• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah dan Peranan Museum Negeri Provinsi Jambi (1981-1999)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sejarah dan Peranan Museum Negeri Provinsi Jambi (1981-1999)"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH DAN PERANAN MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI (1981-1999)

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN

O l e h

NAMA : Rizal Tambunan NIM : 090706001

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi

Sejarah dan Peranan Museum Negeri Provinsi Jambi (1981-1999) Yang diajukan oleh

Nama : Rizal Tambunan Nim : 090706001

Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh

Pembimbing

Dra. Ratna, M.S. Tanggal, 6 Desember 2013

N.I.P : 131415907

Ketua Departeman Ilmu Sejarah

Drs. Edi Sumarno, M.Hum. Tanggal, 6 Desember 2013

N.I.P : 196409221989031001

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

Sejarah dan Peranan Museum Negeri Provinsi Jambi (1981-1999)

Skripsi Sarjana DIKERJAKAN

O l e h

Rizal Tambunan 090706001 Pembimbing

Dra. Ratna, M.S. Nip. 131415907

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian

Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, untuk melengkapi Salah satu syarat ujian Sarjana Fakultas Ilmu Budaya

Dalam bidang Ilmu Sejarah.

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

Lembar Persetujuan Ketua Jurusan

DISETUJUI OLEH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN SEJARAH

Ketua Departemen

Drs. Edi Sumarno M.hum N.I.P. 196409221989031001

(5)

Lembar Pengesahan Skripsi oleh Dekan dan Panitia Ujian

Diterima oleh :

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Fakultas Ilmu Budaya Dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan.

Pada : Hari : Tanggal :

Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan

Dr. Syahron Lubis, M.A N.I.P : 195110131976031001

Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan

1. Drs. Edi Sumarno, M.Hum (………)

2. Dra. Nurhabsyah, M.Si (………)

3. Dra. Ratna, M.S (………)

4. Dra. Nina Karina, M.SP (………)

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih, berkat serta setianya yang tidak terhingga berupa bimbingan, kekuatan, dan pertolongan yang tiada hentinya diberikan kepada penulis. Atas berkat limpahanNya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan, meskipun banyak hambatan serta tantangan.

Penulisan skripsi ini juga tidak akan terwujud tanpa bantuan, kerja sama dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis juga ingin mengungkapkan rasa terima kasih kepada:

1. Teristimewa penulis ungkapkan rasa terima kasih kepada keluarga tercinta, Ayahanda Marasal Tambunan dan Ibunda Nurhayati Simanjuntak yang telah mendidik , membesarkan, serta memberikan kasih sayang yang tidak terhingga kepada penulis dari lahir hingga menapaki proses akhir perkuliahan. Orang tua yang selalu memberikan dukungan materil dan moril yang berkelimpahan yang tidak mungkin penulis dapat membalas semuanya. Kepada adik ku Remon Tambunan dan Rivai Tambunan yang juga membantu penulis serta memberikan semangat dalam mengerjakan karya ini.

2. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Dr. Syahron Lubis, M.A yang telah memberikan segala bantuan dan kesempatannya sehingga penulis dapat mengikuti proses perkuliahan dengan baik.

(7)

sebagai Sekretaris Departemen Ilmu Sejarah yang telah membeikan dukungan serta nasehat kepada penulis.

4. Ibu Dra. Ratna, M.S., sebagai Dsen Wali serta Dosen Pembimbing dalam penulisan skripsi ini yang sangat banyak memberi semangat, masukan, serta meluangkan waktu untuk membimbing penulis, juga yang mengerti akan kekurangan penulis dalam penulisan skripsi ini guna member arahan yang sangat bermakna sehingga skripsi ini dapat terselesaikan .

5. Ibu Eny Suhartaty selaku Kepala Museum Negeri Propinsi Jambi dan Bapak Masgia selaku Kepala Seksi Bimbingan dan Publikasi yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis untuk memperoleh data dan fakta.. Juga kepada seluruh informan yang telah memberikan informasi guna mendukung penulis menyelesaikan skripsi ini. 6. Sahabat-sahabatku seangkatan stambuk 2009 “stambuk paling istimewa” bagi kehidupan

penulis dalam mengarungi masa bangku perkuliahan; Sigmer, Dara, Roni, Shinta, Swandi, dalam kebersamaan kita selama menjalani perkuliahan yang tak akan pernah dilupakan oleh penulis dalam suka maupun duka, kalian akan selalu berada di hati penulis, kalian teman terbaik yang dikaruniakan oleh Tuhan, canda tawa yang selalu kita kenang walaupun akhirnya kita berpisah setelah masa perkuliahan berakhir tetapi kalian sahabat terhebat bagi penulis. Juga teman-teman seangkatan lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

(8)

Janter, Taufik, Bonjol serta tidak lupa kepada sahabat penulis Nazli yang telah memberikan bantuan yang luar biasa bagi penulis dalam menyelesaikan karya ini.

(9)

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan kasih penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis ucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini baik dari segi moril maupun materil.

Akhirnya dengan rasa bangga hati penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Sejarah dan Peranan Museum Negeri Propinsi Jambi (1981-1999)”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan perkuliahan sekaligus untuk meraih gelar kesarjanaan di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Penulis juga menyadari bahwa hasil karya ilmiah ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna karena keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Maka dari itu, dengan kerendahan hati penulis meminta maaf serta mengharapkan segala kritik dan saran demi perbaikan serta menuju kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat dinikmati bagi kita sekalian sebagai pemerhati sejarah.

Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atas perhatian para pembaca dan pemerhati sejarah, kiranya Tuhan YME menyertai kita sekalian.

Medan, Desember 2013

(10)

ABSTRAK

Penulisan skripsi ini berjudul “Sejarah dan Peranan Museum Negeri Propinsi Jambi”. Adapun tujuan penelitian ini ialah untuk menjelaskan latar belakang sejarah berdirinya Museum Negeri Provinsi Jambi, menjelaskan dan memahami bagaimana perkembangan Museum Negeri Provinsi Jambi dari tahun 1981-1999, serta menjelaskan bagaimana peranan Museum Negeri Provinsi Jambi sebagai tempat pelestarian budaya nasional. Untuk mencapai tujuan penelitian, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah yaitu, melalui proses heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Sumber diperoleh melalui studi kepustakaan dan studi lapangan.

Dari hasil penelitian ini maka didapatkan data mengenai pembangunan museum yang dilakukan pada tanggal 18 februari 1981 oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jambi Masjchun Sofwan. Meskipun pengesahan bangunan museum dilakukan pada tahun 1988 tetapi bangunan museum sudah dapat dimanfaatkan oleh masyarakat pada tahun 1982. Bangunan Museum Negeri Provinsi Jambi secara keseluruhannya menggambarkan bangunan yang memadukan gaya arsitektur tradisional Jambi.

Koleksi museum telah tersedia pada tahun 1979 dengan jumlah 63 buah benda koleksi kemudian jumlahnya semakin meningkat pada tahun 1983 setelah pembangunan museum dimulai dengan jumlah 1875 buah benda koleksi. Kemudian pada tahun 1990 pengadaan koleksi semakin meningkat menjadi 2.216 buah, peningkatan jumlah koleksi benda museum ini sejalan dengan penambahan berbagai ruangan didalam gedung museum yang dilakukan secara bertahap ditahun 1990, penambahan gedung museum ini mencakup ruang pameran tetap (gedung induk lantai II) seluas 988 m2, gedung auditorium seluas 729 m2, gedung pameran temporer seluas 202 m2, gudang koleksi seluas 204 m2, gedung konservasi preparasi seluas 196 m2 dan gedung administrasi seluas 393 m2. Tetapi pada tahun 1999 koleksi benda museum sempat mengalami penurunan menjadi 1.357 koleksi dikarenakan terjadi kerusakan koleksi museum.

(11)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... ii

DAFTAR ISI... iii

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Rumusan Masalah ...5

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan ...6

1.4 Tinjauan Pustaka ...7

1.5 Metode Penelitian ...10

BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI ...13

2.1 Latar Belakang Berdirinya Museum ...13

2.2 Sejarah Museum ...14

2.3 Bentuk Bangunan ...16

BAB III PERKEMBANGAN MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI ...21

3.1 Perkembangan Bangunan Museum (1981-1999) ...21

3.2 Pengelolaan Museum ...26

3.3 Struktur Organisasi museum dan berbagai fungsinya ...27

3.3.1 Kepala Museum ...28

3.3.2 Kepala Sub Bagian Tata Usaha ...29

(12)

3.3.4 Kepala Seksi Bimbingan dan Publikasi ...31

3.4 Sumber Pendanaan ...32

3.5 Pengadaan Koleksi ...33

3.6 Teknik Pemeliharaan Koleksi Benda Museum ...34

3.6.1 Langkah Preventif ...36

3.6.2 Langkah Kuratif ...38

3.7 Koleksi Museum ...39

BAB IV PERANAN MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI ...65

4.1 Lembaga Pelestaraian Warisan Sejarah Alam dan Budaya ...65

4.2 Benteng Budaya Bangsa ...67

4.3 Sarana Pendidikan ...69

4.4 Pusat Dokumentasi, Penelitian dan Penyaluran Ilmu Pengetahuan ...70

4.5 Tempat Apresiasi Budaya ...71

4.6 Obyek Pariwisata ...72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...74

5.1 Kesimpulan ...74

5.2 Saran ...76

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR INFORMAN

(13)

ABSTRAK

Penulisan skripsi ini berjudul “Sejarah dan Peranan Museum Negeri Propinsi Jambi”. Adapun tujuan penelitian ini ialah untuk menjelaskan latar belakang sejarah berdirinya Museum Negeri Provinsi Jambi, menjelaskan dan memahami bagaimana perkembangan Museum Negeri Provinsi Jambi dari tahun 1981-1999, serta menjelaskan bagaimana peranan Museum Negeri Provinsi Jambi sebagai tempat pelestarian budaya nasional. Untuk mencapai tujuan penelitian, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah yaitu, melalui proses heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Sumber diperoleh melalui studi kepustakaan dan studi lapangan.

