• Tidak ada hasil yang ditemukan

biosafety

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "biosafety"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Biosafety

Biosafety adalah suatu konsep yang mengamankan orang yang bekerja dengan suatu bahan biologis. Misalnya orang yang bekerja dengan suatu virus yang dapat menimubulkan penyakit berbahaya maka orang tersebut harus mengunakan sarung tangan. Jadi biosafety adalah suatu konsep yang mengatur orang yang bekerja atau bersentuhan dengan objek biologis berbahaya agar terhindar dari bahaya objek biologis tersebut.

2.2 Pengertian Biosafety Level

Biosafety level ialah kombinasi penerapan antara praktek dan prosedur oleh pekerja pada fasilitas laboratorium dan peralatan keamanan ketika bekerja dengan menggunakan agen patogen menular yang berbahaya. Istilah biosafety level ini juga digunakan untuk menjelaskan metode yang aman dalam menangani dan mengelola bahan-bahan yang bisa menginfeksi di laboratorium.

2.3 Tujuan Biosafety Level

Tujuan diterapkannya konsep biosafety level ini mencakup 3 aspek yaitu: 1. Keamanan personal yang bekerja di dalam laboratorium

2. Lingkungan sekitar laboratorium 3. Kualitas produk.

Tujuan utamanya ialah melindungi personal yang bekerja di dalam laboratorium, baik dengan cara penerapan penanganan mikrobia yang baik maupun pemakaian peralatan pengamanan secara tepat. Pemberian vaksin pada personal yang bekerja atau berdekatan dengan laboratorium juga bisa meningkatkan level perlindungan terhadap infeksi. Tujuan yang kedua adalah melindungi lingkungan di luar laboratorium dari kontaminasi bahan-bahan infeksius dengan mengkombinasikan antara desain fasilitas dan pengalaman operasional.

(2)

2.4 Klasifikasi Biosafety

Berdasarkan kegiatan yang dilakukan, jalur penularan agen infeksius maupun fungsi laboratorium, persyaratan biosafety dari laboratorium setingkat biosafet berdasar kanketentuan dari WHO Laboratory Biosafety Manual (LBM) 3rd edition meliputi : 2.4.1 Laboratorium Biosafety Level 1/BSL-1

BSL-1 yaitu laboratorium yang digunakan untuk menguji agen penyebab penyakit yang kurang membahayakan kesehatan manusia dan mampu meminimalisir segala potensi bahaya terhadap personel laboratorium serta lingkungannya. Contoh agen atau mikroorganisme tersebut diantaranya escherichia coli, bacillus subtilis, virus gumboro dan virus infectiouscanine hepatitis.

Persyaratan rancang bangun BSL-1 harus memiliki : a. pintu masuk dan keluar;

b. bak cuci tangan stainless steel; c. rak pakaian kerja/jas laboratorium; d. ruang kerja mudah dibersihkan; e. ruangan kedap air;

f. perabotan yang kokoh; dan

g. jendela dilengkapi dengan saringan serangga dan debu.

(3)

2.4.2 Laboratorium Biosafety Level 2/BSL-2

BSL-2 yaitu laboratorium yang digunakan untuk menguji agen penyakit yang cukup potensial membahayakan petugas laboratorium dan lingkungannya. Sebagai contoh mikroorganisme yang ditangani biosafety level ini diantaranya virus campak (Measles virus), Salmonellae, Toxoplasma sp., virus hepatitis.

Persyaratan rancang bangun BSL-2 harus memiliki : a. pintu dapat menutup sendiri;

b. bak cuci tangan stainless steel; c. rak pakaianpelindung;

d. ruang kerja mudah dibersihkan; e. ruang kerdap air;

f. perabotan yang kokoh;

g. jendela dilengkapi dengan saringan serangga dan debu; h. dilengkapi biological safety cabinet/BSC;

i. harus cukup penerangan/cahaya dalam laboratorium;

j. j) lokasi laboratorium harus terpisah dari tempat/rumah penduduk; k. sistem pengawasan ventilasi dimana aliran udara hanya masuk ke dalam

laboratorium tanpa ada sirkulasi udara untuk keluar dari laboratorium; l. dilengkapi alat pelindung mata dan obat cuci mata untuk petugas; m. membatasi lalu lintas orang dan alat ketika personel dan alat

laboratorium sedang bekerja;

n. dilengkapi pakaian pelindung untuk pekerja pada waktu bekerja; o. dilengkapi tanda biohazard.

