• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN SEMINAR KASUS ASUHAN KEPERAWATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN SEMINAR KASUS ASUHAN KEPERAWATAN"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEPRESI DENGAN PSIKOSIS AKUT DI WISMA BIMA RSJ GRHASIA YOGYAKARTA

Untuk Memenuhi Tugas Kelompok

Praktik Profesi Stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :

Siwi Aji Pramudhita 15/359157/KU/16480

Sofyan Adetya Perkasa 13/359159/KU/16482

Reza FajarAmalia 15/390630 /KU/18347

Ghina Kusumawati 15/390584/KU/18390

Diva Viya Febriana 15/390672/KU/18384

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

(2)

DEPRESI DAN PSIKOTIK

A. DEFINISI DEPRESI

Depresi adalah suatu kelainan alam perasaan berupa hilangnya minat atau kesenangan

dalam aktivitas-aktivitas yang biasa dan pada waktu yang lampau (Townsend,1998:179).

Rentang respon emosi individu dapat berfluktuasi dalam rentang respon emosi dari adaptif

sampai maladaptif. Respon depresi merupakan emosi yang maladaptif (Keliat,1996:2).

B. JENIS-JENIS DEPRESI

Penggolongan depresi dapat dibedakan (Wilkinson,1995:18 - 26):

1. Menurut gejalanya

a. Depresi neurotik

Depresi neurotik biasanya terjadi setelah mengalami peristiwa yang menyedihkan

tetapi yang jauh lebih berat daripada biasanya. Penderitanya seringkali dipenuhi

trauma emosional yang mendahului penyakit misalnya kehilangan orang yang

dicintai, pekerjaan, milik berharga, atau seorang kekasih. Orang yang menderita

depresi neurotik bisa merasa gelisah, cemas dan sekaligus merasa depresi. Mereka

menderita hipokondria atau ketakutan yang abnormal seperti agrofobia tetapi

mereka tidak menderita delusi atau halusinasi.

b. Depresi psikotik

Secara tegas istilah 'psikotik' harus dipakai untuk penyakit depresi yang berkaitan

dengan delusi dan halusinasi atau keduanya.

c. Psikosis depresi manik

Depresi manik biasanya merupakan penyakit yang kambuh kembali disertai

gangguan suasana hati yang berat. Orang yang mengalami gangguan ini

menunjukkan gabungan depresi dan rasa cemas tetapi kadang-kadang hal ini dapat

diganti dengan perasaan gembira, gairah, dan aktivitas secara berlebihan

gambaran ini disebut 'mania'.

d. Pemisahan diantara keduanya

Para dokter membedakan antara depresi neurotik dan psikotik tidak hanya

berdasarkan gejala lain yang ada dan seberapa terganggunya perilaku orang

tersebut.

2. Menurut Penyebabnya

(3)

Pada depresi reaktif, gejalanya diperkirakan akibat stres luar seperti kehilangan

seseorang atau kehilangan pekerjaan.

b. Depresi endogenus

Pada depresi endogenous, gejalanya terjadi tanpa dipengaruhi oleh faktor lain.

c. Depresi primer dan sekunder

Tujuan penggolongan ini adalah untuk memisahkan depresi yang disebabkan

penyakit fisik atau psiatrik atau kecanduan obat atau alkohol (depresi 'sekunder')

dengan depresi yang tidak mempunyai penyebab-penyebab ini (depresi 'primer').

Penggolongan ini lebih banyak digunakan untuk penelitian tujuan perawatan.

3. Menurut arah penyakit

a. Depresi tersembunyi

Diagnosa depresi tersembunyi (atau atipikal) kadang-kadang dibuat

bilamana depresi dianggap mendasari gangguan fisik dan mental yang tidak dapat

diterangkan, misalnya rasa sakit yang lama tanpa sebab yang nyata atau

hipokondria atau sebaliknya perilaku yang tidak dapat diterangkan seperti wanita

lanjut usia yang suka mengutil.

b. Berduka

Proses kesedihan itu wajar dan merupakan reaksi yang diperlukan terhadap suatu

kehilangan. Proses ini membuat orang yang kehilangan itu mampu menerima

kenyataan tersebut, mengalami rasa sakit akibat kesedihan yang menimpa,

menderita putusnya hubungan dengan orang yang dicintai dan penyesuaian

kembali.

c. Depresi pascalahir

Banyak wanita kadang-kadang mengalami periode gangguan emosional dalam 10

hari pertama setelah melahirkan bayi ketika emosi mereka masih labil dan mereka

merasa sedih dan suka menangis. Seringkali hal itu berlangsung selama satu atau

dua hari kemudian berlalu.

d. Depresi dan manula

Usia tua merupakan saat meningkatnya kerentanan terhadap depresi. Namun,

kadang-kadang depresi pada manula ditutupi oleh penyakit fisik dan cacat tubuh

seperti penglihatan atau pendengaran yang terganggu. Oleh karena itu, sangatlah

penting untuk mengingat kemungkinan terjadinya penyakit depresi pada orang

(4)

C. FAKTOR PREDISPOSISI DEPRESI

Terdapat 2 teori untuk menjelaskan faktor pendukung terjadinya depresi:

1. Teori Biologis

a. Genetik. Dari sejumlah penyelidikan yang telah dilakukan ditemukan bahwa

terdapat dukungan keterlibatan herediter dalam penyakit depresi. Luasnya akibat

pada pokoknya tampak menjadi lebih tinggi diantara individu-individu yang

memiliki hubungan keluarga dengan kelainan tersebut daripada diantara populasi

umum (DSM-III-R, 1987).

b. Biokimia. Ketidakseimbangan elektrolit tampak memainkan peranan dalam

penyakit depresif. Suatu kesalahan hasil metabolisme dalam perubahan natrium

dan kalium di dalam neuron. Teori biokimia yang lainnya menyangkut biogenik

amin norepinefrin, dopamin, dan serotinin. Tingkatan zat-zat kimia ini mengalami

defisiensi dalam individu dengan penyakit depresif.

2. Teori Psikososial

a. Psikoanalisa. Teori ini (Klein, 1934) melibatkan suatu ketidakpuasan dalam

hubungan awal ibu-bayi sebagai suatu predisposisi untuk penyakit depresif.

Kebutuhan bayi tidak terpenuhi, suatu kondisi yang digambarkan sebagai suatu

kehilangan. Respons berduka belum terpecahkan, dan kemarahan dan permusuhan

ditunjukkan kepada diri sendiri. Ego tetap lemah, sementara superego meluas dan

menjadi menghukum.

b. Kognitif. Ahli teori-teori ini (Beck et al, 1979) yakin bahwa penyakit depresif

terjadi sebagai suatu hasil dari kelainan kognitif. Kelainan proses pikir membantu

perkembangan evaluasi diri individu. Persepsi merupakan ketidakadekuatan dan

ketidakberhargaan. Pandangan untuk masa depan merupakan suatu kepesimisan

keputusasaan.

c. Teori Pembelajaran. Teori ini (seligman, 1973) mengemukakan bahwa penyakit

depresif dipengaruhi oleh keyakinan individu bahwa ada kurang kontrol atau

situasi-situasi kehidupannya. Ini dianggap bahwa keyakinan ini muncul dari

pengalaman-pengalaman yang mengakibatkan kegagalan (baik yang dirasakan

atau yang nyata). Setelah sejumlah kegagalan, individu merasa tidak berdaya

untuk berhasil dalam usaha-usaha yang keras, dan oleh karena itu berhenti

mencoba. Pembelajaran ketidakberdayaan ini digambarkan sebagai suatu

(5)

d. Teori Kehilangan Objek. Teori ini (Bowly, 1973) menyatakan bahwa penyakit

depresif terjadi jika pribadi tersebut terpisah dari atau ditolak orang terdekat

selama 6 bulan pertama kehidupan. Proses ikatan diputuskan, dan anak menarik

diri dari orang lain dan lingkungan.