Dari hasil penelitian ini maka didapatkan data mengenai pembangunan museum yang dilakukan pada tanggal 18 februari 1981 oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jambi Masjchun Sofwan. Meskipun pengesahan bangunan museum dilakukan pada tahun 1988 tetapi bangunan museum sudah dapat dimanfaatkan oleh masyarakat pada tahun 1982. Bangunan Museum Negeri Provinsi Jambi secara keseluruhannya menggambarkan bangunan yang memadukan gaya arsitektur tradisional Jambi.

Koleksi museum telah tersedia pada tahun 1979 dengan jumlah 63 buah benda koleksi kemudian jumlahnya semakin meningkat pada tahun 1983 setelah pembangunan museum dimulai dengan jumlah 1875 buah benda koleksi. Kemudian pada tahun 1990 pengadaan koleksi semakin meningkat menjadi 2.216 buah, peningkatan jumlah koleksi benda museum ini sejalan dengan penambahan berbagai ruangan didalam gedung museum yang dilakukan secara bertahap ditahun 1990, penambahan gedung museum ini mencakup ruang pameran tetap (gedung induk lantai II) seluas 988 m2, gedung auditorium seluas 729 m2, gedung pameran temporer seluas 202 m2, gudang koleksi seluas 204 m2, gedung konservasi preparasi seluas 196 m2 dan gedung administrasi seluas 393 m2. Tetapi pada tahun 1999 koleksi benda museum sempat mengalami penurunan menjadi 1.357 koleksi dikarenakan terjadi kerusakan koleksi museum.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang Masalah

Museum disebut sebagai pengawal warisan budaya. Pengawal warisan budaya mengandung makna bahwa warisan budaya juga ditampilkan oleh museum kepada masyarakat. Dalam perkembangannya museum tidak hanya berhubungan dengan benda benda warisan budaya, tetapi juga meliputi museum yang mengkhususkan diri pada teknologi, peristiwa-peristiwa sejarah, dan tokoh-tokohnya. Apapun bentuk museum yang pasti fungsi pokoknya terhadap pengunjung adalah berkomunikasi.1

Museum pertama di Indonesia adalah museum Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Berdiri tahun 1778 di Jakarta. Awalnya museum ini di maksudkan sebagai pengumpulan benda warisan budaya di Indonesia untuk kepentingan penelitian ilmu pengetahuan. Kemudian pada tahun 1915 didirikan Museum Bali di Denpasar dan pada tahun 1935 didirikan Museum Sono Budoyo di Yogyakarta. Sampai akhir Perang Dunia II jumlah museum yang ada kurang lebih sekitar 30 buah. Setelah kemerdekaan jumlah museum terus bertambah dan sekarang mencapai 262 buah museum. Tujuan pendiriannya berubah dari tujuan untuk kepentingan pemerintah penjajah menjadi untuk kepentingan masyarakat dalam usaha Pemerintah Republik Indonesia mencerdaskan kehidupan bangsa.2

1

Bambang Sumadio, Bunga Rampai Permuseuman, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Direktorat Permuseuman, 1996/1997, hlm. 21.

2

(15)

Dalam era pembangunan teknologi yang cepat berkembang saat ini, peranan museum sangat diharapkan untuk dapat mengumpulkan, merawat, dan mengkomunikasikan berdasarkan penelitian dari benda-benda yang merupakan bukti konkret dari proses pengembangan kebudayaan untuk kemudian menjadi warisan yang dapat dinikmati oleh masyarakat yang tidak hidup dimasa lampau. Dengan demikian masyarakat generasi sekarang dapat memperoleh gambaran tentang suatu kejadian di masa lampau melalui warisan benda-benda sejarah yang ada dalam museum.

Pada umumnya masyarakat masih memandang museum sebagai suatu tempat atau lembaga yang bersuasana statis, berpandangan konservatif atau kuno, yang hanya mengurusi berbagai benda-benda kuno kalangan elite untuk kebanggaan dan kekaguman semata. Biasanya bangunan museum memang terkesan menyeramkan karena identik dengan barang-barang kuno, keadaan yang sunyi, dan dan terkadang agak kurang terurus karena bangunan dan keadaan ruangannya yang terkesan lama dan tidak modern seperti pada saat sekarang. Hal ini dapat mengakibatkan kejenuhan bagi mereka saat mengunjunginya. Namun seharusnya hal ini tidak menjadi suatu halangan bagi masyarakat untuk tidak mengunjungi museum, karena museum juga memperkenalkan proses perkembangan sosial budaya dari suatu lingkungan kepada masyarakat. Masyarakat juga bisa menggunakan museum sebagai tempat rekreasi dan sarana belajar guna menambah pengetahuan khususnya dalam bidang Ilmu Sejarah.

Menurut ICOM3

3

ICOM (International Council Of Museums) merupakan organisasi internasional yang mewakili museum professional dari 137 negara dan Indonesia merupakan salah satu anggota dari ICOM

, museum memiliki beberapa fungsi, antara lain :

(16)

3. Konservasi dan preservasi.

4. Penyebaran dan pemerataan ilmu untuk umum. 5. Pengenalan dan penghayatan kesenian.

6. Visualisasi warisan baik hasil alam dan budaya. 7. Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia.

8. Pembangkit rasa bertakwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Museum Negeri Provinsi Jambi merupakan salah satu museum yang ada di Kota Jambi yang terkenal sebagai salah satu daerah penghasil perkebunan karet dan kelapa sawit terbesar di Indonesia. Museum Negeri Provinsi Jambi yang terletak di perempatan Jalan Urip Sumaharjo. mulai dibangun dengan peletakan batu pertama oleh Gubernur Jambi, Masjchun Sofwan, SH. pada tanggal 18 Februari 1981. Setelah selesai dibangun kompleks bangunan museum ini diresmikan pendiriannya oleh Mendikbud, Prof. DR. Fuad Hasan pada tanggal 6 Juni 1988, dengan nama Museum Negeri Propinsi Jambi meskipun sebenarnya museum ini sudah mulai berfungsi pada tahun 1982. Dengan berlakunya UU No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, maka Museum Negeri Propinsi Jambi berubah menjadi Museum Negeri Jambi sesuai dengan Perda No.15 tahun 2002.4

Seperti museum lain yang ada di Indonesia Museum Negeri Provinsi Jambi ini memiliki tugas menyimpan, merawat, menjaga dan kemudian memanfaatkan koleksi museum. Koleksi tersebut berupa benda cagar budaya yang memiliki nilai historis untuk kemudian dipamerkan kepada masyarakat umum. Tujuannya agar Masyarakat dapat lebih mengenal sejarah masa lampau yang tidak mereka alami dalam kehidupan sekarang melalui benda-benda sejarah yang

4

(17)

ada di Museum. Sebagai tempat pelestarian, museum harus melaksanakan kegiatan sebagai berikut :

• Penyimpanan, yang meliputi pengumpulan benda untuk menjadi koleksi, pencatatan koleksi, sistem penomoran dan penataan koleksi.

• Perawatan, yang meliputi kegiatan mencegah dan menanggulangi kerusakan koleksi. • Pengamanan, yang meliputi kegiatan perlindungan untuk menjaga koleksi dari

gangguan atau kerusakan oleh faktor alam dan ulah manusia

Peranan Museum Negeri Provinsi Jambi sangat penting dalam melestarikan kebudayaan, khususnya kebudayaan yang ada di Jambi. Benda-benda yang ada dalam museum tersebut merupakan perwakilan tentang gambaran aktivitas kehidupan manusia sehari-hari pada masa lalu dan juga berbagai bentuk kebudayaan yang mereka hasilkan pada masa itu, misalnya Keris Siginjai yang merupakan pusaka asli Jambi yang digunakan oleh Orang Kayo Hitam (Raja Melayu Jambi) pada masa itu untuk mempertahankan diri dari musuh yang menyerang. Dengan adanya museum ini diharapkan masyarakat, khususnya generasi muda, mendapatkan pengetahuan dan memahami betapa tingginya kebudayaan yang telah diciptakan oleh nenek moyang manusia dahulu sehingga semangat akan melestarikan dan memelihara benda-benda sejarah akan terus hidup.

(18)

Penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang permuseuman di Jambi karena museum sebagai tempat pelestarian kebudayaan masa lampau dalam pengadaan koleksi-koleksi benda bersejarah yang bisa dikembangkan dengan maksimal untuk dapat memberikan manfaat ilmu pengetahuan kepada masyarakat luas khususnya bagi Orang-orang yang mencintai dan peduli akan sejarah. Dengan alasan demikian maka penulis memilih judul “Sejarah dan Peranan Museum Negeri Provinsi Jambi (1981-1999)”. Rentang waktu yang dimulai dari tahun 1981 karena museum ini baru berdiri pada 18 Februari 1981 di Jambi dan penulis membatasi hingga tahun 1999 karena pada tahun tersebut merupakan tahun akhir dalam perkembangan pembangunan museum serta bangunan-bangunan lainnya sebagai pendukung keberadaan museum.