(4)

2.3.1 Laboratorium Biosafety Level 3/BSL-3

Biosafety level ini digunakan jika kita bekerja dengan menggunakan mikroorganisme yang berpotensi menginfeksi saluran pernapasan yang dapat menyebabkan kerusakan yang parah. Selain berbahaya bagi personal yang bekerja di dalam laboratorium, mikroorganisme ini juga berpotensi mengkontaminasi lingkungan sekitar laboratorium. Virus avian influenza (AI) menjadi salah satu agen yang harus ditangani dengan biosafety level 3 ini. Selain itu, Mycobacterium tuberculosis, St. Louis encephalitis virus, Anthrax dan Coxiella burnetii.

Untuk persyaratan rancang bangun BSL-3, selain harus memenuhi persyaratan rancang bangun BSL-1 dan BSL-2 juga harus dilengkapi persyaratan sebagai berikut :

a. Fasilitas pengatur aliran udara (HEPA_Filtered Air Exhaust) antar ruang laboratorium;

b. Ruang masuk kedalam tersegel atau Double Door Entry guna mencegah kontaminasi dan memiliki ruang antara (ante room) yang dilengkapi tempat mandi (air shower) sebelum masuk ke laboratorium;

c. Biological Safety Cabinet (BSC) class II atau BSC class III guna menangani bahan agen penyakit menular berbahaya;

d. Fasilitas autoclave di luar dan di dalam laboratorium;

e. Peralatan listrik tersentralisir dan dilengkapi circuit breaker panel dan tempat bekerja yang dirancang ergonomically untuk kenyamanan bekerja dan efisien.

(5)

Ada 3 komponen dari sistem BSL-3 yaitu desain dan konstruksi fasilitas laboratorium, peralatan pengamanan dan produksi serta teknik dan pelatihan laboratorium. Resiko infeksi atau kontaminasi oleh agen infeksius dapat ditekan dengan penerapan 3 komponen tersebut.

 Desain dan konstruksi fasilitas laboratorium

Desain dan konstruksi laboratorium harus sesuai dengan fungsi laboratorium dan biosafety level yang direkomendasikan sesuai dengan agen yang akan diolah. Bangunan, fasilitas atau area yang menerapkan sistem BSL-3 mempunyai simbol khusus yang merupakan simbol international, yaitu simbol “biohazard”. Simbol ini berfungsi sebagai sarana peringatan kepada personal bahwa daerah tersebut mempunyai resiko infeksi agen infeksius yang berbahaya.

Simbol “biohazard”

Desain fasilitas atau laboratorium yang mempunyai simbol “biohazard” dibuat sedemikian rupa demi keamanan produk, personal dan lingkungan. Pengaturan sistem udara di dalam laboratorium selalu terkendali, dimana tekanan udara di setiap ruangan berbeda. Ruangan yang terletak semakin ke dalam dan mengandung agen infeksius paling berbahaya bertekanan lebih negatif atau lebih rendah. Tujuannya ialah supaya kontaminasi mikroba yang terdapat di dalam laboratorium ini tidak dapat keluar tetapi tersedot ke dalam.

(6)

Struktur bangunan yang meliputi lantai, dinding maupun langit-langit pada bagian permukaannya harus terbuat dari bahan yang tahan air (water resistant). Hal ini bertujuan agar permukaan mudah dibersihkan dan dipelihara.

Penggunaan sistem pintu ganda yang dilengkapi dengan alat pembantu penutup otomatis juga melengkapi desain laboratorium biosafety ini. Saat kita membuka pintu ini dari satu sisi, maka pintu pada sisi lain secara otomatis akan terkunci sehingga tidak bisa dibuka. Hal ini akan memastikan kondisi udara yang berada di luar sistem BSL-3 tidak terkontaminasi.

 Peralatan pengamanan dan produksi

Peralatan dan perlengkapan untuk mendukung sistem BSL-3 secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu peralatan pengamanan untuk personal dan peralatan teknis.