D. FAKTOR PENCETUS

Ada empat sumber utama stresor yang dapat mencetuskan gangguan alam perasaan

(Sundeen,Stuart,1998:260):

1. Kehilangan keterikatan, yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk kehilangan

cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau harga diri. Karena elemen aktual dan

simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka persepsi pasien merupakan hal yang

sangat penting.

2. Peristiwa besar dalam kehidupan sering dilaporkan sebagai pendahulu episode

depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang dihadapi sekarang

dan kemampuan menyelesaikan masalah.

3. Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi perkembangan depresi,

terutama pada wanita.

4. Perubahan fisiologik diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik,

seperti infeksi, neoplasma, dan gangguan keseimbangan metabolik, dapat

mencetuskan gangguan alam perasaan.

E. PENGELOLAAN DEPRESI

1. Terapi fisik

a. Obat

Secara umum, semua obat antidepresan sama efektivitasnya. Pemilihan jenis antidepresan

ditentukan oleh pengalaman klinikus dan pengenalan terhadap berbagai jenis

antidepresan. Biasanya pengobatan dimulai dengan dosis separuh dosis dewasa, lalu

dinaikkan perlahan-lahan sampai ada perbaikan gejala.

b. Terapi Elektrokonvulsif (ECT)

Untuk pasien depresi yang tidak bisa makan dan minum, berniat bunuh diri atau retardasi

hebat maka ECT merupakan pilihan terapi yang efektif dan aman. ECT diberikan 1- 2

kali seminggu pada pasien rawat nginap, unilateral untuk mengurangi confusion/memory

problem.Terapi ECT diberikan sampai ada perbaikan mood (sekitar 5 - 10 kali),

(6)

2. Terapi Psikologik

a. Psikoterapi

Psikoterapi individual maupun kelompok paling efektif jika dilakukan bersama-sama

dengan pemberian antidepresan. Baik pendekatan psikodinamik maupun

kognitif behavioursama keberhasilannya. Meskipun mekanisme psikoterapi tidak

sepenuhnya dimengerti, namun kecocokan antara pasien dan terapis dalam proses

terapeutik akan meredakan gejala dan membuat pasien lebih nyaman, lebih mampu

mengatasi persoalannya serta lebih percaya diri.

b. Terapi kognitif

Terapi kognitif - perilaku bertujuan mengubah pola pikir pasien yang selalu negatif

(persepsi diri, masa depan, dunia, diri tak berguna, tak mampu dan sebagainya) ke arah

pola pikir yang netral atau positif. Ternyata pasien usia lanjut dengan depresi dapat

menerima metode ini meskipun penjelasan harus diberikan secara singkat dan terfokus.

Melalui latihan-latihan, tugas-tugas dan aktivitas tertentu terapi kognitif bertujuan

mengubah perilaku dan pola pikir.

c. Terapi keluarga

Problem keluarga dapat berperan dalam perkembangan penyakit depresi, sehingga

dukungan terhadap keluarga pasien sangat penting. Proses penuaan mengubah dinamika

keluarga, ada perubahan posisi dari dominan menjadi dependen pada orang usia lanjut.

Tujuan terapi terhadap keluarga pasien yang depresi adalah untuk meredakan perasaan

frustasi dan putus asa, mengubah dan memperbaiki sikap / struktur dalam keluarga yang

menghambat proses penyembuhan pasien.

d. Penanganan Ansietas (Relaksasi)

Teknik yang umum dipergunakan adalah program relaksasi progresif baik secara

langsung dengan instruktur (psikolog atau terapis okupasional) atau melalui tape

recorder.Teknik ini dapat dilakukan dalam praktek umum sehari-hari. Untuk menguasai

teknik ini diperlukan kursus singkat terapi relaksasi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada usia lanjut :

a. Obat-obatan

Beberapa jenis obat seperti digoksin, L-dopa, steroid, penyekat beta dan anti

hipertensi lainnya, pemberian benzodiazepin jangka panjang, fenobarbiton, dan

pemakaian neuroleptik jangka lama dapat mengakibatkan depresi.

(7)

Perubahan neuroendokrinologik seperti hormon, neurotransmiter (serotonin,

dopamin, dll) menyebabkan usia lanjut rentan terhadap depresi. Depresi pada usia

lanjut dapat diakibatkan oleh proses neurodegeneratif, misalnya depresi sebagai

gejala dari demensia.

c. Psikososial

- Kepribadian pasien sebelum sakit turut berperan dalam manifestasi gejala

depresi, misalnya orang yang pencemas semasa mudanya ketika mengalami

depresi di usia lanjut memperlihatkan gambaran depresi neurotik yang

menyolok.

- Dukungan sosial yang buruk, kapasitas membina keakraban yang lemah juga

berperan dalam terjadinya depresi.

- Berbagai peristiwa kehidupan seperti kematian pasangan, problem keuangan

yang berat, pindah rumah, peringatan peristiwa sedih, anak yang cacat

menanjak dewasa, dan sebagainya lebih sering terjadi pada pasien-pasien usia

lanjut dengan depresi dibandingkan dengan usia lanjut yang sehat.

F. DIAGNOSIS DEPRESI

Gangguan depresi dibedakan dalam depresi ringan, sedang dan berat sesuai dengan

banyak dan beratnya gejala serta dampaknya terhadap fungsi kehidupan seseorang.

Menurut ICD 10, pada gangguan depresi ada 3 gejala utama yaitu :

- Mood terdepresi (suasana perasaan hati murung / sedih),

- Hilang minat atau gairah,

- Hilang tenaga dan mudah lelah, yang disertai dengan gejala lain seperti :

- Konsentrasi menurun,

- Harga diri menurun,

- Perasaan bersalah,

- Pesimis memandang masa depan,

- Ide bunuh diri atau menyakiti diri sendiri,

- Pola tidur berubah,

(8)

Tabel 1 Pedoman Berat Ringannya Depresi

Depresi Gejala

Utama Gejala lain Fungsi Keterangan

Ringan 2 2 Baik Distress +

Sedang 2 3 atau 4 Terganggu Berlangsung

minimal 2

minggu

Berat 3 4 Terganggu

berat

Intensitas gejala

sangat berat

Sumber:Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI,2000

G. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN ALAM

PERASAAN a. Pengkajian

1) Faktor Predisposisi a) Faktor Genetik

Mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis keturunan.

Frekuensi gangguan alam perasaan pada kembar monozigote dari dizigote.

b) Teori Agresi Berbalik pada Diri Sendiri

Mengemukakan bahwa depresi diakibatkan dari perasaan marah yang dialihkan pada diri

sendiri.

Diawali dengan proses kehilangan terjadi ambivalensi terhadap objek yang hilang tidak

mampu mengekspresikan kemarahan marah pada diri sendiri.

c) Teori Kehilangan

Berhubungan dengan faktor perkembangan : misalnya kehilangn orang tua pada masa anak,

perpisahan yang bersifat traumatis dengan orang yang sangat dicintai. Individu tidak

berdaya mengatsi kehilangan.

d) Teori Kepribadian

Mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan seseorang mengalami

depresi atau mania.

e) Teori Kognitif

Mengemukakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang dipengaruhi oleh

(9)

f) Teori Belajar Ketidakberdayaan

Mengemukakan bahwa depresi dilmulai dari kehilangan kendali diri, lalu menjdi pasif dan

tidak mampu menghadapi masalah. Kemidian individu timbul dengan keyakinan akan

ketidakmampuam mengendalikan kehidupan sehingga ia tidak berupaya mengembangkan

respon yang adaptif.

g) Model Perilaku

Mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya pujian positif selama berinteraksi

dengan lingkungan.

h) Model Biologis

Mengemukakan bahwa depresi terjadi prubahan kimiawi, yaitu defisiensi katekolamin,

tidak berfungsi endokrin dan hipersekresi kortisol.