I.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan tahapan yang paling penting seperti yang diungkapkan oleh Albert Einstein: “Perumusan sebuah permasalahan sering lebih esensial dibandingkan dengan pemecahannya itu sendiri”. Rumusan masalah merupakan alasan mengapa penelitian diperlukan, dan petunjuk yang mengarahkan tujuan penelitian5

1. Bagaimana latar belakang sejarah berdirinya Museum Negeri Provinsi Jambi?

. Bagian dalam rumusan masalah ini merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan yang akan dicari jawabannya oleh penulis

Melihat dari latar belakang di atas maka penulis memberikan batasan batasan kajian pokok permasalahan sebagai berikut:

2. Bagaiman perkembangan Museum Negeri Propinsi Jambi dari tahun 1981-1999?

5

(19)

3. Bagaimana Peranan Museum Negeri Provinsi Jambi sebagai tempat pelestarian budaya nasional?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang hendak dicapai dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada isi dan rumusan masalah penelitian. Perbedaannya terletak pada cara merumuskannya. Masalah penelitian dirumuskan dengan menggunakan kalimat tanya, sedangkan tujuan penelitian dituangkan dalam bentuk kalimat pernyataan.6

1. Menjelaskan latar belakang sejarah berdirinya Museum Negeri Provinsi Jambi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

2. Menjelaskan dan memahami bagaimana perkembangan Museum Negeri Provinsi Jambi dari tahun 1981-1999.

3. Menjelaskan bagaimana peranan Museum Negeri Provinsi Jambi sebagai tempat pelestarian budaya nasional.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Menambah pengetahuan tentang Museum Negeri Provinsi Jambi

2. Menambah literatur sejarah sehingga dapat digunakan sebagai bahan bacaan

3. Memberikan motivasi bagi masyarakat sekitar khususnya generasi muda agar lebih dapat mencintai warisan sejarah dan merawat benda peninggalan bersejarah warisan tempo dulu.

1.4Tinjauan Pustaka

6

(20)

Bambang Soemadio dalam bukunya yang berjudul Pembakuan Rencana Induk Permuseuman di Indonesia (1986) memberikan penjelasan berbagai hasil pemikiran di bidang pembinaan dan pengembangan permuseuman secara garis besar sebagai landasan dan pedoman pengembangan Museum Nasional, Museum Umum dan Museum Khusus di Indonesia. Berbagai kebijakan permuseuman akan dijelaskan didalam buku ini yang mencakup tentang kebijaksanaan pengembangan Museum Nasional , Museum Umum dan Museum Khusus dalam bidang-bidang koleksi, fisik, ketenangan, sarana penunjang dan Fungsionilisasi, selain itu didalam buku ini juga secara singkat membahas tentang keadaan permuseuman di Indonesia dan berbagai macam permasalahan-permasalahan umum permuseuman di Indonesia. Buku ini sangat membantu penulis karena didalamnya juga terdapat keterangan bagaimana mewujudkan fungsi museum secara optimal sebagai sarana cultural edukatif, inspiratif dan rekreatif dalam rangka menunjang usaha pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan usaha memajukan kebudayaan nasional.

(21)

dengan cara-cara yang memadai, maka museum tersebut harus dapat menyelaraskan fungsi-fungsi museum tersebut terutama dengan usaha-usaha pendekatan dengan publiknya. Antara lain perlu dipikirkan mengenai penyajian koleksi dan bimbingan edukatif untuk para pengunjungnya. Di samping itu juga perlu diperhatikan mengenai apa yang disebut hubungan masyarakat, yakni segala kegiatan yang ditujukan untuk menarik minat para pengunjung yang berpotensi terhadap museum dan segala kegiatan yang dilakukan oleh museumnya sendiri.

Buku yang penulis pergunakan berikutnya adalah buku karangan Bambang Sumadio yang berjudul Bunga Rampai Permuseuman (1997). Buku ini menjelaskan bagaimana suatu museum itu bisa menarik perhatian masyarakat untuk dapat berkunjung kedalam museum. Karena apabila semakin banyak masyarakat yang datang berkunjung kedalam museum maka semakin terlihatlah keberhasilan tingkat pelayanan museum terhadap publik. Bagi masyarakat awam museum merupakan tempat tontonan sehingga hal ini harus disadari oleh para pengelolanya, oleh karena itu harus diusahakan agar penyajian di museum cukup menarik sebagai tontonan. Koleksi museum tidak dengan sendirinya akan memancarkan daya tarik, oleh karena itu pengelola museum harus dapat mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mengandung daya tarik pada koleksinya itu. Museum sangat bertumpu pada penampilan sebagai salah satu daya pikatnya. Kebersihan dan kenyamanan ruang-ruang pameran akan sangat menunjang citra museum itu sehingga akan dengan sendirinya memikat para pengunjung.

(22)

berkaitan dengan penelitian penulis karena sama halnya dengan Museum Negeri Propinsi Jambi yang berusaha melakukan berbagai kegiatan untuk dapat memberikan pengenalan berbagai kebudayaan ataupun benda-benda sejarah yang sebagian besar belum banyak diketahui oleh masyarakat.

Skripsi lain yang penulis gunakan adalah skripsi Krisman Turnip sebagai tinjauan pustaka. Dalam skripsinya “Museum Bukit Barisan Medan dan Manfaatnya Bagi Masyarakat (1971-1996)”, memaparkan bahwa museum dapat memperkuat rasa nasionalisme melalui pameran benda-benda koleksi seperti peninggalan masa revolusi fisik di Sumatera Utara pada tahun 1945-1949. Melalui pameran yang ada dalam museum masyarakat diajak untuk dapat merasakan pada masa itu. Hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitan penulis mengenai Museum Negeri Provinsi Jambi yang ingin mengenalkan berbagai peninggalan masa lalu kepada masyarakat khususnya kebudayaan masyarakat Jambi sehingga kesadaran untuk mencintai kebudayaan daerah semakin tinggi.

1.5Metode Penelitian.

Dalam menuliskan sebuah peristiwa bersejarah yang dituangkan ke dalam historiografi, maka harus menggunakan metode sejarah. Metode sejarah dimaksudkan untuk merekontruksi kejadian masa lampau guna mendapatkan suatu karya yang mempunyai nilai. Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kitis rekaman peninggalan masa lampau.7

1. Heuristik merupakan tahap awal yang dilalukan untuk mencari sumber yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam tahap heuristik sumber data penulis Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian sejarah antara lain:

7

(23)

dapatkan melalui dua cara, yaitu studi lapangan (field research) dan studi kepustakaan (library research). Data dari hasil studi lapangan penulis peroleh melalui wawancara dengan berbagai informan yang terkait dengan penelitian. Dalam penelitian lapangan, penulis menggunakan metode wawancara yang terbuka. Studi kepustakaan penulis peroleh melalui berbagai buku dan dokumen yang penulis dapatkan dari Perpustakaan Universitas Sumatera Utara dan Perpustakaan Museum Negeri Jambi. Sumber-sumber tertulis yang berhasil dikumpulkan misalnya Koleksi Master Piace Museum Negeri Jambi karya Nurlailini, Seni Kerajinan Batik Indonesia

karya Susanto Sewan, Motif Hias Batik Tradisional Jambi karya Edi Soekarno,Pembakuan Rencana Induk Permuseuman di Indonesia karya Bambang Soemadio, Pembangunan Permuseuman di Indonesia karya Luthfi Asiarto Pedoman Penalaran Tentang Metode dan Teknik Penyajian Bimbingan edukatif di Museum

(24)

dilakukan dengan menggunakan interview guide. Interview guide berguna untuk mengarahkan wawancara kepada sasaran penelitian.

2. Kritik, merupakan proses yang dilakukan peneliti untuk mencari nilai kebenaran sumber sehingga dapat menjadi penelitian yang objektif. Dalam tahap ini sumber-sumber yang telah terkumpul dilakukan kritik, baik itu kritik internal maupun kritik eksternal. Kritik internal merupakan kritik yang dilakukan untuk mencari kesesuaian data dengan permasalahan yang diteliti, sedangkan kritik eksternal merupakan kritik yang mencari kebenaran sumber pustaka yang diambil oleh peneliti maupun fakta yang diperoleh dari wawancara yang dilakukan terhadap informan.

3. Interpretasi, yaitu tahap peneliti berusaha untuk menuangkan berbagai ide pemikirannya yang diperoleh melalui sumber primer ataupun skunder, sehingga diharapkan sumber tersebut menjadi data yang objektif.

(25)

BAB II

MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI

2.1Latar Belakang Berdirinya Museum

Pembangunan Museum Negeri Provinsi Jambi pada hakekatnya merupakan perwujudan nyata dari gagasan sebuah museum diwilayah Propinsi Jambi yang telah tumbuh semenjak mula lahirnya propinsi ini.8

Dengan dukungan dari pemerintah dan juga masyarakat Jambi, maka Secara bertahap usaha untuk mewujudkan pembangunan museum melalui suatu gagasan yang sudah ada lebih dari 20 tahun lamanya sebelum dimulainya pembangunan museum itu,

Pendirian Museum Negeri Provinsi Jambi erat kaitannya dengan perjalanan panjang sejarah Jambi yang telah meninggalkan banyak benda yang mempunyai nilai bagi sejarah perkembangan masyarakat. Selain itu keberadaan adat istiadat budaya masyarakat yang khas dan masih dipegang hingga saat ini perlu diperkenalkan kepada masyarakat.

Upaya untuk memperkenalkan tersebut tidaklah mungkin dilakukan jika keberadaan benda-benda tersebut tidak dikumpulkan dalam suatu tempat, sehingga untuk itu Jambi perlu membangun sebuah museum umum, karena sifat dan fungsinya museum tidak hanya menyimpan dan memamerkan salah satu jenis koleksi, melainkan dapat menampung berbagai koleksi yang berkaitan dengan perjalanan sejarah budaya masyarakat serta lingkungannya yang justru tidak dimungkinkan untuk disimpan dan dipamerkan pada jenis museum khusus.

9

2.2Sejarah Museum

semakin nyata melalui dukungan dana pembangunan nasional.

8

Propinsi Jambi lahir tanggal 6 januari 1957 dan pada saat itu juga Kota Jambi resmi menjadi ibukota

Provinsi Jambi. 9

(26)

Peletakan batu pertama bagi pembangunan dilakukan pada tanggal 18 februari 1981 oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jambi Masjchun Sofwan dan hal ini sebagai pertanda mulai bergeraknya program permuseuman di Jambi10

a. Pengumpulan, penyimpanan, perawatan, pengawetan dan penyajian benda-benda yang mempunyai nilai budaya dan lmiah.

.

