong kacang hijau berbentuk bulat silindris atau pipih dengan ujung agak runcing atau tumpul. Polong muda berwarna hijau, setelah tua berubah menjadi coklat kehitaman (Marzuki dan Soeprapto, 2004).

Biji kacang hijau lebih kecil dibandingkan biji kacang-kacangan lainnya, warna biji kebanyakan hijau kusam atau hijau mengkilap, beberapa ada yang berwarna kuning, coklat dan hitam (Andrianto dan Indriarto, 2004).

Syarat Tumbuh

Iklim

(23)

Banten. Selain di Jawa, tanaman ini juga ditanam di Madura, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku (Marzuki dan Soeprapto, 2004).

Berdasarkan indikator di daerah sentra produsen tersebut keadaan iklim yang ideal untuk tanaman kacan hijau adalah daerah yang bersuhu 250 C - 270 C dengan kelembaban udara 50-80%, curah hujan antar 50-200 mm/bulan dan cukup untuk mendapat sinar matahari (tempat terbuka ). Jumlah curah hujan dapat mempengaruhi produksi kacang hijau. Tanaman ini cocok ditanaman pada musim kering (kemarau) yang rataan curah hujannya rendah (Rukmana, 1997).

Fotosintesis tanaman kacang hijau akan mencapai maksimum pada sekitar pukul 10.00 WIB. Radiasi yang terlalu terik tidak diinginkan oleh tanaman kacang hijau. Panjang hari yang diperlukan minimum 10 jam perhari karena tanaman ini termasuk tanaman golongan C3 (Purwono dan Hartono, 2005).

Tanah

Lokasi untuk kebun kacang hijau adalah tanganya subur, gembur, banyak mengandung humus, aerase dan drainase baik, serta mempunyai kisaran pH 5,8 perlu dilakukan pengapuran (Rukmana, 1997).

Unsur hara makro tersedia dalam jumlah optimal pada kisaran pH 6,5 - 7,5 atau mendekati netral, seperti unsur hara P tersedia dalam jumlah banyak pada kisaran pH 6,5-8 dan 9-10 (Sutedjo, 1987).

(24)

pertumbuhan kacang hijau asalkan kandungan air tanahnya tetap terjaga dengan baik (Purwono dan Hartono, 2005).

Kacang hijau menghendaki tanah dengan kandungan hara (fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan belerang) yang cukup. Dosis anjuran pemupukan tanaman kacang hijau adalah 50 N kg/ha, 75 TSP kg/ha atau 34,5 kg/ha P2O5, 50 kg/ha KCL atau

30 kg/ha K2O (Marzuki dan Soeprapto, 2004).

Mikoriza Vesikula Arbuskula (MVA)

Jamur mikoriza termasuk mikroba yang mampu mendorong penyerapan unsur hara dan air. Namun peningkatan penyerapan unsur hara terjadi, karena simbiosis antara jamur dan akar tanaman dapat memperbesar diameter akar dan memperbanyak percabangannya. Hal inilah yang menyebabkan daya serap akar meningkat. Miselium mikoriza yang menyebar kesegala arah juga membantu akar menyerap air dan hara yang tidak terjangkau akar (Geonadi, 1993).

(25)

hara dan mineral antara jamur dengan tanaman inangnya di dalam jaringan korteks akar. Akar yang panjang jarang mempunyai mikoriza karena terlalu cepat tumbuhnya. Hampir semua akar cabang tumbuh sangat lambat, membentuk akar-akar pendek yan mencirikan terinfeksi jamur dan berkembang menjadi mikoriza (Utomo dan Islami, 1995).

Mikoriza selain mampu meningkatkan resistensi tanaman terhadap kekeringan. Mikoriza memiliki kemampuan untuk meningkatkan penyerapan air pada tanah yang miskin hara, serta mampu meningkatkan aktivitas mikroba tanah yang berguna, juga berperan mengendalikan erosi tanah karena hifanya mampu mengikat partikel-partikel tanah (Prihandana dan Hendroko, 2000).

Perkembangan mikoriza pada umumnya dipengaruhi oleh kondisi rizosfer dan spora mikoriza. Kondisi rizosfer adalah kondisi disekitar perakaran seperti suhu, cahaya matahari, kesuburan tanah, pH tanah, dan eksudat akar.Sementara kondisi spora jamur adalah dormasi dan tingkat kematangan spora (Musnamar, 2002).

