• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. yang muncul, seseorang dituntut untuk memiliki pemikiran yang out of the box

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. yang muncul, seseorang dituntut untuk memiliki pemikiran yang out of the box"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi sekarang ini, kita menghadapi berbagai macam tantangan baik dalam ekonomi, politik, teknologi, lingkungan, kesehatan, maupun dalam bidang sosial dan budaya. Untuk menjawab berbagai tantangan yang muncul, seseorang dituntut untuk memiliki pemikiran yang out of the box

atau berbeda dari yang lain. Selain itu, kemajuan teknologi yang meningkat drastis dan meledaknya jumlah penduduk serta makin berkurangnya sumber daya alam akibat berbagai bencana alam, sangat menuntut kemampuan adaptasi kreatif dan pemecahan masalah yang imajinatif.

Tuntutan-tuntutan tersebut dapat dipenuhi dengan melibatkan pendidikan secara maksimal dalam upaya pencapaiannya. Education Research & Development Institute (ERDI) (2014) dalam laporannya menyatakan bahwa pendidikan digunakan sebagai penyeimbang kecakapan abad 21, agar dapat dicapai suatu pencapaian yang maksimal. Mengingat pentingnya kemampuan berpikir kreatif, pemerintah Indonesia telah mengintegrasikan kemampuan berpikir kreatif ke dalam kurikulum pendidikan. Hal ini telah dirumuskan dalam UU NO. 20 tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

(2)

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Matematika sebagai bagian dari pendidikan, tentunya juga mengambil peran dalam upaya tersebut. Mempelajari Matematika nyatanya memberikan banyak pengaruh yang positif, baik dalam kehidupan sehari – hari maupun dalam kehidupan karir seorang individu. Salah satu skills yang dibutuhkan untuk memenuhi tuntutan kualitas sumber daya manusia era globalisasi adalah kreativitas (creativity). Kreativitas digunakan untuk beradaptasi dengan perubahan dunia dan untuk tetap terus memajukan dunia (Leikin, 2013).

Berkaitan dengan kreativitas di Indonesia, Global Creativty Index (GCI) dari Martin Prosperity Institute (2015) menunjukkan bahwa Indonesia hanya memperoleh GCI sebesar 0,202 dan menempatkan Indonesia pada peringkat ke-115 dari 139 negara secara keseluruhan. GCI salah satunya diukur berdasarkan faktor yang secara langsung terkait dengan pendidikan yaitu talent. Faktor ini menekankan pada pengetahuan (knowledge) yang dimiliki seseorang pekerja (worker). Pekerja dengan pengetahuan yang luas, dianggap sebagai titik awal dari perkembangan ekonomi yang positif. Mereka dengan pengetahuan yang luas diharapkan dapat memunculkan suatu ide baru, teknologi baru, atau bahkan dapat menciptakan alat baru yang nantinya dapat memiliki pasar tersendiri.

Berdasarkan penjelasan di atas, peran pendidikan untuk kreativitas adalah sebagai salah satu sarana yang dapat digunakan untuk proses memperoleh dan mengembangkan pengetahuan secara luas. Dengan pemikiran yang kreatif

(3)

pengetahuan tersebut dapat dikoneksikan satu sama lain untuk menghasilkan suatu yang baru. Kemampuan untuk berpikir secara kreatif tersebut juga harus diterapkan dalam pembelajaran matematika. Berpikir secara kreatif bermanfaat untuk menyelesaikan suatu permasalahan matematis atau bahkan menghasilkan suatu pengetahuan yang baru dengan jalan mengaitkan pengetahuan-pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.

Berpikir merupakan suatu aktivitas mental ketika seseorang dihadapkan pada suatu permasalahan yang harus dipecahkan, pembuatan keputusan, atau sekedar memenuhi rasa ingin tahu terhadap suatu hal. Kegiatan berpikir ini dapat dibedakan menjadi 5, yaitu berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Kemampuan berpikir logis, analitis, dan sistematis termasuk kemampuan berpikir dasar dalam matematika. Semiawan menjelaskan kemampuan berpikir dasar berbeda dengan kemampuan berpikir kreatif yang bersifat divergen (Siswati, 2012). Kemampuan berpikir dasar dalam matematika dibentuk melalui proses berpikir mencari jawaban tunggal yang paling tepat. Aktivitas tersebut biasanya berupa latihan-latihan matematika algoritmik, mekanistik, dan rutin. Kemampuan berpikir kreatif bersifat divergen yaitu proses berpikir ke macam-macam arah dan menghasilkan berbagai macam alternatif jawaban.