Keberadaan museum tidak hanya berfungsi sebagai lembaga yang mengumpulkan dan memamerkan benda-benda yang berkaitan dengan sejarah perkembangan kehidupan manusia dan lingkungan, tetapi mempunyai fungsi yang sangat mulia yaitu merupakan suatu lembaga yang mempunyai tugas untuk melakukan pembinaan dan pengembangan nilai budaya bangsa guna memperkuat kepribadian dan jati diri bangsa, mempertebal keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan. Selain itu dapat meningkatkan rasa harga diri dan kebanggaan nasional sehingga melalui transformasi nilai yang ada di museum diharapkan budaya lokal daerah Jambi yang berkembang di masyarakat dapat tetap lestari di tengah serbuan budaya asing yang masuk tidak terbendung.

Museum Negeri Provinsi Jambi adalah museum umum yang mempunyai tugas melaksanakan sebahagian kewenangan dan tugas teknis tertentu yang diberikan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam bidang pengumpulan, penyimpanan, perawatan, pengawetan, penyajian, penelitian koleksi dan penerbitan hasilnya, memberikan bimbingan edukatif kultural benda-benda yang mempunyai nilai budaya dan ilmiah yang bersifat lokal dan regional (provinsi). Adapun fungsi dari Museum Negeri Provinsi Jambi adalah:

b. Pengenalan dan menyebarluaskan hasil penelitian benda-benda yang mempunyai nilai budaya dan ilmiah.

10

(27)

c. Melakukan perawatan/pelestarian dan penyajian rekreatif koleksi benda-benda yang mempunyai nilai budaya dan imiah.

d. Pelaksanaan perpustkaan dan pendokumentasian ilmiah.

e. Pelaksanaan bimbingan edukatif kultural, penyajian rekreatif dan publikasi museum dan permuseuman.

f. Pelaksanaan urusan tata usaha.

Adapun tanah untuk lokasi pembangunan Museum Negeri Provinsi Jambi ini pada mulanya adalah milik Organisasi Persatuan Pamong Marga Desa (PPMD) Provinsi Jambi yang anggotanya para Ninik Mamak11 dan Tuo Tengganai.12

Diatas lokasi tanah seluas 13.350 meter persegi dibangun museum dengan luas bangunan 4.000 meter persegi dan terletak diperempatan Jalan Urip Sumaharjo

Tanah ini dihibahkan untuk lokasi pembangunan museum. Peristiwa ini merupakan salah satu bukti bahwa rakyat Jambi mempunyai kesadaran tentang pentingnya museum bagi pelestarian sejarah dan nilai budaya.

13

. Secara resmi museum ini mulai digunakan pada tahun 198814

Setiap unit bangunan yang sudah selesai dibangun langsung dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan pembinaan permuseuman, terutama menyangkut aspek ketenagaan, yang akan bertugas . Dalam awal pembangunannya (1981-1986) pemerintah memusatkan pembangunan pada fisik gedung dengan tidak mengabaikan pembinaan pada aspek lainnya. Bentuk bangunan mengambil corak bangunan tradisional daerah Jambi yang dirancang dan disesuaikan dengan keperluan teknis permuseuman.

11

Ninik Mamak memiliki arti para pemimpin adat atau orang yang dituakan. Pemakaian ninik mamak ini berasal dari daerah Kerinci, berdasarkan bahasa dan adat-istiadat suku Kerinci termasuk dalam kategori

12

Tuo tengganai adalah orang tua dari sekumpulan tengganai tengganai (saudara laki-laki dari suami istri) dari keluarga atau kalbu dalam bahasa kampung mata kampung/ desa/ dusun/ kelurahan.

13

Tanah yang digunakan dulunya adalah milik Organisasi Persatuan Pamong Marga Desa (PPMD) yang juga milik masyarakat sekitar tetapi kemudian disumbangkan secara gratis untuk kemudian digunakan sebagai lokasi pembangunan gedung museum.

14

(28)

mengelola Museum Negeri Provinsi Jambi. Diprioritaskan juga kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan usaha peningkatan apresiasi masyarakat dalam ruang lingkup permuseuman, seperti pameran temporer, seminar penerbitan, penataran, latihan kerja kepemudaan. Hampir setiap bulan, semenjak tahun 1982, pelajar, mahasiswa, dan tamu-tamu dari berbagai instansi, baik secara individual maupun rombongan berkunjung ke museum, guna mendapatkan data dari informasi tentang kebudayaan daerah jambi. Letak museum yang berada di tengah kota dan lokasi yang strategis menjadikan museum banyak dikenal oleh masyarakat jambi khususnya bagi mereka pecinta sejarah dan benda purbakala.

2.3Bentuk Bangunan

Bangunan Museum Negeri Provinsi Jambi secara keseluruhannya menggambarkan bangunan yang memadukan gaya arsitektur tradisional Jambi dengan kreasi bangunan masa kini. Bentuk dan ciri rumah tradisional Jambi yang dikenal dengan sebutan rumah kajang lako dan

rumah larik15

Gedung Induk museum dengan arsitektur rumah kajang lako terdiri dari 2 lantai, lantai pertama dari bagian bawah rumah kajang lako dimanfaatkan untuk keperluan teknis pameran museum. Demikian pula dengan lantai 2 yang dibuat tanpa pembagian ruangan (sekat), sehingga memudahkan pengaturan teknis pameran yang merupakan fungsi utama dari bangunan induk. Fungsi tangga pada bangunan rumah kajang lako, dialihkan menjadi tangga untuk memasuki ruangan umum pada lantai pertama sedangkan dibagian samping dalam tersedia 2 buah tangga. , terlihat dari bentuk tiang penyangga yang kokoh. Bentuk rumah kajang lako

dituangkan pada bangunan gedung induk serta bangunan auditorium. Bentuk rumah larik

tertuang pada bangunan penunjang lainnya seperti gedung administrasi, konservasi dan preparasi.

15

(29)

Tangga pertama untuk naik ke lantai dua yang berada disisi utara, dan tangga kedua berfungsi untuk turun ke lantai satu yang berada disisi selatan.

Atap bangunan terdiri dari empat bagian, masing-masing berbentuk empat persegi panjang. Dua bagian pertama dibagian puncak membentuk sudut 45 derajat, sedangkan kedua bagian lainnya merupakan lanjutan dari dua bagian puncak dan masing-masingnya membentuk sudut tumpul. Tedeng layang berfungsi menutup ruang di bawah atap. Pada kedua ujung bangunan atap itu, membentuk segitiga dan trapezium di bagian bawah. Bentuk-bentuk geometris yang demikian juga terdapat pada bangunan auditorium, yang berfungsi untuk kegiatan edukatif kultural, diskusi dan seminar pada khususnya, serta kegiatan-kegiatan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan permuseuman.

Arsitektur gedung induk dan gedung auditorium museum, adalah dua komponen bangunan yang dilihat dengan kaca mata rumah kajang lako, merupakan pengasimilasian dari komponen rumah induk garang dan dapur. Rumah induk digunakan sebagai tempat berlangsungnya proses kehidupan keluarga seperti acara berkumpul bareng ataupun tempat penerimaan tamu bagi para tamu yang datang, ruangan dapur sebagai tempat untuk mengolah bahan makanan yang akan disajikan bagi keluarga, sedangkan garang adalah bagian dari bangunan yang menghubungkan rumah induk dengan dapur dan bagian ini adalah lantai diatas tiang tanpa atap yang membentuk serambi. Biasanya di bagian ini terdapat berbagai tanaman yang ditanam dalam sebuah pot untuk mempercantik ruangan. Digarang inilah biasanya kaum ibu memanfaatkan waktu luang mereka untuk bersantai.

(30)

atau di belakang rumah kajang lako. Sementara pada Museum Negeri Provinsi Jambi ditempatkan dibagian belakang utara bangunan induk, yang secara langsung menghadap ke jalan raya, disisi lain areal Museum Negeri Provinsi Jambi. Tiga bangunan lainnya adalah gedung administrasi umum, gedung storage, dan preparasi.

Ruangan yang ada dalam museum dibagi menjadi beberapa bagian, masing-masing ruangan memamerkan berbagai koleksi. Adapun ruangan tersebut adalah:

1. Ruangan lobi, ruangan ini memberikan informasi tentang museum bagi pengunjung yang datang, dan memberikan informasi tentang profil setiap kabupaten kota yang ada di Provinsi Jambi, dan memberikan informasi mengenai lambang daerah provinsi yang masing-masing unsur lambang memberi makna. Di samping itu dalam ruangan ini juga terdapat peta Provinsi Jambi.

2. Ruangan Potensi Alam, ruangan ini memamerkan koleksi potensi alam Provinsi Jambi seperti contohnya informasi mengenai taman nasional yang ada didaerah Jambi. Provinsi Jambi memiliki empat taman nasional yaitu Taman Nasional Kerinci Sebelat, Taman Nasional Bukit Dua Belas, Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, Taman Nasional Berbak. Selain itu ruangan ini memberikan informasi mengenai batu-batuan dan fosil, serta flora dan fauna yang telah dilindungi oleh undang-undang karena koleksi tersebut sudah sangat langka.

(31)

sampai zaman sekarang. Dalam ruangan ini terdapat berbagai hasil kebudayaan masyarakat Jambi seperti pakaian pengantin, berbagai hasil tenun dan pakaian adat dari setiap suku yang ada di daerah Jambi. Selanjutnya Ruangan Khasanah, didalam ruangan ini terdapat koleksi-koleksi masterpiece atau koleksi unggulan yang memiliki nilai sejarah yang tinggi di Provinsi Jambi, mulai dari zaman klasik sampai kezaman sekarang.

4. Ruangan Keramik, didalam ruangan ini terdapat informasi mengenai berbagai benda-benda keramik yang menjadi koleksi museum, seperti koleksi keramik mulai abad pertama sampai awal abad ke XIX, baik yang berasal dari Cina, Arab, India, Myanmar maupun yang berasal dari Thailand yang ditemukan di darat maupun didalam air.