Mulsa

Mulsa merupakan bahan organik maupun anorganik yang bermanfaat bagi tanaman yaitu menekan dan mencegah perumbuhan gulma dalam hal kompetisi dengan tanaman untuk memperoleh sinar matahari dan dan penyerapan unsur hara dan airnya bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman budidaya (Umboh, 2000).

(26)

dilakukan dengan cara ditebar secara merata di sekitar batang utama sampai menutup media (Nawangsih dkk,2001).

Mulsa bahan organik lebih mudah digunakan dan pembuatan lubang tanam dapat dilakukan setiap saat. Jarak pelubangan harus sesuai dengan jarak tanam dan dilakukan dengan tugal atau tangan. Ukuran lubang disesuaikan dengan ukuran bibit dan dibuat sebelum penanaman (Djulapar dan Setyowati, 2000).

Sedangkan mulsa anorgaik atau kimia lebih sesuai digunakan pembudidayaan tanaman yang struktur perakarannya dangkal dengan tajuk tanaman berdaun tidak lebat baik pada musim kemarau maupun hujan (Sumpema, 2001).

Penggunaan mulsa anorganik dapat mempercepat tanaman berproduksi, meningkatkan hasil per satuan luas, efisien dalam penggunaan pupuk dan air, mengurangi erosi akibat hujan dan angin, mengurangi serangan hama dan penyakit tanaman, menghambat pertumbuhan gulma,mencegah pemadatan tanah dan mempunyai kesempatan untuk menanam pada bedengan yang sama

lebih dari satu kali (Purwowidodo, 1983).

(27)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanaian Universitas Sumatera Utara, Medan pada bulan September 2008 sampai Desember 2008, dengan ketinggian tempat ± 25 m di atas permukaan laut.

Bahan dan Alat

Bahan dalam penelitian ini adalah benih kacang hijau varietas kutilang jamur mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dari Dinas Pertanian Sumatera Utara mulsa organik (jerami) dan mulsa anorganik (Mulsa Plastik Hitam Perak), bambu insektisida Matador, Sevin dan Fungisida Dithane M -45.

Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, tali raffia, pacak sampel, gunting, palu, alat tulis, kalkulator, timbangan, handsprayer dan peralatan lainnya yang mendukung penelitian ini.

Metode Penelitian

Adapun rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok ( RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu :

Faktor I : Mikoriza ( M ) dengan 4 taraf yaitu : M0 : 0 g/tan

(28)

Faktor II : Pengunaan Mulsa ( P ) dengan 3 taraf yaitu: P0 : Tanpa Mulsa

P1 : Mulsa Organik (Jerami) P2 : Mulsa Anorganik (MPHP)

Kombinasi menjadi 12 perlakauan :

M0P0 M0P1 M0P2 M1P0 M1P1 M1P2 M2P0 M2P1 M2P2 M3P0 M3P1 M3P2 Jumlah Ulangan : 3 Jumlah Plot : 36

Luas Plot : 110 cm x 110 cm Jumlah tanaman perplot : 6

Jumlah tanaman seluruhnya : 216 Jumlah sample per plot : 3 Jumlah sample seluruhnya : 108 Jarak antar plot : 30 cm Jarak antar Ulangan : 50 cm

(29)

Data hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linier : Yijk =  + i+ j + k + ()jk +ijk

Yijk = Hasil pengamatan pada unit percobaan dalam blok ke-i dengan perlakuan Mikoriza Vesikula Arbuskula (MVA) ke-j dan Penggunaan Mulsa pada taraf ke-k.

 = Nilai tengah sebenarnya. i = Efek blok ke-i

j = Efek dari Mikoriza Vesikula Arbuskula (MVA) taraf ke-j. k = Efek Penggunaan Mulsa taraf ke-k.

()jk = Efek interaksi antara Mikoriza Vesikula Arbuskula (MVA) ke-j dengan Penggunaan Mulsa taraf ke-k.

ijk = Pengaruh galat percobaan dari Mikoriza Vesikula Arbuskula (MVA) taraf ke- i dengan Penggunaan Mulsa ke-j pada blok ke-k.