2) Faktor Presipitasi

Stresor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan meliputi faktor biologis,

psikologis, dan social budaya. Faktor biologis meliputi perubahan fisiologis yang

disebabkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma dan

ketidakseimbangan metabolisme. Faktor psikologis meliputi kehilangan kasih sayang,

termasuk kehilangan cinta, seseorang dan kehilangan harga diri. Faktor social budaya

meliputi kehilangan peran, perceraian, kehilangan pekerjaan.

3) Perilaku dan Mekanisme Koping

Perilaku yang berhubungan dengan depresi bervariasi. Pada keadaan depresi kesedihan dan

kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi agitasi. Mekanisme koping yang digunakan

pada reaksi kehilangan yang memanjang adalah denial dan supresi, hal ini untuk menghindari

tekanan yang hebat.

1. Data subyektif:

Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.Sering mengemukakan

keluhan somatik. Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada

tujuan hidup, merasa putus asa dan cenderung bunuh diri.

2. Data obyektif:

Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk dengan sikap

yang merosot, ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan langkah yang

diseret.Kadang-kadang dapat terjadi stupor. Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu

makan, sukar tidur dan sering menangis.

Proses berpikir terlambat, seolah-olah pikirannya kosong, konsentrasi terganggu, tidak

(10)

psikosa depresif terdapat perasaan bersalah yang mendalam, tidak masuk akal

(irasional), waham Data Obyektifsa, depersonalisasi dan halusinasi.

Kadang-kadang pasien suka menunjukkan sikap bermusuhan (hostility), mudah

tersinggung (irritable) dan tidak suka diganggu.

b.Diagnosis Keperawatan

1. Resiko mencederai diri berhubungan dengan depresi

2. Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptif.

c.Rencana dan Tindakan Keperawatan

1. Tujuan umum: Klien tidak mencederai diri.

2. Tujuan khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan:

1. Perkenalkan diri dengan klien

2. Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin dengan sikap empat

3. Dengarkan pemyataan pasien dengan sikap sabar empati dan lebih banyak

memakai bahasa non verbal. Misalnya: memberikan sentuhan, anggukan

4. Perhatikan pembicaraan pasien serta beri respons sesuai dengan keinginanny

5. Bicara dengan nada suara yang rendah, jelas, singkat, sederhana dan mudah

dimengerti

6. Terima pasien apa adanya tanpa membandingkan dengan orang lain.

2. Klien dapat menggunakan koping adaptif

Tindakan:

1. Beri Data Obyektifrongan untuk mengungkapkan perasaannya dan

mengatakan bahwa perawat memahami apa yang dirasakan pasien.

2. Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi perasaan

sedih/menyakitkan

3. Diskusikan dengan pasien manfaat dari koping yang biasa digunakan

4. Bersama pasien mencari berbagai alternatif koping.

5. Beri Data Obyektifrongan kepada pasien untuk memilih koping yang paling

tepat dan dapat diterima

6. Beri Data Obyektifrongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah

dipilih

(11)

3. Klien terlindung dari perilaku mencederai diri

Tindakan:

1. Pantau dengan seksama resiko bunuh diri/melukai diri sendiri.

2. Jauhkan dan simpan alat-alat yang dapat digunakan olch pasien untuk

mencederai dirinya/orang lain, ditempat yang aman dan terkunci.

3. Jauhkan bahan alat yang membahayakan pasien.

4. Awasi dan tempatkan pasien di ruang yang mudah dipantau oleh

peramat/petugas.

5. Klien dapat meningkatkan harga diri

Tindakan:

1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.

2. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.

3. Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan antar

sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).

5. Klien dapat menggunakan dukungan sosial

Tindakan:

1. Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu (orang-orang

terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang

dianut).

2. Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas

keagamaan, kepercayaan agama).

3. Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka agama).

6. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat

Tindakan:

1. Diskusikan tentang obat (nama, Data Obyektifsis, frekuensi, efek dan efek

samping minum obat).

2. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, Data

Obyektifsis, cara, waktu).

3. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.

(12)

2.PSIKOTIK

A. DEFINSI PSIKOTIK

Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu menilai

kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau/aneh.

Psikotik yang dibahas pada modul ini yaitu psikotik akut dan kronik.

Gambaran utama perilaku:

 Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :  Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya

 Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal

 Kebingungan atau disorientasi

 Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri, kecurigaan

berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan, bicara dan tertawa

serta marah-marah atau memukul tanpa alasa2. Pedoman diagnostik

B. DIAGNOSIS PSIKOTIK

Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah sebagai berikut :

 Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan : misalnya, mendengar

suara yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak ada bendanya)

 Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima oleh

kelompok sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa mereka diracuni oleh

tetangga, menerima pesan dari televisi, atau merasa diamati/diawasi oleh orang lain)

 Agitasi atau perilaku aneh (bizar)

 Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)

 Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel)

C. DIAGNOSIS BANDING

Selain diagnosis pasti, ada diagnosis banding untuk psikotik akut ini karena dimungkinkan

adanya gangguan fisik yang bisa menimbulkan gejala psikotik.

 Epilepsi

 Intoksikasi atau putus zat karena obat atau alkohol

 Febris karena infeksi

 Demensia dan delirium atau keduanya

 Jika gejala psikotik berulang atau kronik, kemungkinan skizofrenia dan gangguan

(13)

 Jika terlihat gejala mania (suasana perasaan meninggi, percepatan bicara atau proses

pikir, harga diri berlebihan), pasien mungkin sedang mengalami suatu episode maniak

 Jika suasana perasaan menurun atau sedih, pasien mungkin sedang mengalami depresi

D. INFORMASI PENTING UNTUK PASIEN DAN KELUARGA

Beberapa informasi yang perlu disampaikan pada pasien dan keluarga antara lain tentang :

 Episode akut sering mempunyai prognosis yang baik, tetapi lama perjalanan penyakit

sukar diramalkan hanya dengan melihat dari satu episode akut saja

 Agitasi yang membahayakan pasien, keluarga atau masyarakat, memerlukan

hospitalisasi atau pengawasan ketat di suatu tempat yang aman. Jika pasien menolak

pengobatan, mungkin diperlukan tindakan dengan bantuan perawat kesehatan jiwa

masyarakat dan perangkat desa serta keamanan setempat

 Menjaga keamanan pasien dan individu yang merawatnya:

1. Keluarga atau teman harus mendampingi pasien

2. Kebutuhan dasar pasien terpenuhi (misalnya, makan, minum, eliminasi dan

kebersihan)

3. Hati-hati agar pasien tidak mengalami cedera

E. KONSELING PASIEN DAN KELUARGA

 Bantu keluarga mengenal aspek hukum yang berkaitan dengan pengobatan psikiatrik antara lain : hak pasien, kewajiban dan tanggung jawab keluarga dalam pengobatan

pasien

 Dampingi pasien dan keluarga untuk mengurangi stress dan kontak dengan stresor  Motivasi pasien agar melakukan aktivitas sehari-hari setelah gejala membaik

F. PENGOBATAN

Program pengobatan untuk psikotik akut :

1. Berikan obat antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik : • Haloperidol 2-5 mg, 1 sampai 3 kali sehari, atau

• Chlorpromazine 100-200 mg, 1 sampai 3 kali sehari

Dosis harus diberikan serendah mungkin untuk mengurangi efek samping, walaupun

beberapa pasien mungkin memerlukan dosis yang lebih tinggi

(2). Obat antiansietas juga bisa digunakan bersama dengan neuroleptika untuk

(14)

(3). Lanjutkan obat antipsikotik selama sekurang-kurangnya 3 bulan sesudah gejala hilang.

Apabila saudara menemukan pasien gangguan jiwa di rumah dengan perilaku di bawah ini,

lakukan kolaborasi dengan tim untuk mengatasinya.