5. Ruangan Terbuka, yaitu ruangan yang memberikan informasi mengenai koleksi pra-sejarah, koleksi perahu tradisional, lumbung atau bilik padi, kincir air dan alat-alat transportasi tradisional.

(32)

BAB III

PERKEMBANGAN MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI

3.1Perkembangan Bangunan Museum (1981-1999)

Perkembangan permuseuman di Indonesia yang direncanakan sejak pelita I sampai dengan pelita VI dilaksanakan atas dasar keinginan untuk menyelamatkan dan melestarikan warisan budaya dan warisan alam. Disamping itu juga memperkenalkan kepada masyarakat tentang latar belakang budaya provinsi yang bersangkutan dengan berbagai ciri-ciri yang dimiliki meliputi lingkungan alam dan budaya.

Berbagai penggolongan museum negeri provinsi harus berdasarkan persyaratan-persyaratan. Penggolongan museum negeri provinsi dalam kategori tipe A harus memenuhi persyaratan:

1. Jumlah penduduknya lebih dari 10 juta jiwa. 2. Didiami oleh lebih dari 9 kelompok etnis. 3. Letaknya berbatasan dengan Negara tetangga.

4. Memperoleh prioritas dalam pengembangan pariwisata.

5. Memiliki Perguruan Tinggi dan Institut yang telah menghasilkan Sarjana Antropologi Budaya, Sejarah, Arkeologi, Geografi dan Ilmu Pendidikan.

6. Provinsi yang memperoleh dana lebih dari 21 Milyar rupiah.

7. Provinsi yang sangat banyak memiliki kelompok koleksi yang terbesar.

(33)

1. Penduduknya antara 5 sampai 10 juta jiwa. 2. Didiami antara 6 sampai 9 kelompok etnis. 3. Berhubungan langsung dengan instansi terkait. 4. Dari segi pariwisata baru dilakukan penelitian. 5. Memiliki sebagian potensi museum tipe A.

6. Memperoleh dana antara 11 sampai 20 milyar rupiah. 7. Memiliki kelompok koleksi yang besar.16

Berdasarkan pembagian kriteria tersebut, Museum Negeri Provinsi Jambi masuk kedalam kategori tipe B, karena hampir sebagian besar kriteria kategori tipe B ada dalam Museum Negeri Provinsi Jambi. Pembangunan museum yang menarik dengan sarana yang mutakhir sudah tentu memerlukan berbagai dana yang besar. Keterbatasan dana pembangunan museum di berbagai wilayah di Indonesia menyebabkan pembangunan museum dilakukan secara bertahap. Seperti halnya museum lainnya yang ada di Indonesia, pembangunan Museum Negeri Provinsi Jambi dilakukan melalui beberapa tahapan.

Sebelum museum Jambi didirikan, kegiatan pengadaan koleksi serta sarana dan fasilitas museum Jambi sudah dilakukan sejak tahun 1979. Koleksi yang tersedia keseluruhnya berjumlah 63 buah, terdiri dari 59 buah koleksi etnografika, 1 buah koleksi arkeologika, 2 buah koleksi keramin dan 1 buah koleksi lain-lain. Fasilitas museum yang telah ada pada waktu itu berjumlah 21 jenis peralatan kantor. Tenaga yang ada merupakan tenaga yang diperbantukan dari Kanwil Depdikbud Provinsi Jambi. Pada tahun anggaran (1977/1978) pegawai yang menangani museum berjumlah 5 orang yang semuanya telah berstatus sebagai PNS dan berdiri dari tingkat pendidikan SLTP 1 orang, SLTA 2 orang dan Sarjana Muda 2 orang.

16

(34)

Seperti yang telah disebutkan, pembangunan gedung museum seluas 605 m2 mulai dilakukan pada tahun 1981 diatas tanah seluas 13.359 meter persegi (m2). Gedung yang dibangun berupa ruang pameran temporer seluas 205 m2, ruang perpustakaan seluas 100 m2, ruang administrasi seluas 250 m2 dan ruang kuratorial seluas 50 m2. Pada tahun (1982/1983) dilakukan perluasan museum dengan menambah bangunan gudang seluas 452 m2, sedangkan pada tahun (1983/1984) bangunan museum diperluas lagi hingga 1.000 m2 untuk ruang pameran tetap.

Koleksi yang tersedia pada periode 1982/1983 sudah bertambah sebanyak 1875 koleksi dengan perincian koleksi etnografika 491, koleksi arkeologika 3, koleksi historika 13, koleksi numismatika dan heraldika 480, koleksi keramik 844 koleksi, buku referensi dan perpustakaan 2 dan koleksi lain-lain 42. Sarana dan fasilitas museum pada tahun ini telah tersedia berupa 203 buah peralatan kantor, 25 peralatan pameran dan 7 peralatan edukasi.

Pada masa ini tenaga yang menangani museum masih berjumlah 5 orang tapi dengan latar belakang pendidikan SLTP 1 orang, SLTA 3 orang, dan Sarjana Muda 1 orang. Kelima orang ini berstatus tetap sebagai tenaga bantuan. Akan tetapi pada tahun 1981 tenaga yang menangani museum bertambah menjadi 6 orang dengan latar belakang pendidikan SLTP 1 orang, SLTA 4 orang dan Sarjana Muda 1 orang. Dari 6 orang tenaga ini, 5 orang berstatus sebagai PNS dan 1 orang berstatus honorer.

(35)

sarjana 1 orang. Status ke-19 orang tersebut yaitu 11 orang berstatus pegawai tetap dan 8 orang berstatus pegawai honorer.

Pada tahun 1984/1985 bangunan telah diperluas 920 m2 yaitu dengan perincian ruang pameran tetap seluas 860 m2 dan ruang edukasi seluas 70 m2. Pada tahun (1985/1986) bangunan museum diperluas lagi 600 m2 untuk ruang edukasi. Kemudian diperluas lagi 200 m2 untuk ruang laboratorium seluas 100 m2 dan ruang preparasi seluas 100 m2. Sarana dan fasilitas museum yang telah tersedia pada tahun ini yaitu 58 peralatan kantor, 22 peralatan pameran, 130 peralatan edukasi dan 17 peralatan laboratorium. Selain itu ada 1 buah (jenis) peralatan edukasi yang merupakan hasil sumbangan.

Tenaga yang ada pada tahun 1984/1985 berjumlah 29 orang dengan latar belakang pendidikan SD 3 orang, SLTP 9 orang, SLTA 16 orang, dan Sarjana Muda 1 orang. Ke 29 orang tersebut 14 orang berstatus pegawai tetap dan 15 orang berstatus pegawai honorer. Pada tahun (1985/1986) pegawai museum meningkat menjadi 39 orang dengan latar belakang pendidikan SD 5 orang, SLTP 9 orang, SLTA 24 orang dan Sarjana Muda 1 orang. Adapun statusnya adalah 15 orang berstatus pegawai tetap dan 24 orang pegawai honorer.

(36)

SD 5 orang, SLTP 9 orang, SLTA 27 orang dan Sarjana Muda 2 orang. Adapun status 43 orang pegawai tersebut adalah 19 orang pegawai tetap dan 24 orang berstatus pegawai honorer.

Pada tahun 1989/1990 terdapat penambahan ruang pameran tetap (gedung induk lantai 1) seluas 275 m2, penambahan ruang pameran tetap (gedung induk lantai II) seluas 988 m2, gedung auditorium seluas 729 m2, gedung pameran temporer seluas 202 m2, gudang koleksi seluas 204 m2, gedung konservasi preparasi seluas 196 m2 dan gedung administrasi seluas 393 m2. Penambahan gedung ini dimaksudkan agar memperluas area pameran museum sehingga dapat menampung lebih banyak pengunjung yang datang saat pameran berlangsung. Sarana dan fasilitas museum yang telah tersedia yaitu 443 buah peralatan kantor, 34 buah peralatan preparasi, 3 buah peralatan konservasi.

Pengadaan koleksi meningkat menjadi 2.216 koleksi dengan rincian koleksi gologika 70, koleksi etnografika 1.280, koleksi arkeologika 15, koleksi historika 11, koleksi numismatika/heraldika 630, koleksi filologika 15, dan koleksi keramik 195. Tenaga yang tersedia berjumlah 53 orang dengan latar belakang pendidikan SD 4 orang, SLTP 9 orang, SLTA 28 orang, Sarjana Muda 3 orang, Sarjana 9 orang.

(37)

dan koleksi teknologika 38 buah. Tenaga yang ada dalam berjumlah 52 orang dengan latar belakang pendidikan SD 4 orang, SLTP 5 orang, SLTA 25 orang, Sarjana Muda 1 orang, Sarjana 17 orang. Pada tahun ini merupakan tahap akhir dalam perkembangan pembangunan museum serta pembangunan lainnya sebagai pendukung keberadaan museum.

3.2Pengelolaan Museum

Makna koleksi bagi pengelola museum akan berbeda dengan makna koleksi bagi pengunjung. Bagi pengelola museum koleksi adalah unsur dari suatu gagasan atau kisah yang dikomunikasikan kepada pengunjung. Bagi pengelola museum koleksi adalah unsur dari suatu gagasan atau kisah yang dikoomunikasikan kepada pengunjung. Selain itu, koleksi juga mempunyai suatu nilai, oleh karena itu, bagi pengelola museum, selain pemahaman fungsi museum, sangat perlu pula pemahaman terhadap koleksi.17

3.3Struktur Organisasi Museum dan Berbagai Fungsinya

Dari sini terlihat jelas bahwa makna dari suatu koleksi yang ada dalam museum tidak akan tampil dengan sendirinya dan mendapat pemahaman dari pengunjung, tetapi diperlukan petugas pengelola museum yang mengerti berbagai pemahaman koleksi museum dan menjelaskannya kepada pengunjung sehingga dapat menciptakan suatu situasi yang komunikatif antara museum dan pengunjung.