(30)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Penyiapan Lahan

Diukur areal pertanaman yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma kemudian dibuat bedengan dan parit di kelilingnya. Tanah diolah dengan cara mencangkul dengan kedalaman kira-kira 20-30 cm dan digemburkan secara merata dan membuat lobang tanam sesuai dengan jarak tanam.

Penyiapan Benih

Sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu dilakukan pemilihan terhadap benih dengan cara perendaman benih dengan air. Benih yang terapung dibuang dan yang terbenam atau bernas digunakan.

Perlakuan Benih

Sebelum benih ditanam, benih direndam kembali dengan fungisida Dithane M-45 dengan dosis 2 g/liter air selama 5 menit.

Aplikasi Mikoriza Vesikula Arbuskula (MVA)

(31)

Aplikasi Mulsa

Mulsa diaplikasikan dilahan, setelah lahan diolah sesuai dengan perlakuan plot masing-masing. Kemudian diberi lobang tanam sesuai dengan jarak yang ditentukan

Penanaman Benih

Pada tiap-tiap plot dibuat lobang tanam, kemudian benih ditanaman ke dalam lobang tanam dengan jarak taman 25 x 30 cm sebanyak 2 benih perlobang tanam.

Pemeliharaan

Penyiraman

Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari, dan disesuaikan dengan kondisi di lapangan, yang bertujuan untuk menjaga kelembaban areal pertanaman.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati atau tumbuh abnormal. Agar pertumbuhannya seragam, penyulaman dilakukan pada umur 5-15 Hari Setelah Tanam (HST).

Pembumbunan

(32)

Penyiangan

Untuk menghindari persaingan antara gulma dengan tanaman maka dilakukan penyiangan secara manual dengan untuk mencabut gulma.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan sistem pengendalian secara kimia dengan insektisida matador dan sevin dengan konsentrasi 2 cc/liter air dengan cara disemprotkan ketanaman.

Panen

Panen dilakukan pada saat polong berwarna kecoklatan atau hitam atau sesuai dengan deskripsi dalam batas kurang lebih dua minggu dengan cara dipetik secara bertahap.

Pengamatan Parameter

Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dimulai dari pangkal sampai titik tumbuh dengan menggunakan meteran, untuk menghindari kekeliruan dibuat pacak

sampel. Pengukuran dilakukan mulai 2 MST sampai 5 MST .

Jumlah Cabang Primer (cabang)

(33)

Umur Berbunga (hari)

Umur berbunga dihitung setelah tanaman berbunga kira-kira 50 % dari masing-masing plot

Umur Panen (hari)

Umur panen ditentukan setelah polong mulai masak kira-kira 50% dari masing-masing plot yang ditandai dengan berubahnya warna polong menjadi hitam dan mengeringnya batang dan daun.

Bobot Biji Perplot (g)

Ditimbang seluruh biji dalam satu plot setelah panen.

Bobot 100 Biji (g)

Diambil biji secara acak sebanyak 100 biji, kemudian ditimbang.

Bobot Basah Akar (g)

Bobot basah akar diukur dengan cara menimbang akar yang telah dipotong dan dibersihkan. Penimbangan dilakukan pada akhir penelitian dengan menggunakan timbangan analitik.

Bobot Basah Akar (g)

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi Tanaman (cm)

Data hasil pengamatan tinggi tanaman dapat dilihat pada Lampiran 1 dan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan mikoriza vesikula arbuskula (MVA) berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 4 MST dan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2 MST, 3 MST, 5 MST. Sedangkan perlakuan mulsa berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 2 MST dan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 3 MST, 4 MST, 5 MST. Interaksi kedua perlakuan juga berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2-5 MST.

Data rataan tinggi tanaman pada perlakuan pengaruh mikoriza vesikula arbuskula dan penggunaan mulsa 2 – 5 MST dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman (cm) pada perlakuan pengaruh mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa 2 – 5 MST.

(35)

Tabel 1 menunjukkan pada umur 4 MST, tinggi tanaman tertinggi diperoleh pada M3 diikuti oleh M2, M1 yang berbeda tidak nyata , sedangkan M0 terendah dan berbeda nyata dari yang lainnya.

Dari tabel 1 juga menunjukkan perlakuan P1 berbeda nyata dengan perlakuan P1 dengan P2, P0. Sedangkan P2 berbeda tidak nyata dengan perlakuan P0.