• Kekakuan otot (Distonia atau spasme akut), bisa ditanggulangi dengan suntikan benzodiazepine atau obat antiparkinson

• Kegelisahan motorik berat (Akatisia), bisa ditanggulangi dengan pengurangan dosis terapi atau pemberian beta-bloker

• Gejala parkinson (tremor/gemetar, akinesia), bisa ditanggulangi dengan obat antiparkinson oral (misalnya, trihexyphenidil 2 mg 3 kali sehari)

Penatalaksanaan

1. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga.

tentang asuhan keperawatan pada pasien halusinasi, waham, isolasi sosial, defisit perawatan

diri. Beberapa informasi yang dapat saudara sampaikan pada pasien dan keluarga antara lain :

1. Gejala penyakit jiwa (perilaku aneh dan agitasi)

2. Antisipasi kekambuhan

3. Penanganan psikosis akut

4. Pengobatan yang akan mengurangi gejala dan mencegah kekambuhan

5. Perlunya dukungan keluarga terhadap pengobatan dan rehabililtasi pasien

6. Perlunya organisasi kemasyarakatan sebagai dukungan yang berarti bagi pasien dan

keluarga

Konseling pasien dan keluarga

Beberapa topik yang dapat menjadi fokus konseling adalah :

1. Pengobatan dan dukungan keluarga terhadap pasien

2. Membantu pasien untuk berfungsi pada taraf yang optimal dalam pekerjaan dan

kegiatan sehari-hari

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Dalami, E. dkk. 2009. Askep Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Hawari, D. 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: EGC

Keliat, B.A. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Jackson, M & Jackson, L. 2011. Seri Panduan Praktis Keperawatan Klinis. Jakarta:

Erlangga.

Kaplan, H. I. dkk. 1997. Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Binarupa Aksara.

(16)

Format Pengkajian Keperawatan menurut ISDA

(Format Pengkajian Awal)

Disusun oleh: Intansari Nurjannah Staff Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Gadjah Mada

Pengkajian data demografi (menyesuaikan dengan format di setiap rumah sakit) A. Identifikasi

Kamar/ruang : Isolasi Tanggal Pengkajian : 16 Februari 2016 TGL Masuk RS : 15 Februari 2016 Waktu Pengkajian : 11.00

No Rekam Medis : 0.08.13.50 Nama inisial klien : M.S.

Umur : 24 tahun 8 bulan

Alamat : Jalan Drs Silondae No 64 Kendari, Sulawesi Utara Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Perkawinan : Belum Kawin

Agama : Islam

Pendidikan : Perguruan Tinggi Pekerjaan : Mahasiswa/pelajar

B. Data Medik I. Dikirim oleh :

o UGD

o Dokter praktik II. Diagnosa Medis :

- Saat masuk : Depresi dengan gejala Psikotik

(17)

C. Riwayat Kesehatan Sekarang

3 thSMRS pasien mulai muncul perubahan tingkah laku. 1 thSMRS pasien menunjukkan perilaku mengamuk, halusinasi, riwayat sulit tidur, ingin bunuh diri, merasa tidak berguna. Pasien mengamuk dan memukul keluarga.

D. Keluhan Utama saat pengkajian

Pasien mengatakan dirinya tidak berguna, meminta dibunuh, ingin dilepas tali restrainnya, tidak ada keinginan untuk makan

A. Pengkajian tanda vital

ISDA

Halaman 3-6

Tekanan darah : 100/70 mm Hg

Denyut nadi/kualitas : 88 x/menit teraba kuat Pernafasan/kualitas : 20 x/menit Apakah klien memakai alat bantu (berjalan, melihat, gigi palsu, dll)? Sebutkan

(18)

Disfungsi sensori Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Penurunan sensasi penciuman Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Penurunan sensasi Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Adakah klien merasa lemah Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Adakah klien pingsan saat menolehkan kepala? Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Apakah klien kurang tidur? Ya  Tidak ⃝ TT ⃝ Adakah klien mengalami masalah psikologi di bawah ini?

Riwayat bunuh diri? Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Riwayat kekerasan pada diri sendiri Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Riwayat kekerasan pada orang lain Ya  Tidak ⃝ TT ⃝ Distorsi kognitif/kesulitan dalam hal emosi Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ C. Pengkajian

situasi khusus ISDA Halaman 9

Adakah klien baru masuk RS/pindah bangsal? : Ya Tidak  TT ⃝

Adakah akan dilakukan pembedahan? Sebutkan : Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ ………... Adakah klien menggunakan ventilator mekanik? : Ya ⃝ Tidak  TT ⃝

Apakah klien sedang hamil? : Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Jika Ya, lanjutkan pengkajian khusus ibu hamil (ISDA halaman 10-12)

Data lanjutan dan dignose

keperawatan yang ditegakkan: -

D. Pengkajian Fungsi Tubuh

Pengkajian sistem gastrointestinal (ISDA Halaman 13)

Apakah ada masalah dalam menelan? : Ya ⃝ Tidak  TT ⃝

Apakah ada masalah dalam rongga mulut? Sebutkan : Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ …..……….. Adakah ada masalah dengan gigi? : Ya ⃝ Tidak  TT ⃝

Adakah masalah dengan buang air besar/defekasi : Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Apakah klien merasa mual? : Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Apakah klien muntah? : Ya ⃝ Tidak  TT ⃝

Jika ada ya pada salah satu masalah di atas lanjutkan pengkajian resiko GI system (ISDA halaman 13)

Pengkajian sistem perkemihan (ISDA Halaman 14-15)

Apakah ada masalah buang air kecil di bawah ini? Ya ⃝ Tidak  , Jika ya lanjutkan pengkajian di bawah ini

Data lanjutan dan dignose

(19)

Dysuria : Ya ⃝ Tidak ⃝ TT ⃝ Frequency : Ya ⃝ Tidak ⃝ TT ⃝ Hesitancy : Ya ⃝ Tidak ⃝ TT ⃝ Nocturia : Ya ⃝ Tidak ⃝ TT ⃝ Retensi urin : Ya ⃝ Tidak ⃝ TT ⃝ Urgency : Ya ⃝ Tidak ⃝ TT ⃝ Inkontinensi : Ya ⃝ Tidak ⃝ TT ⃝ Enuresis : Ya ⃝ Tidak ⃝ TT ⃝

Apakah mengalami gagal ginjal? : Ya ⃝ Tidak ⃝ TT ⃝ Adakah riwayat batu ginjal? : Ya ⃝ Tidak ⃝ TT ⃝

Jika terdapat jawaban ya untuk salah satu pengkajian di atas dapat dilanjutkan ke pengkajian lebih fokus (Pengkajian sistem perkemihan ISDA halaman 15)

E. Pengkajian Aktifitas, Isitrahat dan

pergerakan ISDA

Halaman 16

Pengkajian aktifitas, istirahat dan mobilitas

Adakah klien mengalami masalah dalam pergerakan di bawah ini?

Berpindah tempat Ya ⃝ Tidak  TT ⃝

Kelelahan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝

Keterbatasan dalam pergerakan fisik Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Perpindahan lokasi yang tidak bertujuan dan

menyebabkan klien terpapar bahaya Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Keterbatasan perpindahan diantara dua permukaan

yang berdekatan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Keterbatasan dalam berjalan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Keterbatasan berpindah posisi di tempat tidur Ya ⃝ Tidak  TT ⃝

Apakah klien mengalami Immobilitas (penyebab apapun) Ya ⃝ Tidak  Jika ya, lanjutkan pengkajian di bawah ini

Imobilitas lebih dari 72 jam Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Keterbatasan imobilitas Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Melakukan perjalanan untuk periode yang lama Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Imobilitas dalam jangka waktu panjang Ya ⃝ Tidak  TT ⃝

Data lanjutan dan dignose

(20)

Apakah klien mengalami paralisis? Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Apakah klien mengalami kesulitan dalam berjalan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Perhatian yang berlebihan atau kurang pada

sisi tertentu tubuh Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Pengkajian aktifitas

Mengikuti aktifitas/olah raga yang berlebihan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Kelelahan fisik pada klien yang mengkonsumsi

pengobatan neuroleptic Ya ⃝ Tidak  TT ⃝

Klien terlibat dalam aktifitas tertentu/sebutkan! Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ ……….. Penurunan ketertarikan pada aktifitas rekreasi atau

aktifitas di waktu luang Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Kebiasaan yang ditandai dengan kurangnya

aktifitas fisik Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Penurunan/penurunan pergerakan aktifitas Ya ⃝ Tidak  TT ⃝

Pengkajian istirahat

Adakah masalah istirahat di bawah ini?