Membangun museum bukan hanya terbatas pada bangunan gedung, peralatan, dan koleksinya saja, tetapi pelestarian koleksi museum menjadi suatu bagian kompleks kegiatannya yang memerlukan keahlian, keterampilan dan ketekunan sesuai dengan ilmu dan prinsip konservasi.

17

(38)

Museum Negeri Jambi dalam menjalankan tugasnya memiliki struktur jabatan. Pengangkatan posisi jabatan dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jambi dengan beberapa kriteria yaitu:

1. Orangnya cakap (mampu berfikir kreatif meskipun menghadapi suatu hambatan dalam melaksanakan sesuatu.

2. Mempunyai pendidikan yang memadai, minimal S1

3. Tidak pernah melakukan perbuatan hal-hal yang menentang undang-undang seperti misalnya korupsi.

4. Memiliki wawasan yang luas khususnya dibidang permuseuman.

5. Tidak pernah menjabat atau mengikuti suatu organisasi terlarang di Indonesia

Adapun struktur jabatan di Museum Negeri Jambi yaitu terdiri dari:

3.3.1Kepala Museum

Museum Negeri Provinsi Jambi dipimpin oleh seorang Kepala Museum Negeri Provinsi Jambi dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi. Museum Negeri Provinsi Jambi sejak peletakan batu pertama hingga saat ini telah dipimpin oleh beberapa Kepala Museum diawali oleh salah satu perintis berdirinya Museum Negeri Jambi:

1. M. Nazir. BA (1981-1994) 2. Mukhtar Djirin (1994-1995) 3. Drs. Madil. H.S. (1995-1996) 4. Wijaya. SH (1996-2006)

(39)

7. Dra. Eny Suhartaty (2011-sekarang)

Kepala Museum mempunyai tugas memimpin dan melaksanakan tugas pokok Museum Negeri Jambi. Adapun fungsi dari Kepala Museum yaitu:

a. Penyusunan rencana dan program kerja Museum Negeri Provinsi Jambi.

b. Penentuan kebijakan dan pengambilan keputusan dalam pemecahan masalah yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan tugas operasional sehari-hari.

c. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi dan Kelompok Jabatan Fungsional.

d. Penilaian hasil pekerjaan tugas Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi dan Kelompok Jabatan Fungsional.

e. Pelaksanaan evaluasi kegiatan, pembuat dan penyampaian laporan berkala kepada Kepala Dinas dan Tembusan kepada instansi terkait.

f. Pelaksana tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Dinas. 3.3.2 Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan bertanggung jawab kepada Kepala Museum Negeri Provinsi Jambi, mempunyai tugas melaksanakan tugas ketatausahaan Museum Negeri meliput urusan runah tangga, kepegawaian, keuangan, perlengkapan, surat menyurat termasuk kebersihan, ketertiban dan keamanan. Adapun fungsi dari Kepala Sub Bagian Tata Usaha adalah sebagai berikut:

(40)

d. Melaksanakan urusan rumahtangga, termasuk urusan kebersihan, ketertiban dan keamanan

e. Membuat dan menyampaikan laporan Sub Bagian Tata Usaha, serta menyiapkan konsep laporan Museum Negeri tepat pada waktunya.

f. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Museum Negeri Jambi. 3.3.3Kepala Seksi Pengelolaan Koleksi

Seksi Pengelolaan Koleksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi Pengelolaan Koleksi dan bertanggung jawab kepada Kepala Museum Negeri Provinsi Jambi, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan teknis/fungsional permuseuman di bidang pengelolaan koleksi. Khusus dibagian jabatan kepala seksi pengelolaan koleksi harus memiliki latar pendidikan seperti bidang Ilmu Arkeolog ataupun Ilmu Sejarah hal ini dikarenakan tugas mereka yang menangani bagian benda-benda purbakala, sehingga tenaga yang diperlukan adalah tenaga yang ahli dibidangnya. Adapun fungsi dari Kepala Seksi Pengelolaan Koleksi adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan survey pengadaan koleksi. b. Melaksanakan pengadaan koleksi.

c. Melaksanakan penelitian koleksi. d. Pelaksanaan konservasi koleksi. e. Pelaksanaan fumigasi koleksi. f. Pelaksanaan restorasi koleksi

g. Pelaksaan pengendalian kelembaban udara dilingkungan tempat koleksi h. Pelaksaan pembuatan replikasi/reproduksi koleksi.

(41)

k. Melaksanakan katalogisasi dan rakatalogisasi koleksi. l. Melaksanakan penyusunan sumber data koleksi.

m. Melaksanakan dokumentasi koleksi dalam bentuk tulisan, audio, visual dan audio visual.

n. Melaksanakan penyusunan naskah petunjuk koleksi. o. Melaksanakan penyusunan naskah buku tentang koleksi. p. Melaksanakan penelitian koleksi.

q. Melaksanakan study perbandingan koleksiseum.

r. Membuat dan menyampaikan laporan berkala dan insidentil kepada atasan tepat pada waktunya.

s. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Museum Negeri Provinsi Jambi.

3.3.4Kepala Seksi Bimbingan dan Publikasi

Seksi Bimbingan dan Publikasi dipimpin oelh seorang Kepala Seksi Bimbingan dan Publikasi yang bertanggung jawab kepada Kepala Museum Negeri Propinsi Jambi, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan teknis/fungsional permuseuman di bidang bimbingan dan publikasi. Adapun yang menjadi fungsi dari Kepala Seksi Bimbingan dan Publikasi adalah sebagai berikut:

a. Membuat rencana dan program kerja seksi bimbingan dan publikasi. b. Pelaksana penyusunan judul pelaksanaan bimbingan dan publikasi. c. Pelaksana pedoman materi bimbingan untuk setiap jenjang pendidikan. d. Penyelenggara pameran tetap.

(42)

f. Pelaksana renovasi tata pameran tetap.

g. Pelaksana pameran khusus dan pameran keliling. h. Pelaksana paket untuk setiap jenjang pendidikan. i. Pelaksana bimbingan pengunjung.

j. Pembuat alat peraga ceramah dan menyelenggarakan ceramah permuseuman. k. Pembimbing karya tulis untuk Siswa dan Mahasiswa.

l. Pelaksana demonstrasi/peragaan untuk Siswa. m. Penyelenggara lomba untuk Siswa.

n. Penyelenggara pegelaran seni tradisional. o. Penyelnggara museum keliling.

p. Penyusun skenario video program tentang koleksi dan museum. q. Penyusun paket narasi dan slide program.

r. Pelaksana pembuat teaching kit.

s. Pelaksana publikasi museum melalui media cetak dan elektronik.

t. Penyelnggara seminar, diskusi dan sejenisnya dalam upaya peningkatan fungsionalisasi museum.

u. Pembuat dan penyampaian laporan berkala dan insidentil kepada Kepala Museum Negeri Provinsi Jambi.

v. Pelaksana tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Museum Negeri Provinsi Jambi. 3.4Sumber Pendanaan

(43)

dari pendapatan daerah pemerintah Jambi untuk kemudian disumbangkan kepada pihak museum itu sendiri. Jumlah persen dana yang didapatkan berada dibawah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi, dana yang diberikan oleh pemerintah provinsi kepada dinas kebudayaan dan pariwisata dibagi 3 UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) yaitu Museum Negeri Provinsi Jambi, Taman Budaya, dan Museum Perjuangan Jambi. 18

3.5Pengadaan Koleksi

Tugas utama bagian seksi koleksi adalah mengumpulkan koleksi ataupun benda-benda warisan sejarah alam dan budaya yang mempunyai nilai-nilai luhur sebagai identitas atau jati diri bangsa. Dalam pengumpulan koleksi para petugas museum bagian seksi koleksi mengadakan survei terlebih dahulu. Survei pengadaan koleksi adalah suatu metode penelitian dengan menggunakan pendekatan secara menyeluruh dan terpadu untuk mendapatkan semua bahan mengenai semua aspek kebudayaan terutama pada wilayah yang mempunyai kebudayaan materil tradisional yang sudah terdesak atau terancam punah agar bisa diselamatkan dan menjadi koleksi yang dapat dipamerkan kepada masyarakat luas.

Tujuan survei adalah untuk menghimpun data dari masyarakat tentang segala aspek kebudayaan materil sebagai perwujudan ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma kebudayaan dan keyakinan yang melatarbelakangi benda-benda nudaya tersebut, serta aktivitas/kegiatan kehidupan masyarakat, kejadian atau peristiwa yang merupakan jejak sejarah sehingga dapat menjadi pembuktian keberadaannya untuk dapat dijadikan pembukuan secara lokal.

Pengumpulan koleksi di museum dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

18

(44)

1. Hibah yaitu pemilik benda warisan budaya menyerahkan miliknya kepada pihak museum dengan ikhlas tanpa menuntut ganti rugi apapun dikemudian hari.

2. Ganti Rugi yaitu benda warisan budaya yang menjadi milik masyarakat ataupun milik kolektor-kolektor lokal diganti dengan sejumlah uang sesuai dengan harga yang telah disepakati.

3. Titipan yaitu dengan cara penitipan benda warisan budaya milik pribadi maupun golongan kepada museum untuk dapat diteliti atau disimpan sementara oleh pihak museum dengan catatatn suatu waktu nanti dapat diambil kembali oleh si Pemilik benda koleksi tersebut

3.6Teknik Pemeliharaan Koleksi Benda Museum

Setiap kehidupan manusia selalu meninggalkan hasil karya yang umum disebut benda kebudayaan. Untuk menghargai nilai-nilai budaya luhur, maka manusia selalu berusaha dengan segala kemampuannya untuk menyelamatkan dan mempertahankan hasil budaya tersebut agar tidak terjadi kerusakan atau musnah.

(45)

diperlukan teknik-teknik, metode, peralatan dan bahan yang digunakan agar objek yang menjadi sasaran terhindar dari kehancuran.