Dalam mengartikan berpikir kreatif tidak bisa lepas dari pengertian kreativitas secara umum. Menurut Munandar (1999) kreativitas merupakan kemampuan untuk melihat dan memikirkan hal-hal yang luar biasa, memadukan informasi yang nampaknya seperti tidak berhubungan dan

(4)

mencetuskan solusi-solusi baru atau ide-ide baru, yang menunjukkan kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam berpikir. Sedangkan menurut Sudarma (2013), kreativitas bukanlah sesuatu yang mudah untuk didefinisikan karena orang-orang yang berpikir kreatif akan mampu mendefinisikan kreativitas dengan cara kreatifnya masing-masing. Meskipun demikian, ia membagi kreativitas dalam empat aspek. Pertama, kreativitas merupakan dorongan dari dalam diri seseorang untuk mendapatkan hasil yang terbaik dengan cara yang terbaik pula. Kedua, kreativitas merupakan proses mengelola informasi atau membuat sesuatu. Ketiga, kreativitas dapat diartikan sebagai produk karena orang lain menilai kreativitas seseorang dari produk yang dihasilkannya. Produk tersebut dapat berarti buah pemikiran (ide) atau barang. Yang terakhir, kreativitas merupakan individu itu sendiri.

Davis (Siswono, 2008) memberikan 6 alasan mengapa pembelajaran matematika perlu menekankan kreativitas, yaitu: (1) matematika begitu kompleks untuk diajarkan dengan cara menghafal, (2) siswa dapat menemukan solusi-solusi yang asli (original) dalam menyelesaikan masalah, (3) guru perlu memberikan respon terhadap kontribusi siswa yang asli dan mengejutkan (surprised), (4) pembelajaran matematika dengan hafalan mengurangi kemampuan siswa dan membuat mereka tidak termotivasi, (5) keaslian merupakan sesuatu yang perlu diajarkan, seperti membuat pembuktian asli dari teorema-teorena, (6) masalah sehari-hari bukan merupakan hal rutin dan diperlukan kreativitas dalam menyelesaikannya. Hal ini senada dengan pendapat Kiesswetter (Pehkonen,1997) bahwa berdasarkan pengalamannya,

(5)

berpikir fleksibel yang merupakan salah satu komponen kemampuan berpikir kreatif adalah salah satu dari kemampuan penting, bahkan yang paling penting, yang harus dimiliki individu dalam memecahkan masalah matematika.

Orientasi pembelajaran matematika saat ini diupayakan untuk lebih ditekankan pada keterampilan tingkat tinggi, yaitu berpikir kritis dan berpikir kreatif. Keduanya merupakan suatu kesatuan. Pehkonen (1997) berpendapat bahwa berpikir kreatif dalam matematika diartikan sebagai kombinasi berpikir logis dan divergen berdasarkan intuisi yang masih di dalam kesadaran. Tuntutan hasil pendidikan termasuk matematika dapat mendorong kecakapan hidup (life skill) yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-sehari. Kemampuan berpikir kreatif tidak hanya meningkatkan kecakapan akademik tetapi juga kecakapan personal, meliputi kesadaran diri dan keterampilan berpikir serta kecakapan sosial.

Menurut psikolog humanistik Abraham Maslow (Kuswara, 1991), untuk menjadi kreatif tidak memerlukan bakat atau kemampuan khusus karena kreativitas merupakan kekuatan yang mengarahkan manusia kepada pengekspresian dirinya menjadi seseorang yang ia inginkan. Dalam Munandar (1999), Rogers juga menekankan bahwa sumber kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri, mewujudkan potensi, dorongan

untuk berkembang dan menjadi matang, kecenderungan untuk

mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan organisme. Menurut Maslow (Alwisol, 2009), aktualisasi diri merupakan kebutuhan untuk menggunakan bakat dan potensinya secara maksimal atau keinginan untuk

(6)

memperoleh kepuasan dari dirinya sendiri (self-fulfillment) dengan semua potensi yang ia miliki dan melakukan apa yang bisa ia lakukan serta menjadi kreatif dan bebas mencapai puncak potensinya.

Maslow (Alwisol, 2009) menyusun teori motivasi manusia di mana variasi kebutuhan manusia dipandang dalam bentuk bertingkat atau hirarki. Setiap tingkat kebutuhan yang lebih rendah harus terlebih dahulu terpuaskan sebelum memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Dalam Teori Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow, aktualisasi diri merupakan kebutuhan tingkat tinggi (metaneed). Sebelum memenuhi kebutuhan tersebut, terdapat kebutuhan dasar (basic needs) atau bisa disebut juga kebutuhan karena kekurangan. Disebut “kebutuhan karena kekurangan” karena kebutuhan ini mengatasi peningkatan tegangan yang dihasilkan oleh keadaan kekurangan (Kuswara, 1991). Kebutuhan dasar tersebut terdiri dari kebutuhan fisiologis (berkaitan langsung dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup), kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan rasa dimiliki, serta kebutuhan akan rasa harga diri. Setelah semua kebutuhan dasar terpenuhi, muncullah metaneed

atau kebutuhan untuk memperkaya kehidupan dengan memperbanyak belajar dan pengalaman untuk menambah semangat hidup (Kuswara, 1991).