Persiapan personal yang akan memasuki ruangan BSL-3

Sebelum masuk maupun setelah keluar ruang atau fasilitas BSL-3, personal harus melakukan beberapa proses sterilisasi tubuhnya. Hal ini dilakukan dengan cara mandi di dalam ruang shower yang telah disediakan. Sebelum masuk ke dalam ruang shower, pakaian yang dikenakan oleh personal ditinggalkan di bagian luar dan setelah selesai mandi maka personal mengenakan pakaian khusus (yang sering disebut sebagai “pakaian ninja”)

(7)

yang telah disiapkan di ruang yang terpisah. Selain “pakaian ninja”, personal juga dilengkapi dengan penutup kepala dan penutup kaki. Guna mencegah terjadinya infeksi agen infeksius maka personal diharuskan menggunakan pelindung pernapasan, seperti masker maupun pelindung mata (goggle). Masker yang dipakai dalam ruang BSL-3 merupakan masker tipe SARS dengan standar dari WHO, yaitu tipe N95 atau N100. Saat bekerja dengan agen infeksius, hewan terinfeksi atau penanganan peralatan yang terkontaminasi, personal juga harus memakai sarung tangan. Personal yang telah selesai bekerja di dalam ruangan BSL-3 juga harus kembali melakukan sterilisasi pribadi dengan cara mandi dan keramas.

Bukan hanya pada personal, proses sterilisasi juga diberlakukan untuk semua peralatan pengamanan personal yang akan maupun telah digunakan. Selain itu, seluruh peralatan pengamanan tersebut hanya sekali pemakaian.

Double door autoclave yang digunakan untuk mensterilkan peralatan yang akan digunakan pada ruangan BSL-3

Peralatan teknis dalam ruangan BSL-3 secara umum dapat dibagi menjadi 3 yaitu peralatan pengatur kualitas udara, peralatan untuk proses produksi dan peralatan penanganan limbah dari sistem BSL-3. Udara yang akan dimasukkan ke dalam ruangan BSL-3 harus melalui clean air systems. Begitu juga dengan udara yang akan dikeluarkan atau dibuang ke lingkungan. Clean air systems ini merupakan peralatan pengatur kualitas udara yang khas dalam

(8)

sistem BSL-3, yang mencakup filter High-Efficiency Particulate Air (HEPA) maupun Electrical Air Cleaner (EAC). Fungsi peralatan tersebut tentu saja menjaga kualitas udara di dalam ruangan BSL-3 tetap baik (red. sesuai standar).

Peralatan clean air system dimana salah satu komponennya ialah filter HEPA

Suplai listrik yang selalu ada pada fasilitas BSL-3 menjadi salah satu syarat mutlak juga. Oleh karenanya Medion membangun sebuah sistem back up listrik. Sistem ini akan berfungsi jika suplai listrik utama mengalami gangguan. Peralatan dari back up listrik ini meliputi uninterrupted power supply(UPS) dan generator listrik.

Sistem back up suplai listrik

Perlengkapan pendukung lainnya ialah closed circuit television (CCTV) dan door access control. CCTV digunakan untuk memantau aktivitas personal yang berada di dalam fasilitas BSL-3 oleh manajer atau penanggung jawab

(9)

fasilitas ini. Door-access control merupakan salah satu sarana untuk membatasi personal yang bisa masuk ke dalam fasilitas BSL-3. Alat ini dipasang pada pintu masuk ke fasilitas BSL-3.

Fasilitas CCTV dan door-access control

Peralatan produksi di sarana BSL-3 antara lain BSC dan sentrifugal dengan penutup ganda

(10)

Semua kegiatan penanganan agen infeksius maupun proses panen dari jaringan maupun cairan telur berembrio harus dilakukan pada biological safety cabinet (BSC) tipe II A. Tekanan pada fasilitas ini paling negatif sehingga dapat menekan kontaminasi agen infeksius ke personal yang menangani maupun ke dalam ruangan. Namun, jika ada prosedur yang tidak bisa dikerjakan di dalam BSC maka prosedur tersebut dapat dikerjakan di luar BSC dengan melengkapi peralatan pengamanan personal, seperti pelindung pernapasan (respirators) dan pelindung wajah maupun peralatan penahan kontaminasi secara fisik, seperti pemakaian sentrifugal dengan penutup ganda.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, sistem BSL-3 harus menjaga agar lingkungan sekitar tidak terkontaminasi oleh agen infeksius. Oleh karenanya limbah dari proses penanganan agen infeksius juga harus dilakukan secara baik. Limbah yang dihasilkan dari laboratorium BSL-3 ada 3 jenis, yaitu limbah cair, padat maupun gas. Sebelum limbah tersebut dikeluarkan ke lingkungan, harus melalui proses penanganan terlebih dahulu untuk menghilangkan atau membunuh agen infeksius yang mungkin terkandung dalam limbah tersebut.