Jumlah Cabang Primer (cabang)

Data hasil pengamatan jumlah cabang primer pada lampiran 9 dan analisis sidik ragamnya pada lampiran 10. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan perlakuan mulsa serta interaksi berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang primer.

Data rataan jumlah cabang primer pada perlakuan pengaruh mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan jumlah cabang primer (cabang) pada perlakuan pengaruh mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa.

Mikoriza

(36)

Data rataan umur berbunga pada perlakuan pengaruh mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Rataan umur berbunga (hari) pada perlakuan pengaruh mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa

Mikoriza

Data hasil pengamatan umur panen pada Lampiran 13 dan analisis sidik ragamnya pada Lampiran 14. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan perlakuan mulsa serta interaksi berpengaruh tidak nyata terhadap umur panen.

Data rataan umur panen pada perlakuan pengaruh mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa dapat dilihat pada tabel 4.

(37)

Bobot Biji Perplot (g)

Data hasil pengamatan bobot biji perplot pada lampiran 15 dan analisis sidik ragamnya pada lampiran 16. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan perlakuan mulsa berpengaruh nyata terhadap bobot biji perplot, sedangkan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot biji perplot.

Data rataan bobot biji perplot pada perlakuan pengaruh mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Rataan bobot biji perplot (g) pada perlakuan pengaruh mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa

Mikoriza (gr/tan)

Mulsa

Rataan P0 P1 P2

M0 60.90 61.43 68.30 63.54d M1 71.73 76.37 75.84 74.98c

M2 81.56 81.89 85.58 82.88ab

M3 81.55 81.74 90.20 84.80a Rataan 73.84b 75.36ab 80.23a

Tabel 5. menunjukkan, bahwa rataan bobot biji perplot berkisar antara 63.54 dan 82.88 dimana bobot tertingggi pada perlakuan M3 dan terendah pada perlakuan M0.

(38)

Hubungan antara mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dengan bobot biji perplot (g) dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan antara perlakuan mikoriza dengan bobot biji perplot (g)

Gambar 1 menunjukkan terdapat hubungan kuadratik antara antara bobot produksi perplot dengan perlakuan mikoriza dengan persamaan Ŷ = 63.43 + 3.6108 - 0.1534x2 r 2= 0.9986.

Bobot 100 Biji (g)

Data hasil pengamatan bobot 100 biji pada lampiran 17 dan analisis sidik ragamnya pada lampiran 18. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan perlakuan mulsa berpengaruh tidak nyata, sedangkan interaksinya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100 biji .

Data rataan bobot 100 biji pada perlakuan pengaruh mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa dapat dilihat pada tabel 6.

(39)

Tabel 6. Rataan Bobot 100 biji (g) pada perlakuan pengaruh mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa

Mikoriza

Data hasil pengamatan bobot basah akar pada lampiran 19 dan analisis sidik ragamnya pada lampiran 20. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan perlakuan mulsa berpengaruh nyata,

sedangkan interaksinya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar

Data rataan bobot basah akar pada perlakuan pengaruh mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Rataan bobot basah akar (g) pada perlakuan pengaruh mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa

Mikoriza Rataan 9.55c 11.07ab 11.67a

(40)

Dari tabel 7. juga terlihat perlakuan P2 berbeda tidak nyata dengan perlakuan P1 tetapi berbeda nyata dengan P0, P1 berbeda nyata dengan P0.

Hubungan antara perlakuan mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dengan bobot basah akar (g) dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Hubungan antara perlakuan mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dengan bobot basah akar (g)

Gambar 2 menunjukkan terdapat hubungan linier positif antara antara bobot basah akar dengan perlakuan mikoriza dengan persamaan Ŷ = 9.638 + 0.1882x r 2 = 0.9094.

Bobot Kering Akar (g)

Data hasil pengamatan bobot kering akar pada lampiran 21 dan analisis sidik ragamnya pada lampiran 22. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan perlakuan mulsa berpengaruh nyata,

(41)

Data rataan bobot kering akar pada perlakuan pengaruh mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Rataan bobot kering akar (g) pada perlakuan pengaruh mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa

Mikoriza

Tabel 8. menunjukkan, bobot terberat diperoleh pada M3 diikuti oleh M2, M1, M0. Dimana M3 tidak berbeda nyata dengan M2 dan M1, tetapi berbeda nyata dengan M0, M0 terendah berbeda tidak nyata dengan M1 dan M2.