Kondisi peningkatan ketidakmampuan beristirahat Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Sleep apnea Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Tidak mampu untuk rileks Ya ⃝ Tidak  TT ⃝

Memiliki masalah tidur Ya  Tidak ⃝ T T ⃝ F. Pengkajian

rasa nyaman, kulit dan integritas kulit ISDA halaman 17

Pengkajian rasa nyaman

Adakah rasa nyeri dengan durasi kurang dari 6 bulan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Adakah rasa nyeri dengan durasi lebih dari 6 bulan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Apakah klien mengeluh nyeri di ekstremitas Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Apakah klien mengeluh gatal Ya ⃝ Tidak  TT ⃝

Apakah klien mengekspresikan untuk peningkatan rasa nyaman? Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Apakah klien mengekspresikan untuk peningkatan rasa kepuasan? Ya ⃝ Tidak  TT

Apakah klien mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan relaksasi?Ya ⃝ Tidak  TT ⃝

Apakah klien mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan penyelesaian keluhannya? Ya ⃝ Tidak  TT ⃝

Data lanjutan dan dignose

(21)

Pengkajian kulit dan integritas jaringan Perubahan karakteristik kulit

Warna/Sebutkan perubahannya Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ ………. Elastisitas Ya ⃝ Tidak  TT ⃝

Gangguan sensasi Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Perubahan turgor kulit Ya ⃝ Tidak  TT ⃝

Perubahan pigmentasi/sebutkan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ ……… Edema Ya ⃝ Tidak  TT ⃝

Adakah destruksi jaringan

Kerusakan pada membrane mukosa/Lokasi Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Kerusakan pada kornea Ya ⃝ Tidak  TT ⃝

Kerusakan pada jaringan integument/Lokasi Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ ………. Kerusakan pada jaringan subkutaneous/Lokasi Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ ………. Ada lesi pada CNS Ya ⃝ Tidak  TT ⃝

Adanya lesi pada intracerebral Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Adanya lesi pada cerebral cortex Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Adanya lesi pada tulang punggung Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Muskuloskeletal

Tulang yang menonjol Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Gangguan neuromuscular/Sebutkan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Kelemahan berat Ya ⃝ Tidak  TT ⃝

G. Pengkajian nutrisi ISDA halaman 18

Apakah klien melaporkan merasa lapar Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Apakah ada alasan untuk makan selain karena lapar? Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Sebutkan ………..

Apakah klien memiliki pola makan teratur? Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Apakah makan adalah alat untuk merasa nyaman/ hadiah? Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Apakah konsentrasi makan pada malam menjelang tidur Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Adakah orang tua klien yang mengalami obesitas? Ya ⃝ Tidak  TT ⃝

Data lanjutan dan dignose

(22)

Apakah mengkonsumsi cukup cairan dan makan? Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Sebutkan ……….

Apakah perilaku makan sesuai dengan tujuan kesehatan? Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Sebutkan ……….

Apakah perilaku minum sesuai dengan tujuan kesehatan? Ya  Tidak ⃝ TT ⃝ Sebutkan ……….

Apakah nafsu makan klien berlebihan? Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Apakah klien mengalami penurunan nafsu makan? Ya  Tidak ⃝ TT ⃝

Apakah klien mengekspresikan pengetahuan tentang pilihan minuman yang sehat? Ya ⃝ Tidak ⃝ TT 

Apakah klien mengekspresikan pengetahuan tentang

pilihan makanan yang sehat? Ya ⃝ Tidak ⃝ TT  Apakah klien mengekspresikan kesediaan untuk meningkatkan nutrisi? Ya ⃝ Tidak ⃝ TT 

Apakah klien mempunyai intoleransi terhadap makanan tertentu? Ya ⃝ Tidak ⃝ TT  Sebutkan ……….

Jika ada jawaban ‘ya’ bisa dilanjutkan pengkajian nutrisi lanjutan (ISDA halaman 18) H. Pengkajian

Kondisi Psikologis ISDA

Halaman 19-20

Terkait dengan pengambilan keputusan, klien melaporkan:

Tidak mampu melaksanakan pilihan tindakan/keputusannya sendiri Ya ⃝ Tidak ⃝ TT  Ketidakpastian mengenai tindakan/keputusan yang akan diambil Ya ⃝ Tidak ⃝ TT  Tidak bisa mengambil keputusan Ya ⃝ Tidak ⃝ TT  Terlambat dalam mengambil keputusan Ya ⃝ Tidak ⃝ TT 

Apakah klien pernah mengalami pengalaman tidak menyenangkan? Ya  Tidak ⃝ TT ⃝ Kegagalan/Sebutkan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ ……….

Kehilangan/Sebutkan Ya  Tidak ⃝ TT ⃝ kemandirian Kematian orang yang penting bagi klien Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ ……… Kejadian traumatic/Sebutkan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ ……… Kejadian yang penuh tekanan/Sebutkan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ ……… Kehilangan terkait tubuh (Fungsi, struktur) Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ ……… Jika ya, lanjutkan respon terhadap kehilangan terkait tubuh

Menyatakan perubahan gaya hidup Ya ⃝ Tidak ⃝ TT ⃝

Data lanjutan dan dignose

(23)

Asyik dengan perubahan yang terjadi Ya ⃝ Tidak ⃝ TT ⃝ Asyik dengan kehilangannya Ya ⃝ Tidak ⃝ TT ⃝ Depersonalisasi kehilangan Ya ⃝ Tidak ⃝ TT ⃝ Verbalisasi persepsi yang menggambarkan penilaian penampilan

Ya ⃝ Tidak ⃝ TT ⃝ Menolak memverifikasi perubahan yang terjadi Ya ⃝ Tidak ⃝ TT ⃝ Peristiwa tidak menyenangkan terkait tempat

Berpindah dari rumah Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Dirawat di rumah sakit Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Kurangnya konseling sebelum meninggalkan lokasi Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Tinggal di setting non-tradisional (foster, grup) Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Remaja hidup di setting non-tradisional (tahanan) Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Peristiwa tidak menyenangkan terkait dengan hukum

Kesulitan masalah legal/hukum Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Mengalami masalah dengan hukum Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Masalah kedisiplinan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Peristiwa tidak menyenangkan terkait dengan kekerasan

Riwayat penganiayaan seksual masa kanak-kanak Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Riwayat penganiayaan masak kanak-kanak Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Riwayat saksi kekerasan dalam rumah tangga Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Peristiwa tidak menyenangkan terkait dengan keluarga/status perkawinan

Riwayat ada anggota keluarga yang bunuh diri Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Mengalami perceraian Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Peristiwa tidak menyenangkan terkait dengan hubungan dengan orang lain

(24)

Terkait dengan seksualitas Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Peristiwa tidak menyenakan terkait dengan kehidupan dan perkembangan

Perubahan kehidupan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝

Menjelang ajal Ya ⃝ Tidak  TT ⃝

Bagaimana respon klien terhadap pengalaman yang tidak menyenangkan

Menilai diri negative Ya  Tidak ⃝ TT ⃝ Menganggap tidak ada alternative lain Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Menyatakan „saya tidak bisa‟ Ya  Tidak ⃝ TT ⃝ Mengkespresikan ketidakmampuan mengontrol situasi Ya ⃝ Tidak  TT ⃝

Menyatakan tindakan yang dilakukan tidak akan ada dampaknya Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Mencederai diri tanpa mengakibatkan kondisi fatal, bertujuan menurunkan ketegangan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Pemecahan masalah yang mencegah perilaku adaptif