Setelah didesinfeksi dan fumigasi, limbah dari BSL-3, di-autoclave dan dimusnahkan melalui incinerator

Bukan hanya pada personal, proses sterilisasi juga diberlakukan untuk semua peralatan pengamanan personal yang akan maupun telah digunakan. Selain itu, seluruh peralatan pengamanan tersebut hanya sekali pemakaian.

(11)

Double door autoclave yang digunakan untuk mensterilkan peralatan yang akan digunakan pada ruangan BSL-3

Peralatan teknis dalam ruangan BSL-3 secara umum dapat dibagi menjadi 3 yaitu peralatan pengatur kualitas udara, peralatan untuk proses produksi dan peralatan penanganan limbah dari sistem BSL-3. Udara yang akan dimasukkan ke dalam ruangan BSL-3 harus melalui clean air systems. Begitu juga dengan udara yang akan dikeluarkan atau dibuang ke lingkungan. Clean air systems ini merupakan peralatan pengatur kualitas udara yang khas dalam sistem BSL-3, yang mencakup filter High-Efficiency Particulate Air (HEPA) maupun Electrical Air Cleaner(EAC). Fungsi peralatan tersebut tentu saja menjaga kualitas udara di dalam ruangan BSL-3 tetap baik (red. sesuai standar). Peralatan clean air system dimana salah satu komponennya ialah filter HEPA

Suplai listrik yang selalu ada pada fasilitas BSL-3 menjadi salah satu syarat mutlak juga. Oleh karenanya Medion membangun sebuah sistem back up listrik. Sistem ini akan berfungsi jika suplai listrik utama mengalami gangguan. Peralatan dari back up listrik ini meliputi uninterrupted power supply (UPS) dan generator listrik.Sistem back up suplai listrik

Perlengkapan pendukung lainnya ialah closed circuit television (CCTV) dan door access control. CCTV digunakan untuk memantau aktivitas personal yang berada di dalam fasilitas BSL-3 oleh manajer atau penanggung jawab fasilitas ini. Door-access control merupakan salah satu sarana untuk membatasi personal yang bisa masuk ke dalam fasilitas BSL-3. Alat ini dipasang pada pintu masuk ke fasilitas BSL-3.

Fasilitas CCTV dan door-access control

Peralatan produksi di sarana BSL-3 antara lain BSC dan sentrifugal dengan penutup ganda

Semua kegiatan penanganan agen infeksius maupun proses panen dari jaringan maupun cairan telur berembrio harus dilakukan pada biological safety cabinet (BSC) tipe II A. Tekanan pada fasilitas ini paling negatif

(12)

sehingga dapat menekan kontaminasi agen infeksius ke personal yang menangani maupun ke dalam ruangan. Namun, jika ada prosedur yang tidak bisa dikerjakan di dalam BSC maka prosedur tersebut dapat dikerjakan di luar BSC dengan melengkapi peralatan pengamanan personal, seperti pelindung pernapasan (respirators) dan pelindung wajah maupun peralatan penahan kontaminasi secara fisik, seperti pemakaian sentrifugal dengan penutup ganda. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, sistem BSL-3 harus menjaga agar lingkungan sekitar tidak terkontaminasi oleh agen infeksius. Oleh karenanya limbah dari proses penanganan agen infeksius juga harus dilakukan secara baik. Limbah yang dihasilkan dari laboratorium BSL-3 ada 3 jenis, yaitu limbah cair, padat maupun gas. Sebelum limbah tersebut dikeluarkan ke lingkungan, harus melalui proses penanganan terlebih dahulu untuk menghilangkan atau membunuh agen infeksius yang mungkin terkandung dalam limbah tersebut.

Setelah didesinfeksi dan fumigasi, limbah dari BSL-3, di-autoclave dan dimusnahkan melalui incinerator

2.4.4 Laboratorium Biosafety BSL-4

BSL-4 yaitu laboratorium yang digunakan untuk menguji dengan agen peyakit menular berbahaya dan penyakit exotic yang mempunyai risiki setiap individu tertular melalui hirupan udara dalam laboratorium yang telah tercemari agen penyakit berbahaya dan dapat mengancam keselamatan hidup. Sebagai contoh bekerja dengan Ebola zaire, Sin nombre virus, Rift valley fever, HIV.