Benda-benda koleksi museum yang mengalami kerusakan biasanya dipengaruhi oleh berbagai faktor didalamnya seperti:

1. Faktor elemen iklim yang tidak sesuai yang meliputi kelembaban udaradan temperature udara yang tidak sesuai yang disebabkan fluktuasi temperature dan kelembaban relatif pada lingkungan disekitar koleksi. Koleksi organic lebih bereaksi dengan kelembaban disekitarnya karena pada koleksi organic mengandung sejumlah air didalamnya, dan selalu berusaha menyeimbangkan dengan kandungan uap air yang ada disekitarnya.

2. Faktor cahaya, yaitu cahaya alam, maupun cahaya buatan. Hal yang berhubungan masalah cahaya yang menyangkut radiasi ultra violet. Sinar ultra violet pada cahaya akan merubah struktur dari material dan sinar inframerah dapat membakar material karena sifatnya yang lebih panas. Kerusakan akibat cahaya pada koleksi museum tergantung dari jenis koleksinya. Koleksi anorganik tidak sensitive terhadap cahaya kecuali jika pada permukaanya terdapat cat akan menjadi sensitif. Sedangkan koleksi organic sensitif terhadap cahaya dengan tiga tingkat sensitivitas yaitu: sensitif (koleksi lukisan, kayu, kulit), sangat sensitif (kertas tekstil), dan sangat-sangat sensitif (koleksi foto).

3. Faktor Mikro Organisme yang meliputi segala jenis jamur. 4. Faktor insek (serangga) dan binatang pengerat.

(46)

6. Faktor lain (kelengahan) yang meliputi lingkungan yang berkenaan dengan tempat manusia, insiden, api dan air yang rusak akibat penggaraman. Kecerobohan manusia juga merupakan faktor yang tidak disadari, seringkali kerusakan ditimbulkan karena tidak hati-hatinya pekerja museum dalam memegang dan membawa benda koleksi saat dipindahkan ataupun ketika melakukan kegiatan konservasi. Untuk mengatasinya staf konservasi telah dibekali ilmu dalam melakukan kegiatannya, sehingga kerusakan akibat salah memegang (terutama kerusakan fisik) dapat diminimalisasi.

Untuk mencegah kerusakan yang lebih parah yang ditimbulkan oleh berbagai macam hal diatas, maka dilakukalah kegiatan dan teknik konservasi koleksi museum. Berdasarkan atas tujuan dan cara pelaksanaannya, konservasi dapat dibedakan kepada dua langkah yaitu:

3.6.1Langkah Preventif

Langkah ini ditujukan untuk mencegah laju kerusakan pada koleksi museum. Beberapa sifat kerusakan yang mungkin terjadi pada koleksi museum, antara lain dapat berupa kerusakan baru, dapat berupa lebih kerusakan parah, atau terlihat terjadi gejala lebih cepatnya proses kerusakan yang lebih cepat. Langkah preventif dapat meliputi beberapa hal, antara lain;

a. Pengendalian Kelembaban Udara

Pemantauan kelembaban udara perlu diperhatikan, khususnya ditempat penyimpanan koleksi atau ruang pameran. Dari hasil pantauan dapat dievaluasi perbedaan antara kelembaban udara didalam museum dengan diluar museum.

(47)

Suhu udara di ruang pameran dan ruang penyimpanan juga selalu dipantau, dari hasil pantauan dapat dievaluasi perbedaan antara suhu udara di dalam museum dengan diluar. Alat pemantau suhu udara yang sering digunakan adalah thermometer, sedangkan alat pengatur suhu dapat digunakan air conditioner.

c. Pengaturan Cahaya

Pengaturan cahaya sangat diperlukan, pengendalian pencahayaan dilakukan dengan cara mengatur cahaya agar tidak langsung mengenai koleksi. Lampu yang digunakan dalam ruangan harus diberi filter untuk mencegah sinar ultra violet mengenai koleksi.

d. Pengawetan

Beberapa cara pengawetan dapat dilakukan yaitu antara lain dengan memberikan bahan kimia pengawet seperti formalin. Biasa pengawetan ini dilakukan pada benda-benda koleksi fauna (hewan)

e. Reproduksi Koleksi

Dalam upaya menghindari kehancuran, kerusakan total, maka koleksi-koleksi yang sangat mahal, sangat langka, bernilai bukti ilmiah, sejarah atau seni yang tinggi, dan koleksi yang berisiko dan keamanan perlu dibuatkan tiruan atau kembarannya. Seperti halnya Keris Siginjei yang merupakan senjata khas masyarakat Jambi. Oleh karena benda ini hanya ada satu maka dibuatlah keris tiruannya sedangkan keris aslinya telah dipindahkan ke museum pusat di Jakarta.

(48)

Langkah ini ditujukan untuk menghilangkan atau mengobati kotoran dan penyakit yang menempel pada koleksi serta memperbaiki kerusakan yang terjadi pada koleksi. Beberapa langkah yang dilakukan antara lain;

a. Fumigasi

Fumigasi berasal dari bahasa latin Fumigare yang berarti pengasapan, yaitu dengan menguapkan sulphur atau belerang. Uap asap itu dapat membunuh atau mematikan serangga, kuman, binatang kecil yang merusak atau bisa menimbulkan penyakit. Fumigasi dilakukan dalam tempat yang tertutup dan kedap udara. Koleksi dimasukkan kedalam ruangan itu, sehingga hama-hama seperti kecoa ataupun binatang yang lebih kecil (kutu) akan mati dengan sendirinya, kegiatan ini paling sering dilakukan oleh museum karena sangat mudah dilakukan dan efektif dalam membasmi berbagai hama.

b. Perawatan

Koleksi yang terkena kotoran ataupun yang diserang serangga dibersihkan dengan menggunakan kulit kayu atau akar kayu, Caranya adalah bahan kulit atau akar kayu ditumbuk sampai betul-betul hancur. Kemudian dicampur dengan air untuk dibuat ekstrak. Campur setiap 6 (enam) sendok makan ekstrak tersebut dengan 3 liter air, lalu disemprotkan pada koleksi-koleksi yang ada dimuseum untuk membasmi serangga-serangga ataupun juga sebagai antisipasi pencegahan dari serangan berbagai macam serangga. Perawatan ini sering dilakukan karena bahan-bahan yang didapatkan sangat mudah dan tersedia leh alam, mengingat pada masa itu bahan kimia tidak mudah didapatkan seperti sekarang.

(49)

Restorasi koleksi adalah kegiatan untuk mengembalikan keadaan koleksi kepada keadaan semula. Untuk koleksi yang retak, pecah, patah, gompel, dan juga hilang sebagian ornamennya dapat dilakukan rekonstruksi, penguatan, pengisian, penambalan, pewarnaan, serta konsolidasi.

3.7Koleksi Museum

Koleksi adalah tulang punggungnya Museum, kalau tidak ada koleksi berarti tidak ada museum. Dengan demikian koleksi (benda-benda warisan sejarah alam dan budaya) merupakan objek pokok dalam pendirian museum dan sebagai bahan untuk penelitian. Benda-benda warisan budaya adalah benda-benda hasil karya manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya seperti peralatan untuk keperluan rumah tangga, peralatan pertanian serta keperluan religius maupun perlengkapan upacara-upacara tradisi. Warisan alam adalah bahan-bahan tinggalan yang telah mengalami kepunahan, seperti tumbuh-tumbuhan, jenis-jenis kayu, binatang yang telah tinggal namanya.

Museum yang bertugas melestarikan warisan sejarah alam dan budaya, dengan cara mengumpulkan, merawat, meneliti, mengkaji, mengkomunikasikan dan memamerkan untuk kepentingan masyarakat guna untuk studi suatu penelitian/pengkajian pendidikan dan rekreasi dalam rangka ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.

(50)

manusia. Aktivitas manusia mempergunakan alam merupakan usaha mereka dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup di muka bumi ini.

Sistim dan cara pemanfaatan alam oleh manusia, dan bentuk-bentuk benda yang berhasil diciptakan mengandung gambaran tentang gagasan, ide, nilai-nilai dan jalan pikiran yang dijiwai oleh pandangan hidup mereka terhadap alam sekitarnya. Dalam hal ini manusia selalu berusaha menampilkan identitasnya, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi benda-benda yang berada dialam sekitarnya. Pemenuhan kebutuhan identitas itu diwujudkannya dengan membuat dan menghadirkan berbagai simbol. Perwujudan simbol-simbol itu selalu pula diwarnai dan dilatarbelakangi oleh pengalaman dan pendidikan mereka, lewat simbol itu pula tertuangnya jangkauan intelektual mereka.

Manusia dan masyarakat Jambi yang telah memilih Daerah Jambi sebagai tempat permukiman mereka dengan lingkungan alamnya tersendiri telah melakukan berbagai aktivitas kehidupan dalam kurun waktu yang relatif panjang kemasa silam. Pergaulan dengan alam sekitarnya dan berbagai persentuhan dengan masyarakat dan suku bangsa lainnya telah mendorong mereka membuat dan memungsikan berbagai jenis dan bentuk benda guna pemenuhan kebutuhan dalam aktifitas kehidupannya. Benda-benda itu pula yang kita sebutkan sebagai benda budaya dan dengan persyaratan tertentu diangkat menjadi koleksi museum.

Aneka ragam benda budaya masyarakat Jambi, secara bertahap telah terkumpul di

(51)

1. Geologika

Koleksi geologika adalah benda koleksi yang merupakan objek disiplin ilmu geologi antara lain meliputi batuan, mineral, fosil dan benda-benda bentukan alam lainnya (permata, granit, andesit). Beberapa koleksi geologika seperti batu yang digunakan sebagai tempat menumbuk padi, batu andesit yang pada zaman dahulu digunakan untuk bangunan bangunan candi ataupun digunakan juga sebagai perkakas-perkakas zaman prasejarah.