Dari tabel 8. juga terlihat perlakuan P2 berbeda tidak nyata dengan perlakuan P1 tetapi berbeda nyata dengan P0, P1 berbeda tidak nyata dengan P0.

Hubungan antara perlakuan mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dengan bobot kering akar (g) dapat dilihat pada gambar 3.

Hubungan Antara Mikoriza dengan Bobot Kering Akar (g)

(42)

Gambar 3. Hubungan antara dengan perlakuan mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dengan bobot kering akar (g)

(43)

Pembahasan

Pengaruh Mikoriza Vesikula Arbuskula (MVA) Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Hijau.

Hasil analisa data secara statistik menunjukkan bahwa pemberian mikoriza vesikula arbuskula (MVA) berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman 2 MST, 3 MST, 5 MST, umur berbunga, umur panen, jumlah cabang primer, bobot 100 biji. Tetapi berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 4 MST, bobot basah akar, bobot kering akar dan bobot biji perplot.

Pemberian mikoriza vesikula arbuskula (MVA) berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2 MST, 3 MST, 5 MST. Hal ini diduga pertumbuhan tinggi tanaman lebih dipengaruhi lingkungan seperti nitrogen, air, cahaya. Gardner dan Pierce (1991) menyatakan nitrogen, air dan cahaya mempunyai pengaruh nyata terhadap pertumbuhan batang, penyinaran yang gelap dapat meningkatkan auksin sehingga dapat terjadi etiolasi sedangkan penyinaran kuat dapat menurunkan auksin sehingga mengurangi tinggi tanaman.

Pemberian mikoriza vesikula arbuskula (MVA) berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang primer. Sutedjo (1987) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah sifat genetis tanaman tersebut misalnya varietas faktor lingkungan seperti temperatur, drainase, udara, serangan hama dan

penyakit serta faktor tanah yang menyangkut fisik kimia dan biologi. Purwono dan Hartono (2005) menyatakan bahwa pengolahan tanah dan pemeliharaan

tanaman seperti pemupukan, penyiangan, pengairan merupakan hal yang harus

(44)

Mikoriza Vesikula Arbuskula (MVA) berpengaruh tidak nyata terhadap umur berbunga dan umur panen. Kekurangan unsur P dapat menyebabkan lamanya umur berbuah dan umur panen. Ashari (1995) menyatakan umur panen dipengaruhi oleh usia tanaman sedangkan umur berbunga dipengaruhi oleh kelebihan oleh nitrogen sehingga dapat memperlambat umur berbunga dan umur panen tersebut.

Perlakuan mikoriza vesikula arbuskula (MVA) juga berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100 biji. Adanya pengaruh tidak nyata tersebut diduga karena unsur hara yang berfungsi dalam pengisisan biji tidak dapat diserap oleh tanaman kacang hijau secara optimal, hal ini disebabkan unsur hara N dalam tanah rendah. Jumin (2002) menyatakan nitrogen berfungsi dalam pengisian biji pada tanaman biji-bijian, Hal ini juga diduga dipengaruhi oleh stress air yang menyebabkan berkurangnya transportasi zat terlarut organik dan anorganik yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan pengissian biji. Hakim (1986) menyatakan bahwa air diperlukan oleh tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya antara lain untuk transpirasi dalam asimilasi dalam proses asimilasi untuk pembentukan karbohidrat serta mengangkut hasil-hasil fotosintesis kejaringan tumbuhan.

(45)

arbuskula (MVA) adalah penyerapan unsur P, K, S, Mn, Cu, Zn akan lebih efisien. Tanaman akan lebih tahan terhadap kekeringan karena mampu menyerap air yang ada di luar jangkauan rambut akar. Perakaran tanaman akan lebih terhadap serangan patogen akar karena disamping mengeluarkan senyawa anti biotik, hifa mikoriza vesikula arbuskula (MVA) juga berfungsi sebagai pelindung secara fisik dan peningkatan pembentukan agregat tanah disekitar perakaran tanaman sehingga sifat-sifat tanah lebih baik

Pengaruh Mulsa Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Hijau.

Penggunaan mulsa berpengaruh tidak nyata terhadapa parameter tinggi tanaman 3 MST, 4 MST, 5 MST, jumlah cabang primer, umur berbunga, umur panen, bobot 100 biji. Tetapi berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 2 MST, bobot basah akar, bobot kering akar, bobot biji perplot.