Untuk persyaratan rancang bangun BSL-4 disamping memenuhi persyaratan rancang bangun BSL-1, BSL-2 dan BSL-3juga harus dilengkapi sebagai berikut: a. Ruang antara (ante room) yang dilengkapi tempat mandi sebelum masuk ke

dalam pusat laboratorium dan memiliki tempat mandi (shower) sebelum keluar

b. Fasilitas BSC Class III

(13)

Tingkatan dan Biosafety Level (BSL)

Diketahui bahwa terdapat empat tingkatan BSL dengan tingkat tatalaksana masing-masing berbeda-beda (Tabel 2b). Masing-masing tingkatan tersebut melakukan kerja yang disesuaikan dengan birisk serta kapasitas rancangbangun prasarana (Tabel 3). Dengan meruntut Tabel

2b dan Tabel 3, maka dapat disimpulkan bahwa biorisk yang akan diamanahkanpun

berbeda-beda. Namun setiap biorisk yang akan diamanahkan dalam setiap tingkatan sedikit banyak

tergantung ”KETENTUAN NEGARA MASING-MASING”. Sebagai contoh Human

trypanosoma species seperti beberapa negara di wilayah Afrika dianggap belum merupakan prioritas, namun di negara-negara yang tergabung dalam Tabel 2a, merupakan persoalan utama.

(14)

No Tingkatan BSL Tatalaksana kerja

1 BSL-1

- Cocok untuk kerja bagi agen biorisk TIDAK DIKETAHUI yang mampu menyebabkan penyakit dalam kesehatan manusia dewasa, minimal berpotensi membahayakan personal lab dan lingkungan. - Lab tidak harus dipisahkan dari aktivitas umum gedung (Gambar 2)

- Kerja umumnya dalam kotak terbuka namun memiliki standard praktek mikrobiologi

- Perangkat dan fasilitas lab sepeti umumnya lab-lab mikrobiologi - Personal lab, harus dilakukan training terkait dengan prosedur kerja dan disuperfisi oleh seorang ilmuwan yang memiliki latar belakang mikrobiolog dan ilmu-ilmu yang berhubungan

2 BSL-2

- Sama dengan BSL-1 dan cocok untuk kerja dengan agen-agen yang tergolong ”moderate potential hazard” terhadap personal lab. dan lingkungan.

- Perbedaan dengan BSL-1 adalah :

1. Personal lab dilatih dengan kompetensi spesifik dalam

menangani agen patogen yang langsung dibimbing oleh ahlinya

2. Akses pada lab dibatasi sewaktu dalam suasana bekerja

(Gambar 3)

3. Ekstra Hati-hati dalam menangani item-item kontaminan yang

terinci

4. Memiliki prosedur terkemuka dalam menangani infeksi yang

mampu disebarkan secara aerosol atau dilakukan dalam biosafety cabinet atau perangkat lain yang mampu menjaga kontaminant

(15)

3 BSL-3

- Aplikatif untuk klinik, diagnostik, melatih, penelitian atau sebagai fasilitas produksi untuk agen-agen tergolong ”indigenous” (asli di wilayah itu) atau ”exotic agent” (penyakit langka) yang mana menyebabkan serius atau penyakit berpotensi kematian akibat hasil paparan melalui rute inhalasi.

- Personal lab memiliki kemampuan hasil pelatihan spesifik dalam menangani agen patogenik dan agen berpotensi mematikan dan diawasi oleh ahlinya yang mana memiliki pengalaman kerja terhadap agen tersebut

- Semua prosedur kerja yang melakukan manipulasi terhaap agent tersebut dilakukan dalam ”biological safety cabinet” atau perangkat yang secara fisik mengamankan agen-agen tersebut atau dengan perangkat dan baju yang mampu memproteksi person lab - Lab. Memiliki rancangbangun khusus (Gambar 4)

BSL-4

- Ditetapkan untuk kerja agen berbahaya dan “exotic” yang memiliki risiko penularan individual “aerosol-transmited laboratory infection” dan agen-agen yang mampu bertahan lama meskipun sudah dibunuh.

- Untuk agen dengan tingkat antigenik yang tingggi atau derivat-derivatnya

- Untuk antigen berbahaya yang membutuhkan kepastian identitas

- Anggota lab mendapatkan pelatihan cukup yang menangani ”extreme hazardous infection agents” dan mereka mengerti cara-cara penanganan secara primer, sekundair (temasuk cara penanganan kontaminan perangkat lab.)