Perilaku merusak terhadap diri atau orang lain Ya  Tidak ⃝ TT ⃝ Penyalahgunaan zat kimia Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Mengingkari masalah/kelemahan dengan merasionalisasi kegagalan

Waham kebesaran Ya ⃝ Tidak  TT ⃝

Proyeksi – menyalahkan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Mentertawakan dengan sikap bermusuhan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Hipersensitif terhadap kritik Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Proyeksi tanggung jawab Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Kurang partisipasi dalam terapi Ya  Tidak ⃝ TT ⃝

Perilaku konyol atau merasa lebih baik dari orang lain Ya ⃝ Tidak  TT ⃝

Mengakhiri pembicaraan saat mendiskusikan kejadian yang penuh tekanan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Menunda mencari bantuan kesehatan Ya ⃝ Tidak ⃝ TT 

(25)

Penurunan kemampuan untuk memelihara respon positif terhadap situasi atau krisis

Penurunan ketertarikan aktifitas akademik dan vokasional Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Isolasi diri Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Koping maladaptive (penggunaan obat, kekerasan) Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Respon positive terhadap situasi Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Sebutkan ………

I. Pengkajian status emosi ISDA halaman 21

Marah Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Kecewa Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Cemas Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Iritabel Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Takut Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Bingung Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Bosan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Sedih Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Merasa tertekan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Frustrasi Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Merasa bersalah Ya ⃝ Tidak TT ⃝ Tertekan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Ketidakpastian Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Rasa senang Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Cinta Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Kepuasan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Memaafkan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Kebebasan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Ketidaksabaran Ya Tidak  TT ⃝ Ketegangan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Keraguan terhadap diri Ya ⃝ Tidak  TT ⃝

Kegagalan untuk mencapai sensasi mengontrol Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Keputusasaan Ya  Tidak ⃝ TT ⃝

Bermusuhan Ya Tidak  TT ⃝

Data lanjutan dan dignose

(26)

Tidak memiliki control Ya ⃝ Tidak  TT ⃝

Ekspresi kurang keberanian Ya ⃝ Tidak ⃝ TT  Kurangnya arti dalam hidup Ya ⃝ Tidak ⃝ TT  Kurang merasa damai Ya ⃝ Tidak ⃝ TT  Kurangnya tujuan hidup Ya ⃝ Tidak ⃝ TT  Merasa menderita Ya ⃝ Tidak ⃝ TT  Merasa stress Ya Tidak ⃝ TT  Merasa harga diri rendah Ya ⃝ Tidak ⃝ TT 

Jika ada ‘ya’ di salah satu jawaban di atas, lanjutkan pengkajian menggunakan ISDA halaman 21 dan 22

Data lanjutan dan dignose

keperawatan yang ditegakkan: -

J. Pengkajian kognitif dan persepsi ISDA halaman 23

Komunikasi Klien

Respon terhadap komunikasi lambat Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Kurang komunikasi Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Tidak mau bicara/bicara dengan kesulitan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Tidak komunikatif Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Ketrampilan komunikasi kurang Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Penggunaan ketrampilan komunikasi yang efektifYa  Tidak ⃝ TT ⃝ Klien tampak lupa Ya Tidak  TT ⃝ Kemampuan berpikir

Sulit dalam berkonsentrasi Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Tampak mengalami halusinasi Ya  Tidak ⃝ TT ⃝ Pemikiran intrusive Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Asyik dengan pikirannya sendiri Ya Tidak  TT ⃝ Tidak mampu melakukan introspeksi Ya  Tidak ⃝ TT ⃝ Ekspresi masalah dalam mengambil keputusan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝

Delusi Ya ⃝ Tidak  TT ⃝

Rencana bunuh diri Ya ⃝ Tidak  TT ⃝

Data lanjutan dan dignose

(27)

Pemikiran bloking Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Kemampuan penyelesaian masalah

Strategi pengelolaan konflik yang tidak efektif Ya ⃝ Tidak ⃝ TT  Tidak mampu menyiapkan tindakan sesuai situasiYa ⃝ Tidak ⃝ TT  Koping yang buruk Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Ketidak mampuan mencari informasi perawatan Ya ⃝ Tidak ⃝ TT  Pengelolaan diri yang tidak adekuat Ya ⃝ Tidak ⃝ TT  Kognitif terkait pengetahuan

Kurang pengetahuan/sebutkan Ya ⃝ Tidak ⃝ TT  Kurang pendidikan mengenai keamanan/pencegahan Ya ⃝ Tidak ⃝ TT  Tidak cukupnya pengetahuan untuk menghindari terpapar pada pathogen

Ya ⃝ Tidak ⃝ TT  Masalah terkait dengan kognitif

Masalah kognitif pada penerima perawatan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Gangguan kognisi Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Learning disability Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Attention deficit disorganization Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Decreased intellectual functioning Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Persepsi terhadap diri

Tidak mampu memeliharan integrasi& persepsi diri yang lengkap Ya  Tidak ⃝ TT ⃝ Harapan sesuai perkembangan yang tidak tepat Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Kesulitan dalam mempersepsikan realitas Ya  Tidak ⃝ TT ⃝ Persepsi yang tidak realistic dari kejadian dan kompetensi diri Ya  Tidak ⃝ TT ⃝ Perubahan persepsi terkait dengan per Ya ⃝ Tidak ⃝ TT 

Pola persepsi atau ide tentang diri yang cukup untuk kesejahteraan dan dapat ditingkatkan Ya ⃝ Tidak ⃝ TT 

K. Pengkajian nilai, pandangan spiritual

Kurangnya tujuan hidup Ya ⃝ Tidak ⃝ TT  Kesulitan menaati aturan kepercayaan dan ritual Ya ⃝ Tidak ⃝ TT  Ekspresi tertekan secara emosi karena terpisah dari komunitasnya Ya ⃝ Tidak  TT ⃝

Data lanjutan dan dignose

(28)

dan relijius Mempertanyakan prinsip moral, aturan, kepercayaan personal, nilai personal pada saat mengambil keputusan Ya ⃝ Tidak 

Untuk diagnosa resiko terkait dengan religiosity dapat dilihat di halaman 24 buku ISDA L. Pengkajian Kegagalan memelihara standard kesehatan dan kesejahteraan yang diterima social

Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Ketidakmampuan mengidentifikasi, mengelola dan atau

(29)

Perilaku bertahan pada saat diberikan solusi Ya  Tidak ⃝ TT ⃝ Perilaku tidak patuh

Perilaku menunjukkan kegagalan untuk patuh Ya ⃝ Tidak ⃝ TT  Gagal memenuhi janji Ya ⃝ Tidak ⃝ TT  Perilaku merusak/Sebutkan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ ……… Perilaku aneh/sebutkan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ ……… Perilaku berlebihan/sebutkan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ ……… Perilaku terkait dengan orang lain

Tidak akurat dalam mengikuti instruksi Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Kurangnya kontak mata Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Terlalu familiar dengan orang asing Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Perilaku kurangnya ekspresi ketertarikan

dalam meningkatkan perilaku sehat Ya  Tidak ⃝ TT ⃝ Perilaku terlibat dalam tindakan seksual Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Pengkajian lanjutan diagnosa resiko untuk perilaku dapat dilihat di ISDA halaman 27

M. Pengkajian seksualitas dan aspek social ISDA halaman 28

Pengkajian seksualitas

Adanya perubahan fungsi seksualitas Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Sexual promiscuity (perilaku seks bebas) Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Eskpresi perhatian terhadap seskualitas diri Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Pengkajian aspek sosial

Disfungsi dalam interaksi Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Penurunan respon terhadap stimulus Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Pertukaran social tidak adekuat Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Pertukaran social berlebihan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Perasaan negative saat berinteraksi dengan orang lain Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Terisolasi secara fisik maupun social Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Terpaparnya tubuh Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Merasa dipermalukan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Mengalami treatment yang tidak manusiawi Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Mengalami intrusion dari petugas kesehatan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝

Data lanjutan dan dignose

(30)

Invasi terhadap privasi Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Label stigma Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Penggunaan istilah medis yang tidak di definisikan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Data berhubungan dengan orang lain

Peningkatan hubungan yang positif dengan orang lain Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Pola partnership yang saling menguntungkan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Kesulitan membangun dan memelihara hubungan Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Mengekspresikan kurangnya penerimaan Ya Tidak  TT ⃝ Mengekspresikan ditinggalkan Ya Tidak  TT ⃝ Merasa kesepian Ya Tidak  TT ⃝ Menolak berinteraksi Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Pola partnership yang tidak menguntungkan dan tidak mampu memenuhi kebutuhan

satu dengan yang lain Ya ⃝ Tidak  TT ⃝ Permasalahan terkait dengan peran

Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan Ya ⃝ Tidak ⃝ TT  Ketidakadekuatan kompetensi peran Ya ⃝ Tidak ⃝ TT  Role ambivalence Ya ⃝ Tidak ⃝ TT 

Kebingungan peran Ya ⃝ Tidak ⃝ TT 

Konflik peran Ya ⃝ Tidak ⃝ TT 

Pengingkaran peran Ya ⃝ Tidak ⃝ TT 

Role dissociative Ya ⃝ Tidak ⃝ TT  Peran yang berlebihan Ya ⃝ Tidak ⃝ TT  Ketegangan peran Ya Tidak TT  N. Pengkajian

untuk Bayi/Anak ISDA halaman 29

Jika klien usia bayi/anak ISDA halaman 29 Data lanjutan dan dignose

keperawatan yang ditegakkan:

-O. Pengkajian Caregiver/

Apakah orang yang memberikan perawatan di rumah megnelami kesulitan dalam memberikan perawatan untuk klien? Ya ⃝ Tidak ⃝ TT 

(31)

pemberi Adakah perubahan hubungan/fungsi dalam keluarga karena

ada salah satu anggota keluarga yang sakit? Ya ⃝ Tidak ⃝ TT  Adakah dukungan keluarga/teman pada klien yang sakit Ya ⃝ Tidak ⃝ TT 

Apakah program treatment dapat diintegrasikan dalam keluarga? Ya ⃝ Tidak ⃝ TT  Fungsi pola asuh dalam keluarga

Menciptakan, memelihara lingkungan yang mendukung

pertumbuhan dan perkembangan Ya ⃝ Tidak ⃝ TT  Apakah keluarga berperan sebagai pemberi perawatan? (Lihat ISDA halaman 31)

(32)
(33)

KED 7

Hitung Jenis Leukosit Eosinofil 1 % Basofil 0%

Neutrofil Batang 0% Neutrofil Segment 77% Limfosit 15%

Monosit 7% Pemeriksaan Tambahan

Eritrosit 5,83 juta Hematokrit 47,3% Trombosit 243 Serologi

(34)

FORMAT PELAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

A. IDENTITAS KLIEN

Nama : Tn M.S.

Umur : 24 tahun 8 bulan

Tanggal masuk : 15 Februari 2016

No. RM : 0.08.13.50

B. ALASAN MASUK /FAKTOR PRESIPITASI

Alasan masuk: Pasien mengamuk dan memukul keluarga 3 thSMRS pasien mulai muncul perubahan tingkah laku.

1 thSMRS pasien menunjukkan perilaku mengamuk, halusinasi, riwayat sulit tidur, ingin bunuh diri, merasa tidak berguna.

C. DIAGNOSA MEDIS

Axis I: depresi dengan psikotik Axis II: cenderung schizoid Axis III: buelum ada Axis IV:tidak jelas Axis V: sedang

D. LABORATORIUM

Ureum 186 Monosit 7% Kreatinin 0,92 Eritrosit 5,83 juta Hb 15,8 mg/dL Hematokrit 47,3% Leukosit 10.000 Trombosit 243 KED 7 HBsAg negative Eosinofil 1 %

Basofil 0%

Neutrofil Batang 0% Neutrofil Segment 77% Limfosit 15%

E. PROSEDUR/TINDAKAN

Restrain Ekstremitas atas dan bawah Injeksi Obat

(35)

F. PENGOBATAN YANG TELAH DIDAPATKAN

No Nama Obat Rute Dosis

1 Lodomer Intramuskular 5mg

2 Diazepam Intramuskular

G. SKOR CCS

No Variabel Skor

1 Ide Bunuh Diri /Menciderai diri atau

orang lain 50

2 Komunikasi 14

3 Interaksi Sosial 5

4 ADL:

Makan 10

Mandi 7

Berpakaian 7

5 Tidur/Istirahat 7

6 Pengobatan oral/Injeksi 10

7 Kemampuan mengikuti instruksi:

Makan 10

Mandi 7

Berpakaian 7

TOTAL 134

(36)

H. Proses Keperawatan Tahap awal (Berdasarkan Data Awal Masuk Rumah Sakit): Tangga

l Data Subyektif dan Obyektif

Prediksi

- Kognitif  Kemampuan berpikir  tampak mengalami halusinasi tidak mau makan dan tidak mau minum obat.

(37)

16-02-2016

DO:

- Memiliki masalah tidur  fluktuasi siklus tidur bangun - Pasien dilakukan restrain

Risk for acute confusion (00173)

DO: Pasien seorang laki-laki terlihat

direastrain ekstremitas. Mata pasien terlihat sayu dan mengantuk

DS: Pasien mengatakan ingin dilepas dari tindakan restrain

(38)

I. Perencanaan NOC dan NIC untuk Hasil Pendiagnosisan berdasarkan Alasan masuk RS

Target NIC and Activities Chosen in NIC

Risk for other directed violence

Agression Self Restrain

Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 3x 24 jam, klien menunjukkan mengontrol diri sendiri terhadap membahayakan orang lain yang ditandai dengan indikator: klien dapat mengenal lebih awal tanda-tanda akan terjadi perilaku kekerasan dengan indikator/

- pertahankan sikap yang konsisten : menepati janji, sikap terbuka, kongruen, hindari sikap non verbal yang dapat menimbulkan kesan negatif.

b. Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.

c. Bantu klien mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan : - Emosi : jengkel, marah, persaan ingin merusak/memukul

- Fisik : mengepalkan tangan, muka marah, mata melotot, pandangan tajam, rahang tertutup,dsb.

- Sosial : kasar pada orang lain - Intelektual : mendominasi - Spiritual : lupa dengan Tuhan

d. Jelaskan pada klien rentang respons marah

e. Dukung dan fasilitasi klien untuk mencari bantuan saat muncul marah 2. Manajemen Lingkungan (environmental Manajemen)

a. Jauhkan barah yang dapat membahayakan klien dan dimanfaatkan klien. b. Lakukan pembatasan (seklusi) terhadap perilaku kekerasan klien baik

perilaku verbal maupun non verbal agar tidak menyakiti atau melukai orang lain.

c. Tempatkan klien pada lingkungan yang restrictive (isolasi : untuk observasi)

d. Diskusikan bersama keluarga tentang tujuan tindakan seklusi 3. Latihan Mengontrol Rangsang (Impulse Control Training)

(39)

menyebutkan

tanda-b. bantu klien memilih sendiri cara marah yang adaptif

c. bantu klien mengambil keputusan untuk mengeluarkan energi marah/perilaku kekerasan yang adaptif

d. beri kesempatan pada klien untuk mendiskusikan cara yang dipilihnya e. anjurkan klian mempraktikkan cara yang dipilihnya

f. beri kesempatan pada klien untuk mendiskusikan cara yang telah dipraktikan

g. evaluasi perasaan klien tentang cara yang dipilih dan telah dipraktikkan 4. Libatkan keluarga dalam perawatan/penanganan klien (family

movilization)

a. Identifikasi peran, kultur, dan situasi keluarga dalam pengaruhnya teryadap perilaku klien

b. Berikan informasi yang tepat tentang penanganan klien dengan perilaku marah/kekerasan

c. Ajarkan ketrampilan koping efektif yang digunakan untuk pengangan klien marah/perilaku kekerasan

d. Bantu keluarga memilih/menentukan bantuan dalam menghadapi klien marah/perilaku kekerasan

e. Berikan konseling pada keluarga

f. Fasilitasi pertemuan keluarga dengan career/pemberi perawatan g. Beri kesempatan pada keluarga untuk mendiskusikan cara yang dipilih h. Anjurkan kepada keluarga untuk menerapkan cara yang dipilih.