2. Biologika

Koleksi biologika adalah benda koleksi yang masuk kategori benda objek penelitian/dipelajari oleh disiplin ilmu biologi, antara lain berupa tengkorak atau kerangka manusia, tumbuh-tumbuhan dan hewan. Beberapa koleksi biologika yang ada dalam museum ini misalnya ular, harimau, buaya dan lain sebagainya yang dapat dilihat di bagian koleksi biologika.

3. Etnografika

Koleksi etnografika adalah benda koleksi yang menjadi objek penelitian antropologi. Benda-benda tersebut merupakan hasil budaya atau menggambarkan identitas suatu etnis. Berbagai koleksi etnografika yang ada di museum adalah sebagai berikut:

a. Tutup Pinggir Pelaminan

Bentuk benda ini persegi panjang, yang terbuat dari kain beludru dan benang emas sebagai hiasannya yang membentuk motif flora dan tumpal19

Pada umumnya jumlah tingkat atau anak tangga pelaminan ini ganjil yaitu tiga, lima, dan tujuh. Hal ini berkaitan dengan tingkatan atau status sosial si pemakainya. Putro Retno ini difungsikan sebagai tempat duduk diwaktu upacara pemberian gelar dan pengukuhan raja-raja

. Benda ini digunakan untuk penutup pinggiran tingkat pada pelaminan adat Kodya Jambi yang disebut Putri Retno.

19

(52)

Jambi dan berguna juga pada saat sekarang sebagai tempat duduk di waktu upacara peresmian pernikahan.

b. Kampek

Kampek merupakan salah satu jenis hasil kerajinan sulaman. Bentuknya persegi panjang dengan ukuran panjang 14 cm dan lebar 7,5 cm dan dibuat dari bahan dasar kain beludru merah yang dihiasi dengan benang emas dan manik-manik. Hiasan-hiasan yang dibentuk bermotifkan relung kangkung, salah satu bentuk ragam hias Jambi lama. Kampek ini dipergunakan sebagai penghias/penutup bantal guling, yang difungsikan sebagai hiasan bantal guling amben. Menurut salah seorang penduduk Desa Kenali Besar. Batanghari, bahwa dulunya amben ini merupakan tempat peristirahatan raja. Sampai saat sekarang amben ini masih dipergunakan, namun hanyalah sebagai tempat duduk diwaktu akad nikah, khitanan dan khatam qur’an.

Sama seperti jumlah anak tangga di pelaminan, maka susunan kampek pada amben

berjumlah ganjil. Selain itu, kampek ini disusun berbaris tiga ke samping, dengan pengertian yaitu induk, anak dan cucu. Kampek ini mempunyai berbagai bentuk yaitu:

c. Segitiga, yang disebut pudak

d. Segidelapan, yang disebut rago

e. Segiempat, dan bentuk bundar, dll

Jenis kampek ini masih diproduksi oleh penduduk Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Danau Teluk Kotamadya Jambi.

c. Ceper

(53)

yaitu pemberian berupa barang-barang kelengkapan kamar dan keperluan dapur dari calon pengantin laki-laki untuk calon pengantin perempuan. Banyaknya jumlah antaran ini tergantung dari kesanggupan dari pihak laki-laki. Selain itu, wadah ini dipergunakan juga sebagai wadah nasi minyak (masakan tradisional daerah Jambi), pada tradisi makan besamo (bersama) satu wadah. Dari satu wadah itu berisi makanan untuk tiga orang.

d. Kulauk

Kulauk berbentuk lingkaran yang berbahan emas, perak, dan beludru. Disamping kanan untaian jumbai ada 7 buah kunci yang terbuat dari emas atau perak, melambangkan wanita berambut panjang yang mencerminkan kehidupan akhirat. Kunci perlambang perekonomian dalam rumah tangga yang dikendalikan oleh wanita. Lingkaran bagian atas melambangkan para pemimpin masyarakat yang berjalan didahulukan selangkah, berbicara didahulukan sekata, dan lingkaran bawah melambangkan masyarakat umum atau anak kemenakan. Bulatan seperti uang coin 50 buah terbuat dari lempengan tembaga dilapisi emas urai, melambangkan 20 sifat Allah SWT, 20 lawan sifat Allah, 4 sifat Nabi Muhammad SAW, 4 lawan sifat Nabi Muhammad SAW, 2 kejadian saling berpasangan atau berlawanan. Dipakai sebagai perhiasan kepala penganten wanita di Kabupaten Kerinci.

e. Kepala Pending (Bahan Kuningan)

(54)

Kabupaten Bungo, Tebo, Sarolangun, Merangin dan Kerinci dalam upacara adat yang menunjukkan strata sosial di masyarakatnya.

4. Arkeologika

Koleksi arkeologika adalah koleksi yang merupakan hasil budaya masa lampau yang menjadi obyek penelitian arkeologi. Benda-benda tersebut merupakan hasil tinggalan budaya sejak masa prasejarah sampai masuknya budaya barat. Beberapa koleksi arkeologika yang ada dimuseum adalah sebagai berikut:

a. Gong Cina

Gong ini ditemukan di reruntuhan candi kembar batu di Muara Jambi, dan merupakan pemberian dari penguasa Cina kepada Penguasa Melayu. Gong ini terbuat dari perunggu, pada bagian pinggir gong terdapat aksara Cina dengan terjemahan persembahan kepada penguasa di Jambi dari pejabat tinggi di Tiongkok dari masa Dinasti Sung. Kondisi koleksi terlihat baik. Diperkirakan dibuat pada tahun 1231 berdasarkan tulisan yang terdapat pada bagian pinggiran dari gong tersebut. Gong ini diperkirakan digunakan sebagai tanda pada saat jaga atau penyemangat perang bagi prajurit.

b. Arca Dipalaksmi/Arca Dewi

Arca ini yang terbuat dari bahan perunggu, berwujud wanita dengan tinggi 32 cm dan lebar 11,5 cm, ditemukan di Koto Kandis Muara Sabak Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi pada tahun 1981 ditepian Sungai Batanghari. Dinamakan Dipalaksmi, karena memegang lampu (dipa) dan pada bagian pangkal terdapat ayam jago. Dipalaksmi adalah salah satu pantheon20

20

Pantheon berasal dari bahasa Latin pantheios yang artinya merujuk pada kuil untuk semua dewa. Akan tetapi pantheon dapat diartikan sebagai keseluruhan dewa-dewi itu sendiri yang banyak dipuja oleh masyarakat. Keseluruhan dewa-dewi yang dipuja oleh masyarakat ini dalam prakteknya tidak dipuja secara bersama-sama sekaligus melainkan masing-masing dewa-dewi dipuja sendiri sesuai dengan peran dan kesempatan yang berbeda.

(55)

menjorok kebelakang. Lipatan-lipatan kain terlihat mulai dari bagian paha hingga lutut, memakai hiasan seperti kelat bahu, kalung, dan anting. Dipa adalah atribut dari Dewi Laksmi. Diperkirakan dibuat pada abad 12-13 M. Arca serupa juga terdapat di Museum Price of Wales di Bombai. Fungsi arca ini pada masa lalu sebagai dewi penunjuk jalan, dan biasanya diletakkan pada haluan bagian depan kapal.

c. Arca Budha

Arca kecil yang terbuat dari bahan perunggu lapis emas ditemukan disitus Rantau Limau manis, Kecamatan Tabir Kabupaten Sarolangun. Ketika ditemukan oleh masyarakat pada tahun 1975, dalam posisi duduk bersemedi, dan posisi tangan bhumi Sparta mudra (Bumi sebagai saksi). Posisi arca ini menggambarkan pada saat sang Budha memberikan pengajaran pertamanya kepada pengikutnya. Arca menggunakan jubah tipis yang diselempangkan dari bahu kiri hingga menutupi kaki arca. Rambut disanggul bertingkat dua menyerupai rumah siput, di dahi terdapat tonjolan. Dibagian lipatan antara tangan kiri dan dada terdapat korosi (kerusakan logam), tapi secara umum kondisi arca baik. Arca ini diperkirakan dibuat sekitar abad 8-9 M dan diperkirakan digunakan sebagai alat meditasi dalam acara sembayang umat Budha.

d. Arca Padmapani

Arca ini terbuat dari bahan perunggu yang ditemukan di Rantau Limau Manis, Kecamatan Tabir Kabupaten Sarolangun, pada tahun 1975. Arca dalam posisi berdiri memakai

Gambar

Gambar 5
Gambar 6
Gambar 8
Gambar 9
+6

Referensi

Dokumen terkait

Namun, jika ada prosedur yang tidak bisa dikerjakan di dalam BSC maka prosedur tersebut dapat dikerjakan di luar BSC dengan melengkapi peralatan pengamanan personal,

Pada tahap pembelian, konsumen akan melakukan pembelian produk, dan pada tahap setelah pembelian, konsumen melakukan konsumsi melakukan pembelian produk, dan pada

Dari uraian keseluruhan yang telah dikemukakan mulai dari proses analisis hingga implementasi system dapat diambil kesimpulan yaitu Aplikasi Monitoring Bimbingan

NGLIMUT GONOHARJO BOJA KENDAL” ini akan dirancang papan petunjuk arah berupa sign system yang komunikatif, sehingga dapat membantu pengunjung untuk mencari

Ia merupakan unsur pengintegrasi yang mengikat dan mempersatukan pemenuhan kebutuhan yang berbeda-beda ke dalam suatu desain yang utuh dan menyeluruh, operasional serta dapat

This policy was characterized by the role or initial idea from the Lampung governor, there were private parties and public involvements, mutual decision making through

Tujuan dari dibuatnya sistem ini untuk mengidentifikasi jenis – jenis kedip tegangan ( voltage sag ) melalui penurunan tegangan Vrms dan Voltage Severity Index

penilaian; dan 3) Mengetahui keunggulan dan kelemahan pengembangan model pembinaan profesionalisasi guru pendidikan jasmani melalui lesson study berbasis kelompok kerja guru baik