(16)

- Lab memiliki disain tersendiri

- Mendapat pelatihan langsung dari ahlinya yang sering menangani agen-agen penyakit khusus

- Akses ke lab sangat amat terbatas dan dikontrol langsung oleh pimpinan pusat lab.

- Fasilitas terpisah dengan aktivitas gedung administrasi atau dalam fasilitas terkontrol secara khusus

- Fasilitas kerja terisolasi satu dengan lainnya

- Perangkat kerja dilakukan amat tertutup dan dalam safety cabinet klas III

- Atau seandainya menggunakan safety cabinet klas II, pakaian personal harus dalam tekanan udara rendah

- Ruang gedung dan fasilitas memiliki rancangan dimana mikroorganisma tak akan mampu mencemari ruang kerja atau lingkungan.

No Biosecurity Biosafety

1.

Mencegah dan mengamankan material patogen dan toksin termasuk catatan informasi terhadap kemungkinan pencurian, penyalahgunaan

Ukuran tindakan pencegahan terhadap penurunan resiko biologik

(17)

2.

Merupakan institusi dengan kebiasaan selalu mengkedepankan tanggungjawab sesuai tingkat pengamanan mengenai akses terbatas agen patogen, toksin berbahaya yang dapat dihaki oleh individual

Menurunkan atau mengeliminasi paparan pekerja lab atau orang lain dan lingkungan luar yang berpotensi terpapar agen berbahaya dalam suatu kerja biosains atau riset biomedik.

3.

Menetapkan akuntabilitas berlebihan terhadap material didasarkan penilaian resiko

keamanannya

Terkait kehandalan dan tanggungjawab pekerja dalam menangani, menggunakan dan mentransfer material patogen berbahaya dan toksin sesuai tingkat kemampuan penahanan

laboratorium

4.

Mendorong kinerja program biosafety Pemilihan keamanan metode dalam

mengatur material infeksi pada suatu laboratorium yang telah dirancang didasarkan penilaian resiko keamanan

Dalam perkembangan lebih lanjut Badan Kesehatan Dunia bersama-sama lembaga terkait

(Tabel 2a), memilah konsep BSL yang disesuaikan bioresiko management dengan empat

tingkatan (BSL-1, BSL-2, BSL-3 dan BSL-4).

(18)

No Nama-nama lembaga Peranan

1 American Biological Safety

Association (ABSA)

Membuat protokol dan hubungan internasional

2 European Biosafety Association

(EBSA)

Pemapar Biosafety dan Biosecurity

3 Netherlands Standardization

Institute (NEN)

Membuat projek-projek management, termasuk sekretariat standardisasi dan perancangan standardisasi

4 International Centre for Infectious Diseases (ICID)

Melakukan coordinator kerjasama dan stakeholder management services

5 European Committee for

Standardization (CEN)

Melakukan pelatihan dan kegiatan kerjasama

Gambar

Tabel 3. Tingkatan BSL dan Tatalaksana Kerja
Tabel 2 a . Lembaga privat yang sering berinteraksi dengan masalah BSL

Referensi

Dokumen terkait

Namun, semakin banyak pupuk organik dan pupuk kimia yang digunakan dalam proses produksi serta saat terjadi bencana banjir maka risiko produksi padi semakin

Dari permasalahan yang ada dan melihat kenyataan banyaknya sampah yang tidak dimanfaatkan dan kurangnya kesadaran santri-santri untuk menjaga kebersihan lingkungan

Makalah ini membahas blue print yang terkait dengan pengembangan sarana TIK untuk PT, yaitu kebijakan, rencana strategis, program kerja tahunan TIK, pengembangan

Konsep pembelajaran sepanjang hayat juga ada dalam konsep literasi informasi, seperti yang disebutkan UNESCO, dalam Progue Declaration yang dideklarasikan dalam

Hal ini berarti auditor yang dapat mengimplementasikan due professional care yang terefleksikan oleh sikap skeptisme dan keyakinan yang memadai dalam pekerjaan

Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui peranan fungsi Bimbingan Konseling Islam dalam upaya mengembangkan religiusitas remaja dan menekan atau mengontrol kenakalan remaja

Selengkapnya judul penelitian yang akan penulis angkat adalah “Pengaruh Pendapatan, Pendidikan dan Beban Tanggungan Terhadap Tingkat Kemiskinan di Kecamatan

Dengan adanya “Sistem Informasi Sales Knowledge Management Berbasis Web ”, para sales diharapkan dapat berkomunkasi dengan sales lain, mendapatkan pengetahuan