Penggunaan mulsa berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 3 MST, 4 MST, 5 MST, jumlah cabang primer. Hal ini diduga karena rendahnya unsur N yang tersedia dalam tanah yang dapat memicu pertumbuhan pegetativ tanaman yakni pertambahan luas dan perkembangan tajuk tanaman. Hasibuan (2005) menyatakan bahwa unsur N berpengaruh dalam merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman

(46)

tidak dapat diserap secara minimal. Sutedjo (1987) menyatakan bahwa unsur hara dapat diserap tanaman secara optimal pada kisaran pH netral.

Penggunaan mulsa berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar, bobot basah akar. Hal ini diakibatkan penggunaan mulsa yang berfungsi memperbaiki sifat fisik tanah, struktur tanah, sifat fisika tanah dan kimia tanah sehingga memudahkan akar dapat berkembang secara leluasa. Porwowidodo (1983) menyatakan bahwa penggunaan mulsa dapat memperbaiki sifat fisik tanah, kimia tanah, kestabilan agregat tanah.

Mulsa juga berpengaruh nyata terhadap bobot biji perplot. Pengaruh nyata tersebut diduga karna mulsa yang digunakan dapat memperbaiki sifat fisik tanah, menjaga kelembaban tanah, menekan pertumbuhan gulma sehingga minimnya kompetisi unsur hara dan air yang meningkatkan pertumbuhan generatif tanaman,

sehingga meningkatkan produksi biji-bijian dan produksi tanaman. Ruijter dan Agus (2004) menyatakan mulsa berfungsi untuk melindungi permukaan

tanah, mencegah erosi, menjaga kelembaban tanah, memperbaiki struktur tanah dan menekan pertumbuhan gulma sehingga meningkatakan produksi tanaman.

Interaksi Antara Pemberian Mikoriza Vesikula Arbuskula (MVA) Dan Penggunaan Mulsa Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Hijau.

(47)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pemberian mikoriza vesikula arbuskula (MVA) berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman 2 MST, 3 MST, 5 MST, jumlah cabang primer, umur berbunga, umur panen , bobot 100 biji, tetapi berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 4 MST, bobot basah akar, bobot kering akar, bobot biji perplot.

2. Penggunaan mulsa berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman 3 MST, 4 MST, 5 MST, jumlah cabang primer, umur berbunga, umur panen, bobot 100 biji, tetapi berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman 2 MST, bobot basah akar, bobot kering akar dan bobot biji perplot.

3. Interaksi antara mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan.

Saran

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, T.T. dan Indrianto, N., 2004. Budidaya Dan Analisis Tani Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Jakarta.

Bangun, M. K., 1991. Perancangan Percobaan. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bolan, K. N., 1991. Soil Microorganism and Plant Growth. Oxford and IBM Publ. Co. (terjemahan H. Susilo. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Badan Pusat Statistik (BPS),2006. Grafik dan Statistik Konsumsi Tanaman Pangan di Indonesia.

Duljapar, K. dan R. N. Sertyowati, 2000. Petunjuk Bertanam Semangka Sistem Turus, Penebar Swadaya. Jakarta.

Geonadi, 1993. Jenis-Jenis Mikroba Tanah Yang Berguna, Trubus, Jakarta.

Hasairin, A., 2007. Diktat Taksonomi Tumbuhan Rendah, FMIPA, Unimed, Medan. Hasibuan, B. E., 2005. Pupuk dan Pemupukan. Fakultas Pertanian, Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Lakitan, B., 2007. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Marzuki, H.A., dan H.S. Soeprapto, 2004. Bertanamn Kacang Hijau, Penebar Swadaya,

Jakarta.

Musnamar, E. I., 2006. Pupuk Organik, Penebar Swadaya, Jakarta.

Nawangsih, A. A., H.P. Imdad dan A. Wahyudi, 2001. Cabai Hot Beauty, Penebar Swadaya, Jakarta.

Prihandana, R. dan R. Hendroko, 2000. Petunjuk Budidaya Jarak Pagar, Kanisius. Jakarta.

Purwono dan R. Hartono, 2005. Kacang Hijau, Penebar Swadaya, Jakarta. Purwidodo, 1983. Teknologi Mulsa, Dewaruci, Jakarta.