Berdasarkan uraian di atas, jelas terlihat bahwa aktualisasi diri menjadi salah satu sumber munculnya kreativitas. Karena kreativitas merupakan perwujudan dari berpikir kreatif, maka aktualisasi diri juga merupakan salah satu sumber munculnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada setiap jenjang pendidikan, termasuk SMP.

(7)

SMP Ma‟arif NU Paguyangan merupakan sekolah yang didirikan oleh Lembaga Pendidikan Ma‟arif NU yang terletak di Dukuh Beran Desa Cilibur Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes dan dibawah naungan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. SMP Ma‟arif NU Paguyangan berlandaskan Islam sehingga sekolah tersebut tidak hanya mengajarkan pengetahuan-pengetahuan umum melainkan juga ilmu-ilmu mengenai agama Islam yang lebih mendalam. Sekolah ini terdiri dari 12 kelas, yaitu masing-masing kelas VII, VIII, dan IX terdiri dari 4 kelas. Staf pengajar dan karyawan di SMP Ma‟arif NU Paguyangan berjumlah 32 orang dengan berbagai macam guru mata pelajaran.

Sebagian besar peserta peserta didik yang belajar di sekolah tersebut berasal dari latar belakang keluarga yang kurang mampu dengan mata pencaharian orang tuanya sebagai petani. Oleh karena itu, banyak anak-anak yang terlambat mendaftar ke sekolah karena keterbatasan biaya. Banyak dari siswa yang seharusnya sudah SMA tetapi baru masuk SMP. Tetapi hal itu menunjukkan bahwa orang tua di daerah tersebut masih mementingkan pendidikan anaknya karena mereka tidak malu menyekolahkan anaknya meskipun umurnya tidak sesuai. Anak-anaknya pun tidak malu dan mau belajar untuk memaksimalkan potensi yang mereka miliki dengan bersekolah.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilaksanakan penelitian untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif matematis dan aktualisasi diri siswa SMP Ma‟arif NU Paguyangan.

(8)

B. Fokus Penelitian

Agar penelitian ini dapat terarah dan mendalam serta tidak terlalu luas jangkauannya, maka penelitian ini terbatas pada bagaimana deskripsi kemampuan berpikir kreatif matematis dan aktualisasi diri siswa kelas VII B SMP Ma‟arif NU Paguyangan.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif matematis dan aktualisasi diri siswa SMP Ma‟arif NU Paguyangan.

D. Manfaat Hasil Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan mengenai kemampuan berpikir kreatif matematis dan aktualisasi diri siswa.

2. Manfaat Praktis a. Bagi guru

Sebagai alat evaluasi terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan sehingga kekurangan-kekurangan dalam mengajar dapat diperbaiki untuk

(9)

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa sekaligus memotivasi siswa untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi dirinya.

b. Bagi sekolah

Sebagai alat evaluasi untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematis dan sejauh mana pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri siswanya. c. Bagi peneliti

Menambah pengalaman dan sebagai pelatihan bagi peneliti dalam bidang pembuatan soal yang terstruktur dan terstandar serta mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif matematis dan aktualisasi diri siswa.

Referensi

Dokumen terkait

Badan Pengatur Sistem Penyediaan dan Pelayanan Air Minum yang selanjutnya disebut Badan Pengatur adalah badan yang mandiri dan independen untuk menjembatani

Dalam hal ini untuk mencapai tujuan ini, kinerja karyawan tidak hanya bergantung pada sumber daya berwujud yang tersedia dalam organisasi, tetapi juga pada sumber daya

1) Guru PAI di SLB-C Widya Bhakti data yang dicari dalam wawancara mendalam ini adalah tentang pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama islam serta RPP, KD dan hasil

Dengan hormat kami sampaikan bahwa, dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai lembaga yang berperan untuk meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan,

Paparan timbal merupakan masalah kesehatan utama terutama pada negara berkembang. Anak-anak memiliki risiko lebih tinggi terhadap keracunan timbal dibandingkan orang dewasa. Anak

Dalam teks, muncul kata-kata tertentu yang dominan dan dinaturalisasikan kepada pembaca. Kata tersebut selalu diulang-ulang dalam berbagai peristiwa tutur. Kata-kata

Selagi auto regulasi masih berjalan dengan baik, maka tidak akan terjadi apa-apa pada otak, tapi jika terjadi gangguan dimana MAP < 50 mmHg yang merupakan akibat terjadi iskemi,

26 Beberapa kota besar di eropa seperti Paris, New York, London dapat dikatakan sebagai sebuah kota yang berhasil dalam membangun karakter yang kuat dan membuat