Hopelesness

Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 3x 24 jam, klien dapat membentuk harapan yang ditandai dengan indikator:

a. Bantu pasien dan keluarga mengidentifikasi harapan dalam hidup

b. Informasikan pada pasien tenttang apakah kondisi saat merupakan keadaan yang sementara

c. Perluas kemampuan mekanisme koping pasien d. Bantu pasien memperluas spiritual diri

e. Hindari menutupi kebenaran

(40)

3 membuat tujuan 1 3

i. Ciptakan lingkungan yang memfasilitasi pasien melakukan ibadah, dengan tepat

Risk for suicide

Abuse Recovery:Emotional

Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 3x 24

jam, klien menunjukkan ….yang ditandai dengan

indikator:

a. Mengidentifikasi derajad resiko bunuh diri yang dimiliki oleh klien b. Administrasi medikasi untuk mengurangi ansietas, agitasi serta mood

stabilizer jika diperlukan c. Monitor efek samping obat

d. Libatkan pasien dalam menyusun rencana perawatan jika memungkinkan

e. Ajarkan pasien tentang strategi koping (asertivness training, impulse control, progressive muscle relaxation)

f. Buat kontrak dengan klien baik secara verbal maupun tertulis untuk tidak membahayakan diri sendiri (no self-harm) dalam periode waktu tertentu dan ulangi kontrak dengan nterval waktu tertentu secara spesifik g. Observasi adanya tanda-tanda ketidakpatuhan terhadap kontrak

h. Hindarkan objek atau benda-benda yang dapat digunakan untuk melukai diri sendiri atau orang lain

i. Berinteraksi dengan klien secara teratur dan berkala untuk menunjukka caring dan memberikan kesempatan kepada klien untuk

mengungkapkan perasaannya

j. Bantu klien untuk mengidentifikasi sumber-sumber dukungan yang dimiliki

k. Melakukan pengkajian resiko bunuh diri secara berkelanjutan l. Gunakan intervensi protektif jika diperlukan (area restriksi, seklusi,

(41)

m. Fasilitasi dukungan dari keluarga dan teman

n. Libatkan keluarga dalam menyusun discharge palnning Risk for acute

confusion

Cognitif Orientatin

Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 3x 24 jam, klien mengidentifikasi orang, waktu, dan tempat yang ditandai dengan indikator:

No Indikator Awal Target

1 Mengidentifikasi diri

sendiri

2 4

2 Mengidentifikasi

saudara/keluarga

2 4

3 Mengidentifikasi tempat

saat ini

2 4

4 Mengidentifikasi hari 2 4

Keterangan:

1: severely compromised 2: substantially compromised 3: moderately compromised 4: mildly compromised 5: not compromised

Reality Orientation

a. Sebut nama pasien ketika memulai berinteraksi

b. Pendekatan pasien perlahan dan berhadapan dengan pasien

c. Tetap kalem dan jangan terburu-buru ketika berinteraksi dengan pasien d. Berikan pendekatan yang konsisten (yang bersahabat, lemah lembut) e. Berikan satu pertanyaan pada 1 waktu

f. Hindari untuk membuat frustasi pasien (misalnya, terus bertanya ketika pasien tidak segera menjawab)beritahu pasien terkait nama, waktu, dan tempat sesuai dengan yang semestinya

g. Ulangi setiap apa yang dikatakan oleh pasien

h. Gunakan gestur tubuh non verbal untuk mendukung komunikasi i. Anjurkan untuk tidur siang yang cukup

(42)

Kode Diagnosa Keperawatan/

Kolaboratif – ditegakkan/ Confirmed

Tanggal Implementation Evaluation Compare Baseline Score with

Target (Tanggal)

Pertahankan sikap yang konsisten: menepati janji, sikap terbuka, kongruen, hindari sikap non verbal yang dapat menimbulkan kesan negatif.

Menjauhkan barang yang membahayakan pasien dan dimanfaatkan klien.

Melakukan pembatasan (seklusi)

Mempatkan pasien di ruang isolasi : untuk observasi

09.00

(43)

18

Pertahankan sikap yang konsisten: menepati janji, sikap terbuka, kongruen, hindari sikap non verbal yang dapat menimbulkan kesan negatif.

S: Pasien sudah mau makan, mau minum obat, pasien, sudah dapat diarahkan, merasa lebih nyaman karena ada temannya

(44)

Hopelesness 16 Informasikan pada pasien bahwa saat ini merupakan keadaan yang sementara

Hindari menutupi kebenaran

12.00

Menawari pasien untuk makan dan minum obat

S: Pasien mengatakan merasa tidak berguna,

(45)

4: often demonstrated

Berinteraksi dengan pasien (caring) dan memberikan kesempatan kepada klien untuk

1: none, 2: limited, 3: moderate, 4: substantsial, 5:extensive digunakan untuk melukai diri sendiri dan orang lain

12.00

1: none, 2: limited, 3: moderate, 4: substantsial, 5:extensive

(46)

Risk for acute

Berikan pendekatan yang konsisten (yang bersahabat, lemah lembut)

10.00

Mengulangi setiap apa yang dikatakan oleh pasien

Menggunakan gestur tubuh non verbal untuk mendukung komunikasi Mendekati pasien perlahan dan berhadapan dengan pasien Jangan terburu-buru ketika berinteraksi dengan pasien Berikan pendekatan yang yang bersahabat, lemah lembut 10.00

Memberikan satu pertanyaan satu per satu

Memberitahu pasien terkait nama, waktu, dan tempat sesuai dengan yang semestinya

Menghindari untuk membuat frustasi pasien (misalnya, terus bertanya ketika pasien tidak segera menjawab)

Mengulangi setiap apa yang dikatakan oleh pasien

Menggunakan gestur tubuh non verbal untuk mendukung komunikasi

(47)

Gambar

Tabel 1 Pedoman Berat Ringannya Depresi

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Lama Pengeringan dan Konsentrasi Maltodekstrin terhadap Karakteristik Fisik Kimia dan Organoleptik Minuman Instan Daun Mengkudu (Morinda

Pendidikan anak merupakan kewajiban bagi orang tua dan merupakan hak dari setiap anak. Banyak dari orang tua yang tidak mengerti bagaimana cara mendidik anak. Melihat

Nama Dokter yang tidak kerjasama dengan Allianz dalam pelayanan Rawat Jalan dan Rawat Inap : 1. Sudarto

Saat pasar berada dalam keadaan bullish (naik), portfolio mengalami kenaikan yang lebih tinggi dari kenaikan pasar dan sebaliknya bila pasar dalam keadaan bearish (turun),

Pada akhirnya, BPPK yakin bahwa dengan komunikasi publik yang tepat dapat menjadi sebuah alat jitu untuk menciptakan citra positif sebuah organ- isasi, dan hal

Hasil uji Post-Hoc LSD test menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada diameter zona hambat yang terbentuk antar kelompok perlakuan ekstrak etanol daun

Selain sebagai material tunggal, penelitian juga difokuskan pada sintesis film tifis dari polimer konduktif sebagai upaya untuk mendapatkan material baru dengan aplikasi yang

Menurut penelitian Utami (2013) di Pontianak, dari 1.435 resep pasien diabetes melitus rawat jalan, diperoleh bahwa interaksi obat terjadi pada 62,16% resep