(49)

Ruijter dan Agus, 2004. http//www.SitusHijau.co.id, Mulsa Buat Tanaman Anda.

Rukmana, R., 1997. Kacang Hijau dan Budidaya Pascapanen., Kanisius, Jakarta.

Setiadi, Y.,1996. Mengenal Jamur Mikoriza Arbuskula dan Prospek Aplikasi sebagai Pupuk Biologis Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Kualitas Semai Tanaman Perkebunan, Perkebunan Kehutanan, Bogor.

Sumpema, U., 2001. Budidaya Mentimun Intensif Dengan Mulsa, Penebar Swadaya, Jakarta.

Sutedjo, M.M., 1987. Pupuk dan Cara Pemupukan, Rineka Cipta, Jakarta. Hal 6 : 67. Umboh, A. H., 2000. Petunjuk Penggunaan Mulsa, Penebar Swadaya, Jakarta.

Utomo, W. H. dan T. Islami, 1995. Hubungan Tanah, Air, Dan Tanaman, IKIP Semarang Press, Semarang.

(50)

Lampiran 1. Deskripsi Varietas Kutilang Periode Berbunga : Serempak.

Rambut Daun : Jarang, pendek kecokelatan. Bobot 100 biji : 6-7 gr.

Jumlah

Polong Pertanaman : 15-24 Biji Perpolong : 9 – 13

Bentuk Polong : Besar Panjang, bulu polong pendek kecokelatan Posisi Polong : Terkulai melengkung ke dalam, panjang tangkai

polong sedang ( 10-15 cm). Potensi Hasil : 1.96 ton per hektar

(51)
(52)

Lampiaran 26. Bagan Penelitian

Keterangan : a. Jarak Antar Blok / Ulangan 50 cm

(53)

Lampiran 27. Analisa Tanah Penelitian

Senyawa / Kandungan Persentase Kriteria Menurut BPP Medan

N 0.13% Rendah

P 22.30 ppm Rendah

K 0.08 me /100g Rendah

C 1.21 % Rendah

pH 6.11 Rendah/Asam

(54)

46

Lampiran 23. Rangkuman uji beda rataan pengaruh mikoriza vasikula arbuskula dan penggunaan mulsa terhadap pertumbuhan dan produksi kacang hijau Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan kelompok dan perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5%

menurut uji jarak berganda duncan (DMRT)

Gambar

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman (cm) pada perlakuan pengaruh  mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa 2 – 5 MST
Tabel 2. Rataan jumlah cabang primer (cabang) pada perlakuan pengaruh   mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa
Tabel 3. Rataan umur berbunga (hari) pada perlakuan pengaruh  mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa
Tabel 5. Rataan bobot biji perplot (g) pada perlakuan pengaruh  mikoriza vesikula arbuskula (MVA) dan penggunaan mulsa
+5

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan industri media televisi yang berorientasi pasar dalam beberapa tahun terakhir ini tidak terlepas dari dorongan dan ketersediaanya produk budaya massa terutama dari

Hubungan Konsep Diri Dengan Penyesuaian Diri Remaja Panti Asuhan Di Bekasi Agra Prayoga Setiawan Fakultas Psikologi Universitas Bhayangkara Jakarta Raya agraprayoga@gmail.com..

Informasi mengenai karakteristik penduduk Badung yang berkerja di sektor informal, serta hubungan sekaligus kecenderungan antara karakteristik yang dimiliki dengan

Permasalahan yang tak kalah pentingnya adalah kebijakan pemerintah untuk menangani permasalahan di bagian hulu sungai Citarum sering menjadikan masyarakat sebagai objek

Bank Pembangunan Daerah Bali melakukan pembayaran sejumlah uang dengan memberikan surat cek untuk diunjukkan pada tertarik, namun ketika cek itu dicairkan oleh

Robot detektor logam pada ranjau darat berbasis mikrokontroler 328 membutuhkan dua mikrokontroler dimana, satu mikrokontroler digunakan untuk kendali robot, sensor

Kelompok musang luwak yang diberi pakan kopi menunjukan kelenjar fundus dengan jumlah sel parietal yang relatif lebih banyak dibanding kelompok musang luwak yang tidak

Penumpang internasional yang berangkat dari Provinsi Aceh melalui bandar udara Sultan Iskandar Muda pada bulan September 2012 sebanyak 3.635 orang, mengalami